Death March Kara Hajimaru Isekai Kyusoukyoku Bahasa Indonesia Volume 4
Death March Kara Hajimaru Isekai Kyusoukyoku Bahasa Indonesia Volume 4
Sambil tenggelam dalam kehangatan selimut dan kasur, akupun tidur lagi,
sampai ada yang membuka pintu dengan keras… iya tanpa mengetuk..
Martha-chan benar-benar energik setiap pagi ya. “A-Aku bukan pacar…”, Zena
berusaha menutup mulut Martha dengan paniknya.
“Maaf, membuat kalian melihatku dalam kondisi kurang sopan. Aku akan
segera memakai pakaian.” (Satou)
Aku meletakkan tanganku di bawah selimut saat akan berdiri.
“Ahn♪”
“Master, kalau kau punya kain bersih, boleh aku minta? Sepertinya Lulu haid.”
Aku pun mengeluarkan sepotong kain dari tas.
“Terima kasih. Omong-omong, apa kau tidak mau mengejarnya? Kalau tidak
segera, nanti dia bisa salah paham loh ~” (Arisa)
Saat melihat radar, dia masih berada di jalanan utama di luar penginapan.
Prajurit sihir memang hebat, larinya cepat, meskipun baru saja keluar dari
sini. Radar ini benar-benar membantu, tapi aku takut kalau seorang penguntit
punya skill seperti ini.
Aku menghetikan pikiran bodoh itu dan memakai bajuku yang ada di lantai,
karena aku tidak mungkin lompat keluar dengan telanjang. Tentu saja aku
masih memakai celana kolorku.
“Tapi ada gadis lain yang berambut hitam itu! E, eu…” (Zena)
“Maksudmu kakaknya yang tidur dengan posisi miring itu? Sepertinya dia
baru mulai haid.” (Satou)
Zena-san pun akhirnya sadar.
“…Tapi”(Zena)
Meskipun dia sudah mengerti, tapi perasaannya masih belum menerima ya?
Tadinya aku mau bilang “Kalau aku mau melakukan ‘itu’, aku lebih memilih
membeli yang seksi kan?.” Tapi sepertinya itu hanya akan membuat dia
semakin marah.
“Hari ini, kau memakai pakaian yang beda dari kemarin ya? Banyak hiasan
yang dijahit rapi, benar-benar bagus. Aura kecantikan Zena jadi keluar.”
(Satou)
Aku berganti dengan jubah bersih dan sepatu bot baru. Saat aku coba
memakai sepatu botnya, aku menemukan buah kering.
Apa Arisa yang membuangnya? Meskipun Martha-chan akan
membersihkannya nanti, yah aku letakkan saja di penyimpanan, aku ingin
mencoba sesuatu.
Oh iya, aku mengeluarkan『Makanan panas』 yang dulu aku letakkan di hari
pertama aku kesini, dan masih tetap panas. Akupun mencicipinya, setelah aku
pastikan, tidak basi dan rasanya masih sama.『Makanan Panas』 dan 『Buah
kering』. Sepertinya seru, jadi aku mencobanya. Aku mengalokasikan 1 skill
poin untuk Item Box dan mengaktifkannya, lalu meletakkan sisa makanan
panas tadi di dalamnya. Karena takut nanti aku akan lupa, akupun
mencatatnya di note.
◇
Tidak, saat bertarung ataupun setelahnya, aku juga masih tenang, apa karena
ini masih belum terasa nyata buatku?
Meskipun aku sudah membantai ras yang ‘seperti’ Liza, tapi aku tidak merasa
ada penyesalan sedikitpun, kenapa ya?
Dengan perintah Arisa, Pochi dan Tama mengikutinya. Dia berbicara seolah
dia adalah master, bukannya budak. Aku tidak bisa melakukan hal seperti dia,
dan tidak berniat untuk melakukannya juga. Meskipun master sudah
mengijinkannya, sebagai budak, aku tidak akan menganggu.
“Pertama-tama, pakaian dalam! Jadi, pakaian dalam seperti apa yang kalian
pakai? ” (Arisa)
Arisa mengatakan itu sambil menyibak mantel dan rok Pochi untuk melihat.
Meskipun dia adalah gadis dari ras lain, harusnya dia tetap lebih berhati-hati,
tapi mungkin tidak apa-apa karena dia masih anak-anak.
“Tidak mungkin~ kau tidak pakai?! Jangan bilang, kau juga sama Liza-san?”
(Arisa)
“Iya, aku tidak pakai.” (Liza)
Arisa berkata, “Aku tidak percaya ini~”, secara berlebihan dengan kedua
tangannya menutupi mulutnya. Karena kami dari ras lain, jadi kami tidak
mengerti ekspresi apa itu.
“Tapi, celana dalam di negeri ini juga hanya celana pendek ya. Sepertinya aku
harus membuatnya sendiri kalau aku ingin celana dalam ataupun bra ~”
(Arisa)
Sepertinya dia tidak suka dengan barang yang ada di toko. Aku tidak tahu
istilah yang digunakannya, tapi, apa itu sejenis pakaian dalam?
“Yah, setidaknya lebih baik daripada tidak pakai, Liza, maaf, sebentar.” (Arisa)
“Paman, tolong minta ukuran 9 untuk yang ini, dan 3 untuk yang ini dan itu.
Jadi semuanya berapa?”(Arisa)
Dia dengan percaya diri menawar harga, dari 10 koin tembaga besar menjadi
6. Terlebih lagi, dia mendapat 5 benang hias sebagai bonus. Apa dia punya
skill negosiasi atau menawar? Tidak heran dia di percaya master untuk
belanja.
“Pilih bahan apa ya untuk pakaiannya~? Ini bahannya dari linen dan katun ya
~ Uwa, ada baju dari rajutan rumput juga! Kalian suka baju yang seperti apa?”
(Arisa)
Pochi dan Tama bingung. Mereka tidak pernah memilih pakaian mereka
sendiri sebelumnya. Aku pernah pesan baju saat masih tinggal bersama suku
ku, selain itu, aku biasanya hanya memakai baju pemberian orang. Mungkin
dia berasal dari keluarga kaya.
“Aku tidak masalah, asalkan bisa dipakai. Karena aku bertarung dengan
tombak, baju yang kuat mungkin akan lebih baik.” (Liza)
“Begitu ya, kita cari baju untuk petarung yang terlihat lucu! Aku
bersemangat!” (Arisa)
“Semangat~” (Tama)
“Nano desu~” (Pochi)
Menurutku tidak harus lucu, tapi Pochi dan Tama terlihat senang. Mereka
mungkin terbawa suasana.
“Ini, bagaimana dengan ini? Warna hijau chartreuse itu cukup cantik, dan
dekorasi manset ini juga lucu~ apalagi bagian punggungnya terbuka, jadi saat
kau menyisir rambut, bisa sekaligus untuk menggoda laki-laki ~.” (Arisa)
“Arisa, aku senang kau mau memilihkan baju untukku, tapi aku memilih tunik
dan celana ini saja. Kelihatannya mudah untuk bergerak dan bahannya juga
tebal, jadi bisa tahan lama.” (Liza)
Sepertinya dia tidak suka pilihanku, Arisa menggaruk kepalanya yang tertutup
mantel. Kalau dia kami demi-human aku bisa mengerti, tapi kenapa dia yang
manusia juga menutup kepalanya?
Pada akhirnya, selain Arisa, kami hanya membeli 2 set tunik dan celana, dan
satu potong yang di rekomendasikan Arisa.
“Arisa, kami sudah puas dengan hanya 1 set baju. Aku tidak mau menyia-
nyiakan uang master…” (Liza)
“Ini tidak sia-sia! Kalau pakaian kita lusuh, itu akan mempermalukan master,
yah meskipun tidak perlu pakaian yang mencolok, setidaknya ada pakaian
ganti!” (Arisa)
Arisa dengan tegas mengatakannya. Seorang gadis dari ras yang sama dengan
master mengatakan sampai seperti ini. Yah kalau memang perlu, baiklah.
Kami membeli dari 4 kios, seperti dugaanku 15 potong pakaian itu banyak.
Karena tidak muat di tas, kami membeli ransel untuk membawa barang
masing-masing. Kami juga membeli untuk Lulu yang ada di penginapan.
Kami menghabiskan uang 4 koin perak dan 2 tembaga besar. Apa tidak apa-
apa untuk budak menghabiskan uang sebanyak ini?
◇
“Selanjutnya sepatu~.” (Arisa)
“Sepatu~?” (Tama)
“Kita masih punya sepatu no desu.” (Pochi)
Tama memiringkan kepalanya, dan Pochi menunjuk ke arah sandal di kakinya.
Bukan hanya budak, bahkan masyarakat biasa yang miskinpun tidak memakai
alas kaki.
“Bukannya alas kaki ganti itu terlalu mewah??” (Liza)
Kami menghabiskan banyak uang seperti itu hal biasa. Aku takut ini terlalu
berlebihan. Aku tidak keberatan jika dihukum, tapi saat membayangkan
master akan jijik melihatku, jantungku membeku.
“Kalau kau bertarung memakai sandal, akan berbahaya tahu? Sepatu bot atau
setidaknya sepatu dari kulit itu lebih baik.” (Arisa)
“Kalau kau digigit serangga, terlebih yang beracun bagaimana? juga kalau
kakimu terluka, meskipun kau adalah hero sekalipun, kau tetap bisa mati,
pokoknya kita akan beli sepatu.” (Arisa)
Kalau boleh, aku ingin bertarung di labirin lagi dengan master. Daging katak
bakar waktu itu benar-benar lezat ..Bukan, ini bukan untuk daging bakar itu.
Aku hanya senang bisa berguna saat di labirin.
“Arisa, bukannya cermin tangan itu terlalu mahal? Dan juga, untuk apa alat
jahit dan alat tulisnya?” (Liza)
“Alat tulis itu pesanan master. Alat jahitnya untuk keperluanku. Karena dulu
aku adalah cosplayer yang membuat kostum sendiri, aku bisa sedikit
menjahit, aku juga bisa membuat pakaian dalam lucu ataupun baju khusus
lain ~.” (Arisa)
Kami selesai membeli barang-barang itu dari berbagai toko, pada akhirnya
kami tidak membeli cermin tangan karena harganya yang mahal dan melebihi
budget meskipun sudah berusaha di tawar.
Kalau diingat, kami memang banyak makan saat di labirin, tapi itu karena
untuk mengembalikan tenaga yang hilang saat bertarung.
“Makanan ringan itu perlu untuk budaya hidup!” (Arisa)
Karena Master sudah mengijinkan, jadi aku tidak akan terlalu menentangnya.
Sambil memilih makanan dari berbagai kedai, dia tidak lupa membeli buah
untuk Lulu. Karena Lulu sepertinya adalah kakaknya, dia benar-benar adik
yang perhatian.
“Semuanya, kalian mau makan apa?” (Arisa)
“Daging~!”(Tama)
“Daging!”(Pochi)
“Daging itu enak.” (Liza)
Arisa sedikit kecewa.
Menurutku, tidak ada yang lebih enak dari daging. Apa berbeda untuk ras
manusia?
“Daging apa?” (Arisa)
“Yang ditusuk~”(Tama)
“Daging yang menempel di tulang nano desu~” (Pochi)
“Aku mau daging paha burung panggang.” (Liza)
Setelah itu, Arisa mengatakan.
“Baiklah, karena budgetnya banyak, kita coba satu per satu~.” (Arisa)
Itu adalah saat-saat yang membahagiakan. Dengan garam dan minyak yang
cukup, penuh dengan aroma lezat, gunungan daging domba panggang, aku
tidak tahu daging bagian mana, tapi itu daging yang masih menempel di
tulang, teksturnya kenyal dan lezat, mirip seperti daging ayam. Ah~ daging
memang yang terbaik.
Terakhir, aku mencoba pasta manis yang direkomendasikan Arisa, tapi tidak
lebih enak dari dagingnya. Apa memang selera makanan ras manusia itu
berbeda dengan demi-human?
Sebelum menjadi budak pun aku hanya bisa daging selama festival dan itupun
hanya daging ikan. Saat merenungkannya, aku merasa beruntung menjadi
budak dari master.
Saat aku bertanya apa yang mereka belanjakan, Pochi dan Tama dengan
riangnya mulai mengeluarkan baju dari tas. Aku pun menghentikan mereka,
dan memutuskan akan melihatnya setelah kembali ke penginapan saja. Liza
meminta maaf, merasa bersalah karena sudah menghabiskan banyak uang,
tapi aku katakan bahwa dia tidak perlu khawatir karena itu adalah keperluan
yang memang dibutuhkan.
Meski dengan pengeluaran sekarang, untuk mata uang kerajaan Shiga yang
aku miliki, bisa bertahan untuk 2-3 tahun kedepan sebelum habis. (Belum
mata uang lain wkkwkw)
Sesaat sebelum sampai penginapan, aku melihat seseorang yang ku kenal dari
belakang. Dia berjalan dengan terhuyun. Martha-chan dan gadis pembantu
dari penginapan sedang membawa beberapa ikat kayu bakar.
Ini tidak terlalu berat, ya sekitar 2-3 kilo. Tidak masuk akal kan untuk
membiarkan 2 orang gadis muda untung membawa 2 ikat seperti
ini/orangnya? Mereka biasanya mendapat kiriman, tapi sepertinya, hari ini
mereka kekurangan pergi membelinya lagi.
Kami masuk ke halaman dari pintu belakang dekat kandang dan meletakkan
kayu bakar itu di tempatnya.
Yuni berdiri di atas bangku dan berusaha sekuat tenaga dengan tubuh
kecilnya untuk bisa menggapai kudanya untuk di gosok. Aku menawarkan diri
untuk membantunya, tapi dia bilang, nanti ibu pemilik akan memarahinya
kalau dia mengijinkan tamu membantunya. Setelah menyembunyikan barang-
barang mereka di bawah jerami, Pochi dan Tama kembali. Mereka mulai
membantu Yuni. Liza mengatakan bahwa mereka selalu membantu di pagi
dan malam juga. Jadi tidak apa-apa kalau di bantu mereka?
Melihat ketiga gadis berusaha merawat kudanya dengan baik, aku merasa
seperti orang tua yang datang ke acara lomba olahraga untuk mendukung
anaknya.
Tanpa aku sadari, yang tadinya hanya 3 gadis, sekarang menjadi 4, tapi Arisa
kelihatannya tidak terlalu bersemangat. “Nanti baju yang baru aku beli akan
kotor~” dia mengatakan itu sambil menunjukkan baju seperti-gadis-kota di
balik mantelnya.
“Liza, aku mau mengunjungi pos militer sementara untuk mengambil tombak
dan uang dari magic core. Kau mau ikut? ” (Satou)
“Iya, Aku akan menemani master.” (Liza)
“Aku juga! Aku ikut!” (PochiTama)
Pochi dan Tama berhenti membantu dan berlari ke arahku.
“Mau pergi~?”, “pergi nodesu?”, mereka mengatakan itu sambil berlari, tapi,
karena akan merepotkan jika kami semua pergi, aku meminta mereka untuk
tetap membantu Yuni saja. “Ay!”,”Nano desu~”, dan merekapun kembali
membantu sambil membawa pakan ternak untuk kudanya. Kenapa mereka
terlihat bahagia seperti itu ya?
◇
“Kalau begitu, bagaimana jika meminta upahnya hanya untuk para keluarga
kaya? Orang-orang seperti mereka akan curiga jika kita mengirimkan sesuatu
seperti barang peninggalan, tapi tidak mau menerima upah/hadiah.” (Nadi-
san)
Jadi begitu. Aku memutuskan untuk memberikan itu sepenuhnya untuk guild
pekerja.
Harga dari magic coresnya 17 koin perak. Biaya appraisalnya 2 koin perak,
apa jumlahnya benar? Sejujurnya, kupikir kita bisa cukup hidup sebagai
seorang appraiser kalau begitu. Dengan hanya masuk sehari ke labirin, kami
berempat bisa mendapat 6 Arisa… tunggu, hitungan macam apa ini. Aku tidak
akan bisa membeli budak yang memiliki skill atau pengetahuan, kalau hanya
untuk budak pekerja kasar, lebih dari cukup. Kalau aku membagikan ini
menjadi 4, akan cukup untuk hidup setengah bulan…
“Eh~ Labirin itu cukup menguntungkan juga ya~.” (Arisa)
“Ya resikonya juga kan nyawa.” (Satou)
Arisa yang yang saat di dalam pos militer sementara hanya diam, mulai
berbicara saat kami keluar dengan matanya yang berbinar-binar.
“Hei, Master, aku mau tanya..apa kau berencana menetap di kota ini?” (Arisa)
“Tidak, aku tidak ada niatan seperti itu.” (Satou)
“Tapi, tapi, bukannya kau berencana membeli rumah tadi?” (Arisa)
“Aku tidak mau Liza dan yang lainnya tidur di kandang, jadi aku berencana
membeli rumah, tapi sepertinya mustahil ~” (Satou)
Liza sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi mengurungkan niatnya saat
melihat Arisa yang semangat.
“Yah, aku tidak ada niatan untuk menetap di kota labirin juga, jadi tidak ada
salahnya wisata kesana.” (Satou)
“Wisata… ini tidak seperti di bumi.” (Arisa)
Ya tidak apa-apa kan? Wisata dunia lain. (Kok serem? XD)
“Tunggu, jangan melihatku seperti itu. Aku tahu kota labirin ada di kerajaan
Shiga, tapi aku tidak tahu lokasi pastinya.” (Arisa)
Haruskah aku beli peta sederhana dari toko buku? Petaku hanya
menunjukkan gurun dari yang waktu itu dan kota seryuu saja, jadi tidak
terlalu berguna sekarang. Aku tidak yakin ini, tapi sepertinya petaku bisa
menampilkan detil area hanya yang sudah pernah aku datangi saja.
“Karena master sanggup membeli rumah, jadi master juga pasti mampu
membeli kuda dan angkutannya, tapi, demi petualangan yang lebih baik, kita
akan mencari harta karun tersembunyi untuk biaya perjalanan!” (Arisa) (TLN
: maaf, di penjelasan sebelumnya salah, tenyata dia mampu beli rumah, tapi
ngga beli karena percuma XD)
Arisa menunjuk ke sebuah pasar loak. Gadis ini benar-benar berhati baja ya,
meskipun sudah ku abaikan, dia tidak berkecil hati.
Pasar loak di buka di lokasi yang sama dengan pasar budak kemarin, di area
terluar square di distrik timur. Tenda dan angkutan para pedagang budak juga
masih ada di tempatnya, tapi kios yang menjual sake dan makanan di malam
itu sudah tidak ada, sebagai gantinya, ada puluhan pedagang yang berjualan
beberapa barang bekas dengan area seluas meja kecil. Mungkin ada sekitar
100 pedagang.
Alat yang ditemukan Arisa itu tidak salah lagi adalah alat sihir yang rusak
menurut [appraisal]. Nama alat itu adalah [Undangan Mimpi yang Terbang
dalam Cahaya Bulan Malam], nama itu muncul dan hasil appraisalnya adalah
[▲▲▲ tapi ●●● agar □□ melakukan ●▲ memainkan ● namagu]. Seperti
biasa, deskripsi sihir dari dunia ini benar-benar seperti meledek. Bentuknya
sendiri seperti alat musik atau kotak musik, tapi hiasannya cabul, jadi
mungkin ini alat yang berhubungan dengan itu.
Aku meninggalkan kiosnya saat pemilik toko mempromosikan alat itu sebagai
karya seni, dan kami pun melihat-lihat kios lain. Menyenangkan juga ya
melihat-lihat kios di pasar loak.
Aku melihat tongkat pendek yang aku beli waktu itu dengan harga 50% lebih
murah disini, akupun membeli 2. Setelah aku beli, aku sadar aku hanya
membuang uang…tapi aku yakin suatu saat ini akan berguna.
Lainnya adalah benang hias untuk mengikat sarung pedang pendek Pochi dan
Tama di sabuk mereka, aku juga membeli dekorasi rumbai untuk tombak Liza.
Harganya masih-masing beberapa koin tembaga. Dalam tipikal RPG, produk
kulit biasanya mahal, anehnya, dari yang kudengar dari abang pemilik kios, di
musim ini, mereka membunuh banyak kambing yang tidak berhibernasi, jadi
banyak stok produk, jadi membuat harganya lebih murah.
Karena harganya ternyata cukup lebih murah di pasar loak ini, akan sulit
berbelanja di kios biasa.
Aku tidak lupa membeli sebuah pita sebagai suvenir untuk Lulu. Warnanya
pink dengan panjang 50cm. Warna pinknya lebih muda di banding dengan
warna pink dari selendang yang ku belikan untuk Zena. Apa pewarnanya dari
sekitar sini ya?
Mereka juga menjual sabun, pomade dan produk rambut lainnya juga. Aku
tidak membeli pomadenya karena baunya yang kuat, bahkan di pasar loak
pun, harga sabun masih mahal yaitu 1 koin besar tembaga, aku membelinya
tanpa pikir panjang, karena baunya mirip dengan sabun yang biasa kupakai.
Aku tadinya hanya berniat membeli 1, tapi Arisa memohon dengan putus asa,
“Ini barang bagus!”, akhirnya akupun membeli semua yang ada.
Benda yang Arisa minta adalah… kaca mata. Tapi hanya framenya saja, tanpa
lensa.
“Tuan pembeli, kalau kau ingin mengajarkan huruf, bagaimana kalau memakai
alat ini?” (Pedagang)
Sebenarnya, di dunia ini, memiliki skill [Penipuan] saja sudah cukup dijadikan
alasan untuk menangkap kita…
◇
Radar yang sebelumnya hanya menunjukkan titik putih, tiba-tiba
memunculkan 1 titik merah. Dekat.
Dia berjalan dengan kecepatan yang orang biasa mungkin tidak akan bisa
menghindarinya, tapi aku tentu saja bisa menghindarinya. Dari sudut pandang
orang lain, mungkin terlihat bahwa orang itu jatuh sendiri, kenyataannya…ya
memang, tapi…
“Aaah! Pot pusakaku!” (Orang aneh) (TLN : Kayaknya semacem pot yang
isinya abu orang meninggal)
Pria itu membawa pot nya yang rusak dengan satu tangan dan menarikku
dengan tangan satunya. Aku menyesuaikan waktu dengan saat dia menarikku
dan memukulnya pingsan. Orang lain mungkin akan melihat, dia pingsan
sendiri karena terlalu syok. Kalau saja aku hanya memiliki skill
[Fighting/Bertarung] , pastinya aku tidak akan membereskan ini dengan
lancar seperti ini, untung saja aku punya skill [Penculikan], jadi bisa
melakukan ini tanpa ada yang menyadarinya.
Aku meletakkan pria yang pingsan itu ke pinggir gang dengan hati-hati.
Sebelum kami pergi, aku memastikan statusnya, karena mungkin saja dia
berkomplotan, tapi sepertinya dia bukan berasal dari guild kriminal manapun.
Dia mungkin akan kehilangan semua barang-barangnya saat bangun, tapi
setidaknya dia tidak mati.
Saat aku perhatikan baik-baik, ada beberapa orang dengan badan besar yang
jelas-jelas bukan pedagang menyusuri area. Aku melihat di AR, mereka di
juluki Pasukan Vigilante Distrik Timur (TLN : Vigilante:main hakim
sendiri/preman), salah satu anjing penjaga guild. Sepertinya beberapa
kelompok menjaga area ini bersama.
Saat ini, kami berada di daerah pasar loak yang menjual barang-barang
kerajinan dari tanah liat. Aku membeli botol dengan penutupnya untuk
menaruh obat-obatan dan salep. Botolnya tidak terbuat dari kaca, tapi bisque.
Sama dengan yang kudapat dari set pengantar alkimia, tapi, apa obatnya tidak
mengalami reaksi kimia nantinya?
Oh iya, aku sudah membeli set peralatan alkimia tapi belum pernah membaca
bukunya sekalipun.
“Paman, aku ingin melakukan percobaan. Kalau sampai rusak, nanti kubeli,
bagaimana?” (Satou)
“Kalau bisa, aku ingin kau membelinya sebelum merusaknya…” (Paman
gasing)
Ya memang masuk akal, tapi karena mungkin sama sekali tidak ada yang
tertarik, meskipun kemungkinannya kecil akan ada yang beli, dia tetap
mengijinkan aku melakukannya.
Aku meminta Arisa untuk menuangkan kekuatan sihirnya ke cakram. Kali ini
5 MP. Apa setiap orang berbeda? Kecepatan rotasinya sama seperti
sebelumnya. Aku menekan cakram yang berputar itu dari 2 sisi setelah lewat
3 menit. Anak-anak yang menonton meneriakkan “booooo”, tapi aku tidak
peduli. Putarannya ternyata cukup kuat, hampir seperti motor radio kontrol.
Sepertinya bukan aku yang dipanggil, tapi saat aku mengabaikan panggilan
itu, dia terlihat panik. Dia terlihat seperti seorang gentlemen dari luar, tapi
matanya seperti ular.
“Aku pikir tuan muda mungkin tahu ini dibutuhkan untuk membuat penawar,
kita butuh bahan yang berbeda untuk setiap jenis racun. Namun, Batu Putih
Naga ini, adalah bahan alkimia yang bisa digunakan untuk penawar segala
jenis racun!” (…)
“Tentu saja, kalau tuan muda hidup normal, mungkin tidak akan pernah
terkena racun, tapi untuk para penjelajah yang masuk labirin, tidak ada yang
tahu kapan akan berhadapan dengan moster beracun, jadi akan sangat
membutuhkan penawar.” (…)
“Tapi, untuk bisa membawa banyak barang jarahan keluar, para penjelajah
diharuskan sebisa mungkin hanya membawa sedikit barang bawaan saat
masuk. Terlebih, penawar yang dibuat dari Batu Putih Naga ini di jual dengan
harga tinggi di kota labirin.” (…)
Intinya, dia ingin aku membeli itu karena bisa dijual mahal di kota labirin, itu
inti penjelasan panjang tadi.
“Oke aku mengerti sekarang, tapi kenapa tidak kau sendiri saja yang pergi ke
kota labirin?” (Satou)
“Tadinya begitu, tapi aku harus pergi ke selatan setelah ini. Karena itu, aku
ingin menyerahkan ini kepada tuan muda yang memiliki bakat bisnis yang
hebat.” (…)
Atas dasar apa dia mengatakan aku memiliki bakat bisnis yang hebat?
Lagipula, bukankah seharusnya dia menjualnya ke Lembaga, ketimbang ke
individual di tempat seperti ini. Mencurigakan, sudah pasti.
“Ini sampelnya, aku juga punya sertifikatnya.” (…)
Dia mengambil sebuah benda sebesar batu kerikil, menurut appraisal, itu
adalah Batu Putih Naga. Tapi aku masih tidak tahu apa memang untuk bahan
penawar segala racun. Aku ingin lihat bawahnya. Harga pasar untuk ukuran
itu 1 koin tembaga.
Aku mencoba menolaknya baik-baik, tapi pria itu mulai memaksa, aku tidak
bisa lari dengan mudah. Akhirnya kami memutuskan melihat ke kereta
kudanya untuk melihat stok lain.
Di atas angkutan, ada tumpukan batu-batu kecil di balut dengan kain anti air.
Pria itu menarik kainnya untuk menunjukkan batu putih itu dan melanjutkan
promosinya. Aku melihat seseorang yang ku kenal berjalan ke arah sini, pas
sekali. Aku akan menyeretnya kesini.
“Bagaimana, ini semua. Jika tuan muda membawa ini ke kota labirin, ini semua
akan bernilai sampai 100 koin emas. Karena aku sudah melihat kehebatan
tuan muda dalam berbisnis, aku akan menyerahkan ini.” (…)
“Sayangnya, aku tidak punya 100 koin emas. Paling banyak, hanya 20.” (Satou)
Pria penipu itu terlihat sedikit kecewa, tapi aku melihat ujung matanya sedikit
bergerak.
“Wah, susah juga ya, kalau 30 koin emas, mungkin saya akan berani lepas…”
(…)
“Kami hanya punya angkutan kuda umum disini. Kalau kau ingin membeli
angkutan (kereta kuda), kau bisa memesannya di guild pedagang di dinding
dalam.” (…)
“Kami biasanya tidak menjual ke orang selain anggota dari guild pedagang,
tapi karena kau direkomendasikan oleh Yosagu-san, kita buat ini
pengecualian.” (…)
Yosagu adalah nama pak kusir tadi. Mungkin Ini tidak penting, tapi nama
pedagang ini adalah Sunifun-san. Dia menunjukkan 2 angkutan padaku. Yang
pertama memiliki kereta/gerobak tertutup, luas dalamnya sekitar 4 tatami
mungkin? Yang satunya kereta berbentuk kotak, tingginya 2m dengan ruang
penyimpanan barang di atapnya. Lebar di dalamnya sama.
Yang pertama harganya 10 koin emas, dan yang kedua 30 koin emas.
Angkutan yang berbentuk kotak itu lebih kuat dan aman, tapi akan butuh 4-6
kuda untuk menariknya, Sedangkan kereta yang tertutup itu tergantung
bebannya, jika beban tidak berat, cukup 1-2 kuda saja.
Aku ingin yang lebih aman, jadi aku akan beli yang berbentuk kotak itu, tapi
setelah diberitahu bahwa pusat grafitasinya tinggi (jadi kurang seimbang),
dan cara mengoperasikannya juga sulit, akupun mengurungkan niat.
Aku memang punya SIM, tapi kalau mengendarai angkutan kuda? Karena aku
tidak berpengalaman, mari pilih yang aman.
Aku meminta untuk ditunjukkan dalamnya sebelum kubeli. Di dalam kereta
tertutup itu, hm..bagaimana ya mengatakannya…biasa. Di bawah tempat
duduk kusirnya, ada ruang rahasia untuk barang-barang berharga. Sepertinya
di rombak oleh pemilik sebelumnya.
“Aku pilih yang ini saja, tapi, apa kau bisa menyiapkan kudanya sekalian?”
(Satou)
“Baik, kami bisa menyiapkan 2 kuda Gontsu dari guild untukmu. Kami bisa
menyediakan 4 kalau keledai, tapi, mengingat jumlah beban dan tujuannya,
mungkin tidak sesuai.” (Sunifun)
Harga 2 kuda dan kereta kuda ini 20 koin emas, tapi aku berhasil menawar
menjadi 18.
Sunifun-san terkejut saat aku membayarnya langsung cash.
Kebanyakan orang akan mendapat tagihannya terlebih dahulu, dan membayar
besoknya. “Aku memang sukanya cepat, aku sering dimarahi orang-orang di
rumah karena sifatku ini.”, Aku beralasan seolah-olah aku ini anak bangsawan
yang tidak peduli dengan dunia.
“Satou-sama, karena hanya 6 orang yang akan pergi ke kota labirin, sayang
jika tidak membawa apa-apa.” (Sunifusan)
Begitu ya?
Memang, setengah dari ruangannya akan kosong. Terlebih, aku dan arisa
memiliki skill penyimpanan yang luas.
“Apa kau punya rekomendasi produk?” (Satou)
“Kalau begitu, menurutku crossbow dan bolt (anak panah)nya akan banyak
dibutuhkan di kota labirin. Karena crossbow dari kota Seryuu ini dibuat untuk
menembak Wyvern di langit, speknya lebih tinggi di bandingkan yang dari
daerah lain, jadi pasti akan laku keras. Juga, karena kulit dan bulu kambing
sedang murah, jadi pasti akan sangat menguntungkan.” (Sunifun)
“Sayang sekali, kami bisa membuatkan ijin dengan biaya 10 koin emas.”
(Sunifun)
“Mahal juga ya.” (Satou)
“Kalau hanya berjualan di dalam kota dengan jumlah sedikit, tidak perlu ijin,
tapi jika kau masuk suatu kota tanpa ijin itu, kau tidak akan bebas dari pajak
tarif, yang menyebabkan keuntungannya nanti hampir tidak ada.” (Sunifun)
“Kalau kau tidak pergi ke kota lain, ada barang yang bebas pajak di kota
labirin, tapi karena pajaknya cukup tinggi jika di kota lain, jadi barang ini tidak
terlalu menguntungkan.” (Sunifun)
“Karena tidak ada permintaan di kota ini, jadi kami tidak tahu disebut apa
disini, barang ini selalu di butuhkan di kota labirin sebagai bahan alkimia yang
disebut Batu Putih Naga.” (Sunifun)
Sepertinya wajahku menunjukkan ekspresi tidak enak saat mendengar
namanya. Sunifun-san pun menanyakan itu dan aku ceritakan tentang
kejadian saat aku berusaha ditipu.
“Begitu ya, wajar saja kau begitu. Tapi, barang yang disini di jamin oleh
asosiasi pedagang.” (Sunifun)
“Kalau batunya tidak laku, kau bisa membawanya ke guild pedagang, mereka
akan membelinya dengan harga yang sama dengan saat kau beli disini. Kalau
mau, kami bisa juga memberi surat pengantar untuk menjamin kualitasnya.”
(Sunifun)
Aku hampir saja dibuatnya membeli dalam jumlah banyak, tapi aku menolak
dengan alasan tidak cukup ruang untuk air dan makanan kalau aku membeli
terlalu banyak.
Aku akhirnya membeli 6 barel kecil Batu Putih Naga, 100 lembar kulit
kambing, 10 ikat wol, 10 crossbows dan 1000 bolt.
◇
Saat ini, aku sedang mengendarai kereta kuda tertutupku di luar kota
Seryuu…meskipun begitu, bukan berarti kami sudah berangkat.
Yosagu-san mengatakan bahwa dia dulunya seorang kusir yang bekerja untuk
caravan sebelum dia bekerja sebagai kusir angkutan umum di kota Seryuu.
Dia mengajariku berbagai hal seperti crossbows dan tombak itu bagus untuk
melindungi kereta, atau aku harus selalu mengisi ulang air minum saat di
kota, karena kadang tidak selalu ada seperti yang ditunjukkan di peta, atau
saat istirahat, aku tidak boleh lupa untuk memberikan air yang di campur
garam batu untuk kudanya.
◇
Sebelum kembali ke penginapan Monzen dengan kereta kuda tertutupku, aku
pergi untuk mengambil bajuku. Aku datang di waktu yang di tentukan, jadi
aku bisa bertemu penjahit yang suka dibicarakan itu. Aku merasa seperti tidak
asing dengan wajahnya, dan akupun ingat bahwa dia adalah wanita yang
mandi Bersama…maksudku di sampingku saat hari pertama, aku benar-benar
malu. Terlebih lagi, dia juga mengingatku, tapi hanya itu, hubungan kami tidak
berlanjut. Akupun berterima kasih atas bajunya.
Arisa dan yang lain sepertinya sedang bermain di bawah bayangan pohon.
Tidak, lebih tepatnya, mereka sedang belajar huruf menggunakan kartu
belajar.
Aku menyerahkan pada mereka untuk diurus dan hanya membawa arisa ke
kamar. Ekspresi Lulu menjadi sedikit murung, aku akan menjelaskannya nanti
supaya dia tidak salah paham.
“Kau bilang sesuatu tentang konsultasi tadi siang kan? Apa ada sesuatu?”
(Arisa)
“Aku bingung harus mulai darimana…” (Satou)
“Kenapa tidak cerita saja? Mereka bilang, raja itu punya telinga keledai~.”
(Arisa)
(TLN: http://www.worldstories.org.uk/stories/story/88-the-king-with-
donkey-ears)
Bukannya cerita itu berakhir dengan semua masalah terbongkar?
“Kalau begitu, bagaimana kalau hilangkan bagian yang tidak ingin kau
bicarakan? Meskipun aku juga tidak akan mengatakan apapun pada orang lain
kalau kau memerintahkannya padaku ~.” (Arisa)
Apa aku harus membicarakan skill jarak jauh sekali pakai yang aku gunakan
saat pertama datang ke dunia ini? Tidak, Kalau begitu aku akan mengubah
ceritanya sedikit, dan hanya bilang aku sudah membinasakan scale tribes. Aku
berbicara dengan nada tegas, tapi Arisa hanya tersenyum canggung entah
kenapa.
“Kenapa? Aku tidak membual tahu?” (Satou)
“Aku tahu, tapi skill unik itu kartu as kita, kau harusnya
merahasiakannya.”(Arisa)
“Maaf, aku akan lebih berhati-hati.” (Satou)
“Lalu, apa yang mau kau konsultasikan? Apa para komunitas scale tribe itu
anggota dari ras Liza?” (Arisa)
Arisa mendengarkan sambil memeluk lututnya di atas kasur. Untung saja rok
barunya itu panjang, jadi celana dalamnya tidak terlihat.
Suku Liza hidup di rawa jauh dari sini, mereka punah karena berselisih
dengan bangsa musang beberapa tahun yang lalu, Liza menceritakannya
padaku saat kami membakar daging katak. Sepertinya dia di culik oleh
manusia pemburu budak saat sedang berkelana dengan keluarganya. Dia juga
mengatakan bahwa dia dan keluarganya takut dengan Lembah Naga (Dragon
Valley) jadi mereka tidak berani mendekatinya.
“Tidak, bukan itu, maksudku, meskipun aku secara tidak sengaja sudah
membinasakan seluruh scale tribe, aku tidak merasakan penyesalan, aku
merasa hatiku seperti hanya saklar ON/OFF. Seperti ada orang yang
memanipulasi hatiku…” (Satou)
Kalau aku tidak hampir termanipulasi oleh Arisa, aku mungkin tidak akan
punya pemikiran seperti ini…
“Itu disebut Paranoia kalau di bumi kan?! Tapi aku yakin kau tidak akan puas
dengan jawaban itu ” (Arisa)
“ini berbeda dari paranoia, aku merasa seperti rasa 『Penyesalan』 ini
tersedot ke dalam kloset…susah di jelaskan.” (Satou)
“Fuh~n? Bukannya dulunya kau berdarah dingin juga?” (Arisa)
“Aku dulunya programmer, aku memang berpikir secara efisien, tapi kurasa
aku tidak berdarah dingin. Saat game yang kubuat diledek di internet, aku
sampai depresi beberapa hari.” (Satou)
“Hee~ jadi kau dulunya pengembang game ya? Game apa?” (Arisa)
“Kita bicarakan itu lain kali, daripada itu…” (Satou)
“Apa kau tahu penyebab saklar ON/OFF perasaanmu itu?” (Arisa)
Dia menyela perkataanku dengan pertanyaannya dan tersenyum nakal.
Apa iya?
Kupikir itu ulah orang lain, ternyata hanya masalah statusku ya…
◇
“Oke, selanjutnya.” (Satou)
“Ou ke~y, ayo sin~i” (Arisa)
Arisa selalu bercanda, tapi menyenangkan memiliki seseorang seperti dia.
“Uwah~ eh~, kau sudah amnesia meskipun masih muda seperti ini?” (Arisa)
Aku hendak mengapaknya, tapi dia dengan cepat, mengambil kuda-kuda
untuk melindungi kepalanya. Karena posenya lucu, akupun memaafkannya.
“Aku bercanda, meskipun pemahaman dan ingatan meningkat saat INT naik,
bukan berarti naiknya sama kan. Kalau INT tinggi itu artinya kau tidak bisa
lupa, Tidak akan ada pelajar yang pikun dan ceroboh, ya kan?” (Arisa)
Tidak mungkin…
Mentorku dulunya seorang professor, bahkan hampir mendapat hadiah nobel.
Episode ingatan tentang kecerobohan, terlintas di kepalaku.
“…jadi maksudmu…aku hanya paranoid?”(Satou)
“Sepertinya begitu~.” (Arisa)
“Standar untuk level skill adalah ; level 1 Pemula, level 3 is Full-fledged, level 5
Skilled, level 7 Expert, dan level 9 Jenius. Katanya level 10 itu Kelas Dewa~
tapi aku belum pernah melihatnya ~.”(Arisa)
Bagitu ya, Aku biasanya menaikkan sampai level 10… tidak heran aku selalu
tahu harga pasarnya dan selalu sukses menawar.
“Tidak. Aku mendengarnya dari Dewa saat aku di reinkarnasikan, skill unik
adalah sebagian dari kekuatan dewa, jadi tidak ada levelnya. Kuasai dengan
baik, katanya~” (Arisa)
“Tidak, yah, kau kan bilang skill unik itu sebagian dari kekuatan dewa, kupikir
skill unikku memang begitu….” (Satou)
“Aku memberitahumu ini karena skill unikku ini seperti milikmu dan para
hero” (Satou)
“Yah, aku akan mendengarnya kalau kau mau, tapi akan lebih baik kalau kau
merahasiakannya tahu?” (Arisa)
Arisa menyarankan itu.
“Tidak masalah, tapi, jangan katakan ini pada siapapun. Ini『Perintah』.”
(Satou)
“Okkey~ aku akan membawanya sampai kuburku.” (Arisa)
Arisa berlutut di kasur dan menepuk dada ratanya itu.
“Aku ini pintar dalam mengamati orang, dan kau juga memiliki skill deteksi
bahaya kan? Meskipun gerakan palsumu saat kejadian itu cukup baik, aku
terkesan kau bisa menyadarinya.” (Arisa)
“Itu juga bagian dari [Menu]. Aku bisa tahu posisi orang-orang di dekatku
dengan tampilan radar. Ada juga tampilan peta yang punya fungsi pemetaan
otomatis. Yang akan otomatis terlihat di tampilan sesuai jarak jalanku. Benar-
benar membantu saat di labirin.” (Satou)
“…Itulah kenapa kau bisa naik level dengan bertarung atau belajar, jadi
intinya, kalau kau dengan aktif belajar hal baru, kau akan mendapat EXP. Dan
saat EXP ini mencapai nilai yang ditentukan, maka levelmu akan naik. Dan
sepertinya levelmu akan cepat naik kalau bertarung dengan monster
tertentu.” (Arisa)
Sepertinya dia mendengar tentang monster itu dari prajurit atau ksatria dari
kampung halamannya. Akan memberikan lebih banyak EXP dari monster yang
biasa mereka buru.
“kalau master, pasti tahu kan? Aku dengar dari Liza dan yang lain, mereka
naik 10 level dalam 1 hari di labirin. Itu lebih tinggi dari hasil 7 tahun aku
mengurung diri belajar, tahu?” (Arisa)
“Memang, benar-benar pertumbuhan yang tidak wajar kalau dipikir-pikir.”
(Satou)
“Ya kan ~. Itulah kenapa, untuk meningkatkan peluang kita bertahan hidup,
kita harus ke kota labirin untuk menaikkan level ~.” (Arisa)
“Kau bilang raja iblis, yang ingin menguasai dunia itu?” (Satou)
“Iya, yang ingin menghancurkan dunia.” (Arisa)
“Darimana mereka datang?” (Satou)
“Aku tidak tahu, neraka mungkin?” (Arisa)
Neraka ya~.
“Jangan menatapku seperti itu~ Dari apa yang tertulis di buku, dikatakan
mereka penduduk dari dunia asing.” (Arisa)
“apa dunia asing berbeda dengan dunia lain?” (Satou)
“Aku bukan ilmuan, jadi tidak tahu.” (Arisa)
Benar juga ya, aku akan tanya ilmuan nanti.
“Apa siklus 66 tahun itu benar?” (Satou)
“Iya, ada catatan dimana raja iblis muncul lebih cepat atau lambat, tapi rata-
rata muncul dalam 66 tahun.” (Arisa)
“Jadi, sekarang ini hampir 66 tahun?” (Satou)
“Sudah 62 tahun yang lalu, sejak kemunculan raja iblis yang terakhir, tapi
sepertinya dia diam-diam mengumpulkan kekuatan sambil bersembunyi.
Karena raja iblis sebelumnya muncul setelah 132 tahun, tidak heran kalau raja
iblis yang sekarang akan lebih cepat munculnya.” (Arisa)
Arisa mengerutkan keningnya membentuk mulut bebek. Kecantikan gadis
kecilnya rusak.
“Tapi, jika kita menunggu oracle, tidak ak anada waktu untuk melatih hero,
jadi sekitar 3-5 tahun sebelumnya, mereka men-summon hero.” (Arisa)
Dengan periode seperti itu, tidak heran negara akan memiliki banyak waktu
untuk persiapan.
“Apa kita bisa tahu dimana raja iblis ini akan muncul?” (Satou)
“Sepertinya, kebanyakan akan muncul di labirin atau di daerah perbatasan
dan sekitarnya ” (Arisa)
Labirin lagi…
“Menurut buku yang ku baca, itu mungkin karena akan mudah bagi raja iblis
untuk membentuk pasukan, karena ada nadi bumi di dalam labirin.” (Arisa)
“Apa mereka tidak bisa langsung menyerang tanpa perlu menciptakan
pasukan?” (Satou)
“Entahlah, mungkin harga yang di bayar untuk melintas antar dunia itu besar.
Ya ini hanya berdasarkan bukti keadaan, tapi sepertinya hanya iblis tingkat
tinggi dan raja iblis saja yang bisa melintas antar dunia.” (Arisa)
Jadi, yang lemah tidak bisa ya?
Atau, jika mereka bisa muncul di sekitar labirin..artinya….
“Kalau begitu, kota Seryuu ini dalam bahaya juga…” (Satou)
“Tidak sama sekali.” (Arisa)
Arisa mengangguk dengan tatapan serius.
Berdasarkan informasi dari Arisa, pernah ada sebuah labirin dimana naga
tinggal. Namun, dari sudut pandang manusia, naga dan raja iblis keduanya
adalah ancaman, jadi mereka membuat hero pada masa itu untuk bertarung.
Tidak ada yang tahu pihak mana yang menang, tapi yang jelas, di jaman ini
tidak ada labirin yang dihuni naga.
Iblis yang muncul di kota Seryuu mungkin karena ingin memeriksa situasi
naganya.
Kalau tahu bahwa para naga itu sudah tidak ada lagi, kota ini bisa menjadi
sasaran raja iblis. Aku pun membicarakan ini kepada Arisa.
“Meskipun tanpa para naga itu, masih perlu 100 tahun lagi sebelum kota ini
menjadi target kan?” (Arisa)
“Kenapa?” (Satou)
“Labirin ini masih dalam masa pertumbuhan, selama itu akan melahirkan
monster dan menghisap hidup para petualang yang mencoba mencari magic
core untuk pertumbuhannya. Saat labirin sudah semakin luas dan dalam,
monsternya juga semakin kuat.” (Arisa)
“Jadi begitu… labirin yang masih muda tidak akan melahirkan raja iblis ya.”
(Satou)
Hmm? Tunggu…
“Hei, bukannya labirin itu alat untuk raja iblis menyerang?” (Satou)
“Iya benar, ada juga yang berpikir seperti itu.” (Arisa)
“Kalau begitu, bukannya lebih baik kalau menghancurkannya?” (Satou)
Jika kita menghancurkan labirin, maka raja iblis akan memiliki pasukan lebih
sedikit dan hero akan lebih mudah menang kan?
“Memang itu juga tidak salah, tapi, ada 6 labirin lain di dunia ini selain dengan
yang ada disini. Kemungkinan kemunculan dari raja iblis ini sama di setiap
labirinnya, dalam 400 tahun, raja iblis sudah dianggap bencana baik dia
muncul atau tidak. Masalahnya adalah, labirin itu memproduksi material
bermanfaaat seperti magic core, dan orang-orang menganggapnya seperti
tambang.” (Arisa)
“Aku mendapat semua yang berhubungan dengan raja iblis dan hero itu dari
buku, dokumen, penyair, dan pendongeng. Itulah kenapa mungkin bagian fiksi
dan non-fiksinya tercampur. Meskipun aku sudah memilihnya dengan hati-
hati”(Arisa)
“Untuk detil skill dan level, aku dapat dari pengalaman pribadi dan hasil
observasiku.” (Arisa)
“Apa hanya itu yang ingin kau tahu?” dia dengan imutnya memiringkan
kepalanya. Sosoknya itu bisa membuatku jatuh hati dan ingin melindunginya
kalau saja aku tidak tahu sifat aslinya.
“Oh iya, aku belum tanya ini, ada berapa hari dalam satu tahum?” (Satou)
Menurut Arisa, 1 tahun ada 10 bulan, 1 bulan 30 hari. Tidak ada konsep
minggu, satu bulan dibagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari bulan atas,
tengah dan bulan bawah.
Tadinya kupikir jamku kurang 4 jam, tapi sekarang aku tahu jika 1 hari itu 28
jam disini.
Jika dibandingkan dengan satuan tahunan, sistem dunia ini lebih pendek 4%.
◇
Karena masih ada 2 jam sebelum matahari terbenam, Aku meminta Arisa dan
yang lain untuk membeli kebutuhan untuk perjalanan kami nanti.
“Aku mengandalkanmu untuk membeli stok garam batu dan makanan kering.
Juga tolong beli 2 barel air.” (Satou)
Aku juga ingat saat ada beberapa hal yang berbeda dari apa yang kupelajari di
sekolah dan kenyataannya.
Untuk sekarang, aku bisa menyimpan sesuatu yang hangat, mungkin ini juga
punya fungsi untuk yang beku? Aku juga menuliskan itu di memo. Aku tidak
tahu apa ini bisa memperlambat atau bahkan menghentikan waktu, tapi itu
terlalu mustahil.
Kali ini, aku mengambil daging panggang Seryuu yang ku letakkan di item box.
Yang ini sudah dingin, rasanya juga. Tapi belum basi, yah karena memang
baru setengah hari, jadi wajar.
Kita tulis di memo kalau item box tidak bisa untuk menyimpan panas.
Aku coba meletakkannya di dalam item box, tapi ternyata tidak bisa masuk.
Sepertinya karena skill level ku masih 1, jadi tidak bisa masuk. Aku
meningkatkan levelnya ke 2 dan bisa masuk. Aku coba meletakkan beberapa
aksesoris dan sepertinya hanya muat 4 barang dari 4 tipe berbeda. Apa level
skill ini berpangkat? Aku tulis saja di memo.
Saat aku membuka jendela penyimpanan di menu, sebuah tab item box
muncul.
Aku men’drag’ nya ke penyimpanan.
Saat aku membuka item box dan melihat ke dalamnya, transfernya berhasil.
Aku mencoba melakukan sebaliknya dengan cara yang sama, dan berhasil
juga.
Mengakses Item Box dari penyimpanan tidak memerlukan MP.
Aku men’tap’ buku [Tur Kota Kerajaan] di dalam penyimpanan dan memilih
‘pencarian’ di menu yang muncul. Aku mencari [Istana], lalu penjelasan
tentang istana muncul saat aku menekan tombol pencarian. Sepertinya tidak
ada masalah. Hasil pencarian pun muncul.
Ah, Aku selalu menginginkan fungsi seperti ini di kehidupan nyata~ aku tidak
perlu men’scan’ buku atau OCR lagi! Fantasi benar-benar luar biasa!
Aku tiba-tiba mendapat ide dan langsung mencobanya.
Kalau aku bisa melihat hasil pencariannya, bukannya aku bisa membaca isi
bukunya juga? Karena tidak ada pilihan jelajah di menu yang muncul, aku
melakukan pencariaan kosong dan berhasil. Aku bisa membaca semuanya
seperti scrolling di PC. Rasanya seperti membaca file PDF. Karena aku bisa
mencari berdasarkan kata, ini benar-benar membantu untuk membaca buku.
Selanjutnya aku mencoba memindahkan buku ke Item Box.
Aku mengeluarkan set alkimia dan meletakannya di atas meja di pojok kamar.
Bukunya tetap di penyimpanan. Kalau seperti ini, meskipun gelap, aku tetap
bisa membacanya.
Aku membaca buku [Pengantar Alkimia]. Ini buku yang kakek gnome
tegaskan aku untuk membacanya pertama. Daripada disebut buku, bukannya
ini lebih seperti pamflet? Sepertinya hanya 20 halaman.
“Untuk yang memiliki kekuatan sihir bisa ke Bab 2, yang tidak memiliki bisa
ke Bab 4” adalah yang tertulis di halaman selanjutnya. Serasa seperti manual
untuk software bisnis, lebih tepatnya buku game jaman dulu.
2 reagen itu mulai sedikit bersinar saat aku menuangkan sihir. Karena
ruangan ini juga remang-remang, cukup terlihat cahayanya. Sepertinya akan
selesai setelah cahayanya hilang.
Aku yakin tadinya ini tidak ada, apa aku harus tahu 5 resep dulu sebelum ini
muncul? Atau mungkin perlu resep lain selain yang di improvisasi. Tapi
karena ini adalah skill unik, akan percuma untuk memastikannya, jadi aku
berhenti.
Aku coba men tap [Kompon: Obat Antiseptik]. Ada 4 sub-menu, Kompon, Lihat
Resep, Hapus Resep, dan Detail. Kompon sepertinya nonaktif, warnanya abu-
abu. Kupikir akan bisa mengkompon di dalam penyimpanan, tapi sepertinya
tidak bisa. Bahkan setelah aku menyimpan alat-alat dan reagennya ke
penyimpanan, masih juga nonatktif. Mungkin ada beberapa syarat yang harus
di penuhi.
Selanjutnya, akupun berlatih sampai bab 6 buku pengenalan itu. Karena ada
resep di setiap babnya, aku bisa mengingatnya, [Kompon: Painkiller/Penawar
Rasa Sakit], [Kompon: Salep], [Pemurnian: Obat pemulihan rendah], dan
[Pemurnian: Obat Sihir Painkilling (ramuan)].
Ada tanda-tanda orang menahan nafas dari balik pintu. Dua titik putih yang
ditunjukkan di radar tidak bergerak dari tadi. Aku diam-diam mendekat pintu
dan langsung membukanya.
“Ti, tidak.”, entah kenapa Arisa tiba-tiba berbicara dengan logat Kansai.
“A-Aku hanya penasaran karena melihat Arisa menempel di pintu.” (Martha-
chan)
Dan kau ikut-ikutan menempel selama 5 menit?
Keduanya gemetar dan mencari alasan lari. Saat mereka berusaha lari, aku
dengan cepat menangkap dan menarik kerah mereka.
Aku melepaskan Martha-chan yang sudah bersikap sopan. Karena Arisa tidak
menunjukkan penyesalan dan justru jelas-jelas terlihat bernafsu, akupun
menghukumnya dengan menyentil dahinya 3 kali berturut-turut. Sepertinya
masih terasa sakit meskipun aku sudah menahan diri, dia memegang dahinya
dan berguling di lantai. Sesekali dia perlu dihukum.
Aku mengajak Arisa ke kereta. Saat turun, aku bertemu Martha-chan di kedai,
tapi dia tidak terlihat begitu malu dan menawariku makan. Karena aku
berencana makan di luar dengan yang lain, akupun menolak.
Saat kami menuju halaman, sudah ada 4 gadis menunggu dengan wajah bosan.
Saat Liza menyadari kedatanganku, dia datang seperti sebagai perwakilan.
“Master, apa boleh meletakkan barang-barangnya sekarang?” (Liza)
“Hm… Besok, karena kita akan mengambil lebih banyak barang dari guild
pedagang, jadi lakukan besok saja, tapi kalau dibiarkan disini, akan
merepotkan ibu pemilik ya.” (Satou)
Arisa berbisik padaku saat aku masih berpikir.
“Simpan di item boxku saja bagaimana? Lebih aman juga kan?” (Arisa)
“Hanya ada orang yang kita kenal disini, jadi kurasa tidak apa-apa.” (Satou)
Aku memerintahkan mereka untuk meletakkan barang-barangnya ke dalam
kereta sementara ini. Ketiga gadis kecil itu naik ke kereta untuk menerima
barang-barang. Karena Pochi dan Tama memiliki kekuatan yang setara
dengan 2 orang dewasa besar, mereka bisa mengangkat makanan kering itu
dengan mudah. Ini terlihat seperti pertunjukan sulap.
“Kau tidak perlu menyuruh Lulu juga, dia sudah tahu” (Satou)
Aku takut mereka akan bertengkar kalau aku hanya meminta para gadis
beastkin melakukannya, jadi aku meminta Lulu juga melakukannya.
“Untuk sekarang, kita bagi makanan kering menjadi 2, aku akan membawa
peralatan sihirnya. Karena sepertinya tidak akan ada yang mencuri kartu
belajarnya, jadi biarkan saja di kereta, dan biarkan saja makanan yang kita
tugaskan untuk Liza dan yang lain.” (Satou)
Makanan keringnya adalah daging asap, roti hitam, kacang goreng dan ubi
manis kering. Selain dari itu ada tepung gandum, umbi-umbian, garam batu
dan beberapa bahan makanan lain. Karena sayuran berdaun akan
menyebabkan sakit perut, sepertinya mereka tidak membelinya.
Oh iya, kita mungkin butuh tali juga untuk mengikat pencuri yang mungkin
muncul.
“Kau baik sekali~ Semua pencuri itu hanya merugikan dan membahayakan,
lebih baik kita mencuri harta karun dari persembunyian mereka dan
membasmi mereka setelahnya. Bahkan gadis pemburu pencuri itu
mengatakan hal itu tahu~?” (Arisa)
Kenalan macam apa dia itu? Jadi ada orang yang terkenal karena itu? ini
benar-benar dunia yang berbahaya.
“Sudah tidak ada yang kurang?” (Satou)
“Kalau bisa, aku mau cermin! Tidak apa-apa meski yang seukuran tangan.”
(Arisa)
“Arisa, kau terlalu boros.” (Liza)
Liza memberikan peringatan tegas kepada Arisa. Tidak biasanya Liza
memberikan pendapat sebelum aku memutuskan. Apa memang semahal itu di
dunia ini? Kalau diingat-ingat, aku belum pernah melihat kerajinan kaca. Tapi
aku pernah lihat cermin dari logam yang di poles.
“Aku juga mau satu, kita akan membelinya kalau tidak terlalu mahal.” (Satou)
“Yay.” (Arisa)
Arisa terlihat bahagia. Lulu juga tersenyum. Liza tidak keberatan karena itu
adalah keputusanku. Pochi dan Tama… sepertinya tidak terlalu mengerti.
Sudah diputuskan, besok, saat mengambil barang dari guild, mereka berlima
akan membeli barang-barang yang di diskusikan tadi.
Setelah berganti baju, kami pergi makan di luar bersama.
Hari itu, kami makan malam di warung yang tidak jauh dari gerbang
penginapan. Kami sudah makan daging setiap hari, jadi aku memesan sup
ringan dan roti kedelai.
Karena Pochi dan Tama terlihat sedih saat kami makan, akupun memesan
daging tusuk untuk 4 orang…Entah kenapa Liza lah yang terlihat sangat
senang… tidak apalah, asalkan mereka bahagia.
◇
Karena aku bertemu Yosagu-san yang baru saja pulang bekerja di jalan, kami
pun memutuskan untuk memajukan rencana kami sehari lebih cepat. Arisa
mengatakan, “Padahal kau sudah memiliki aku, dasar tukang selingkuh~”, tapi
aku meminta Liza untuk menyeretnya ke penginapan.
Saat memastikan melalui AR, banyak dari mereka memiliki skill [Teknik
Seks]…Namun, aku cemas karena banyak dari mereka yang mengidap
penyakit dan kondisi abnormal di tab kondisinya. Kebanyakan dari mereka
mengalami [Incubation], hampir 60% dari mereka menderita itu. Apa tidak
bisa di sembuhkan dengan sihir ya?
Kami memasuki distrik lampu merah dan berjalan sebentar. Plat merah dari
lampu sihir menggantung di toko, meneranginya dengan cahaya yang terlihat
murah. Kebanyakan tempat pelacuran adalah gedung 2 lantai dengan beranda
di lantai 2 nya. Para pelacur yang mengenakan baju mahal yang menampilkan
tubuh mereka, berderet di beranda untuk menarik pengunjung.
Saat aku melihat, mereka menaikkan rok mereka dan menunjukkan kaki
telanjang mereka lalu melemparkan ciuman. Semua toko begitu, menarik juga.
Orang-orang yang memiliki skill [Teknik Seks] meningkat, dan berbanding
terbalik dengan orang-orang yang memiliki Penyakit kelamin [Incubation]
yang berkurang sekitar 30%. Sudah kuduga, tidak ada yang memiliki penyakit
kelamin [Diseased/Penyakit].
“Tuan muda, ini tempatnya. Mari cepat masuk.” (Yosagu)
Lantainya terbuat dari kayu, tapi dipoles dengan baik. Ukurannya sekitar 30
tatami? Disana terdapat sebuah kompor, pintu dan tangga untuk ke lantai 2.
Ada 4 ruangan yang disekat dengan kain dari kanan dan kirinya (tirai?).
Dengan dipandu olehnya, kami masuk ke salah satu ruangan yang disekat.
Sepertinya ini adalah ruangan untuk tamu yang menunggu gadis-gadis, karena
akan aneh jika kita bertemu seorang yang kita kenal disini, Tante gemuk itu
benar-benar memikirkan itu ya.
Ada sebuah sofa dan 3 buah meja marmer kualitas rendah di dalamnya.
Seorang gadis kecil berusia sekitar 10 tahun berdiri sebagai pelayan.
“Maaf.”, gadis itu meletakkan cangkir sake kecil berwana hijau di depanku dan
Yosagu-san. Ada cairan transparan di dalamnya. Dari aromanya, itu minuman
beralkohol.
Menurut AR, cangkirnya terbuat dari giok. Cairan di dalamnya adalah sake
Shiga. Minuman keras dengan 50% alkohol yang terbuat dari gandum.
Yang pertama adalah yang paling cantik, dengan rambut pirang, mata biru,
wajah yang kecil, alis tipis, dan tatapan mata yang tajam, bibir basah dan juga
2 payudara besarnya yang terlihat akan tumpah dari baju dengan bagian atas
dada terbukanya itu. Aku yakin dia gadis paling populer di toko ini. Usianya
18 tahun.
Yang kedua dan ketiga adalah kembar. Mereka gadis cantik dengan rambut
dan mata hitam. Penampilan mereka terlihat kebarat-baratan, lebih tepatnya
gaya Perancis. Satu dari mereka memiliki dada yang lebih kecil, tapi masih
sekitar C cup. Sepertinya banyak orang yang menghabiskan waktu dengan
mereka berdua sekaligus. Tentu saja bayarannya juga untuk 2 orang. Mereka
berusia 16 tahun.
Yang keempat adalah seorang wanita bermata suram. Dengan warna rambut
pirang kusamnya dan mata coklat kemerahan. Alisnya tebal, dia wanita
penyembuh yang lembut (gentle healing woman). Payudaranya yang paling
besar. Sepertinya banyak yang kembali kesini untuknya, suaranya terdengar
mellow, nyaman di dengar. Dia berusia 21 tahun yang paling tua di toko ini.
Yang kelima adalah gadis dengan rambut merah dan mata coklat kemerahan.
Dia terlihat lebih pucat ketimbang gadis lain tapi memiliki ekpresi yang bagus
dari yang lainnya. Dia terlihat riang, atau lebih tepatnya, dia terlihat erotis
keseluruhannya. Payudanyanya berukuran rata-rata, tapi masih sekitar D cup.
Bagiku, itu sudah cukup masuk kategori berdada besar. 20 tahun. Dia satu-
satunya yang tidak memiliki skill Teknik seks disini.
Mereka semua mengenakan pakaian 1 potong yang tipis dan menempel pada
kulit mereka sehingga terlihat erotis. Bagian dada dan perutnya transparan,
aku hanya bisa berkata GJ (Good Job).
“Gadis mana yang ingin kalian pilih?”, Pemilik toko itu bertanya. Yosagu-san
bertanya padaku dengan isyarat matanya, “Kau tidak perlu ragu, pilih saja
gadis kesukaanmu.”, Aku mengatakannya dan diapun benar-benar memilih
gadis yang paling cantik tanpa ragu. Aku juga mengincarnya, tapi yasudahlah.
Yosagu-san meminum habis minumannya dengan sekali teguk dan
meninggalkan ruangan dengan gadisnya. Sepertinya lantai 2 digunakan untuk
pelanggan memuaskan dirinya.
Aku sempat bingung, tapi akhirnya akupun memilih gadis kelima. Kamar
tamunya hanya memiliki sebuah kasur sederhana, tapi karena bersih dan
wangi, jadi aku tidak masalah.
Saat kami masuk kamar, gadis itu langsung melepaskan pakaiannya dan
memamerkan tubuhnya. Aku menikmati sensasi dari OPPAI yang terbebas
dari bajunya, menikmati menggenggamnya dengan tanganku. Benar-benar
seperti festival OPPAI. Siapa ya yang pernah mengatakan kalau OPPAI itu
berisi impian pria?
Aku memeluk pinggangnya dan kamipun jatuh ke kasur. Ah~ tubuh wanita
dewasa setelah sekian lama, akupun menikmati waktuku …dengan berbagai
cara.
Karena reaksi gadis ini sangat merangsang, akupun tanpa sadar justru yang
“melayaninya”. Aku jadi tidak tahu, siapa yang melayani siapa. Kami
menikmatinya sampai tengah malam. Dia pingsan karena terlalu banyak
mengalami ‘kenikmatan’. Dan akupun berhenti
Meskipun ini masih pagi, orang-orang yang sedang sarapan di warung dan
yang menjual makanan segar terlihat riang. Suasana vulgar yang biasanya
menyebar di distrik timur ini mungkin adalah penyebabnya.
Aku mencium bau lezat dari warung. Sebenarnya aku tidak terlalu lapar, tapi
aku membeli makanan untuk oleh-oleh para gadis. Meskipun aku tidak bisa
membeli susi dengan kotak kayu seperti seorang ayah dari era Showa.
Aku membeli sebuah keranjang tangan besar yang terbuat dari kayu tipis dari
sebuah warung jalanan. Ukurannya sebesar 2 mangkok nasi besar. Aku juga
membeli sesuatu seperti tupper ware untuk tempat sup.
Aku membeli hampir 30 porsi. Terlalu banyak memang untuk oleh-oleh, tapi
ini juga untuk jaga-jaga. Dengan semua ini, meskipun lingkungannya tidak
memungkinkan untuk menyalakan api, aku masih akan bisa menyediakan
makanan hangat. Dari awal, aku berencana untuk menggunakan
penyimpanan, jadi kami tidak berakhir di situasi menyedihkan nantinya.
Saat aku kembali ke penginapan, Arisa yang melihatku dari jendela, langsung
berlari turun. Setelah dia melihat wajahku, dia menginjak-injak tanah dengan
kakinya.
Dia menggigit ujung sapu tangan dan berpose. Gesture yang setiap kali dia
lakukan itu benar-benar kuno… hm…mari tidak usah bertanya berapa usia dia
di dunia sebelumnya.
Aku mengendarai kereta kudanya sampai lahan parkir guild komersil. Kuda
itu lebih gampang dikuasai ketimbang mobil. Disini, suasanyanya juga ramai
di pagi hari. Setiap kereta kuda yang menempati hampir setengah dari lahan
parkir sedang menurunkan barang. Setiap kereta kuda juga terlihat terawat.
Rasio kereta barang dan kereta tertutup adalah 50:50. Gerobaknya terisi
dengan banyak karung 10kg an. Orang-orang yang memindahkan karung itu
terlihat seperti preman yang memakai pakaian warga biasa yaitu hanya kaos
lengan panjang dan celana pendek. Saat aku melihat kereta lain dengan
penasaran, Sunifun-san yang selesai memeriksa barang dan harganya berjalan
ke arahku.
“Tidak sama sekali. Dewa bisnis pastinya suka dengan orang-orang yang
cepat.” (Sunifun)
Meskipun dia mengatakan itu, jika lihat sekeliling, kemungkinan kebiasaan
disini adalah untuk membawa barang masuk di pagi hari dan keluar di siang
harinya.
Aku disambut Pochi saat kembali. Dia memelukku saat aku turun dari kursi
kusir, jadi aku menggosok kepalanya. Aku berpisah dengannya sambil
menggosok kepalanya, dan melepaskan ikatan kudanya dari kereta.
“aku bantu no desu.”, dia langsung berdiri di atas bangku yang baru kami beli
dan mulai membantu. Mungkin aku akan mengajarinya melepas sabuk ini,
mengatur kuk, dll. Ini bagus juga untukku agar tetap mengingatnya.
Setelah itu, aku meminta Pochi untuk berjaga, aku memanggil angkutan
umum menuju plasa di depan kastil. Taman bunga yang ada di tengahnya
masih dalam perbaikan tapi jalanannya sudah diperbaiki dan dipasangi
paving blok dengan cantiknya. Benar-benar cepat ya, mungkin mereka
menggunakan sihir, lagipula ini kan dunia fantasi.
Dinding di toko sihir masih diperbaiki, tapi kelihatannya sudah mulai buka.
“…lalu… katalis… sisik. Kalau kau punya ini, aku harap kau bisa
mengirimkannya ke pos pasukan sihir.” (…)
“Aku akan coba menanyakan teman penyihir dan alkimiaku. Paling tidak, aku
bisa mendapatkan 1-2 buah sisik.” (…2)
Saat aku masuk toko, seorang paman dan bibi yang terlihat-seperti-penyihir
keluar dengan pembicaraan tadi. Paman itu melirikku lalu pergi tanpa
mengatakan apa-apa.
“Oh, pengunjung ya? Maaf, tapi kami tidak menjual ramuan cinta atau
minuman penambah energi. Kau bisa cari itu di toko alkimia di distrik timur.”
(Pemilik toko)
Dia seorang wanita tua yang kurus kering. Mengenakan pakaian untuk
penyihir. Jubah biru tua lengan panjang, dengan topi lebar dan tingginya, juga
mengenakan banyak cincin dengan desain mencurigakan di jarinya, dan
sebuah kalung dengan liontin hijau sebesar 5cm dengan desain tengkorak di
lehernya.
“Kami tidak menjual buku sihir untuk yang tidak memiliki bakat, oke? Akhir-
akhir ini banyak bangsawan penipu yang membeli buku sihir hanya untuk
gengsi, dan mengotorinya. Aku akan menjual bukunya hanya kepada orang
yang memiliki sejumlah kekuatan sihir yang terukur di sini.” (Pemilik toko)
…Sial, harusnya aku mengajak Arisa.
Aku tidak tahu seberapa jauh batu ini bisa mengukur, tapi akan gawat kalau
kekuatan sihirku yang besar diketahui.
“Maaf, aku takut akan merusaknya kalau aku menyentuhnya sembarangan.”
(Satou)
“Fuhn, alasan ya? Kalau kau meletakkan kekuatan sihir disini, ini akan
memancarkan sinar biru. Memang lebih murah dibandingkan yang ada di
kerajaan, itulah kenapa ini kuat. Bahkan seorang veteranpun tidak akan bisa
merusaknya, kekuatan sihirnya akan berhenti mengalir setelah memenuhi
jumlah yang ditentukan. Untuk yang memiliki kemampuan sihir, akan
bersinar biru, selain dari itu akan bersinar merah.” (Pemilik toko)
Jadi aman? Kalau memang sesuai yang dikatakan bibi ini berarti tidak ada
masalah, tapi bagaimana kalau yang sebenarnya dia katakan adalah,
“Sebenanrya aku membaca nilai pastinya”, itu pasti menyeramkan.
“Kalau kau tidak mau, kau bisa pergi dari sini. Aku ada urusan untuk
mengambil serbuk naga dari teman alkimiaku setelah ini.” (Pemilik toko)
Bubuk yang dibicarakan paman tadi ternyata bubuk naga ya. Namanya seperti
tidak asing, oh iya itu bubuk yang aku dapat dari labirin. Apa dia mau
menukar ini dengan buku sihir ya?
“Bibi-san, kalau bubuk naga, aku punya, kalau tidak keberatan, aku bisa
memberikanya padamu?” (Satpi)
Aku mengeluarkan 5 botol kecil bubuk naga dari kantong. Aku dapat 6 dari
labirin, dan memutuskan untuk menyimpan 1. Saat aku mengeluarkannya dan
menghitung harga pasarnya… 20 koin emas ya?
Serakah sekali.
Saat aku mengatakan harga pasarnya 20 koin emas, dia mengatakan, “Itu
harga jual di toko “, dan menolaknya. Karena aku tidak berniat untuk
memaksa dan sepertinya kita tidak bisa sepakat, akupun berniat pergi, tapi
tangannya menahanku dengan cepat. Matanya menyala dan bersinar, sedikit
menyeramkan.
“T-Tunggu! Pria tua itu mungkin akan membelinya dengan harga segitu,
baiklah aku akan membelinya dengan harga 20 koin emas/botolnya. Tapi aku
akan membayarnya di akhir bulan sebagai syaratnya. Karena kalau
menggunakan pembayaran resmi akan lambat.” (Pemilik toko)
“Maaf, tapi aku berencana pergi meninggalkan kota besok, jadi aku tidak bisa
menerima syarat itu.” (Satou)
Negosiasinya berlanjut sampai waktu makan siang dan akhirnya diputuskan
bahwa pembayarannya akan menggunakan buku sihir. Karena buku sihir yang
lebih tinggi dari level menengah tidak diijinkan dijual ke warga yang bukan
warga kota Seryuu, aku kesulitan memilih buku yang setara 100 koin emas.
Pertama, aku akan mengumpulkan buku sihir kelas bawah dari semua elemen.
Tapi, itu masih hanya 40 koin emas, jadi aku beli tesis dan investigasi, dan
bermacam-macam catatan untuk bahan bacaan. Masih baru 60 koin emas.
Lalu aku membeli tongkat dan jimat. Sepertinya, hanya mereka yang memiliki
ijin yang di perbolehkan menjual gulungan sihir, jadi aku tidak bisa
membelinya disini.
Bibi itu mengeluarkan 2 buku sihir dari belakang toko yang tertulis, “Katalis
Sihir dan Bahannya”, “Benih dan Katalis”. Aku sedikit khawatir dengan
judulnya, tapi karena penulisnya bernama Jahad, akupun membelinya. Kalau
tidak salah itu nama yang sama dengan nama pembuat piringan cakram. Aku
membeli 5 buku lain miliknya.
“15 koin emas lagi ya. Apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah tidak punya alat
sihir lagi. Paling hanya alat yang bisa memancarkan cahaya atau alat yang
akan menghangatkan jika kau meletakannya sesuatu diatas.” (Pemilik toko)
“Fuhn, terlepas dari uangnya, sudah lama tidak ada orang yang memborong
seperti ini.” (Pemilik toko)
“Terima kasih banyak, aku jadi bisa membeli banyak barang.” (Satou)
Aku berterima kasih pada bibi pemilik toko, dan menitipkan barang-barang
ini di tokonya sebentar. Setelah ini aku lupa untuk membeli peta di toko buku
sebelah. Bibi itu pun menyetujuinya dan akupun pergi ke toko buku.
Toko bukunya dijaga oleh seorang kakek tua, Semone-san tidak ada di toko.
Yah… aku tidak bisa menikmati dada indahnya itu… sayang sekali.
Ada juga buku pengantar kesenian kayu, pandai besi, mengukir dan berbagai
macam yang berhubungan dengan manufaktur, karena tidak ada permintaan,
ditambah itu adalah buku tua, jadi tidak laku. Saat aku menunjukkan
ketertarikan, penjaga toko itu mulai menumpukkan buku satu demi satu.
Karena harganya hanya 2 koin emas untuk semua, aku pun membeli
semuanya.
Terlebih, dia juga merekomendasikan buku yang bagus dibaca saat istirahat
dalam perjalanan. Meskipun kebanyakan tentang percintaan atau hero, tapi
aku menemukan pengecualian seperti, “Medan Tempur Kuno”, “Penyihir Gila
dan Tentara Kematian”, “Pria yang Menciptakan Labirin”. Aku membeli 3 dari
5 buku bergambar yang terkenal.
Buku bergambar itu bagus untuk belajar huruf.
Karena sedikit melebihi budget, aku menawar sampai 10 koin emas.
Ya, aku membeli terlalu banyak. Tas yang berisi hampir 30 buku ini cukup
berat. Kalau bukan karena statusku, mungkin pinggangku sudah patah.
Apalagi di tambah barang yang kubeli dari toko sihir. Karena akan
mencurigakan kalau aku bisa membawanya, aku akan memakai jasa angkutan
saja.
“Acha~Cinta pertama Zena berakhir tak terbalas ya~.” , sepertinya dia berniat
untuk mengatakan itu pada dirinya sendiri, tapi aku bisa mendengarnya
dengan keras dan jelas.
Di kereta, aku menyimpan buku-bukunya di dalam item box. Saat Arisa tahu
aku pergi ke toko buku, dia mengatakan “Aku kan sudah bilang untuk
mengajakku~”, dengan marah, tapi saat aku memberitahunya bahwa aku
membeli semua buku sihir elemen untuk pemula, dia tersenyum. Lagipula,
kau juga mungkin belum belajar cara membaca hurur kerajaan Shiga kan?
“Kartu!”, “Nano desu!”, Pochi, Tama dan Lulu bersuka cita. Jarang sekali
melihat sosok Lulu yang terlihat bahagia seperti gadis normal, akupun
meng’klik’ tombol REKAM di hatiku.
“Barel kosong pengecohnya terlalu ringan, jadi akan terlihat mencurigakan,
kurasa lebih baik diisi kentang tahan lama di dalamnya.” (Arisa)
“Sebentar lagi juga musim dingin, kemungkinan akan terlalu dingin jika tidur
hanya dengan mantel. Kurasa ide bagus untuk membeli selimut, setidaknya
untuk master.” (Liza)
Aku setuju dengan pendapat Arisa dan Liza dan mengijinkan mereka
membelinya. Tentu saja selimutnya untuk 4 orang. Karena Arisa pernah
melihat beberapa yang terbuat dari kapas di pasar, aku menyetujuinya setelah
mendengar harganya.
Aku pergi ke toko alkimia sendiri, dan membeli banyak bahan painkiller dan
deodorant juga kumpulan resep. Ini mungkin kekhawatiran yang berlebihan,
tapi saat kau belanja tanpa menghkawatirkan sisa uang itu…sedikit tidak
menyenangkan.
Di guild umum/pekerja (TLN : entah kenapa jadi ‘general guild dan bukannya
worker’s guild’) aku mendengarkan perkembangan dari permintaan yang ku
serahkan ke Nadi-san (TLN : mengirim memento). Meskipun ini baru satu
hari, sepertinya sudah hampir selesai. Sisanya belum karena tidak ada orang
di rumahnya, jadi dia akan kembali besoknya. Nadi-san menyerahkan sesuatu
padaku saat aku memberikan bayarannya. Yang dia berikan adalah sebuah
keranjang besar berisi sesuatu seperti kantong yang berisi, uang, sayuran,
sandal dan bermacam-macam lainnya.
“Yang Satou-san katakan itu adalah salah satu dari suku telinga yang disebut
suku telinga panjang (Booch). Mereka lebih tinggi dari rata-rata manusia, dan
rambut mereka juga pirang, bukan hijau. Mereka memiliki bakat dalam sihir
dan berumur panjang seperti elf. Kaisar pertama kekaisaran Saga dulunya
seseorang dari suku telinga dan juga seorang raja hero, jadi sukunya dianggap
suci. Mereka jarang keluar dai kekaisaran Saga, karena mereka memiliki
tempat suci disana, jadi jarang terlihat. Namun, mereka dibenci oleh para elf
dan disebut『Elf Palsu』.” (Nadi)
Begitu ya, oke aku tidak boleh salah lagi lain kali. Aku meminta maaf pada
manajer karena ketidaksopananku. Dia pun hanya melambaikan tangannya,
aku anggap dia memaafkan aku.
Kupikir Zena-san akan datang dan melihat kepergianku, tapi semalam kan dia
berjaga, mungkin masih istirahat, Aku akan mengirim surat saja nanti.
Saat kami berangkat, secara tidak sengaja aku melihat sebuah titik putih
bergerak dari dinding dalam. Aku menyapa ksatria Soun di gerbang masuk
dan meninggalkan kota. Akan menyusahkan orang-orang kalau aku menunggu
di gerbang.
Saat berjalan sedikit lebih jauh dari gerbang, aku mendengar, “Tunggu~”, dari
belakang.
Karena akan mengganggu jalanan, akupun mencari area luas untuk berhenti.
Sepertinya lalu lintas di gerbang sedikit kacau karena ada kuda yang
terpeleset. Akupun melambaikan tanganku dari kereta.
“Satou-san!” (Zena)
“Kau ingin ke kota labirin kan? jangan lupa kirimi aku surat kalau kau
menetap. Aku pasti akan membalas!” (Zena)
“Iya, Pasti akan kulakukan.” (Satou)
Kupikir dia akan mengatakan kalau dia ingin ikut bersamaku, tapi aku senang
ternyata itu tentang surat. “Janji kelingking~”, Arisa menunjukkan senyumnya
dari dalam kereta sambil mengatakan hal itu.
Zena-san pun terpancing dan dengan semangat memintanya “Aku mau janji
kelingking!”, Yah, aku tidak bisa menolak. Melakukan ini diusia segini, sedikit
memalukan.