Anda di halaman 1dari 13

SYARAT - SYARAT TEKNIS

Kegiatan : Pembangunan RKB / Rehabilitasi Gedung


Pekerjaan : Pembangunan 1(SATU) Ruang Kelas Baru (RKB)
Lokasi : SMA NEGERI 1 TULUNGAGUNG

Pasal 1. LINGKUP PEKERJAAN

Uraian dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini menyangkut segi lingkup
pekerjaan yang meliputi PEMBANGUNAN 1 (SATU) RUANG KELAS BARU
(RKB)

Pasal 2. URAIAN PEKERJAAN

1. Penyediaan
Pelaksana harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk
semua alat-alat pembantu yang dipergunakan seperti andang-andang, alat-
alat pengangkat, mesin-mesin, alat-alat penarik dan sebagainya yang
diperlukan oleh rekanan dan untuk semua alat-alat tersebut pada waktu
pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi, dan untuk memperbaiki
kerusakan yang diakibatkannya.
2. Kuantitas dan kualitas pekerjaan
a. Kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak
harus dianggap seperti apa yang tertera dalam gambar-gambar kontrak
atau diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat. Tetapi kecuali yang disebut
diatas apa yang tertera dalam uraian dan syarat-syarat dalam kontrak itu
bagaimanapun tidak boleh menolak, merubah atau mempengaruhi
penerapan atau interprestasi dari apa yang tercantum dalam syarat-syarat
ini.
b. Kekeliruan dalam uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan
bagian-bagian dari gambar dan uraian dan syarat-syarat tidak boleh
merusak (membatalkan) kontrak ini, tetapi hendaknya diperbaiki dan
dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh pemberi tugas.

Pasal 3. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN

1. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek, gambar


detail konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan oleh
perencana telah disampaikan kepada rekanan beserta dokumen-dokumen
lain. Rekanan tidak boleh mengubah atau menambah tanpa mendapat
persetujuan tertulis dari Kepala Sekolah/ Tim P2S. Gambar-gambar tersebut
tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan pelaksanaan ini atau dipergunakan untuk maksud lain.
2. Gambar-gambar tambahan
Bila Tim P2S menganggap perlu, maka Konsultan Perencana harus membuat
gambar detail (gambar penjelasan) yang disyahkan oleh Kepala Sekolah,
gambar-gambar tersebut menjadi milik Sekolah Sekolah.
3. As Built Drawing (Gambar yang sesuai sebagaimana yang dilaksanakan)
Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar-gambar baik
penyimpangan atas perintah pemberi Tugas atau tidak, pengawas harus
membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan
(As Built Drawing) yang jelas memperhatikan perbedaan antara gambar-
gambar kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut

1
harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) dan semua biaya pembuatannya
ditanggung oleh Rekanan.

4. Gambar-gambar ditempat pekerjaan


Rekanan harus menyimpan ditempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak
lengkap termasuk rencana Kerja dan Syarat-syarat, Berita Acara Aanwijzing,
Time Schedule dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk
perubahan-perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar
tersedia jika pemberi tugas atau wakilnya sewaktu-waktu memerlukan.

Pasal 4. PERSIAPAN DI LAPANGAN

1. Los Kerja / Direksi Keet.


a. Pelaksana diwajibkan membuat bouwkeet untuk kantor pegawainya, dan
gudang untuk bahan-bahan yang perlu terhindar dari gangguan cuaca.
b. Bila dianggap perlu oleh Tim P2S, pelaksana diwajibkan membuat los kerja
untuk tempat pekerja, sehingga terhindar dari matahari, hujan dan angin.
2. a. Sebelum pelaksana mengadakan persiapan di lokasi atau halaman
sekolah, sebelumnya harus memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan
/ perkenan untuk memulai dengan persiapan pembangunan terutama
tentang dimana harus membangun bangunan, jalan masuk dan
sebagainya.
b. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Tim P2S sudah harus
mulai aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.
c. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum pada tiap-tiap
bagian pekerjaan dilaksanakan, diharuskan mendapat ijin tertulis dari Tim
P2S untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara
berkala.

Pasal 5. JADWAL PELAKSANAAN

Pada saat pelaksana akan mulai pelaksanaan dilapangan harus segera


mengadakan persiapan antara lain pembuatan jadwal pelaksanaan yang berupa
Bar Chart secara tertulis, berisi tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan, waktu yang
dicantumkan atau direncanakan dan disesuaikan dengan jangka waktu yang
ditetapkan. Bar Chart tersebut harus selalu berada dilokasi, tempat pekerjaan
untuk diikuti dengan perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan
dengan diberikan tanda garis tinta warna merah. Bila terdapat/terlihat hambatan,
semua pihak harus segera mengadakan langkah-langkah untuk penanggulangan
hambatan yang akan terjadi.

Pasal 6. ALAT-ALAT PELAKSANAAN /PENGUKURAN

a. Selama pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus menyediakan/menyiapkan


alat-alat baik untuk sarana peralatan pekerjaannya maupun peralatan-
peralatan yang diperlukan untuk memenuhi kwalitas hasil pekerjaan antara
lain : pompa air, beton mollen dan sebagainya.
b. Penentuan titik duga letak bangunan, siku-siku bangunan maupun datar
(waterpas) dan tegak lurusnya bangunan harus ditentukan dengan memakai
alat yang tepat.

Pasal 7. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG (MEER EN MINDERWERK)

a. Pelaksana berkewajiban sesuai dengan pekerjaan yang diterima menurut


ketentuan AV-41 pasal (2) ayat (3) dan menurut gambar-gambar detail yang
telah disahkan oleh Tim P2S melaksanakan secara keseluruhan atau dalam

2
bagian-bagian menurut persyaratan-persyaratan teknis untuk mendapatkan
pekerjaan yang baik.
Pelaksana selanjutnya berkewajiban pula tanpa tambahan biaya mengerjakan
segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan atau memakai bahan-bahan
yang tepat walaupun satu dan lain hal tidak dicantumkan dalam gambar dan
bestek.
b. Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau
persetujuan secara tertulis dari Tim P2S. Selanjutnya perhitungan
penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang
disetujui oleh kedua belah pihak jika tidak tercantum dalam daftar harga upah
dan satuan pekerjaan.

Pasal 8. IJIN BANGUNAN DAN PAPAN NAMA PROYEK

a. Biaya Ijin bangunan, biaya dan pengurusannya menjadi beban pihak sekolah.
b. Pelaksana tidak diizinkan membuat iklan dalam bentuk apapun, dalam batas-
batas lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa tanpa ijin Tim
P2S.
c. Pelaksana harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
lapangan pekerjaan.
d. Pelaksana harus memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran
80 x 120 cm warna dasar putih dan tulisan hitam.

Pasal 9. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Sebelum Pihak Pelaksana mengadakan persiapan dilokasi sebelumnya harus


memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan/perkenan untuk memulai
dengan persiapan-persiapan pembangunan kepada pemerintah daerah
setempat, terutama tentang dimana harus membangun Direksi Keet, bahan-
bahan bangunan, jalan masuk dan sebagainya.
b. Pada saat mengadakan persiapan pengukuran Tim P2S sudah harus mulai
aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.
c. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum tiap-tiap bagian
pekerjaan dilaksanakan, diharuskan mendapatkan ijin tertulis dari Tim P2S
untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.

Pasal 10. PEKERJAAN PAPAN BOUWPLANK

10.1. Lingkup pekerjaan


Lingkup pekerjaan ini dilaksanakan untuk Pembangunan 3 Ruang Kelas
Baru.

10.2. Persyaratan Bahan


a. Untuk papan bouwplank digunakan kayu kelas II / terentang diserut
rata.
b. Patok kayu berukuran 5/7 cm.

10.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Semua bouwplank menggunakan kayu kelas II / terentang diserut rata
dan terpasang waterpas dengan peil ± 0.00 m. Setiap jarak 2 meter
papan bouwplank diperkuat dengan patok kayu berukuran 5/7 cm. Pada
papan bouwplank ini harus dicat sumbu-sumbu dinding, dengan cat
yang tidak luntur oleh pengaruh iklim.
b. Jarak papan bouwplank minimal 2,5 m dari garis bangunan terluar untuk
mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
c. Setelah papan bouwplank selesai, pihak pelaksana wajib meminta
pemeriksaan dan persetujuan tertulis dari Tim P2S.

3
Pasal 11. PEKERJAAN TANAH/URUGAN

11.1. Lingkup pekerjaan


Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini meliputi :
a. Galian tanah untuk pekerjaan pondasi.
b. Urugan kembali galian tanah pondasi.
c. Urugan pasir bawah lantai dan pondasi termasuk pemadatannya.
d. Urugan sirtu dengan ketebalan sesuai gambar kerja perencanaan.
e. Pengeboran strouss dengan kedalaman sesuai gambar kerja.

11.2. Persyaratan Bahan


Untuk Timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian
pondasi. Untuk urugan tanah pemadatan lahan digunakan pasir urug lokal
kualitas baik.

11.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Galian pondasi baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank dengan
penandaan sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan disetujui Tim P2S.
Bentuk galian dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang tertera dalam
gambar. Apabila ditempat galian ditemukan pipa-pipa pembuangan,
kabel listrik, telepon atau lainnya yang masih berfungsi, maka
pelaksana secepatnya memberitahukan kepada TIM P2S atau kepada
instansi yang berwenang untuk mendapat petunjuk seperlunya.
Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerusakan
yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut.
Untuk kondisi tanah yang mudah longsor pelaksana harus memasang
turap kayu pengaman yang cukup kuat. Turap didalam bangunan harus
dibongkar setelah pondasi selesai.
b. Pengurugan untuk pemadatan lahan, diurug lapis demi lapis
menggunakan pasir urug lokal dengan ketebalan tiap lapis maksimum
15 cm. Tiap lapisan dipadatkan dengan menumbuk lapisan tersebut,
menggunakan alat tumbuk yang baik. Setelah lapisan pertama padat
kembali seperti diatas. Demikian seterusnya dilakukan sampai dengan
ketinggian sesuai gambar rencana.
c. Dibawah pondasi, dan dibawah air diurug dengan pasir pasangan
setebal 10 cm dan dipadatkan.

Pasal 12. PEKERJAAN PONDASI

12.1. Lingkup pekerjaan


Meliputi pekerjaan yang terdiri dari :
a. Pondasi pasangan batu kali.

12.2. Persyaratan Bahan


a. Material batu kali yang digunakan harus keras, bermutu baik, tidak
cacat dan tidak retak.
b. Air yang digunakan harus bersih tawar dan bebas dari bahan kimia
yang dapat merusak pondasi asam alkali atau bahan organik.
c. Pasir pasang harus bersih tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran
organik dan bahan yang dapat merusak pondasi.
12.3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-
pengukuran untuk as pondasi sesuai dengan gambar konstruksi dan
dimintakan persetujuan Tim P2S tentang kesempurnaan galian.
b. Pemeriksaan tiap galian pondasi dilaksanakan terhadap betulnya
penempatan, kedalaman, besaran, lebar, letak dan kondisi dasar
galian. Sebelum pemasangan pondasi dimulai, ijin Tim P2S mengenai
hal tersebut harus didapat secara tertulis.

4
c. Pondasi batu kali dibuat dengan menggunakan spesi 1 Pc : 5 Ps,
bagian bawah pondasi dibuat aanstamping dari batu belah kosong
yang dipasang berdiri rapat, setebal 20 cm dengan tidak terdapat batu-
batu bertumpuk.
d. Dibawah dasar pondasi didasari dengan pasir pasang setebal 10 cm
dan dipadatkan, sebagai lantai kerja. Diatas pasir dipasang
aanstamping, untuk pondasi batu kali/batu belah, terdiri dari batu kali
dan pasir pasang (pasangan batu kosong). Lapisan ini juga harus
dipadatkan, dengan menyiram air diatasnya, sehingga pasir akan
mengisi rongga-rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai
dengan gambar detail pondasi.

Pasal 13. PEKERJAAN BETON BERTULANG

13.1. Lingkup pekerjaan


Beton bertulang dengan perbandingan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dibuat untuk :
a. Sloof , kolom praktis, ring balk, ring gewel dan rabat beton.
b. Pondasi strouss Ø 30 cm dengan kedalaman 3 m.

13.2. Persyaratan Bahan Bahan


a. Semen
 Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1972 dan
memenuhi S-400 menurut Standart Cement Portlandia yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972),
diutamakan merk Tiga Roda atau holcim.
 Semen yang telah mengeras dalam satu zak semen, tidak
diperkenankan sebagai bahan campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agar semen tidak mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 cm.
Setiap semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang
telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan
pengiriman.
b. Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir
serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI-
1995/1971.
c. Kerikil
 Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam
PBI 1995/1971.
 Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis
material tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton
dengan komposisi material yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang diminum.
e. Besi Beton
Besi beton yang digunakan harus berkualitas baik.
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat
lepas dan bahan lainnya.
Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai
gambar dan harus diminta persetujuan TIM P2S terlebih dahulu. Jika

5
Pelaksana tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang
ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan
diameter yang terdekat dengan catatan:
Harus ada persetujuan Tim P2S
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksud adalah jumlah luas).
f. Cetakan dan Acuan
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-
batas yang sesuai dengan yang ditujukkan oleh gambar rencana dan
uraian pekerjaan.
g. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah perbandingan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr atau
K-225 khusus untuk konstruksi.

13.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Kecuali ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, maka
sebagai pedoman tetap dipakai PBI tahun 1995/1971.
b. Pelaksana wajib melaporkan secara tertulis pada Tim P2S apabila ada
perbedaan yang didapat didalam gambar konstruksi dan gambar
arsitektur.
c. Adukan beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengaduan ketempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Tim P2S,
yaitu:
 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara
beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk
berbagai pekerjaan beton harus memenuhi tabel PBI tahun
1995/1971.
d. Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis
Tim P2S. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan
berjalan-jalan diatas penuangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat
yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak
membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada
saat beton dicor.
e. Perawatan Beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelebaban
untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut
ditetapkan cara sebagai berikut :
 Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai
penutup beton.
 Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil,
permukaan tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya
pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak
memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau
seluruhnya menurut perintah Tim P2S.

Pasal 14. PEKERJAAN DINDING

14.1. Lingkup pekerjaan


a. Dinding Bata
Pemasangan dinding bata merah dilakukan untuk semua dinding.

14.2. Persyaratan Bahan


a. Bata
Mutu bata yang digunakan dari jenis klas I dan memenuhi persyaratan
PUBBI-1970 dengan bentuk standart batu bata adalah prisma empat

6
persegi panjang, bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan
tidak menampakkan adanya retak-retak yang merugikan. Bata merah
dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan lainnya, yang
dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam air.
b. Pasir
Pasir pasang terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Pasir harus terbebas dari
lumpur tanah liat, kotoran organik dan bahan yang dapat merusak
dinding.
c. Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang
telah digariskan pada pasal beton bertulang.
d. Papan digunakan bahan kayu kelas II yang tidak cacat, dan untuk
triplek digunakan produksi dalam negeri.

14.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Pekerjaan dinding menggunakan pasangan dengan perekat 1 Pc : 3 Ps
untuk pasangan trasraam dan perekat 1 Pc : 4 Ps untuk pasangan
dinding biasa.
b. Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam bak
kayu yang memenuhi syarat. Mencampur semen dengan pasir harus
dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat
campuran yang plastis. Adukan yang telah mengering akibat tidak
habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan
yang baru.
c. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Pelaksana secara teliti dan
sesuai gambar, dengan syarat bahwa semua pasangan dinding harus
rata (horizontal dan vertikal), dan pengukuran harus dilakukan dengan
waterpass.
d. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda
setengah panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan
ditengah pasangan bata, kecuali pasangan pada sudut.
e. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga
menurun dan tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian
hari. Pada tempat-tempat tertentu sesuai gambar diberi kolom–kolom
prkatis yang ukurannya disesuaikan dengan tebal dinding.
f. Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu
hujan lebat harus diberi perhitungan dengan sesuatu penutup yang
sesuai (plastik). Dinding yang telah terpasang harus diberi perawatan
dengan cara membasahi secara terus menerus paling sedikit 7 hari
setelah pemasangannya.
g. Pasangan bata yang sudah selesai harus terus-menerus dibasahi
selama 14 hari.

Pasal 15. PEKERJAAN PLESTERAN

15.1. Lingkup pekerjaan


Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata dan beton
bertulang.

15.2. Persyaratan Bahan


Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan
dalam pasal beton bertulang.

15.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Dinding dibersihkan dari semua kotoran
 Dinding dibasahi dengan air

7
 Semua siar permukaan dinding dikorek sedalam 0,5 cm
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan
plesteran dapat merekat dengan baik.
b. Adukan plesteran pasangan dipakai campuran 1 PC : 5 PS untuk
pasangan dinding biasa dan campuran 1 PC : 3 PS untuk pasangan
dinding trasraam/beton.
c. Ketebalan pleseran pada semua bidang permukaan harus sama
tebalnya dan tidak diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50
cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan
pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang
yang digerakan secara horisontal dan vertikal.
d. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus
diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran
berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan
sekitarnya.
e. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak permulaan plesteran.

Pasal 16. PEKERJAAN KAYU DAN KUDA-KUDA

16.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup Pekerjaan meliputi :
Penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang diperlukan, sehingga
konstruksi kayu dapat selesai dilaksanakan. Bagian pekerjaannya adalah :
a. Pekerjaan kuda-kuda kayu.
b. Pekerjaan gording, konsol, usuk+reng, lisplang, papan kompres dan
ruiter.
c. Pekerjaan kusen pintu dan jendela.

16.2. Persyaratan Bahan


a. Jenis Kayu yang digunakan adalah :
- Kayu 8/12 + 2 x 6/12 untuk kuda-kuda konsol dan gording,
menggunakan kayu kruing.
- Kayu 3/20 untuk papan lisplang, kayu kruing.
- Kayu 5/7 untuk usuk dan kayu 2/3 untuk reng menggunakan kayu
kruing.
- Kayu 6/15 untuk kusen pintu dan jendela, kayu meranti Batu.
- Kayu untuk daun pintu panil kamper Tebal 3cm.
- Kayu 3/8 kayu kamper, untuk slimar daun jendela.
Semua kayu yang digunakan khusus rangka atap adalah kayu hasil
hutan dengan spesifikasi kelas kuat I – II dan kelas awet III serta
kualitas terbaik.
b. Kayu harus betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.

16.3 Pedoman Pelaksanaan


a. Gording dan Konsol
 Konstruksi harus dibuat sesuai gambar detail, untuk ukuran kayu
maupun cara penyambungannya.
 Sambungan kayu harus dibuat dengan rapi dan penuh keahlian
dengan memperhatikan peraturan yang disyaratkan dalam PPKI.
 Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh pada bagian-bagian
penting (sambungan gording) harus diikat dengan baut 5/8" (Ø-16
mm) dengan plat-plat besi (beugel) ¼ x 2" (5 x 550 mm). Bila
pada gambar detail tidak tergambar maka pelaksana tetap
melaksanakan baut-baut tersebut berdasarkan petunjuk TIM P2S.
Untuk semua sambungan rangka atap dan kuda-kuda disambung
lubang-lubang dan pen sesuai dengan fungsinya.
 Sebelum sambungan kayu dimatikan, semua bidang kayu yang

8
disambung harus dimeni terlebih dahulu.
 Pelaksana tidak boleh memasang atap sebelum seluruhnya
kelengkapan baut-baut dan begel kap selesai dilaksanakan dengan
baik dan sempurna termasuk pengawetan rangka atap dengan oli
bekas disetujui Tim P2S.
b. Rangka Atap
Usuk menggunakan kayu ukuran 5/7 dan reng menggunakan kayu 2/3
cm. Dipasang dengan ukuran dan jarak seperti yang ditetapkan dalam
gambar. Hasil akhir pasangan harus rata dan tidak bergelombang.
c. Listplank kayu dipasang pada bagian samping, depan dan belakang
bangunan. Pemasangannya dipakukan langsung pada gording (untuk
bagian samping). Secara keseluruhan pemasangan harus rapi dan
lurus. Apabila dijumpai pemasangan yang tidak lurus, maka bagian
tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali.
- Kusen dipasang dengan menggunakan kayu kamper 6/12.
- Daun pintu utama menggunakan daun pintu panil kamper dan
untuk penyekat ruang menggunakan dinding partisi double triplek t
= 4 mm dengan rangka dinding partisi menggunakan kayu kamper.

Pasal 17. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

17.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian pekerjaan yang dilaksanakan adalah menutup semua bidang atap.

17.2. Bahan yang digunakan


a. Penutup atap genteng model Mantili ex. Trenggalek/tulungagung.
b. Bubungan menggunakan genteng model Mantili ex.
Trenggalek/tulungagung, yang dipasang dengan campuran 1 Pc
: 3 Kp : 10 Ps, lapisan luar diaci hingga kedap air.

17.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Pasangan genteng disusun berlapis sesuai dengan bentuk genteng
yang ada. Bubungan ditutup dengan bahan yang sejenis dengan bahan
atap, kemudian diisi pasta semen dengan adukan spesi 1 Pc : 1
Ps.
b. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah
pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar
dan dipasang baru.
c. Ukuran dan warna genteng harus sama dan sebelumnya pelaksana
harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada Tim P2S /pengawas
untuk mendapat persetujuan.

Pasal 18. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI + DINDING

18.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan lantai terdiri dari :
a. Pemasangan keramik untuk lantai ruang kelas.

18.2. Bahan Yang digunakan


a. Keramik yang digunakan adalah : Keramik lantai 30 x 30 untuk
ruang kelas. Keramik Khusus keramik menggunakan merk sekualitas
Roman, Asia dan yang setara.
18.3. Pedoman Pelaksanaan
a. Dasar lantai
Dilapisi pasir pasangan setebal 10 cm dan dipadatkan
b. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Pelaksana harus memeriksa semua pasangan
pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang harus sudah

9
terpasang dengan baik sebelum pemasangan lantai dimulai.
c. Adukan
 Adukan untuk keramik 1 Pc : 3 Pc
 Untuk beton rabat 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan diplester 1 Pc : 3 Ps
d. Pemasangan
 Sebelum lantai dipasang, terlebih dahulu dipasang lantai beton rabat
dipasang dengan ketebalan 5 cm dan diplester setebal 1 cm.
Adukan perekat lantai dipakai 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dengan
plesteran 1 Pc : 3 Ps.
 Adukan perekat untuk lantai harus betul-betul padat/penuh agar
tidak terdapat rongga-rongga dibawah keramik yang dapat
melemahkan konstruksi. Sambungan antara keramik dengan
keramik harus sama lebarnya, lurus dan harus diisi dengan air
semen yang warnanya sesuai dengan warna keramik. Hasil
pasangan akhir harus rata tidak bergelombang dan waterpass.
 Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada yang retak, noda dan
cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian
cacat tersebut harus dibongkar sampai berbentuk bujur sangkar dan
pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.

Pasal 19. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

19.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dilaksanakan untuk menutup langit-langit semua
ruang yang dibangun. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah semua
pekerjaan rangka langit-langit.
19.2 Bahan Yang digunakan
a. Rangka langit-langit induk dipakai kayu meranti kelas III ukuran 6/10
cm kualitas baik. Rangka pembagi digunakan kayu Tahun/ Lokal, klas
III kualitas baik ukuran 5/7 cm
b. Untuk langit-langit digunakan eternit kualitas baik dengan ukuran 1 X
1 m.

19.3 Pedoman pelaksanaan


a. Rangka langit-langit induk dipasang dengan urutan pertama, yang
dihubungkan pada kuda-kuda baja. Rangka ini kemudian dipakai
penggantung dari papan kualitas terbaik ke kiri kuda-kuda dan gording.
Setelah rangka induk terpasang, dilanjutkan pemasangan rangka
pembagi dari kayu meranti ukuran 5/7 cm.
b. Pemasangan rangka ini harus rapi dan waterpass Pelaksana
bertanggung jawab atas kerapian pemasangan rangka ini.
c. Eternit dipasang pada rangka ini, dengan memakukannya
menggunakan paku eternit. Hasil akhir harus waterpass. Apabila ada
plat eternit yang retak, pecah harus diganti dengan plat eternit baru.
d. Sambungan antar plat eternit dipasang lat kayu klas II dengan ukuran
1/3 cm, terutama pada bagian pinggir yang berhubungan dengan
dinding.

Pasal 20. PEKERJAAN PENGECATAN

20.1. Lingkup Pekerjaan

a. Politur Jadi untuk bidang-bidang kayu kusen yang nampak, daun pintu
panel dan ventilasi kayu, listplank, dan lis eternit.
b. Cat tembok untuk dinding yang diplester dan bidang-bidang beton.
c. Plituran Jadi untuk daun pintu .

10
20.2. Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, antara lain :
a. Politur Jadi sekualitas impra
c. Cat tembok sekualitas Paragon dan yang setara.
d. Plitur kualitas baik.
ef. Plamur kayu dan dinding kualitas baik.

20.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Pekerjaan meni, residu harus betul-betul rata, berwarna sama,
pengecatan minimal 2 (dua) kali.
b. Pekejaan Politur kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
 2 (dua) kali pengerjaan politur kayu.
 1 (satu) kali lapis pengisi dengan dempul kayu.
 Penghalusan dengan amplas
 Finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
c. Pengecatan dinding dan plafond dilakukan menurut proses sbb :
 Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus,
setelah itu dilap dengan kain basah hingga bersih.
 Melapis dinding dan plafond dengan plamur tembok, dipoles
sampai rata. Setelah betul-betul kering digosok dengan amplas
halus dan dilap dengan kain kering yang bersih.
 Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal 2x.
 Pekerjaan cat tembok dan cat plafond harus menghasilkan warna
merata sama dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda
mengelupas.
d. Warna cat yang digunakan akan ditentukan kemudian oleh Tim P2S /
Kepala Sekolah.
e. Plituran dilakukan menurut proses sebagai berikut :
 Plituran dilaksanakan pada pekerjaan daun pintu panil kamper.
 Sebelum pemlituran, maka permukaan daun pintu yang berlubang /
tidak rata harus didempul terlebih dahulu kemudian digosok
dengan amplas dan dibersihkan agar plituran mendapatkan hasil
yang baik.
 Pemlituran dilakukan sampai tiga kali hingga terdapat permukaan
dan warna yang merata.

Pasal 21. PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

21.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu
dan jendela, selanjutnya pada jendela dipasang grendel.
21.2. Persyaratan Bahan
a. Engsel-engsel dari kuningan sekualitas merek ARCH Nylon ukuran 4 X
3 atau yang setara.
b. Kunci pintu dipasang sekualitas merk SES 2 (dua) slaag (dua kali
putar) atau yang setara.
c. Grendel (sloot) berkualitas baik.

21.3. Pedoman pelaksanaan


a. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag merk ARCH
Nylon ukuran 4 X 3 atau yang setara, yang berkualitas baik.
b. Engsel pintu dipasang 3 (tiga) buah setiap lembaran daun pintu.
Pemasangan dilakukan dengan mur khusus untuk pintu, tidak
dibenarkan memasang engsel ke pintu dan kusen dengan
menggunakan paku. Penguncian mur harus dilakukan dengan obeng,
sehingga seluruh batang masuk dan menempel kuat ke kayu yang
dipasang.
c. Untuk alat-alat tersebut diatas sebelum dipasang Pelaksana wajib
memperlihatkan contoh terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan

11
Tim P2S atau Kepala Sekolah.
d. Apabila pada waktu pemasangan alat tersebut tidak sesuai dengan
yang disyaratkan, maka Tim P2S berhak untuk menyuruh bongkar
kembali dan diganti dengan alat yang disyaratkan.

Pasal 22. PEKERJAAN KACA

22.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini dilaksanakan untuk semua jendela.

22.2. Bahan yang digunakan


Kaca mati bening dengan ketebalan 5 mm.

22.3. Pedoman Pelaksanaan


a. Pemasangan kaca pada daun jendela.
b. Kaca dipasang dan dikukuhkan dengan memakai silikon/Silent
sedemikian rupa sehingga tidak bergetar.
c. Papan list kaca dipasang pada bagian luar daun dengan list kayu jati
d. Semua kaca setelah terpasang harus dibersihkan hingga bersih.

Pasal 23. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

23.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di
dalam semua bangunan, pemasukan arus yang bersumber dari
penyambungan daya terhadap Zekering Box Induk, penyediaan bola lampu,
kabel-kabel, pipa-pipa PVC, dan sebagainya sampai dengan listrik siap
menyala. Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang
disesuaikan dengan jumlah yang tertera dalam gambar. Titik Lampu dan
Stop Kontak mengandung maksud tempat mata lampu dan stop kontak
yang telah dipasang kabel-kabel yang diperlukan sehingga arus listrik
sudah berfungsi pada titik tersebut.

23.2. Bahan-bahan yang digunakan


a. Kabel NYM
Kabel dengan 3 inti untuk satu pass
Inti copper dibungkus dengan isolasi PVC
Isolasi 2 lapis menyelubungi inti
b. Kabel NYA
Isolasi PVC, luas penampang minimum yang boleh digunakan 2,5 mm2.
Kawat BC, kawat tembaga yang telanjang.
c. Steker stop kontak dan saklar dari bahan ebonit kualitas baik.
d. Bola lampu pijar, TL dan armaturnya adalah produksi Nasional merk
Philips, Toshiba, Tungsram atau yang sekualitas, dengan syarat-syarat
berikut :
Lampu TL :
Body dari plat besi, tebal minimum 0,9 mm, dicat putih didepan, abu-
abu di belakang.
Balast merk Sinar atau sejenisnya
Starter Merek Philips atau sejenisnya
Fitting :
Bagi TL 20 W/220 V besarnya 2,5 micro F + 10 %
Pengabelan di dalam harus disolder
Kap merek SUN atau sekualitas.
e. Panel box yang dilengkapi fuse, switch untuk pembagian group
pemasangan instalasi listrik, Produksi Dalam Negeri (nasional) atau
sekualitas, dengan arde (pentanahan) dari kabel B.C.
Macam-macam switch/outlet yang digunakan untuk tegangan 220 volt :
 Outlet/stop kontak biasa (General Purpose Outlet)

12
Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Rating arus : 16 ampere
Type : Pemasangan sistem tanam
Bahan : Ebonit warna putih
 Plug dan socket 1 phase untuk power
Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Rating arus : minimum 25 amper
Type : Pemasangan di luar diberi landasan kayu
Bahan : Ebonit warna putih
 Sekering BOX
Main Panel terdapat pada panel pertama menerima daya dari
gardu induk PLN ataupun Genset.
Bahan : Rangka profil 30 mm
Cover : Besi plat 2 mm
Module : Minimum (30x 40) tinggi maksimum 175 cm
Potongan : Puc Standing kuat tidak bergetar
Warna : Abu-abu

23.3. Penggunaan
a. Kabel NYM dipergunakan sebagai instalasi penerangan di dalam
dinding.
b. Kabel NYA dipergunakan sebagai instalasi penerangan.

23.4. Pedoman Pelaksanaan


a. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta
jenis armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan
gambar instalasi listrik. Sedangkan sistem pemasangan pipa-pipa listrik
pada dinding maupun beton harus ditanam (sistem inbouw) dan
penarikan kabel (jaringan kabel) diatas plafon diikat dengan isolator
khusus dengan jarak 1,00 atau 1,20 m, atau jaringan kabel diatas
plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC. Khusus untuk instalasi
stop kontak harus dilengkapi kabel arde (pentanahan) sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pemasangan instalasi listrik berikut
penggunaan bahan/komponen-komponennya harus disesuaikan
dengan sistem tegangan lokal 220 Volt.
b. Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan Tim P2S, pihak
pelaksana boleh menunjuk pihak ketiga (instalatur) yang telah memiliki
izin usaha instalasi listrik atau izin sebagai instalatur yang masih
berlaku dari Perum Listrik Negara (PLN).

Pasal 25. Pekerjaan Finishing

Sebelum pekerjaan diserah terimakan kepada Pihak Sekolah, Pelaksana


diwajibkan membongkar gudang, bangsal-bangsal kerja, membersihkan bahan-
bahan bangunan, kotoran-kotoran bekas yang ada dalam lokasi bangunan,
sehingga pada saat serah terima dilaksanakan bangunan dalam keadaan bersih
dan rapi.

13

Anda mungkin juga menyukai