(RKS)
BAB I
KETENTUAN TEKNIS
PASAL 1
PERSYARATAN UMUM
Untuk pelaksanaan pekerjaan sipil dipakai peraturan umum yang lazim dipakai
yang disebut A.V./SU/41. Peraturan yang dimaksud dinyatakan berlaku dan
mengikat, kecuali dinyatakan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini.
Peraturan peraturan tersebut adalah :
Peraturan – peraturan lain yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di daerah setempat selama tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku di Indonesia
2) Apabila ada hal – hal yang tidak lazim dilaksanakan, atau bila dilaksanakan
akan menimbulkan bahaya, maka kontraktor diwajibkan untuk mengadakan
perubahan seperlunya, dengan terlebih dahulu memberitahukan secara
tertulis kepada konsultan pengawas atau direksi untuk persetujuannya;
3) Apabila ada perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail
atau dengan RKS, maka konsultan pengawas atau direksi, akan menetapkan
kebutuhan mana yang mengikat (yang harus dilaksanakan), dengan
ketentuan menguntungkan Negara;
4) Pelaksana pembangunan proyek dilaksanakan secara lengkap termasuk
mendatangkan, mengangkut dan mengerjakan semua bahan – bahan yang
diperlukan, menyediakan tenaga kerja berikut pengawasan dan hal – hal
yang dianggap perlu lainnya;
5) Kontraktor diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk
menuju pada penyelesaian dan pelaksanaan pekerjaan secara cepat, baik
dan lengkap.
PASAL 2
PASAL 3
PASAL 4
Selain Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini, ketentuan lain yang mengikat di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1) Gambar Kerja :
− Gambar – gambar yang dilampirkan pada Rencana Kerja dan Syarat – syarat
ini;
− Gambar – gambar detail yang diserahkan kemudian oleh pemberi tugas.
2) Petunjuk
− Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan
(aanwijzing), sesuai yang tercantum dalam Berita Acara Rapat Penjelasan;
− Petunjuk dan syarat – syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh
konsultan pengawas dan direksi, petugas dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Tata Kota maupun Dinas Keselamatan Kerja.
3) Peraturan
Semua Undang – undang dan peraturan pemerintah yang berlaku untuk
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
BAB 2
PASAL 5
PASAL 6
AIR
PASAL 7
PASIR
Pasir Untuk pengurukan alas lantai, alas pondasi batu gunung dan lain – lain
harus bersih dan keras, pasir laut untuk maksud – maksud tersebut tidak
diperkenankan.
Pasir untuk adukan pasangan dan adukan plesteran harus memenuhi syarat –
syarat sebagai berikut :
a. Butiran – butiran harus tajam dan keras, dan tidak dapat dihancurkan dengan
jari;
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT UMUM 8
Perencanaan Pembangunan Prasarana Dermaga Apung/ Tambat Labuh
Di Pesisir dan Pulau-Pulau kecil Di Kabupaten Probolinggo
a. Butir – butir harus tajam, keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari atau
pengaruh cuaca;
b. Kadar Lumpur tidak boleh lebih dari 5 %;
c. Pasir harus terdiri dari butiran – butiran yang beraneka ragam besarnya, dan
dapat diayak dengan ayakan 0,5 maka sisa butiran – butiran diatas ayakan 4
mm, minimal 2 % dari berat sisa butiran – butiran diatas ayakan 1 mm minimal
10 % dari berat sisa butiran diatas ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80 %
sampai dengan 90 % dari berat. Pasir laut tidak dapat dipergunakan.
PASAL 8
BATU GUNUNG
1) Batu gunung belah harus keras, padat dan tidak boleh mengandung cadas atau
tanah.
2) Batu gunung untuk keperluan yang nampak (pasangan batu muka atau
pasangan tanpa plesteran), bentuk atau muka batu harus dipilih dan tidak boleh
memperlihatkan tanda – tanda lapuk atau berpori.
PASAL 9
SPLIT
1) Split adalah batu pecah (hasil olahan stone crusher) yang harus dapat melalui ayakan
berlubang persegi 25 mm dan tertinggal diatas ayakan berlubang persegi 2 mm;
2) Split untuk beton harus memenuhi syarat yang dibutuhkan dalam PBI 1971 (NI-2)
diantaranya: harus terdiri dari butir – butir yang keras, tidak berpori, tidak pecah/hancur
oleh pengaruh cuaca;
3) Split harus cukup bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 3 %;
4) Ukuran split yang digunakan tidak lebih dari 2 x 3 cm.
PASAL 10
PORTLAND CEMENT
1) Portland Cement (PC) yang digunakan harus sejenis (NI-8) dan dalam kantong utuh
/baru;
2) Bila digunakan PC yang telah lama disimpan harus diadakan pengujian terlebih
dahulu oleh laboratorium yang disetujui Konsultan Pengawas dan direksi;
3) Dalam pengangkutan PC ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi
lembab, begitu pula penempatannya harus ditempat kering;
4) PC yang yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh dipakai.
PASAL 11
KAYU
1) Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan sehat, dengan ketentuan ketentuan
segala sifat dari kekurangan – kekurangan yang berhubungan dengan
pemakaiannya tidak merusak atau mengurangi nilai konstruksi;
2) Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu kelas 1 dan kelas 2;
3) Yang dimaksud dengan kayu mutu kelas 1 adalah kayu yang memenuhi syarat –
syarat sebagai berikut :
a) Harus kering udara;
b) Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih
dari 3,5 cm;
c) Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 dari tinggi
balok;
d) Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/4 tebal kayu, dan retak – retak
dalam lingkaran tumbuh tidak melebihi 1/5 tebal kayu;
e) Miring arah serat (tangensial 0 tidak boleh melebihi dari 1/10;
4) Yang disebut kayu mutu kelas 2 adalah kayu yang tidak termasuk dalam mutu
kelas 1, tetapi memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
a) Kadar lengas kayu tidak lebih 18 %;
b) Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak lebih dari 5
cm;
c) Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi
balok;
d) Retak – retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu dan
retak – retak menurut lingkaran tumbuh, tidak boleh melebihi 1/4 tebal kayu;
PASAL 12
1) Jenis baja tulangan harus dihasilkan dari pabrik – pabrik baja yang dikenal dan
yang berbentuk batang – batang polos atau batang – batang yang diprofil
(besi ulir);
2) Mutu baja tulangan yang dipakai U24 (besi polos) untuk tulangan yang lebih
kecil dari diameter 16 mm, dan mutu baja U32 (besi ulir) untuk tulangan yang
lebih besar atau sama dengan diameter 16 mm;
3) Ukuran besi dalam pelaksanaan harus sama dengan ukuran dalam gambar
(ukuran penuh/full);
4) Kawat pengikat harus terbuat dari besi baja lunak dengan diameter minimum
1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak berlapis seng.
PASAL 13
BETON
Cetakan kubus harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dilepas dari betonnya, kemudian diletakkan di atas bidang yang rata dan kedap
air.
4) Adukan beton untuk benda – benda uji harus diambil langsung dari mesin
pengaduk dengan menggunakan ember atau alat lain yang tidak menyerap air.
Bila dianggap perlu adukan beton diaduk lagi sebelum dituangkan kedalam
cetakan;
5) Kubus – kubus atau benda uji yang telah dicetak, harus disimpan di tempat yang
bebas dari getaran dan ditutupi dengan karung basah selama 24 jam setelah
kubus – kubus tersebut dilepas dengan hati – hati dari cetakannya, atas seizin
Konsultan Pengawas.
6) Setelah itu masing – masing kubus tersebut diberi tanda seperlunya dan disimpan
di tempat dengan suhu yang sama dengan suhu udara luar sampai pada saat
pemeriksaan. Kubus – kubus tersebut pada umur yang disyaratkan diuji oleh
laboratorium yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan direksi atas biaya
kontraktor;
7) Campuran beton yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk beton non structural digunakan campuran dengan perbandingan 1 PC
: 2 pasir : 3 Split;
b. Untuk beton structural dipergunakan beton mutu K-300 dengan perbandingan
adukan harus dibuat mix design dari laboratorium beton dan harus sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam gambar;
8) Kekentalan adukan beton harus diperiksa dengan pengujian slump, dengan
sebuah kerucut terpancung (Abrams). Nilai–nilai untuk berbagai pekerjaan beton
harus merunut peraturan yang berlaku.
PASAL 14
1) Baja konstruksi atau baja bangunan terdiri dari baja gilas, baja tempa dan baja
tuang. Yang akan dibicarakan dalam pasal ini adalah baja gila.
Baja gilas terbagi dalam :
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT UMUM 12
Perencanaan Pembangunan Prasarana Dermaga Apung/ Tambat Labuh
Di Pesisir dan Pulau-Pulau kecil Di Kabupaten Probolinggo
BAB 3
KETENTUAN TEKNIS
PASAL 15
PEMERIKSAAN SITE
a. Patok – patok tetap dan sumbu konstruksi akan ditetapkan oleh konsultan
pengawas bersama – sama dengan kontraktor;
b. Patok – patok yang telah terpasang harus dijaga dan dipelihara oleh kontraktor
selama pekerjaan berlangsung. Patok - patok tersebut dibuat dari beton untuk
patok utama (BenchMark);
c. Pengukuran bangunan selanjutnya harus dikerjakan oleh kontraktor atas dasar
sumbu dan patok – patok tetap yang telah ditentukan.
PASAL 16
PEKERJAAN BETON
PASAL 17
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi Baja seperti tercantum dalam
gambar, termasuk penyedian tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan baja dan
alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik.
2) Bahan - bahan
Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan
merupakan "Hot rolled structural steel" dan memenuhi mutu baja sesuai dengan
peraturan yang telah disebutkan sebelumnya pada bagian persyaratan umum di
atas.
Semua pekerjaan baja harus disimpan rapih dan ditaruh diatas alas papan.
Seluruh pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat
dengan mechanical Wire Brush, kecuali untuk bagian-bagian/tempat-tempat
yang sulit dapat digunakan sikat baja kemudian dicat dengan cat primer 1 (satu)
kali dengan cat ICI Green Primer R 540 - 157 dengan ketebalan minimum 35
micron.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Gambar kerja.
Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja
yang diperlukan dan mengirim 3 (tiga) copy gambar kerja untuk disetujui
Pemberi Tugas. Bilamana disetujui, 1 (satu) set gambar akan dikembalikan
kepada Kontraktor untuk dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya.
Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh Pemberi Tugas, tidaklah
berarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat kesalahan
atau kekeliruan dalam gambar kerja tersebut. Dan tanggungjawab atas
ketepatan ukuran-ukuran selama erection tetap ada pada Kontraktor.
Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan.
b. Tanda-tanda pada konstruksi baja.
Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi
kode dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan
mudah.
c. Pengelasan
Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru
dapat dilaksanakan dengan seijin Pemberi Tugas, dan menggunakan mesin las
listrik. Las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setara.
Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil
pengalaman yang baik dalam melaksanakan konstruksi baja.
Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat
dan bekas-bekas potongan api yang kasar. Bekas potongan api harus
digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul
distorsi pada elemen konstruksi baja yang dilas.
Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari
satu kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu
harus dibersihkan dahulu dari kerak- kerak las /slag dan percikan-percikan
logam yang ada. Tebal las pada sekali pengelasan maximum 7 mm. Lapisan
las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji
dengan cara-cara seperti dibawah dan harus sesuai dengan standard AWS D
1.0. : Pengujian secara Radiographic harus sesuai dengan lampiran B dari AWS
D 1.0. Dan bila ada kerusakan maka segala macam biaya yang menyangkut
perbaikan harus ditanggung oleh Kontraktor.
Pemeriksaan dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta standard yang
dipakai harus sesuai dengan lampiran C dari AWS D 1.0. atau harus sesuai
dengan persyaratan ASTM E114 -75; Ultrasonic Contact Examination or
Weldmends : E273-68: Ultrasonic Inspection of Longitudinal and Spiral Welds of
Welded Pipe and Tubing 1974. Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic"
harus sesuai dengan ASTM E109. Cara pemeriksaan dengan "liquid Penetrant"
harus sesuai dengan ASTM E109. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh
Pemberi Tugas. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las
dan sebagainya, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Baut Pengikat
Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan
diameternya. Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lubang baru
dilapangan tanpa seijin Pemberi Tugas. Pembuatan lubang baut harus
memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis, maksimum 10 mm, boleh memakai
mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak
diperkenankan. Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru. Diameter
baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang
digunakan adalah Baut Hitam atau setaraf, kecuali ditentukan lain dalam
gambar.
Lubang baut dibuat maksimum 2 mm. lebih besar dari diameter baut.
Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang
akan mengurangi kekuatan baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan
pengencang baut yang khusus dengan momen torsi yang sesuai dengan buku
petunjuk untuk pengencangan masing-masing baut. Panjang baut harus
sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat paling sedikit 4
ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir
baut tersebut. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah
pada kedua sisinya.
Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut
yang sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari
adanya baut yang tidak dapat dikencangkan.
e. Pemotongan besi
Semua bekas pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanya
boleh dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan
PASAL 18
18.1. Umum
a. Jenis Pemancangan
Pekerjaan pemancangan berupa pemancangan tiang pancang beton
(Spun Pile dan Square Pile) sesuai dengan spesifikasi di bawah ini serta sesuai
dengan gambar-gambar yang tercantum dalam dokumen Kontrak
Konstruksi.
b. Produksi Bahan
Tiang pancang beton (Spun Pile dan Square Pile) dapat diproduksi sendiri
oleh Kontraktor sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang telah ditetapkan
atau dapat juga diperoleh dari supplier yang khusus memproduksi bahan
tersebut sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Apabila tiang pancang beton (Spun Pile dan Square Pile) diperoleh dari
supplier, maka supplier tersebut haruslah supplier yang sudah memiliki
sertifikat untuk memproduksi bahan tersebut dan supplier harus memberikan
jaminan untuk keseragaman mutu serta ukuran, sesuai dengan yang
disyaratkan dalam dokumen Kontrak Konstruksi.
18.2. Material
Mutu beton untuk tiang pancang adalah K-600. Kecuali ada metoda
penyambungan yang disetujui Direksi, tidak diperbolehkan adanya sambungan
pada besi tulangan utama tiang pancang. Tiang pancang harus mempunyai
kekuatan yang seragam dari ujung ke ujung. Tiang pancang beton diameter
300 mm harus mampu menahan momen lentur minimum 4,00 ton m/tiang dan
gaya aksial minimum 65,40 ton. Toleransi kelurusan yang diijinkan adalah 1/1.000
dari panjangnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT UMUM 22
Perencanaan Pembangunan Prasarana Dermaga Apung/ Tambat Labuh
Di Pesisir dan Pulau-Pulau kecil Di Kabupaten Probolinggo
18.3. Pencetakan
Tiang pancang beton harus dicetak dalam keadaan horisontal, tindakan khusus
harus diambil untuk melindungi timbulnya rongga udara dan kekeroposan
selama pencetakan. Beton harus dituangkan sedikit demi sedikit tetapi terus
menerus dan dipadatkan dengan vibrator. Seluruh permukaan beton harus
dilakukan penyelesaian akhir (finishing) yang sama.
18.4. Perawatan
Setelah selesai pengecoran untuk satu unit tiang pancang, beton harus
secepatnya diselimuti dengan kain atau karung goni basah selama 7 hari dan
tingkat kelembaban kain atau karung goni harus tetap dijaga. Kontraktor tidak
diperkenankan melakukan pemancangan sebelum tiang pancang beton
mencapai umur 28 hari.
18.5. Pengangkutan
dari pabrik pembuatnya. Boiller dan tangki harus dilengkapi dengan alat
pengukur tekanan dan alat pengukur lainnya.
e. Persetujuan Peralatan dan Metoda Pemancangan
Sebelum pekerjaan pemancangan dilakukan, Kontraktor harus
menyampaikan kepada Direksi untuk mendapat persetujuannya tentang
detail dari peralatan pancang dan metoda yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan pekerjaan pemancangan.
18.7. Pemancangan
a. Pemancangan
Pemancangan tiang pancang harus selalu dilakukan dengan bantuan garis
dan posisi hasil setting out. Selama pemancangan tiang pancang harus
dibuat atau diusahakan bebas dari gerakan hammer.
b. Pencatatan Pemancangan (Driving Record)
Untuk mengetahui besarnya penurunan tiang pancang, harus dibuat
catatan-catatan. Untuk itu, pada seluruh panjang tiang pancang harus
diberi tanda-tanda dengan cat pada setiap jarak 50 cm. Catatan-catatan
yang dibuat harus meliputi hal-hal seperti tersebut di bawah ini dan disusun
dalam formulir yang ditentukan oleh Direksi. Hal-hal yang harus dibuat
catatannya adalah :
- Nomor tiang
- Panjang, diameter luar, atau ukuran tiang pancang
- Tanggal dan waktu pemancangan
- Nama petugas pencatat
- Data dari peralatan pancang
- Data dari bantalan (cushion)
- Dalamnya penetrasi
- Penetrasi rata-rata tiap pukulan
- Tinggi jatuh (drop)
- Besarnya pantulan (rebound)
- Penyimpangan-penyimpangan pada waktu pemancangan
- Besarnya penurunan sendiri tiang pancang
- Kedalaman dasar laut.
c. Toleransi pada Tiang yang Sudah Dipancang
Tiang harus dipancang dengan cara yang tepat dan toleransi deviasi
maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang terhadap arah vertikal adalah
+1,5o.
d. Pemotongan dan Pembongkaran Kepala Tiang Pancang
Kepala tiang pancang harus dipotong sesuai elevasi dalam gambar rencana
atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Untuk pemasangan besi plat dudukan
tiang lampu penerangan, kepala tiang pancang harus dibongkar sampai
terlihat besi tulangannya. Pembongkaran harus dilakukan setelah tiang
pancang sudah selesai dipancang. Kecuali ditentukan lain, sisa
potongan/bongkaran tiang pancang menjadi milik Kontraktor dan harus
dipindahkan dari lokasi.
PASAL 19
19.1. Umum
Fungsi pilecap adalah sebagai komponen untuk menyatukan balok, tiang, dan
pelat. Selain itu, fungsi dari pilecap ini adalah untuk menahan punching shear
dari tiang (akibat gaya reaksi dari beban di atas dermaga). Ukuran pile cap
yang di kerjakan adalah sama dengan apa yang tertuang di dalam gambar
kerja.
Fungsi balok ini adalah untuk menyalurkan beban dari pelat lantai ke pilecap,
dan dari pilecap ke tiang pancang. Ukuran balok yang di kerjakan adalah sama
dengan apa yang tertuang di dalam gambar kerja.
a. Pemasangan Begisting
dilakukan pengelasan;
o Beton decking / beton tahu dipasang di beberapa tempat untuk
menjamin tebal selimut beton;
c. Pengecoran Beton
Komposisi campuran beton (semen, pasir, batu pecah ) akan ditentukan
setelah dibuat mix design dan mendapat persetujuan Direksi/Engineer.
Pencampuran dan pengadukan beton menggunakan concrete mixer,
setelah beton siap diangkut ke site menggunakan klenteng.
Sebelum beton dituangkan (dicor), perlu diperiksa /inspeksi bersama
dengan Direksi hal – hal sbb :
− Bentuk dan ukuran bekisting sudah sesuai gambar;
− Bekisting kuat, tidak goyang dan tidak bocor;
− Semua perkuatan (perancah /sekur) sudah sesuai dengan shop drawing;
− Pembesian sudah sesuai gambar;
− Permukaan bekisting telah diberi minyak
− Beton decking telah terpasang dan cukup
− Permukaan bekisting telah dibersihkan dari segala kotoran (kayu,
potongan besi, paku dll) Pembersihan bekisting sebaiknya menggunakan
compressor;
− Semua perlengkapan cor sudah siap dan dalam kondisi baik (concrete
vibrator,concrete pump, sekop);
− Semua perlengkapan untuk penerangan (untuk antisipasi kerja lembur)
telah tersedia dan terpasang;
− Perlengkapan untuk test beton, yaitu slump dan kubus / silinder beton
telah tersedia;
− Volume beton (semen , pasir, batu pecah, air) telah mencukupi untuk
pengecoran 1 blok
Setelah hal – hal di atas terpenuhi dan mendapat persetujuan direksi,
pengecoran baru boleh dilakukan. Pengecoran dilakukan per bagian atau
per blok dan tidak boleh terputus pada saat pengecoran balok, poer dan
plat lantainya. Penuangan beton menggunakan kereta sorong/klenteng
atau concrete pump apabila betonnya adalah ready mix.
PASAL 20
PEKERJAAN LANTAI TRESTLE
Metode pembuatan struktur atas Trestle (plat lantai) digunakan metode plat lantai
Papan Kayu Kelas 1. Ukuran tebal dan lebar lantai Kayu yang di kerjakan adalah
sama dengan apa yang tertuang di dalam gambar kerja
PASAL 21
21.1. Umum
Gangway atau Jembatan Penghubung adalah jembatan yang
menghubungkan antara Dermaga darat dengan Dermaga Apung yang
terbuat dari Baja WF dan aksesoris berupa besi galvanis yang difinshing
menggunakan hot dip Galvanis dengan ketebalan 85 µm, pada dua sisi
Gangway pada ujung landasan darat tumpuan jembatan terhadap beton
menggunakan Baering yang terpasang sedemikian rupa sehingga dapat
menggerakkan jembatan naik–turun, pada ujung Gangway dipasang Roller
memanjang sebagai pijakan dermaga apung sehingga pada saat pasang–
surut air laut pada alas dermaga apung, Roller pijakan Gangway dapat
bergerak maju–mundur.
21.2. Pemasangan
a. Bentuk profil baja baik bentang, tinggi dan kemiringanya sesuai dengan
gambar;
b. Profil baja dirakit/dipasang menurut bentuknya pada Bengkel kerja;
c. Sudut kemiringan sesuai dengan Gambar;
d. Semua lubang baut atau lubang yang dibuat untuk alat sambungan lainnya
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT UMUM 29
Perencanaan Pembangunan Prasarana Dermaga Apung/ Tambat Labuh
Di Pesisir dan Pulau-Pulau kecil Di Kabupaten Probolinggo
PASAL 22
a. Pengunci/Sambungan
Pengunci/Sambungan digunakan untuk mengunci/menyambung struktur
platform apung yang terbuat dari HDPE ataupun stainless steel.
b. System Roller
System roller terbuat dari stainless Steel 304/316 dengan ukuran diameter
lubang 30 cm dilengkapi roller pada tiap sisinya.
c. Pelindung Benturan
Pelindung benturan berfungsi untuk menahan benturan kapal terbuat dari
HDPE, foam ataupun karet.
d. Tambatan Kapal
Tambatan Kapal terbuat dari bahan stainless steel, besi galvanis, ataupun
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT UMUM 31
Perencanaan Pembangunan Prasarana Dermaga Apung/ Tambat Labuh
Di Pesisir dan Pulau-Pulau kecil Di Kabupaten Probolinggo
HDPE
Pemasangan Aksesoris harus sesuai dengan gambar dan disetujui oleh direksi.
Perubahan bahan/detail atau ketidaksesuaian gambar dengan pelaksanaan
karena alasan tertentu harus diajukan ke Konsultan Pengawas/Direksi untuk
mendapatkan persetujuan secara tertulis.
22.3. Lain-lain
Untuk menjaga agar dermaga apung tetap tahan lama, maka perlu dipasang
Lantai WPC dengan rangka WPC dan rangkat hollow sebagai rangka alasnya.
Rangka hollow dipasang seperti yang tergambar pada gambar desain yang
dipasang di atas kubus apung dan dibaut pada lubang lubang yang tersedia
di penampang atas kubus apung. Kemudian dipasang lantai WPC diatasnya
dengan dibaut pada rangka WPC.
PASAL 23
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
PASAL 24
PEKERJAAN SELESAI