Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1.5 Pemotretan
1 Kontraktor harus mengadakan dan menyerahkan kepada Proyek foto–foto
dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan lengkap.
2 Foto–foto tersebut harus dibuat pada setiap pekerjaan utama dan dibuat dalam tiga
keadaan untuk setiap pekerjaan dengan tempat/posisi pengambilan tetap, satu keadaan
pada waktu pekerjaan belum dikerjakan, sedang dikerjakan dan satu keadaan pada
waktu pekerjaan telah selesai dilaksanakan seluruhnya dan juga foto-foto tersebut
diambil minimal dari tiga posisi yang berbeda (depan, belakang, dan samping).
3 Foto–foto tersebut dibuat dengan ukuran Post Card berwarna dan diberi catatan
dibaliknya mengenai lokasi pemotretan dengan tinta.
4 Kontraktor harus menyerahkan foto–foto tersebut dalam 3 ( tiga ) cetakan untuk tiap
foto dan dimasukan kedalam album yang terbaik.
1.6. Laporan
1 Kontraktor harus menyerahkan laporan–laporan tertulis setiap akhir minggu kepada
Direksi dalam formulir yang ditentukan Direksi Teknis.
2 Laporan–laporan memuat :
a. Kemajuan pekerjaan fisik setiap item pekerjaan dalam Rencana Anggaran Biaya
untuk satu minggu yang lalu dan Estimasi Rencana Kemajuan Kerja untuk
minggu berikutnya.
b. Inventarisasi dari perusahaan yang berada ditempat pekerjaan.
c. Daftar personalia, jumlah tenaga kerja, kondisi cuaca dan jumlah jam kerja selama
satu minggu
d. Persoalan–persoalan yang timbul, serta langkah–langkah penyelesaian yang telah
dilakukan.
3 Untuk seluruh biaya pembuatan laporan menjadi beban Kontraktor.
PASAL 1
PENJELASAN UMUM
1. Jembatan kayu yang dipakai yaitu jembatan kayu yang menggunakan balok –balok
persegi sebagai tiang pancang jembatan serta sloof dan gelagar jembatan.
Jembatan dibuat dengan bentang yang bervariasi.
2. Tinggi lantai jembatan disesuaikan dengan tinggi permukaan perkerasan jalan serta as
jembatan disesuaikan dengan as badan jalan.
3. Semua pengukuran-pengukuran harus dilaksanakan dengan teliti / cermat menurut
gambar rencana dan petunjuk pengawas teknis.
4. Lebar lantai jembatan 2 meter ditambah balok kerb kanan-kiri (disesuaikan dengan
gambar rencana).
PASAL 2
PEKERJAAN TANAH / OPRIT
1. Jembatan harus dibuat dari kayu klas kuat I awet (ulin) sesuai dengan standard PPKI dan
disetujui oleh pengawas teknis dengan syarat-syarat :
a. Kayu harus baik, cukup tua, kering dan tidak banyak terdapat cacat kayu atau lobang
baik cacat akibat pengaruh alam maupun akibat pengolahan kayu itu sendiri. Yang
mana kayu-kayu tersebut dapat diperoleh diantarannya dari land Cleaning, maupun
mendatangkan dari luar.
b. Baut paku dan bahan Penyambung lainnya yang dipergunakan harus berkualitas baik
dengan ukuran sesuai dengan yang telah disyaratkan.
PASAL 4
PEKERJAAN PANCANG
1. Pekerjaan pancang yaitu pekerjaan pemancangan tiang – tiang kedalam tanah antara lain
tiang pancang jembatan, tiang sayap jembatan dan tiang jangkar.
2. Ketentuan Pelaksanaan :
a. Penumbukan dapat dihentiakan apabila dalam 10 tumbukan terakhir dengan
menggunakan hammer besi seberat 500 kg dengan tinggi penumbukan 1 meter (slag)
1 meter, maksimum masuk 50 cm.
b. Pecancah untuk pemancangan (steiling) harus dibuat cukup kuat sehingga pada saat
proses pemancangan tidak terjadi perubahan titik pemancangan.
c. Kepala tiang pancang yang ditumbuk harus diberi cincin besi. Tiang yang ditumbuk
apabial terdapat kepala kayu pecah-pecah / hancur maka penumbukan harus
dihentikan dan setelah kepala kayu dipotong kemudian pemancangan dilanjutkan
kembali hingga mencapai kedalaman dan kekuatan yang memenuhi persyaratan.
d. Apabila satu batang tiang pancang telah ditumbuk dapat habis masuk ketanah, maka
tiang disambung dengan tiang tiang pancang berikutnya dengan mempergunakan
sambungan kayu.
e. Apabila terdapat kelainan keadaan tanah sehingga tiang dengan mudah masuk
kedalam tanah, pelaksanaan fisik harus segera memberitahukan kepada pengawas
teknis untuk mendapat petunjuk-petunjuk.
f. Sebelum pemancangan tiang dimulai terlebih dahulu harus diberitahu kepada
pengawas teknis untuk mendapat kan ijin memulai pemancangan.
Apabila jembatan telah selesai dilaksanakan dan ternyata ada penurunan dalam “masa
pemeliharaan” maka Pelaksana fisik harus segera memperbaiki sesuai petunjuk teknis.