Anda di halaman 1dari 14

POLITEKNIK NEGERI PADANG

PROGRAM STUDI: MANAJEMEN INFORMATIKA

JUDUL MATERI: ETIKA KOMPUTER; SEJARAH DAN


PERKEMBANGANNYA

TOPIK KEGIATAN TEORI: NOMOR


LOGO
ETIKA KOMPUTER : SEJARAH DAN BUKU AJAR
PRODI
PERKEMBANGANNYA 2

I. JUDUL : ETIKA KOMPUTER; SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

II. TUJUAN :

Mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa mampu dan mengerti perkembangan Etika Komputer.
2. Mahasiswa mampu dan mengerti cakupan pembahasana Etika Komputer.
3. Mahasiswa mampu dan mengerti isu-isu yang sering muncul dalam Etika Komputer.

III. TEORI DASAR :

III. A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, memberikan banyak
perubahan pada cara berpikir manusia, baik itu dalam usaha pemecahan masalah,
perencanaan maupun juga dalam pengambilan keputusan. Perubahan yang terjadi pada cara
berpikir manusia sebagai salahsatu akibat adanya perkembangan teknologi tersebut, sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan
norma-norma dalam kehidupannya.
Selannjutnya pada bagian ini anda akan diajak secara lebih khusus mempelajari etika di
bidang komputer, mulai dari tinjauan sejarah sampai pembahasan isu-isu pokok dalam
penerapannya.

III. B. Sejarah Etika Komputer


Sesuai awal penemuan teknologi komputer di era 1940-an, perkembangan etika komputer
juga dimulai dari era tersebut dan secara bertahap berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu

11
baru di masa sekarang ini. Perkembangan tersebut akan dibagi menjadi beberapa tahap seperti
yang akan dibahas berikut ini.

III. B. 1. Era 1940 – 1950-an


Munculnya etika komputer sebagai sebuah bidang studi dimulai dari pekerjaan prof Norbert
Wiener. Selama PD II (pada awal tahun 1940-an) Profesor dari MIT ini membantu
mengembangkan suatu meriam anti pesawat yang mampu menembak jatuh sebuah pesawat
tempur yang melintas diatasnya.
Tantangan universal dari proyek tersebut menyebabkan Wiener dan beberapa rekan
kerjanya harus memperhatikan sisi lain dari sebuah perkembangan teknologi, harus
memperhatikan sisi lain dari sebuah perkembangan teknologi, yaitu ; etika. Pada
perkembangannya, penelitian dibidang etika dan teknologi tersebut akhirnya menciptakan
suatu bidang riset baru yang disebut ; cybernetics atau the science of information feedback
systems. Konsep cybernetics tersebut dikombinasikan dengan komputer digital yang
dikembangkan pada waktu itu, membuat Wiener akhirnya menarik beberapa kesimpulan etis
tentang pemanfaatan teknologi yang sekarang dikenal dengan sebutan ; Teknologi Informasi
(TI).
Dalam konsep penelitiannya, Wiener meramalkan terjadinya revolusi sosial dan
konsekuensi etis dari perkembangan teknologi informasi. Ditahun 1948, didalam bukunya
Cybernetics : Control and Communication in the Animal and the Machine, ia mengatakan :

“It has long been clear to me that the modern ultra-rapid computing machine was in
principle an ideal central nervous system to an apparatus for automatic control; and that
its input and output need not be in the form of numbers or diagrams. It might very well
be, respectively, the readings of artificial sense organs, such as photoelectric cells or
thermometers, and the performance of motors or solenoids ... We are already in a
position to construct artificial machines of almost any degree of elaborateness of
performance. Long before Nagasaki and the public awareness of the atomic bomb, it had
occurred to me that we were here in the presence of another social potentiality of
unheard-of importance for good and for evil ...” (Bynum, 2001).

Dalam buku tersebut dikatakan bahwa Wiener mengungkapkan bahwa mesin komputasi
modern pada prinsipnya merupakan sistem jaringan syaraf yang juga merupakan peranti

12
kendali otomatis. Dalam pemanfaatan mesin tersebut, manusia akan dihadapkan pada
pengaruh sosial tentang arti penting teknologi tersebut yang ternyata mampu memberikan
“kebaikan”, sekaligus “malapetaka”.
Pada tahun 1950, Wiener menerbitkan sebuah buku yang monumental, berjudul The
Human Use of Human Beings. Walaupun Wiener tidak menggunakan istilah “etika
komputer” dalam buku tersebut, ia meletakkan suatu fondasi menyeluruh untuk analisa dan
riset tentang etika komputer. Istilah etika komputer sendiri akhirnya umum digunakan lebih
dari 2 (dua) dekade kemudian. Buku Wiener ini mencakup beberapa bagian pokok tentang
hidup manusia, prinsip-prinsip hukum dan etika dibidang komputer. Bagian-bagian pokok
dalam buku tersebut adalah sebagai berikut (Bynum, 2001) :
1. Tujuan hidup manusia.
2. Empat prinsip-prinsip hukum.
3. Metode yang tepat untuk menerapkan etika.
4. Diskusi tentang masalah-masalah pokok dalam etika komputer.
5. Contoh topik kunci tentang etika komputer.

Dasar-dasar etika komputer yang diberikan Wiener berada jauh didepan waktunya, dan
hamper diabaikan untuk beberapa decade. Dalam pandangannya, pengintegrasian teknologi
komputer ke dalam masyarakat akan segera menimbulkan “revolusi industry yang ke-2
(dua)”. Dalam revolusi industri tersebut, perubahan dapat terjadi secara radikal. Adalah suatu
pekerjaan besar bagi pelaku didalamnya untuk memperhatikan keanekaragaman tugas dan
tantangan. Para pekerja harus melakukan penyesuaian dalam pekerjaannya; pemerintah harus
menetapkan peraturan dan hukum baru; bisnis dan industri harus menciptakan kebijaksanaan
baru dalam prakteknya; organisasi profesional harus mengembangkan kode etik yang baru
untuk anggota mereka; sarjana sosiologi dan psikologi harus belajar dan memahami gejala
sosial dan psikologis baru; dan ahli filsafat harus memikirkan kembali konsep-konsep etika
yang telah ada, dan banyak hal lain yang harus dipikirkan.

III. B. 2. Era 1960-an


Pada pertengahan tahun 1960, Donn Parket dari SRI International Menlo Park California
melakukan berbagai riset untuk menguji penggunaan komputer yang tidak syah dan tidak
sesuai dengan profesionalisme di bidang computer. Waktu itu Parker menyampaikan suatu
ungkapan yang menjadi titik tolak penelitiannya, yaitu :

13
“that when people entered the computer center they left their ethics at the door”.
(Fodor and Bynum, 1992).

Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa ketika orang-orang masuk pusat komputer,


mereka meninggalkan etika mereka di ambang pintu. Selanjutnya, Parker melakukan riset dan
mengumpulkan berbagai contoh kejahatan komputer dan aktivitas lain yang menurutnya tidak
pantas dilakukan para profesional computer. Dalam perkembangannya, ia menerbitkan “Rules
of Ethics in Information Processing’’ atau peraturan tentang etika dalam pengolahan
informasi.
Parker juga dikenal menjadi pelopor kode etik profesi bagi profesional di bidang
komputer, yang ditandai dengan usahanya pada tahun 1968 ketika ditunjuk untuk memimpin
pengembangan Kode Etik Profesional yang pertama dilakukan untuk Association for
Computing Machinery (ACM). Dalam 2 (dua) dekade berikutnya, Parker melanjutkan
penelitiannya dan menghasilkan buku, artikel sampai pidato-pidato mengenai etika komputer.
Walaupun pekerjaan Parker belum menyajikan suatu kerangka teoritis umum mengenai etika
tersebut, berbagai pemikiran yang telah diberikan tokoh ini menjadi tonggak sejarah etika
komputer setelah Wiener.

III. B. 3. Era 1970-an


Era ini dimulai ketika sepanjang tahun 1960, Joseph Weizenbaum, ilmuwan komputer MIT di
Boston, menciptakan suatu program komputer yang disebut ELIZA. Didalam eksperimen
pertamanya, ELIZA ia ciptakan sebagai tiruan dari “Psychotherapist Rogerian” yang
melakukan wawancara dengan pasien yang akan diobatinya.
Weizenbaum dikejutkan oleh reaksi dari penemuan sederhananya itu, dimana beberapa
dokter jiwa melihatnya sebagai bukti bahwa komputer akan segera melakukan otomatisasi
psikoterapi. Bahkan, sarjan-sarjana komputer MIT yang secara emosional terlibat dengan
komputer berbagi pikiran tentang hal tersebut. Hal itu akhirnya membawa Weizenbaum pada
suatu gagasan akan munculnya “model pengolahan informasi” tentang manusia yang akan
datang dan hubungannya antara manusia dengan mesin. Buku Weizenbaum, Computer Power
and Human Reason (Weizenbaum, 1976), menyatakan banyak gagasan dari hal tersebut. Dari
buku tersebut banyak pemikir terilhami tentang perlunya etika komputer.
Perkembangan etika komputer di era 1970-an juga diwarnai dengan karya Walter Maner
yang sudah mulai menggunakan istilah “computer ethics” untuk mengacu pada bidang

14
pemeriksaan yang berhadapan dengan permasalahan etis yang diciptakan oleh pemakaian
teknologi komputer waktu itu. Maner menawarkan suatu kursus eksperimental atas materi
pokok tersebut pada Old Dominion University in Virginia. Sepanjang tahun 1970 sampai
pertengahan 1980, Maner menghasilkan banyak minat pada kursus tentang etika komputer
setingkat universitas. Tahun 1978, ia juga memublikasikan sendiri karyanya Starter Kit in
Computer Ethics, yang berisi material kurikulum dan pedagogi untuk para pengajar
universitas dalam pengembangan pendidikan etika komputer.

III. B. 4. Era 1980-an


Tahun 1980-an, sejumlah konsekuensi sosial dan teknologi informasi yang etis menjadi isu
publik di Amerika dan Eropa. Hal-hal yang sering dibahas adalah computer-enabled crime
atau kejahatan komputer, masalah-masalah yang disebabkan karena kegagalan sistem
komputer, invasi keleluasaan pribadi melalui database komputer dan perkara pengadilan
mengenai kepemilikan perangkat lunak. Pekerjaan tokoh-tokoh etika komputer sebelumnya
seperti ; Parker, Weizenbaum, Maner dan yang lain, akhirnya membawa etika komputer
sebagai suatu disiplin ilmu baru.
Pertengahan 80-an, James Moor dari Dartmouth College menerbitkan artikel menarik
yang berjudul “What Is Computer Ethics?” sebagai isu khusus pada Jurnal Metaphilosophy
(Moor, 1985). Deborah Johnson dari Rensselaer Polytechnic Institute menerbitkan buku teks
Computer Ethics (Johnson, 1985), sebagai buku teks pertama yang digunakan lebih dari satu
dekade dalam bidang itu.

III. B. 5. Era 1990-an sampai Sekarang


Sepanjang tahun 1990, berbagai pelatihan baru di universitas, pusat riset, konferensi, jurnal,
buku teks dan artikel menunjukkan suatu keanekaragaman yang luas tentang topik di bidang
etika komputer. Sebagai contoh ; pemikir seperti Donald Gotterbarn, Keith Miller, Simon
Rogerson dan Dianne Martin seperti juga banyak organisasi profesional komputer yang
menangani tanggung-jawab sosial profesi tersebut, seperti ; Electronic Frontier Foundation,
ACM - SIGCAS – memimpin proyek yang relevan untuk melakukan riset mengenai
tanggung-jawab profesional dibidang komputasi. Para ahli komputer di Inggris, Polandia,
Belanda dan Italia menyelenggarakan ETHICOMP sebagai rangkaian konferensi yang
dipimpin oleh Simon Rogerson. Terdapat pula konferensi besar tentang etika komputer CEPE

15
yang dipimpin oleh Jeroen van Hoven, serta di Australia terjadi riset terbesar etika komputer
yang dipimpin oleh Cris Simpson dan Yohanes Weckert.
Perkembangan yang cukup penting lainnya adalah kepeloporan Simon Rogerson dari De
Montfort University (UK), yang mendirikan Centre for Computing and Social Responsibility.
Didalam pandangan Rogerson, ada kebutuhan dalam pertengahan tahun 1990 untuk sebuah
“generasi kedua” yaitu tentang pengembangan etika komputer :
The mid-1990s has heralded the beginning of a second generation of Computer Ethics.
The time has come to build upon and elaborate the conceptual foundation whilst, in
parallel, developing the frameworks within which practical action can occur, thus
reducing the probability of unforeseen effects of information technology application
(Rogerson, Bynum, 1997).

Berkat jasa dan kontribusi pemikiran yang brilian dari para ilmuwan dibidang etika
komputer, dimulai dari Wiener, Parker, Weizenbaum, sampai pada Rogerson, akhirnya etika
komputer menjadi salahsatu bidang ilmu utama pada banyak pusat riset dan perguruan tinggi
di dunia yang akan terus dikembangkan mengikuti perkembangan komputer itu sendiri.

III. B. 6. Etika Komputer di Indonesia


Sebagai negara yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi komputer, Indonesia
pun tidak mau ketinggalan dalam mengembangkan etika dibidang tersebut. Mengadopsi
pemikir-pemikir dunia diatas, etika di bidang komputer berkembang menjadi kurikulum wajib
yang dilakukan oleh hampir semua perguruan tinggidi bidang komputer di Indonesia.
Meskipun banyak perguruan tinggi yang tidak langsung menyebut bidang studinya sebagai
etika komputer, tetapi banyak diantara mereka memasukkan etika computer tersebut pada
bidang studi yang relevan.

III. C. Beberapa Pandangan dalam Cakupan Etika Komputer


Melihat sejarah perkembangan komputer yang telah dibahas diatas, disiplin ilmu yang dikenal
sebagai “etika komputer” praktis belum ada sejak tahun 1940 sampai tahun 1960. Istilah
tersebut mulai muncul setelah Walter Maner ditahun 1970, dan beberapa pemikir aktif etika
komputer mulai memasukkan dan mendeskripsikan etika komputer sebagai suatu bidang
studi.

16
Ketika memutuskan untuk menggunakan istilah “etika komputer” pada pertengahan
tahun 70-an, Walter Maner menggambarkan bidang tersebut sebagai bidang ilmu yang
menguji “permasalahan etis yang menjengkelkan, yang diciptakan oleh teknologi komputer”.
Maner berpendapat bahwa beberapa permasalahan etis sebelumnya sudah ada, diperburuk
oleh munculnya komputer yang menimbulkan permasalahan baru sebagai akibat penerapan
teknologi informasi.
Sementara Deborah Johnson (1985) dalam bukunya Computer Ethics, menggambarkan
bidang ini sebagai satu studi tentang cara yang ditempuh oleh komputer memiliki standard
moral baru, yang memaksa kita sebagai penggunanya untuk menerapkan norma-norma baru
pula didalam dunia yang “belum dipetakan”. Johnson merekomendasikan etika terapan
dengan pendekatan konsep dan prosedur penggunaan dari utilitarianisme dan kantianisme.
Namun, berbeda dengan Maner, ia tidak percaya bahwa komputer menciptakan permasalahan
moral baru secara keseluruhan. Baginya, komputer member sebuah “new twist” ke isu-isu etis
sebelumnya yang telah ada.
James Moor mendefinisikan etika komputer didalam artikelnya “What Is Computer
Ethics” (Apakah Etika Komputer Itu ?) yang ditulis pada tahun 1985. Dalam artikel tersebut,
Moor mengartikan etika computer sebagai bidang ilmu yang tidak terikat secara khusus
dengan teori ahli filsafat manapun dan kompatibel dengan pendekatan metodologis yang luas
pada pemecahan masalah etis. Moore mengungkapkan etika komputer sebagai suatu bidang
yang lebih luas dibandingkan dengan yang didefinisikan oleh Maner atau Johnson. Moor
menggambarkan etika komputer sebagai bidang yang terkait dengan “policy vacuums” and
“conceptual muddles” atau kebijakan ruang hampa dan konseptual yang campur aduk
mengenai aspek sosial dan penggunaan secara etis teknologi informasi :
A typical problem in computer ethics arises because there is a policy vacuum about how
computer technology should be used. Computers provide us with new capabilities and
these in turn give us new choices for action. Often, either no policies for conduct in
these situations existing policies seem inadequate. A central task of computer ethics is to
determine what we should do in such cases, that is, formulate policies to guide our
actions ... One difficulty is that along with a policy vacuum there is often a conceptual
vacuum. Although a problem in computer ethics may seem clear initially, a little
reflection reveals a conceptual muddle. What is needed in such cases ia an ... analysis
that provides a coherent copceptual framework within which to formulate a policy for
action (Bynum, 2001).

17
Dari kutipan diatas, terlihat bahwa suatu masalah khas dalam etika komputer muncul
karena adanya suatu kebijakan yang belum jelas tentang bagaimana teknologi komputer harus
digunakan. Komputer melengkapi kita dengan berbagai kemampuan baru dan ini pada
gilirannya member banyak pilihan baru untuk tindakan yang dapat dilakukan. Satu tugas etika
komputer adalah menentukan apa yang perlu kita lakukan didalamnya. Dalam kasus ini
adalah merumuskan kebijakan untuk memandu tindakan kita. Secar lebih lanjut, Moor
mengatakan bahwa teknologi komputer itu sebenarnya memiliki sifat revolusioner karena
memiliki “logically malleable”.

Computers are logically malleable in that they can be shaped and molded to do any
activity that can be characterized in terms of outputs and connecting logical operations
... Because logic applies everywhere, the potential applications of computer technology
appear limitless. The computer is the nearest thing we have to a universal tool. Indeed,
the limits of computers are largely the limits of our own creativity. (Moor, 1985).

Komputer disebut “logically malleable” karena bisa melakukan aktivitas apapun dalam
membantu tugas manusia. Hal ini terjadi karena komputer bekerja menggunakan suatu logika
pemrograman tertentu yang bisa dibuat oleh programmernya. Logika pemrograman tersebut
terhubung dimana-mana sehingga potensi aplikasi komputer tampak tiada habisnya.
Komputer merupakan suatu alat yang universal. Tentu saja batas komputer adalah seberapa
besar batas dari kreativitas manusia sendiri.
Menurut Moor, revolusi komputer sedang terjadi dalam 2 (dua) langkah. Langkah ke-1
adalah “pengenalan teknologi” dimana tekonlogi komputer dapat dikembangkan dan disaring.
Ini telah yang terjadi di AS sepanjang 40 tahun pertama setelah PD ke-2. Langkah ke-2 adalah
“penyebaran teknologi” dimana teknologi mendapatkan integrasi kedalam aktivitas manusia
sehari-hari dan kedalam institusi sosial, mengubah seluruh konsep pokok, seperti ; uang
(money), pendidikan (education), kerja (work) dan pemilihan yang adil (fair elections).
Pendekatan lain dilakukan Wiener (1950) didalam bukunya The Human Use of Human
Beings, dan juga yang didiskusikan oleh Moor dalam “What Is Computer Ethics?”. Menurut
alternatif ini, etika komputer mengidentifikasi dan meneliti dampak teknologi informasi
terhadap nilai-nilai manusiawi seperti ; kesehatan, kekayaan, kesempatan, kebebasan,
demokrasi, pengetahuan, keleluasaan pribadi, keamanan, pemenuhan diri, dan seterusnya. Ini

18
adalah pandangan etika komputer secara lebih luas dalam penerapan etika, sosiologi
komputasi, penilaian teknologi, hukum komputer, dan bidang-bidang yang berhubungan
dengan itu dan memperkerjakan konsep, metodologi serta teori dari disiplin ilmu ini.
Kesuksesan dari pemahaman etika komputer ini dicerminkan ketika pemikiran tersebut
didiskusikan dalam konferensi utama seperti National Conference on Computing and Values
(1991), dan riset-riset lainnya.
Pada tahun 1990, Donald Gotterbarn mempelopori suatu pendekatan yang berbeda
dalam melukiskan cakupan khusus bidang etika komputer. Dalam pandangan Gotterbarn,
etika komputer harus dipandang sebagai suatu cabang etika profesional, yang terkait semata-
mata dengan standard kode dan praktek yang dilakukan oleh para profesional dibidang
komputasi :
“There is little attention paid to the domain of professional ethics – the values that guide
the day-to-day activities of computing professionals in their role as professionals. By
computing professional I mean anyone involved in the design and development of
computer artifacts ... The ethical decisions made during the development of these
artifacts have a direct relationship to many of the issues discussed under the broader
concept of computer ethics ... “. (Gotterbarn, 1991).

Dengan pandangan diatas, pengertian professional-ethis melekat erat dalam etika


komputer. Dengan kepeloporannya tersebut, Gotterbarn akhirnya dilibatkan dalam sejumlah
aktivitas terkait dengan penelitian dibidang etika komputer, seperti ; co-authoring pada
pembuatan ACM Code of Ethics and Professional Conduct yang ke-3 serta menetapkan
standard perizinan untuk software engineer.

III. D. Isu-Isu Pokok Etika Komputer

III. D. 1. Kejahatan Komputer


Perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat, selain membawa dampak positif
bagi umat manusia, disisi lain juga mengundang tangan-tangan kriminal untuk beraksi, baik
untuk mencari keuntungan materi maupun sekedar iseng. Hal ini memunculkan fenomena
khas yang sering disebut computercrime atau kejahatan di dunia komputer.

19
Kejahatan komputer dapat diartikan sebagai “Kejahatan yang ditimbulkan karena
penggunaan komputer secara illegal” (Andi Hamzah, 1989). Selanjutnya, seiring dengan
perkembangan pesat teknologi komputer, kejahatan bidang ini pun terus meningkat. Berbagai
jenis kejahatan komputer yang terjadi mulai dari kategori ringan seperti ; penyebaran virus,
spam email, penyadapan transmisi sampai pada kejahatan-kejahatan kategori berat, seperti
misalnya ; carding (pencurian melalui internet), DoS (Denial of Services) atau melakukan
serangan yang bertujuan untuk melumpuhkan target sehingga ia tak dapat memberikan
layanan lagi, dan sebagainya.

III. D. 2. Cyber Ethics


Salahsatu perkembangan pesat dibidang komputer adalah internet. Internet, akronim dari
Interconnection Networking, merupakan suatu jaringan yang menghubungkan komputer
diseluruh dunia tanpa dibatasi oleh jumlah unit menjadi satu jaringan yang bisa saling
mengakses. Dengan internet tersebut, satu komputer dapat berkomunikasi secara langsung
dengan komputer lain di berbagai belahan dunia.
Perkembangan internet memunculkan peluang baru untuk membangun dan
memperbaiki pendidikan, bisnis, layanan pemerintahan dan demokrasi. Namun, permasalahan
baru muncul setelah terjadi interaksi yang universal diantara pemakainya. Harus dipahami
bahwa pengguna internet berasal dari berbagai negara yang mungkin saja memiliki budaya,
bahasa dan adat-istiadat yang berbeda-beda. Disamping itu, pengguna internet merupakan
orang-orang yang hidup dalam dunia anonymouse yang tidak memiliki keharusan
menunjukkan identitas asli dalam berinteraksi. Hal itu membuat kita tidak saling mengenal
dalam arti kata yang sesungguhnya atau bahkan satu penghuni dunia maya mungkin tidak
akan pernah bertatap muka dengan penghuni yang lainnya. Sementara itu, munculnya
berbagai layanan dan fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang untuk
bertindak tidak etis.
Permasalahan-permasalahan tersebut diatas, menuntut adanya aturan dan prinsip dalam
melakukan komunikasi via internet. Salahsatu yang dikembangkan adalalh Netiket atau
Nettiquette, yang merupakan salahsatu etika acuan dalam berkomunikasi menggunakan
internet. Seperti halnya berkomunikasi melalui surat atau bertatap muka, berkomunikasi
dengan internet memerlukan tatacara sendiri.
Netiket yang paling sering digunakan mengacu kepada standard netiket yang ditetapkan
oleh IETF(The Internet Engineering Task Force). IETF adalah suatu komunitas masyarakat

20
internasional yang terdiri dari para perancang jaringan, operator, penjual dan peneliti yang
terkiat dengan evolusi arsitektur dan pengoperasian Internet. Organisasi ini terbuka bagi
individu dimanapun dan siapapun yang terkait dengan internet. Untuk lebih jelasnya, kita
dapat mengunjungi situs resmi organisasi ini di www.ietf.org. Dalam kegiatannya, IETF
terbagi menjadi kelompok-kelompok kerja yang menangani beberapa topik seputar internet
baik dari sisi teknis maupun non teknis, termasuk didalamnya menetapkan Netiqueete
Guidelines yang terdokumentasi dalam Request For Comments (RFC) : 1855.

III. D. 3. E-Commerce
Selanjutnya, perkembangan pemakaian internet yang sangat pesat juga menghasilkan sebuah
model perdagangan elektronik yang disebut Electronic Commerce (E-Commerce). Secara
umum dapat dikatakan bahwa e-commerce adalah sistem perdagangan yang menggunakan
mekanisme elektronik yang ada di jaringan internet. E-Commerce merupakan warna baru
dalam dunia perdagangan, dimana kegiatan perdagangan tersebut dilakukan secara elektronik
dan online. Pembeli tidak harus dating ke took dan memilih barang secara langsung,
melainkan cukup melakukan browsing didepan komputer untuk melihat daftar barang
dagangan elektronik. Jika mempunyai keputusan membeli, ia cukup mengisi beberapa form
yang disediakan, kemudian mengirimkannya secara online. Pembayaran bisa dilakukan
dengan kartu kredit atau transfer bank, dan kemudian pulang ke rumah menunggu barang
datang.
Dalam pelaksanaannya, e-commerce menimbulkan beberapa isu menyangkut aspek
hukum perdagangan dalam penggunaan sistem yang berbentuk secara on line networking
management tersebut. Beberapa permasalahan tersebut antara lain menyangkut prinsip-prinsip
yurisdiksi dalam transaksi, permasalahan kontrak dalam transaksi elektronik, masalah
perlindungan konsumen, masalah pajak (taxation), kasus-kasus pemalsuan tanda tangan
digital, dan sebagainya.
Dengan berbagai permasalahan yang muncul menyangkut perdagangan via internet
tersebut, diperlukan acuan model hukum yang dapat digunakan sebagai standard transaksi.
Salahsatu acuan internasional yang banyak digunakan adalah Uncitral Model Law on
Electronic Commerce 1996. Acuan yang berisi model hukum dalam transaksi e-commerce
tersebut diterbitkan oleh UNCITRAL sebagai salahsatu komisi internasional yang berada
dibawah naungan PBB. Model tersebut telah disetujui oleh General Assembly Ressolution
No. 51/162 tanggal 16 Desember 1996.

21
III. E. Pelanggaran HAKI
Sebagai teknologi yang bekerja secara digital, komputer memiliki sifat keluwesan yang tinggi.
Hal itu berarti bahwa jika informasi berbentuk digital maka secara mudah seseorang dapat
menyalinnya untuk berbagi dengan orang yang lain. Sifat itu disatu sisi menimbulkan banyak
keuntungan, tetapi disisi lain juga menimbulkan permasalahan, terutama menyangkut HAKI.
Beberapa kasus HAKI itu antara lain adalah ; pembajakan perangkat lunak, softlifting
(pemakaian lisensi melebihi kapasitas penggunaan yang seharusnya), penjualan CD ROM
illegal atau juga penyewaan perangkat lunak illegal.
Indonesia merupakan salahsatu negara yang memiliki tingkat pembajakan perangkat
lunak cukup tinggi. Survey yang dilakukan Business Software Alliance (BSA) pada tahun
2001, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-3 terjadinya pembajakan terbesar didunia.
Dengan peringkat tersebut, Indoneia berada dibawah Vietnam sebagai peringkat ke-1 dan
China sebagai peringkat ke-2. Kebanyakan pembajakan di Indonesia adalah pembajakan yang
dilakukan oleh end user seperti ; penggunaan satu lisensi untuk banyak PC, pelanggaran
kontrak lisensi serta pemuatan perangkat lunak bajakan di PC.

III. F. Tanggung-Jawab Profesi


Seiring perkembangan teknologi pula, para profesional dibidang komputer sudah melakukan
spesialisasi bidang pengetahuan dan seringkali mempunyai posisi yang tinggi dan terhormat
dikalangan masyarakat. Oleh karena alasan tersebut, mereka memiliki tanggung-jawab yang
tinggi, mencakup banyak hal dari konsekuensi profesi yang dijalaninya. Para profesional
menemukan diri mereka dalam hubungan profesionalnya dengan orang lain, mencakup
pekerja dengan pekerjaan, klien dengan profesional, profesional dengan profesional lain, serta
masyarakat dengan profesional.
Hubungan ini melibatkan suatu keanekaragaman minat, dan kadang-kadang minat ini
dapat masuk kedalam bertentangan satu sama lain. Para profesional komputer yang
bertanggung-jawab, tentunnya sadar dengan konflik kepentingan yang mungkin terjadi dan
berusaha untuk menghindarinya.
Organisasi profesi di AS, seperti ; Association for Computing Machinery (ACM) dan
Institute of Electrical and Electornic Engineers (IEEE), sudah menetapkan kode etik, syarat-
syarat pelaku profesi dan garis-garis besar pekerjaan untuk membantu para profesional
komputer dalam memahami dan mengatur tanggung-jawab etis yang harus dipenuhinya.

22
Di Indonesia, organisasi profesi dibidang komputer yang didirikan sejak tahun 1974
yang bernama IPKIN (Ikatan Profesi Komputer dan Informatika), juga sudah menetapkan
kode etik yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan pemakaian teknologi komputer di
Indonesia. Kode etik profesi tersebut menyangkut kewajiban pelaku profesi terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi, kewajiban pelaku profesi terhadap masyarkat, kewajiban pelaku
profesi terhadap sesama pengemban profesi ilmiah, serta kewajiban pelaku profesi terhadap
sesama umat manusia dan lingkungan hidup.
Munculnya kode etik profesi tersebut tentunya memberikan gambaran adanya tanggung-
jawab yang tinggi bagi para pengemban profesi bidang komputer untuk menjalankan fungsi
dan tugasnya sebagai seorang profesional dengan baik sesuai garis-garis profesionalisme yang
ditetapkan.

IV. LATIHAN/SOAL

1. Seorang profesional di bidang komputer memiliki tanggung-jawab yang tinggi, mencakup


banyak hal dari konsekuensi profesi yang dijalaninya. Menurut anda, bagaimanakah para
profesioal komputer harus bersikap dalam hubungan profesionalnya dengan orang lain ?
2. Sementara itu, Donald Gotterbarn (1990) mempelopori suatu pendekatan yang berbeda
dalam melukiskan cakupan khusus bidang etika komputer dimana etika komputer harus
dipandang sebagai suatu cabang etika profesional. Apakah maksud pernyataan bahwa etika
komputer harus dipandang sebagai suatu cabang etika profesional tersebut ?
3. Munculnya etika komputer sebagai sebuah bidang studi berawal dari kontribusi besar
seorang profesor MIT bernama Norbert Wiener dengan pemikiran di era 1940-an yang
jauh menjangkau ke depan. Sebutkan gagasan-gagasan pokok Wiener yang menjadi fondasi
lahirnya bidang ilmu baru yang disebut etika komputer tersebut !
4. James Moor (1985) mendefinisikan etika komputer didalam artikelnya “What Is Computer
Ethics ?” sebagai suatu bidang yang terkait dengan “policy vacuums” and “conceptual
muddles”. Apakah maksud pernyataan tersebut ?
5. Secara lebih lanjut, James Moor juga mengatakan bahwa teknologi computer itu memiliki
sifat “logically malleable”. Apakah maksud sifat tersebut ?

23
V. PENUTUP

Modul ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan Etika Komputer, cakupan pembahasan
Etika Kompuer dan isu-isu yang sering muncul dalam Etika Komputer.

24

Anda mungkin juga menyukai