Anda di halaman 1dari 97

Death March kara Hajimaru Isekai

Kyusoukyoku (WN) – Bahasa Indonesia


Volume 4
4-1. Kesalahpahaman adalah Bumbu
Komedi Cinta
Translator : nuasa
Satou disini. Ada hal yang namanyabutterfly dream, dan aku, bersyukur
untungnya itu hanya mimpi, Satou.
<TLN: http://en.wikipedia.org/wiki/Zhuangzi_%28book%29#.22The_Butterf
ly_Dream.22&gt;
Apa aku akan bisa kembali ke dunia yang aku rindukan lagi?

Dari jendela, aku bisa mendengar suara hiruk pikuk di luar. Apa aku
kesiangan?
Kemarin, aku mendapatkan banyak informasi, dan aku juga tahu sifat
identitas Arisa yang sebenarnya. Paginya, aku merasa lebih tenang
dibandingkan saat dia mengetahui dia ingin kubeli dengan memanfaatkan
sihirnya, dia juga sudah tahu identitas asliku, jadi, akan berbahaya kalau aku
melepasnya. Aku meyakinkan diri bahwa dia adalah petunjuk untuk kembali
ke bumi. Aku tidak mungkin mencekik leher gadis kecil sampai mati, daripada
itu aku lebih baik lari ke ujung dunia.

Sambil tenggelam dalam kehangatan selimut dan kasur, akupun tidur lagi,
sampai ada yang membuka pintu dengan keras… iya tanpa mengetuk..

“Satou-san, kau sudah bangun~? Pacarmu sudah datang~” (Martha)

Martha-chan benar-benar energik setiap pagi ya. “A-Aku bukan pacar…”, Zena
berusaha menutup mulut Martha dengan paniknya.

“Selamat pagi.” (Satou)


Dengan setengah mengantuk, aku bangun dan menyapa mereka. Dingin sekali.
Semalam setelah dari labirin, aku melepas jubahku dan langsung tidur begitu
saja, tapi… ah begitu ya, baju yang ku pakai di bawah jubah di lepas oleh Arisa.

“Oh, badan yang bagus~.” (Martha)

Martha-chan memandangiku yang setengah telanjang dengan tertarik. Zena


yang ada di belakangnya juga melihat dengan tersipu. Kupikir dia sudah
terbiasa melihat pria telanjang dada di militer.

“Maaf, membuat kalian melihatku dalam kondisi kurang sopan. Aku akan
segera memakai pakaian.” (Satou)
Aku meletakkan tanganku di bawah selimut saat akan berdiri.
“Ahn♪”

..loh kenapa hangat?


Saat aku melihat ke bawah, seorang gadis kecil setengah telanjang ada di sana.
Tanganku secara tidak sengaja berada di dada telanjangnya… Sejak kapan dia
naik kesini?
Melihatku tidur bersama dengan seorang gadis kecil, wajah Zena berubah dari
merah menjadi biru.
“…Master …kalau kau terus melakukannya…aku bisa…” (Lulu)

Seakan menunggu timing ini, Lulu pun mengigau.


Kalau dilihat, kemungkinan dia terlempar di sekitar kasur. Dia tidur miring,
dengan punggungnya mengharap ke arahku. Karena pakaiannya pendek,
pantatnya yang indah pun terlihat, aku baru sadar ternyata dia tidak memakai
celana dalam. Terlebih lagi, ada noda merah di kasurnya? Bukan karena aku
loh, ya?
“Satou mesum…bodoh~~~~!” (Zena)
Zena berlari keluar ruangan sambil menangis.
Martha-chan menggaruk kepalanya, “Maaf sudah mengganggu~ Silahkan
nikmati waktumu~”, dan menutup pintunya.
Ini pertama kalinya aku mendengar kata mesum di kehidupan nyata. Rasanya
seperti itu urusan orang lain.

“Master, kalau kau punya kain bersih, boleh aku minta? Sepertinya Lulu haid.”
Aku pun mengeluarkan sepotong kain dari tas.
“Terima kasih. Omong-omong, apa kau tidak mau mengejarnya? Kalau tidak
segera, nanti dia bisa salah paham loh ~” (Arisa)

Meskipun dia bukan pacarku, akan merepotkan kalau membiarkan


kesalahpahaman ini.

Saat melihat radar, dia masih berada di jalanan utama di luar penginapan.
Prajurit sihir memang hebat, larinya cepat, meskipun baru saja keluar dari
sini. Radar ini benar-benar membantu, tapi aku takut kalau seorang penguntit
punya skill seperti ini.

Aku menghetikan pikiran bodoh itu dan memakai bajuku yang ada di lantai,
karena aku tidak mungkin lompat keluar dengan telanjang. Tentu saja aku
masih memakai celana kolorku.

Saat memperhitungkan waktu yang tepat, akupun melompat dari jendela ke


jalan.
Aku mendarat dan menghalangi Zena. Aku menangkap Zena yang masih
terkejut dan menghentikan momentumnya dengan berputar satu kali.
“Zena-san, kau salah paham.” (Satou)
“Tapi, kau tidur dengan gadis kecil yang manis!” (Zena)
“Dia tidur di kasur yang salah saat mengigau dan setengah tidur.” (Satou)
Tidak apa-apa kan kalau tidur dengan anak kecil?
Aku juga masih memakai kolorku dari kemarin. Aku akan meyakinkan dia
kalau aku tidak salah.
Aku bukan lolicon!

“Tapi ada gadis lain yang berambut hitam itu! E, eu…” (Zena)
“Maksudmu kakaknya yang tidur dengan posisi miring itu? Sepertinya dia
baru mulai haid.” (Satou)
Zena-san pun akhirnya sadar.

“T-Tapi, laki-laki yang membeli budak biasanya meminta mereka melayaninya


di malam hari kan? Lilio bilang begitu!”

Sialan kau, Lilio.

“Itu tergantung masing-masing orang. Dua bersaudara itu hanya pengganti


untuk maid, tahu? Karena para gadis beastkin sudah menjadi pengawal, jadi
mereka yang akan bertugas belanja.” (Satou)

“…Tapi”(Zena)

Meskipun dia sudah mengerti, tapi perasaannya masih belum menerima ya?
Tadinya aku mau bilang “Kalau aku mau melakukan ‘itu’, aku lebih memilih
membeli yang seksi kan?.” Tapi sepertinya itu hanya akan membuat dia
semakin marah.
“Hari ini, kau memakai pakaian yang beda dari kemarin ya? Banyak hiasan
yang dijahit rapi, benar-benar bagus. Aura kecantikan Zena jadi keluar.”
(Satou)

Di saat seperti ini, lebih baik untuk memujinya dan mengalihkan


permasalahan.
dia berkata, “T-Tidak… bajunya saja yang memang bagus…”, dengan tersipu
malu dan terlihat sedikit senang.
“Benar-benar cantik, tapi apa kau tidak kedinginan memakai baju tipis seperti
itu?” (Satou)
“Tidak, karena aku sudah berlatih, jadi tidak apa.” (Zena)
Itu bukan kata-kata seorang perempuan loh, Zena-san.
Saat ini, aku harus segera merangkulnya dan mengatakan “Kau akan hangat
disini “!
“Oh iya, ada toko dekat sini yang menjual syal cantik. Bagaimana kalau kita
kesana?” (Satou)
“Benarkah? baiklah!” (Zena)
Yosh, aku berhasil mengalihkan pembicaraannya. Lalu, setelah
membandingan beberapa syal dan selendang, aku memberikannya syal pink
yang dia pilih sebagai hadiah, moodnya pun sudah kembali normal. Wanita itu
kalau belanja, lama ya?

Saat kami kembali ke penginapan, Arisa memanggilku dari dekat kandang.


“Selamat datang kembali, master. Aku senang sepertinya kesalahpahamannya
sudah terselesaikan.” (Arisa)
Si pelaku utama yang bertingkah seakan-akan ini salah orang lain.

“Aku pulang, sedang apa kau disini?” (Satou)


“Kami ingin meminta roti dari Liza-san karena kami lapar.” (Arisa)
“Jadi, kalian sudah makan?” (Satou)
“Yup, Lulu masih makan di dalam, sepertinya sedang tidak selera…” (Arisa)
Begitu ya, untuk seorang yang lambat, mungkin tidak begitu suka daging asap.
Aku memberikan Arisa beberapa koin perak dan memintanya membeli buah.
Akupun kembali ke kamar dan mengganti baju.
Zena-san menunggu di kedai di lantai 1 penginapan sambil meminum jus
buah.
Aku memcuci muka ku dengan menuangkan air dari kendi ke baskom
tembaga. Karena rambutku juga tidak terlalu berantakan, aku hanya
membasahinya sedikit dan menyisirnya dengan tangan. Aku harus mencari
sisir nanti.

Aku berganti dengan jubah bersih dan sepatu bot baru. Saat aku coba
memakai sepatu botnya, aku menemukan buah kering.
Apa Arisa yang membuangnya? Meskipun Martha-chan akan
membersihkannya nanti, yah aku letakkan saja di penyimpanan, aku ingin
mencoba sesuatu.
Oh iya, aku mengeluarkan『Makanan panas』 yang dulu aku letakkan di hari
pertama aku kesini, dan masih tetap panas. Akupun mencicipinya, setelah aku
pastikan, tidak basi dan rasanya masih sama.『Makanan Panas』 dan 『Buah
kering』. Sepertinya seru, jadi aku mencobanya. Aku mengalokasikan 1 skill
poin untuk Item Box dan mengaktifkannya, lalu meletakkan sisa makanan
panas tadi di dalamnya. Karena takut nanti aku akan lupa, akupun
mencatatnya di note.

“Maaf sudah menunggu, Zena-san.” (Satou)


“Tidak apa, aku baru saja selesai mengobrol dengan Martha-chan.” (Zena)
“Iya,iya, pengganggu ini pergi dulu ya~.”, dan Martha pun kembali bekerja.

Sesaat setelahnya, Arisa, Liza yang lainnya kembali, akupun memanggil


mereka.
Lulu terlihat kurang sehat, jadi dia kembali ke kamar. Aku meminta pelayan
yang kebetulan lewat untuk mengantarkan air ke kamar dan memberikannya
beberapa koin tembaga sebagai tip.

Aku keluar bersama Zena-san, Arisa, Liza dan yang lain.


Aku menaruh 10 koin perak ke kantong kecil dan memberikannya ke Arisa
untuk dia membeli pakaian ganti dan kebutuhan lainnya. Liza dan yang lain
akan jadi pengawal yang membawakan barangnya.
“Master, apa boleh kembaliannya untuk membeli jajanan manis?” (Arisa)
“Tidak apa, selama hanya 1 koin tembaga besar, karena itu termasuk untuk
makan siang kalian, jadi jangan dihabiskan semua untuk jajan.” (Satou)
“Baaaiiiik~”, Arisa pergi menuju jalanan timur. Pochi dan Tama ada di
sampingnya, dia terlihat seperti bos mafia bocah. Liza yang mengikuti dari
belakang jadi terlihat seperti orangtuanya.

“Dia benar-benar budak yang sopan ya?” (Zena)


“Aku tidak tahu bagaimana sikap seorang budak biasanya, tapi dia itu gadis
yang mudah bergaul.”(Satou)

Karena cuacanya juga sedang bagus, kami memutuskan untuk berjalan di


sekitar taman sambil mengobrol.

“Apa kau sedang libur hari ini?” (Satou)


“Tidak, aku bertugas siang nanti.” (Zena)
“Bukannya kau baru tugas malam kemarin?” (Satou)
“Iya, karena kami sedang kekurangan orang, jadi hanya bisa istirahat setengah
hari saja.” (Zena)
Hmm? Dan kau memutuskan bertemu denganku meskipun sesibuk itu? Aku
tidak tahu dia, sebegitu sukanya padaku, apa dia punya urusan lain?
“Ah,..karena ini adalah pengalaman pertempuran pertama untuk beberapa
orang di militer, jadi untuk menenangkan diri mereka…” (Zena)

Begitu ya, omong-omong, meskipun nyawaku sedang dalam bahaya, entah


kenapa aku bisa tetap bersikap tenang. Meskipun masih ada bayang-bayang
dari pertempuran waktu itu…

Tidak, saat bertarung ataupun setelahnya, aku juga masih tenang, apa karena
ini masih belum terasa nyata buatku?

Meskipun aku sudah membantai ras yang ‘seperti’ Liza, tapi aku tidak merasa
ada penyesalan sedikitpun, kenapa ya?

Apa ini efek dari kemampuan khusus yang tidak diketahui??


Pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku…
Sebuah aroma lembut tiba-tiba menggelitik hidungku, dan saat aku
mengangkat mataku, aku melihat wajah Zena-san yang cemas.

“Kau tidak apa-apa? Satou-san.” (Zena)


“Ah, maaf, aku sedikit melamun tadi, aku tidak apa-apa kok” (Satou)
Kalau aku memikirkan ini sendiri, jawabannya tidak akan pernah kutemukan,
sepertinya aku harus berkonsultasi dengan Arisa malam ini…

Lalu, aku meminta Zena-san untuk membantu berlatih membaca mantra di


taman, aku selalu gagal karena tidak bisa berkonsentrasi. Meskipun begitu,
aku tetap melanjutkan latihan seakan-akan sedang lari dari sesuatu. Zena-san
dengan sabar membimbingku sampai waktu istirahatnya habis dan dia
kembali bekerja…

4-2. Para Gadis kecil Berbelanja


Translator : nuasa
“Baiklah~ Ayo~semuanya, ikuti aku~”

Dengan perintah Arisa, Pochi dan Tama mengikutinya. Dia berbicara seolah
dia adalah master, bukannya budak. Aku tidak bisa melakukan hal seperti dia,
dan tidak berniat untuk melakukannya juga. Meskipun master sudah
mengijinkannya, sebagai budak, aku tidak akan menganggu.

“Pertama-tama, pakaian dalam! Jadi, pakaian dalam seperti apa yang kalian
pakai? ” (Arisa)

Arisa mengatakan itu sambil menyibak mantel dan rok Pochi untuk melihat.
Meskipun dia adalah gadis dari ras lain, harusnya dia tetap lebih berhati-hati,
tapi mungkin tidak apa-apa karena dia masih anak-anak.

“Tidak mungkin~ kau tidak pakai?! Jangan bilang, kau juga sama Liza-san?”
(Arisa)
“Iya, aku tidak pakai.” (Liza)
Arisa berkata, “Aku tidak percaya ini~”, secara berlebihan dengan kedua
tangannya menutupi mulutnya. Karena kami dari ras lain, jadi kami tidak
mengerti ekspresi apa itu.

“Kita akan beli pakaian dalam untuk semuanya, ayo!” (Arisa)


“Oou~.” (Tama)
“Oou~, nano desu~.” (Pochi)
Tanpa basa-basi, Arisa berjalan dengan Tama dan Pochi sambil bergandengan
tangan. Karena mereka bertiga masih anak-anak, mereka bisa jadi sasaran
pencopet, jadi aku mengawasi dari belakang.

“Tapi, celana dalam di negeri ini juga hanya celana pendek ya. Sepertinya aku
harus membuatnya sendiri kalau aku ingin celana dalam ataupun bra ~”
(Arisa)
Sepertinya dia tidak suka dengan barang yang ada di toko. Aku tidak tahu
istilah yang digunakannya, tapi, apa itu sejenis pakaian dalam?

“Yah, setidaknya lebih baik daripada tidak pakai, Liza, maaf, sebentar.” (Arisa)

Setelah mengatakan itu, Arisa merangkul pinggangku, sepertinya dia sedang


mengukur ukruanku.

“Paman, tolong minta ukuran 9 untuk yang ini, dan 3 untuk yang ini dan itu.
Jadi semuanya berapa?”(Arisa)

Dia dengan percaya diri menawar harga, dari 10 koin tembaga besar menjadi
6. Terlebih lagi, dia mendapat 5 benang hias sebagai bonus. Apa dia punya
skill negosiasi atau menawar? Tidak heran dia di percaya master untuk
belanja.

15 potong pakaian dalam itu diletakkan di tas. Tugasku membawakannya.

“Kuh~ Aku tidak tahan dengan aroma manis~.” (Arisa)


“Baunya enak~.” (Tama)
“Nano desu~.” (Pochi)
Aku menghentikan mereka yang terhipnotis oleh aroma makanan dan hampir
berjalan kesana, untuk kembali belanja. Meskipun bisa diandalkan, tapi
ternyata dia tetap anak-anak.

“Pilih bahan apa ya untuk pakaiannya~? Ini bahannya dari linen dan katun ya
~ Uwa, ada baju dari rajutan rumput juga! Kalian suka baju yang seperti apa?”
(Arisa)
Pochi dan Tama bingung. Mereka tidak pernah memilih pakaian mereka
sendiri sebelumnya. Aku pernah pesan baju saat masih tinggal bersama suku
ku, selain itu, aku biasanya hanya memakai baju pemberian orang. Mungkin
dia berasal dari keluarga kaya.

“Aku tidak masalah, asalkan bisa dipakai. Karena aku bertarung dengan
tombak, baju yang kuat mungkin akan lebih baik.” (Liza)

“Begitu ya, kita cari baju untuk petarung yang terlihat lucu! Aku
bersemangat!” (Arisa)
“Semangat~” (Tama)
“Nano desu~” (Pochi)
Menurutku tidak harus lucu, tapi Pochi dan Tama terlihat senang. Mereka
mungkin terbawa suasana.

“Ini, bagaimana dengan ini? Warna hijau chartreuse itu cukup cantik, dan
dekorasi manset ini juga lucu~ apalagi bagian punggungnya terbuka, jadi saat
kau menyisir rambut, bisa sekaligus untuk menggoda laki-laki ~.” (Arisa)

“Arisa, aku senang kau mau memilihkan baju untukku, tapi aku memilih tunik
dan celana ini saja. Kelihatannya mudah untuk bergerak dan bahannya juga
tebal, jadi bisa tahan lama.” (Liza)

Sepertinya dia tidak suka pilihanku, Arisa menggaruk kepalanya yang tertutup
mantel. Kalau dia kami demi-human aku bisa mengerti, tapi kenapa dia yang
manusia juga menutup kepalanya?

Pada akhirnya, selain Arisa, kami hanya membeli 2 set tunik dan celana, dan
satu potong yang di rekomendasikan Arisa.
“Arisa, kami sudah puas dengan hanya 1 set baju. Aku tidak mau menyia-
nyiakan uang master…” (Liza)
“Ini tidak sia-sia! Kalau pakaian kita lusuh, itu akan mempermalukan master,
yah meskipun tidak perlu pakaian yang mencolok, setidaknya ada pakaian
ganti!” (Arisa)
Arisa dengan tegas mengatakannya. Seorang gadis dari ras yang sama dengan
master mengatakan sampai seperti ini. Yah kalau memang perlu, baiklah.

Kami membeli dari 4 kios, seperti dugaanku 15 potong pakaian itu banyak.
Karena tidak muat di tas, kami membeli ransel untuk membawa barang
masing-masing. Kami juga membeli untuk Lulu yang ada di penginapan.
Kami menghabiskan uang 4 koin perak dan 2 tembaga besar. Apa tidak apa-
apa untuk budak menghabiskan uang sebanyak ini?


“Selanjutnya sepatu~.” (Arisa)
“Sepatu~?” (Tama)
“Kita masih punya sepatu no desu.” (Pochi)
Tama memiringkan kepalanya, dan Pochi menunjuk ke arah sandal di kakinya.
Bukan hanya budak, bahkan masyarakat biasa yang miskinpun tidak memakai
alas kaki.
“Bukannya alas kaki ganti itu terlalu mewah??” (Liza)

Kami menghabiskan banyak uang seperti itu hal biasa. Aku takut ini terlalu
berlebihan. Aku tidak keberatan jika dihukum, tapi saat membayangkan
master akan jijik melihatku, jantungku membeku.

“Kalau kau bertarung memakai sandal, akan berbahaya tahu? Sepatu bot atau
setidaknya sepatu dari kulit itu lebih baik.” (Arisa)

“Kulit kami keras, jadi tidak apa-apa.” (Liza)


Arisa menggelengkan kepalanya.

“Kalau kau digigit serangga, terlebih yang beracun bagaimana? juga kalau
kakimu terluka, meskipun kau adalah hero sekalipun, kau tetap bisa mati,
pokoknya kita akan beli sepatu.” (Arisa)

Dia memaksa masuk ke kios, tapi penjaga toko menolak.


Arisa tetap memaksa masuk, tapi sepertinya penjaga toko tidak mau
berkompromi.
“Kenapa tidak boleh?!” (Arisa)
“Siapa yang mau menyentuh kaki demi-human! Mereka lebih pantas
bertelanjang kaki. Kalian mengganggu bisnisku saja, pergi sana!” (Penjaga
Toko)
Karena sepertinya pemilik toko hendak mendorong Arisa, aku mengangkat
Arisa dari belakang. Pukulan pemilik toko itu mengenai perutku, tapi karena
terlalu lemah, jadi tidak terasa sama sekali.

Setelah menghabiskan waktu di labirin dengan master, sepertinya aku


menjadi semakin kuat.

Kalau boleh, aku ingin bertarung di labirin lagi dengan master. Daging katak
bakar waktu itu benar-benar lezat ..Bukan, ini bukan untuk daging bakar itu.
Aku hanya senang bisa berguna saat di labirin.

“Oke~ aku sudah tenang sekarang, selanjutnya peralatan sehari-hari!” (Arisa)


“Peralatan~.”
“Peralatan nano desu~.”
Aku penasaran apa Pochi dan Tama tahu apa itu peralatan sehari-hari…
“Arisa, apa yang mau kita beli? Kalau alat makan dan alat masak, kita sudah
punya beberapa.” (Liza)
“Begitu ya~ kalau begitu, kita cari yang belum ada dan sekiranya dibutuhkan.”
(Arisa)
“Adanya apa ya~ sisir, cermin tangan, gelas, botol, jarum jahit, benang,
gunting kain, handuk, pena, tinta dan kertas, mungkin ya.” (Arisa)

“Arisa, bukannya cermin tangan itu terlalu mahal? Dan juga, untuk apa alat
jahit dan alat tulisnya?” (Liza)

“Alat tulis itu pesanan master. Alat jahitnya untuk keperluanku. Karena dulu
aku adalah cosplayer yang membuat kostum sendiri, aku bisa sedikit
menjahit, aku juga bisa membuat pakaian dalam lucu ataupun baju khusus
lain ~.” (Arisa)

Kami selesai membeli barang-barang itu dari berbagai toko, pada akhirnya
kami tidak membeli cermin tangan karena harganya yang mahal dan melebihi
budget meskipun sudah berusaha di tawar.

“Baiklah, misi selesai~ selanjutnya adalah yang sudah ditunggu-tunggu, jajan


~”
“Jajan~ Daging~” (Tama)
“Daging~ Nano desu~” (Pochi)
“Kita kan sudah sarapan tadi pagi. Masih mau makan lagi?” (Liza)
Kupikir makan hanya ada di pagi dan malam, apa berbeda untuk manusia?

Kalau diingat, kami memang banyak makan saat di labirin, tapi itu karena
untuk mengembalikan tenaga yang hilang saat bertarung.
“Makanan ringan itu perlu untuk budaya hidup!” (Arisa)

Karena Master sudah mengijinkan, jadi aku tidak akan terlalu menentangnya.
Sambil memilih makanan dari berbagai kedai, dia tidak lupa membeli buah
untuk Lulu. Karena Lulu sepertinya adalah kakaknya, dia benar-benar adik
yang perhatian.
“Semuanya, kalian mau makan apa?” (Arisa)
“Daging~!”(Tama)
“Daging!”(Pochi)
“Daging itu enak.” (Liza)
Arisa sedikit kecewa.
Menurutku, tidak ada yang lebih enak dari daging. Apa berbeda untuk ras
manusia?
“Daging apa?” (Arisa)
“Yang ditusuk~”(Tama)
“Daging yang menempel di tulang nano desu~” (Pochi)
“Aku mau daging paha burung panggang.” (Liza)
Setelah itu, Arisa mengatakan.
“Baiklah, karena budgetnya banyak, kita coba satu per satu~.” (Arisa)

Itu adalah saat-saat yang membahagiakan. Dengan garam dan minyak yang
cukup, penuh dengan aroma lezat, gunungan daging domba panggang, aku
tidak tahu daging bagian mana, tapi itu daging yang masih menempel di
tulang, teksturnya kenyal dan lezat, mirip seperti daging ayam. Ah~ daging
memang yang terbaik.

Terakhir, aku mencoba pasta manis yang direkomendasikan Arisa, tapi tidak
lebih enak dari dagingnya. Apa memang selera makanan ras manusia itu
berbeda dengan demi-human?
Sebelum menjadi budak pun aku hanya bisa daging selama festival dan itupun
hanya daging ikan. Saat merenungkannya, aku merasa beruntung menjadi
budak dari master.

4-3. Bermacam-macam persoalan


dan ‘Bendera’
Translator : nuasa
Satou disini. Apa kalian pernah merasa seperti di kendalikan seseorang?
Aku merasa seperti Son Goku dari Saiyuki…

“Ada apa Master? kenapa kau membungkuk seperti itu~?” (Arisa)


Pikiranku yang terus berputar terhenti saat Arisa berdiri dengan barang
bawaan yang besar.
“Sakit perut~?” (Tama)
“sakit no desu?”(Pochi)
Aku menengok ke arah dimana jubahku di tarik, aku melihat Pochi dan Tama
melihatku dengan cemas sambil berjongkok di dekat kakiku.
Liza dengan tenang berdiri, tapi aku bisa merasakan dia khawatir.
“Aku tidak apa-apa, hanya lelah karena kesibukan dua hari belakangan.”
(Satou)

Aku menepuk kepala Pochi dan Tama.


Aku benar-benar gagal menjadi orang dewasa kalau sampai membuat mereka
khawatir. Setelah itu, rasa penyesalan dan ketakutan yang aku rasakan hilang
seketika.
…aku memeriksa log kalau-kalau ada pesan muncul, ternyata tidak ada.
Aku benar-benar harus bicara dengan Arisa malam ini. Akupun berbisik
kepadanya, “Malam ini, setelah Lulu tidur, luangkan waktumu ya”, tapi dia
menjawab dengan penuh kesalah pahaman, “Eh~ bukannya master terlalu
cepat menyerah ?”. Aku anggap itu OK.

Saat aku bertanya apa yang mereka belanjakan, Pochi dan Tama dengan
riangnya mulai mengeluarkan baju dari tas. Aku pun menghentikan mereka,
dan memutuskan akan melihatnya setelah kembali ke penginapan saja. Liza
meminta maaf, merasa bersalah karena sudah menghabiskan banyak uang,
tapi aku katakan bahwa dia tidak perlu khawatir karena itu adalah keperluan
yang memang dibutuhkan.

Meski dengan pengeluaran sekarang, untuk mata uang kerajaan Shiga yang
aku miliki, bisa bertahan untuk 2-3 tahun kedepan sebelum habis. (Belum
mata uang lain wkkwkw)

Dalam perjalanan menuju penginapan, aku mendengarkan cerita pengalaman


Arisa dan yang lain saat mereka berbelanja. Pochi dan Tama bercerita tentang
pertama kalinya mereka belanja dengan gembira dari awal sampai akhir, dan
mengatakan padaku betapa menyenangkannya itu. Aku menyarankan Liza
untuk membagi barang bawaannya denganku, tapi dia menolak dengan halus.

Sesaat sebelum sampai penginapan, aku melihat seseorang yang ku kenal dari
belakang. Dia berjalan dengan terhuyun. Martha-chan dan gadis pembantu
dari penginapan sedang membawa beberapa ikat kayu bakar.

“Martha-chan, apa kau baru kembali dari bertugas?” (Satou)


“Ah, Satou-san. Apa kencannya sudah selesai?” (Martha)
“Sayangnya, Zena-san ada pekerjaan siangnya.” (Satou)
Sambil berbincang, aku mengambil beberapa kayu bakar dari Martha dan
gadis itu. Ini mungkin tugas mereka, tapi tempat tujuan kami sama, jadi tidak
ada salahnya aku membantu membawakan. Liza mencoba mengambilnya, tapi
aku menolak, karena kedua tangannya sudah repot. Pochi dan Tama berkata
“Kami saja~” juga, tapi, tidak ada gunanya kalau aku mengambil kayu dari
seorang gadis hanya untuk menyerahkannya ke gadis lainnya, dan merekapun
menyerah.

Ini tidak terlalu berat, ya sekitar 2-3 kilo. Tidak masuk akal kan untuk
membiarkan 2 orang gadis muda untung membawa 2 ikat seperti
ini/orangnya? Mereka biasanya mendapat kiriman, tapi sepertinya, hari ini
mereka kekurangan pergi membelinya lagi.

Kami masuk ke halaman dari pintu belakang dekat kandang dan meletakkan
kayu bakar itu di tempatnya.

>[Mendapatkan Skill Mengangkut]

“Terima kasih~ Satou-san. Berkatmu, kami terbantu~” (Martha)


“Terima kasih banyak, tamu-san.” (Gadis pembantu)
“Sama-sama.” (Satou)
Martha-chan pergi menuju dapur dengan seikat kayu bakar. Gadis pembantu
itu bernama Yuni. Aku memutuskan untuk mengamati Yuni yang akan
merawat kuda milik para tamu. Aku sudah lihat kuda sejak kemarin, tapi aku
tidak pernah melihat bagaimana cara merawat kuda, dan aku tertarik.

Yuni berdiri di atas bangku dan berusaha sekuat tenaga dengan tubuh
kecilnya untuk bisa menggapai kudanya untuk di gosok. Aku menawarkan diri
untuk membantunya, tapi dia bilang, nanti ibu pemilik akan memarahinya
kalau dia mengijinkan tamu membantunya. Setelah menyembunyikan barang-
barang mereka di bawah jerami, Pochi dan Tama kembali. Mereka mulai
membantu Yuni. Liza mengatakan bahwa mereka selalu membantu di pagi
dan malam juga. Jadi tidak apa-apa kalau di bantu mereka?

Melihat ketiga gadis berusaha merawat kudanya dengan baik, aku merasa
seperti orang tua yang datang ke acara lomba olahraga untuk mendukung
anaknya.
Tanpa aku sadari, yang tadinya hanya 3 gadis, sekarang menjadi 4, tapi Arisa
kelihatannya tidak terlalu bersemangat. “Nanti baju yang baru aku beli akan
kotor~” dia mengatakan itu sambil menunjukkan baju seperti-gadis-kota di
balik mantelnya.
“Liza, aku mau mengunjungi pos militer sementara untuk mengambil tombak
dan uang dari magic core. Kau mau ikut? ” (Satou)
“Iya, Aku akan menemani master.” (Liza)
“Aku juga! Aku ikut!” (PochiTama)
Pochi dan Tama berhenti membantu dan berlari ke arahku.
“Mau pergi~?”, “pergi nodesu?”, mereka mengatakan itu sambil berlari, tapi,
karena akan merepotkan jika kami semua pergi, aku meminta mereka untuk
tetap membantu Yuni saja. “Ay!”,”Nano desu~”, dan merekapun kembali
membantu sambil membawa pakan ternak untuk kudanya. Kenapa mereka
terlihat bahagia seperti itu ya?

“Bagaimana kondisi Lulu?” (Satou)


“Sepertinya tidak apa-apa. Aku sudah memberinya baju ganti dan pakaian
dalam, jadi kalau kau kesana sekarang, mungkin kau akan beruntung melihat
pemandangan mesum, tahu ~?” (Arisa)
Aku memukul kepalanya karena mengatakan hal bodoh itu. Apa kau benar-
benar adiknya?
“Kita mampir sebentar.” (Satou)
Aku mengatakan itu dan masuk ke guild pekerja.
“Halo Nadi-san.” (Satou)
“Ara, selamat datang Satou-san. Kau Bersama gadis-gadis cantik hari ini.”
(Nadi-san)
Saat kami masuk, Nadi-san menyapa kami dengan hangat dari seberang loket.
Ada seoran pria paruh baya, yang sepertinya penjaga toko, tapi dia selalu tidur
setiap kali datang. Apa dia benar-benar bekerja??

Aku berbicara dengan Nadi-san tentang mengirim dan mengembalikan benda-


benda milik para almarhum (dari labirin). Dari pada pria mencurigakan
sepertiku yang mengantar, akan lebih baik jika itu warga kota ini sendiri
seperti Nadi-san. Omong-omong, saat aku coba menanyakan ke petugas di pos
militer sementara itu, mereka langsung menolak, aku juga salah karena hanya
memberitahukan nama dan deksripsi kasar mayatnya, tapi aku yakin Nadi-san
bisa melakukannya.

“Apa kau mau aku mengumpulkan hadiahnya juga untukmu?”(Nadi-San)


“Apa? Hadiah apa?” (Satou)
Setelah menyampaikan informasi tentang para almarhum ke Nadi-san yang
akan mengurus pengirimannya, aku mendengar sesuatu yang aneh.
Sepertinya, dia ingin tahu apakah dia juga akan bertugas sebagai yang
mengumpulkan uang/hadiah dari mengirimkan benda-benda itu…yah aku
tidak begitu menginginkan hadiah untuk itu.

“Kalau begitu, bagaimana jika meminta upahnya hanya untuk para keluarga
kaya? Orang-orang seperti mereka akan curiga jika kita mengirimkan sesuatu
seperti barang peninggalan, tapi tidak mau menerima upah/hadiah.” (Nadi-
san)
Jadi begitu. Aku memutuskan untuk memberikan itu sepenuhnya untuk guild
pekerja.

“Nadi-san, aku ingin menanyakan hal lain …” (Satou)

Karena aku berencana untuk membeli atau menyewa rumah, aku


menanyakan harga pasarnya. Pada akhirnya aku tidak memintanya menjadi
perantara, karena aku tidak sanggup membelinya. Nadi-san mengatakan,
“Banyak orang yang tidak suka hidup berdampingan dengan demi-human,
tentu saja itu juga berlaku di dinding dalam, bahkan di distrik barat juga,
menurutku tidak akan ada orang yang mau menjual rumahnya untukmu. Kau
bisa mencari di distrik timur kalau mau, tapi karena lingkungannya kurang
aman, jika orang kaya seperti Satou-san datang dan tinggal disana, pasti akan
ada pencuri yang menyerangmu besoknya.” Begitu katanya.

“Silahkan tanda tangan dokumen transaksi ini. Biaya


untuk appraising tombaknya sudah kami potong dari uang pembayaran magic
core. Keamanan tombaknya sudah di verifikasi dan kau bisa membawanya di
kota, tapi tolong jangan sampai mempersenjatai demi-human.” (Petugas)
Aku menandatangani dokumen yang disediakan dan menerima kembali
tombaknya. Aku membalut tombak itu dengan kain yang kubawa.

Harga dari magic coresnya 17 koin perak. Biaya appraisalnya 2 koin perak,
apa jumlahnya benar? Sejujurnya, kupikir kita bisa cukup hidup sebagai
seorang appraiser kalau begitu. Dengan hanya masuk sehari ke labirin, kami
berempat bisa mendapat 6 Arisa… tunggu, hitungan macam apa ini. Aku tidak
akan bisa membeli budak yang memiliki skill atau pengetahuan, kalau hanya
untuk budak pekerja kasar, lebih dari cukup. Kalau aku membagikan ini
menjadi 4, akan cukup untuk hidup setengah bulan…
“Eh~ Labirin itu cukup menguntungkan juga ya~.” (Arisa)
“Ya resikonya juga kan nyawa.” (Satou)
Arisa yang yang saat di dalam pos militer sementara hanya diam, mulai
berbicara saat kami keluar dengan matanya yang berbinar-binar.

“Hei, Master, aku mau tanya..apa kau berencana menetap di kota ini?” (Arisa)
“Tidak, aku tidak ada niatan seperti itu.” (Satou)
“Tapi, tapi, bukannya kau berencana membeli rumah tadi?” (Arisa)
“Aku tidak mau Liza dan yang lainnya tidur di kandang, jadi aku berencana
membeli rumah, tapi sepertinya mustahil ~” (Satou)
Liza sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi mengurungkan niatnya saat
melihat Arisa yang semangat.

“Apa perempuan tadi itu istri lokalmu?” (Arisa)


“Jangan mengatakan hal seperti itu, yah meskipun aku ingin lebih dekat
dengannya, tapi dia bukan pacarku. Kami baru bertemu 3 hari yang lalu tahu?”
(Satou)
“Kalau begitu~ aku mau pergi ke kota labirin!” (Arisa)
Arisa mengatakan itu sambil meninjukan tangannya ke atas dan berpose
dengan seluruh tubuhnya, aku bisa mendengar efek suara darinya.
Labirin lagi.
“Kota labirin? artinya disana ada labirin kan? Apa kau tidak merasa takut?”
(Arisa)
“Uuun, memang aku punya kenangan tidak menyenangkan tentang itu, tapi!
Aku mau menaikkan levelku!” (Arisa)
Ini bukan game tahu.
Eh tunggu, justru karena ini bukan game, itulah kenapa dia ingin menaikkan
level.
“Memangnya, kau mau apa setelah naik level?” (Satou)
“Sebentar lagi akan memasuki musim raja iblis, aku ingin naik level untuk bisa
bertahan hidup! Dan juga ingin menaikkan skill sihirku agar bisa
menghilangkan geass juga.” (Arisa)
Musim raja iblis ya, mereka itu bukan lobak atau terong tahu…(TLN : Musim
buah/sayur kali XD)

Karena itu sepertinya perkataan konyol, akupun mengabaikannya.

4-4. Pasar Loak


Translator : nuasa
Satou disini. Melakukan trial dan error adalah hal paling menyenangkan yang
pernah aku lakukan. Yah, meskipun mengesalkan kalau lebih banyak
errornya…

“Kau bisa mati sebelum naik level.” (Satou)


“Tenang saja, aku punya banyak rencana dan persiapan.” (Arisa)
Aku mengabaikan Arisa yang terus berbicara dengan semangat dan mencoba
meminta pendapat Liza.

“Liza, apa kau juga mau pergi ke kota labirin?” (Satou)


“Aku akan pergi kemanapun master pergi.” (Liza)
“Aku senang dengan kesetiaanmu itu, tapi aku ingin mendengar pendapat Liza
sendiri. Karena aku yang akan tetap memutuskan keputusan akhirnya, jadi
tolong beritahu pendapatmu dengan jujur.” (Satou)
Mendengarkan pendapat bawahan dan menerapkannya begitu saja ⇒ Jika
gagal, salahkan bawahan, aku tidak akan seperti itu. Aku memutuskan tidak
ingin menjadi seperti itu setelah aku merasakan menjadi bawahan di tempat
kerja. Jangan memaksakan tugas yang tidak masuk akal!

“Aku ingin pergi kesana kalau memang diijinkan.” (Liza)

“Hei~ sepertinya obrolannya menarik, dengar…~” (Arisa)


“Aku akan mendengarkanmu nanti.” (Satou)
“Che~, kau memperlakukanku berbeda dengan Liza-san~” (Arisa)
Aku mengabaikan Arisa yang merajuk.
Jika kita pergi ke kota labirin, keuntungannya adalah, Liza dan yang lain bisa
berkeliling dengan bebas, diskriminasinya akan berkurang, Arisa dan yang
lain juga bisa menaikkan level mereka.
Kerugiannya adalah… Tidak ada? Tunggu, tunggu, tentu saja ada, kalau aku
pergi, aku akan berpisah dengan orang-orang yang ku kenal di kota ini, seperti
Zena-san dan Nadi-san. Dia benar-benar sangat perhatian padaku, sedangkan
aku memikirkan akan pergi dengan hati dingin seperti ini.

“Yah, aku tidak ada niatan untuk menetap di kota labirin juga, jadi tidak ada
salahnya wisata kesana.” (Satou)
“Wisata… ini tidak seperti di bumi.” (Arisa)
Ya tidak apa-apa kan? Wisata dunia lain. (Kok serem? XD)

“Sebelum itu, dimana lokasi kota labirin ini?” (Satou)


“Aku…tidak tahu?” (Arisa)
Oi, Putri.

“Tunggu, jangan melihatku seperti itu. Aku tahu kota labirin ada di kerajaan
Shiga, tapi aku tidak tahu lokasi pastinya.” (Arisa)

Haruskah aku beli peta sederhana dari toko buku? Petaku hanya
menunjukkan gurun dari yang waktu itu dan kota seryuu saja, jadi tidak
terlalu berguna sekarang. Aku tidak yakin ini, tapi sepertinya petaku bisa
menampilkan detil area hanya yang sudah pernah aku datangi saja.

“Master, kau tidak punya kuda atau angkutan kan?” (Arisa)


“tidak.” (Satou)
“Dimana ya yang jual?” (Arisa)
Karena square dekat gerbang memiliki area yang penuh dengan kandang
kuda, aku akan tanya disana. Biasanya aku akan bertanya Nadi-san, tapi aku
sudah menugaskannya dengan permintaan sebelumnya, dia mungkin sedang
sibuk sekarang.

“Karena master sanggup membeli rumah, jadi master juga pasti mampu
membeli kuda dan angkutannya, tapi, demi petualangan yang lebih baik, kita
akan mencari harta karun tersembunyi untuk biaya perjalanan!” (Arisa) (TLN
: maaf, di penjelasan sebelumnya salah, tenyata dia mampu beli rumah, tapi
ngga beli karena percuma XD)

Arisa menunjuk ke sebuah pasar loak. Gadis ini benar-benar berhati baja ya,
meskipun sudah ku abaikan, dia tidak berkecil hati.

Pasar loak di buka di lokasi yang sama dengan pasar budak kemarin, di area
terluar square di distrik timur. Tenda dan angkutan para pedagang budak juga
masih ada di tempatnya, tapi kios yang menjual sake dan makanan di malam
itu sudah tidak ada, sebagai gantinya, ada puluhan pedagang yang berjualan
beberapa barang bekas dengan area seluas meja kecil. Mungkin ada sekitar
100 pedagang.

“Master, aku ada permintaan sebelum kita kesana.” (Arisa)


“Aku akan mendengarkan kali ini, ada apa?” (Satou)
“Aku ingin meminta ijin menggunakan 2 sihir. [Deteksi Gelombang Sihir] dan
[Deteksi Kejahatan].” (Arisa)
Setelah dia menjelaskan efeknya, akupun mengijinkan. Sihir yang petama
adalah sihir untuk bisa membedakan alat sihir dan yang kedua adalah sihir
untuk mendeteksi jika ada seseorang yang berniat jahat. Karena tidak ada
ruginya, jadi aku mengijinkannya. Tentu saja aku bisa melakukan itu sendiri
meskipun tanpa Arisa, tapi aku bukan orang yang suka melarang ini itu
ataupun semua hal.

“Ini…! Beruntung kita menemukannya!” (Arisa)

Alat yang ditemukan Arisa itu tidak salah lagi adalah alat sihir yang rusak
menurut [appraisal]. Nama alat itu adalah [Undangan Mimpi yang Terbang
dalam Cahaya Bulan Malam], nama itu muncul dan hasil appraisalnya adalah
[▲▲▲ tapi ●●● agar □□ melakukan ●▲ memainkan ● namagu]. Seperti
biasa, deskripsi sihir dari dunia ini benar-benar seperti meledek. Bentuknya
sendiri seperti alat musik atau kotak musik, tapi hiasannya cabul, jadi
mungkin ini alat yang berhubungan dengan itu.

“Sepertinya rusak, jadi tidak usah.” (Satou)

Aku meninggalkan kiosnya saat pemilik toko mempromosikan alat itu sebagai
karya seni, dan kami pun melihat-lihat kios lain. Menyenangkan juga ya
melihat-lihat kios di pasar loak.

Aku melihat tongkat pendek yang aku beli waktu itu dengan harga 50% lebih
murah disini, akupun membeli 2. Setelah aku beli, aku sadar aku hanya
membuang uang…tapi aku yakin suatu saat ini akan berguna.

Lainnya adalah benang hias untuk mengikat sarung pedang pendek Pochi dan
Tama di sabuk mereka, aku juga membeli dekorasi rumbai untuk tombak Liza.
Harganya masih-masing beberapa koin tembaga. Dalam tipikal RPG, produk
kulit biasanya mahal, anehnya, dari yang kudengar dari abang pemilik kios, di
musim ini, mereka membunuh banyak kambing yang tidak berhibernasi, jadi
banyak stok produk, jadi membuat harganya lebih murah.

Karena harganya ternyata cukup lebih murah di pasar loak ini, akan sulit
berbelanja di kios biasa.

Aku tidak lupa membeli sebuah pita sebagai suvenir untuk Lulu. Warnanya
pink dengan panjang 50cm. Warna pinknya lebih muda di banding dengan
warna pink dari selendang yang ku belikan untuk Zena. Apa pewarnanya dari
sekitar sini ya?

Banyak sekali obat-obatan misterius yang di pamerkan, berdasarkan skill


appraisalku, itu semua hanyalah minuman penambah energi palsu tanpa efek
apa-apa. Aku tertarik dengan kata ‘minuman penambah energi’nya, tapi
karena skill ini tidak memberikanku bahan-bahannya, akupun menyerah.

Mereka juga menjual sabun, pomade dan produk rambut lainnya juga. Aku
tidak membeli pomadenya karena baunya yang kuat, bahkan di pasar loak
pun, harga sabun masih mahal yaitu 1 koin besar tembaga, aku membelinya
tanpa pikir panjang, karena baunya mirip dengan sabun yang biasa kupakai.
Aku tadinya hanya berniat membeli 1, tapi Arisa memohon dengan putus asa,
“Ini barang bagus!”, akhirnya akupun membeli semua yang ada.

“Master~ ini! Beli ini~.” (Arisa)

Benda yang Arisa minta adalah… kaca mata. Tapi hanya framenya saja, tanpa
lensa.

“Mau kau apakan benda ini?” (Satou)


“Tentu saja untuk dipakai master! Tidak banyak anak laki-laki berkacamata di
dunia fantasi ini! Ini langkah pertama untuk membawa fetish itu ke dunia ini
~~~~.” (Arisa)
Aku memukul kepalanya karena dia mulai kumat. Pemilik kios mengatakan
harganya 1 koin perak, tentu saja aku tidak membelinya.

Kios di sampingnya menjual sesuatu seperti kartu… bukannya itu Karuta?.
Dari appraisal, sepertinya itu adalah benda yang di turunkan dari nenek
moyang earl kota Seryuu city di masa leluhur Yamato. Bukan benda sihir, tapi
sepertinya berada dalam efek sihir ‘tetap’. Harga pasarnya 10 koin emas.
“Onii-san, matamu jeli juga ya~ ini adalah sebuah mainan dari masa
kekaisaran kuno.” (Pedagang)

Arisa menyela, “Eh~ Bagaimana cara memainkannya?” sambil terlihat ingin


bermain.

Aku mengabaikan paman penjual yang mulai berbicara macam-macam, aku


tertarik dengan tumpukan kertas di depanku. Ada 5 tumpuk buku dan kertas
setebal 30cm yang diikat dengan tali, diantaranya ada 1 yang harganya senilai
100 koin emas. Sangat tidak wajar dibandingkan harga yang buku/kertass lain
yang hanya sekitar 1 koin tembaga besar.

“Berapa harga mainan itu?” (Arisa)


“Harganya 3 koin emas, tapi, untuk gadis cantik dan muda sepertimu, paman
akan jual dengan harga 7 koin perak saja, bagaimana?” (Penjual)
Aku berpura-pura tertarik dengan Karuta nya dan ikut mendengarkan.
Harganya menjadi 1/7 dari harga pasar. Aku bisa dapat untung kalau bisa
menjualnya lagi, ah tapi akan merepotkan mencari pembeli yang mau. Arisa
pun kehilangan minat saat mengetahui harganya. Sepertinya dia tertarik
karena merasa nostalgia dengan kartu itu.
“Mahal juga ya. Bagaimana dengan tumpukan kertas ini, ini bahan bacaan atau
apa?” (Satou)
“Ini tidak ada harganya, tapi karena terbuat dari kertas, jadi ya sayang kalau di
bakar, maka dari itu aku menjualnya per-ikat.”(Pedagang)
Aku pun mulai bertanya-tanya kepada paman pedagang.
Sepertinya itu adalah barang-barang yang tidak terpakai yang dia dapat saat
dia menyortir barang-barang milik salah satu orang kaya. Tadinya dia ingin
mencari buku-buku yang bisa di jual nantinya, tapi kebanyakan hanya sisa-
sisa kertas yang masih bisa dipakai saja.
“Berapa harganya? Kelihatannya kebanyakan kertasnya bisa ditulis bolak-
balik, jadi kemungkinan bisa dipakai untuk latihan menulis anak-anak.”
(Satou)
“Baiklah, aku akan menjualnya 3 koin tembaga untuk 1 ikatnya. Kalau semua,
jadi 2 koin tembaga besar.” (Penjual)
Aku memutuskan untuk membeli semuanya. Aku akan memberikan kertas
yang tidak dibutuhkan untuk Lulu dan yang lainnya belajar huruf. Aku
meletakkan kertasnya ke kantong dari tas dan memberikannya ke Liza.
Tadinya aku berniat membawa setengahnya, tapi Liza menolak.

“Tuan pembeli, kalau kau ingin mengajarkan huruf, bagaimana kalau memakai
alat ini?” (Pedagang)

Dia menunjukkan kartu dengan kosakata bahasa Shiga, di belakang kartunya


ada gambar dari kata yang sesuai. Gambarnya hitam putih, tapi karena
garisnya jelas, kau bisa tahu bagaimana cara menulisnya. Di kartu [Air], aku
tidak tahu gambar apa itu, tapi hanya ada beberapa yang seperti itu. 1 set
terdiri dari 100 kartu yang tertulis dengan tinta pena satu per satu. Pasti
membuatnya penuh perjuangan, tapi harga pasarnya menunjukkan hanya 1
koin perak.
“Menarik juga kartunya.” (Satou)
“Aku juga berencana memakai kartu ini untuk mengajari anak-anak di
kampung halamanku.” (Pedagang)
Dari ceritanya, awalnya ini terbuat dari kayu bekas dan tinta. Karena dia pikir
akan bisa laku terjual, dia meminta seorang pelukis kenalannya untuk
membuat 1 set, diapun mempormosikannya ke lembaga perdagangan dan
industry, tapi biaya produksi dan harga jualnya terlalu timpang. Harga
produksinya 4 koin perak, sedangkan Lembaga perdagangan dan industri
hanya mau membelinya seharga 1 koin perak.

“Jadi ini digambar oleh 1 orang?” (Satou)


“Iya, tentu saja…” (pedagang)
Bukankah harganya akan lebih murah kalau kita cetakan?
Arisa mengehntikan aku dengan mengisyaratkan jarinya di bibir “sssttt”.
“Apa?” (Satou)
“Kau mau menyarankan dengan cetakan kan?” (Arisa)
“Iya. …ada yang salah?” (Satou)
“Saat aku di istana, aku tidak pernah melihat cetakan. Akan berbahaya jika
memperkenalkan teknologi baru dengan sembarangan.”(Arisa)
“Mereka bisa “casting”, tapi tidak tahu cetakan?” (Satou)
“Teknologi memang seperti itu.” (Arisa)
Arisa yang pernah gagal sekali, bersikeras, akupun mengurungkan niat untuk
menyarankan cetakan. Aku meminta maaf kepada paman pedagang karena
sempat mengabaikannya dan malah mengobrol dengan Arisa.

“Maaf, aku tidak bisa mengatakannya.” (Satou)


“Aku juga minta maaf, hanya ada sedikit orang yang tertarik dengan ini…”
(Pedagang)
“Aku ingin membeli 1 set, berapa harganya?” (Satou)
Jadi, sedikit yang tertarik? Padahal aku yakin ini bisa terkenal.
Dia menyebutkan 4 koin perak. Itu kan harga produksinya…
“Apa tidak apa-apa? Paman nanti tidak dapat untung kan?” (Satou)
“Tidak apa. Karena jarang ada orang yang tahu nilai suatu barang.”
(Pedagang)
Aku sedikit tergerak dengan kebaikannya.
Ini adalah ide(penemuan) yang bagus, akan sayang kalau hilang begitu saja.
“Bagaimana kalau paman memikirkan bagaimana cara memproduksi ini
kedepannya? Karena nanti akan ada permintaan, pikirkan harganya
belakangan saja. Paman bisa menggunakan bahan-bahan murah, atau
memikirkan bagaimana cara memproduksi dengan banyak tapi murah, akan
menyenangkan melakukan trial dan error.” (Satou)

Kupikir, dia hanya akan menganggap kata-kataku ini basa-basi customer


selama proses pembayaran, tapi, mungkin karena dia merasa menemukan
seseorang yang mengerti nilai dari ciptaan/idenya itu, matanya pun mulai
bersinar. Setelah selesai, kami pergi lagi mengunjungi kios lainnya.

4-5. Pasar Loak (2)


Translator : nuasa
Satou disini. Orang-orang yang mencoba untuk menipu dengan perkataan
“Kalian akan bisa cepat kaya dengan ini” itu memiliki aura yang sama
meskipun di dunia lain, kenapa ya?

Sebenarnya, di dunia ini, memiliki skill [Penipuan] saja sudah cukup dijadikan
alasan untuk menangkap kita…


Radar yang sebelumnya hanya menunjukkan titik putih, tiba-tiba
memunculkan 1 titik merah. Dekat.

Pria itu berpura-pura sempoyongam sambil berjalan lurus ke arahku.


Tangannya membawa kotak yang di balut kain beludru. Seorang scammer,
atau lebih tepatnya, tukang peras.

Dia berjalan dengan kecepatan yang orang biasa mungkin tidak akan bisa
menghindarinya, tapi aku tentu saja bisa menghindarinya. Dari sudut pandang
orang lain, mungkin terlihat bahwa orang itu jatuh sendiri, kenyataannya…ya
memang, tapi…

“Aaah! Pot pusakaku!” (Orang aneh) (TLN : Kayaknya semacem pot yang
isinya abu orang meninggal)

Dia berteriak keras, sekarang, kami tidak mungkin tidak terlibat.


Setelah menghindari orang itu, aku melihat Liza dan Arisa hanya mengabaikan
orang itu begitu saja dan terus berjalan mengikutiku. Sepertinya, Arisa juga
menyadari itu dengan skill [Deteksi Kejahatan]nya.
“Hei, kalian! Jangan lari!” (Orang aneh)

Pria itu membawa pot nya yang rusak dengan satu tangan dan menarikku
dengan tangan satunya. Aku menyesuaikan waktu dengan saat dia menarikku
dan memukulnya pingsan. Orang lain mungkin akan melihat, dia pingsan
sendiri karena terlalu syok. Kalau saja aku hanya memiliki skill
[Fighting/Bertarung] , pastinya aku tidak akan membereskan ini dengan
lancar seperti ini, untung saja aku punya skill [Penculikan], jadi bisa
melakukan ini tanpa ada yang menyadarinya.

Aku meletakkan pria yang pingsan itu ke pinggir gang dengan hati-hati.
Sebelum kami pergi, aku memastikan statusnya, karena mungkin saja dia
berkomplotan, tapi sepertinya dia bukan berasal dari guild kriminal manapun.
Dia mungkin akan kehilangan semua barang-barangnya saat bangun, tapi
setidaknya dia tidak mati.

“Keamanan disini benar-benar buruk~” (Arisa)


“Iya, saat aku pertama kesini, isi dompetku langsung hilang dicuri.”(Satou)
Kalau diingat lagi, meskipun distrik ini keamanannya buruk, tapi banyak toko
yang menjual barang mahal. Apa mereka tidak apa-apa? Akupun mulai
mengkhawatirkan masalah orang lain.

Saat aku perhatikan baik-baik, ada beberapa orang dengan badan besar yang
jelas-jelas bukan pedagang menyusuri area. Aku melihat di AR, mereka di
juluki Pasukan Vigilante Distrik Timur (TLN : Vigilante:main hakim
sendiri/preman), salah satu anjing penjaga guild. Sepertinya beberapa
kelompok menjaga area ini bersama.

Saat ini, kami berada di daerah pasar loak yang menjual barang-barang
kerajinan dari tanah liat. Aku membeli botol dengan penutupnya untuk
menaruh obat-obatan dan salep. Botolnya tidak terbuat dari kaca, tapi bisque.
Sama dengan yang kudapat dari set pengantar alkimia, tapi, apa obatnya tidak
mengalami reaksi kimia nantinya?
Oh iya, aku sudah membeli set peralatan alkimia tapi belum pernah membaca
bukunya sekalipun.

Ada banyak orang berkumpul di depan.


“Ada apa ya~” Arisa mengatakan itu sambil dengan lincahnya menerobos
kerumunan, diapun kembali dengan wajah bosan.
“Ada apa?”(Satou)
“Karena mereka bilang itu adalah alat sihir, jadi kupikir sesuatu yang seru…
ternyata hanya gasing yang berputar saat diberi kekuatan sihir. Terlebih lagi,
harganya 1 koin emas, mereka berkumpul hanya karena penasaran.” (Arisa)
Apa kau bilang?

“Bagaimana cara dia memberikan kekuatan sihirnya?” (Satou)


“Ada sesuatu seperti-peralatan sihir di bagian cakramnya yang dia gunakan
untuk memberikan kekuatan sihir secara langsung dengan tangan, dan saat
dia melepaskan tangannya, alat itu mulai bergerak. Kenapa? Kau tertarik
dengan mainan itu?” (Arisa)
Aku meninggalkan Arisa dan menuju kekerumunan saat dia dengan
meledekku dengan memanggilku “kekanak-kanakan”. Saat demonstrasinya
selesai, orang-orangpun membubarkan diri. Menurut skill appraisal, benda
yang diletakkan di kios itu disebut [Cincing Putar]. Karena penjelasannya
seperti biasa, aku tidak membacanya. Diameter cakramnya sekitar 20cm,
besar juga untuk gasing. Harga pasarnya 2 koin emas.

Beberapa anak kecil mengganggu pemilik kios dan memintanya untuk


memutar lagi cakramnya, tapi dia menolak karena dia kehabisan kekuatan
sihir.

“Hai, kalau diijinkan, aku bisa memberikan kekuatan sihirku.” (Satou)


“Maaf merepotkan nii-san. Pegang cakramnya dengan kedua tangan, lalu
sirkulasikan kekuatan sihir dari tangan kanan ke kiri. Akan ada nyala garis
biru setelah itu, dan kau bisa berhenti memberikan kekuatan sihirnya, setelah
itu letakkan cakramnya pelan-pelan.” (Paman gasing)
Aku selesai setelah mengisikan 2 MP.
Aku melihat timer, dan melepaskannya saat merasa sudah pas.
AR menunjukkan jumlah rotasi saat aku melihat ke cakramnya.
600 rotasi/10 menit. Terlebih, kecepatan putarnya konstan sampai kekuatan
sihirnya habis. Tergantuung torsinya, alat ini bisa digunakan untuk berbagai
hal.
Beberapa orang yang tertarik seperti Arisa tadi, berdatangan, namun mereka
membubarkan diri setelah tahu harganya.

“Paman, aku ingin melakukan percobaan. Kalau sampai rusak, nanti kubeli,
bagaimana?” (Satou)
“Kalau bisa, aku ingin kau membelinya sebelum merusaknya…” (Paman
gasing)
Ya memang masuk akal, tapi karena mungkin sama sekali tidak ada yang
tertarik, meskipun kemungkinannya kecil akan ada yang beli, dia tetap
mengijinkan aku melakukannya.

Aku meminta Arisa untuk menuangkan kekuatan sihirnya ke cakram. Kali ini
5 MP. Apa setiap orang berbeda? Kecepatan rotasinya sama seperti
sebelumnya. Aku menekan cakram yang berputar itu dari 2 sisi setelah lewat
3 menit. Anak-anak yang menonton meneriakkan “booooo”, tapi aku tidak
peduli. Putarannya ternyata cukup kuat, hampir seperti motor radio kontrol.

>[Mendapatkan Skill Eksperimen]


>[Mendapatkan Skill Verifikasi]
Setelah aku mengeluarkan koin emas, paman penjual itu mengatakan padaku
siapa pembuatnya. Katanya, ini adalah buatan Jahad, seorang penyihir tua dari
Kerajaan. Sepertinya dia terkenal dengan alat-alat sihir buatannya yang tidak
berguna.

Aku membeli 4 dengan harga 1 koin emas. Kelihatannya akan bermanfaat


untuk berbagai hal nanti.

“Kau, kenapa membeli mainan seperti itu ” (Arisa)


“Arisa, kau tidak sopan kepada master.” (Liza)
Arisa ditegur oleh Liza. Dia selama ini selalu blak-blakan padaku, tapi
sepertinya [Kau].
(TLN : Sebelumnya, arisa memanggil satou dengan ‘master’(kau untuk kata
ganti), tapi yang ini, dia memakai kata ‘kau’ yang kasar, ibarat tadinya : kamu,
jadi Elu)
“U~ Maaf master.” (Arisa)

Tidak biasanya Arisa menurut.


Karena amarah Liza bisa terlihat. Aku senang dia bisa membaca situasi.
“Lalu, apa yang mau kau ucapkan tadi?” (Satou)
“Daripada mainan, aku ingin master membelikan aku buku sihir.” (Arisa)
“Aku punya buku sihir kehidupan, kau mau?” (Satou)
“Aku ingin yang lebih berguna untuk pertarungan!” (Arisa)
Yup, aku bisa mengerti sedikit bagaimana perasaaan penulis buku sihir
kehidupan.
Aku memang butuh seseorang yang bisa sihir pemulihan di antara anggota
yang sekarang. Aku berjanji untuk mengajaknya saat aku membeli peta.
Karena sepertinya toko sihirnya masih tutup. Tapi dia tetap memaksa.

“Tuan muda, bisa minta waktunya sebentar?” (…)

Sepertinya bukan aku yang dipanggil, tapi saat aku mengabaikan panggilan
itu, dia terlihat panik. Dia terlihat seperti seorang gentlemen dari luar, tapi
matanya seperti ular.

“Ada yang bisa saya bantu?” (Satou)


“Apa tuan muda familiar dengan bahan alkimia yang disebut Batu Putih
Naga?”(…)
“Tidak, saya tidak tahu.” (Satou)
Pria itu terus berbicara dengan gestur yang berlebihan.

“Aku pikir tuan muda mungkin tahu ini dibutuhkan untuk membuat penawar,
kita butuh bahan yang berbeda untuk setiap jenis racun. Namun, Batu Putih
Naga ini, adalah bahan alkimia yang bisa digunakan untuk penawar segala
jenis racun!” (…)

“Tentu saja, kalau tuan muda hidup normal, mungkin tidak akan pernah
terkena racun, tapi untuk para penjelajah yang masuk labirin, tidak ada yang
tahu kapan akan berhadapan dengan moster beracun, jadi akan sangat
membutuhkan penawar.” (…)

“Tapi, untuk bisa membawa banyak barang jarahan keluar, para penjelajah
diharuskan sebisa mungkin hanya membawa sedikit barang bawaan saat
masuk. Terlebih, penawar yang dibuat dari Batu Putih Naga ini di jual dengan
harga tinggi di kota labirin.” (…)

Tanpa membiarkan aku berbicara, dia terus berbicara layaknya sales.


Aku tidak menghiraukannya, dan hanya ingin dia langsung ke intinya
“Batu Putih Naga ini, khususnya! Khusus untuk tuan muda akan saya beri
harga khusus!” (…)

Intinya, dia ingin aku membeli itu karena bisa dijual mahal di kota labirin, itu
inti penjelasan panjang tadi.

“Oke aku mengerti sekarang, tapi kenapa tidak kau sendiri saja yang pergi ke
kota labirin?” (Satou)
“Tadinya begitu, tapi aku harus pergi ke selatan setelah ini. Karena itu, aku
ingin menyerahkan ini kepada tuan muda yang memiliki bakat bisnis yang
hebat.” (…)
Atas dasar apa dia mengatakan aku memiliki bakat bisnis yang hebat?
Lagipula, bukankah seharusnya dia menjualnya ke Lembaga, ketimbang ke
individual di tempat seperti ini. Mencurigakan, sudah pasti.
“Ini sampelnya, aku juga punya sertifikatnya.” (…)

Dia mengambil sebuah benda sebesar batu kerikil, menurut appraisal, itu
adalah Batu Putih Naga. Tapi aku masih tidak tahu apa memang untuk bahan
penawar segala racun. Aku ingin lihat bawahnya. Harga pasar untuk ukuran
itu 1 koin tembaga.

Aku mencoba menolaknya baik-baik, tapi pria itu mulai memaksa, aku tidak
bisa lari dengan mudah. Akhirnya kami memutuskan melihat ke kereta
kudanya untuk melihat stok lain.

Di atas angkutan, ada tumpukan batu-batu kecil di balut dengan kain anti air.
Pria itu menarik kainnya untuk menunjukkan batu putih itu dan melanjutkan
promosinya. Aku melihat seseorang yang ku kenal berjalan ke arah sini, pas
sekali. Aku akan menyeretnya kesini.
“Bagaimana, ini semua. Jika tuan muda membawa ini ke kota labirin, ini semua
akan bernilai sampai 100 koin emas. Karena aku sudah melihat kehebatan
tuan muda dalam berbisnis, aku akan menyerahkan ini.” (…)

“Sayangnya, aku tidak punya 100 koin emas. Paling banyak, hanya 20.” (Satou)

Pria penipu itu terlihat sedikit kecewa, tapi aku melihat ujung matanya sedikit
bergerak.

“Wah, susah juga ya, kalau 30 koin emas, mungkin saya akan berani lepas…”
(…)

“Begitu ya, sayang sekali. Yasudah kalau begitu.” (Satou)


Akupun langsung angkat kaki. Pria penipu itu tiba-tiba menghentikanku.
“Tidak, tunggu, oke, anggap saja ini untuk masa depan hubungan kita, aku
akan melepasnya dengan 20 koin emas, untuk investasi juga.” (…)
Aku mengabaikan pria penipu itu, dan memanggil gnome yang lewat. Dia
adalah manajer dari toko alkimia.

“Halo manajer-san” (Satou)


“Kau siapa?” (Gnome)
“Aku pemula yang membeli peralatan alkimia di tokomu.” (Satou)
“Oh iya, bagaimana latihanmu?” (Gnome)
“Ya, masih sedikit kesulitan.” (Satou)
“Yah, itu memang bukan sesuatu yang bisa kau selesaikan dalam semalam.”
(Gnome)
“Oh iya manajer-san, Pria ini menjual sesuatu yang disebut Batu Putih Naga.
Bagaimana kalau beli untuk stok di tokomu?” (Satou)

Sambil mengatakan itu, aku menunjuk ke arah tumpukan garam batu(…) di


kereta kuda nya. Ya, Pria penipu itu menunjukkan batu yang asli saat pertama,
lalu menjual garam batu ini setelah korbannya tertipu dan mengira ini juga
asli.

“Kau ini bicara apa, itukan hanya garam batu.” (Gnome)


“Eeeeh~! Jadi itu garam batu!” (Satou)
Aku pun dengan lebay mengatakannya, seakan bilang “Apa maksudnya ini!”,
yang membuat penipu itu panik. Kalau dia lari, aku akan membiarkannya, tapi
bodyguard manajer dengan badan besarnya dengan cepat menangkap dan
menyeretnya pergi..
Kalian cepat sekali…
“Kau menyeretku dalam lelucon membosankanmu ini.” (Gnome)
Manajer itu terlihat tak berdaya

“Terima kasih atas bantuannya.” (Satou)


“Fuhn, Sialan kau, kau pasti sudah tahu itu sejak awal dengan menggunakan
appraisal kan? Aku pergi ke pasar loak ini untuk menawar berbagai bahan
mentah, bukannya untuk kau manfaatkan mengatasi penipu.” (Gnome)
Untuk menenangkannya, aku mengatakan tentang gasing tadi, setelah
mendengar itu, dia langsung meninggalkan aku dan mencari kiosnya. Mungkin
dia punya ide untuk menggunakannya sebagai alat mencampur.

4-6. Kereta Kuda dan Kusir


Translator : nuasa
Satou disini. Aku punya SIM, tapi, sudah setahun ini aku tidak pernah
menyetir.
Sebagai seorang pria yang hidup di tengah kota, aku sudah puas dengan
memakai kendaraan umum. Punya mobil sendiri itu akan sangat
membantu…apalagi saat kencan…

“Kami hanya punya angkutan kuda umum disini. Kalau kau ingin membeli
angkutan (kereta kuda), kau bisa memesannya di guild pedagang di dinding
dalam.” (…)

Aku mencoba berbicara dengan orang-orang di sekitar area kandang kuda


dekat gerbang, tapi katanya, disana tidak menjualnya. Apa ini seperti ingin
membeli mobil di tempat taksi? Aku jadi malu.

“Guild pedagang harusnya punya kalau kau memang bisa menggunakannya.


Kalau tidak salah mereka juga sedang mencari pembeli.” (…)
Seorang kusir lain menyela saat kami sedang berbicara.
Aku berterima kasih padanya, lalu naik ke angkutan(umum)nya menuju guild
pedangang. Aku meminta Arisa dan Liza untuk membawa barang bawaan ke
penginapan.

Pak kusir yang mengantarku ke guild pedagang dengan baiknya menjadi


perantara untukku.

“Kami biasanya tidak menjual ke orang selain anggota dari guild pedagang,
tapi karena kau direkomendasikan oleh Yosagu-san, kita buat ini
pengecualian.” (…)

Yosagu adalah nama pak kusir tadi. Mungkin Ini tidak penting, tapi nama
pedagang ini adalah Sunifun-san. Dia menunjukkan 2 angkutan padaku. Yang
pertama memiliki kereta/gerobak tertutup, luas dalamnya sekitar 4 tatami
mungkin? Yang satunya kereta berbentuk kotak, tingginya 2m dengan ruang
penyimpanan barang di atapnya. Lebar di dalamnya sama.

Yang pertama harganya 10 koin emas, dan yang kedua 30 koin emas.
Angkutan yang berbentuk kotak itu lebih kuat dan aman, tapi akan butuh 4-6
kuda untuk menariknya, Sedangkan kereta yang tertutup itu tergantung
bebannya, jika beban tidak berat, cukup 1-2 kuda saja.

Aku ingin yang lebih aman, jadi aku akan beli yang berbentuk kotak itu, tapi
setelah diberitahu bahwa pusat grafitasinya tinggi (jadi kurang seimbang),
dan cara mengoperasikannya juga sulit, akupun mengurungkan niat.
Aku memang punya SIM, tapi kalau mengendarai angkutan kuda? Karena aku
tidak berpengalaman, mari pilih yang aman.
Aku meminta untuk ditunjukkan dalamnya sebelum kubeli. Di dalam kereta
tertutup itu, hm..bagaimana ya mengatakannya…biasa. Di bawah tempat
duduk kusirnya, ada ruang rahasia untuk barang-barang berharga. Sepertinya
di rombak oleh pemilik sebelumnya.

“Aku pilih yang ini saja, tapi, apa kau bisa menyiapkan kudanya sekalian?”
(Satou)

“Baik, kami bisa menyiapkan 2 kuda Gontsu dari guild untukmu. Kami bisa
menyediakan 4 kalau keledai, tapi, mengingat jumlah beban dan tujuannya,
mungkin tidak sesuai.” (Sunifun)

Aku mengatakan padanya, tujuannya adalah kota labirin dengan bebannya 6


orang dan barang-baran kami, dia merekomendasikan kuda gontsu untuk ini.
Kalau aku membawa beban berat, meskipun lebih lambat, keledai akan lebih
baik katanya. Kalau ingin cepat, maka kuda Shuberien pilihannya, tapi
sepertinya kuda itu sudah di beli semua oleh pemerintah setempat.

Harga 2 kuda dan kereta kuda ini 20 koin emas, tapi aku berhasil menawar
menjadi 18.
Sunifun-san terkejut saat aku membayarnya langsung cash.
Kebanyakan orang akan mendapat tagihannya terlebih dahulu, dan membayar
besoknya. “Aku memang sukanya cepat, aku sering dimarahi orang-orang di
rumah karena sifatku ini.”, Aku beralasan seolah-olah aku ini anak bangsawan
yang tidak peduli dengan dunia.

“Satou-sama, karena hanya 6 orang yang akan pergi ke kota labirin, sayang
jika tidak membawa apa-apa.” (Sunifusan)

Begitu ya?
Memang, setengah dari ruangannya akan kosong. Terlebih, aku dan arisa
memiliki skill penyimpanan yang luas.
“Apa kau punya rekomendasi produk?” (Satou)
“Kalau begitu, menurutku crossbow dan bolt (anak panah)nya akan banyak
dibutuhkan di kota labirin. Karena crossbow dari kota Seryuu ini dibuat untuk
menembak Wyvern di langit, speknya lebih tinggi di bandingkan yang dari
daerah lain, jadi pasti akan laku keras. Juga, karena kulit dan bulu kambing
sedang murah, jadi pasti akan sangat menguntungkan.” (Sunifun)

“Maaf sebelumnya, apa Satou-sama sudah memiliki ijin jual?” (Sunifun)


“Sayangnya belum.” (Satou)
Jadi butuh ijin?

“Sayang sekali, kami bisa membuatkan ijin dengan biaya 10 koin emas.”
(Sunifun)
“Mahal juga ya.” (Satou)
“Kalau hanya berjualan di dalam kota dengan jumlah sedikit, tidak perlu ijin,
tapi jika kau masuk suatu kota tanpa ijin itu, kau tidak akan bebas dari pajak
tarif, yang menyebabkan keuntungannya nanti hampir tidak ada.” (Sunifun)

Begitu ya, kalau begitu, aku akan menyembunyikannya di penyimpanan saja


untuk menghindari tarifnya…tapi, tidak ada alasan untuk mendapat uang
secara ilegal.

“Kalau kau tidak pergi ke kota lain, ada barang yang bebas pajak di kota
labirin, tapi karena pajaknya cukup tinggi jika di kota lain, jadi barang ini tidak
terlalu menguntungkan.” (Sunifun)

“Barang apa itu?” (Satou)

“Karena tidak ada permintaan di kota ini, jadi kami tidak tahu disebut apa
disini, barang ini selalu di butuhkan di kota labirin sebagai bahan alkimia yang
disebut Batu Putih Naga.” (Sunifun)
Sepertinya wajahku menunjukkan ekspresi tidak enak saat mendengar
namanya. Sunifun-san pun menanyakan itu dan aku ceritakan tentang
kejadian saat aku berusaha ditipu.

“Begitu ya, wajar saja kau begitu. Tapi, barang yang disini di jamin oleh
asosiasi pedagang.” (Sunifun)

Sepertinya mereka menjual 1 barelnya seharga 10 koin emas, sama dengan


harga pasarnya. Omong-omong, kita bisa menjualnya sampai 20 koin emas di
kota labirin dengan mudah. Kalau aku bisa menjual 2 kalinya, bukannya itu
keuntungan yang lumayan? Begitu pikirku, tapi dia mengatakan bahwa,
karena ada tarif masuk kota dan biaya transportasi juga, keuntungannya
menjadi tidak banyak.

“Kalau batunya tidak laku, kau bisa membawanya ke guild pedagang, mereka
akan membelinya dengan harga yang sama dengan saat kau beli disini. Kalau
mau, kami bisa juga memberi surat pengantar untuk menjamin kualitasnya.”
(Sunifun)

Aku hampir saja dibuatnya membeli dalam jumlah banyak, tapi aku menolak
dengan alasan tidak cukup ruang untuk air dan makanan kalau aku membeli
terlalu banyak.

Aku akhirnya membeli 6 barel kecil Batu Putih Naga, 100 lembar kulit
kambing, 10 ikat wol, 10 crossbows dan 1000 bolt.

Harganya berakhir di 70 koin emas meskipun sudah ku tawar, Aku


menandatangani kontrak sementara dan akan membayarnya besok, sekalian
mengambil barangnya.


Saat ini, aku sedang mengendarai kereta kuda tertutupku di luar kota
Seryuu…meskipun begitu, bukan berarti kami sudah berangkat.

Setelah aku menyelesaikan urusan di guild, di luar, aku bertanya kepada


Sunifun-san kalau-kalau dia bisa memperkenalkan aku dengan seseorang
yang bisa mengajariku cara mengendarai kereta kudanya, disana, Yosagu-san
yang menungguku kembali, mengatakan, “Kalau begitu, ijinkan orang tua ini
mengajarimu.”, begitulah ceritanya.

Saat Yosagu-san mulai mengajari dasar mengendarai wagon.

>[Mendapatkan Skill Marshaling]

Seperti baisa, aku mengalokasikan 1 poin dan mengaktifkannya….jadi ini tidak


termasuk skill mengoperasikan/mengendarai.

Meskipun canggung, tapi aku bisa mengendalikannya sekali. Selama latihan,


aku naik 1 level, tidak setinggi Yosagu-san yang sudah level 3, tapi karena aku
sudah bisa mengendalikannya dengan baik, aku berhenti menaikkan level.

“Anak muda itu cepat belajar ya.” (Yosagu)


“Ini berkat cara mengajar Yosagu-san yang baik.” (Satou)
Terlepas dari cheatku, cara mengajar Yosagu-san benar-benar baik. Aku gagal
satu kali, tapi dia dengan sabar mengajariku apa yang harus diperhatikan. Dia
mungkin cocok menjadi pelatih. Saat aku memperlakukan ini seperti mobil,
dan lupa bahwa kuda adalah makhluk hidup, dia sering memarahiku karena
itu.

“Kau sudah cukup baik begini.” (Yosagu)


“Terima kasih banyak.” (Satou)
“Selanjutnya, aku akan mengajarimu bagaimana memperbaiki dan melepas
kuk (kayu yang di leher kuda/sapi) yang menghubungkan kuda ke kereta.
Stamina kuda akan tergantung seberapa baiknya kau melakukan ini. Kalau
kau menghargai kudamu, maka jangan memotong sudut ini.” (Yosagu)

Yosagu-san terlihat lebih serius dari saat mengajarkan aku cara


mengendarainya. Dia mungkin suka kuda. Setelah 1 jam latihan ketat, aku
akhirnya lulus dari penilaian Yosagu-san. Aku pikir itu cukup menyusahkan,
tapi Yosagu-san mengatakan bahwa orang-orang biasanya tidak belajar
secepat ini dalam setengah hari, diapun terkesan.

Yosagu-san mengatakan bahwa dia dulunya seorang kusir yang bekerja untuk
caravan sebelum dia bekerja sebagai kusir angkutan umum di kota Seryuu.
Dia mengajariku berbagai hal seperti crossbows dan tombak itu bagus untuk
melindungi kereta, atau aku harus selalu mengisi ulang air minum saat di
kota, karena kadang tidak selalu ada seperti yang ditunjukkan di peta, atau
saat istirahat, aku tidak boleh lupa untuk memberikan air yang di campur
garam batu untuk kudanya.

Kami berjalan menuju guild pedagang dengan kereta. Karena angkutan


Yosagu-san di titipkan di guild, kami akan kesana mengambilnya lagi. Dalam
perjalanan, Yosagu-san bercerita tentang tempat pelacuran di kota Seryuu.
Sepertinya dia suka yang berdada besar. Sebagai ucapan terima kasih telah
mengajariku banyak hal, aku memutuskan untuk mentraktirnya di toko
mewah yang dia rekomendasikan, besok malam. Karena kebanyakan hanya
loli yang ada di sekitarku akhir-akhir ini, aku yakin ini akan menyenangkan.


Sebelum kembali ke penginapan Monzen dengan kereta kuda tertutupku, aku
pergi untuk mengambil bajuku. Aku datang di waktu yang di tentukan, jadi
aku bisa bertemu penjahit yang suka dibicarakan itu. Aku merasa seperti tidak
asing dengan wajahnya, dan akupun ingat bahwa dia adalah wanita yang
mandi Bersama…maksudku di sampingku saat hari pertama, aku benar-benar
malu. Terlebih lagi, dia juga mengingatku, tapi hanya itu, hubungan kami tidak
berlanjut. Akupun berterima kasih atas bajunya.

Aku mengendarai kereta kudanya ke halaman penginapan. Martha-chan


kebetulan ada disana, akupun menyampaikan padanya bahwa aku membeli
kereta. Karena masih ada ruang di kandang, jadi sepertinya tidak apa-apa.
Namun, aku harus membayar untuk biaya parkirnya, karena biayanya
terpisah dengan biaya menginap.

“Selamat datang~?” (Tama)


“Nano desu~.” (Pochi)
Saat aku sedang berbicara dengan Martha-chan, Pochi dan Tama berlari dari
balik halaman. Mereka berdua muncul bersama dengan Yuni. Apa Yuni tidak
ada masalah dengan demi-human ya?

Arisa dan yang lain sepertinya sedang bermain di bawah bayangan pohon.
Tidak, lebih tepatnya, mereka sedang belajar huruf menggunakan kartu
belajar.

Awalnya, Martha-chan sepertinya yang bertindak sebagai guru dan


mengajarkan. Tapi ditengah-tengah, “Kita buka kartunya dan baca tulisannya,
yang bisa menebak isinya akan dapat kartunya.”, Arisa mengusulkan
permainan belajar seperti itu, karena mereka tidak begitu familiar dengan
permainan itu, mereka jadi cukup ketagihan.
Mereka sudah melakukannya selama 2 jam. Yang sering menang adalah Arisa,
lalu Pochi, Lulu, Yuni, Tama, dan Liza berurutan.

Aku menyerahkan pada mereka untuk diurus dan hanya membawa arisa ke
kamar. Ekspresi Lulu menjadi sedikit murung, aku akan menjelaskannya nanti
supaya dia tidak salah paham.

4-7. Rahasia Satou


Translator : nuasa
Satou disini. Aku sudah melakukan analisis diri dan pengembangan diri
selama hari-hariku mencari pekerjaan. Aku enggan melihat kebelakang.

Aku duduk di atas kasur dan meletakkan tas di samping.


Arisa langsung melepas mantel saat dia masuk kamar, dan saat dia mulai
melepas bajunya juga, aku menghetikannya dengan mengapak kepalanya.
“Ouchie~ kenapa, bukannya kau bernafsu denganku?” (Arisa)
“Kita bicarakan itu 10 tahun lagi.” (Satou)
“Tidaaak~ ini kesempatanku untuk mencabuli tubuh seorang anak laki-laki
yang berharga…” (Arisa)
Sambil mengatakan hal tidak penting itu, Arisa kembali memakai pakaiannya
dan duduk di seberang tempat tidur.

“Kau bilang sesuatu tentang konsultasi tadi siang kan? Apa ada sesuatu?”
(Arisa)
“Aku bingung harus mulai darimana…” (Satou)
“Kenapa tidak cerita saja? Mereka bilang, raja itu punya telinga keledai~.”
(Arisa)
(TLN: http://www.worldstories.org.uk/stories/story/88-the-king-with-
donkey-ears)
Bukannya cerita itu berakhir dengan semua masalah terbongkar?

“Kalau begitu, bagaimana kalau hilangkan bagian yang tidak ingin kau
bicarakan? Meskipun aku juga tidak akan mengatakan apapun pada orang lain
kalau kau memerintahkannya padaku ~.” (Arisa)

“Benar juga…” (Satou)

Apa aku harus membicarakan skill jarak jauh sekali pakai yang aku gunakan
saat pertama datang ke dunia ini? Tidak, Kalau begitu aku akan mengubah
ceritanya sedikit, dan hanya bilang aku sudah membinasakan scale tribes. Aku
berbicara dengan nada tegas, tapi Arisa hanya tersenyum canggung entah
kenapa.
“Kenapa? Aku tidak membual tahu?” (Satou)
“Aku tahu, tapi skill unik itu kartu as kita, kau harusnya
merahasiakannya.”(Arisa)
“Maaf, aku akan lebih berhati-hati.” (Satou)
“Lalu, apa yang mau kau konsultasikan? Apa para komunitas scale tribe itu
anggota dari ras Liza?” (Arisa)
Arisa mendengarkan sambil memeluk lututnya di atas kasur. Untung saja rok
barunya itu panjang, jadi celana dalamnya tidak terlihat.

Suku Liza hidup di rawa jauh dari sini, mereka punah karena berselisih
dengan bangsa musang beberapa tahun yang lalu, Liza menceritakannya
padaku saat kami membakar daging katak. Sepertinya dia di culik oleh
manusia pemburu budak saat sedang berkelana dengan keluarganya. Dia juga
mengatakan bahwa dia dan keluarganya takut dengan Lembah Naga (Dragon
Valley) jadi mereka tidak berani mendekatinya.
“Tidak, bukan itu, maksudku, meskipun aku secara tidak sengaja sudah
membinasakan seluruh scale tribe, aku tidak merasakan penyesalan, aku
merasa hatiku seperti hanya saklar ON/OFF. Seperti ada orang yang
memanipulasi hatiku…” (Satou)
Kalau aku tidak hampir termanipulasi oleh Arisa, aku mungkin tidak akan
punya pemikiran seperti ini…

“Itu disebut Paranoia kalau di bumi kan?! Tapi aku yakin kau tidak akan puas
dengan jawaban itu ” (Arisa)
“ini berbeda dari paranoia, aku merasa seperti rasa 『Penyesalan』 ini
tersedot ke dalam kloset…susah di jelaskan.” (Satou)
“Fuh~n? Bukannya dulunya kau berdarah dingin juga?” (Arisa)
“Aku dulunya programmer, aku memang berpikir secara efisien, tapi kurasa
aku tidak berdarah dingin. Saat game yang kubuat diledek di internet, aku
sampai depresi beberapa hari.” (Satou)
“Hee~ jadi kau dulunya pengembang game ya? Game apa?” (Arisa)
“Kita bicarakan itu lain kali, daripada itu…” (Satou)
“Apa kau tahu penyebab saklar ON/OFF perasaanmu itu?” (Arisa)
Dia menyela perkataanku dengan pertanyaannya dan tersenyum nakal.

“Apa mungkin atribut MND (Kekuatan mental) mu terlalu tinggi?” (Arisa)


“Memang tinggi, tapi…” (Satou)
“Kalau VIT (Ketahanan) mu tinggi, kau akan sanggup menerima banyak
pukulan kan? MND itu versi mentalnya dari itu. Dari awal, kau sengaja
membiarkan dirimu di siksa oleh penyesalan, kalau kau bukan seorang
masochist, harusnya bisa segera hilang.” (Arisa)

Apa iya?
Kupikir itu ulah orang lain, ternyata hanya masalah statusku ya…

“Oke, selanjutnya.” (Satou)
“Ou ke~y, ayo sin~i” (Arisa)
Arisa selalu bercanda, tapi menyenangkan memiliki seseorang seperti dia.

“Berdasarkan logika tadi, kalau aku memiliki INT (Intelegensi) tinggi,


harusnya aku memiliki ingatan yang baik kan, tapi kenapa aku merasa lebih
sering lupa dari sebelumnya, apa artinya ini?” (Satou)

“Uwah~ eh~, kau sudah amnesia meskipun masih muda seperti ini?” (Arisa)
Aku hendak mengapaknya, tapi dia dengan cepat, mengambil kuda-kuda
untuk melindungi kepalanya. Karena posenya lucu, akupun memaafkannya.
“Aku bercanda, meskipun pemahaman dan ingatan meningkat saat INT naik,
bukan berarti naiknya sama kan. Kalau INT tinggi itu artinya kau tidak bisa
lupa, Tidak akan ada pelajar yang pikun dan ceroboh, ya kan?” (Arisa)

Tidak mungkin…
Mentorku dulunya seorang professor, bahkan hampir mendapat hadiah nobel.
Episode ingatan tentang kecerobohan, terlintas di kepalaku.
“…jadi maksudmu…aku hanya paranoid?”(Satou)
“Sepertinya begitu~.” (Arisa)

Arisa menjatuhkan dirinya ke kasur dan tertawa.


Kalau dipikir-pikir, aku paranoid seperti ini juga setelah melihat sihir
pikirannya…
Meskipun begitu, aku tidak akan mengatakan itu di depannya.

“Hei Arisa.” (Satou)


“Apa? Kau mau jadi lengket?” (Arisa)
“Lain kali saja kalau itu” (Satou)
Gadis ini benar-benar suka mengatakan hal mesum.
“Level dan skill itu apa?” (Satou)
“Seperti yang dari RPG, ya seperti itu kan?” (Arisa)
“Apa ada arti lain selain itu?” (Satou)
“Aku tidak tahu. Aku tidak menanyakannya saat aku beremu Dewa, dan Dia
juga tidak menjawab saat aku coba memanggilnya setelah bereinkarnasi.”
(Arisa)
“Beritahu aku saja sejauh yang kau tahu.” (Satou)
“Baiklah, menurutku, kau bisa mengatakan skill itu sebuah kondensasi dari
pengalaman dan pengetahuan? Saat kau memiliki skill, bukankah kau akan
merasa『Entah Bagaimana』bisa tahu apa dan bagaimanannya? Mungkin
seperti intuisi. Contohnya, kau bisa memasak meskipun tanpa skill, tapi, kalau
orang dengan skill memasak yang tinggi memasak dengan bahan dan alat
yang sama, masakannya akan lebih enak.” (Arisa)
Begitu ya… tapi, skill appraisal dan estimasi harga pasar itu jelas sekali kan?
dan yang ‘itu’ juga berbeda? Aku memastikannya dengan Arisa.
“Bagaimana dengan skill kontrak, yang jelas-jelas efeknya terlihat?”(Satou)
“Yah, skill kontrak adalah skill sihir yang memiliki mantra sihir dan juga
menggunakan kekuatan sihir untuk melakukan kontrak. Tapi dasarnya tetap
sama seperti skill lain, meskipun kau tidak memiliki skillnya, kau masih bisa
membaca mantranya dan menggunakan mantra kontrak selama kau punya
kekuatan sihir yang banyak. Tapi, seperti skill sihir lainnya, kalau kau tidak
punya skillnya, kekuatan sihir yang dibutuhkan akan lebih besar dan tingkat
kesuksesannnya juga menurun drastis, hampir membuatnya tidak mungkin.”
(Arisa)
Aku tanya mengenai level skill juga.

“Standar untuk level skill adalah ; level 1 Pemula, level 3 is Full-fledged, level 5
Skilled, level 7 Expert, dan level 9 Jenius. Katanya level 10 itu Kelas Dewa~
tapi aku belum pernah melihatnya ~.”(Arisa)
Bagitu ya, Aku biasanya menaikkan sampai level 10… tidak heran aku selalu
tahu harga pasarnya dan selalu sukses menawar.

“Apa skill unik juga punya level?” (Satou)

“Tidak. Aku mendengarnya dari Dewa saat aku di reinkarnasikan, skill unik
adalah sebagian dari kekuatan dewa, jadi tidak ada levelnya. Kuasai dengan
baik, katanya~” (Arisa)

Sebagian dari kekuatan dewa?


Memang sih, hujan meteor itu cocok dengan namanya, skill yang licik
dibanding lainnya.
“Apa?! Ekspresi licik macam apa itu?” (Arisa)

“Tidak, yah, kau kan bilang skill unik itu sebagian dari kekuatan dewa, kupikir
skill unikku memang begitu….” (Satou)

“Sampai harus mengekspresikannya di wajahmu?” (Arisa)

Meskipun aku tidak memiliki bukti, aku memutuskan untuk memberitahunya


tentang [Menu]. Terlepas dari tingkah dan bicaranya, Arisa terlihat bisa
diandalkan, sepertinya akan berguna kalau aku memberitahunya.

Aku tidak berniat memberitahunya dengan detil dan hanya menjelaskan


gambaran kasar dan fungsinya.

“Aku memberitahumu ini karena skill unikku ini seperti milikmu dan para
hero” (Satou)
“Yah, aku akan mendengarnya kalau kau mau, tapi akan lebih baik kalau kau
merahasiakannya tahu?” (Arisa)
Arisa menyarankan itu.
“Tidak masalah, tapi, jangan katakan ini pada siapapun. Ini『Perintah』.”
(Satou)
“Okkey~ aku akan membawanya sampai kuburku.” (Arisa)
Arisa berlutut di kasur dan menepuk dada ratanya itu.

“[Menu]ku memiliki [Self-Status], [Cek Status], [Hide Skill/Sembunyikan Skill]


dan Inventori seperti milik Arisa.” (Satou)
“Memang skill unik, itu cheat~ tapi, bukannya itu terlalu biasa untuk sebuah
skill unik?”(Arisa)
“Bukan hanya itu, meskipun aku bisa memilih skill yang ingin di alokasikan,
tapi aku tidak bisa memilih untuk semua skill seperti Arisa. Hanya bisa
memilih skill yang aku dapat sebelumnya.” (Satou)
“Uwah, bukannya itu versi rendahnya dari skill unikku?” (Arisa)
“Tapi, [Hide Skill] dari menuku lebih tinggi. Ini bisa menyembunyikan skill
apapun.”(Satou)
“Sudah kuduga~” (Arisa)
Sepertinya Arisa sudah menduganya.

“Maksudku, bukankah kau menggunakan skill appraisal saat di kota?


Pandanganmu itu sedikit tidak wajar, dan keputusanmu juga terlalu akurat ~.”
(Arisa)

G-Gadis ini, apa dia seorang agen?!

“Aku ini pintar dalam mengamati orang, dan kau juga memiliki skill deteksi
bahaya kan? Meskipun gerakan palsumu saat kejadian itu cukup baik, aku
terkesan kau bisa menyadarinya.” (Arisa)

“Itu juga bagian dari [Menu]. Aku bisa tahu posisi orang-orang di dekatku
dengan tampilan radar. Ada juga tampilan peta yang punya fungsi pemetaan
otomatis. Yang akan otomatis terlihat di tampilan sesuai jarak jalanku. Benar-
benar membantu saat di labirin.” (Satou)

“Begitu ya, benar-benar『Menu』. Apa kau berpikir kau seperti di dalam


game saat mendapatkan skill itu tanpa ada penjelasan?” (Arisa)
“Kupikir aku justru ada di dalam mimpi.” (Satou)
“Yah, memang sulit di percaya, aku tahu itu~.” Arisa mengangguk mengerti.

Arisa-sensei juga mengajariku tentang level.

“…Itulah kenapa kau bisa naik level dengan bertarung atau belajar, jadi
intinya, kalau kau dengan aktif belajar hal baru, kau akan mendapat EXP. Dan
saat EXP ini mencapai nilai yang ditentukan, maka levelmu akan naik. Dan
sepertinya levelmu akan cepat naik kalau bertarung dengan monster
tertentu.” (Arisa)

Sepertinya dia mendengar tentang monster itu dari prajurit atau ksatria dari
kampung halamannya. Akan memberikan lebih banyak EXP dari monster yang
biasa mereka buru.

“Hoo? Kau tahu kenapa?” (Satou)


“Tidak sama sekali, aku belum pernah bertarung dengan monster
sebelumnya.” (Arisa)
“Tapi” Arisa melanjutkan.

“kalau master, pasti tahu kan? Aku dengar dari Liza dan yang lain, mereka
naik 10 level dalam 1 hari di labirin. Itu lebih tinggi dari hasil 7 tahun aku
mengurung diri belajar, tahu?” (Arisa)
“Memang, benar-benar pertumbuhan yang tidak wajar kalau dipikir-pikir.”
(Satou)
“Ya kan ~. Itulah kenapa, untuk meningkatkan peluang kita bertahan hidup,
kita harus ke kota labirin untuk menaikkan level ~.” (Arisa)

Dia mengatakan hal yang sama seperti siang tadi…


Omong-omong, dia juga mengatakan hal aneh kan?
“Omong-omong, apa maksudnya musim raja iblis itu?” (Satou)
“Apa sebutannya lain disini? Di negaraku, itu sebutan saat dimana raja iblis
menyerang setiap siklus 66 tahun” (Arisa)

4-8. Musim Raja Iblis


Translator : nuasa
Satou disini. Aku suka musim sakura.
Kelopak yang jatuh seperti menari, dan suara gembira orang-orang yang
menyambut hidup baru. Aku juga suka saat banyak kembang api~

“Kau bilang raja iblis, yang ingin menguasai dunia itu?” (Satou)
“Iya, yang ingin menghancurkan dunia.” (Arisa)
“Darimana mereka datang?” (Satou)
“Aku tidak tahu, neraka mungkin?” (Arisa)
Neraka ya~.

“Jangan menatapku seperti itu~ Dari apa yang tertulis di buku, dikatakan
mereka penduduk dari dunia asing.” (Arisa)
“apa dunia asing berbeda dengan dunia lain?” (Satou)
“Aku bukan ilmuan, jadi tidak tahu.” (Arisa)
Benar juga ya, aku akan tanya ilmuan nanti.
“Apa siklus 66 tahun itu benar?” (Satou)
“Iya, ada catatan dimana raja iblis muncul lebih cepat atau lambat, tapi rata-
rata muncul dalam 66 tahun.” (Arisa)
“Jadi, sekarang ini hampir 66 tahun?” (Satou)
“Sudah 62 tahun yang lalu, sejak kemunculan raja iblis yang terakhir, tapi
sepertinya dia diam-diam mengumpulkan kekuatan sambil bersembunyi.
Karena raja iblis sebelumnya muncul setelah 132 tahun, tidak heran kalau raja
iblis yang sekarang akan lebih cepat munculnya.” (Arisa)
Arisa mengerutkan keningnya membentuk mulut bebek. Kecantikan gadis
kecilnya rusak.

“Begitu ya, apa ada tanda-tandanya?” (Satou)


“Saat dunia dalam krisis, dewa akan memberiahunya lewat oracle~.” (Arisa)
(TLN : Oracle aslinya firman/wahyu Tuhan, sekaligus juga sebutan untuk
semacam Nabi/Rasul/ pendeta perantara antara Tuhan dan Manusia)
Memang fantasi.

“Tapi, jika kita menunggu oracle, tidak ak anada waktu untuk melatih hero,
jadi sekitar 3-5 tahun sebelumnya, mereka men-summon hero.” (Arisa)

Dengan periode seperti itu, tidak heran negara akan memiliki banyak waktu
untuk persiapan.

“Apa kita bisa tahu dimana raja iblis ini akan muncul?” (Satou)
“Sepertinya, kebanyakan akan muncul di labirin atau di daerah perbatasan
dan sekitarnya ” (Arisa)
Labirin lagi…

“Menurut buku yang ku baca, itu mungkin karena akan mudah bagi raja iblis
untuk membentuk pasukan, karena ada nadi bumi di dalam labirin.” (Arisa)
“Apa mereka tidak bisa langsung menyerang tanpa perlu menciptakan
pasukan?” (Satou)
“Entahlah, mungkin harga yang di bayar untuk melintas antar dunia itu besar.
Ya ini hanya berdasarkan bukti keadaan, tapi sepertinya hanya iblis tingkat
tinggi dan raja iblis saja yang bisa melintas antar dunia.” (Arisa)
Jadi, yang lemah tidak bisa ya?
Atau, jika mereka bisa muncul di sekitar labirin..artinya….
“Kalau begitu, kota Seryuu ini dalam bahaya juga…” (Satou)
“Tidak sama sekali.” (Arisa)
Arisa mengangguk dengan tatapan serius.

“Kau yakin sekali.” (Satou)


“Karena, tempat ini dekat dengan Lembah Naga kan? Kalau mereka muncul di
tempat ini, mereka akan di basmi oleh gerombolan naga. Legendanya bahkan
mengatakan bahwa ada Dewa Naga disana.” (Arisa)
“Apa naga dan raja iblis tidak akrab?” (Satou)
“Mereka adalah musuh alami. Naga biasa tidak akan sebanding melawan raja
iblis, tapi jika dari kelas sub-divine seperti naga surgawi/langit, sudah jelas
naganya yang lebih kuat.” (Arisa)
Naga itu hebat ya.
Ancaman adanya raja iblis bisa diatasi kalau kita bisa meletakkan satu naga
surgawi dekat labirin tapi…
“Kalau naga memang sekuat itu, kenapa repot-repot memanggil hero dari
dunia lain?” (Satou)
“Karena~ Pertarungan antara naga(.) dan raja iblis itu(.) terlalu hebat. Dari
lagu yang dinyanyikan penyair tentang hero ratusan tahun yang lalu, ada
cerita dimana hero di kalahkan oleh raja iblis. Setelah itu, raja iblis
menghancurkan beberapa negara kecil dan bertemu dengan seekor naga. Raja
iblis ini pada akhirnya dikalahkan, tapi pertempuran itu menyebabkan 2
negara besar tenggelam dalam lautan api. Dari rumor yang disyairkan, bahkan
kekaisaran yang lebih besar dari kekaisaran Saga pun musnah karena terlibat
pertempuran itu.” (Arisa)
Begitu ya~ Ibarat menangkap perampok dengan misil balistik.

Berdasarkan informasi dari Arisa, pernah ada sebuah labirin dimana naga
tinggal. Namun, dari sudut pandang manusia, naga dan raja iblis keduanya
adalah ancaman, jadi mereka membuat hero pada masa itu untuk bertarung.
Tidak ada yang tahu pihak mana yang menang, tapi yang jelas, di jaman ini
tidak ada labirin yang dihuni naga.

Iblis yang muncul di kota Seryuu mungkin karena ingin memeriksa situasi
naganya.

Kalau tahu bahwa para naga itu sudah tidak ada lagi, kota ini bisa menjadi
sasaran raja iblis. Aku pun membicarakan ini kepada Arisa.

“Meskipun tanpa para naga itu, masih perlu 100 tahun lagi sebelum kota ini
menjadi target kan?” (Arisa)
“Kenapa?” (Satou)
“Labirin ini masih dalam masa pertumbuhan, selama itu akan melahirkan
monster dan menghisap hidup para petualang yang mencoba mencari magic
core untuk pertumbuhannya. Saat labirin sudah semakin luas dan dalam,
monsternya juga semakin kuat.” (Arisa)
“Jadi begitu… labirin yang masih muda tidak akan melahirkan raja iblis ya.”
(Satou)
Hmm? Tunggu…
“Hei, bukannya labirin itu alat untuk raja iblis menyerang?” (Satou)
“Iya benar, ada juga yang berpikir seperti itu.” (Arisa)
“Kalau begitu, bukannya lebih baik kalau menghancurkannya?” (Satou)
Jika kita menghancurkan labirin, maka raja iblis akan memiliki pasukan lebih
sedikit dan hero akan lebih mudah menang kan?

“Memang itu juga tidak salah, tapi, ada 6 labirin lain di dunia ini selain dengan
yang ada disini. Kemungkinan kemunculan dari raja iblis ini sama di setiap
labirinnya, dalam 400 tahun, raja iblis sudah dianggap bencana baik dia
muncul atau tidak. Masalahnya adalah, labirin itu memproduksi material
bermanfaaat seperti magic core, dan orang-orang menganggapnya seperti
tambang.” (Arisa)

“Begitu ya, kalau kita hancurkan, orang-orang akan protes.” (Satou)


“Iya, Kerajaan Kubooku dulunya yang memimpin daerah sekitarnya saat
labirinnya masih hidup, tapi saat inti dungeonnya di hancurkan, produksinya
berkurang drastis.” (Arisa)
“Apa inti dungeon bisa di hidupkan lagi?” (Satou)
“Bukannya memang begitu? Aku tidak ada disana saat mereka melakukan
ritual menghidupkan dungeon itu, jadi aku tidak tahu detilnya.” (Arisa)
Jadi, labirin sangat menarik bagi beberapa orang sampai-sampai mereka
berani melakukan ritual itu…Sepertinya pepatah “keserakahan manusia itu
tidak mengenal batas” itu benar ~

“Tapi, kau benar-benar tahu banyak ya, Arisa.” (Satou)


“Kau mengatakan itu setelah semua ini?” (Arisa)
Arisa terkesan. Padahal aku yakin dia akan bilang, “kau bisa tanya-tanya yang
‘lain’ juga loh~”, kalau kita melakukan tes Arisa, dia sudah gagal. (TLN :
maksudnya jawabannya tidak sesuai, jadi gagal ujian kalau dia ‘Arisa’
wkkwkw)

“Ada banyak dokumen yang berkaitan dengan labirin di gudang kerajaan.


Penjelasanku barusan mungkin ada yang kurang dan bercampur hipotesisku,
jadi jangan terlalu di pikirkan, oke?” (Arisa)

Dia benar-benar ahli dalam membajiriku dengan informasi…aku sudah


hampir tenggelam ini.

“Aku mendapat semua yang berhubungan dengan raja iblis dan hero itu dari
buku, dokumen, penyair, dan pendongeng. Itulah kenapa mungkin bagian fiksi
dan non-fiksinya tercampur. Meskipun aku sudah memilihnya dengan hati-
hati”(Arisa)

Sepertinya cerita nya terkenal untuk hiburan.

“Untuk detil skill dan level, aku dapat dari pengalaman pribadi dan hasil
observasiku.” (Arisa)

“Apa hanya itu yang ingin kau tahu?” dia dengan imutnya memiringkan
kepalanya. Sosoknya itu bisa membuatku jatuh hati dan ingin melindunginya
kalau saja aku tidak tahu sifat aslinya.

“Oh iya, aku belum tanya ini, ada berapa hari dalam satu tahum?” (Satou)

Menurut Arisa, 1 tahun ada 10 bulan, 1 bulan 30 hari. Tidak ada konsep
minggu, satu bulan dibagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari bulan atas,
tengah dan bulan bawah.
Tadinya kupikir jamku kurang 4 jam, tapi sekarang aku tahu jika 1 hari itu 28
jam disini.
Jika dibandingkan dengan satuan tahunan, sistem dunia ini lebih pendek 4%.

Karena masih ada 2 jam sebelum matahari terbenam, Aku meminta Arisa dan
yang lain untuk membeli kebutuhan untuk perjalanan kami nanti.

“Aku mengandalkanmu untuk membeli stok garam batu dan makanan kering.
Juga tolong beli 2 barel air.” (Satou)

“Bai~k.”, “Belanja~?”, “Nano desu.”, aku mendengar jawaban riang.

“Untuk persediaan berapa hari kita harus beli?”(Arisa)


“Sekitar 10 hari. Kalau dilihat musimnya sekarang, makanan biasa bisa kita
makan untuk 3 hari pertama. Makanan keringnya akan awet selama 240 hari,
ya kan? Jadi sepertinya kita butuh cukup banyak.” (Satou)
“Aku akan menanyakannya ke Martha-cchi kalau-kalau ada toko yang sedang
diskon. Dan karena kami mungkin tidak akan bisa membawanya sendiri, aku
akan minta mereka mengirimkannya.” (Arisa)
“Iya, tolong ya.” (Satou)
Dia benar-benar bisa diandalkan untuk belanja.

Aku sebenarnya ingin menemani mereka, tapi aku memutuskan untuk


kembali ke kamar untuk memastikan sesuatu.

Ada hal yang tidak ku katakan kepada Arisa.

Naga adalah musuh alami iblis.


Iblis ingin membasmi Naga.
Lalu siapa yang memanggilku ke dunia ini?
Untuk tujuan apa aku dipanggil ke dunia ini?
Kenapa kekuatanku berbeda dengan para hero itu?
Ya, aku…”Yang memanggilku bisa jadi adalah iblis atau raja iblis..ya kan….”
Kata-kata itu bukan sebuah pertanyaan…
(TLN : Mungkinkah dia (Satou) raja Iblis??? Raja Iblis yang baik wkwkkw)

4-9. Hal-hal Yang Bisa Dilakukan Sendiri


Translator : nuasa
Satou disini. Percobaan kimia di masa SMP adalah saat-saat yang ajaib, ya
kan?

Aku juga ingat saat ada beberapa hal yang berbeda dari apa yang kupelajari di
sekolah dan kenyataannya.

Sungguh menjengkelkan saat kita dipenuhi pikiran-pikiran negatif tanpa bisa


membuktikannya dan menghilangkannya. Meskipun kenyataannya, hero
biasanya harus menang melawan raja iblis. Kalau mereka kalah, aku yang
akan bertanggung jawab mengalahkan mereka menggantikan para naga.

Aku menarik nafas dalam beberapa kali dan menenangkan diri.


Memiliki MND (Kekuatan Mental) tinggi itu ada manfaatnya juga ya.

Aku kembali ke kamar. Kembali ke masalah utama.


Aku ingin memastikan lebih jauh dan melakukan alkimia. Karena latihan
membaca mantra (pelafalan) perlu dilakukan secara teratur, aku tidak punya
pilihan lain selain melakukannya di perjalanan menuju kota labirin nanti.
Pertama, aku akan memeriksa isi pernyimpaan.

Aku mengeluarkan makanan.


Masih hangat.
Aku menggigitnya lembut, rasanya masih sama.
Aku meletakkan kembali sisanya ke penyimpanan. Mungkin ini tidak penting,
tapi nama makanan itu adalah [Daging panggang Seryuu]. Nama yang biasa.

Aku menambahkan catatan baru dengan nama Verifikasi Penyimpanan. Aku


menulis tanggal dan keadaannya di memo.

Untuk sekarang, aku bisa menyimpan sesuatu yang hangat, mungkin ini juga
punya fungsi untuk yang beku? Aku juga menuliskan itu di memo. Aku tidak
tahu apa ini bisa memperlambat atau bahkan menghentikan waktu, tapi itu
terlalu mustahil.

Kali ini, aku mengambil daging panggang Seryuu yang ku letakkan di item box.
Yang ini sudah dingin, rasanya juga. Tapi belum basi, yah karena memang
baru setengah hari, jadi wajar.

Kita tulis di memo kalau item box tidak bisa untuk menyimpan panas.

Selanjutnya, aku mencoba apa bisa memindahkan barang antara


penyimpanan dan item box.

Aku menandai sebuah koin tembaga dengan tinta.

Aku coba meletakkannya di dalam item box, tapi ternyata tidak bisa masuk.
Sepertinya karena skill level ku masih 1, jadi tidak bisa masuk. Aku
meningkatkan levelnya ke 2 dan bisa masuk. Aku coba meletakkan beberapa
aksesoris dan sepertinya hanya muat 4 barang dari 4 tipe berbeda. Apa level
skill ini berpangkat? Aku tulis saja di memo.
Saat aku membuka jendela penyimpanan di menu, sebuah tab item box
muncul.
Aku men’drag’ nya ke penyimpanan.
Saat aku membuka item box dan melihat ke dalamnya, transfernya berhasil.
Aku mencoba melakukan sebaliknya dengan cara yang sama, dan berhasil
juga.
Mengakses Item Box dari penyimpanan tidak memerlukan MP.

Aku menuliskan informasi ini sebagai sebuah postscript di memo verifikasi


penyimpanan. aku akan memikirkan bagaimana cara memakainya lagi lain
kali.

Selanjutnya, aku mencoba apa aku bisa membaca buku di dalam


penyimpanan. Akan sangat membantu kalau aku bisa membaca diam-diam
untuk saat-saat seperti kejadian batu putih naga itu. Aku bisa mencarinya
dengan penjelasan seperti di game, meskipun di dalam game tidak ada buku.

Aku men’tap’ buku [Tur Kota Kerajaan] di dalam penyimpanan dan memilih
‘pencarian’ di menu yang muncul. Aku mencari [Istana], lalu penjelasan
tentang istana muncul saat aku menekan tombol pencarian. Sepertinya tidak
ada masalah. Hasil pencarian pun muncul.

Ah, Aku selalu menginginkan fungsi seperti ini di kehidupan nyata~ aku tidak
perlu men’scan’ buku atau OCR lagi! Fantasi benar-benar luar biasa!
Aku tiba-tiba mendapat ide dan langsung mencobanya.
Kalau aku bisa melihat hasil pencariannya, bukannya aku bisa membaca isi
bukunya juga? Karena tidak ada pilihan jelajah di menu yang muncul, aku
melakukan pencariaan kosong dan berhasil. Aku bisa membaca semuanya
seperti scrolling di PC. Rasanya seperti membaca file PDF. Karena aku bisa
mencari berdasarkan kata, ini benar-benar membantu untuk membaca buku.
Selanjutnya aku mencoba memindahkan buku ke Item Box.

Sayangnya, kali ini tidak bisa melakukan pencarian.


Aku heran, kenapa beda ya?

Aku mengeluarkan set alkimia dan meletakannya di atas meja di pojok kamar.
Bukunya tetap di penyimpanan. Kalau seperti ini, meskipun gelap, aku tetap
bisa membacanya.

Aku membaca buku [Pengantar Alkimia]. Ini buku yang kakek gnome
tegaskan aku untuk membacanya pertama. Daripada disebut buku, bukannya
ini lebih seperti pamflet? Sepertinya hanya 20 halaman.

Bukunya dimulai dengan penjelasan tentang alatnya. Terlebih disertai gambar


ilustrasinya, jadi para pemula tidak akan salah alat.

Pertama, aku mengeluarkan alat penumbuk keramik (ulekan untuk percobaan


kimia). Lumpangnya bukan dari bahan keramik putih yang biasanya, dan
warnanya pink. Menurut skill appraisal, bahannya terbuat dari batu akik.
Bukannya batu akik itu perhiasan?

Mengikuti bukunya, Aku menghaluskan reagen dengan 1 tanaman,


selanjutnya meletakkan bahan yang sudah halus ke mangkuk kecil berisi air
dengan batang logam tipis. Ramuannya selesai dalam 5 menit. Karena ini
adalah untuk pemula, jadi sangat mudah.

>[Mendapatkan Skill Meramu]

Aku langsung mengalokasikan poin ke maksimum dan mengaktifkannya.


Hasil jadi carian tersebut adalah [Obat Antiseptik]. Berdasarkan appraisal,
[Obat Antiseptik -3] terlihat di bawahnya, penjelasannya mengatakan [Cairan
obat(Sirup?) untuk menurunkan demam. Efeknya sangat rendah, hanya
sedikit mengobati]. Ini percobaanku yang pertama, jadi wajar saja kualitasnya
rendah.

“Untuk yang memiliki kekuatan sihir bisa ke Bab 2, yang tidak memiliki bisa
ke Bab 4” adalah yang tertulis di halaman selanjutnya. Serasa seperti manual
untuk software bisnis, lebih tepatnya buku game jaman dulu.

Bab 2 itu tentang dasar pemurnian(refine). Sepertinya aku harus membuat


ramuan yang sebenarnya. Menurut bukunya, Obat(drugs) dibuat dengan
mencampur(compunding) dan ramuan(potion) yang dibuat dengan
pemurnian(refining) memiliki efek yang berbeda meskipun sama. Pembuatan
ramuan membutuhkan katalis sihir dan MP, dan efeknya akan langsung
terlihat.

Aku melanjutkan latihan pemurnian sesuai dengan buku. Aku meletakkan


ramuan yang ku buat ke dalam sebuah gelas logam. Lalu mencampurnya
dengan 2 reagen disana. Sepertinya aku harus menuangkan(pour) kekuatan
sihir sebelum reagennnya larut. Aku menyelipkan gelas kimianya diantara
tanganku dan membayangkan sihirnya mengalir dari tangan kanan ke tangan
kiriku. Seperti saat dengan cakram gasing, kita menuangkan sihir dengan
mensirkulasikannya dari tangan kanan ke kiri, aku penasaran, apa memang
aturannya seperti ini? Atau hanya kebiasaan?

2 reagen itu mulai sedikit bersinar saat aku menuangkan sihir. Karena
ruangan ini juga remang-remang, cukup terlihat cahayanya. Sepertinya akan
selesai setelah cahayanya hilang.

>[Mendapatkan Skill Pemurnian]


Bukan alkimia ya. Aku juga menaikkan skill ini ke maks.
Ramuan yang selesai ini adalah sebuah Ramuan Antiseptik -4. Karena akan
sayang jika dibuang, aku meletakan di penyimpanan.

Aku membuka menu dan menyimpan resepnya di memo. Menunya memiliki


tab baru, [Produksi]. Aku membuka tab itu, dan ada [Kompon: Obat Anti-
septik] [Pemurnian: Ramuan Antiseptik] dari percobaan sebelumnya disana.
Bukan hanya itu, ada juga [Kerajinan Kayu: Pentungan (Improvisasi)],
[Gabungan: Tombak Kaki Serangga (Improvisasi)].

Aku yakin tadinya ini tidak ada, apa aku harus tahu 5 resep dulu sebelum ini
muncul? Atau mungkin perlu resep lain selain yang di improvisasi. Tapi
karena ini adalah skill unik, akan percuma untuk memastikannya, jadi aku
berhenti.

Aku coba men tap [Kompon: Obat Antiseptik]. Ada 4 sub-menu, Kompon, Lihat
Resep, Hapus Resep, dan Detail. Kompon sepertinya nonaktif, warnanya abu-
abu. Kupikir akan bisa mengkompon di dalam penyimpanan, tapi sepertinya
tidak bisa. Bahkan setelah aku menyimpan alat-alat dan reagennya ke
penyimpanan, masih juga nonatktif. Mungkin ada beberapa syarat yang harus
di penuhi.

Selanjutnya, akupun berlatih sampai bab 6 buku pengenalan itu. Karena ada
resep di setiap babnya, aku bisa mengingatnya, [Kompon: Painkiller/Penawar
Rasa Sakit], [Kompon: Salep], [Pemurnian: Obat pemulihan rendah], dan
[Pemurnian: Obat Sihir Painkilling (ramuan)].

Mungkin karena aku memaksimalkan skillnya ke maks, semua obat setelah


bab 3 memiliki nama [+5]. Tertulis [Efeknya sangat tinggi, ini adalah kualitas
terbaik] . Aku akan coba memastikan apa perbedaannya nanti.

Oh iya, saat aku mencoba berlatih bab 5…

Ada tanda-tanda orang menahan nafas dari balik pintu. Dua titik putih yang
ditunjukkan di radar tidak bergerak dari tadi. Aku diam-diam mendekat pintu
dan langsung membukanya.

Arisa dan Martha-chan pun terguling saat aku membuka pintu.

“Apa yang kalian lakukan?” (Satou)

Aku mendengarkan mereka yang masih terbaring di lantai, suaraku jadi


sedikit datar.

“Ti, tidak.”, entah kenapa Arisa tiba-tiba berbicara dengan logat Kansai.
“A-Aku hanya penasaran karena melihat Arisa menempel di pintu.” (Martha-
chan)
Dan kau ikut-ikutan menempel selama 5 menit?
Keduanya gemetar dan mencari alasan lari. Saat mereka berusaha lari, aku
dengan cepat menangkap dan menarik kerah mereka.

“Aku penasaran apa yang kalian rencanakan?”, akupun mengamati mereka


lagi.

“Maaf, aku tergoda melihat ‘saat-saat memalukan’ Satou-san, jadi aku


mengintip.” Martha-chan meminta maaf dengan sopan.

“Uu~ karena. Seorang anak laki-laki yang tinggal Bersama gadis-gadis!


Kembali sendirian ke kamar?! Bukankah menurutmu itu tugas seorang
penjaga untuk melihat kejadian seperti apa yang akan terjadi?”(Arisa)
Siapa yang penjaga?
Terlebih, perbuatan bodoh?… pikiranku ini bukan pikiran anak SMP.

Aku melepaskan Martha-chan yang sudah bersikap sopan. Karena Arisa tidak
menunjukkan penyesalan dan justru jelas-jelas terlihat bernafsu, akupun
menghukumnya dengan menyentil dahinya 3 kali berturut-turut. Sepertinya
masih terasa sakit meskipun aku sudah menahan diri, dia memegang dahinya
dan berguling di lantai. Sesekali dia perlu dihukum.

4-10. Malam Sebelum Keberangkatan


Translator : nuasa
Satou disini. Aku suka baik itu toko resmi ataupun tidak.
Tapi aku tidak mau kompensasi kencan. Satou.

Aku mengajak Arisa ke kereta. Saat turun, aku bertemu Martha-chan di kedai,
tapi dia tidak terlihat begitu malu dan menawariku makan. Karena aku
berencana makan di luar dengan yang lain, akupun menolak.

Saat kami menuju halaman, sudah ada 4 gadis menunggu dengan wajah bosan.
Saat Liza menyadari kedatanganku, dia datang seperti sebagai perwakilan.
“Master, apa boleh meletakkan barang-barangnya sekarang?” (Liza)
“Hm… Besok, karena kita akan mengambil lebih banyak barang dari guild
pedagang, jadi lakukan besok saja, tapi kalau dibiarkan disini, akan
merepotkan ibu pemilik ya.” (Satou)
Arisa berbisik padaku saat aku masih berpikir.

“Simpan di item boxku saja bagaimana? Lebih aman juga kan?” (Arisa)
“Hanya ada orang yang kita kenal disini, jadi kurasa tidak apa-apa.” (Satou)
Aku memerintahkan mereka untuk meletakkan barang-barangnya ke dalam
kereta sementara ini. Ketiga gadis kecil itu naik ke kereta untuk menerima
barang-barang. Karena Pochi dan Tama memiliki kekuatan yang setara
dengan 2 orang dewasa besar, mereka bisa mengangkat makanan kering itu
dengan mudah. Ini terlihat seperti pertunjukan sulap.

Arisa dan Lulu menata barang-barangnya di dalam.


Aku dan Liza yang mengangkat barang ke dalam kereta. Karena akan sayang
kalau memakai baju mahal untuk kerja kasar seperti ini, akupun mengganti
baju biasa.
Saat kami selesai mengangkut barang, aku menyuruh yang lain selain Arisa
untuk mengambil 3 barel air. 1 barel kecilnya bisa menampung 6 liter air.

“Kau tidak perlu menyuruh Lulu juga, dia sudah tahu” (Satou)

Aku takut mereka akan bertengkar kalau aku hanya meminta para gadis
beastkin melakukannya, jadi aku meminta Lulu juga melakukannya.

“Untuk sekarang, kita bagi makanan kering menjadi 2, aku akan membawa
peralatan sihirnya. Karena sepertinya tidak akan ada yang mencuri kartu
belajarnya, jadi biarkan saja di kereta, dan biarkan saja makanan yang kita
tugaskan untuk Liza dan yang lain.” (Satou)

“Kaay~”, Arisa mengatakan dengan santai sambil memindahkan makanan


kering ke item boxnya. Aku juga melakukan hal yang sama.

Makanan keringnya adalah daging asap, roti hitam, kacang goreng dan ubi
manis kering. Selain dari itu ada tepung gandum, umbi-umbian, garam batu
dan beberapa bahan makanan lain. Karena sayuran berdaun akan
menyebabkan sakit perut, sepertinya mereka tidak membelinya.

Aku baru menyadarinya setelah melakukan ini…


“Sepertinya kita butuh keranjang atau kotak untuk tempat barang.” (Arisa)
“Iya benar, kita juga butuh bantalan. Kalau kita biarkan, nanti peralatan masak
ini akan berisik di jalan.” (Satou)
“Juga tali tipis.” (Arisa)
“Tali? Ah, untuk menjemur pakaian ya.” (Satou)
“Sepertinya tali yang tebal juga perlu.” (Liza)

Liza yang sudah kembali dari mengambil air, menyarankan itu.


Aku tidak bisa membayangkan, untuk apa tali besarnya.
“Untuk mengeringkan darah dari hasil buruan selama perjalanan.” (Liza)

Oh iya, kita mungkin butuh tali juga untuk mengikat pencuri yang mungkin
muncul.

“Kau baik sekali~ Semua pencuri itu hanya merugikan dan membahayakan,
lebih baik kita mencuri harta karun dari persembunyian mereka dan
membasmi mereka setelahnya. Bahkan gadis pemburu pencuri itu
mengatakan hal itu tahu~?” (Arisa)
Kenalan macam apa dia itu? Jadi ada orang yang terkenal karena itu? ini
benar-benar dunia yang berbahaya.
“Sudah tidak ada yang kurang?” (Satou)

Pochi mengangkat tangan sambil berjinjit. Apa Arisa yang mengajarkannya?

“Iya, Pochi-kun. Silahkan.” (Satou)


“Bangku! Aku mau satu no desu~” (Pochi)
Saat aku menanyakan detilnya, sepertinya bangku yang digunakan saat dia
membantu merawat kuda. Dia juga bersemangat ingin merawat kudanya
selama perjalanan. Benar-benar bisa diandalkan.
Tama juga mengangkat tangannya seperti Pochi dan mengatakan, “Sikat~?”.
Sambil memiringkan kepalanya seperti ragu, benar-benar imut. Alat-alat
untuk merawat kuda ya, aku benar-benar lupa.

Lulu dengan malu-malu mengangkat tangannya juga.

“….U, umm.”, Wajahnya memerah meskipun baru mengatakan itu.


Aku heran, apa dia harus semalu itu mengatakannya? Aku pun melirik ke arah
Arisa… dia justru berkedip kearahku. Kau dari era Showa ya?!
“A-Aku mau papan cuci dan ember.” (Lulu)

Apa memang sememalukan itu? Aku memilikinya di penyimpanan, aku sudah


melupakannya, tapi memang perlu.

“Kalau bisa, aku mau cermin! Tidak apa-apa meski yang seukuran tangan.”
(Arisa)
“Arisa, kau terlalu boros.” (Liza)
Liza memberikan peringatan tegas kepada Arisa. Tidak biasanya Liza
memberikan pendapat sebelum aku memutuskan. Apa memang semahal itu di
dunia ini? Kalau diingat-ingat, aku belum pernah melihat kerajinan kaca. Tapi
aku pernah lihat cermin dari logam yang di poles.

“Aku juga mau satu, kita akan membelinya kalau tidak terlalu mahal.” (Satou)
“Yay.” (Arisa)
Arisa terlihat bahagia. Lulu juga tersenyum. Liza tidak keberatan karena itu
adalah keputusanku. Pochi dan Tama… sepertinya tidak terlalu mengerti.

Sudah diputuskan, besok, saat mengambil barang dari guild, mereka berlima
akan membeli barang-barang yang di diskusikan tadi.
Setelah berganti baju, kami pergi makan di luar bersama.
Hari itu, kami makan malam di warung yang tidak jauh dari gerbang
penginapan. Kami sudah makan daging setiap hari, jadi aku memesan sup
ringan dan roti kedelai.
Karena Pochi dan Tama terlihat sedih saat kami makan, akupun memesan
daging tusuk untuk 4 orang…Entah kenapa Liza lah yang terlihat sangat
senang… tidak apalah, asalkan mereka bahagia.

Karena aku bertemu Yosagu-san yang baru saja pulang bekerja di jalan, kami
pun memutuskan untuk memajukan rencana kami sehari lebih cepat. Arisa
mengatakan, “Padahal kau sudah memiliki aku, dasar tukang selingkuh~”, tapi
aku meminta Liza untuk menyeretnya ke penginapan.

“Apa tidak apa-apa?” (Yosagu)


“Tenang saja, dia itu sudah seperti adik perempuan. Meskipun dia berpikir dia
adalah penjaga/waliku.” (Satou)
Distrik timur ramai seperti biasa.
Yosagu-san, yang mengunyah daging tusuk yang dibeli di warung, menyapa
gadis-gadis yang berkumpul di bawah bayangan cahaya lampu, kami berjalan
menuju kerumunan.
Saat kutanya apakah mereka kenalannya, dia mengatakan,”Mereka itu
pelacur.” Mereka biasanya bekerja sebagai pelayan sekaligus pelacur di
penginapan, tapi selama acara pelelangan budak, mereka sepertinya mencari
pelanggan di luar.

Saat memastikan melalui AR, banyak dari mereka memiliki skill [Teknik
Seks]…Namun, aku cemas karena banyak dari mereka yang mengidap
penyakit dan kondisi abnormal di tab kondisinya. Kebanyakan dari mereka
mengalami [Incubation], hampir 60% dari mereka menderita itu. Apa tidak
bisa di sembuhkan dengan sihir ya?

Kami memasuki distrik lampu merah dan berjalan sebentar. Plat merah dari
lampu sihir menggantung di toko, meneranginya dengan cahaya yang terlihat
murah. Kebanyakan tempat pelacuran adalah gedung 2 lantai dengan beranda
di lantai 2 nya. Para pelacur yang mengenakan baju mahal yang menampilkan
tubuh mereka, berderet di beranda untuk menarik pengunjung.

Saat aku melihat, mereka menaikkan rok mereka dan menunjukkan kaki
telanjang mereka lalu melemparkan ciuman. Semua toko begitu, menarik juga.
Orang-orang yang memiliki skill [Teknik Seks] meningkat, dan berbanding
terbalik dengan orang-orang yang memiliki Penyakit kelamin [Incubation]
yang berkurang sekitar 30%. Sudah kuduga, tidak ada yang memiliki penyakit
kelamin [Diseased/Penyakit].
“Tuan muda, ini tempatnya. Mari cepat masuk.” (Yosagu)

Yosagu-san menarikku masuk kedalam. Toko ini benar-benar beradab, tidak


ada gadis-gadis yang menarik perhatian pelanggan di berandanya.

Saat aku masuk, berandanya terpasang di lantai 2 bersama koridornya. Aku


melambai ke arah gadis-gadis yang melihatku dari luar.

Lantainya terbuat dari kayu, tapi dipoles dengan baik. Ukurannya sekitar 30
tatami? Disana terdapat sebuah kompor, pintu dan tangga untuk ke lantai 2.
Ada 4 ruangan yang disekat dengan kain dari kanan dan kirinya (tirai?).

“Selamat datang di Mansion Menawan Cabang Seryuu.” (…)

Seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan muncul dari belakang pintu,


menyambut kami dengan suara yang tajam. Wanita itu mengenakan gaun pink
dengan hiasan berlebihan, dia sangat gemuk dan pakaiannya terlihat seperti
akan robek setiap saat.

Dengan dipandu olehnya, kami masuk ke salah satu ruangan yang disekat.
Sepertinya ini adalah ruangan untuk tamu yang menunggu gadis-gadis, karena
akan aneh jika kita bertemu seorang yang kita kenal disini, Tante gemuk itu
benar-benar memikirkan itu ya.

Ada sebuah sofa dan 3 buah meja marmer kualitas rendah di dalamnya.
Seorang gadis kecil berusia sekitar 10 tahun berdiri sebagai pelayan.

“Maaf.”, gadis itu meletakkan cangkir sake kecil berwana hijau di depanku dan
Yosagu-san. Ada cairan transparan di dalamnya. Dari aromanya, itu minuman
beralkohol.

Menurut AR, cangkirnya terbuat dari giok. Cairan di dalamnya adalah sake
Shiga. Minuman keras dengan 50% alkohol yang terbuat dari gandum.

“Ku~ mantap!”, Yosagu-san menengguknya dengan semangat.


Sepertinya dia lupa untuk meminum sake ini saat dia mengunjungi toko ini
sebelumnya.
Gadis itu menuang sake ya?
Aku menyesapnya sekali, untuk menghargai. Rasanya memang enak. Seperti
whiskey tapi trasnparan, dan bukannya berwarna merah, apa karena cara
mengolahnya berbeda?
Sebelum Yosagu-san meminum cangkir ke 3 nya, pemilik toko kembali dengan
5 gadis.

Yang pertama adalah yang paling cantik, dengan rambut pirang, mata biru,
wajah yang kecil, alis tipis, dan tatapan mata yang tajam, bibir basah dan juga
2 payudara besarnya yang terlihat akan tumpah dari baju dengan bagian atas
dada terbukanya itu. Aku yakin dia gadis paling populer di toko ini. Usianya
18 tahun.

Yang kedua dan ketiga adalah kembar. Mereka gadis cantik dengan rambut
dan mata hitam. Penampilan mereka terlihat kebarat-baratan, lebih tepatnya
gaya Perancis. Satu dari mereka memiliki dada yang lebih kecil, tapi masih
sekitar C cup. Sepertinya banyak orang yang menghabiskan waktu dengan
mereka berdua sekaligus. Tentu saja bayarannya juga untuk 2 orang. Mereka
berusia 16 tahun.

Yang keempat adalah seorang wanita bermata suram. Dengan warna rambut
pirang kusamnya dan mata coklat kemerahan. Alisnya tebal, dia wanita
penyembuh yang lembut (gentle healing woman). Payudaranya yang paling
besar. Sepertinya banyak yang kembali kesini untuknya, suaranya terdengar
mellow, nyaman di dengar. Dia berusia 21 tahun yang paling tua di toko ini.

Yang kelima adalah gadis dengan rambut merah dan mata coklat kemerahan.
Dia terlihat lebih pucat ketimbang gadis lain tapi memiliki ekpresi yang bagus
dari yang lainnya. Dia terlihat riang, atau lebih tepatnya, dia terlihat erotis
keseluruhannya. Payudanyanya berukuran rata-rata, tapi masih sekitar D cup.
Bagiku, itu sudah cukup masuk kategori berdada besar. 20 tahun. Dia satu-
satunya yang tidak memiliki skill Teknik seks disini.

Mereka semua mengenakan pakaian 1 potong yang tipis dan menempel pada
kulit mereka sehingga terlihat erotis. Bagian dada dan perutnya transparan,
aku hanya bisa berkata GJ (Good Job).

“Gadis mana yang ingin kalian pilih?”, Pemilik toko itu bertanya. Yosagu-san
bertanya padaku dengan isyarat matanya, “Kau tidak perlu ragu, pilih saja
gadis kesukaanmu.”, Aku mengatakannya dan diapun benar-benar memilih
gadis yang paling cantik tanpa ragu. Aku juga mengincarnya, tapi yasudahlah.
Yosagu-san meminum habis minumannya dengan sekali teguk dan
meninggalkan ruangan dengan gadisnya. Sepertinya lantai 2 digunakan untuk
pelanggan memuaskan dirinya.

Aku sempat bingung, tapi akhirnya akupun memilih gadis kelima. Kamar
tamunya hanya memiliki sebuah kasur sederhana, tapi karena bersih dan
wangi, jadi aku tidak masalah.

Saat kami masuk kamar, gadis itu langsung melepaskan pakaiannya dan
memamerkan tubuhnya. Aku menikmati sensasi dari OPPAI yang terbebas
dari bajunya, menikmati menggenggamnya dengan tanganku. Benar-benar
seperti festival OPPAI. Siapa ya yang pernah mengatakan kalau OPPAI itu
berisi impian pria?

Aku memeluk pinggangnya dan kamipun jatuh ke kasur. Ah~ tubuh wanita
dewasa setelah sekian lama, akupun menikmati waktuku …dengan berbagai
cara.

Karena reaksi gadis ini sangat merangsang, akupun tanpa sadar justru yang
“melayaninya”. Aku jadi tidak tahu, siapa yang melayani siapa. Kami
menikmatinya sampai tengah malam. Dia pingsan karena terlalu banyak
mengalami ‘kenikmatan’. Dan akupun berhenti

>[Mendapatkan Skill Teknik Seks]


>[Mendapatkan Skill Obrolan Kekasih]
>[Mendapatkan Skill Menggoda/Merayu]
Sepertinya tubuh ini memiliki terlalu banyak stamina, dia tidak bisa
mengimbanginya. Akupun menggunakan payudaranya, menikmatinya sebagai
bantal dan menuju dunia mimpi.
4-11. Keberangkatan (1)
Translator : nuasa
Satou disini. Aku suka membuat program tanpa dibatasi. Terakhir aku
melakukannya adalah saat aku membuat robot berkaki untuk skripsiku. Saat
aku sudah berkarir, aku belum pernah melakukannya lagi.
Kali ini, aku akan membuat peralatan sihir.

Yep, pagi yang indah.


Aku berjalan di kota sambil menikmati cahaya pagi, merasa segar.
Yosagu-san, tidak sepertiku, dia selalu menguap dan terlihat mengantuk. Aku
mengajaknya sarapan, tapi karena dia tidak pulang semalam, keluarganya
pasti akan marah, jadi kami berpisah di luar toko. “Kalau aku sukses di kota
labirin, nanti kita mampir lagi ya.”aku berteriak padanya.

Meskipun ini masih pagi, orang-orang yang sedang sarapan di warung dan
yang menjual makanan segar terlihat riang. Suasana vulgar yang biasanya
menyebar di distrik timur ini mungkin adalah penyebabnya.

Aku mencium bau lezat dari warung. Sebenarnya aku tidak terlalu lapar, tapi
aku membeli makanan untuk oleh-oleh para gadis. Meskipun aku tidak bisa
membeli susi dengan kotak kayu seperti seorang ayah dari era Showa.

Aku membeli sebuah keranjang tangan besar yang terbuat dari kayu tipis dari
sebuah warung jalanan. Ukurannya sebesar 2 mangkok nasi besar. Aku juga
membeli sesuatu seperti tupper ware untuk tempat sup.

Aku membeli makanan hangat dan meletakannya di penyimpanan dengan


keranjangnya. Aku juga membeli banyak sampai-sampai terlihat tidak wajar.
Sup yang terbuat dari tulang hewan dan sayuran. Sup kental dengan sayuran
dan daging kering Berbagai macam daging kambing panggang. Daging
panggang Seryu. Roti datar yang baru di panggang, kentang kukus dan
beberapa buah.

Aku membeli hampir 30 porsi. Terlalu banyak memang untuk oleh-oleh, tapi
ini juga untuk jaga-jaga. Dengan semua ini, meskipun lingkungannya tidak
memungkinkan untuk menyalakan api, aku masih akan bisa menyediakan
makanan hangat. Dari awal, aku berencana untuk menggunakan
penyimpanan, jadi kami tidak berakhir di situasi menyedihkan nantinya.

Aku mau membeli bahan-bahan untuk alkimia, tapi masih tutup.

Saat aku kembali ke penginapan, Arisa yang melihatku dari jendela, langsung
berlari turun. Setelah dia melihat wajahku, dia menginjak-injak tanah dengan
kakinya.

“Uuu~~~~. Mou! Wajah berkilau itu~~.”(Arisa)

Dia menggigit ujung sapu tangan dan berpose. Gesture yang setiap kali dia
lakukan itu benar-benar kuno… hm…mari tidak usah bertanya berapa usia dia
di dunia sebelumnya.

“Aku yang harusnya mendapatkan pengalaman pertamamu~~” (Arisa)

Aku tidak ingat pernah membuat janji seperti itu.


Aku diam saja dan tidak menjawabnya, akan gawat nanti.
“Kau berisik sekali, lagipula ini bukan pengalaman pertamaku.” (Satou)
“Tidaaaak, padahal ini kesempatan 1:1000.0000 untuk mencuri keperjakaan
seorang anak laki-laki….”
Aku turut berduka.
Aku memanggil Lulu, dan kamipun berkumpul di depan kereta kuda. Sarapan
kali ini dengan kentang dan daging tusuk yang baru aku beli.
Aku berbicara pada Arisa dengan berbisik dan menanyakan kondisi Lulu.
Kalau dia masih belum pulih, aku akan menunda keberangkatan 2 hari.
Menurut Arisa, awalnya parah di hari pertama, tapi sekarang sudah tidak apa-
apa. Karena kelihatannya menyakitkan, aku akan memberinya painkiller yang
kubuat saat latihan. Aku punya 5, jadi kurasa cukup.
Setelah selesai sarapan, kami menjalankan rencana kemarin.

Aku mengendarai kereta kudanya sampai lahan parkir guild komersil. Kuda
itu lebih gampang dikuasai ketimbang mobil. Disini, suasanyanya juga ramai
di pagi hari. Setiap kereta kuda yang menempati hampir setengah dari lahan
parkir sedang menurunkan barang. Setiap kereta kuda juga terlihat terawat.
Rasio kereta barang dan kereta tertutup adalah 50:50. Gerobaknya terisi
dengan banyak karung 10kg an. Orang-orang yang memindahkan karung itu
terlihat seperti preman yang memakai pakaian warga biasa yaitu hanya kaos
lengan panjang dan celana pendek. Saat aku melihat kereta lain dengan
penasaran, Sunifun-san yang selesai memeriksa barang dan harganya berjalan
ke arahku.

“Selamat pagi, Satou-sama. Kau datang pagi sekali.” (Sunifun)


“Maaf. Apa aku mengganggu dengan datang terlalu awal?” (Satou)
Kurasa yang kulakukan ini bukan hal buruk, tapi aku minta maaf saja untuk
saat ini.

“Tidak sama sekali. Dewa bisnis pastinya suka dengan orang-orang yang
cepat.” (Sunifun)
Meskipun dia mengatakan itu, jika lihat sekeliling, kemungkinan kebiasaan
disini adalah untuk membawa barang masuk di pagi hari dan keluar di siang
harinya.

Aku di pandunya menuju gudang. Barang-barang yang ku pesan di tempatkan


di satu area. Aku memastikan barang dan jumlahnya, dibantu seorang
karyawan. Aku memeriksa isi dari setiap barel batu putih naga lalu
menutupnya lagi. Sunifun-san melihatku seperti seorang kakek yang melihat
cucunya. Hei, kau belum setua itu kan.
Aku meminta karyawan itu untuk membawakan barang-barangnya ke
keretaku, sambil aku menyelesaikan pembayaran transaksinya di kantor.
Saat aku kembali, barang-barang sudah naik semua, dan aku mengeceknya
sekilas. Karena aku sudah meletakkan ‘tag’ pada batu putih naganya,
sepertinya tidak ada yang ditukar. Aku tidak bisa melihat kalau isinya yang
ditukar, tapi mungkin mereka tidak akan punya waktu melakukannya. Aku
berterima kasih kepada karyawan itu dan memberinya satu koin tembaga
besar.

“Semoga bisnismu sukses!”, Sunifun-san mengatakan itu sebagai ucapan


perpisahan saat aku meninggalkan guild.

“Selamat datang nano desu~.” (Pochi)

Aku disambut Pochi saat kembali. Dia memelukku saat aku turun dari kursi
kusir, jadi aku menggosok kepalanya. Aku berpisah dengannya sambil
menggosok kepalanya, dan melepaskan ikatan kudanya dari kereta.
“aku bantu no desu.”, dia langsung berdiri di atas bangku yang baru kami beli
dan mulai membantu. Mungkin aku akan mengajarinya melepas sabuk ini,
mengatur kuk, dll. Ini bagus juga untukku agar tetap mengingatnya.

“Yang lain sedang apa?” (Satou)


“Lulu sedang mencuci di sebelah sana. Yang lainnya sedang belanja no desu~.”
(Pochi)
“jadi Pochi dan Lulu yang menunggu rumah ya?” (Satou)
“Aku menjaga barang-barang no desu~” (Pochi)
Pochi mengatakannya dengan bangga. Dia memang cocok untuk ini. Aku bisa
membayangkan kalau Tama yang menjaga akan tertidur di atas barang-
barang yang di jaganya.

Aku meminta Pochi untuk mengurus kudanya di kandang. Sementara aku


menaruh barang-barang tadi ke dalam penyimpanan. Aku berencana untuk
membiarkan kulit kambing dan wol nya di luar, tapi baunya terlalu menyengat
jadi aku menaruhnya di dalam(penyimpanan). Aku akan latihan membuat
deodoran nanti.

Pochi membawa barang-barang sampai semua naik. Pochi mengatakan,


“Menjaga barang-barang no desu.” Dari kereta. Karena dia sudah tidak
masalah, aku akan menemui Lulu dan memeriksa keadaannya. Karena laundri
yang Lulu cuci adalah pakaian dalam, aku kembali lagi tanpa memanggilnya.

Setelah itu, aku meminta Pochi untuk berjaga, aku memanggil angkutan
umum menuju plasa di depan kastil. Taman bunga yang ada di tengahnya
masih dalam perbaikan tapi jalanannya sudah diperbaiki dan dipasangi
paving blok dengan cantiknya. Benar-benar cepat ya, mungkin mereka
menggunakan sihir, lagipula ini kan dunia fantasi.
Dinding di toko sihir masih diperbaiki, tapi kelihatannya sudah mulai buka.

“…lalu… katalis… sisik. Kalau kau punya ini, aku harap kau bisa
mengirimkannya ke pos pasukan sihir.” (…)
“Aku akan coba menanyakan teman penyihir dan alkimiaku. Paling tidak, aku
bisa mendapatkan 1-2 buah sisik.” (…2)
Saat aku masuk toko, seorang paman dan bibi yang terlihat-seperti-penyihir
keluar dengan pembicaraan tadi. Paman itu melirikku lalu pergi tanpa
mengatakan apa-apa.

“Oh, pengunjung ya? Maaf, tapi kami tidak menjual ramuan cinta atau
minuman penambah energi. Kau bisa cari itu di toko alkimia di distrik timur.”
(Pemilik toko)

Dia seorang wanita tua yang kurus kering. Mengenakan pakaian untuk
penyihir. Jubah biru tua lengan panjang, dengan topi lebar dan tingginya, juga
mengenakan banyak cincin dengan desain mencurigakan di jarinya, dan
sebuah kalung dengan liontin hijau sebesar 5cm dengan desain tengkorak di
lehernya.

“Tidak, aku ingin membeli buku sihir.” (Satou)

Dia mengangkat satu alisnya terkejut mendengar perkataanku. Dia


menyenderkan tongkat yang ada di tangannya ke dinding dan mengeluarkan
sebuah litograf dari bawah kasir. Batu Yamato lagi?

“Kami tidak menjual buku sihir untuk yang tidak memiliki bakat, oke? Akhir-
akhir ini banyak bangsawan penipu yang membeli buku sihir hanya untuk
gengsi, dan mengotorinya. Aku akan menjual bukunya hanya kepada orang
yang memiliki sejumlah kekuatan sihir yang terukur di sini.” (Pemilik toko)
…Sial, harusnya aku mengajak Arisa.
Aku tidak tahu seberapa jauh batu ini bisa mengukur, tapi akan gawat kalau
kekuatan sihirku yang besar diketahui.
“Maaf, aku takut akan merusaknya kalau aku menyentuhnya sembarangan.”
(Satou)
“Fuhn, alasan ya? Kalau kau meletakkan kekuatan sihir disini, ini akan
memancarkan sinar biru. Memang lebih murah dibandingkan yang ada di
kerajaan, itulah kenapa ini kuat. Bahkan seorang veteranpun tidak akan bisa
merusaknya, kekuatan sihirnya akan berhenti mengalir setelah memenuhi
jumlah yang ditentukan. Untuk yang memiliki kemampuan sihir, akan
bersinar biru, selain dari itu akan bersinar merah.” (Pemilik toko)
Jadi aman? Kalau memang sesuai yang dikatakan bibi ini berarti tidak ada
masalah, tapi bagaimana kalau yang sebenarnya dia katakan adalah,
“Sebenanrya aku membaca nilai pastinya”, itu pasti menyeramkan.

“Kalau kau tidak mau, kau bisa pergi dari sini. Aku ada urusan untuk
mengambil serbuk naga dari teman alkimiaku setelah ini.” (Pemilik toko)

Bubuk yang dibicarakan paman tadi ternyata bubuk naga ya. Namanya seperti
tidak asing, oh iya itu bubuk yang aku dapat dari labirin. Apa dia mau
menukar ini dengan buku sihir ya?

“Bibi-san, kalau bubuk naga, aku punya, kalau tidak keberatan, aku bisa
memberikanya padamu?” (Satpi)

Aku mengeluarkan 5 botol kecil bubuk naga dari kantong. Aku dapat 6 dari
labirin, dan memutuskan untuk menyimpan 1. Saat aku mengeluarkannya dan
menghitung harga pasarnya… 20 koin emas ya?

“Apa itu asli?” (Pemilik toko)


Bibi itu mengambil 1 botol dan mengambil sedikit bubuknya, dia mengetesnya
dengan beberapa reagen dan perlengkapan.

“Aku akan membelinya 10 koin emas/botolnya.” (Pemilik toko)

Serakah sekali.
Saat aku mengatakan harga pasarnya 20 koin emas, dia mengatakan, “Itu
harga jual di toko “, dan menolaknya. Karena aku tidak berniat untuk
memaksa dan sepertinya kita tidak bisa sepakat, akupun berniat pergi, tapi
tangannya menahanku dengan cepat. Matanya menyala dan bersinar, sedikit
menyeramkan.
“T-Tunggu! Pria tua itu mungkin akan membelinya dengan harga segitu,
baiklah aku akan membelinya dengan harga 20 koin emas/botolnya. Tapi aku
akan membayarnya di akhir bulan sebagai syaratnya. Karena kalau
menggunakan pembayaran resmi akan lambat.” (Pemilik toko)
“Maaf, tapi aku berencana pergi meninggalkan kota besok, jadi aku tidak bisa
menerima syarat itu.” (Satou)
Negosiasinya berlanjut sampai waktu makan siang dan akhirnya diputuskan
bahwa pembayarannya akan menggunakan buku sihir. Karena buku sihir yang
lebih tinggi dari level menengah tidak diijinkan dijual ke warga yang bukan
warga kota Seryuu, aku kesulitan memilih buku yang setara 100 koin emas.
Pertama, aku akan mengumpulkan buku sihir kelas bawah dari semua elemen.
Tapi, itu masih hanya 40 koin emas, jadi aku beli tesis dan investigasi, dan
bermacam-macam catatan untuk bahan bacaan. Masih baru 60 koin emas.
Lalu aku membeli tongkat dan jimat. Sepertinya, hanya mereka yang memiliki
ijin yang di perbolehkan menjual gulungan sihir, jadi aku tidak bisa
membelinya disini.

Selanjutnya, aku membeli katalis murah untuk membuat ramuan. Sepertinya


terbuat dari magic core dari monster level rendah.
“Oh, pekerjaan utamamu seorang alkimia ya. Kalau begitu bagaimana kalau
buku-buku ini?” (Pemilik toko)

Bibi itu mengeluarkan 2 buku sihir dari belakang toko yang tertulis, “Katalis
Sihir dan Bahannya”, “Benih dan Katalis”. Aku sedikit khawatir dengan
judulnya, tapi karena penulisnya bernama Jahad, akupun membelinya. Kalau
tidak salah itu nama yang sama dengan nama pembuat piringan cakram. Aku
membeli 5 buku lain miliknya.

“15 koin emas lagi ya. Apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah tidak punya alat
sihir lagi. Paling hanya alat yang bisa memancarkan cahaya atau alat yang
akan menghangatkan jika kau meletakannya sesuatu diatas.” (Pemilik toko)

Oioi, kenapa mengeluarkan yang bagus-bagus di akhir?


Saat aku menerimanya, yang pertama adalah bola kristal sebesar permen
lollipop dan yang satunya adalah sesuatu yang hitam dan terlihat seperti
penahan panci dengan diameter 20cm. Tebalnya 3 cm dan sepertinya terbuat
dari porselen. Di satu sisi, terdapat sebuah garis tembaga di atas lingkaran
konsentrisnya.(Kompor elektrik?)
Bola kristalnya– Light Drop mulai memancarkan cahaya setelah aku berikan
kekuatan sihir. Sepertinya bisa bersinar 30 menit/sekali isi. Penahan
panci– Light Hot Plate juga sama, dengan memberikan kekuatan sihir di garis
tembaganya, akan menghasilkan panas selama 10 menit. Namun, karena
panas yang dihasilkan hanya sampai bisa membuat melepuh, jadi tidak cukup
panas untuk merebus air ataupun memasak. Tapi masih bisa digunakan untuk
menghangatkan teh atau rebusan.
Light Drop nya seharga 1 koin masing-masingnya, sedangkan Light Hot
Plate nya 3 koin emas. Karena stok Light Drop ada dua, akupun membeli
keduanya.
Akhirnya, karena aku tidak menemukan barang bagus lagi dan masih 10 koin
emas tersisa, dia membayarnya dengan cash. Padahal aku pikir akan
menggunakan semuanya langsung, tapi…bahaya sekali..bahaya..(Hemat oiiii
XD)

“Fuhn, terlepas dari uangnya, sudah lama tidak ada orang yang memborong
seperti ini.” (Pemilik toko)
“Terima kasih banyak, aku jadi bisa membeli banyak barang.” (Satou)
Aku berterima kasih pada bibi pemilik toko, dan menitipkan barang-barang
ini di tokonya sebentar. Setelah ini aku lupa untuk membeli peta di toko buku
sebelah. Bibi itu pun menyetujuinya dan akupun pergi ke toko buku.

4-12. Keberangkatan (2)


Translator : nuasa
Satou disini. Aku bukanlah orang yang sering melakukan perjalanan, tapi
anehnya, aku merasa terikat dengan kota yang padahal baru aku datangi
hanya dalam beberapa hari. Aku ingin datang lagi mengunjungi tempat
wisatanya yang terkenal.

Toko bukunya dijaga oleh seorang kakek tua, Semone-san tidak ada di toko.
Yah… aku tidak bisa menikmati dada indahnya itu… sayang sekali.

Penjaga toko buku itu memberiku peta kota labirin.


Bagaimana menjelaskannya ya, peta ini mengatakan seperti, “Pengukuran?
Apa itu? Apa rasanya enak?” Meskipun aku tidak menyangka petanya
memiliki simbol dan garis, tapi patut dipertanyakan apa peta ini memiliki
konsep arah utama (cardinal direction). Mungkin karena tergambar di
wajahku, kakek itupun menjelaskan. Peta yang akurat itu informasi rahasia
jadi hanya orang-orang dari kerajaannya yang bisa mendapatkannaya. Aku
kangen Google Map.
Yah, ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali, aku membeli 5 peta sampai
ke kota labirin. Setelah itu, aku diberitahu bahwa guild pedagang menjual peta
yang lebih baik. (APA?! XD)

Urusanku selesai disini, tapi kakek itu menunjukkan semangat dan


kebaikannya menawarkan aku berbagai macam buku. Buku yang terlihat akan
berguna di perjalanan seperti, “Perjalanan ke Ibukota Kerajaan”, “Kamus
Tanaman Obat”, “Kamus Memperbaiki Kereta”, dll, Aku terhipnotis dengan
judulnya, jadi aku membeli semua yang direkomendasikan.

Ada juga buku pengantar kesenian kayu, pandai besi, mengukir dan berbagai
macam yang berhubungan dengan manufaktur, karena tidak ada permintaan,
ditambah itu adalah buku tua, jadi tidak laku. Saat aku menunjukkan
ketertarikan, penjaga toko itu mulai menumpukkan buku satu demi satu.
Karena harganya hanya 2 koin emas untuk semua, aku pun membeli
semuanya.

Terlebih, dia juga merekomendasikan buku yang bagus dibaca saat istirahat
dalam perjalanan. Meskipun kebanyakan tentang percintaan atau hero, tapi
aku menemukan pengecualian seperti, “Medan Tempur Kuno”, “Penyihir Gila
dan Tentara Kematian”, “Pria yang Menciptakan Labirin”. Aku membeli 3 dari
5 buku bergambar yang terkenal.
Buku bergambar itu bagus untuk belajar huruf.
Karena sedikit melebihi budget, aku menawar sampai 10 koin emas.

Ya, aku membeli terlalu banyak. Tas yang berisi hampir 30 buku ini cukup
berat. Kalau bukan karena statusku, mungkin pinggangku sudah patah.
Apalagi di tambah barang yang kubeli dari toko sihir. Karena akan
mencurigakan kalau aku bisa membawanya, aku akan memakai jasa angkutan
saja.

“Halo, Onii-san lincah.” (…)

Aku berbalik ke arah suara itu.


Dengan wajah yang merasa prank nya berhasil, dia, rekan kerja Zena-san
(Lilio).
“Halo, Lilio-san. Apa kau meniru Zena-san?” (Satou)
“Ehehe~ Apa sudah mirip? Hei hei, apa kau sempat deg degan?” (Lilio)
Entah kenapa aku merasa jangan sampai mempertemukannya dengan Arisa.

“Tidak, Aku langsung tahu karena suaranya berbeda.” (Satou)


“Eh~ sayang sekali~ tapi, tapi, bukannya itu cinta? Kekuatan cinta ohoho?”
(Lilio)
Perempuan memang suka soal percintaan ya.
Lilio berjalan mendekat dan mendekatkan tubuh kecilnya padaku. Aku sudah
lelah dengan loli, jadi aku mendorong bahunya agar tubuh kami tidak
bersentuhan.
“Kau sendirian hari ini?” (Lilio)
“Yep, prajurit lainnya sedang tidur~ tapi Zena, dari kemarin siang sampai
tengah malam nanti ini selalu berjaga Se~~panjang waktu. Pasukan sihir
memang sedang kekurangan personil.” (Lilio)
Aku ingin mengucapkan kata perpisahan ke Zena-san sebelum aku pergi,
tapi…
Baiklah, aku akan menunda keberangkatannya besok pagi.
“Lilio-san, bisa sampaikan pesanku untuk Zena-san?” (Satou)
“Okay~ Tapi jangan kata-kata penuh gairah yang membuat dada panas ya?
Kalau terlalu intens, nanti aku bisa salah mengartikan loh~.” (Lilio)
Sambil menyilangkan tangannya, dia mengatakan dengan wajah nakalnya.
Aku memintanya untuk menyampaikan pada Zena jika aku akan pergi besok
pagi, dan dia pun setuju untuk menyampaikan pesannya.

“Acha~Cinta pertama Zena berakhir tak terbalas ya~.” , sepertinya dia berniat
untuk mengatakan itu pada dirinya sendiri, tapi aku bisa mendengarnya
dengan keras dan jelas.

Akupun tidak membalasnya dan kembali ke penginapan.

Di kereta, aku menyimpan buku-bukunya di dalam item box. Saat Arisa tahu
aku pergi ke toko buku, dia mengatakan “Aku kan sudah bilang untuk
mengajakku~”, dengan marah, tapi saat aku memberitahunya bahwa aku
membeli semua buku sihir elemen untuk pemula, dia tersenyum. Lagipula,
kau juga mungkin belum belajar cara membaca hurur kerajaan Shiga kan?

“Lalu, apa kita akan berangkat sekarang?” (Arisa)


Karena Arisa sudah bertanya, aku mengumumkan bahwa kami akan
berangkat besok.
“Aku akan ke toko alkimia di distrik timur dan guild umum untuk
menyelesaikan beberapa urusan, jadi, tolong periksa apa ada yang kita lupa
dan belum beli. Kalian boleh bermain kartu belajar saat sudah selesai.”
(Satou)

“Kartu!”, “Nano desu!”, Pochi, Tama dan Lulu bersuka cita. Jarang sekali
melihat sosok Lulu yang terlihat bahagia seperti gadis normal, akupun
meng’klik’ tombol REKAM di hatiku.
“Barel kosong pengecohnya terlalu ringan, jadi akan terlihat mencurigakan,
kurasa lebih baik diisi kentang tahan lama di dalamnya.” (Arisa)
“Sebentar lagi juga musim dingin, kemungkinan akan terlalu dingin jika tidur
hanya dengan mantel. Kurasa ide bagus untuk membeli selimut, setidaknya
untuk master.” (Liza)
Aku setuju dengan pendapat Arisa dan Liza dan mengijinkan mereka
membelinya. Tentu saja selimutnya untuk 4 orang. Karena Arisa pernah
melihat beberapa yang terbuat dari kapas di pasar, aku menyetujuinya setelah
mendengar harganya.

Aku pergi ke toko alkimia sendiri, dan membeli banyak bahan painkiller dan
deodorant juga kumpulan resep. Ini mungkin kekhawatiran yang berlebihan,
tapi saat kau belanja tanpa menghkawatirkan sisa uang itu…sedikit tidak
menyenangkan.

Di guild umum/pekerja (TLN : entah kenapa jadi ‘general guild dan bukannya
worker’s guild’) aku mendengarkan perkembangan dari permintaan yang ku
serahkan ke Nadi-san (TLN : mengirim memento). Meskipun ini baru satu
hari, sepertinya sudah hampir selesai. Sisanya belum karena tidak ada orang
di rumahnya, jadi dia akan kembali besoknya. Nadi-san menyerahkan sesuatu
padaku saat aku memberikan bayarannya. Yang dia berikan adalah sebuah
keranjang besar berisi sesuatu seperti kantong yang berisi, uang, sayuran,
sandal dan bermacam-macam lainnya.

Yang miskin memberikan sayuran atau produk industri rumahan seperti


sandal sebagai ganti uang, bahkan ada barang seperti sendok kayu dan
semacamnya. Sepertinya Nadi-san sudah mengatakan bahwa tidak perlu
memberikan hadiah, tapi mereka memberikannya sebelum dia bisa
menolaknya. Aku pun mengatakan padanya bahwa aku akan meninggalkan
kota Seryuu besok dan menghadiahkan semua itu kepadanya sebagai bonus.

“Satou-san, tujuanmu selanjutnya pasti ibukota kerajaan atau ibukota duke-


sama kan?” (Nadi)
“Bukan, aku berniat menuju kota labirin.” (Satou)
“Banyak demi-human di kota labirin, aku yakin akan lebih mudah tinggal
disana.” (Nadi)
Omong-omong, aku belum bertemu demi-human paling terkenal, para elf.
Kupikir di kota Seryuu harusnya ada.

“Kau benar, aku ingin sekali melihat elf.” (Satou)

Nadi-san menunjukkan ekspresi nakal saat mendengar jawabanku. Dia


melihat kearah belakang dan memanggil manajernya. Si paman yang selalu
tidur.

“Manajer~ tolong kesini sebentar.” (Nadi)


Manajer itu datang sambil mengusap jengotnya. Lebih muda dari perkiraanku.
Dia sedikit lebih kecil dan kurus, tapi dia seorang pria tampan dengan rambut
panjang hijaunya. Manajer yang sampai kesini tidak mengatakan apapun,
Nadi-san mengangkat salah satu sisi rambutnya keatas. Mereka cukup akrab
ya.
Lihat lihat, dia menunjuk dengan tangannya.
Telinga manajer itu, ujungnya sedikit runcing. Apa dia demi-human juga?
“Satou-san reaksimu biasa sekali.” (Nadi)
“Maaf, maaf, kenapa dengan telinga manajernya?” (Satou)
Nadi-san marah setelah mendengar jawabanku.
“Mou~ Kau ini bagaimana, aku menunjukkan padamu bukti, karena kau bilang
ingin melihat elf.” (Nadi)
“Eh? Dia seorang elf? Kupikir telinga elf akan lebih panjang?” (Satou)
Apa dia setengah-elf?
Manajer itu terlihat marah dengan jawabanku. Dia kembali ke posisinya dan
melanjutkan tidur siangnya. Sepertinya aku sudah membuatnya tersinggung
karena jawabanku.
“Mou~ manajer! Hanya karena dia salah mengira kau adalah suku telinga-
panjang (Booch) saja, jangan merajuk seperti itu!” (Nadi)
“Suku seperti apa telinga-panjang itu? Aku dengar dari tempatku kalau elf itu
memiliki telinga sepanjang ini?” (Satou)
Aku membuat gerakan yang menjelaskan panjang telinganya dengan tangan.

“Yang Satou-san katakan itu adalah salah satu dari suku telinga yang disebut
suku telinga panjang (Booch). Mereka lebih tinggi dari rata-rata manusia, dan
rambut mereka juga pirang, bukan hijau. Mereka memiliki bakat dalam sihir
dan berumur panjang seperti elf. Kaisar pertama kekaisaran Saga dulunya
seseorang dari suku telinga dan juga seorang raja hero, jadi sukunya dianggap
suci. Mereka jarang keluar dai kekaisaran Saga, karena mereka memiliki
tempat suci disana, jadi jarang terlihat. Namun, mereka dibenci oleh para elf
dan disebut『Elf Palsu』.” (Nadi)

Begitu ya, oke aku tidak boleh salah lagi lain kali. Aku meminta maaf pada
manajer karena ketidaksopananku. Dia pun hanya melambaikan tangannya,
aku anggap dia memaafkan aku.

Keesokan harinya, kami selesai sarapan di warung. Akupun sudah membayar


biaya penginapannya. Martha-chan mengatakan, “Lain kali, menginap disini
lagi ya~” sebagai kalimat perpisahan riangnya, Aku meninggalkan penginapan
dengan mengendarai kereta kuda.

Kupikir Zena-san akan datang dan melihat kepergianku, tapi semalam kan dia
berjaga, mungkin masih istirahat, Aku akan mengirim surat saja nanti.

Saat kami berangkat, secara tidak sengaja aku melihat sebuah titik putih
bergerak dari dinding dalam. Aku menyapa ksatria Soun di gerbang masuk
dan meninggalkan kota. Akan menyusahkan orang-orang kalau aku menunggu
di gerbang.

Saat berjalan sedikit lebih jauh dari gerbang, aku mendengar, “Tunggu~”, dari
belakang.
Karena akan mengganggu jalanan, akupun mencari area luas untuk berhenti.
Sepertinya lalu lintas di gerbang sedikit kacau karena ada kuda yang
terpeleset. Akupun melambaikan tanganku dari kereta.

“Satou-san!” (Zena)

Zena menuju kesini dengan mengendarai kuda sambil merapikan rambutnya


yang berantakan karena angin. Dia mengenakan gaun yang tidak sesuai untuk
mengendarai kuda. Dia juga memakai kosmetik yang berbeda dari biasanya.

“Syukurlah aku tidak terlambat!” (Zena)


“Zena-san, aku juga senang bisa bertemu denganmu sebelum aku pergi.”
(Satou)
Untunglah.

“Kau ingin ke kota labirin kan? jangan lupa kirimi aku surat kalau kau
menetap. Aku pasti akan membalas!” (Zena)
“Iya, Pasti akan kulakukan.” (Satou)
Kupikir dia akan mengatakan kalau dia ingin ikut bersamaku, tapi aku senang
ternyata itu tentang surat. “Janji kelingking~”, Arisa menunjukkan senyumnya
dari dalam kereta sambil mengatakan hal itu.

Zena-san pun terpancing dan dengan semangat memintanya “Aku mau janji
kelingking!”, Yah, aku tidak bisa menolak. Melakukan ini diusia segini, sedikit
memalukan.

Aku mengucapkan selamat tinggal kepada Zena yang menatap kelingkingnya


dengan senang.
“Kita akan bertemu lagi suatu hari! Aku akan mengirim surat setelah aku
sampai di kota labirin.” (Satou)
“Iya! Aku menantikan saat-saat kita akan bertemu lagi.” (Zena)
Aku senang ini tidak menjadi perpisahan yang menyedihkan. Pertemuanku
dengannya akan terjadi lebih cepat dari perkiraanku, tapi aku masih belum
tahu saat ini.

Zena-san melambaikan tangannya dengan semangat sampai ksatria Soun


menarik kerahnya dan menyeretnya ke pos. (TLN : Jadi dia yang bikin
kerusuhan lalu lintas tadi XD)

Anda mungkin juga menyukai