Anda di halaman 1dari 146

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. J DAN Ny.

D
POST PARTUM SPONTAN DENGAN NYERI AKUT
DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH:
FITRI ARIYANI
NIM. P.14020

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. J DAN Ny. D
POST PARTUM SPONTAN DENGAN NYERI AKUT
DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD UNGARAN

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH:
FITRI ARIYANI
NIM. P.14020

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
ii
MOTTO

“kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran,


kebenaran dalam tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala
sesuatu Kepada Yang Maha Kuasa” (RA. Kartini).

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil”

“Berangkat dengan penuh Keyakinan, Berjalan dengan penuh Keikhlasan,


dan Istiqomah dalam menghadapi cobaan”

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk


Allah, Tuhan Semesta Alam” (QS. Al- An’am :162).

iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
Berkat, Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.J dan Ny.D Post
Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Ungaran.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Ibu Wahyu Rima Agustina, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk bergabung di kampus STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan banyak ilmu dan wawasan yang sangat bermanfaat bagi saya,
semoga untuk kedepannya kampus STIKes Kusuma Husada Surakarta
semakin maju dan menciptakan tenaga perawat yang profesional.
2. Ibu Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Erlina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi
D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ibu Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen
pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan
cermat dan ikhlas, tulus serta sabar yang telah memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji satu yang
telah membimbing dengan cermat, tulus serta sabar yang telah memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

vii
6. Semua Bapak dan Ibu dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar
dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Ucapan terima kasih kepada Ny. J dan Ny. D beserta keluarganya yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada kedua klien, semoga apa yang saya berikan dapat bermanfaat bagi
klien maupun keluarganya.
8. Ucapan terima kasih kepada pihak RSUD Ungaran Semarang yang telah
memberikan saya kesempatan dan banyak ilmu yang sangat bermanfaat
selama saya mengambil kasus asuhan keperawatan Karya Tulis Ilmiah di
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran Semarang.
9. Kedua orangtuaku, ucapan terima kasih untuk Ayahku Suparman dan Ibuku
Suwanti yang saya cintai dan saya banggakan selalu menjadi inspirasi,
memberikan semangat dan selalu sabar mendidikku untuk menyelesaikan
pendidikan D3 Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
10. Untuk kakakku dan adikku (Yuli Yanto, Obi Riyawan,Yuli Astutik, Wiwik
Astutik dan Janurika Purnamawati) yang selalu sabar, memberikan dukungan
dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
11. Untuk orang yang aku sayangi Puat Triyanto dan sahabatku (Rina Ismawati,
Eni Novitasari, Ardian Vista Wdan Tesar Dwi R) yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
12. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan. Aamiin.

Surakarta, 07 Agustus 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................ ii
MOTTO ........................................................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI .......................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.4 Tujuan .................................................................................. 5
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................... 5
1.5 Manfaat ............................................................................... 6
1.5.1 Teoritis ..................................................................... 6
1.5.2 Praktis ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Post Partum Spontan ............................................... 8
2.1.1 Definisi post partum spontan.................................... 8
2.1.2 Tahap-tahap post partum spontan ............................ 8
2.1.3 Perubahan post partum spontan................................ 9
2.1.4 Patofisiologi post partum spontan ............................ 13
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang post partum spontan .......... 16
2.1.6 Tujuan perawatan post partum spontan .................... 16
2.1.7 Penatalaksanaan post partum spontan ...................... 16

ix
2.1.8 Komplikasi post partum spontan .............................. 18
2.2 Konsep Nyeri ...................................................................... 18
2.2.1 Pengertian Nyeri ....................................................... 18
2.2.2 Klasifikasi Nyeri ...................................................... 18
2.2.3 Penanganan Nyeri .................................................... 19
2.2.4 Alat Ukur Nyeri ........................................................ 20
2.2.5 Nyeri Post Partum Spontan ...................................... 23
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Post Partum Spontan ........... 23
2.3.1 Pengkajian ................................................................ 23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................. 28
2.3.3 Intervensi Keperawatan ............................................ 29
2.3.4 Implementasi Keperawatan ...................................... 37
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................. 39
3.2 Batasan Istilah ...................................................................... 39
3.3 Partisipan ............................................................................. 40
3.4 Lokasi dan Waktu penelitian................................................ 40
3.5 Pengumpulan Data ............................................................... 41
3.6 Uji Keabsahan Data.............................................................. 44
3.7 Analisa Data ......................................................................... 44
BAB IV LAPORAN HASIL
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ................................... 47
4.2 Pengkajian ........................................................................... 48
4.3 Analisa Data ......................................................................... 59
4.4 Diagnosa Keperawatan......................................................... 60
4.5 Intervensi Keperawatan ........................................................ 61
4.6 Implementasi Keperawatan .................................................. 63
4.7 Evaluasi Keperawatan .......................................................... 76
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan .......................................................................... 80
5.1.1 Pengkajian ............................................................... 80

x
5.1.2 Diagnosa Keperawatan ............................................. 84
5.1.3 Intervensi Keperawatan ............................................ 86
5.1.4 Implementasi Keperawatan ...................................... 88
5.1.5 Evaluasi Keperawatan .............................................. 91
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .......................................................................... 96
6.2 Saran ..................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Pathway Post Partum Spontan.................................................... 15

Gambar 2.2 Skala Analog Visual (VAS) ....................................................... 21

Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10 ......................................... 22

Gambar 2.4 Skala Skala Faces Pain Rating Scale.......................................... 22

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perubahan Uterus pada Post Partum Spontan ................................ 10
Tabel 4.1 Identitas Klien ............................................................................... 48
Tabel 4.2 Identitas Penanggung Jawab .......................................................... 48
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan ......................................................................... 49
Tabel 4.4 Riwayat Kehamilan dan Persalinan Masa Lalu ............................. 50
Tabel 4.5 Pemeriksaan Umum ....................................................................... 54
Tabel 4.6 Pemeriksaan Head To Toe ............................................................. 55
Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 57
Tabel 4.8 Terapi Medis .................................................................................. 58
Tabel 4.9 Analisa Data ................................................................................... 59
Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 60
Tabel 4.11 Intervensi Keperawatan................................................................ 61
Tabel 4.12 Implementasi Keperawatan .......................................................... 63
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan .................................................................. 76

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3. Lembar Audience

Lampiran 4. Jurnal Tindakan

Lampiran 5. Asuhan Keperawatan

Lampiran 6. Lembar Observasi Skala Nyeri

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Ambarwati,

2010).Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-

organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Partus

spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-obatan (Bahiyatun,

2009 dalam Sunarsih, 2011).

Pada ibu post partum sering mengalami nyeri pada bagian perineum,

nyeri perineum bisa menjadi persoalan bagi ibu post partum karena akan

menimbulkan gangguan ketidaknyamanan dan kecemasan untuk melakukan

mobilisasi dini. Nyeri perineum timbul karena adanya kejadian robekan atau

laserasi perineum saat proses melahirkan. Nyeri perineum akan dirasakan

secara berbeda pada setiap ibu post partum karena setiap ibu post partum

memiliki kemampuan yang berbeda dalam beradaptasi dengan rasa nyeri

(Mulati, 2017).

Pada ibu post partum spontan dapat mengalami infeksi ada beberapa

faktor yang mengakibatkan infeksi pada ibu post partum spontan antara lain

ruptur perineum spontan dan episiotomi. Ruptur perineum spontan

merupakan robekan jaringan pada vulva dan anus secara paksa. Penyebab

1
2

dari ruptur perineum spontan antara lain perineum kaku, berat badan lahir

bayi, paritas, teknik penolong persalinan. Episiotomi merupakan perobekan

secara sengaja yang dibuat diperineum antara lubang vagina dan anus untuk

mempermudah keluarnya bayi. Perineum yang dilakukan dengan episiotomi

harus dilakukan atas indikasi antara lain bayi besar, perineum kaku,

persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik

forceps maupun vacum (Dewi, 2012).

Menurut WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa

jumlah post partum spontan di dunia mengalami penurunan sebesar 34%

dari 546.000 dari tahun 1990 sampai tahun 2008 menjadi 358.000

(Mu’minatunnisa M, 2011). Pada tahun 2011 hampir 90% post partum

normal itu mengalami robekan perineum baik dengan atau tanpa episiotomi

(Ridhyanti, 2013).

Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik angka kelahiran di Indonesia

pada tahun 2010 adalah 18,75% dan diperkirakan turun pada tahun 2015

menjadi 17,3% dimana 3,5 sampai 4 juta bayi lahir dan ibu mengalami nifas

tiap tahunnya. Negara berkembang seperti di Indonesia, post partum spontan

merupakan masa kritis bagi ibu yang setelah melahirkan diperkirakan bahwa

60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% terjadi dalam selang

waktu 24 jam pertama (BPS, 2013 dikutip dari Dewi,2012). Prevalensi ibu

bersalin yang mengalami ruptur perineum di Indonesia pada golongan umur

25-30 tahun yaitu 24% sedangkan pada ibu bersalin usia 32-39 tahun

sebesar 62%, sedangkan prevalensi tindakan episiotomi dalam persalinan di


3

Indonesia mencapai 30%– 63% persalinan bahkan akan meningkat hingga

93 % pada persalinan anak pertama (Dewi, 2012).

Jumlah kasus kematian maternal pada ibu post partum spontan di

provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 325 kasus per 100.000

kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu post partum pada tahun 2016 di

wilayah provinsi Jawa Tengah terkait post partum spontan adalah

perdarahan 28%, infeksi 15%, partus lama sebesar 11% dan abortus sebesar

5% (Dinkes Jateng, 2016). Namun, demikian jumlah kejadian kematian ibu

di Kota Semarang kasus kematian ibu pada tahun 2016 didapatkan sebanyak

305 kasus dengan persalinan normal (spontan), sebanyak 255 kasus dengan

kejadian ruptur perineum dengan mayoritas terjadi pada ibu primipara

sebanyak 70 kasus, pada jarak kelahiran >2 tahun sebanyak 55 kasus, dan

pada usia ibu 20-35 tahun sebanyak 46 kasus (Dinkes Kota semarang,

2014).

Survei data awal yang dilakukan di RSUD Ungaran dan RSUD Kota

Semarang pada bulan April – Mei 2016. Bulan Januari-April di RSUD

Ungaran terdapat 34 kasus persalinan, dengan rata-rata persalinan normal

sebanyak 10 - 14 kasus. RSUD Kota Semarang rata – rata setiap bulan

melakukan persalinan normal sebanyak 38 kasus.

Perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan post partum spontan untuk memberikan dukungan secara

berkesinambungan selama post partum spontan sesuai dengan kebutuhan

ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama post partum,

mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman


4

dan memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenali tanda-

tanda bahaya, menjaga gizi yang baik serta mempraktekkan kebersihan yang

aman (Marmi, 2017). Peran seorang perawat pada kondisi tersebut adalah

membantu meredakan nyeri ibu post partum dengan memberikan

intervensi dalam meredakan nyeri (Andarmoyo, 2013).

Strategi penatalaksanaan nyeri adalah suatu tindakan untuk

mengurangi rasa nyeri, diantaranya dapat dilakukan dengan terapi

farmakologis maupun non farmakologis. Metode penghilang rasa nyeri

secara farmakologis adalah metode penghilang rasa nyeri dengan

menggunakan obat-obat kimiawi, sedangkan metode non farmakologis

adalah metode penghilang rasa nyeri secara alami tanpa menggunakan obat-

obat kimiawi caranya dengan relaksasi nafas dalam atau relaksasi distraksi

(Andarmoyo, 2013).

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk meringankan nyeri

adalah metode pengendalian nyeri non-Farmakologis adalah dengan teknik

relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk tindakan

keperawatan yang mana perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara

melakukan napas dalam untuk mengurangi nyeri. Klien dapat memejamkan

matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan

dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama

setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga) dan ekshalasi (hembuskan, dua, tiga)

(Smeltzer & Bare, 2005). Setelah dilakukan relaksasi nafas dalam ibu

mengalami penurunan rasa nyeri karena ibu merasa lebih tenang dan rileks

sehingga implus nyeri yang dirasakan berkurang, hal ini sesuai dengan teori
5

bahwa relaksasi dapat membantu mengurangi nyeri (Mander, 2003 dikutip

dari Imamah, 2010).

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan pengelolaan

kasus keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post Partum Spontan dengan Nyeri

Akut di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran”.

1.2. Batasan Masalah

Asuhan Keperawatan pada Ny. J dan Ny. DPost Partum Spontan dengan

Nyeri Akut di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

1.3. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post Partum

Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum

Daerah Ungaran ?

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post

Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan Rumah

Sakit Umum Daerah Ungaran

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post

Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.


6

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post

Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post

Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post

Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. J dan Ny. D Post

Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

1.5. Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien dengan post partum spontan.

2. Sebagai wacana untuk studi kasus berikutnya dibidang

kesehatan terutama dalam asuhan keperawatan pada klien

dengan post partum spontan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan dan evaluasi dalam menjalankan praktek

keperawatan pada asuhan keperawatan pada klien dengan kasus

post partum spontan.


7

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang

perkembangan ilmu keperawatan, khususnya pada asuhan

keperawatan pada klien dengan kasus post partum spontan.

3. Manfaat bagi Perawat

Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif

terutama pada kasus post partum spontan.

4. Manfaat bagi Penulis

Sebagai pengalaman berharga dan tidak terhingga serta dapat

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang

asuhan keperawatan dan menambah wawasan peneliti mengenai

post partum spontan.

5. Manfaat bagi Klien

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai

post partum spontan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KonsepPost Partum Spontan

2.1.1 Definisi Post Partum Spontan

Post partum adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung

selama ± 6 minggu (Saleha, 2009 dikutip dari Kumalasari, 2015).

Post partum spontan adalah masa selama persalinan dan segera

setelah kelahiran meliputi minggu-minggu selanjutnya pada waktu

saluran reproduksi kembali dalam keadaan tidak hamil yang normal

(Ambarwati, 2010 dikutip dari Kumalasari, 2015).

Post partum spontan adalah masa persalinan dan setelah

kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan

semula (tidak hamil) (Bobak, 2004 dalam Aspiani, 2017).

2.1.2 Tahap Post Partum Spontan

Menurut Irianto (2014), post partum spontan dibagi menjadi 3 tahap

antara lain :

1. Puerperium dini

Puerperium dini adalah masa keputihan yang dalam hal ini ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

8
9

2. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial adalah masa keputihan menyeluruh

alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Remote puerperium adalah masa diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat

sempurna dapat berlangsung selama seminggu-minggu,

bulanan, bahkan tahunan.

2.1.3 Perubahan Post Partum Spontan

Menurut Kumalasari (2015), perubahan fisiologis dan psikologis

post partum spontan antara lain :

1. Perubahan Fisiologis

a. Perubahan sistem Reproduksi

1) Involusi uterus, vagina,dan perineum

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan

berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah

plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Perubahan normal pada uterus selama post partum

dilihat pada tabel 2.1


10

Tabel 2.1 Perubahan Uterus Post Partum Spontan

Waktu Berat Diameter Palpasi


No TFU
Involusi Uterus Uterus Serviks
1. Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gram 12,5 cm Lunak
2. Plasenta 2 jari dibawah 750 gram 12,5 cm Lunak
lahir pusat
3. 1 minggu Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm 2 cm
sampai simfisis
4 2 minggu Tidak teraba di 300 gram 5 cm 1cm
atas simfisis
5. 6 minggu Bertambah kecil 60 gram 2,5 cm menyempit

2) Vagina

Vagina akan mengecil dan timbul ragae (lipatan-lipatan

atau kerutan) kembali ke ukuran normal kurang lebih 6-

8 minggu setelah bayi lahir

3) Perineum

Luka pada episiotomi terasa nyeri, pada tahap early

edema dan luka kebiruan.

4) Lochea

Lochea merupakan darah yang dibuang dari rahim

berbentuk cairan sekret. Lochea memiliki bau yang

khas. Bau ini tidak seperti bau menstruasi. Lochea

dibagi menjadi 4 berdasarkan jumlah dan warnanya

antara lain: lochea rubra berwarna merah dan hitam

sisa darah yang keluar mulai hari pertama sampai hari

ketiga, lochea sangiolenta berwarna putih bercampur

merah mulai hari ketiga sampai hari ketujuh, lochea

serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai

hari ke empat belas, lochea alba berwarna putih setelah

hari ke empat belas.


11

5) Endometrium dan serviks

Hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, setelah tiga

hari permukaan mulai rata, sehingga tidak ada

pembentukan jaringan parut. Perubahan serviks dimulai

dari kala I dengan perubahan serviks secara progresif

dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Kurangnya makanan berserat selama persalinan dapat

menyebabkan ibu post partum mengalami konstipasi. Faktor

lainnya yang menyebabkan adalah karena rasa takut ibu

ketika buang air besar, jika terdapat luka pada perineum

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Saluran kencing biasanya akan kembali normal dalam

waktu 2 sampai 8 minggu paska melahirkan. Pelvis ginjal

dan ureter yang meregang dan berdilatasi selama proses

kehamilan akan kembali normal pada minggu ke empat.

d. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) Nadi dan Pernafasan

Pada proses persalinan denyut nadi akan mengalami

peningkatan,dapat terjadi bradikardi (50 – 70 kali per

menit) maupun takikardi. Kebutuhan pernafasan pada

ibu partus akan meningkat karena proses mengejan atau

meneran.
12

2) Tekanan Darah

Tekanan darah yang mengalami peningkatan lebih dari

30 mmHg pada Systole dan 15 mmHg pada Dyastole

perlu dicurigai terjadinya pre-eklampsi pada ibu post

partum.Selama beberapa jam paska persalinan, ibu

dapat terjadi hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg)

yang ditandai dengan pusing setelah berdiri.

3) Suhu Tubuh

Paska melahirkan dapat mengalami kenaikan suhu

sekitar 0,5 derajat celcius dari keadaan normal (360C –

37,50C) namun tidak lebih dari 380C. Jika suhu tubuh

tidak kembali normal atau meningkat setelah 12 jam

post partum perlu dicurigai adanya infeksi.

e. Perubahan Sistem Endokrin

Selama periode post partum, terjadi perubahan hormon

yang besar,salah satunya hormon estrogene dan

progesterone akan diproduksi. Perubahan kadar estrogene

dan progesterone yaitu terjadi fluktuasi hormonal dalam

tubuh. Kadar hormone kortisol (hormone pemicu stres)

pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang

mengalami depresi.

f. Perubahan Berat Badan

Peningkatan berat badan pada ibu hamil dapat mencapai 10-

15 kg. Sebagian besar ibu akan kembali ke ukuran badan


13

semula setelah 7-8 minggu paska persalinan, tetapi ada pula

beberapa ibu yang memerlukan waktu lebih lama.

2. Perubahan Psikologis

a. Perubahan Taking In

Merupakan periode terjadi setelah 1 sampai 2 hari dari

persalinan, masa terjadi interaksi dan kontak yang lama

antara ayah, ibu dan bayi.

b. Periode Taking Hold

Merupakan berlangsung pada hari ke 3 sampai hari ke 4

post partum, ibu berusaha bertanggung jawab terhadap

bayinya dengan berusaha untuk menguasai perawatan bayi.

c. Periode Letting Go

Merupakan terjadi setelah ibu pulang ke rumah, pada masa

ibu hamil mengambil tanggung jawab terhadap bayi.

2.1.4 Patofisiologi Post Partum Spontan

Masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna

maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti

keadaan sebelum hamil dan terjadinya perubahan fisikologis serta

perubahan psikologis. Perubahan fisikologis ini terdapat involusi

uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar

akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahan – perubahan alat

genetalia ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Involusi

terjadi perubahan-perubahan penting yakni mengkonsentrasi dan


14

timbulnya laktasi yang terakhir karena pengaruh hormon laktogen

dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-

pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta

lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera

post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk

ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.

Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah

timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi

plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-

5mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan

desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-

sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang

sewaktu kehamilan dan perlu setelah janin lahir berangsur-angsur

kembali seperti semula (Aspiani, 2017).


15

Pathway post partum normal Post Partum / Masa Nifas/ Puerperium

Perubahan Fisiologis
Perubahan Psikologis
Sistem Sistem
Tanda-tanda Sistem endokrin reproduksi Kelahiran bayi
vital Kardiovaskuler
Sistem urinari
Sistem
Sistem
muskuloskeletal
pencernaan
Perubahan dalam
 o
Suhu meningkat ≥ 38 c Bradikardi  Penurunan sensasi  Disuria keluarga
 Takikardi Takikardi ekstremitas bawah  Urinari frekuensi
 TD dalam batas normal Iritabilitas vasomotor  Tromboplebitis
 Respirasi meningkat Diaporesis  Edema. Adaptasi

Gangguan Eliminasi Tidak beradaptasi


Intoleransi Aktifitas Hambatan BAK
Mobilitas Fisik
Risiko Infeksi Kurang
 Involusio Uteri Pengetahuan
 Penurunan produksi hormon
 Involusio daerah implantasi plasenta
esterogen dan progesteron
 Peningkatan produksi  Perubahan cervix
prolaktin  Perubahan vagina
 Kencang pada klitoris dan labia
Nafsu makan meningkat.  Luka perineum
Peningkatan
Penurunan tonus abdomen.  Pengeluaran colostrum
produksi ASI

Risiko Nyeri Akut Kerusakan


Gangguan proses Integritas Kulit Gambar 2.1 Pathway Post Partum Spontan
Konstipasi
laktasi 15
Aspiani, 2017
16

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Post Partum Spontan

Pemeriksaan penunjang menurut Kumalasari I (2015), antara lain:

pemeriksaan urine, Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post

partum (jika Hb <10 g% dibutuhkan suplemen Fe ), Eritrosit,

Leukosit, dan Trombosit.

2.1.6 Tujuan Perawatan Post Partum Spontan

Tujuan perawatan post partum spontan menurut Kumalasari I (2015),

antara lain :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

pada bayi dan perawatan bayi sehat.

4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

2.1.7 Penatalaksanaan Post Partum Spontan

Penatalaksanaanpost partum spontan menurut Aspiani (2017),

setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk

pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan,

perawatan post partum antara lain :

1. Mobilisasi dini.

Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada

fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan

16
17

kemandirian, khususnya dilakukan oleh ibu post partum.

Mobilisasi dini adalah kebijakan agar secepat mungkin

membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Jika tidak ada

kelainan paska persalinan, mobilisasi dini dapat dilakukan sedini

mungkin yaitu 2 jam paska persalinan. Mobilisasi dinidapat

membantu pemulihan dan mempercepat waktu berada di rumah

sakit.

2. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama

sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera

memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih

terjamin.

3. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum antara lain kesadaran penderita, keluhan

yang terjadi setelah persalinan.

4. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu post partum spontan antara lain :

a) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu,

dan pernafasan.

b) Fundus uteri : Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

c) Payudara : putting susu, pembesaran dan pengeluaran ASI.

d) Lochea : Lochea rubra, lochea sangiolenta, lochea serosa,

lochea alba.
18

e) Luka jahitan episiotomi : apakah baik atau terbuka, apakah

ada tanda-tanda infeksi.

2.1.8 Komplikasi Post Partum Spontan

Komplikasi post partum spontan menurut Aspiani, 2017 antara lain :

a. Pembengkakan payudara

b. Mastitis (peradangan pada payudara)

c. Endometritis (peradangan pada endometrium).

d. Post partum blues.

e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,

kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluaran cairan

berbau dari jalan lahir selama persalinan atau sesudah

persalinan.

2.2 Konsep Nyeri

1.2.1 Definisi Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan baik

sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau

aktualnya kerusakan jaringan tubuh (Judha dkk, 2012). Nyeri adalah

suatu mekanisme proteksi bagi tubuh yang timbul ketika jaringan

sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo,2010).

1.2.2 Klasifikasi Nyeri

Menurut lama gejalanya nyeri diklasifikasikan menjadi nyeri

akut, nyeri kronis dan nyeri persalinan. Nyeri akut adalah nyeri yang

terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan


19

memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi dan

berlangsung untuk singkat. Nyeri akut akan berhenti sendirinya dan

akhirnya menghilang tanpa pengobatan setelah keadaan pulih. Nyeri

akut berdurasi kurang dari 6 bulan. Kebanyakan orang mengalami

nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi, terbakar, tertusuk duri, pasca

persalinan. Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi sepanjang waktu

dan berlangsung dalam waktu lama nyeri kronis berdurasi lebih dari

6 bulan (Andarmoyo, 2013). Nyeri persalinan adalah pengalaman

nyeri sensorik dan emosional yang bervariasi dari menyenangkan

sampai tidak menyenangkan, yang dikaitkan dengan persalinan atau

melahirkan (Herdman dkk, 2015).

1.2.3 Penanganan Nyeri

1. Terapi Farmakologi

Obat analgetik untuk nyeri dikelompokkan menjadi tiga yaitu

non-narkotik dan obat anti inflamasi non-steroid (NSAID),

analgetik narkotik atau apoid dan obat tambahan (adjuvan) atau

ko analgesik (Meliala & Suryamiharja, 2007). Obat NSAID

umumnya digunakan untuk mengurangi nyeri ringan dan sedang,

analgesik narkotik umumnya untuk nyeri sedang dan berat (Potter

& Perry, 2006)

2. Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmaklologi atau disebut terapi komplementer

telah terbukti dapat menurunkn nyeri. Ada dua jenis terapi

komlomenter yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri


20

yaitu: Behavioral treatment seperti latihan relaksasi, distraksi,

hipoterapi, latihan biofeedback dan terapi fisik seperti akupuntur.

Transcutaneous Elecric Nerve Stmulation (TENS) (Machfoedz &

Suharjanti, 2010).

1.2.4 Alat ukur nyeri

Persepsi nyeri dapat diukur dengan menggunakan alat ukur

intensitas nyeri. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas

nyeri adalah dengan memakai skala intensitas nyeri. Adapun skala

intensitas nyeri yang dikemukan oleh Potter& Perry (2006) dikutip

dari Solehati & Kosasih (2015) adalah :

1) Skala Analog Visual

Skala ini berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm. Ujung kiri

skala mengidentifikasi tidak ada nyeri dan ujung kanan

menandakan nyeri yang berat. Untuk menilai hasil, sebuah

penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat klien

pada garis tidak ada nyeri, kemudian diukur dan ditulis dalam

ukuran centimeter. Pada skala ini, garis dibuat memanjang tanpa

ada suatu tanda angka, kecuali angka 0 dan angka 10. Skala ini

dapat dipersepsikan sebagai berikut :

0 = tidak ada nyeri

1-2 = nyeri ringan

3-4 = nyeri sedang

5-6 = nyeri berat

7-8 = nyeri sangat berat


21

9-10 = nyeri buruk sampai tidak tertahankan

0 10

Tidak ada nyeri Nyeri berat

Gambar 2.2 Skala Analog Visual (VAS)

Sumber : Elkin, et al., (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)

2) Skala Numerik

Skala ini berbentuk garis horizontal yang menunjukkan angka –

angka dari 0 – 10, yaitu angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri

dan angka 10 menunjukkan nyeri yang paling hebat. Skala ini

merupakan garis panjang berukuran 10 cm, yaitu setiap

panjangnya 1 cm diberi tanda. Skala ini dapat dipakai pada klien

dengan nyeri yang hebat atau klien yang baru mengalami

operasi. Tingkat angka yang ditunjukkan oleh klien dapat

digunakan untuk mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa

nyeri. Menurut Wong (1995) dalam Solehati dan Kosasih

(2015), skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :

0 = tidak ada nyeri

1-3 = sedikit nyeri

3-7 = nyeri sedang

7-9 = nyeri berat

10 = nyeri yang paling hebat


22

Gambar 2.3 Skala Intensitas nyeri Numerik 0-10

Sumber : Elkin, et al., (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015).

3) Skala Faces Pain Rating Scale (FPRS)

FPRS merupakan skala nyeri dengan model gambar kartun

dengan enam tingkatan nyeri dan dilengkapi dengan angka dari

0 sampai dengan 5. Skala ini biasanya digunakan untuk

mengukur skala nyeri pada anak.

Adapun pendeskripsian skala tersebut adalah sebagai berikut :

0 = tidak menyakitkan

1 = sedikit sakit

2 = lebih menyakitkan

3 = lebih menyakitkan lagi

4 = jauh lebih menyakitkan lagi

5 = benar – benar menyakitkan

Gambar 2.4 Skala Skala Faces Pain Rating Scale

Sumber : Elkin, et al., (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015).


23

1.2.5 Nyeri post partum spontan

Nyeri post partum spontan merupakan suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang

pernah mengalaminya. Nyeri yang terjadi pada ibu post partum yang

mengalami ruptur spontan dan dilakukan tindakan episisitomi

maupun tidak dilakukan episiotomi dapat mempengaruhi kondisi ibu

seperti ibu kurang beristirahat, stress dan ibu sukar tidur (Sayiner,

2009). Nyeri post partum spontan pada ibu seringkali dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain usia, paritas, jenis kelamin, budaya,

makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman masa lalu, pola koping,

suport keluarga (Tsamsuri, 2007). Nyeri post partum spontan juga

bisa disebabkan oleh adanya robekan jalan lahir baik secara spontan

ataupun disengaja.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Post Partum Spontan

Menurut Aspiani (2017), konsep asuhan post partum sebagai berikut :

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama pada semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien, untuk memperoleh data dilakukan melalui anamnesis.

Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang

pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan dan anamnesis dapat

dilakukan melalui dua cara antara lain : Autoanamnesis yaitu

Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung, sedangkan

Alloanamnesis yaitu Anamnesis yang dilakukan kepada keluarga


24

pasien untuk memperoleh data tentang klien, hal ini dilakukan pada

keadaan darurat ketika klien tidak memungkinkan lagi untuk

memberikan data yang akurat (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

1. Identitas

Identitas klien dan identitas penanggung jawab meliputi nama,

umur, alamat, pekerjaan, tanggal lahir, suku bangsa, status

perkawinan, pendidikan, ruang rawat, nomor medical record,

diagnosa medis, alasan masuk, keadaan umum, tanda-tanda vital.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan pada klien dengan post partum

adalah nyeri pada daerah perineum atau vagina.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien merasakan nyeri karena trauma akibat proses persalinan,

ASI sudah keluar dan klien dapat memberikan ASI pada bayinya.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang pernah diderita yang ada hubungannya

dengan penyakit sekarang (post partum spontan).

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang pernah diderita menyangkut penyakit

keluarga atau keturunan.

6. Riwayat Obstetri

Riwayat obstetri pada klien dengan post partum sebagai

berikut :
25

a. Keadaan haid, tentang menarche, siklus haid, hari pertama

haid terakhir, jumlah dan warna darah keluar, encer,

menggumpal, lamanya haid, nyeri atau tidak dan berbau.

b. Riwayat kehamilan, berapa kali melakukan antenatal care,

selama kehamilan periksa dimana, ukur tinggi badan dan

berat badan.

c. Riwayat persalinan, jenis persalinan spontan atau sectio

caesaria, penyulit selama persalinan.

7. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Virginia Henderson :

a. Respirasi, frekuensi pernafasan meningkat.

b. Nutrisi

c. Eliminasi, buang air kecil secara spontan sudah dapat

dilakukan dalam 8 jam post partum. Buang air besar terjadi

pada 2-3 hari post partum.

d. Istirahat/ tidur

e. Kebutuhan personal hygiene

f. Gerak dan keseimbangan tubuh, aktivitas berkurang dan tidak

bisa berjalan karena nyeri akibat adanya trauma persalinan.

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan post partum :

a. Keadaan umum, keadaan umum klien biasanya lemah setelah

persalinan.

b. Kesadaran, kesadaran klien biasanya baik (composmentis).

c. Pemeriksaan fisik head to toe


26

1) Kepala dan rambut

Bentuk kepala, kulit kepala, apakah kotor atau

berketombe, rambut apakah tampak lusuh atau kusut,

apakah ada luka/ laserasi.

2) Wajah

Wajah pucat atau tidak, bentuk wajah lonjong atau oral.

3) Mata

Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva

anemis atau tidak, bentuk mata simetris atau tidak.

4) Hidung

Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihan.

5) Telinga

Kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi pendengaran,

kelainan anatomi pada telinga.

6) Mulut, bibir

Bentuk bibir simetris atau tidak, kelembapan, kebersihan

mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya

kelainan bicara.

7) Gigi

Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada

tidaknya peradangan pada gusi atau caries gigi.

8) Leher

Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid dan vena

jugularis.
27

9) Integument kulit

Warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor

kulit, tekstur kulit.

10) Payudara

Payudara membesar, areola mammae warnanya lebih

gelap, papilla mammae menonjol, keluar colostrum ASI.

11) Thorax atau dada

a) Jantung

Inspeksi : seperti tak tampak retraksi dinding

dada

Perkusi : bunyi pekak.

Palpasi : seperti tak ada nyeri tekan, tak teraba

ictus cordis.

Auskultasi : seperti S1, S2 reguler.

b) Paru-paru

Inspeksi : seperti tidak ada jejas

Perkusi : bunyi sonor.

Palpasi :seperti tidak ada nyeri tekan, fokal

fremitus seimbang kanan dan kiri.

Auskultasi : vesikuler

c) Abdomen

Inspeksi : diastasis rektus abdominalis

Auskultasi : fungsi pencernaan untuk mengetahui

bissing usus.
28

Perkusi : kuadran I bunyi redup, kuadran II, III,

IV tympani.

Palpasi : involusi uterus suatu proses dimana

uterus kembali kekondisi sebelum

hamil, fundus uterus, kandung kemih

dan kontraksi.

12) Genetalia

a) Vagina (integritas kulit, edema, hematom)

b) Perineum : utuh/ episiotomi/ ruptur.

Tanda REEDA :

Rednees : seperti tidak ada kemerahan.

Edema : seperti tidak ada pembengkakan

Echimosis : seperti tidak ada kebiruan

Dischargment : seperti tidak ada cairan sekresi yang

keluar.

Approximity : seperti ada jahitan luka

c) Lochea ( jumlah, jenis, konsistensi, bau)

13) Ekstremitas atas dan bawah: seperti tidak ada bengkak,

tidak ada varises.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan Post Partum Spontan

Menurut Hermand, dkk (2015), diagnosa keperawatan adalah

penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan

kesehatan atau proses kehidupan dari seorang individu, keluarga,

kelompok atau komunitas.


29

Menurut Aspiani (2017), diagnosa yang muncul pada klien post

partum spontan adalah :

1. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agen Cidera Fisik

2. Kerusakan Integritas Kulit (00046) berhubungan dengan Faktor

Mekanik (Luka Insisi)

3. Defisiensi Pengetahuan (00126) berhubungan dengan Kurang

Informasi

4. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan dengan

Kelemahan Umum

5. Intoleransi Aktivitas (00092) berhubungan dengan Tirah Baring

6. Resiko Infeksi (00004) berhubungan dengan Prosedur Invasif

2.4.3 Intervensi Keperawatan Post Partum Spontan

Menurut Bullechek, dkk (2015), rencana keperawatan atau

intervensi keperawatan adalah suatu perawatan yang dilakukan

perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk

meningkatkan outcome klien.

Menurut Aspiani (2017), intervensi keperawatan yang muncul pada

kasus post partum spontan sebagai berikut :

1. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agen Cidera Fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan nyeri klien dapat teratasi.


30

Kriteria Hasil (NOC) :

a. Klien mampu mengontrol nyeri (dapat mengetahui

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non

farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).

b. Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala nyeri, intensitas, frekuensi

dan tanda-tanda nyeri).

d. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Tekanan darah :120/80 mmHg

Nadi : 60-100x/menit

Respirasi : 16-24x/menit

Suhu : 36,5oC – 37,5oC

e. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi (NIC) :

a. Monitor tanda-tanda vital sign (6680)

1) Monitor tekanan darah ,nadi, pernafasan dan suhu

b. Manajement Nyeri (1400)

1) Lakukan pengkajian skala nyeri komprehensif

2) Berikan posisi yang nyaman (setengah duduk atau

telentang)

3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan

penerimaan klien terhadap nyeri.


31

4) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya:

teknik relaksasi nafas dalam, terapi musik, bimbingan

antisipatif, akupressur, pijatan atau massase) dan teknik

farmakologis (dengan menggunakan terapi pemberian

obat analgesik dari dokter).

c. Pemberian Analgesik (2210)

1) Tentukan lokasi karakteristik, kualitas dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat.

2) Kolaborasi pemberian terapi obat analgesik sesuai

dengan indikasi dokter.

2. Kerusakan Integritas Kulit (00046) berhubungan dengan Faktor

Mekanik (luka insisi/luka jahitan)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan kerusakan integritas kulit pada ibu post partum

spontan dapat teratasi

Kriteria Hasil (NOC) :

a. Temperatur jaringan dalam rentang yang diharapkan

b. Elastisitas dalam rentang yang diharapkan

c. Hidrasi dalam rentang yang diharapkan

d. Pigmentasi dalam rentang yang diharapkan

e. Warna luka dalam rentang yang diharapkan

f. Tektur dalam rentang diharapkan

g. Luka bebas dari lesi

h. Kulit utuh
32

Intervensi (NIC) :

a. Perawatan Luka (3660)

1) Angkat balutan dan plester perekat atau angkat

pembalut

2) Monitor karakteristik luka termasuk drainase, warna,

ukuran, dan bau

3) Ukur luas luka yang sesuai

4) Bersihkan luka dengan air bersih dengan tepat

5) Berika perawatan luka insisi pada luka yang diperlukan

6) Berikan perawatan ulkus pada kulit yang diperlukan

7) Oleskan salep yang sesuai dengan kulit yang

diperlukan

8) Ganti pembalut yang bersih atau steril

9) Anjurkan klien dan keluarga untuk mengenal tanda dan

gejala infeksi

10) Dokumentasi lokasi luka dan ukuran luka

b. Perawatan Perineum (1750)

1) Inspeksi kondisi insisi atau robekan (misalnya

episiotomi, laserasi atau sirkumsisi)

2) Membantu klien membersihkan perineum

3) Jaga area perineum tetap kering

4) Bersihkan area perineum secara teratur

5) Menganjurkan klien untuk mengganti pembalut yang

sesuai untuk menyerap cairan


33

6) Memberikan posisi yang nyaman

7) Memberikan obat antibiotik dengan tepat

c. Perawatan Post Partum (6930)

1) Pantau tanda-tanda vital sign

2) Monitor lokhea terkait dengan warna, jumlah, bau

,adanya gumpalan

3) Pantau perineum atau luka insisi dan jaringan

sekitarnya yaitu memantau adanya kemerahan, edema,

echimosis, cairan nanah, dan perkiraan tepi luka)

4) Ajarkan klien perawatan perineum untuk mencegah

infeksi dan mengurangi ketidaknyamanan.

5) Kolaborasi obat antibiotik dengan dokter

3. Defisiensi Pengetahuan (00126) berhubungan dengan Kurang

Informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan defisiensi pengetahuan klien dapat meningkat

atau bertambah.

Kriteria Hasil (NOC) :

a. Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar.

b. Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat.
34

Intervensi (NIC) :

a. Pendidikan Kesehatan : Tindakan Pemberian ASI (5510)

1) Identifikasi tingkatkan pengetahuan pasien

2) Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat

pemahaman klien mengenai ASI eksklusif

3) Anjuran klien untuk bertanya dan diskusi

4) Kolaborasi dengan anggota keluarga untuk selalu

mengingatkan klien agar selalu menerapkan informasi

yang sudah didapat.

b. Pendidikan Orang Tua : Bayi (5568)

1) Tentukan pengetahuan, kesiapan, dan kemampuan

orang tua dalam belajar mengenai perawatan bayi.

2) Ajarkan orang tua keterampilan dalam merawat bayi

yang baru lahir.

4. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan dengan

Kelemahan Umum

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam hambatan mobilitas fisik klien dapat teratasi.

Kriteria Hasil (NOC) :

a. Klien ada peningkatan aktifitas fisik.

b. Klien mampu melakukan aktifitasnya secara mandiri.

c. Klien tampak lebih rileks

d. Klien tampak lebih nyaman


35

Intervensi (NIC) :

a. Manajement Energi (0180)

1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan beraktifitas

mobilisasi.

b. Terapi Latihan : Ambulasi (0221)

1) Beri terapi ambulasi tukar posisi pada klien

2) Bantu posisi untuk berdiri, berjalan, ambulasi dengan

jarak tertentu dan dibantu dengan keluarga atau

perawat.

3) Kolaborasi pemberian terapi obat dengan dokter

5. Intoleransi Aktivitas (00092) berhubungan dengan Tirah Baring

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24

jam diharapkan klien dapat beraktivitas secara mandiri.

Kriteria hasil (NOC) :

a. Klien mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara

mandiri

b. Klien tidak kesulitan melakukan aktivitas.

c. Klien tampak lebih rileks

d. Klien tampak lebih nyaman

Intervensi (NIC) :

a. Terapi Aktivitas (4310)

1) Monitor tanda – tanda vital

2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan
36

3) Berikan aktivitas untuk meningkatkan aktivitas klien.

4) Kolaborasi dengan tim medis.

b. Terapi Latihan : Ambulasi (0221)

1) Beri terapi ambulasi tukar posisi pada klien

2) Bantu posisi untuk berdiri, berjalan, ambulasi dengan

jarak tertentu dan dengan sejumlah staf tertentu.

3) Bantu klien untuk perpindahan sesuai kebutuhan.

4) Kolaborasi pemberian terapi obat dengan dokter.

6. Resiko Infeksi (00004) berhubungan dengan Prosedur Invasif

Tujuan (NOC) : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam resiko infeksi pada klien dapat teratasi

Kriteria Hasil (NOC) :

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi REEDA

c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya

infeksi.

d. Jumlah leukosit dalam batas normal.

e. Menunjukkan perilaku hidup sehat.

Intervensi (NIC) :

a. Kontrol Infeksi (6540)

1) Kaji tanda dan gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh,

kemerahan, panas, bengkak, berbau busuk, vulva

udema).
37

2) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

(misalnya : usia lanjut, status imun menurun dan

malnutrisi)

3) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

4) Monitor sel darah putih (leukosit).

b. Perawatan Perineum (1750)

1) Inspeksi kondisi insisi atau robekan perineum

2) Bersihkan lingkungan secara tepat.

3) Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan.

5) Gunakan sabun untuk cuci tangan dan gunakan sarung

tangan steril.

6) Bantu klien membersihkan vulva dan perineum.

7) Menganjurkan klien untuk mengganti pembalut yang

sesuai untuk menyerap cairan

8) Menganjurkan klien atau keluarga untuk menjaga

personal hygiene dan melindungi tubuh terhadap infeksi.

9) Kolaborasi pemberian terapi obat antibiotik dari dokter.

2.4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi

dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana

strategi untuk membantu mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

sebab itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.


38

Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping

(Efendi & makhfudli, 2009).

2.4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis

keperawatan, rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil

dicapai. Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan

hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil

keputusan. Proses evaluasi terdiri atas dua tahap yaitu mengukur

pencapaian tujuan klien yang baik kognitif, afektif, psikomotor dan

perubahan fungsi tubuh serta gejalanya serta membandingkan data

yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Efendi &

Makhfudli, 2009).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian (Dharma, 2013). Studi kasus ini adalah studi untuk

mengeskplorasi masalah Asuhan Keperawatan pada Ny. J dan Ny. D dengan

kasus Post Partum Spontan dengan Nyeri Akut di Ruang Flamboyan Rumah

Sakit Umum DaerahUngaran.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah atau disebut dengan definisi operasional adalah

pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang menjadikan fokus

dalam penelitan. Fokus penelitian yaitu melakukan penelitian terhadap

keseluruhan yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu

menentukan fokus atau inti yang perlu diteliti. Fokus penelitian perlu

dilakukan kerena mengingat adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan

waktu serta supaya hasil penelitian terfokus (Sukmadinata, 2010).

Asuhan keperawatan post partum adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pada klien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan

kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati

keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). Asuhan post partum adalah masa

kritis baik ibu maupun bayi, dimana petugas harus memantau ibu setiap 15

39
40

menit pada jam pertama setalah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada

jam kedua setelah persalinan (Nanny, 2011).

Studi kasus ini menjabarkan mengenai konsep ibu bersalin dengan

post partum spontan beserta asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian

sampai dengan evaluasi keperawatan.

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan objek yang ditentukan melalui suatu kriteria

tertentu yang akan dikategorikan kedalam objek tersebut bisa termasuk

orang, dokumen atau catatan yang dipandang sebagai objek penelitian

(Sugiyono, 2012). Subyek yang digunakan dalam asuhan keperawatan yaitu

Asuhan Keperawatan pada Ny.J dan Ny.D Post Partum Spontan dengan

Nyeri Akut di Ruang Flamboyan RSUD Ungaran.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan rencana tentang tempat atau lokasi

yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan

penelitiannya (Hidayat, 2014). Lokasi penelitian ini berada

diRuang Flamboyan RSUD Ungaran Semarang.

3.4.2 Waktu Penelitian

Suatu penelitian memerlukan waktu yang lebih lama dari yang

telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti

terutama peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang

diperlukan (Nursalam, 2013). Waktu pengambilan kasus asuhan

keperawatan klien 1 (Ny. J) pada tanggal 27 Mei 2017 sampai 29


41

Mei 2017 dan klien 2 (Ny. D) pengambilan kasus asuhan

keperawatan pada tanggal 31 Mei 2017 sampai 01 Juni 2017.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk

mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. Sebelum

melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data

agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2014). Metode

pengumpulan data yang digunakan dibagi menjadi tiga metode yaitu:

3.5.1 Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga

memberikan hasil secara langsung. Jenis wawancara yang sering

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, diantaranya

wawancara mendalam (in depth interview) dan wawancara terarah

(guided interview). Wawancara mendalam yaitu dilakukan oleh

peneliti untuk terlibat secara langsung dengan kehidupan responden

bertanya secara langsung tanpa suatu pedoman sehingga peneliti

lebih bebas dan mendalam untuk pengumpulan data. Wawancara

terarah yaitu dilakukan oleh peneliti secara terarah dengan mengikuti

pedoman wawancara, sehingga peneliti tidak secara bebas untuk

menggali informasi dari responden (Hidayat, 2014). Penelitian ini

penulis melakukan wawancara terhadap pasien ataupun keluarga,

ataupun perawat lainnya, dan hasil wawancara berisi tentang

identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat


42

penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat imunisasi

pasien, riwayat alergi, riwayat gizi, kondisi lingkungan klien dan

pola kebiasaan klien.

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

1. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

menggandakan pengamatan secara langsung kepada responden

penilaian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan

diteliti. Dalam metode observasi, instrumen yang dapat

digunakan antara lain lembar observasi, panduan pengamatan

(observasi) (Hidayat, 2014).

2. Pemeriksaan Fisikpada ibu post partum

Menurut Kumalasari (2015), pemeriksaan fisik pada klien

post partum spontan meliputi :

a. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan,

dan suhu

b. Inspeksi

Pemeriksaan fisik pada ibu post partum yaitu dilakukan

dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan

penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data. Fokus

inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, nanah, dan

karakteristik episiotomi. Inspeksi karakteristik lokhea yakni

warna, jumlah, bau. Inspeksi kaki apakah ada edema.

Isnpeksi payudara apakah ada area kemerahan. Inspeksi


43

putting susu apakah menonjol atau masuk kedalam.

Memeriksa luka jahitan episiotomi, kebersihan daerah

perineum, pengeluaran lochea (warna dan bau), memeriksa

anus (hemoroid dan perdarahan). Perineum diobsevasi tiap

8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan

apakah ada jahitannya yang lepas, vulva dilihat apakah ada

edema atau tidak, payudara dilihat kondisi areola,

konsistensi dan colostrum

c. Palpasi

Palpasi uterus lembek atau keras, lokasi dan nyeri

tekan. Palpasi apakah ada nyeri tekan, hangat, benjolan dan

nyeri pada kaki. Palpasi payudara untuk memeriksa apakah

ASI sudah keluar, apakah ada nyeri tekan dan benjolan pada

payudara. Palpasi dilakukan dengan menggunakan tekanan

maupun perabaan, fokus palpasi pada pemeriksaan genetalia

perineum apakah ada cairan bernanah atau pus saat

dilakukan vulva hygiene.

3.5.3 Studi dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan, dengan cara

mengambil dan berasal dari dokumentasi asli (Hidayat, 2014).

Dokumen asli tersebut dapat berupa asuhan keperawatan, jurnal

tindakan keperawatan, gambar tabel, daftar periksa.


44

3.6 Uji Keabsahan Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah melakukan uji keabsahan data. Kegiatan keabsahan data

dilakukan untuk melihat kebenaran data yang telah dikumpulkan dan agar

hasil-hasil data dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi (Sugiyono,

2012). Uji keabsahan data dilakukan dengan :

3.6.1 Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

Peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan

merupakan data yang sudah benar atau tidak. Apabila data yang

diperoleh setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber

lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi

yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti

kebenarannya.

3.6.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu klien, perawat expert dan referensi buku

yang berkaitan dengan masalah post partum spontan yang sedang

diteliti atau dikelola. Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

3.7 Analisa Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana


45

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012).

Langkah-langkah dalam analisis data sebagai berikut :

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian

dengan melakukan observasi wawancara dan dokumentasi dengan

menentukan stategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan

untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada proses

pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2013). Data dikumpulkan

dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis

dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

transkip (catatan terstruktur).

3.7.2 Mereduksi Data

Mereduksi data adalah data hasil wawancara yang terkumpul

dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip

dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif dan

dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan nilai normal (Sugiyono, 2013). Data hasil wawancara

yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan di jadikan satu dalam

bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan

obyektif kemudian dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaaan

diagnostik dan dibandingkan dengan nilai normal.


46

3.7.3 Penyajian Data

Penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan dengan teks yang

bersifat naratif (Sugiyono 2013). Penyajian data dapat dilakukan

dengan table, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan klien

dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

3.7.4 Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada atau berupa

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dilakukan dari data yang

disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-

hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Data yang dikumpulkan terkait dengan data-data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi

(Sugiyono, 2013).
BAB IV

HASIL

4.1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran

khususnya di Ruang Flamboyan. Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran

adalah Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah daerah Kabupaten

Semarang, yang mempunyai tugas melaksanakan upaya pelayanan kesehatan

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan

upaya peningkatan kesehatan pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.

RSUD Ungaran berada di wilayah Kabupaten Semarang yang terletak

dikota Ungaran ( Ibu Kota Semarang ) luas tanah serta bangunan RSUD

Ungaran adalah 9.555 m2 / 8.204 m2, RSUD Ungaran mempunyai kapasitas

187 tempat tidur, dari data tahun 2016 diketahui Bed Occupancy Rate (BOR)

rata-rata 72,5%, Lenght of Stay (LOS) rata-rata 4,5 hari, Turn Over Internal

(TOI) 0,5 hari dan Bed Turn Over (BTO) 67,3 kali.

RSUD Ungaran ada beberapa ruangan yaitu Ruang Anggrek totalnya ada

5 ruang, Ruang Dahlia 38, Ruang Melati 36, Ruang Cempaka 30, Ruang

Mawar 31, Ruang Perinatal 8, Ruang One Day Care 4, ICU 4, Ruang

Flamboyan 20, dan semua totalnya ruangan di RSUD Ungaran 176 ruangan.

47
48

4.2. Pengkajian

4.2.1. Tabel Identitas Klien

Identitas Klien Klien 1 (Ny. J) Klien 2 (Ny. D)


Tanggal pengkajian 27.05.2017 31.05.2017
Tanggal masuk RS 27.05.2017 31.05.2017
Nama Ny. J Ny. D
Rekesan Rt 02/04, Beji Krajan Rt 04/04,
Alamat Ungaran Timur Ungaran Timur
Umur 35 tahun 41 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SLTP SLTP
Pekerjaan Swasta Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa Jawa Jawa
Diagnosa Medis Post Partum Spontan Post Partum Spontan
No. Rekam Medik 570692 228814
Dokter dr. A dr. A

4.2.2. Tabel Identitas Penanggung Jawab

Identitas Klien 1 (Ny. J) Klien 2 (Ny. D)


Nama Tn. N Tn. S
Alamat Rekesan Rt 02/04, Beji Krajan Rt 04/04,
Ungaran Timur Ungaran Timur
Umur 39 tahun 44 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SLTA SLTP
Hubungan dengan klien Suami Suami
49

4.2.3. Tabel Riwayat Kesehatan

Riwayat Klien 1 Klien 2


Ny.J mengatakan nyeri pada Ny.D mengatakan nyeri daerah
Keluhan utama luka jahitan dijalan lahir jalan lahir (perineum) setelah
(perineum) setelah melahirkan melahirkan.
Ny. J mengatakan riwayat Ny. D mengatakan riwayat
obstetri dengan G2 P1 A0 obstetri dengan G4 P3 A0 dengan
dengan kelahiran normal kelahiran normal kehamilan 38
kehamilan 36 minggu. minggu.
Klien datang dari IGD klien Klien datang dari IGD klien
mengatakan pada hari Sabtu, mengatakan pada hari Rabu, 31
27 Mei 2017 pukul 03.00 WIB Juni 2017 pukul 01.55 WIB ke
ke ruang VK untuk dilakukan ruang VK untuk dilakukan
pemantauan observasi dan pemantauan observasi dan
tindakan lebih lanjut. Klien tindakan lebih lanjut. Klien
mengatakan bayi lahir pukul mengatakan bayi lahir pukul
05.25 WIB dengan persalinan 03.45 WIB dengan persalinan
normal, bayi berjenis normal, bayi berjenis
perempuan, berat badan bayi perempuan, berat badan bayi
Riwayat 3.400 gram, panjang badan 2.900 gram, panjang badan bayi
kesehatan bayi 39 cm, klien terpasang 38 cm, klien terpasang infus RL
sekarang infus RL 20 Tpm, setelah 20 Tpm, setelah kondisi klien
kondisi klien sudah baik, sudah baik, setelah melahirkan
setelah melahirkan klien klien dipindahkan ke ruang
dipindahkan ke ruang nifas nifas atau ruang Flamboyan.
atau ruang Flamboyan. Klien Klien mengatakan di area jalan
mengatakan nyeri luka jahitan lahir terasa nyeri dan panas
di area jalan lahir setelah setelah melahirkan ketika
melahirkan ketika bergerak bergerak atau duduk, nyeri
atau duduk, nyeri seperti seperti tertusuk-tusuk, nyeri
tertusuk-tusuk, nyeri dibagian dibagian perineum setelah
luka jahitan jalan lahir melahirkan, tingkat skala nyeri
(perineum) panjangnya ± 1 5 dan nyeri hilang timbul.
cm, tingkat skala nyeri 5 dan
nyeri hilang timbul.

Ny. J mengatakan menarche Ny. D mengatakan menarche


pada usia 14 tahun dengan pada usia 11 tahun dengan
siklus teratur, lama menstruasi siklus teratur, lama menstruasi
3-7 hari, tidak ada masalah 3-7 hari, tidak ada masalah
Riwayat
menstruasi, dalam sehari klien menstruasi, dalam sehari klien
menstruasi
mengganti pembalut 4x, nyeri hanya mengganti pembalut 3x,
haid hebat kadang muncul nyeri haid hebat kadang muncul
pada hari pertama. pada hari pertama.

Riwayat
Ny. J menggunakan pil KB Ny. D menggunakan pil KB
kontrasepsi
Ny.J mengatakan sebelumnya Ny. D mengatakan sebelumnya
Riwayat
sudah dirawat dirumah sakit sudah dirawat dirumah sakit
penyakit dahulu
dengan melahirkan anak dengan melahirkan anak
50

pertamanya dengan kelahiran pertama, kedua dan ketiga di


normal hidup dan sehat. rumah sakit dengan kelahiran
normal hidup dan sehat semua.
Ny. J mengatakan dalam Ny. D mengatakan dalam
Riwayat
keluarga tidak ada penyakit keluarga tidak ada penyakit
kesehatan
keturunan seperti jantung, keturunan seperti jantung, paru,
keluarga
paru, DM, atau Hipertensi. DM, atau Hipertensi.
Genogram
Ket :

4.2.4. Tabel Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu

Riwayat Klien 1 Klien 2

Status Obstetri G2 P1 A0 G4 P3 A0

Ny.J mengatakan reaksi suami Ny. D mengatakan reaksi


Adaptasi
dan keluarga terhadap suami dan keluarga terhadap
kehamilan
kelahiran bayi sangat baik. kelahiran bayi sangat baik.
Riwayat Ny. J mengatakan memiliki 2 Ny. D mengatakan memiliki
persalinan anak. 4 anak.
Perempuan, persalinan Laki-laki, persalinan
Anak 1 spontan, ditolong oleh bidan spontan, ditolong oleh bidan
dan masih hidup. dan masih hidup.
Perempuan, persalinan Perempuan, persalinan
Anak 2 spontan, ditolong oleh bidan spontan, ditolong oleh bidan
dan masih hidup. dan masih hidup.
perempuan, persalinan
Anak 3 - spontan, ditolong oleh bidan
dan masih hidup.
Anak 4 Perempuan, persalinan
spontan, ditolong oleh bidan
- dan masih hidup.

Kebutuhan dasar manusia

Pola persepsi Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


dan Ny.J mengatakan kesehatan Ny.D mengatakan kesehatan
pemeliharaan itu penting. itu penting.
kesehatan
51

Selama dirawat: Selama dirawat:


Ny.J mengatakan harus benar- Ny.D mengatakan harus
benar memperhatikan benar-benar memperhatikan
kesehatan dan ingin lekas kesehatan dan ingin lekas
sembuh dan pulang kerumah. sembuh dan pulang
kerumah.
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Antropometri : 60 Kg, TB : Antropometri : 58 Kg, TB :
160 cm ,IMT : 23,43 kg/m2 157 cm, IMT : 23,57 kg/m2
Biochemical : - Biochemical : -
Clinical : belum diketahui Clinical : mukosa bibir
Dietary : makan 3x sehari lembab, turgor kulit tidak
dengan nasi, sayur, lauk, air elastis, konjungtiva tidak
putih, susu, 1 porsi habis, anemis.
tidak ada keluhan. Dietary : makan 3x sehari
dengan nasi, sayur, lauk, air
Selama dirawat: putih, susu, 1 porsi habis,
Pola nutrisi Antropometri : 57 Kg, TB : tidak ada keluhan
dan metabolik 160 cm, IMT : 22,56 kg/m2
Biochemical : - Selama dirawat:
Clinical : mukosa bibir Antropometri : 50 Kg, TB :
lembab, turgor kulit tidak 157 cm, IMT : 20,32 kg/m2
elastis, konjungtiva tidak Biochemical : -
anemis. Clinical : mukosa bibir
Dietary : makan 3x sehari lembab, turgor kulit tidak
dengan nasi, sayur, lauk, air elastis, konjungtiva tidak
putih, susu, ½ porsi habis, anemis.
tidak ada keluhan. Dietary : makan 3x sehari
dengan nasi, sayur, lauk, air
putih, susu, 1 porsi habis,
tidak ada keluhan.

Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


Ny.J belum BAB, tidak ada Ny.D belum BAB, tidak ada
keluhan. keluhan.

Ny.J BAK 5x sehari, cair, Ny.D BAK 5x sehari, cair,


kuning bening, tidak ada kuning bening, tidak ada
keluhan keluhan

Selama dirawat: Selama dirawat:


Ny.J belum BAB setelah Ny. Dsudah BAB 1x setelah
Pola eliminasi
melahirkan klien merasa takut melahirkan
untuk mengejan saat BAB
karena ada bekas luka jahitan Ny.D BAK 4x sehari, tidak
diperineum, tidak ada keluhan. menggunakan kateter urine,
cair, kuning pekat, tidak ada
Ny.J BAK 4x sehari, tidak keluhan.
menggunakan kateter urine,
cair, kuning pekat, tidak ada
keluhan.

Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


Pola aktifitas Ny. J mampu melakukan Ny. D mampu melakukan
semua kemampuan diri secara semua kemampuan diri
dan latihan
mandiri. secara mandiri.
52

Selama dirawat: Selama dirawat:


Ny. J melakukan aktifitas Ny. D melakukan aktifitas
secara : secara :
Mandiri : berpakaian, makan Mandiri : berpakaian, makan
dan minum, mandi. dan minum, mandi.
Dibantu orang lain : mobilitas Dibantu orang lain :
diatas tempat tidur, berpindah. mobilitas diatas tempat tidur,
berpindah.

Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


Ny.J tidur siang selama 2-4 Ny.D tidur siang selama 2-3
jam, tidur malam 8-9 jam, jam, tidur malam 7-8 jam,
tidak menggunakan pengantar tidak menggunakan
tidur, tidak ada keluhan. pengantar tidur, tidak ada
Pola istirahat keluhan.
Selama dirawat:
tidur
Ny.J tidur siang selama 3-4 Selama dirawat:
jam, tidur malam 8-9 jam, Ny.D tidur siang selama 2-3
tidak menggunakan pengantar jam, tidur malam 8-9
tidur, tidak ada keluhan saat jam,tidak menggunakan
tidur. pengantar tidur, tidak ada
keluhan saat tidur.

Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


Ny. J mengatakan tidak ada Ny. D mengatakan tidak ada
gangguan dengan panca indra gangguan dengan panca
dan sensasi nyeri. indra dan sensasi nyeri.
Pola kognitif
perseptual Selama dirawat: Selama dirawat:
Ny. J mengatakan nyeri Ny. D mengatakan nyeri
bertambah ketika bergerak, bertambah ketika bergerak,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri seperti tertusuk-tusuk,
nyeri dibagian luka jahitan nyeri dibagian perineum,
jalan lahir (perineum), skala skala nyeri 5 dan nyeri
nyeri 5 dan nyeri hilang hilang timbul.
timbul.

Citra diri: Citra diri:


Ny. J mengatakan sangat Ny. D mengatakan sangat
menyukai semua anggota menyukai semua anggota
tubuhnya tubuhnya.

Identitas diri: Identitas diri:


Ny. J mengatakan dirinya Ny. D mengatakan dirinya
adalah seorang perempuan adalah seorang perempuan
Pola persepsi
yang sudah berkeluarga. yang sudah berkeluarga.
diri atau
konsep diri
Peran diri: Peran diri:
Ny. J mengatakan dirinya Ny. D mengatakan dirinya
adalah seorang ibu bagi adalah seorang ibu bagi
anaknya dan istri bagi anaknya dan istri bagi
suaminya. suaminya.

Ideal diri: Ideal diri:


Ny. J mengatakan sudah Ny. D mengatakan akan
sangat ideal karena sekarang sangat ideal karena melihat
sudah melahirkan anak anaknya sukses dan sekarang
keduanya. melahirkan anak keempat.
53

Harga diri: Harga diri:


Ny. J mengatakan semua Ny. D mengatakan semua
keluarga dan tetangga sangat keluarga dan tetangga sangat
menghargainya. menghargainya.

Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


Ny. J mengatakan dirinya Ny. D mengatakan dirinya
adalah ibu beranak 1. adalah seorang ibu beranak
3.
Selama dirawat:
Pola seksual Ny. J mengatakan dirinya Selama dirawat:
dan reproduksi adalah ibu beranak 2, klien Ny. D mengatakan dirinya
mengatakan sudah pernah KB adalah ibu beranak 4, klien
dengan menggunakan pil KB mengatakan sudah pernah
KB dengan menggunakan pil
KB

Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


Ny. J mengatakan ketika Ny. D mengatakan ketika
muncul masalah dalam muncul masalah dalam
keluarga selalu diselesaikan keluarga selalu diselesaikan
dengan musyawarah. dengan musyawarah.
Pola
managemen Selama dirawat: Selama dirawat:
koping Ny. J mengatakan ketika Ny. D mengatakan ketika
muncul masalah dalam muncul masalah dalam
keluarga masih selalu keluarga sang suami yang
diselesaikan dengan selalu mengambil keputusan.
musyawarah.

Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:


Ny. J mengatakan beragama Ny. D mengatakan beragama
islam dan selalu beribadah. islam dan rajin beribadah.
Pola nilai dan
Selama dirawat: Selama dirawat:
keyakinan
Ny. J mengatakan beragama Ny. D mengatakan
islam dan masih selalu beragama islam dan masih
beribadah. selalu beribadah.

a. Perubahan psikososial a. Perubahan psikososial


ibu: ibu:
Ny. J merasa bahagia Ny. D merasa
dan bangga pada bayi bahagia dan bangga pada
yang baru dilahirkan bayi yang baru
dengan berat badan bayi dilahirkan dengan berat
3.400 gram dan panjang badan bayi 2.900 gram
badan bayi 39 cm bayi dan panjang badan bayi
Pola sehat dan normal. 38 cm bayi sehat dan
perubahan Perineum klien tidak utuh normal. Perineum klien
psikologis ada luka jahitan utuh tidak ada luka
diperineum setelah jahitan diperineum tetapi
melahirkan masih terasa bagian perineum klien
nyeri, ASI klien sudah tampak kemerahan dan
lancar dan colostrums lecet setelah melahirkan
sudah keluar dengan masih terasa nyeri, ASI
lancar, papilla menonjol, klien sudah lancar dan
aerolanya menghitam. colostrums sudah keluar
dengan lancar, papilla
54

b. Bouding Attachmen menonjol, aerolanya


Ny. J masih terasa lemas menghitam.
dan merasakan nyeri pada
luka jahitan perineum, b. Bouding Attachmen
namun klien merasa lega Ny. D masih terasa
setelah selesai persalinan. lemas dan merasakan
Ny. J terlihat bahagia nyeri setelah melahirkan
karena bayinya lahir dibagian perineum,
dengan selamat ,sehat dan namun klien merasa lega
tidak ada kecacatan, setelah selesai
bayinya berjenis kelamin persalinan. Ny. D
perempuan, berat badan terlihat bahagia karena
bayi 3.400 gram, dan bayinya lahir dengan
panjang badan bayi 39 selamat ,sehat dan tidak
cm. Ada peningkatan ada kecacatan, bayinya
hubungan kasih sayang berjenis kelamin
dengan keterikatan batin perempuan, berat badan
antara ayah, ibu dan bayi, bayi 2.900 gram, dan
saling berinteraksi terus panjang badan bayi 38
menerus antara ayah, ibu cm. Ada peningkatan
dan bayi yang saling hubungan kasih sayang
mencintai dan saling dengan keterikatan batin
membutuhkan kasih antara ayah, ibu dan
sayang. bayi, saling berinteraksi
terus menerus antara
c. Adaptasi perubahan ayah, ibu dan bayi yang
psikologis peran ibu : saling mencintai dan
Perubahan psikologis saling membutuhkan
yang terjadi pada Ny. J kasih sayang.
yaitu periode taking hold
karena Ny. J rasa c. Adaptasi perubahan
tanggung jawabnya psikologis peran ibu :
bertambah dalam merawat Perubahan psikologis
bayinya dan berusaha yang terjadi pada Ny. D
menguasai perawatan yaitu periode taking hold
bayi. karena Ny. D rasa
tanggung jawabnya
bertambah dalam
merawat bayinya dan
berusaha menguasai
perawatan bayi.

4.2.5. Tabel Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Klien 1 Klien 2


Keadaan umum Baik Baik

Tingkat
E4 V5 M6 , Composmentis E4 V5 M6 , Composmentis
Kesadaran
TD:120/90 mmHg TD:120/80 mmHg
N : 85 kali/menit N : 88 kali/menit
TTV
RR : 24 kali/menit RR : 24 kali/menit
S : 37,30C S : 36,8OC
55

4.2.6. Tabel Pemeriksaan Head To Toe

Head To Toe Klien 1 (Ny. J) Klien 2 (Ny. D)


Mesoshepal, kulit kepala Mesoshepal, kulit kepala
Kepala bersih, tidak ada bekas luka di bersih, tidak ada bekas luka di
kepala kepala
Tidak pucat, ekspresi wajah Tidak pucat, ekspresi wajah
Muka meringis kesakitan atau meringis kesakitan atau
menahan nyeri menahan nyeri
Tidak udema, konjungtiva Tidak udema, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak tidak anemis, sclera tidak
Mata
ikterik, penglihatan normal ikterik, penglihatan normal
tidak kabur tidak kabur
Hidung simetris, tidak ada Hidung simetris, tidak ada
Hidung
polip, bersih. polip, bersih.
Gigi Tidak ada caries. Ada caries.

Lidah Bersih. Bersih.


Simetris, bersih, mukosa bibir Simetris, bersih, mukosa bibir
Bibir
lembab lembab.
Simetris, bersih, tidak ada Simetris, bersih, tidak ada
Telinga serumen, tidak ada gangguan serumen, tidak ada gangguan
pendengaran pendengaran
Dada
Bagian payudara simetris Bagian payudara simetris
antara kanan kiri, papillanya antara kanan kiri, papillanya
menonjol, aerolanya menonjol, aerolanya
Payudara menghitam, ASI sudah keluar menghitam, ASI sudah keluar
dengan lancar, tidak dengan lancar, tidak
merasakan nyeri, colustrums merasakan nyeri, colustrums
sudah keluar. sudah keluar.
Jantung
Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis tidak tampak,
Inspeksi
tidak ada jejas atau lesi. tidak ada jejas atau lesi.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS 5 Ictus cordis teraba di ICS 5

Perkusi Sonor. Sonor.


Tidak ada suara tambahan, Tidak ada suara tambahan,
Auskultasi
suara jantung lup dup suara jantung lup dup
Paru-paru
Paru-paru tampak Paru-paru tampak
Inspeksi pengembangan dada kanan pengembangan dada kanan
kiri simetris, tidak ada jejas, kiri simetris, tidak ada jejas,
Vocal fremitus kanan kiri Vocal fremitus kanan kiri
Palpasi
simetris, tidak ada nyeri tekan simetris, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Sonor Sonor
Vesikuler atau tidak ada suara Vesikuler atau tidak ada suara
tambahan tambahan
Auskultasi
56

Abdomen

Inspeksi Tidak ada luka pada abdomen Tidak ada luka pada abdomen

Auskultasi Bising usus 12 kali/menit Bising usus 13 kali/menit


Kuadran I redup, kuadran II, Kuadran I redup, kuadran II,
Perkusi
III, IV Thympani III, IV Thympani
Involusi uterus : uterus 3 jari Involusi uterus : uterus 3 jari
diatas pusat diatas pusat
Fundus uterus : 3 jari diatas Fundus uterus : 3 jari diatas
pusat pusat
Palpasi Kontraksi : kuat Kontraksi : kuat
Posisi : antefleksi (condong Posisi : antefleksi (condong
kedepan) kedepan)
Kandung kemih : kosong Kandung kemih : kosong

Genetalia Tidak terpasang kateter Tidak terpasang kateter


Tidak terdapat luka jahitan
Ada luka jahitan tampak
setelah persalinan tetapi
kemerahan diperineum setelah
daerah jalan lahir tampak
melahirkan, tidak ada edema
1) Vagina kemerahan dan lecet, tidak ada
dan tidak ada hematom.
edema dan tidak ada
hematom.

Perineum: tidak utuh, Perineum : utuh, karena


terdapat luka jahitan ±1cm daerah jalan lahir tidak terjadi
karena terdapat robekan robekan dan tidak dijahit
setelah melahirkan dan ,bagian perineum Ny.D
tampak kemerahan , Ny. J tampak kemerahan dan lecet
mengatakan luka jahitan klien mengatakan masih terasa
perineum masih terasa perih. nyeri dan panas.

R (Red) : luka jahitan tampak R (Red) : daerah perineum


kemerahan dan terdapat luka tampak kemerahan dan lecet
jahitan. E (Edema) : tidak terjadi
E (Edema) : luka jahitan edema/bengkak
tidak terjadi edema/bengkak E (Echimosis) : tidak terjadi
2) Perineum E (Echimosis) : luka jahitan kebiruan pada luka perineum
tidak terjadi kebiruan D (Discharge) : keluar darah
D (Discharge) : keluar darah warna merah sedikit ada
warna merah sedikit ada gumpalan darah ± 150cc
gumpalan darah ± 150cc A (Approximate) : tidak
A (Approximate) : ada luka terdapat luka jahitan, bagian
jahitan diperineum masih perineum tampak basah, klien
tampak basah, klien mengatakan masih terasa nyeri
mengatakan masih terasa nyeri dan panas dibagian perineum
dan panas dibagian luka setelah persalinan.
jahitan perineum setelah
persalinan.

Klien mengatakan kebersihan Klien mengatakan kebersihan


selalu terjaga, selalu ganti selalu terjaga, selalu ganti
3) Kebersihan pembalut ketika sudah penuh pembalut ketika sudah penuh
atau tidak nyaman baru diganti dan tidak nyaman, ganti
sehari ganti pembalut 4x pembalut sehari 4x.
57

Jumlah : ±150 cc Jumlah : ±150 cc


Jenis: lochea rubra warna Jenis: lochea rubra warna
merah merah
4) Lochea Konsistensi : cair Konsistensi : cair
Bau : khas tidak seperti bau Bau : khas tidak seperti bau
darah haid darah haid

Ekstremitas
Variabel Klien 1 (Ny. J) Klien 2 (Ny. D)
(Kanan
/kiri) Atas Bawah Atas Bawah
Kekuatan
5/5 5/5 5/5 5/5
otot
Aktif/aktif, Kaki kanan kiri Aktif/aktif, Kaki kanan
tangan aktif bergerak tangan kiri aktif
kanan tetapi pelan-pelan kanan bergerak
terpasang karena ketika terpasang dengan
ROM
infus RL 20 bergerak luka infus RL 20 pelan-pelan
Tpm jahitan perineum Tpm
terasa nyeri.

Perubahan
bentuk -/- -/- -/- -/-
tulang
Perubahan
Hangat Hangat Hangat Hangat
akral
Udema -/- -/- -/- -/-
Capilary
< 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik
refil

4.3 Tabel Pemeriksaan Penunjang

Hasil Nilai
Pemeriksaan Satuan Metode
Klien 1 (Ny.J) Klien 2 (Ny.D) normal
Tanggal Tanggal Tanggal
hasil lab 27 Mei 2017 30 Mei 2017
URINE :
URINE STRIP:
pH/Reaksi 7.0 5.5 4.6-8.5 - -
Berat jenis 1.020 1.030 1.003- - -
1.030
Protein Trace 1+ Negatif mg/dL -
Reduksi Negatif Negatif Negatif mg/dL -
Lekosit Negatif Negatif Negatif /uL Carik
Esterase Celup
Bilirubin Negatif Negatif Negatif mg/dL Carik
Celup
Urobilinogen Normal Normal Normal mg/dL Carik
Celup
Nitrit Negatif Negatif Negatif mg/dL -
58

Keton Trace 1+ Negatif mg/dL Carik


Celup
Blood Negatif 2+ Negatif mg/dL Carik
(Hb/Eri) Celup

4.4 Tabel Terapi medis

Jenis terapi Dosis terapi Jenis terapi Dosis terapi


Hari/ Hari/
klien 1 klien 1 klien 2 klien 2
Tanggal Tanggal
(Ny.J) (Ny.J) (Ny.D) (Ny.D)
Sabtu, Rabu,
27.05.2017 Cairan : 31.05.2017 Cairan :

Infus RL 20 tpm Infus RL 20 tpm


Oral : Oral :
Asam 3x500 Asam 3x500
Mefenamat mg/8jam Mefenamat mg/8jam
3x500 3x500
Amoxcilin Amoxcilin
mg/8jam mg/8jam
Solvitron 1x90 mg Solvitron 1x90 mg
Minggu, Kamis,
28.05.2017 Cairan : 01.06.2017 Cairan :

Infus RL 20 tpm Infus RL 20 tpm


Oral : Oral :
Asam 3x500 Asam 3x500
Mefenamat mg/8jam Mefenamat mg/8jam
3x500 3x500
Amoxcilin Amoxcilin
mg/8jam mg/8jam
Solvitron 1x90 mg Solvitron 1x90 mg
Senin,
29.05.2017 Cairan :

Asam 3x500
Mefenamat mg/8jam
3x500
Amoxcilin
mg/8jam
Solvitron 1x90 mg
59

4.5 Tabel Analisa Data

Hari/ Tgl/
Data Fokus Problem Etiologi
Jam
Sabtu, DS : Nyeri Akut Agen Cidera
27 Mei 2017 Klien mengatakan nyeri (00132) Fisik
diarea luka jahitan perineum
08.30 WIB setelah melahirkan ketika
bergerak atau duduk.
P : Klien mengatakan nyeri
post partum spontan.
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk.
R : Nyeri dibagian luka
jahitan perineum
S : skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
DO :
- Klien tampak menahan nyeri
- Klien menunjukkan lokasi
nyeri
- Klien mengeluh nyeri luka
jahitan perineum
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,30C
DS : Hambatan Kelemahan
Klien 1

Klien mengatakan badan Mobilitas Fisik Umum


masih terasa lemas, bangun (00085)
dari tempat tidur dan ketika
jalan kekamar mandi masih
13.00 WIB dibantu keluarganya.
DO :
- Klien tampak tirah baring
ditempat tidur
- Klien tampak lemas.
- Klien terlihat jalan masih
dibantu.
DS : Kerusakan Luka insisi/luka
Klien mengatakan ada Integritas Kulit jahitan
luka jahitan jalan lahir (00046)
(perineum) masih terasa
14.00 WIB perih dan panas.
DO :
- Terdapat luka jahitan jalan
lahir sepanjang ± 1cm
- Luka jahitan perineum
tampak masih basah dan
kemerahan
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,30C
60

Rabu DS : Nyeri Akut Agen Cidera


31 Mei 2017 Klien mengatakan nyeri di (00132) Fisik
area jalan lahir (perineum)
setelah melahirkan ketika
duduk atau jalan.
P : Klien mengatakan nyeri
post partum spontan.
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk.
R : nyeri di area jalan lahir
(perineum)
S : Skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
08.30 WIB DO :
- Bagian perineum tampak
kemerahan dan lecet
- Klien tampak menahan nyeri
- Bagian perineum tidak
terdapat luka jahitan.
- Klien menunjukan lokasi
nyeri
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,80C
DS : Hambatan Kelemahan
Klien mengatakan badan Mobilitas Fisik Umum
masih terasa lemas setelah (00085)
13.00 WIB melahirkan, ketika duduk
atau berjalan masih
dibantu suami.
DO :
- Klien tampak lemas
- Klien terlihat duduk dan
Klien 2

berjalan masih didampingi


- Klien terlihat berjalan
dengan pelan.

4.6 Tabel Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan

Klien 1 1. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agen Cidera Fisik


2. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan dengan Kelemahan
Umum
3. Kerusakan Integritas Kulit (00046) berhubungan dengan Luka Insisi/
Luka Jahitan.
Klien 2 1. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agen Cidera Fisik
2. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan dengan Kelemahan
Umum
61

4.7 Tabel Intervensi Keperawatan


Nomer
KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
Diagnosa
KLIEN 1
Diagnosis 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)
keperawatan selama 3 x 24 jam - Kaji Skala nyeri
nyeri pada klien dapat berkurang - Lakukan pengkajian nyeri
dari tingkat skala 5 menjadi skala 0 komprehensif
dengan kriteria hasil : - Berikan posisi nyaman
- Klien tidak mengeluh nyeri setengah duduk atau semi
- Klien melaporkan bahwa nyeri fowler
berkurang dari tingkat skala - Ajarkan klien
nyeri 5 menjadi skala 0 dengan menggunakan teknik non
menggunakan manajemen nyeri farmakologis (teknik
- Klien dapat mengetahui relaksasi nafas dalam).
penyebab nyeri Monitor tanda – tanda vital
- Tanda – tanda vital sign dalam sign (6680)
batas normal - Monitor tekanan darah, nadi,
TD : 120/80 mmHg suhu, dan pernapasan.
N : 60-100x/menit Pemberian Analgesik (2210)
RR : 16-24x/menit - Kolaborasi pemberian terapi
S : 36,50C-37,50C obat analgesik (obat Asam
- Ekspresi wajah klien tampak Mefenamat 3x500mg/8jam)
rileks dan tenang sesuai indikasi dokter.

Diagnosis 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (0180)


keperawatan selama 3x24 jam - Kaji kemampuan klien
hambatan mobilitas fisik klien dapat dalam melakukan
teratasi dengan kriteria hasil : beraktivitas mobilisasi
- Ada peningkatan aktivitas Terapi Latihan Ambulasi
fisik (0221)
- Klien mampu melakukan - Beri terapi ambulasi tukar
aktivitasnya secara mandiri posisi
- Klien tampak lebih rileks dan - Kolaborasi pemberian terapi
nyaman obat atau vitamin (Solvitron
1x90 mg) sesuai indikasi
dokter
Diagnosis 3 Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda – tanda vital sign
keperawatan selama 3x24 jam (6680)
kerusakan integritas kulit pada - Monitor tekanan darah,
robekan luka jahitan perineum klien nadi, suhu, dan pernapasan.
setelah melahirkan dapat teratasi Perawatan Perineum (1750)
dengan kriteria hasil : - Mengkaji kondisi luka insisi
- Luka tampak kering dan terbalut atau robekan perineum
rapat tidak basah dan merembes - Bantu klien membersihkan
- Klien tidak mengeluh kesakitan perineum.
- Kulit utuh - Anjurkan klien ganti
- Warna luka jahitan perineum pembalut.
baik tidak terjadi kemerahan Perawatan Luka (3660)
atau kebiruan - Monitor karakteristik luka
- Luka bebas dari lesi termasuk warna dan ukuran.
- TTV dalam batas normal - Berikan perawatan luka
TD : 120/80 mmHg insisi dengan air bersih
N : 60-100x/menit secara tepat.
RR : 16-24x/menit - Kolaborasi obat antibiotik
S : 36,50C-37,50C (Amoxcilin 3x500 mg/8jam)
sesuai indikasi dokter.
62

KLIEN 2
Diagnosis 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)
keperawatan selama 2 x 24 jam - Kaji Skala nyeri
nyeri pada klien dapat teratasi - Lakukan pengkajian nyeri
dengan kriteria hasil : komprehensif
- Klien tidak mengeluh nyeri - Berikan posisi nyaman
- Klien melaporkan bahwa nyeri setengah duduk atau semi
berkurang dari tingkat skala fowler
nyeri 5 menjadi skala 0 dengan - Ajarkan klien menggunakan
menggunakan manajemen nyeri teknik non farmakologis
- Klien mampu mengetahui (teknik relaksasi nafas
penyebab nyeri dalam)
- Tanda – tanda vital sign dalam Monitor tanda – tanda vital sign
batas normal (6680)
TD : 120/80 mmHg - Monitor tekanan darah, nadi,
N : 60-100x/menit suhu, dan pernapasan.
RR : 16-24x/menit Pemberian Analgesik (2210)
S : 36,50C-37,50C - Kolaborasi pemberian terapi
- Ekspresi wajah klien tampak obat analgesik (obat Asam
rileks dan tenang. Mefenamat 3x500mg/8jam)
sesuai indikasi dokter.
Diagnosis 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (0180)
keperawatan selama 2x24 jam - Kaji kemampuan klien
hambatan mobilitas fisik klien dapat dalam melakukan
teratasi dengan kriteria hasil : beraktivitas mobilisasi
- Ada peningkatan aktivitas Terapi Latihan Ambulasi
fisik (0221)
- Klien mampu melakukan - Beri terapi ambulasi tukar
aktivitasnya secara mandiri posisi
- Klien tampak lebih rileks dan - Kolaborasi pemberian terapi
nyaman obat atau vitamin (Solvitron
1x90 mg) sesuai indikasi
dokter.
63

4.8 Tabel Implementasi Keperawatan


Hari/tgl/ No.
Implementasi Respon TTD
jam Diagnosa
KLIEN 1
Sabtu, 1.3 Memonitor tanda- DS : Fitri
27 Mei 2017 tanda vital sign Klien mengatakan bersedia
08.30 WIB diperiksa tekanan darah,
nadi, pernapasan dan suhu.
DO :
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,30C
08.45 WIB 1 Mengkaji skala DS : Fitri
nyeri klien Klien mengatakan nyeri
luka jahitan jalan lahir
setelah melahirkan ketika
bergerak atau duduk.
P: Klien mengatakan nyeri
post partum spontan
Q: Nyeri sepert tertusuk-
tusuk
R: Nyeri bagian luka jahitan
perineum
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
ketika bergerak
DO :
- Klien tampak mengeluh
nyeri
- Wajah klien tampak
menahan nyeri
- Klien menunjukkan
lokasi nyeri.
09.00 WIB 1 Memberikan posisi DS : Fitri
nyaman pada klien Klien mengatakan bersedia
diberikan posisi yang
nyaman dengan posisi
setengah duduk.
DO :
- Klien sudah dalam posisi
setengah duduk atau
semi fowler
- Klien tampak nyaman
09.15 WIB 1 Mengajarkan teknik DS : Fitri
relaksasi nafas Klien mengatakan bersedia
dalam pada klien diajarkan relaksasi nafas
dalam.
64

DO :
- klien tampak mengikuti
dan mempraktekkan apa
yang sudah diajarkan
oleh perawat.
- Klien tampak
mengulanginya
- Klien tampak kooperatif.
09.30 WIB 1. Mengkaji skala DS : Fitri
nyeri klien post Klien mengatakan rasa
partum spontan nyeri luka jahitan perineum
setelah diajarkan sedikit berkurang setelah
relaksasi nafas diajarkan teknik relaksasi
dalam. nafas dalam.
P : klien mengatakan nyeri
post partum spontan sedikit
berkurang
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R : nyeri bagian luka jahitan
perineum
S : tingkat skala nyeri
berkurang dari skala 5
menjadi skala 4
T : nyeri hilang timbul.
DO :
- Klien tampak sedikit
rileks dan tenang
- Klien masih menahan
nyeri
11.50 WIB 1.2.3 Mengkolaborasikan DS : Fitri
pemberian terapi Klien mengatakan bersedia
obat analgesik, minum obat dari dokter.
vitamin dan DO :
antibiotik - Obat Asam mefenamat
3x500mg/8jam,
Solvitron 1x90mg dan
Amoxcilin
3x500mg/8jam sudah
diminum melalui oral
tidak terjadi mual
muntah
- Klien tampak istirahat
dan tidak ada alergi
obat.
13.00 WIB 2 Mengkaji DS : Fitri
kemampuan klien Klien mengatakan badan
dalam beraktivitas masih terasa lemas,
mobilisasi miring kanan kiri sendiri
dengan pelan, bangun
65

dari tempat tidur dan


ketika jalan ke kamar
mandi masih dibantu
keluarga.
DO :
- Klien tampak tirah
baring ditempat tidur
- Klien tampak lemas
- Klien terlihat berjalan
masih dibantu keluarga.
13.10 WIB 2 Memberikan terapi DS : Fitri
ambulasi tukar Klien mengatakan bersedia
posisi diajarkan dan diberikan
teknik tukar posisi.
DO :
- Klien tampak kooperatif
- Klien tampak mengeluh
sakit saat diajarkan tukar
posisi miring kanan kiri
dan duduk.
- Membantu klien miring
kanan kiri dan duduk
dengan pelan
13.30 WIB 3. Mengkaji kondisi DS : Fitri
luka insisi atau Klien mengatakan bersedia
robekan perineum diperiksa luka jahitan
diperineum.
DO :
- Luka jahitan perineum
tampak masih basah
- Luka jahitan perineum
sepanjang ± 1cm
- Pembalut tampak kotor.
- Luka tampak kemerahan
- TTV
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,30C
13.40 WIB 3. Menganjurkan klien DS : Fitri
mengganti Klien mengatakan bersedia
pembalut digantikan pembalut.
DO :
- Klien tampak nyaman
- Pembalut sudah terpasang
dan diganti yang bersih
13.50 WIB 3. Memberikan DS : Fitri
lingkungan yang Keluarga klien mengatakan
bersih. bersedia membersihkan
lingkungannya.
66

DO :
- Keluarga klien tampak
antusias membereskan
barang– barangnya
- Lingkungan diruangan
klien terlihat bersih dan
rapi.
Minggu, 1.3 Memonitor tanda – DS : Fitri
28 Mei 2017 tanda vital sign Klien mengatakan bersedia
diperiksa tekanan darah,
08.30 WIB nadi, pernapasan dan suhu.
DO :
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 82x/menit
RR : 24x/ menit
S : 370C
- Klien tampak rileks
08.45 WIB 1. Mengobservasi DS : Fitri
skala nyeri klien Klien mengatakan masih
terasa nyeri dibagian luka
jahitan perineum ketika
duduk atau berjalan.
P: klien mengatakan nyeri
post partum spontan.
Q: nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R : nyeri bagian luka jahitan
perineum
S : tingkat skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul
ketika duduk atau berjalan
DO :
- Klien terlihat masih
menahan nyeri.
- Klien menunjukkan
lokasi nyeri
09.00 WIB 1. Mengulang teknik DS : Fitri
relaksasi nafas Klien mengatakan bersedia
dalam pada klien mengulang teknik relaksasi
nafas dalam.
DO :
- Klien tampak sudah
mengerti dan hafal cara
relaksasi nafas dalam
- Klien tampak rileks.
- Klien tampak
mempraktekkan apa yang
sudah diajarkan perawat.
67

09.15 WIB 1. Mengobservasi DS : Fitri


skala nyeri klien Klien mengatakan rasa
post partum spontan nyeri bagian luka jahitan
setelah melakukan perineum sedikit berkurang
teknik relaksasi setelah melakukan relaksasi
nafas dalam. nafas dalam.
P: klien mengatakan nyeri
bekas luka jahitan post
partum spontan
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R : nyeri bagian luka
jahitan perineum
S : tingkat skala nyeri
berkurang dari skala 4
menjadi skala 3
T : nyeri hilang timbul
ketika duduk
DO :
- Klien tampak lebih
rileks
- Klien tampak tenang
dan nyaman.
11.50 WIB 1.2.3 Mengkolaborasikan DS : Fitri
pemberian terapi Klien mengatakan bersedia
obat analgesik, minum obat dari dokter.
vitamin dan DO :
antibiotik. - Obat Asam mefenamat
3x500mg/8jam,
Solvitron 1x90mg dan
Amoxcilin
3x500mg/8jam sudah
diminum melalui oral.
- Klien tampak rileks
13.00 WIB 2. Mengobservasi DS : Fitri
kemampuan klien Klien mengatakan sudah
dalam melakukan bisa tukar posisi, bangun
aktivitas mobilisasi dari tempat tidur masih
dibantu sedikit demi
sedikit sama suami dan
ketika jalan masih
didampingi.
DO :
- Klien tampak
menunjukkan
perkembangan aktivitas
dalam mobilisasi.
- Klien tampak
bermobilisasi secara
bertahap
68

- Klien tampak rileks dan


nyaman.
- Klien terlihat bangun
dari tempat tidur atau
duduk masih dibantu
suaminya.
13.10 WIB 2. Menganjurkan klien DS : Fitri
tetap berlatih tukar Klien mengatakan akan
posisi, duduk atau tetap berlatih tukar
berjalan dengan posisi, duduk maupun
pelan-pelan jalan sendiri dengan
pelan.
DO :
- Klien tampak rileks
- Klien sangat kooperatif
- Posisi klien terlihat
duduk sambil makan
dan minum sendiri.
13.30 WIB 3. Mengobservasi luka DS : Fitri
insisi/luka jahitan Klien mengatakan
atau robekan bersedia bekas luka
perineum jahitan perineum
diperiksa
DO :
- Klien tampak diam
- Terdapat luka jahitan
±1cm
- Luka jahitan diperineum
tampak kotor dan masih
basah
- Bekas luka jahitan
perineum tampak
kemerahan
- Pembalut tampak kotor
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 82x/menit
RR : 24x/ menit
S : 370C
13.45 WIB 3. Membersihkan DS : Fitri
vulva hygiene dan Klien mengatakan bersedia
perawatan luka dibersihkan perawatan luka
bekas jahitan diperineum.
DO :
- Klien tampak menahan
sakit.
- Klien tampak tenang dan
rileks, nyaman
- Luka bekas jahitan
diperineum tampak kering
69

- Vulva tampak bersih


- Pembalut sudah terpasang
yang bersih
Senin, 1.3 Memonitor tanda – DS : Fitri
29 Mei 2017 tanda vital sign Klien mengatakan
bersedia diperiksa
08.30 WIB tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
DO :
- TTV
TD : 110/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C
- Klien tampak lebih rileks.
08.45 WIB 1. Mengobservasi DS : Fitri
skala nyeri pada Klien mengatakan
klien masih sedikit nyeri pada
bekas luka jahitan
perineum ketika
berjalan.
P : klien mengatakan
masih sedikit nyeri post
partum spontan.
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R : nyeri bagian bekas
luka jahitan perineum
S : tingkat skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul
DO :
- Klien tampak masih
sedikit menahan nyeri
- Klien tampak sedikit
tegang.
09.00 WIB 1. Tetap mengulang DS: Fitri
teknik relaksasi Klien mengatakan
nafas dalam pada bersedia melakukan
klien relaksasi nafas dalam
setiap nyeri timbul.
DO :
- Klien tampak kooperatif
- Klien tampak
mempraktekkan teknik
relaksasi nafas dalam
- Klien tampak lebih
rileks dan tenang.
70

09.15 WIB 1. Mengobservasi DS : Fitri


skala nyeri klien Klien mengatakan rasa
post partum setelah nyeri luka jahitan
melakukan/ diperineum sudah
mengulang teknik berkurang setelah
relaksasi nafas melakukan relaksasi nafas
dalam dalam daripada hari
pertama setelah melahirkan
dan hari kedua.
P : klien mengatakan nyeri
bekas luka jahitan perineum
sedikit berkurang
Q : nyeri seperti nyut-
nyutan
R : nyeri bagian bekas
luka jahitan perineum
S : tingkat skala nyeri 3
berkurang menjadi skala 2
T : nyeri kadang-kadang
DO :
- Klien tampak lebih
rileks, dan tenang
- Klien tampak masih
sedikit menahan nyeri.
11.50 WIB 1.2.3 Mengkolaborasikan DS : Fitri
pemberian obat Klien mengatakan
analgesik, vitamin bersedia minum obat
dan antibiotik. dari dokter.
DO :
- Obat Asam Mefenamat
3x500mg/8jam,
Solvitron 1x90mg dan
Amoxcilin
3x500mg/8jam sudah
diminum melalui oral.
- Klien tampak lebih
rileks dan nyaman
- Klien tampak kooperatif
minum obat.
- Klien tampak lebih
rileks dan tenang
13.00 WIB 2. Mengobservasi DS : Fitri
kemampuan klien Klien mengatakan sudah
dalam beraktivitas bisa bangun dari tempat
mobilisasi tidur dan jalan-jalan
secara mandiri diluar
ruangan
DO :
- Klien tampak
menunjukkan
71

perkembangan mobilisasi
- Klien terlihat senyum
bahagia.
- Klien terlihat jalan-jalan
diluar ruangan
- Klien tampak segar dan
lebih rileks.
13.15 WIB 3. Mengobservasi luka DS : Fitri
insisi/luka jahitan Klien mengatakan
diperineum/ badan sudah terasa segar
robekan perineum dan bersedia diperiksa
bekas luka jahitan
perineum
DO :
- Bekas luka jahitan
sepanjang ±1cm
- Bekas luka jahitan
tampak kering dan tidak
kemerahan
- TTV
TD:110/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C
KLIEN 2
Rabu, 1 Memonitor tanda – DS : Fitri
31 Mei 2017 tanda vital sign Klien mengatakan bersedia
diperiksa tekanan darah,
08.30 WIB nadi, pernafasan dan suhu.
DO :
- TTV
TD:120/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,80C
08.45 WIB 1. Mengkaji skala DS : Fitri
nyeri klien Klien mengatakan nyeri di
area perineum setelah
melahirkan ketika duduk
atau berjalan
P: klien mengatakan rasa
nyeri post partum spontan
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R : nyeri bagian perineum
setalah melahirkan
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul.
72

DO :
- Wajah klien tampak
menahan nyeri
- Klien tampak
menunjukkan lokasi
nyeri.
- Klien tampak sedikit
tegang
09.00 WIB 1. Memberikan posisi DS : Fitri
nyaman Klien mengatakan bersedia
diberikan posisi nyaman
setengah duduk
DO :
- Posisi klien setengah
duduk
- Klien tampak lebih
nyaman
09.15 WIB 1. Mengajarkan teknik DS :
relaksasi nafas Klien mengatakan bersedia Fitri
dalam diajarkan relaksasi nafas
dalam oleh perawat.
DO :
- Klien tampak mengikuti
dan mempraktekkan apa
yang sudah diajarkan oleh
perawat
- Klien tampak
mengulanginya
- Klien tampak paham
tentang relaksasi nafas
dalam
- Klien tampak rileks dan
nyaman
09.30 WIB 1. Mengkaji skala DS : Fitri
nyeri klien post Klien mengatakan rasa
partum setelah nyeri perineum sudah
melakukan sedikit berkurang setelah
relaksasi nafas melakukan relaksasi nafas
dalam dalam.
P: klien mengatakan rasa
nyeri post partum spontan
sedikit berkurang
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : nyeri bagian perineum
setelah melahirkan
S : tingkat skala nyeri
berkurang dari skala 5
menjadi skala 2
T : nyeri hilang timbul
73

DO :
- Wajah klien tampak
rileks dan tenang.
- Klien tampak masih
menahan nyeri.
11.50 WIB 1.2 Mengkolaborasikan DS : Fitri
pemberian terapi Klien mengatakan bersedia
obat analgesik, minum obat dari dokter.
vitamin dan DO :
antibiotik - Obat Asam mefenamat
3x500mg/8jam,
Solvitron 1x90mg dan
Amoxcilin
3x500mg/8jam sudah
diminum melalui oral,
tidak mual muntah.
- Klien tidak ada alergi
obat
- Klien sangat kooperatif
minum obat
- Klien tampak istirahat
13.00 WIB 2. Mengkaji DS : Fitri
kemampuan klien Klien mengatakan tukar
dalam melakukan posisi sudah bisa mandiri
beraktivitas dengan pelan, duduk atau
mobilisasi jalan masih dibantu suami.
DO :
- Klien tampak
menunjukkan
perkembangan mobilisasi.
- Klien tampak mampu
bermobilisasi secara
bertahap
- Klien tampak nyaman.
- Klien terlihat duduk dan
jalan masih dibantu
13.10 WIB 2. Memberikan terapi DS : Fitri
ambulasi Klien mengatakan bersedia
diajarkan dan diberikan
teknik tukar posisi.
DO :
- Klien tampak kooperatif
- Membantu klien miring
kanan kiri, dan posisi
setengah duduk dengan
pelan
- Klien tampak lebih
nyaman dengan posisi
setengah duduk.
74

Kamis, 1. Memonitor tanda- DS : Fitri


01 Juni tanda vital sign Klien mengatakan
2017 bersedia diperiksa
tekanan darah, nadi,
08.30 WIB pernafasan dan suhu.
DO :
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 85x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,50C
- Klien tampak lebih rileks.
08.45 WIB 1. Mengobservasi DS : Fitri
skala nyeri Klien mengatakan masih
merasakan nyeri sedikit
diarea perineum ketika
berjalan.
P: klien mengatakan rasa
nyeri post partum spontan
Q : nyeri seperti nyut-
nyutan
R : nyeri bagian
perineum
S : tingkat skala nyeri 2
T : nyeri kadang-kadang
DO :
- Klien tampak masih
menahan nyeri
- Klien tampak rileks
09.00 WIB 1. Mengulang teknik DS : Fitri
relaksasi nafas Klien mengatakan bersedia
dalam pada klien mengulang relaksasi nafas
dalam ketika nyeri timbul
DO :
- Klien tampak sangat
kooperatif.
- Klien tampak
mengulanginya
- Klien tampak lebih rileks
dan tenang.
09.15 WIB 1. Mengobservasi DS : Fitri
skala nyeri klien Klien mengatakan rasa nyeri
post partum setelah diarea perineum sudah
melakukan sedikit berkurang setelah
relaksasi nafas melakukan relaksasi nafas
dalam dalam.
P: klien mengatakan rasa
nyeri post partum spontan
sedikit berkurang
Q : nyeri seperti nyut-
75

nyutan
R : nyeri bagian perineum
S : tingkat skala nyeri
berkurang dari skala 2
menjadi skala 1
T : nyeri kadang-kadang
DO :
- Klien tampak lebih
rileks
- Klien tampak nyaman.
11.50 WIB 1.2 Mengkolaborasikan DS : Fitri
pemberian obat Klien mengatakan bersedia
analgesik, vitamin minum obat dari dokter.
dan obat antibiotik DO :
- Obat Asam mefenamat
3x500mg/8jam,
Solvitron 1x90mg dan
Amoxcilin
3x500mg/8jam sudah
diminum melalui oral,
tidak mual & muntah
- Klien sangat kooperatif
minum obat
13.00 WIB 2. Mengobservasi DS : Fitri
kemampuan klien Klien mengatakan sudah
dalam melakukan bisa aktivitas seperti
beraktivitas biasanya tukar posisi,
mobilisasi duduk dan jalan sudah bisa
mandiri, lebih segar dan
nyaman.
DO :
- Klien tampak
menunjukkan
perkembangan mobilisasi.
- Klien tampak lebih rileks
dan segar
- Klien terlihat sering jalan
diluar maupun dalam
ruangan.
76

4.3.3. Tabel Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3


Klien 1 (Ny. J)
Dx 1 S: S: S:
Klien mengatakan luka Klien mengatakan setelah Klien mengatakan setelah
jahitan perineum melakukan teknik relaksasi melakukan relaksasi nafas
masih terasa nyeri dan nafas dalam nyeri bekas dalam nyeri bekas jahitan
setelah melakukan luka jahitan perineum perineum sudah sedikit
teknik relaksasi nafas sedikit berkurang. berkurang.
dalam nyeri sedikit P : klien mengatakan P : klien mengatakan nyeri
berkurang, ketika nyeri sedikit berkurang karena post partum sedikit
bergerak atau duduk. pada post partum berkurang.
P : klien mengatakan spontan Q : Nyeri seperti nyut-
masih terasa nyeri Q : Nyeri seperti nyutan
post partum spontan. tertusuk-tusuk R : Nyeri dibagian bekas
Q : nyeri seperti R : Nyeri dibagian bekas luka jahitan di perineum
tertusuk-tusuk luka jahitan perineum S : tingkat skala nyeri
R : nyeri bagian luka S : tingkat skala nyeri berkurang dari skala nyeri
jahitan perineum berkurang dari skala 3 menjadi skala 2
S : tingkat skala nyeri 4 menjadi skala 3 T : Nyeri kadang-kadang
nyeri berkurang dari T : Nyeri hilang timbul O:
skala nyeri 5 O: - Ekspresi wajah klien
menjadi skala 4 - Ekspresi wajah klien tampak lebih rileks
T : nyeri hilang tampak sedikit rileks - TTV
timbul - TTV : TD: 110/90 mmHg
O: TD : 120/70 mmHg N : 80x/menit
- Wajah klien N : 82x/menit RR :22x/menit
tampak sedikit RR : 24x/menit S : 36,50C
tegang dan S : 370C A : Masalah sudah teratasi
menahan nyeri A : Masalah teratasi P : Pertahankan intervensi
- TTV sebagian - Memonitor TTV
TD: 120/90 P : Lanjutkan Intervensi - Mengobservasi skala
mmHg - Memonitor TTV nyeri
N : 85x/menit - Mengobservasi skala - Mengulang teknik
RR : 24x/menit nyeri relaksasi nafas dalam
S : 37,30C - Mengulang teknik - Kolaborasi pemberian
A : Masalah teratasi relaksasi terapi obat analgesik
sebagian - Kolaborasi
P : Lanjutkan Intervensi pemberian obat
- Memonitor TTV
- Mengkaji skala
nyeri
- Mengajarkan teknik
relaksasi
- Kolaborasi
pemberian terapi
obat analgesik.
77

Dx 2 S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan makan
badan sudah sedikit aktivitas ditempat tidur minum, duduk, dan jalan
rileks dan nyaman, sudah bisa secara sudah bisa mandiri tetapi
tukar posisi dan mandiri, jalan masih masih dengan pelan-pelan.
duduk sudah bisa dibantu sedikit demi O:
mandiri tetapi sedikit dengan pelan tapi - Klien tampak
dengan pelan, jalan sering. kooperatif
masih dibantu. O: - Klien tampak lebih
O: - Klien tampak rileks segar, rileks dan
- Klien tampak - Klien tampak mampu nyaman
rileks bermobilisasi secara - Klien terlihat sering
- Klien tampak bertahap. jalan-jalan diluar
nyaman dengan - Klien terlihat jalan ruangan kadang
posisi setengah masih dibantu diruang bayi.
duduk. A : Masalah teratasi A : Masalah sudah teratasi
A : Masalah teratasi sebagian P : Pertahankan intervensi
sebagian P : Lanjutkan intervensi - Mengobservasi
P : Lanjutkan intervensi - Mengobservasi kemampuan klien
- Mengkaji kemampuan klien dalam beraktivitas
kemampuan klien dalam beraktivitas mobilisasi
dalam mobilisasi - Menganjurkan klien
beraktivitas - Menganjurkan klien untuk berjalan-jalan
mobilisasi tetap berlatih terapi diruangan.
- Memberikan mobilisasi - Kolaborasi obat
terapi ambulasi - Kolaborasi obat dengan dokter.
- Kolaborasi terapi dengan dokter
obat dengan
dokter
Dx 3 S: S: S:
Klien mengatakan luka Klien mengatakan bekas Klien mengatakan badan
jahitan perineum masih luka jahitan perineum sudah terasa lebih segar
terasa sedikit perih perihnya sedikit berkurang. dan rileks, bekas luka
O: O: jahitan perineum perihnya
- Klien tampak - Luka jahitan sudah berkurang.
tegang perineum sedikit O :
- Klien tampak masih basah - Klien tampak lebih
menahan nyeri - Luka jahitan ± 1 cm segar dan rileks
- Luka jahitan - TTV - Luka jahitan perineum
tampak masih TD : 120/70 tampak kering
basah dan merah mmHg - Luka jahitan ± 1 cm
- Luka jahitan ± 1 N : 82x/menit - TTV
cm RR : 24x/menit TD : 110/90 mmHg
- TTV : S : 370C N : 80x/menit
TD : 120/90 A : Masalah teratasi RR :22x/menit
mmHg sebagian S : 36,50C
N : 85x/menit P : Lanjutkan intervensi A: Masalah sudah teratasi
RR : 24x/menit - Mengobservasi P : Pertahankan intervensi
S : 37,30C tanda-tanda infeksi - Menganjurkan klien
A : Masalah teratasi - Memonitor TTV mengganti pembalut
78

sebagian - Membersihkan ketika sudah kotor


P : Lanjutkan intervensi vulva hygiene - Menganjurkan klien
- Mengkaji tanda- dengan tepat. membersihkan/
tanda infeksi - Menganjurkan klien perawatan vulva
- Memonitor TTV mengganti pembalut. hygiene secara tepat.
- Kolaborasi - Kolaborasi obat - Kolaborasi obat
pemberian terapi dengan dokter dengan dokter
obat antibiotik
Evaluasi Hari 1 Hari 2
Klien 2 (Ny. D)
Dx.1 S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan
setelah melakukan setelah melakukan
relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam
nyeri sedikit nyeri sudah sedikit
berkurang di area berkurang di area
perineum setelah perineum, ketika
melahirkan, ketika berjalan.
duduk atau berjalan. P : Klien mengatakan
P : Klien nyeri post partum
mengatakan nyeri spontan sedikit
post partum spontan berkurang.
Q : Nyeri seperti Q: Nyeri seperti nyut-
tertusuk-tusuk nyutan
R : Nyeri bagian R : Nyeri dibagian
perineum perineum
S : tingkat skala S : tingkat skala nyeri
nyeri berkurang berkurang dari skala 2
dari skala 5 menjadi skala 1
menjadi skala 2 T : Nyeri kadang-
T : Nyeri hilang kadang
timbul O:
O: - Klien tampak lebih
- Klien rileks
menunjukkan - TTV :
lokasi nyeri TD: 120/70 mmHg
- Klien masih N : 80x/menit
menahan nyeri RR : 20x/menit
- TTV S : 36,50C
TD : 120/90 A: Masalah teratasi
mmHg P : Pertahankan Intervensi
N : 88x/menit - Memonitor TTV
RR : 24x/menit - Mengobservasi skala
0
S : 36,8 C nyeri
A : Masalah teratasi - Mengulang teknik
sebagian relaksasi nafas
P : Lanjutkan Intervensi dalam
- Memonitor TTV - Kolaborasi
- Mengkaji skala pemberian terapi
nyeri obat dengan dokter.
79

- Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
- Kolaborasi
pemberian terapi
obat dengan dokter
Dx.2 S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan badan
badan sudah sedikit sudah lebih rileks, sudah
rileks setelah bisa duduk dan jalan
melahirkan, makan sendiri dengan pelan.
minum dan duduk O:
sendiri, ketika jalan - Klien tampak lebih
masih dibantu. rileks dan nyaman
O : Klien tampak rileks - Klien terlihat jalan-
- Posisi klien jalan diluar ruangan
setengah duduk A : Masalah sudah teratasi
A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi
sebagian - Kolaborasi pemberian
P : Lanjutkan intervensi terapi obat.
- Mengkaji
kemampuan klien
dalam beraktivitas
mobilisasi
- Memberikan terapi
ambulasi
- Kolaborasi
pemberian obat
dengan dokter
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Pada sub bab ini penulis membahas mengenasi asuhan keperawatan pada

Ny. J dan Ny. D dengan Post Partum Spontan di Ruang Flamboyan RSUD

Ungaran. Pembahasan pada sub bab ini berisi tentang perbandingan antara

tinjauan pustaka yang disajikan untuk membahas tujuan khusus yaitu

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan,

dan evaluasi. Asuhan keperawatan klien 1 (Ny. J ) dilakukan pengkajian pada

tanggal 27 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 dan klien 2 (Ny. D) dilakukan

pengkajian diambil pada tanggal 31 Mei 2017 sampai 01 Juni 2017 di Ruang

Flamboyan RSUD Ungaran, masalah Nyeri Akut dengan etiologi Agen Cidera

Fisik.

5.1.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap proses pengumpulan data

dan tentang kesehatan klien dengan metode anamnesa, observasi dan

pemeriksaan (Nikmatur, 2012). Pengkajian terhadap klien 1 (Ny. J)

dan klien 2 (Ny. D) dengan post partum spontan di ruang Flamboyan

RSUD Ungaran dengan menggunakan metode alloanamnesa dan

autoanamnesa. Autoanamnesis adalah anamnesa yang dilakukan

langsung pada klien karena klien mampu melakukan tanya jawab dan

alloanamnesa adalah anamnesa yang dilakukan secara tidak langsung

atau anamnesa yang dilakukan pada keluarga klien yang mengetahui

tentang klien.

80
81

Diagnosa klien 1 dan 2 yaitu post partum spontan. Post partum

spontan adalah masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran

meliputi minggu-minggu selanjutnya pada waktu saluran reproduksi

kembali dalam keadaan tidak hamil yang normal (Nugroho, 2014).

Pada ibu post partum sering mengalami nyeri pada bagian perineum,

nyeri perineum bisa menjadi persoalan bagi ibu post partum karena

akan menimbulkan gangguan ketidaknyamanan dan kecemasan untuk

melakukan mobilisasi dini. Nyeri perineum timbul karena adanya

kejadian robekan atau laserasi perineum saat proses melahirkan. Nyeri

perineum akan dirasakan secara berbeda pada setiap ibu post partum

karena setiap ibu post partum memiliki kemampuan yang berbeda

dalam beradaptasi dengan rasa nyeri (Mulati, 2017).

Hasil dari pengkajian klien 1 didapatkan keluhan utama nyeri luka

jahitan diperineum post partum spontan, sedangkan klien 2 didapatkan

keluhan utama nyeri di area perineum post partum spontan tidak

terdapat luka jahitan. Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang

membawa klien meminta pertolongan dokter atau petugas kesehatan

lainnya. Keluhan utama biasanya dituliskan secara singkat beserta

lamanya (Nurhay dkk, 2005 yang dikutip dari Pedoman Rekam

Medik, 2009). Nyeri adalah pengalaman yang tidak menyenangkan

baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau

aktualnya kerusakan jaringan tubuh (Judha dkk, 2012). Menurut

Andarmoyo (2013), observasi nyeri dilakukan untuk membantu pasien

dengan mengutarakan masalah atau keluhan secara lengkap,


82

komponen pengkajian analisis symptom meliputi (PQRST): P

(Paliatif/Profocatif: yang menyebabkan timbulnya masalah), Q

(Quality: kualitas nyeri yang dirasakan), R (Regio: lokasi nyeri), S

(Severity: keparahan), T (Time: waktu). Persepsi nyeri dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur intensitas nyeri. Alat yang digunakan

untuk mengukur intensitas nyeri adalah dengan memakai skala

intensitas nyeri. Adapun skala intensitas nyeri yang dikemukan Potter

& Perry (2006) dikutip dari Solehatin & Kosasih (2015) yaitu Skala

Analog Visual, Skala Numerik, Skala Faces Pain Rating Scale

(FPRS).

Penulis menggunakan skala numerik untuk mengukur nyeri klien.

Skala numerik yaitu skala berbentuk garis horizontal yang

menunjukkan angka – angka dari 0 – 10, yaitu angka 0 menunjukkan

tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri yang paling hebat.

Skala ini merupakan garis panjang berukuran 10 cm, yaitu setiap

panjangnya 1 cm diberi tanda. Skala ini dapat dipakai pada klien

dengan nyeri yang hebat atau klien yang baru mengalami operasi.

Tingkat angka yang ditunjukkan oleh klien dapat digunakan untuk

mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa nyeri. Berat ringannya

nyeri laserasi perineum yang dirasakan ibu post partum dapat

dipengaruhi oleh karakteristik ibu post partum yaitu meliputi usia,

jenis kelamin dan pengalaman ibu dalam menghadapi nyeri

sebelumnya. Menurut Wong (1995) dalam Solehatin dan Kosasih

(2015), skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :


83

0 = tidak ada nyeri

1-3 = sedikit nyeri

3-7 = nyeri sedang

7-9= nyeri berat

10 = nyeri yang paling hebat

Gambar 5.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

Pada tahap pengkajian pada klien 1 (Ny. J) dengan post partum

spontan hari pertama klien melahirkan, keluhan utama klien adalah

klien mengatakan nyeri diarea luka jahitan diperineum. P : klien

mengatakan nyeri post partum spontan karena terdapat luka jahitan

diperineum ketika bergerak atau duduk. Q : nyeri seperti tertusuk-

tusuk. R : nyeri dibagian area luka jahitan perineum. S : Skala nyeri 5.

T : nyeri hilang timbul. TTV : TD : 120/90 mmHg, RR : 24x / menit,

Nadi : 85x / menit, Suhu : 37,3°C.Pada tahap pengkajian pada klien 2

(Ny.D) dengan post partum spontan hari pertama klien melahirkan,

keluhan utama klien adalah klien mengatakan nyeri di area perineum

setelah melahirkan. P : klien mengatakan nyeri post partum spontan

ketika duduk atau berjalan. Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk. R : nyeri

dibagian perineum. S : skala nyeri 5. T : nyeri hilang timbul. TD : 120

/ 80 mmHg, Nadi : 88x / menit, RR : 24x/ menit, suhu : 36,8°C. Hal

yang sering timbul pada klien post partum spontan adalah robekan
84

perineum terjadi pada hampir semua persalinan pervagina baik itu

robekan yang di sengaja dengan episiotomi maupun robekan secara

spontan akibat dari persalinan, robekan perineum ada yang perlu

tindakan penjahitan ada yang tidak perlu. Jahitan perineum tadi pasti

menimbulkan rasa nyeri (Chapman, Vicky, 2006:265 dikutip dari

Imamah dkk, 2010). Hal ini sesuai dengan pengkajian pada klien 1

(Ny. J) dan klien 2 (Ny. D) bahwa rasa nyeri timbul karena adanya

kejadian robekan atau laserasi perineum disengaja maupun tidak

disengaja saat proses melahirkan.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau

kerentangan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau

komunitas. Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu

deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari

diagnosis (Herdman dkk, 2015).

Berdasarkan data-data yang didapatkan penulis dari hasil

pengkajian pada klien 1 (Ny. J) dan klien 2 (Ny. D) di ruang

Flamboyan RSUD Ungaran, bahwa klien mempunyai masalah

keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik.

Perumusan diagnosa keperawatan dalam kasus ini didasarkan

pada keluhan utama dan beberapa karakteristik yang muncul pada Ny.

J dan Ny. D. Data yang muncul pada kedua klien sesuai dengan

batasan karakteristik untuk masalah nyeri akut, yaitu adanya perilaku


85

ekspresif, perilaku distraksi, adanya ungkapan secara verbal atau

isyarat dan bukti-bukti obyektif lainnya (Nurarif A.H & Kusuma H,

2015). Berdasarkan kasus yang dialami Ny. J dan Ny. D didapatkan

masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera fisik. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional

tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual

atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan

(internasional association for the study of pain), awitan yang tiba-tiba

atau lambat yang intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

dapat diantisipasi atau diprediksi (Herdman dkk, 2015).

Sesuai dengan kasus pengkajian diperoleh klien 1 (Ny. J) data

subjektif didapatkan klien mengatakan nyeri pada luka jahitan

perineum setelah melahirkan. P : klien mengatakan nyeri karena post

partum spontan, Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : nyeri dibagian

luka jahitan perineum, S : skala nyeri 5, T : nyeri hilang timbul. Data

objektif : luka jahitan perineum tampak kemerahan, Ekspresi wajah

klien meringis kesakitan/ menahan nyeri ketika bergerak atau duduk,

TTV : TD : 120/90 mmHg, Nadi : 85 x / menit, RR : 24x / menit, suhu

: 37,3°C.

Pada kasus klien 2 (Ny. D) data subjektif didapatkan klien

mengatakan nyeri di bagian perineum setelah melahirkan. P : klien

mengatakan nyeri karena post partum spontan, Q : nyeri seperti

tertusuk-tusuk, R : nyeri dibagian perineum, S : skala nyeri 5, T :

nyeri hilang timbul. Data objektif : bagian perineum tampak


86

kemerahan dan lecet, ekspresi wajah klien menahan nyeri ketika

duduk atau berjalan, TTV : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 88 x / menit,

RR : 24x / menit, suhu : 36,8°C. Menurut Herdman (2015), batasan

karakteristik nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu

keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar

instrumen nyeri, laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas

(misalnya anggota keluarga, pemberi asuhan), ekspresi wajah nyeri

(misalnya mata kurang bercahaya, gerakan mata berpencar atau tetap

pada satu fokus, meringis kesakitan/ menahan nyeri), keluhan tentang

intensitas nyeri pada klien Ny. J dan Ny. D menggunakan standar

skala intensitas nyeri numerik 0 sampai 10 yaitu garis horizontal yang

menunjukkan angka-angka 0 sampai 10, angka 0 tidak nyeri dan

angka 10 nyeri yang sangat berat, dan perubahan posisi untuk

menghindari nyeri. Berdasarkan fakta dan teori diatas Ny. J dan Ny. D

mengalami nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik akibat

adanya robekan atau laserasi perineum disengaja maupun tidak

disengaja saat proses melahirkan.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang

dilakukan perawat berdasarkan peenilaian klinis dan pengetahuan

perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Intervensi

keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung

yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, serta orang-


87

orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi

pelayanan kesehatan lainnya (Bullechek dkk, 2015).

Berdasarkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik, maka dapat dilakukan beberapa intervensi

keperawatan. Intervensi keperawatan disusun dengan kriteria hasil

berdasarkan NIC (Nursing Intervention Clasification ) dan NOC

(Nursing Outcome Clasification). Intervensi yang disusun penulis

mempunyai tujuan yaitupada klien 1 (Ny. J) setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut berkurang dari

skala 5 menjadi skala 2 setelah melakukan teknik relaksasi nafas

dalam, sedangkan pada klien 2 (Ny. D) setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam nyeri akut berkurang dari skala 5

menjadi skala 1 setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam,

dengan kriteria hasil harus SMART (Specific, Measurable,

Acheivable, Reasoanable, dan Time). Specific adalah berfokus pada

klien. Measurable adalah dapat diukur. Achievable adalah tujuan yang

harus dicapai. Reasonable adalah tujuan yang harus

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Time adalah batas pencapaian

dalam rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya

(Dermawan, 2012).

Perencanaan klien 1 (Ny. J) dan klien 2 (Ny. D) yang pertama

yaitu memonitor tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan umum

klien selama perawatan. Perencanaan kedua yaitu mengkaji

karakteristik nyeri untuk mengetahui nyeri yang dirasakan klien.


88

Perencanaan ketiga yaitu berikan kesempatan istirahat bila terasa nyeri

dan berikan posisi yang nyaman untuk memberikan posisi yang tepat

bagi klien agar nyeri tidak bertambah. Perencanaan keempat yaitu

ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan salah satu cara non-farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri ruptur spontan luka jahitan di perineum pada ibu post partum.

Relaksasi merupakan metode yang efektif untuk mengurangi nyeri

dengan cara relaksasi nafas dalam, membantu mengurangi tegangan

otot, sehingga menurunkan intensitas nyeri atau meningkatkan

toleransi nyeri, dengan cara mengajarkan klien untuk menggunakan

pernafasan abdomen berirama dan lambat enam sampai sembilan kali

permenit dan dapat mempertahankan irama yang lambat dan konstan

(Mander, 2003:149 dikutip dari Imamah dkk, 2010). Perencanaan

kelima kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

(obat Asam Mefenamat 3x500 mg/8jam) sesuai indikasi dokter untuk

mengurangi rasa nyeri setelah melahirkan.

Berdasarkan teori dan fakta diatas pada klien 1 (Ny.J) dan klien 2

(Ny.D) post partum spontan dilakukan teknik relaksasi nafas dalam

bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dibagian perineum pada ibu

post partum spontan.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di

mulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana


89

strategi untuk membantu mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

sebab itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.

Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan

yang telah di tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping

(Efendi & makhfudli, 2009).

Berdasarkan intervensi yang telah disusun, penulis melakukan

implementasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera fisik pada Ny. J (27 mei 2017- 29 Mei 2017) dan

Ny. D (31 Mei 2017- 01 Juni 2017).

Implementasi hari pertama pada klien 1 (Ny.J) adalah memonitor

TTV, mengkaji karakteristik nyeri dan tingkat skala nyeri,

memberikan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberikan posisi

yang nyaman pada klien, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam,

mengkaji skala nyeri klien post partum setelah melakukan teknik

relaksasi nafas dalam, memberikan terapi obat analgesik (obat Asam

mefenamat 3x500 mg/8 jam) sesuai indikasi dokter untuk mengurangi

rasa nyeri setelah melahirkan. Implementasi hari kedua adalah

memonitor TTV, mengobservasi karakteristik nyeri dan tingkat skala

nyeri, mengulang teknik relaksasi nafas dalam pada klien,

mengobservasi skala nyeri klien post partum spontan setelah

melakukan teknik relaksasi nafas dalam, mengkolaborasikan

pemberian terapi obat analgesik (obat Asam mefenamat 3x500 mg/8


90

jam) sesuai indikasi dokteruntuk mengurangi rasa nyeri setelah

melahirkan. Implementasi hari ketiga adalah memonitor TTV,

mengobservasi karakteristik nyeri dan tingkat skala nyeri, mengulang

teknik relaksasi nafas dalam pada klien, mengobservasi skala nyeri

klien post partum setelah mengulang teknik relaksasi nafas dalam,

mengkolaborasikan pemberian obat analgesik (obat Asam mefenamat

3x500 mg/8 jam) sesuai indikasi dokteruntuk mengurangi rasa nyeri

setelah melahirkan.

Implementasi hari pertama pada klien 2 (Ny.D) adalah memonitor

TTV, mengkaji karakteristik nyeri dan tingkat skala nyeri,

memberikan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberikan posisi

yang nyaman pada klien, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam,

mengkaji skala nyeri klien post partum setelah melakukan teknik

relaksasi nafas dalam, memberikan terapi obat analgesik (obat Asam

mefenamat 3x500 mg/8 jam) sesuai indikasi dokter untuk mengurangi

rasa nyeri setelah melahirkan. Implementasi hari kedua adalah

memonitor TTV, mengobservasi karakteristik nyeri dan tingkat skala

nyeri, mengulang teknik relaksasi nafas dalam pada klien,

mengobservasi skala nyeri klien post partum spontan setelah

melakukan teknik relaksasi nafas dalam, mengkolaborasikan

pemberian terapi obat analgesik (obat Asam mefenamat 3x500 mg/8

jam) sesuai indikasi dokteruntuk mengurangi rasa nyeri setelah

melahirkan.
91

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien

2 dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera fisik didapatkan hasil bahwa skala nyeri Ny.J dilakukan selama

3x24 jam nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 2 setelah

melakukan teknik relaksasi nafas dalam satu kali sehari dengan durasi

setiap latihan 15 menit. Kemudian pada Ny.D dilakukan selama 2x24

jam nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 1setelah melakukan

teknik relaksasi nafas dalam satu kali sehari dengan durasi setiap

latihan 15 menit.

Terapi teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu cara

non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeriluka jahitan maupun

tidak terdapat luka jahitandibagian perineum pada ibu post partum

spontan setelah persalinan (Chapman, Vicky, 2006:265 dikutip dari

Imamah dkk, 2010). Berdasarkan fakta dan teori diatas membuktikan

bahwa adanya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap

penurunan nyeri akut klien pada ibu post partum spontan.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,

rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Tujuan

evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal

ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang

diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses


92

evaluasi terdiri atas dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien

yang baik kognitif, afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh

serta gejalanya serta membandingkan data yang terkumpul dengan

tujuan dan pencapaian tujuan ( Efendi & Makhfudli, 2009).

Evaluasi klien 1 (Ny.J) hari ketiga dari tindakan keperawatan

pada tanggal 29 Mei 2017, diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen cedera fisik yaitu data subyektif klien mengatakan nyeri

berkurang, nyeri timbul ketikaduduk atau berjalan nyeri terasa

sepertinyut-nyutan, tingkat skala nyeri turun dari skala 5 menjadi

skala 2, nyeri kadang-kadang. Data obyektif klien tampak lebih rileks,

tanda-tanda vital sign TD: 110/90 mmHg, N: 80x/menit, RR :

22x/menit, S: 36,50C. Data assessment masalah teratasi. Data

plainning pertahankan intervensi, memonitor tanda-tanda vital,

mengobservasi karakteristik nyeri dan tingkat skala nyeri, beri latihan

teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi terapi obat analgesik (obat

Asam Mefenamat 3x500 mg/8jam) sesuai indikasi dokter untuk

mengatasi nyeri kepala, nyeri otot, nyeri saat menstruasi, nyeri pasca

operasi atau nyeri setelah melahirkan, dan untuk mengatasi nyeri yang

disebabkan oleh trauma atau terputusnya jaringan tubuh.

Kemudian evaluasi klien 2 (Ny.D) hari kedua dari tindakan

keperawatan pada Ny. D tanggal 01 Mei 2017, diagnosa keperawatan

nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik yaitu data subyektif

klien mengatakan nyeri dibagian perineum setelah melahirkan sudah

berkurang, nyeri terasa sepertinyut-nyutan ketika berjalan, nyeri


93

dibagian perineum setelah melahirkan, tingkat skala nyeri berkurang

dari skala 5 menjadi skala 1, nyeri kadang-kadang. Data Obyektif

klien tampak lebih rileks, segar dan nyaman. TD : 110/80 mmHg, N :

80x/menit, RR : 20x/menit, S : 360C. Data assessment masalah

teratasi, data plainning pertahankan intervensi mengulangteknik

relaksasi nafas dalam dan kolaborasi terapi obat analgesik (obat Asam

Mefenamat 3x500 mg/8jam) sesuai indikasi dokter untukmengatasi

nyeri kepala, nyeri otot, nyeri saat menstruasi, nyeri pasca operasi, dan

untuk mengatasi nyeri yang disebabkan oleh trauma atau terputusnya

jaringan tubuh terutama pada nyeri akibat setelah melahirkan.

Hasil evaluasi klien 1 (Ny. J ) dan klien 2 (Ny. D) diagnosa

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

didapatkan bahwa hasil evaluasi klien 1 (Ny. J) skala nyeri berkurang

atau turun setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam pada hari

pertama sampai hari ketiga yaitu pada Ny. J tingkat skala nyeri

berkurang dari skala 5 menjadi skala 2 setelah diberikan teknik

relaksasi nafas dalam satu kali sehari dengan durasi setiap latihan 15

menit. Sedangkan hasil evaluasi klien 2 (Ny. D) skala nyeri berkurang

atau turun setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam pada hari

pertama sampai hari kedua yaitu pada Ny. D tingkat skala nyeri

berkurang dari skala 5 menjadi skala 1 setelah diberikan teknik

relaksasi nafas dalam satu kali sehari dengan durasi setiap latihan 15

menit.
94

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dikutip dari Wilujeng, R (2015)

teknik relaksasi napas dalam dapat dipercaya menurunkan intensitas

nyeri dengan menggunakan standar skala intensitas nyeri numerik 0

sampai 10 yaitu garis horizontal yang menunjukkan angka-angka 0

sampai 10 dengan angka 0 tidak merasakan nyeri dan angka 10

merasakan nyeri yang sangat berat, teknik relaksasi nafas dalam dapat

menurunkan nyeri melalui mekanisme yaitu dengan merelaksasikan

otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh

peningkatan prostaglandin sehingga meningkatkan terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah kedaerah yang

mengalami spasme dan iskemik. Teknik relaksasi nafas dalam mampu

merangsang tubuh untuk melepaskan endogen yaitu endorphin dan

enkefalin, mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat. Relaksasi

melibatkan sistem otot dan respires sehingga tidak membutuhkan alat

lain dan mudah dilakukan sewaktu-waktu atau kapan saja. Prinsip

yang mendasari penurunan nyeri oleh relaksasi terletak pada fisiologi

sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem perifer yang

mempertahankan sistem homestatis lingkungan internal individu.

Berdasarkan fakta dan teori diatas penulis dapat mengambil opini

bahwa teknik relaksasi nafas dalam menunjukkan adanya keuntungan

untuk mengurangi rasa nyeri, stress baik fisik maupun emosional,

menurunkan rasa nyeri bagian perineum pada ibu post partum

spontan, relaksasi nafas dalam cukup efektif untuk memunculkan

keadaan tenang dan rileks sehingga nyeri bagian perineum pada klien
95

Ny.J dan Ny.D sudah teratasi atau berkurang sehingga klien dapat

merasa lebih tenang dan lebih rileks.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dalam proses keperawatan penulis melakukan pengkajian,

penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada asuhan

keperawan Ny. J dan Ny. D dengan post partum spontan menerapkan

tindakan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap Nyeri Akut

berhubungan dengan Agen Cidera Fisik pada ibu post partum spontan,

dengan kesimpulan:

6.1.1 Pengkajian

Pengkajian fokus pada klien 1 yaitu nyeri luka jahitan

perineum pada ibu post partum spontan dengan klien mengatakan

nyeri luka jahitan jalan lahir setelah melahirkan ketika bergerak

atau duduk, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri dibagian luka jahitan

jalan lahir (perineum), tingkat skala nyeri 5 dan nyeri hilang timbul

dengan TD:120/90 mmHg, N : 85 kali/menit, RR : 24 kali/menit, S

: 37,30C. Klien mengatakan riwayat obstetri G2 P1 A0.

Pengkajian fokus pada klien 2 yaitu nyeri dibagian perineum pada

ibu post partum spontan dengan klien mengatakan nyeri bagian

perineum setelah melahirkan ketika duduk atau berjalan, nyeri

seperti tertusuk-tusuk, nyeri dibagian perineum, tingkat skala nyeri

5 dan nyeri hilang timbul, dengan TD:120/80 mmHg, N: 88

96
97

kali/menit, RR : 23 kali/menit, S : 36,8 OC. Klien mengatakan

riwayat obstetri G4 P3 A0.

6.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dari data pengkajian, penulis merumuskan masalah pada Ny. J dan

Ny. D dengan post partum spontan yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik.

6.1.3 Rencana Keperawatan

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas

dan dibuat perbandingan pada klien 1 dan 2 yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik, maka penulis menyusun

rencana keperawatan pada klien 1 (Ny. J) dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut

berkurang dari tingkat skala 5 menjadi skala 0 dengan kriteria hasil

a) klien tidak mengeluh nyeri, b) Klien melaporkan bahwa nyeri

berkurang dari tingkat skala nyeri 5 menjadi skala 0 dengan

menggunakan manajemen nyeri, c) klien dapat mengetahui

penyebab nyeri, d) Ekspresi wajah klien tampak tenang dan rileks,

e) Tanda – tanda vital sign dalam batas normal TD : 120/80 mmHg,

N : 60-100x/menit, RR : 16-24x/menit, S : 36,50C-37,50C.

Intervensi keperawatan pada klien 1 (Ny.J) perencanaan yang

pertama yaitu memonitor tanda-tanda vital untuk mengetahui

keadaan umum klien selama perawatan. Perencanaan kedua yaitu

mengkaji karakteristik nyeri untuk mengetahui nyeri yang

dirasakan klien, perencanaan ketiga yaitu berikan kesempatan


98

istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman untuk

memberikan posisi yang tepat bagi klien agar nyeri tidak

bertambah, perencanaan keempat yaitu ajarkan teknik relaksasi

nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu

cara non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ruptur spontan

luka jahitan di perineum pada ibu post partum. Relaksasi

merupakan metode yang efektif untuk mengurangi nyeri dengan

cara relaksasi nafas dalam, membantu mengurangi tegangan otot,

sehingga menurunkan intensitas nyeri atau meningkatkan toleransi

nyeri, dengan cara mengajarkan klien untuk menggunakan

pernafasan abdomen berirama dan lambat enam sampai sembilan

kali permenit dan dapat mempertahankan irama yang lambat dan

konstan (Mander, 2003:149 dikutip dari Imamah dkk, 2010).

Perencanaan kelima kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

obat analgetik (obat Asam Mefenamat 3x500 mg/8jam) sesuai

indikasi dokter untuk mengurangi rasa nyeri.

Rencana keperawatan pada klien 2 (Ny. D) dengan tujuan

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nyeri

akut berkurang dari tingkat skala 5 menjadi skala 0 dengan kriteria

hasil a) klien tidak mengeluh nyeri, b) Klien melaporkan bahwa

nyeri berkurang dari tingkat skala nyeri 5 menjadi skala 0 dengan

menggunakan manajemen nyeri, c) klien dapat mengetahui

penyebab nyeri, d) Ekspresi wajah klien tampak tenang dan rileks,

e) Tanda – tanda vital sign dalam batas normal TD : 120/80 mmHg,


99

N : 60-100x/menit, RR : 16-24x/menit, S : 36,50C-37,50C.

Intervensi keperawatan pada klien 2 (Ny. D) yaitu perencanaan

yang pertama memonitor tanda-tanda vital untuk mengetahui

keadaan umum klien selama perawatan. Perencanaan kedua yaitu

mengkaji karakteristik nyeri untuk mengetahui nyeri yang

dirasakan klien, perencanaan ketiga yaitu berikan kesempatan

istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman untuk

memberikan posisi yang tepat bagi klien agar nyeri tidak

bertambah, perencanaan keempat yaitu ajarkan teknik relaksasi

nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu

cara non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ruptur spontan

luka jahitan di perineum pada ibu post partum. Relaksasi

merupakan metode yang efektif untuk mengurangi nyeri dengan

cara relaksasi nafas dalam, membantu mengurangi tegangan otot,

sehingga menurunkan intensitas nyeri atau meningkatkan toleransi

nyeri, dengan cara mengajarkan klien untuk menggunakan

pernafasan abdomen berirama dan lambat enam sampai sembilan

kali permenit dan dapat mempertahankan irama yang lambat dan

konstan (Mander, 2003:149 dikutip dari Imamah dkk, 2010).

Perencanaan kelima kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

obat analgetik (obat Asam Mefenamat 3x500 mg/8jam) sesuai

indikasi dokter untuk mengurangi rasa nyeri.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada

klien 1 (Ny. J) dan klien 2 (Ny. D) yang pertama yaitu relaksasi


100

nafas dalam. Tujuan teknik relaksasi nafas dalam yaitu untuk

mengurangi rasa nyeri pada ibu post partum spontan (Chapman,

Vicky, 2006:265 dikutip dari Imamah dkk, 2010).

6.1.4 Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan Ny . J dan Ny. D dengan post

partum spontan di ruang Flamboyan RSUD Ungaran telah sesuai

dengan intervensi yang penulis rumuskan. Penulis menekankan

pemberian latihan terapi relaksasi nafas dalam satu kali sehari

dengan durasi setiap latihan 15 menit terhadap nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik pada bagian perineum

setelah melahirkan.

6.1.5 Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada

klien 1 (Ny.J) dan selama dua hari pada klien 2 (Ny. D) sudah

dilakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta

berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang

didapatkan pada diagnosa pertama masalah keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik pada klien 1 teratasi

sebagian sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi dengan menggunakan metode SOAP pada hari ketiga

diperoleh hasil sebagai berikut respon subjektif : Klien mengatakan

nyeri luka jahitan perineum sudah sedikit berkurang, P : klien

mengatakan nyeri karena post partum spontan sedikit berkurang, Q:

Nyeri seperti nyut-nyutan, R : Nyeri dibagian luka jahitan di


101

perineum, S : Skala nyeri 2, T : Nyeri kadang-kadang. Respon

objektif ekspresi wajah klien tampak lebih rileks TD: 110/90

mmHg, N : 80x/menit, RR :22x/menit, S : 36,50C. Analisa masalah

sudah teratasi karena sesuai dengan kriteria hasil. Planning

intervensi dipertahankan, mengulang teknik relaksasi nafas dalam

ketika nyeri timbul dan kolaborasi pemberian terapi obat analgesik

sesuai indikasi dokter.

Evaluasi pada klien 2 dengan menggunakan metode SOAP

pada hari kedua diperoleh hasil sebagai berikut respon subjektif :

Klien mengatakan nyeri bagian perineum setelah melahirkan sudah

sedikit berkurang ketika berjalan. P : klien mengatakan nyeri

karena post partum spontan sedikit berkurang, Q: Nyeri seperti

nyut-nyutan, R : Nyeri di bagian perineum, S : Skala nyeri 1, T :

Nyeri kadang-kadang. Respon objektif ekspresi wajah klien tampak

lebih rileks,segar, tenang dan nyaman, TD: 110/80 mmHg, N :

80x/menit, RR :20x/menit, S : 360C. Analisa masalah teratasi

karena sesuai dengan kriteria hasil. Planning intervensi

dipertahankan, mengulang teknik relaksasi nafas dalam dan

kolaborasi pemberian terapi obat analgesik sesuai indikasi dokter.

Analisa masalah sudah teratasi tingkat skala nyeri klien berkurang

lebih cepat karena klien 2 sudah banyak pengalaman nyeri saat

melahirkan tentang cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

nafas dalam.
102

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post

partum spontan, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang

positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:

6.2.1 Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal

dan dapat bekerja sama dengan tim kesehatan lain serta

memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan dapat bekerja

sama dengan tim kesehatan lain serta memberikan pelayanan yang

bermutu demi meningkatkan kesembuhan klien khususnya pada

klien post partum spontan.

6.2.2 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan dapat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan serta memberikan pelayanan

yang profesional khususnya pada klien dengan post partum

spontan.

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga tercipta perawat profesional,

terampil dan berkompenen yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif.


103

6.2.4 Bagi penulis selanjutnya

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada

pasien secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati R. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika

Ambarwati R, Sunarsih D. 2011. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Andarmoyo,S. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta : Ar-Ruzz


Media.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Aspiani, Reny Yuli. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA,
NIC dan NOC. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Bobak, et all. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI). Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Bulechek dkk. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6


Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran.Cet. 1.


Jakarta : EGC

Darmawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan dan Kerangka Kerja.


Yogyakarta : Gosyeng Publising.

Dewi, Retna K. 2012. Perbedaan Tingkat Nyeri Ibu Post Partum yang Mengalami
Ruptur Spontan dengan dilakukan Episiotomi di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Stikes Ahmad Yani.Jurnal Skripsi. Yogjakarta.
Dharma, Kelana Kusuma. 2013. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : CV.
Trans Info Media.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Jawa Tengah.
Semarang : Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kota Semarang.


Semarang : Dinkes Kota Semarang

Efendi F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Herdman, Heather T. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Edisi 10. Jakarta : EGC

Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Imamah, E.N dkk. 2010. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri
Luka Jahitan Perineum Pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan. SURYA. Vol.02 No.VI

Irianto, Koes. 2014. Panduan Lengkap Biologi Reproduksi Manusia “Human


Reproductive Biology” untuk Para Medis dan Non Medis. Bandung :
ALFABETA

Judha, M dkk. 2012. Teori Pengaruh Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta :
Nuha Medika

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktek Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Jakarta : Salemba Medika.

Machfoedz, I & Suharjanti. 2010. Teknik membuat alat ukur penelitian bidang
kesehatan, keperawatan dan kebidanan. Yogyakarta : Fitrayana
Mander Rosemary, (2003). Nyeri Persalinan. Cet. 1. Jakarta : EGC
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Pueperium Care”.
Yogjakarta : Pustaka Pelajar

Meliala, L & Suryamiharja, A. 2007. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri


Neuropatik. Edisi 2 Hal. 40. Yogyakarta : Medika Gama Press

Mulati, T.S. 2017. Nyeri Perineum berdasarkan Karakteristik Pada Ibu Post
Partum. Jurnal Involusi Kebidanan. Vol.7 No.13

Nanny, V. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Nikmatur, R. 2012. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Ar-Ruzz


Medika

Nugroho, T.MPH. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) NIC & NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction
Publishing

Nurcholis, M. 2014. Makalah Dokumentasi Keperawatan Implementasi


Keperawatanhttps://www.academia.edu/8537857/Makalah_Dokumentasi
_Keperawatan_Implementasi_Keperawatan diakses tanggal 14 April
2017 jam 14.00 WIB.

Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


.Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Pedoman Rekam Medik Berorientasi Masalah. 2009. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktek. Edisi 4 Vol 1. Jakarta : EGC.

Prasetyo, S.N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Ridhyanti, A. 2013. Hubungan Antara Senam Kegel dengan Penyembuhan Luka


Jahitan Perineum pada Ibu Post Partum Spontan. Jurnal ilmiah STIKes
Aisyiyah. Bandung.

Saleha, S.2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Sayiner. 2009. The effect of post partum perineal trauma on the frequencies
perineal pain, urinary incontinence and dyspareunia. The Internet
Journal of Epidemiology. Vol 8 Number 1

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddarth. Edisi 8 Vol 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Solehati, T & Kosasih, C.E. 2015. Konsep dan Aplikasi Dalam Keperawatan
Maternitas. Bandung : PT. Refika Adatama

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata. 2010. Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan


dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : TIM. Trans Info Media.

Sunarsih, Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sulistyawati, A & Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Wilujeng, R.D. 2015. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Terhadap Penurunan Nyeri Disminore Pada Mahasiswi Tingkat II
AKBID GRIYA HUSADA SURABAYA. E-journal Penelitian. Surabaya
Lampiran lembar konsul
Lampiran Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FITRI ARIYANI

Tempat Tanggal Lahir : Karanganyar, 21 Februari 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Nangsri Kidul RT :04 /RW : 01, Kebakkramat

Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar.

Riwayat Pendidikan :

1. TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL


NANGSRI
2. SD N O1 NANGSRI
3. MTs NEGERI KARANGMOJO
4. SMA NEGERI 02 KARANGANYAR

Riwayat Organisasi : Sekretaris OSIS MTs Negeri Karangmojo

Riwayat Pekerjaan :-

Publikasi :-
Lampiran Lembar Audience
Lampiran Jurnal Tindakan
Lampiran lembar Observasi Skala Nyeri

Anda mungkin juga menyukai