Statistik KLHK 2020
Statistik KLHK 2020
IKLH 2019
Penyunting :
Pusat Data dan Informasi
Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Diterbitkan Oleh :
C KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
M
CM
MY
CY
CMY
INDEKS KUALITAS
LINGKUNGAN HIDUP 2019
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Y
ISBN : 978-602-8358-94-1
CM
MY
Pembina
CY
Dr. Ir. Siti Nubaya, M.Sc., Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
CMY
K
Pengarah
Dr. Ir. Bambang Hendroyono, M.M, Sekretaris Jenderal KLHK
Penanggung Jawab
Dr. Ir. Mahfudz, M.P, Kepala Pusat Data dan Informasi
Drs. Dasrul, M.M., ME., M.H, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara
Luckmi Purwandari, ST, M.Si, Direktur Pengendalian Pencemaran Air
Ir. Sigit Reliatoro, M.Sc, Plt. Direktur Pemulihan Lahan Akses Terbuka
Ir. Herman Hermawan, M.M, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kualitas dan Laboratorium Lingkungan
Tim Ahli
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. Dr. Liyantono, S.TP., M.Agr.
Drs. Hendra Setiawan
template 01.pdf 4 11/20/2020 7:27:39 AM
Tim Penyusun
Juarno,
SubBidang Penyaji Informasi
Wiyoga, SE,
SubBidang Basis Data
Y
Dwi Astuti Endah E.P.,STP.,MES.,
CM
Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka
MY
CY
Laila Yunita Widiastuti, SH., M.Si.,
CMY
Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka
K
Dra. Asiah,
Direktorat Pengendalian Pencemaran Air
template 01.pdf 5 11/20/2020 7:27:41 AM
Daftar Istilah
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja NSF-WQ National Sanitation Foundation-
Daerah Water Quality Index
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja MJP Manufaktur Prasarana dan Jasa
Negara
O3 Ozon
AQMS Air Quality Monitoring System
ONLIMO Online Monitoring untuk Kualitas
BOD Biochemical Oxygen Demand Air
BPS Badan Pusat Statistik PEM Pertambangan Energi dan Migas
Menengah Nasional
CY
EPI Environmental Performance Index
CMY
RTP Rencana Tata Ruang Pulau
HC Hydrocarbon
K
RTH Ruang Terbuka Hijau
HD Hutan Desa
SBKH Semak Belukar dalam kawasan
HKM Hutan Kemasyarakatan hutan
HTR Hutan Tanaman Rakyat SBL Semak Belukar berfungsi lindung
Daftar Isi
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Profil IKLH Provinsi viii
Ringkasan Ekskutif xi
Kata Pengantar xv
BAB I. Pendahuluan 1
I.1. Latar belakang 2
I.2 Maksud dan Tujuan 4
I.3. Ruang Lingkup 4
I.4. Dasar Hukum 5
BAB II. Metodologi 7
C
CY
II. 2.2. Indeks Kualitas Udara 11
CMY II. 2.3. Indeks Kualitas Tutupan Lahan 13
K
Daftar Tabel
Tabel 1. Indikator dan Parameter IKLH 9
Tabel 2. Standar Kualitas Udara Berdasarkan EU Directives 13
Tabel 3. Baku Mutu Udara Berdasarkan WHO 13
Tabel 4. Titik Sampling Pemantauan Kuaitas Air Sungai 15
Tabel 5. Lokasi Sampling Pemantauan Kualitas Udara pada setiap Provinsi di Indonesia 17
Tabel 6. Jenis dan Sumber Data Tutupan Lahan 18
Tabel 7. Hasil Penghitungan IKA, IKU, IKTL dan IKLH Tahun 2019 23
Tabel 8. Nilai Minimum dan Maksimum Indikator IKLH Tahun 2019 24
Tabel 9. Predikat Nilai IKLH secara Nasional Tahun 2019 25
Tabel 10. Predikat Nilai IKA secara Nasional Tahun 2019 29
Tabel 11. Rekapitulasi hasil perhitungan Indeks Kualitas Air Nasional Tahun 2015-2019 31
Tabel 12. Tren kecenderungan linear nilai IKA setiap provinsi selama 5 tahun terakhir 32
C
M
Tabel 13. Predikat Nilai IKU secara Nasional Tahun 2019 36
Y
Tabel 14. Rekapitulasi hasil perhitungan Indeks Kualitas Udara Nasional Tahun 2015-2019 38
CM
MY
Tabel 15. Tren kecenderungan linear nilai IKU setiap provinsi selama 5 tahun terakhir 39
CY
Tabel 16. Predikat Nilai IKTL secara Nasional Tahun 2019 43
CMY
K
Tabel 17. Nilai IKTL Provinsi Tahun 2015 dan 2019 46
Tabel 18. Tren kecenderungan linear nilai IKTL setiap provinsi selama 5 tahun terakhir 47
Daftar Gambar
Gambar 1. Peta Sebaran Titik Pemantauan Kualitas Udara Ambien dengan Metode
Passive Sampler 16
Gambar 2. Peta Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2019 26
Gambar 3. Peta Indeks Kualitas Air 2019 30
Gambar 4. Kecenderungan nilai BOD dan COD pada sungai utama di Jawa Barat 33
Gambar 5. Peta Indeks Kualitas Udara 2019 37
Gambar 6. Konsentrasi rata-rata NO2 dan SO2 nasional tahun 2015-2019 40
Gambar 7. Distribusi konsentrasi NO2 dan SO2 tertinggi pada 4 lokasi kegiatan 40
Gambar 8. Analisis Drive – Pressure – State – Impact - Responses (DPSIR) pada
Program Langit Biru 42
Gambar 9. Peta Indeks Kualitas Tutupan Lahan 2019 44
Gambar 10. Grafik sebaran jumlah titik panas regional Kalimantan 2016-2019 49
C Sumber: www.sipongi.menlhk.go.id
M Gambar 11. Grafik Luasan Lahan Terbakar Kalimantan 2015-2019
50
Y Sumber: www.sipongi.menlhk.go.id
CM
MY
CY
CMY
Daftar Profil
IKLH Provinsi
Aceh Kepulauan Bangka Belitung
a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
58 66
Sumatera Utara Kepulauan Riau
a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
59 67
Sumatera Barat DKI Jakarta
a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
C b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
M 60 68
Y
MY a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
CY
b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
61 69
CMY
Daftar Profil
IKLH Provinsi
Bali Sulawesi Utara
a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
74 82
Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah
a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
75 83
Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan
a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
C b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
M 76 84
Y
MY a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
CY
b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
CMY
77 85
K
Daftar Profil
IKLH Provinsi
Papua Barat Papua
a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019 a. Profil IKLH Propinsi Tahun 2019
b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai b. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
90 91
CM
MY
CY
CMY
Ringkasan Ekskutif
Indeks kualitas lingkungan Indeks National Sanitation Foundation Water
hidup (IKLH) merupakan indeks Quality Index (NSF-WQI). Sementara IKTL,
yang menggambarkan kondisi dari parameter yang dinilai selain tutupan hutan, juga
hasil pengelolaan lingkungan hidup menambahkan tutupan belukar dan belukar rawa
secara Nasional, dimana IKLH pada kawasan hutan, dan kawasan yang memiliki
merupakan generalisasi dari indeks fungsi lindung (lereng dengan kemiringan >25%
kualitas lingkungan hidup seluruh dan sempadan sungai, danau, pantai), ruang
Kabupaten/Kota dan Provinsi di terbuka hijau, kebun raya dan taman
Indonesia. IKLH terdiri dari 3 keanekaragaman hayati. Sementara itu Indeks
indikator, yaitu Indikator Indeks Kualitas Udara (IKU), parameter yang diukur
Kualitas Air (IKA) (7 parameter: TSS, tetap, yaitu SO2 dan NO2.
DO, BOD, COD, Total Fosfat, Fecal
Coli, dan Total Coliform); Indeks Pada Tahun 2019 ini, perhitungan IKA
Kualitas Udara (IKU) (2 parameter: dikembalikan lagi seperti Tahun 2014 dengan
C
SO2 dan NO2); dan Indeks Kualitas menggunakan 7 parameter. Perhitungan IKA
M
Tutupan Lahan (IKTL) (parameter menggunakan metode indeks pencemar dengan
Y
yang diukur luas tutupan hutan). konsep semakin tinggi nilai indeks pencemar
CM semakin buruk kualitas airnya. Metode ini dapat
MY
Dalam perkembangannya menentukan status mutu air yang dipantau
CY
(Tahun 2009-2019) penghitungan terhadap baku mutu air dengan satu seri data
CMY
IKLH telah mengalami sehingga tidak banyak membutuhkan biaya dan
K
penyempurnaan sebanyak 4 kali. waktu. Baku mutu yang digunakan dalam analisis
Tahun 2018 terdapat 2 indikator yang indeks pencemaran adalah klasifikasi baku mutu
disempurnakan yaitu Indeks Kualitas air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah
Air (IKA) dan Indeks Kualitas Nomor 82 Tahun 2001. Selanjutnya Nilai IKA
Tutupan Lahan (IKTL). Pada setiap provinsi dihitung dari rata-rata IKA semua
komponen IKA, jumlah parameter sampel dalam provinsi tersebut.
yang digunakan bertambah menjadi
10 parameter, yaitu DO, Fecal IKU nasional dihitung berdasarkan hasil
Coliform, COD, pH, BOD, NH3-N, pengukuran kualitas udara ambien di kab/kota
TP, TSS, NO3-N, dan TDS dengan dilakukan pada 4 (empat) lokasi yang mewakili
perhitungan berdasarkan metode wilayah industri, pemukiman, transportasi, dan
Indeks National Sanitation perkantoran dengan metode manual passive
Foundation Water Quality Index sampler. Metodologi perhitungan IKU
(NSF-WQI). Sementara IKTL, mengadopsi standar European Union Directives.
parameter yang dinilai selain tutupan Indeks ini dikalkulasi untuk data rata-rata perjam,
hutan, juga menambahkan tutupan harian dan tahunan.
belukar dan belukar rawa pada
kawasan hutan, dan kawasan yang
poin. Sementara nilai IKU dan IKTL 2019 Sangat baik (IKA > 70) tidak ada,
MY
dan 0,97 poin. Penurunan IKLH lebih disebabkan (Bangka Belitung, Bali, Sumatera
CMY
CMY
Timur), yang sesuai dengan penilaian predikat
K
Cukup baik
2 provinsi tersebut. Strategi yang sesuai adalah sebagai
(Banten dan Jawa Barat), berikut:
Kurang baik
1 provinsi
1. Perbaikan kualitas lingkungan hidup
(DKI Jakarta),
dimaksudkan untuk memperbaiki
Sangat kurang baik
indikator kualitas lingkungan hidup
tidak ada.
(IKA, IKU, dan IKTL) yang masih
berada pada predikat kurang baik,
IKTL Nasional berada pada predikat
sangat kurang baik, dan waspada
cukup baik. Predikat nilai IKTL untuk setiap
dengan memfokuskan pada perbaikan
provinsi adalah sebagai berikut:
pada indikator strategis, yaitu IKA dan
Sangat baik (IKTL > 80) 7 provinsi IKU.
(Papua Barat, Papua, Maluku, 2. Perbaikan IKA dan IKU diutamakan
Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, pada provinsi yang memiliki bobot
Maluku Utara, dan Sulawesi Tengah), kontribusi nilai indeks besar terutama
Sangat baik (IKTL > 80) 7 provinsi Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan
(Papua Barat, Papua, Maluku, Jawa Tengah.
Kalimantan Utara, Kalimantan Timur,
Maluku Utara, dan Sulawesi Tengah),
CM
MY
CY
CMY
CM
MY
CY
CMY
K
template 01.pdf 18 11/20/2020 7:28:00 AM
M
1 Pendahuluan
a. Latar Belakang
Y
CM
CMY
K
c. Ruang Lingkup
d. Dasar Hukum
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup hayati (organisme biotik) yang timbul atau
(IKLH) merupakan indikator kinerja terjadi sebagai akibat aktivitas atau
pengelolaan lingkungan hidup secara kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan
nasional yang dapat digunakan sebagai politik suatu masyarakat, termasuk dalam
bahan informasi untuk mendukung proses hal ini upaya konservasi sumber daya
pengambilan kebijakan yang berkaitan hayati. Adapun isu coklat berkenaan dengan
dengan perlindungan dan pengelolaan status, mutu, dan kelimpahan sumber daya
lingkungan hidup. non-hayati (abiotik) yang mewujud sebagai
akibat aktivitas atau kehidupan sosial,
Nilai IKLH Nasional merupakan ekonomi, budaya dan politik suatu
indeks kinerja pengelolaan lingkungan masyarakat, termasuk dalam hal ini
hidup secara Nasional. IKLH merupakan berbagai upaya pengendalian pencemaran
generalisasi dari indeks kualitas lingkungan dan kerusakan lingkungan yang dilakukan.
C
hidup seluruh Provinsi di Indonesia,
M
CM
kinerja pengelolaan lingkungan terukur dari penyempurnaan kembali dengan
MY
indeks kualitas lingkungan hidup seluruh pengembangan metodologi perhitungan
CY Kabupaten/Kota di Provinsi tersebut. indeks kualitas air (IKA). Pada periode ini
CMY
status mutu air yang digunakan adalah
K
Indikator kualitas lingkungan yang status mutu air kelas I Peraturan Pemerintah
digunakan untuk menghitung IKLH terdiri (PP) No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
dari 3 indikator yaitu indicator Indeks Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Kualitas Air (IKA) yang diukur berdasarkan Air, sehingga nilai maksimum berada di
parameter-parameter TSS, DO, BOD, COD,
angka 100 dan nilai minimum berada di
Total Fosfat, Fecal Coli, dan Total Coliform;
Indeks Kualitas Udara (IKU), yang diukur angka 20. Selain itu juga
berdasarkan parameter SO2 dan NO2; dan dilakukan penyempurnaan metodologi
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) yang perhitungan indeks kualitas tutupan lahan
diukur berdasarkan luas tutupan hutan.
(IKTL) dengan mempertimbangkan aspek
Luas tutupan hutan (Forest cover index) dan perubahan tutupan hutan (Forest
performance index).
Kondisi tutupan tanah (Soil condition index). Indeks ini terkait dengan parameter C
(tutupan lahan) dalam perhitungan erosi dan air limpasan.
Konservasi sepadan sungai/danau/pantai (Water health index). Kondisi tutupan lahan
di kanan kiri sungai (ekosistem riparian).
Kondisi habitat (Land habitat index). Tingkat fragmentasi hutan/habitat.
Y
lingkungan dan penegakan hukum Penyempurnaan IKLH pada tahun
CM
lingkungan. tersebut dilakukan sehubungan dengan
MY adanya Rencana Pembangunan Jangka
CY
Tahun 2018 Pusat Penelitian dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 -
CMY
Pengembangan Kualitas dan Laboratorium 2019 yang menegaskan bahwa kebijakan
K
Lingkungan (P3KLL), Badan Litbang dan pengelolaan kualitas lingkungan hidup
Inovasi KLHK, mengembangkan metode diarahkan pada peningkatan Indeks
penghitungan Indeks Kualitas Air (IKA) Kualitas Lingkungan Hidup yang
yang disebut metode Indeks Kualitas Air mencerminkan kondisi kualitas air, udara
modifikasi Indonesia (IKA–INA). Metode dan tutupan lahan, yang dilakukan dengan
tersebut merupakan hasil modifikasi dari meningkatkan kapasitas pengelolaan
National Sanitation Foundation- Water lingkungan dan penegakan hukum
Quality Index (NSF-WQI). Sedangkan untuk lingkungan.
pengembangan metode penghitungan
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) Tahun 2018 Pusat Penelitian dan
dilakukan dengan menambahkan tutupan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium
belukar dan belukar rawa yang berada di Lingkungan (P3KLL), Badan Litbang dan
kawasan hutan dan kawasan berfungsi Inovasi KLHK, mengembangkan metode
lindung yaitu sempadan sungai, danau dan penghitungan Indeks Kualitas Air (IKA)
! " #$ &! '&* +=& yang disebut metode Indeks Kualitas Air
kebun raya, dan taman keanekaragaman modifikasi Indonesia (IKA–INA). Metode
hayati. tersebut merupakan hasil modifikasi dari
National Sanitation Foundation- Water
CM
menentukan status mutu air yang dipantau Pemerintah Daerah.
3. Sebagai instrumen indikator
MY
terhadap baku mutu air dengan satu seri
CY keberhasilan Pemerintah dan
CMY
data sehingga tidak banyak membutuhkan Pemerintah Daerah dalam mengelola
K biaya dan waktu. Baku mutu yang dan mengendalikan pencemaran dan
digunakan dalam analisis indeks kerusakan lingkungan.
pencemaran adalah klasifikasi baku mutu
c. Ruang Lingkup
air kelas II berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. IKLH 2019 merupakan hasil
penggabungan analisis dari tiga indikator
komponen lingkungan yang meliputi:
Selain pengembangan metode,
Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks Kualitas
dikembangkan pula strategi lain yaitu Udara (IKU), dan Indeks Kualitas Tutupan
penguatan sistem pemantauan kualitas Lahan (IKTL) dari 34 Provinsi yang
lingkungan hidup, penguatan mekanisme bersumber dari data Tahun 2019. Secara
spesifik, IKA, IKU, dan IKTL Tahun 2019
pemantauan yang terintegrasi, serta
menggunakan data yang diperoleh dari :
penyediaan data dan sistem informasi
1. Hasil pemantauan kualitas air sungai di
lingkungan hidup yang valid dan akurat.
34 Provinsi.
M
1. Pasal 28 H Undang-Undang Dasar
Y
Negara Republik Indonesia 1945.
CM 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun1999
MY tentang Kehutanan.
CY
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
CMY
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
K
Lingkungan Hidup.
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2018
tentang Informasi Keterbukaan Publik.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rancangan Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No.45 Tahun 1997 tentang Indeks
Standar Pencemaran Udara.
8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air.
CM
MY
CY
CMY
K
template 01.pdf 24 11/20/2020 7:28:08 AM
M
2 Metodologi
1. Kerangka Pemikiran
Y
CM
2. Struktur dan Indikator
MY
CY
CMY
Kualitas Lingkungan Hidup
K
Bab II Metodologi
2. 1. Kerangka Pemikiran
M
Nilai IKLH merupakan indeks
Y
kinerja pengelolaan lingkungan hidup
CM nasional, yang merupakan generalisasi dari
MY
CY
CMY
Fecal Coliform, dan Total Coliform. kawasan hutan atau pada kawasan yang
Perhitungan IKA kembali menggunakan memiliki fungsi lindung seperti sempadan
metode indeks pencemar dengan konsep sungai, sempadan danau, sempadan pantai,
semakin tinggi nilai indeks pencemar lereng dengan kemiringan >25%. Selain itu
semakin buruk kualitas airnya. Metode ini juga menambahkan ruang terbuka hijau,
dapat menentukan status mutu air yang kebun raya dan taman keanekaragaman
dipantau terhadap baku mutu air dengan hayati. Kemudian untuk indeks kualitas
satu seri data sehingga tidak banyak udara (IKU), parameter yang diukur tetap,
membutuhkan biaya dan waktu. Baku mutu yaitu SO2 dan NO2. Tabel 1 menyajikan
yang digunakan dalam analisis indeks parameter yang diukur untuk setiap
pencemaran adalah klasifikasi baku mutu komponen IKLH dan bobot masing-masing
air kelas II berdasarkan Peraturan komponen.
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
TSS
K
DO
BOD
1. Kualitas Air Sungai COD 30%
Total Fosfat
Fecal Coliform
Total Coliform
SO2
2. Kualitas Udara 30%
NO2
Keterangan :
IKLH_Provinsi = Indeks Kualitas Lingkungan Tingkat Provinsi
Setelah didapatkan nilai IKLH Provinsi, selanjutnya dihitung IKLH Nasional dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
M
2. 2. Struktur dan Indikator Kualitas Lingkungan Hidup
Y
CM
IKLH Tahun 2019 dihitung berdasarkan:
MY
1. data hasil pemantauan kualitas air dari 34 provinsi;
CY
K
pemukiman, industri dan komersial dari 427 kabupaten/kota; dan
3. data hasil analisis citra satelit tutupan lahan dan data tabular ruang terbuka hijau,
kebun raya serta taman kehati (keanekaragaman hayati).
Perhitungan IKA, IKU, dan IKTL dihitung untuk setiap Provinsi. Sementara nilai IKA,
IKU, dan IKTL Nasional merupakan agregasi dari nilai IKA, IKU, dan IKTL semua provinsi
dengan memberikan bobot setiap provinsi berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah.
Nilai IKA, IKU, dan IKTL provinsi. Bobot provinsi dihitung sebagai berikut:
Indeks Kualitas Air (IKA) tahun 2019 dihitung menggunakan Indeks Pencemar (IP)
dengan mempertimbangkan segmen hulu, tengah, dan hilir Daerah Aliran Sungai (DAS).
Nilai IKA berbanding terbalik dengan nilai IP, semakin tinggi nilai IP maka nilai IKA semakin
rendah.
Pij adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij,
di mana Ci menyatakan konsentrasi parameter i kualitas air dan Lij menyatakan konsentrasi
parameter i kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air j. Sedangkan
(Ci/Lij) M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij dan (Ci/Lij) R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij.
Baku mutu peruntukan yang digunakan adalah klasifikasi baku mutu air kelas II berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Evaluasi terhadap Pij adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 Pij 1,0
2. Tercemar ringan jika 1,0 < Pij 5,0
3. Tercemar sedang jika 5,0 < Pij 10,0
4. Tercemar berat jika Pij > 10.0
C
Transformasi nilai IP ke dalam indeks kualitas air (IKA) dilakukan dengan mengalikan
M
bobot nilai indeks dengan presentase pemenuhan baku mutu. Persentase pemenuhan baku
Y mutu didapatkan dari hasil penjumlahan titik sampel yang memenuhi baku mutu terhadap
CM
jumlah sampel dalam persen. Sedangkan bobot indeks diberikan batasan sebagai berikut : 70
MY
untuk memenuhi baku mutu, 50 untuk tercemar ringan, 30 untuk tercemar sedang dan 10
untuk tercemar berat.
CY
CMY
Indeks Kualitas Udara pada (CiteairII) dengan Judul “CAQI Air Quality
umumnya dihitung berdasarkan lima Index : Comparing Urban Air Quality
pencemar utama yaitu oksidan/ozon di accros Borders-2012”. Common Air Quality
permukaan, bahan partikel, karbon Index (CAQI) ini digunakan melalui
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2) dan www.airqualitynow.eu sejak 2006. Indeks
nitrogen dioksida (NO2). Namun untuk ini dikalkulasi untuk data rata-rata perjam,
saat ini (IKLH 2019) perhitungan indeks harian dan tahunan.
kualitas udara hanya menggunakan dua
parameter saja yaitu NO2 dan SO2 (lihat Penghitungan Indeksnya adalah
Tabel 1). Parameter NO2 mewakili emisi dengan membandingkan nilai rata-rata
dari kendaraan bermotor yang tahunan terhadap standar European Union
menggunakan bahan bakar bensin, dan SO2 (EU) Directives. Apabila nilai indeks > 1,
mewakili emisi dari industri dan kendaraan berarti bahwa kualitas udara tersebut
diesel yang menggunakan bahan bakar melebihi standar EU. Sebaliknya apabila
solar serta bahan bakar yang mengandung @*X [ *&X &@
sulfur lainnya. memenuhi standar EU. Standar kualitas
udara EU Directive ini saat ini masih
IKU nasional dihitung dari IKU diperhitungkan sebagai dasar penentuan
C
Y
setelah diperoleh data konsentrasi rata-rata (WHO).
CM
tahunan parameter pencemar udara berupa
MY SO2 dan NO2 dari hasil pengukuran
CY kualitas udara ambien kabupaten/kota.
CMY
Pengukuran kualitas udara ambien di
K
kab/kota dilakukan pada 4 (empat) lokasi
yang mewakili wilayah industri,
pemukiman, transportasi, dan perkantoran
dengan metode manual passive sampler
dengan persyaratan dan kriteria yang telah
ditetapkan. Pengumpulan data tersebut
dilakukan melalui mekanisme tugas
perbantuan ke Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi dan didukung dengan APBN di
Direktorat Pengendalian Pencemaran
Udara, Direktorat Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
MY
Selanjutnya indeks udara model EU (IEU) dikonversikan menjadi Indeks Kualitas
CY
Udara (IKU) melalui persamaan sebagai berikut:
CMY
Tutupan Hutan yang terdiri dari (1) hutan Tutupan Belukar dan Belukar Rawa pada
lahan kering primer; (2) hutan lahan Kawasan Hutan;
kering sekunder/bekas tebangan; (3) Tutupan Belukar dan Belukar Rawa pada
hutan mangrove primer; (4) hutan Areal Penggunaan Lain namun berada
mangrove sekunder/bekas tebangan; (5) pada fungsi lindung (kemiringan lereng
hutan rawa primer; (6) hutan rawa >25% dan pada sempadan sungai, danau
sekunder/bekas tebangan, dan (7) hutan dan sempadan pantai);
tanaman; Tutupan berupa Ruang Terbuka Hijau
(hutan kota, taman kota), kebun raya, dan
taman keanekaragaman hayati (kehati).
Dengan adanya penambahan tutupan vegetasi non hutan maka rumus yang digunakan
pada penghitungan IKTL tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Luas Tutupan Hutan + (( L. Bukar pada KH + L. Bukar pada APL berfungsi lindung + RTH) x 0,6
TL =
C
Luas Wilayah Administrasi Provinsi
M
Y
2. 3. Sumber dan Kualitas Data
CM
CY
Data bersumber dari data primer dan Pengetahuan Indonesia,
CMY data sekunder. Data primer berasal dari 5. Data taman keanekaragaman hayati dari
K
hasil pengukuran pemantauan kuallitas air Direktorat Jenderal Konservasi
dan kualitas udara. Data sekunder berasal Sumberdaya Alam Ekosistem,
dari hasil interpretasi satelit tutupan lahan 6. Data demografi dan luas wilayah
liputan tahun 2017, data statistik luas ruang bersumber dari BPS Tahun 2019.
terbuka hijau, kebun raya, dan taman kehati,
demografi, dan luas wilayah Indonesia 2. 3. 2. Jenis Data
Tahun 2019. A. Kualitas Air
1. Data primer pengukuran kualitas air dan Data kualitas air merupakan data
kualitas udara berasal dari Direktorat hasil pengukuran langsung yang mewakili
Jenderal Pengendalian Pencemaran dan wilayah, hulu, tengah dan hilir dari 15
Kerusakan Lingkungan Tahun 2019, daerah aliran sungai (DAS) prioritas yang
2. Data tutupan hutan dan belukar tersebar di 34 provinsi. Data diambil pada
bersumber dari Direktorat Jenderal setiap titik pemantauan sebanyak 2-4 kali
Planologi Kehutanan dan Tata yang mewakili kondisi musim hujan dan
Lingkungan Tahun 2018, musim kemarau. Pemantauan kualitas air
3. Data ruang terbuka hijau dari Direktorat sungai dilakukan pada 704 titik yang
Jenderal Cipta Karya Kenterian PUPR tersebar di hulu, tengah dan hilir 101 sungai
dan Pemerintah Provinsi, (Tabel 4).
17 Jawa Barat 5 87
CY 2. Pemukiman
CMY
18 Jawa Tengah 8 25
Lokasi di daerah pemukiman dipilih untuk
K 19 Jawa Timur 5 32
mengetahui tingkat pencemaran udara yang
20 D.I. Yogyakarta 5 21
diakibatkan oleh adanya emisi gas buang
21 Bali 5 31 yang keluar dari kegiatan di sekitar
22 Nusa Tenggara Barat 3 24 pemukiman padat.
23 Nusa Tenggara Timur 3 18
24 Sulawesi Selatan 4 27 3. Perkantoran/pasar/komersial
25 Sulawesi Tengah 1 6 Lokasi di daerah perkantoran/komersil
26 Sulawesi Utara 2 13 adalah untuk mengetahui tingkat
27 Sulawesi Tenggara 2 10 pencemaran udara di wilayah
28 Gorontalo 3 20 perkantoran/komersil akibat adanya emisi
29 Sulawesi Barat 2 13 terutama bersumber dari aktivitas yang ada
30 Maluku 5 30 di sekitar lokasi atau kawasan padat
31 perkantoran/pasar/ komersil.
Maluku Utara 3 18
32 Papua 2 14
4. Perkantoran/pasar/komersial
33 Papua Barat 1 6
Lokasi di daerah perkantoran/komersil
34 DKI Jakarta 3 12
adalah untuk mengetahui tingkat
TOTAL 101 704
CM
MY
CY
CMY
Gambar 1. Peta Sebaran Titik Pemantauan Kualitas Udara Ambien dengan Metode
Passive Sampler
K
20 Kalimantan Barat 14 14 15 14 57
21 Kalimantan Selatan 13 13 14 13 53
22 Kalimantan Tengah 14 14 15 14 57
23 Kalimantan Timur 10 10 10 10 40
24 Kalimantan Utara 5 5 5 5 20
25 Gorontalo 6 6 6 6 24
26 Sulawesi Tengah 9 9 9 9 36
27 Sulawesi Selatan 24 25 24 24 97
28 Sulawesi Tenggara 12 12 12 12 48
29 Sulawesi Utara 12 12 13 12 49
30 Sulawesi Barat 6 6 6 6 24
31 Maluku 6 6 6 6 24
32 Maluku Utara 6 6 6 6 24
33 Papua 3 3 3 3 12
34 Papua Barat 3 3 3 3 12
Jumlah 427 431 437 431 1726
10 Ruang terbuka hijau Ditjen Cipta RTH, kebun raya dan taman
CY
Karya/ Pemprov keanekaragaman hayati (0,6 dari
CMY
11 Kebun Raya LIPI tutupan hutan)
K
12 Taman Keanekaragaman Hayati Ditjen KSDAE
Kualitas data primer dan sekunder diambil dari unit kerja yang memiliki tugas dan
fungsi untuk mengukur atau mengelola data tersebut. Dalam pengukuran atau pengambilan
sampel data kualitas air dan udara, untuk menjamin validitas data, pengambilan atau
pengukuran dilakukan dengan cara membuat sistem kontrol, yaitu dengan membuat blanko
perjalanan dan atau blanko laboratorium pada sampel masing-masing lokasi sampling.
CM
MY
CY
CMY
CM
MY
CY
CMY
K
template 02.pdf 8 11/20/2020 7:26:59 AM
Y
3 IKLH dan
Perhitungan
1. Kualitas Lingkungan Hidup
CM
MY
Nasional dan Provinsi
CY
CMY
2. Strategi Perbaikan Kualitas
K
Lingkungan Hidup
Tabel 7. Hasil Penghitungan IKA, IKU, IKTL dan IKLH Tahun 2019
C
14 DI Yogyakarta 85,19 35,37 32,69 49,24
M
15 Jawa Timur 83,06 50,79 50,23 60,25
Y
16 Banten 74,98 43,11 39,16 51,09
CM
Y
perlu difokuskan pada provinsi yang pengaruh terbesar terhadap nilai IKLH
CM
memiliki nilai IKU, IKA, dan/atau IKTL Nasional. Provinsi dengan jumlah penduduk
MY terendah. 17 Provinsi memiliki nilai IKLH di terbesar yang berada di ekoregion Jawa,
CY bawah IKLH Nasional dan 17 Provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
CMY
memiliki IKLH di atas nilai IKLH Nasional. Jawa Timur sangat mempengaruhi nilai
K
Seluruh provinsi yang berada di ekoregion IKLH Nasional. Demikian pula provinsi
Jawa mempunyai nilai IKLH di bawah IKLH dengan luas wilayah terbesar di ekoregion
Nasional. Sementara seluruh provinsi di Papua dan ekoregion Kalimantan, yaitu
ekoregion Maluku dan Papua memiliki nilai Provinsi Papua, Kalimantan Barat,
IKLH di atas IKLH Nasional. Ekoregion Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur
lainnya sebagian provinsi nilai IKLHnya di juga sangat mempengaruhi nilai IKLH
bawah dan sebagian lagi di atas IKLH Nasional. Sementara provinsi dengan
Nasional. Lebih lanjut Tabel 8 menunjukkan jumlah penduduk dan luas wilayah yang
bahwa Provinsi DKI Jakarta memiliki nilai cukup besar di ekoregion Sumatera, seperti
IKU, IKTL, dan IKLH terendah Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
dibandingkan Provinsi lainnya serta jauh di dan Riau juga memberikan kontribusi yang
bawah nilai IKU, IKTL maupun IKLH besar terhadap nilai IKLH Nasional.
Nasional. Sementara Papua Barat memiliki
nilai IKTL dan IKLH tertinggi. Sementara 12 provinsi dengan jumlah
penduduk dan atau luasan wilayah yang
Setiap provinsi memberi kontribusi kecil memberikan kontribusi terendah
terhadap nilai IKLH Nasional dengan
terhadap nilai nasional secara proporsional
kontribusi keseluruhan dari 12 provinsi
tersebut kurang dari 12%. Semua provinsi yang berada di ekoregion Maluku termasuk dalam
kelompok ini. Selain itu Bali dan Nusa Tenggara Barat (ekoregion Bali Nusa Tenggara),
Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara (ekoregion Sulawesi),
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Bengkulu (ekoregion Sumatera), dan DI Yogyakarta
(ekoregion Jawa) merupakan kelompok provinsi dengan kontribusi kecil terhadap nilai IKLH
Nasional meskipun rata-rata nilai IKLH kedua belas provinsi tersebut lebih besar dari nilai
IKLH Nasional.
Predikat IKLH Nasional berada pada predikat Cukup Baik. Predikat IKLH untuk setiap
provinsi disajikan pada Tabel 9. Peningkatan nilai IKLH perlu diprioritaskan pada provinsi
dengan predikat di bawah IKLH Nasional dengan bobot kontribusi provinsi terbesar. Provinsi
yang masuk dalam kriteria ini adalah Provinsi Jawa Barat. Selain itu provinsi lain pada posisi
predikat Kurang Baik dan Sangat Kurang Baik juga perlu didorong untuk memperbaiki
kualitas lingkungannya, yaitu Provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Lampung, dan Banten.
C
t Papua Barat t Kalimantan Timur
1 Sangat Baik IKLH > 80 4
M
t Papua t Sulawesi Tengah
Y
CM
t Maluku t Gorontalo
MY
t Kalimantan Utara t Kalimantan Tengah
CY
2 Baik 70 < IKLH 80 8
CMY
t Maluku Utara t Sulawesi Tenggara
K
t Aceh t Sulawesi Barat
t Jambi t Riau
t Lampung t Banten
4 Kurang Baik 50 < IKLH 60 3
t Jawa Barat
CM
MY
Gambar 2. Peta Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2019
CY
CMY
nilainya di bawah IKA Nasional (14 provinsi) Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Kalimantan
CM
MY
dan semua IKU yang nilainya di bawah IKU Barat, dan Jambi) --yang nilainya di bawah
CY
Nasional (3 provinsi) hingga sama dengan IKTL Nasional-- perlu didorong untuk
CMY nilai IKA dan IKU Nasional akan mampu memperbaiki kualitas tutupan lahan dengan
K meningkatkan nilai IKLH hingga 1,31 poin. dengan mempertahankan luasan kawasan
Kemudian perbaikan IKA dan IKU hingga berfungsi lindung, rehabilitasi kawasan
nilai IKA dan IKU Nasional pada 6 provinsi berfungsi lindung yang terdegradasi,
dengan bobot kontribusi terbesar akan kegiatan penyediaan Ruang Terbuka Hijau di
meningkatan nilai IKLH Nasional sebesar kawasan perkotaan, penghijauan untuk
0,96 poin. Berdasarkan uraian ini nampak ekosistem darat dan rehabilitasi untuk
bahwa strategis pada prioritas pertama ekosistem pesisir seperti mangrove.
sangat efektif untuk memperbaiki nilai IKLH
Nasional hanya dengan fokus pada Salah satu strategi untuk
perbaikan 2 indikator di 1 provinsi saja. meningkatkan nilai IKU, IKA, IKTL dan
IKLH adalah dengan metode DPSIR
Meskipun prioritas pertama cukup (Drive–Pressure–State–Impact– Responses).
efektif untuk meningkatkan IKLH Nasional, Melalui metode ini dapat dianalisis secara
namun perbaikan dan peningkatan semua runut status dan kondisi (State) setiap
indikator IKLH tetap harus dilakukan oleh komponen lingkungan, penyebab perubahan
semua pihak, baik Pemerintah, Pemerintah kualitas lingkungan (Drive, Pressure);
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten dampak yang timbul akibat perubahan
/Kota. Berdasarkan pertimbangan ini 14 lingkungan (impact), dan respon terhadap
perubahan lingkungan tersebut (Responses). dilihat lebih detail pada Tabel 11, terdapat 14
Sehingga melalui pendekatan DIPSR dapat provinsi yang memiliki nilai IKA di bawah
dikembangkan strategi yang spesifik untuk IKA Nasional. Dari 14 provinsi ini, 6 provinsi
meningkatkan kualitas setiap komponen masuk dalam kelompok bobot kontribusi
lingkungan (kualitas udara, kualitas air, terbesar, yaitu Provinsi Jawa Barat, Papua,
tutupan lahan). Kalimantan Barat, Jawa Timur, Sumatera
Utara, dan Jawa Tengah.
Metode DIPSR ini dikembangkan oleh
UNEP (United Nations Environmental
Program) dan banyak digunakan di berbagai
negara. Di Indonesia metode DIPSR wajib
digunakan untuk penyusunan dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup (IKPLHD). Dokumen IKPLHD yang
melampaui standard minimum dan
digunakan oleh Kepala Daerah sebagai basis
ilmiah untuk pengelolaan kualitas
lingkungan hidup daerah (Provinsi,
C
Y
Kepala Daerah yang bersangkutan
CM
(Gubernur, Bupati, Walikota) sebagai
MY
kandidat peraih Green Leadership
CY (Nirwasita Tantra).
CMY
Jumlah
No Predikat Nilai IKA Provinsi
Provinsi
1 Sangat Baik IKA > 70 - -
t Bangka Belitung t Sulawesi Tengah
Y
3 Cukup Baik 50 < IKA 60 19
CM
t Kalimantan Tengah t Jawa Tengah
MY
CY
t Sulawesi Barat t Sumatera Utara
CMY
K
t Lampung t Jawa Timur
t Kepulauan Riau
t Bengkulu t Banten
4 Kurang Baik 40 < IKA 50 8
t Papua t DKI Jakarta
t DI Yogyakarta
5 Sangat Kurang Baik 30 < IKA 40 1
6 Waspada IKU 30 - -
CM
MY
CY
CMY
Gambar 3. Peta Indeks Kualitas Air 2019
K
Tabel 11. Rekapitulasi hasil perhitungan Indeks Kualitas Air Nasional Tahun
2015-2019
No Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 49,62 51,93 68,29 62,31 60,56
2 Sumatera Utara 46,00 53,33 50,00 56,67 51,11
3 Sumatera Barat 40,71 43,28 54,32 53,90 53,19
4 Riau 47,65 46,73 53,08 57,50 53,55
5 Jambi 53,75 55,61 51,25 67,58 58,49
6 Sumatera Selatan 69,36 64,52 63,81 67,05 64,45
7 Bengkulu 61,67 60,33 54,07 48,22 47,64
8 Lampung 52,96 53,81 48,77 51,75 55,74
9 Bangka Belitung 64,69 62,05 66,25 65,31 69,29
10 Kepulauan Riau 62,00 58,00 55,33 52,78 54,00
11 DKI Jakarta 30,51 22,31 35,00 31,43 41,94
12 Jawa Barat 55,25 41,33 41,43 38,73 45,59
13 Jawa Tengah 50,91 46,15 60,00 53,75 51,64
14 DIY 33,07 60,22 35,95 50,63 35,37
15 Jawa Timur 50,33 49,07 49,17 50,00 50,79
16 Banten 51,75 70,00 47,67 41,25 43,11
C
17 Bali 61,25 61,39 60,00 48,50 65,33
M
18 Nusa Tenggara Barat 42,46 33,13 50,00 35,42 40,23
Y
19 Nusa Tenggara Timur 52,35 37,10 41,48 49,17 59,48
CM
20 Kalimantan Barat 54,33 52,92 57,50 51,33 50,00
21 Kalimantan Tengah 55,33 57,44 55,26 56,80
MY
50,61
CY
22 Kalimantan Selatan 46,95 51,56 52,25 51,43 55,31
CMY
Lebih lanjut, apabila selama 5 tahun terakhir nilai IKA dihitung dengan metode yang
sama, nilai IKA Nasional berada pada kisaran 50,20 – 53,10 (Tabel 11). Fluktuasi nilai IKA
selama 5 tahun tidak menunjukkan kecenderungan naik maupun turun. Apabila dianalisis
dengan regresi linear, tren IKA Nasional menunjukkan kecenderungan turun sebesar 0,015
poin per tahun dengan nilai determinasi yang sangat kecil (R2 = 0,0003). Nilai R2
menunjukkan seberapa besar kontribusi pengaruh waktu (variabel bebas) secara simultan
terhadap nilai IKA (variabel terikat). Fluktuasi nilai IKLH Nasional yang tidak memiliki
kencenderungan tersebut kemungkinan dikarenakan:
Tabel 12. Tren kecenderungan linear nilai IKA setiap provinsi selama 5 tahun terakhir
2
No Provinsi Tren R Keterangan
1 Aceh Naik 0,4398
t Hijau tua menunjukkan
2 Sumatera Utara Naik 0,2933 kecenderungan naik dengan korelasi
3 Sumatera Barat Naik 0,7391 " 0,6;
4 Riau Naik 0,6362
t Hijau muda menunjukkan
5 Jambi Naik 0,2891 kecenderungan naik dengan korelasi
6 Sumatera Selatan Turun 0,2455 <0,6;
7 Bengkulu Turun 0,9381
8 Lampung Naik 0,0456
9 Bangka Belitung Naik 0,5641
10 Kepulauan Riau Turun 0,8350 t Merah tua menunjukkan
11 DKI Jakarta Naik 0,5014 kecenderungan turun dengan
C korelas" 0,6;
12 Jawa Barat Turun 0,2835
M
CY
16 Banten Turun 0,4000
CMY 17 Bali Turun 0,0138
K
18 Nusa Tenggara Barat Turun 0,0027
19 Nusa Tenggara Timur Naik 0,2212
20 Kalimantan Barat Turun 0,3129
21 Kalimantan Tengah Turun 0,0529
22 Kalimantan Selatan Naik 0,7690
23 Kalimantan Timur Naik 0,4710
24 Kalimantan Utara Turun 0,0742
25 Sulawesi Utara Naik 0,0003
26 Sulawesi Tengah Naik 0,1402
27 Sulawesi Selatan Naik 0,3468
28 Sulawesi Tenggara Naik 0,0283
29 Gorontalo Naik 0,2054
30 Sulawesi Barat Naik 0,2033
31 Maluku Naik 0,9163
32 Maluku Utara Naik 0,2045
33 Papua Barat Turun 0,2181
34 Papua Turun 0,4075
IKA Nasional Turun 0,0003
IKA tahun 2019 ada kenaikan jika dibandingkan tahun 2018, perbaikan kualitas air
dapat dilihat dengan membandingkan parameter BOD dan COD pada beberapa DAS yang
mengalami perbaikan kualitas air diantaranya DAS Citarum, Ciliwung, Cisadane. Perbaikan
kualitas sungai tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
CM
MY
CY
CMY
Gambar 4. Kecenderungan nilai BOD dan COD pada sungai utama di Jawa Barat
Berdasarkan grafik Gambar 4, secara nilai IKA Nasional (14 provinsi) hanya
umum konsentrasi rata-rata BOD dan COD meningkatan 0,28 poin dibandingkan
Sungai Ciliwung, Citarum, dan Cisadane apabila perbaikan difokuskan pada 6
menunjukkan perbaikan dari tahun 2018 ke provinsi tersebut di atas.
2019. Perbaikan nilai ini masih belum
memperbaiki kualitas air hingga memenuhi Selain itu, provinsi yang memiliki
mutu air kelas II. kecenderungan linear turun dengan
korelasi yang sudah dapat terima
Dari hasil Tabel 12 menunjukkan (Bengkulu, Kepulauan Riau, Papua, dan
bahwa Sungai Ciliwung, Citarum, dan Banten) perlu didorong untuk memcermati
Cisadane (Jawa Barat) mengalami tren lebih mendalam faktor-faktor penyebabnya
penurunan namun pada tahun tahun 2019 dan merumuskan respon yang harus
mengalami peningkatan jika dibandingkan dilakukan secepatnya.
dengan tahun 2018. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai BOD dan COD pada 2018 Untuk meningkatkan kualitas air
dan 2019 yang menunjukkan kenaikan yang sungai beberapa provinsi prioritas, strategi
cukup besar walaupun kondisi kualitas air yang dilakukan adalah
untuk BOD dan COD masih melampau
C mutu air kelas II. Beberapa hal yang a) menurunkan beban pencemar pada
M
mempengaruhi peningkatan kualitas air di sumber pencemar;
Y
beberapa DAS antara lain: b) memulihkan kualitas air di badan air
CM
(pemurnian kualitas air dan perbaikan
MY
K
b. Strategi Program Aksi dan Pelaksanaan yang masuk ke badan sungai atau di
Pengendalian Pencemaran Air sudah aliran sungai.
mulai dilaksanakan.
Pemantauan ini harus dilakukan
terus menerus dengan cara menganalisis
Berdasarkan hasil analisis di atas,
kualitas air yang masuk, atau yang berada
strategi peningkatan IKA perlu difokus pada
pada aliran sungai periodik. Data
provinsi dengan nilai IKA rendah dan
pemantauan diperoleh dengan cara
memiliki bobot kontribusi nasional yang
pemantauan manual maupun dengan cara
cukup besar. Provinsi yang masuk dalam
kontinyu. Untuk mendukung hal tersebut,
kriteria tersebut adalah Provinsi Jawa Barat,
sejak tahun 2015-2019 Ditjen PPKL telah
Papua, Kalimantan Barat, Jawa Timur,
membangun 26 unit alat pemantauan
Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.
kualitas air secara kontinu pada 15 DAS
Perbaikan IKA pada 6 provinsi tersebut
prioritas yang terintegrasi dalam sistem
hingga sama dengan IKA Nasional akan
informasi pemantauan kualitas air.
berkontribusi peningkatan nilai IKLH
Pelaksanaan pemantauan otomatis
hingga 0,48 poin. Sementara pebaikan IKA
bertujuan untuk memberikan informasi
pada semua provinsi yang berada di bawah
kepada masyarakat berkaitan dengan
perubahan kualitas air pada sumber air Indeks Kualitas Air (IKA)
secara cepat, kontinyu, berbasis daring merupakan indikator kualitas lingkungan
(online) dan sebagai instrumen peringatan yang dapat memberikan informasi atau
dini (early warning). sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah dan pemerintah daerah dalam
Program kegiatan peningkatan pengambilan keputusan kebijakan dan
kualitas air perlu dilakukan dengan penyusunan rencana kegiatan. Dengan
diagnosis yang benar dengan penetapan target peningkatan IKA pada
memperhatikan penyebab dan sumber masing-masing provinsi hingga
pencemaran yang ada. Proses ini dapat kabupaten/kota, maka KLHK dapat
dilakukan melalui metode analisis memperoleh informasi untuk penentuan
Drive–Pressure–State– Impact-Responses prioritas kegiatan yang perlu dilakukan.
(DPSIR) sehingga nilai IKA dapat
Sedangkan bagi pemerintah daerah sebagai
ditingkatkan melalui upaya yang tepat dan
efektif. bahan dalam pelaksanaan peningkatan IKA
melalui kegiatan/program pengendalian
Strategi detail yang perlu dilakukan pencemaran air. Disamping itu, dengan
untuk mencapai target perbaikan tahun 2020
penetapan target peningkatan IKA juga
C
adalah:
M sebagai bahan dalam pelaksanaan
Y a. Penetapan target peningkatan IKA pada koordinasi, monitoring dan evaluasi dari
CM
masing-masing provinsi yang didukung
masing-masing program dan kegiatan
MY
target kabupaten/kota,
CY
K
perencanaan, penyiapan data dan upaya
peningkatan IKA antar Pemerintah 3. 2. 2. Analisis Kualitas Udara dan Strategi
(Ditjen di lingkungan KLHK) dan
IKU Nasional 2019 berada pada
Pemerintah Daerah (Pemprov,
c. Pemkab/Pemkot), predikat baik dengan nilai IKU sebesar
Peningkatan peran dunia usaha untuk 86,56. Masih terdapat 1 provinsi yang
pelaksanaan pembuangan air limbah ke berada pada predikat di bawah cukup baik,
badan air sesuai dengan perizinan yang
yaitu Provinsi DKI Jakarta yang berada
d. telah ditetapkan,
pada predikat kurang baik. Klasifikasi nilai
Peran pemerintah dalam pengawasan
dan penegakan hukum pengelolaan air IKU ke dalam predikat nilai sedikit berbeda
limbah industri, domestik dan usaha dengan klasifikasi predikat IKLH, yaitu
e. skala kecil (USK), dengan menaikkan 11 poin lebih tinggi bila
Perlunya peningkatan penyediaan sarana
dibandingkan dengan klasifikasi predikat
dan prasarana pengelolaan air limbah
domestik dan USK khususnya untuk IKLH. Hal ini dikarenakan penilaian IKU
masyarakat. masih menggunakan 2 parameter (NO2
dan SO2) sehingga nilai IKU cenderung
tinggi dan belum mewakili kondisi yang sebenarnya. Tabel 13 menyajikan predikat IKU untuk
setiap provinsi. Apabila dilihat lebih detail pada Tabel 14, terdapat 6 provinsi yang memiliki
nilai IKU di bawah IKU Nasional. Dari 6 provinsi ini, 3 provinsi masuk dalam kelompok bobot
kontribusi terbesar, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Jumlah
No Predikat Nilai IKU Provinsi
Provinsi
t Kalimantan Utara t Sulawesi Utara
t Papua
Y
t Kalimantan Timur t Nusa Tenggara Barat
CM
CMY
t Sulawesi Tenggara t
K
6 Waspada IKU 51 - -
CM
MY
Gambar 5. Peta Indeks Kualitas Udara 2019
CY
CMY
K
Nilai Indeks Kualitas Udara (IKU) Nilai IKU Nasional 2015-2019
mempunyai kecenderungan naik sepanjang bervariasi antara 81,78 - 87,03 dan memiliki
tahun 2015 - 2019 dan memenuhi target kecenderungan linear meningkat 0,616 poin
RPJMN 2015 - 2019. Namun pada tahun per tahun dengan koefisien determinasi
2016 mengalami penurunan IKU dari tahun yang masih rendah (R2=0,2233). Nilai R2
2015 disebabkan oleh penambahan jumlah menunjukkan seberapa besar kontribusi
lokasi pemantauan di beberapa pengaruh waktu (variable bebas) secara
Kabupaten/Kota dari 145 Kabupaten Kota simultan terhadap nilai IKU (variable
menjadi 247 Kabupaten/Kota. Selain itu terikat). Nilai Indeks Kualitas Udara (IKU)
pada sepanjang tahun 2016 jumlah curah tahun 2015-2019 dan nilai kecenderungan
hujan pada tahun 2016 menurun linear untuk 34 provinsi dapat dilihat pada
dibandingkan dengan tahun 2015. Begitu Tabel 14 dan 15.
juga dengan tahun 2018, IKU menurun
dibandingkan dengan tahun 2017. Namun,
penurunan IKU tersebut tetap memenuhi
target dengan kategori baik.
M
19 Nusa Tenggara Timur - 82,7 91,18 86,83 88,18
20 Kalimantan Barat 91,57 81,5 89,12 88,68 90,04
Y
Analisis kecenderungan linear IKU pada setiap provinsi seperti yang disajikan pada
Tabel 15 menunjukkan hasil 25 provinsi memiliki kecenderungan naik dan 9 provinsi memiliki
kecenderungan turun. Dari 25 provinsi yang cenderung naik, 9 provinsi (Sulawesi Selatan,
Banten, Papua, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Riau, Maluku, Jawa Tengah, dan
Lampung) memiliki kecenderungan naik dengan korelasi yang masih bisa diterima (r > 0,6)
dan 16 provinsi dengan korelasi yang rendah. Sementara untuk 9 provinsi dengan
kecenderungan turun, 2 provinsi (DI Yogyakarta dan Jawa Timur) memiliki kecenderungan
turun dengan korelasi yang masih bisa diterima (r > 0,6) dan 9 provinsi dengan korelasi yang
rendah.
Tabel 15. Tren kecenderungan linear nilai IKU setiap provinsi selama 5 tahun terakhir
Y
16 Banten Naik 0,7764
CM 17 Bali Turun 0,1659
MY 18 Nusa Tenggara Barat Turun 0,0228
CY
19 Nusa Tenggara Timur Naik 0,1965
CMY
Dari hasil pemantauan kualitas udara ambien tahun 2015 - 2019, Konsentrasi rata-rata
NO2 berkisar antara 9,54 - 11,55 ug/m3 seperti yang tersaji pada Gambar 5. Sedangkan
Konsentrasi rata - rata SO2 berkisar antara 6,90 - 11,09 ug/m3. Rata - rata konsentrasi NO2 dan
SO2 masing berada di bawah ambang batas tahunan WHO yaitu 40 ug/m3 untuk NO2 dan 20
ug/m3 untuk SO2.
C
Gambar 6. Konsentrasi rata-rata NO2 dan SO2 nasional tahun 2015-2019
M
MY
oleh konsentrasi NO2 berasal dari lokasi transportasi dan konsentrasi SO2 yang berasal dari
CY
transportasi dan industri. Konsentrasi SO2 tertinggi paling banyak terjadi di lokasi yang
CMY mewakili kegiatan industri (34%) dan kegiatan transportasi (31%). Kemudian untuk
K
konsentrasi NO2 tertinggi banyak terjadi pada lokasi yang mewakili kegiatan transportasi
(63%). Persentasi distribusi nilai SO2 dan NO2 tertinggi pada 4 lokasi kegiatan disajikan pada
Gambar 5.
Gambar 7. Distribusi konsentrasi NO2 dan SO2 tertinggi pada 4 lokasi kegiatan
CY
mendalam faktor-faktor penyebabnya dan Aceh. Selain pembangunan peralatan
CMY
merumuskan respon yang harus dilakukan pemantuan kualitas udara secara otomatis,
K secepatnya. tahun 2019 juga telah dilakukan
pemantauan kualitas udara secara manual
Strategi pengendalian pencemaran passive sampler di 419 kabupaten/kota
udara sumber bergerak yang telah menggunakan dana APBN dan 8
dilaksanakan sejak tahun 2016 - 2019 oleh kabupaten/kota menggunakan dana APBD.
Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan adalah Strategi lainnya dalam pengendalian
Pendampingan Penyusunan Rencana Kerja pencemaran udara sumber tidak bergerak
Daerah untuk Program Green yaitu evaluasi kinerja pengendalian
Transportation. Pada tahun 2016 kegiatan pencemaran udara dari sektor industri
pendampingan dilaksanakan di Kota dilakukan pada industri Pertambangan,
Palembang, Surakarta dan Bandung, Energi dan Migas (PEM) serta industri
sedangkan Tahun 2017 dilaksanakan di Kota manufaktur, prasarana dan jasa (MPJ).
Makasar dan Manado. Pada Tahun 2018 Jumlah industri yang dievaluasi pada tahun
kegiatan pendampingan ini dilaksanakan di 2019 sebanyak 2265 industri.
Kota Semarang.
Pada tahun 2015-2019 IKU Nasional
Pembangunan Air Quality memiliki predikat baik. Penurunan IKU
Monitoring System (AQMS) untuk
Nasional secara langsung disebabkan oleh turunnya IKU di beberapa Provinsi. Nilai IKU
nasional yang fluktuatif mengindikasikan lemahnya pengelolaan dibidang kualitas udara
terutama adanya sektor industri dan transportasi serta sektor lainnya yang terus berkembang
sehingga menurunkan kualitas udara.
Untuk meningkatkan nilai IKU pada Provinsi tersebut maka perlu perbaikan dan
peningkatan kualitas udara. Proses perbaikan dapat dilakukan melalui metode analisis Drive
– Pressure – State – Impact - Responses (DPSIR) sebagaimana disajikan pada Gambar 7 di
bawah ini sehingga nilai IKU dapat ditingkatkan sesuai dengan pengelolaan kualitas udara.
CM
MY
CY
Gambar 8. Analisis Drive – Pressure – State – Impact - Responses (DPSIR)
CMY
pada Program Langit Biru
K
Upaya dari pemerintah daerah pun kendaraan di area tertentu, hari bebas
juga sangat membantu terhadap pemulihan kendaraan bermotor.
kualitas udara, upaya untuk menaikkan IKU b. Sumber tidak bergerak: penaatan
tersebut antara lain: bakumutu industri, pengawasn
implementasi izin lingkungan dan
1. Penyusunan rencana pengendalian
pembinaan perizinan lingkungan
pencemaran udara melalui penyusunan
inventarisasi emisi untuk mengetahui 3. Pemantauan kualitas udara ambien
pemetaan dan roadmap sumber sumber secara kontinu atau manual
emisi dan beban emisi 4. Upaya lainnya: penanganan kebakaran
2. Pengendalian sumber sumber emisi yang hutan dan lahan, penyediaan dan
berasal dari: pengembangan Ruang Terbuka Hijau
(RTH), penyediaan dan pengembangan
a.. Sumber bergerak: manajemen
jalur pejalan kaki serta jalur sepeda yang
transportasi dan peningkatan
aman dan nyaman, peraturan terkait
transportasi massal, kegiatan uji emisi
kawasan bebas asap rokok (KTR) dan
secara berkala, peningkatan biaya
penggunaan energi ramah lingkungan.
parkir, perda terkait kendaraan
bermotor, pembatasan usia dan jenis
IKTL Nasional 2019 mengalami peningkatan nilai sebesar 0,97 poin dibandingkan
dengan tahun 2018. IKTL Nasional berada pada predikat cukup baik dengan nilai IKTL
sebesar 62,00. Masih terdapat 6 provinsi yang berada pada predikat waspada, yaitu Sumatera
Selatan, Banten, Jawa Barat, Lampung, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta. Selain itu juga masih
terdapat 4 provinsi yang memiliki predikat ITKL sangat kurang baik, yaitu Riau, Kalimantan
Selatan, Bali, dan Bangka Belitung. Tabel 16 menyajikan predikat IKTL untuk setiap provinsi.
Apabila dilihat lebih detail pada Tabel 17, terdapat 19 provinsi yang memiliki nilai IKTL di
bawah IKTL Nasional. Dari 19 provinsi ini, 5 provinsi masuk dalam kelompok bobot
kontribusi terbesar, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan
Kalimantan Barat.
Jumlah
No Predikat Nilai IKTL Provinsi
Provinsi
t Papua Barat t Kalimantan Timur
MY
t Gorontalo t Sulawesi Tenggara
CY
t Riau t Bali
5 Sangat Kurang Baik 40 < IKTL 50 4
t Kalimantan Selatan t Bangka Belitung
t Banten t DI Yogyakarta
6 Waspada 30 < IKTL 40 6
t Jawa Barat t DKI Jakarta
CM
MY
Gambar 9. Peta Indeks Kualitas Tutupan Lahan 2019
CY
CMY
Pada penghitungan IKTL 2019, meningkatkan nilai IKTL yang sangat
K
terdapat 15 provinsi yang mengalami signifikan di provinsi Jambi dan Sulawesi
peningkatan nilai IKTL, 17 provinsi yang Selatan.
mengalami penurunan dan satu provinsi
yang nilainya tetap yaitu Papua Barat. Dari Peningkatan luas tutupan lahan di
15 provinsi yang mengalami peningkatan Provinsi Lampung antara lain disebabkan
terdapat 8 provinsi yang peningkatannya oleh kegiatan perhutanan sosial dan
sangat signifikan (>1) yaitu Nangroe Aceh rehabilitasi hutan. Rehabilitasi hutan dan
Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, lahan juga ditengarai meningkatkan luas
Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan tutupan lahan di Provinsi Bangka Belitung,
Riau, Banten, Sulawesi Selatan, Maluku dan Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan dan
Papua. Peningkatan nilai IKTL ini Maluku.
disebabkan antara lain karena turunnya laju
deforestasi seperti di Provinsi Nangroe Pada penghitungan IKTL 2019,
Aceh Darussalam, Sumatera Utara, terdapat 15 provinsi yang mengalami
Lampung dan Jambi. Selain itu, upaya peningkatan nilai IKTL, 17 provinsi yang
rehabilitasi hutan dan lahan meningkat di mengalami penurunan dan satu provinsi
Sumatera Utara dan Lampung. Penambahan yang nilainya tetap yaitu Papua Barat. Dari
tutupan lahan berupa ruang terbuka hijau 15 provinsi yang mengalami peningkatan
M
Provinsi Lampung antara lain disebabkan linear untuk 34 provinsi dapat dilihat pada
Y
oleh kegiatan perhutanan sosial dan Tabel 17 dan 18.
CM rehabilitasi hutan. Rehabilitasi hutan dan
MY
lahan juga ditengarai meningkatkan luas
CY
CMY
Analisis kecenderungan linear IKTL pada setiap provinsi seperti yang disajikan pada
Tabel 18 menunjukkan hasil 29 provinsi memiliki kecenderungan naik dan 5 provinsi
memiliki kecenderungan turun. Dari 29 provinsi yang cenderung naik, 23 provinsi memiliki
kecenderungan naik dengan korelasi yang masih bisa diterima (r > 0,6) dan 6 provinsi dengan
korelasi yang rendah. Sementara untuk 5 provinsi dengan kecenderungan turun, 1 provinsi
(DKI Jakarta) memiliki kecenderungan turun dengan korelasi yang masih bisa diterima (r >
0,6) dan 4 provinsi (Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Riau) dengan korelasi yang
rendah. Secara umum peningkatan nilai IKTL memiliki korelasi yang cukup signifikan.
Peningkatan ini lebih dikarenakan perubahan definisi luasan tutupan hutan dari 7 jenis
tutupan hutan KLHK kemudian ditambahkan 0,6 luasan tutupan belukar pada kawasan
hutan, tutupan belukar pada kawasan yang memiliki fungsi lindung (sempadan sungai,
sempadan pantai, sempadan danau, lereng dengan kemiringan > 25%), serta luasan ruang
terbuka hijau (RTH), kebun raya, dan taman keanekaragaman hayati.
CY
Pembagian kewenangan kehutanan (UU
pada areal tanaman yang terbagi 10%
CMY 23/2014). Pengelolaan kawasan hutan oleh
untuk Tanaman Unggul Lokal (TUL)
K
Pemerintah dan Pemerintah Provinsi,
dan 10% areal konservasi.
kecuali Tahura yang telah dikelola oleh
Sosialisasi kepada masyarakat untuk
Pemerintah Kab/Kota.
meningkatkan pengelolaan kawasan
Hutan harus memberikan manfaat bagi
hutan melalui kegiatan Perhutanan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
Sosial antara lain Hutan Tanaman
berupa program Perhutanan Sosial
Rakyat, Hutan Adat, Hutan Desa, dan
(Peraturan MenLHK P.83/2016)
Hutan Kemasyarakatan.
- Kemitraan Kehutanan
Meningkatkan pengamanan dan
- Hutan Desa
perlindungan hutan melalui
- Hutan Kemasyarakatan (HKm)
penyuluhan, patroli rutin penegakan
- Hutan Tanaman Rakyat
hukum bekerja sama dengan aparat
Penguatan Pemerintah Desa untuk hukum lainnya (Kepolisian, Kejaksaan
mengelola sumber daya alam dan dan Pengadilan).
kelestarian lingkungan hidup (UU 6/2014) Membangun komitmen Penegakan
RPJMN 2015-2019 yang juga menargetkan Hukum dengan berbagai pihak
peningkatan tutupan lahan melalui: sehingga dapat menimbulkan efek jera
- !&&[+'X+& bagi para pelaku pelanggaran di bidang
- peningkatan tutupan vegetasi terutama kehutanan.
CM
MY
CY
CMY
Gambar 10. Grafik sebaran jumlah titik panas regional Kalimantan 2016-2019
Sumber: www.sipongi.menlhk.go.id
Secara umum, peningkatan jumlah titik panas, berdampak pada peningkatan luasan
lahan yang terbakar. Data SiPongi atau Karhutla Monitoring Sistem 2015-2019 regional
Kalimantan menunjukkan luasan lahan yang terbakar pada tahun 2019 lebih kecil daripada
tahun 2015 seperti terlihat pada Gambar 9 di bawah. Sebagai contoh provinsi Kalimantan
Tengah, pada tahun 2015 luas lahan terbakar sebesar 583.833,44 hektar, sedangkan pada tahun
2019 luas lahan terbakar sebesar 317.749 hektar. Namun demikian luas lahan terbakar tahun
2019 ini meningkat dari tahun 2018 yang luasannya sebesar 47.432 hektar, sehingga
penambahan luasan ini mempengaruhi nilai IKTL.
M
alih fungsi lahan, sejak tahun 2018 sudah jangka menengah maupun panjang
Y
banyak hutan lindung yang beralih fungsi mengingat proses rehabilitasi hutan dan
CM menjadi tambang galian C seperti yang lahan, perhutanan sosial, dan
MY terjadi di Kabupaten Minahasa, khususnya pembangunan ruang terbuka hijau
CY
wilayah Tateli dan Warembungan. Alih membutuhkan waktu yang cukup lama.
CMY
fungsi ini tidak hanya menyebabkan Selain itu, peningkatan IKTL dengan
K
berkurangnya tutupan vegetasi tetapi juga menambah luas wilayah hutan adalah
berkurangnya sumber air di daerah tersebut upaya yang sangat sulit atau bahkan
yang berdampak pada berkurangnya tidak mungkin dilakukan. Strategi yang
pasokan air ke Manado. paling baik dilakukan adalah
mempertahankan nilai IKTL dengan
Nilai IKTL menunjukkan tren tetap menjaga luasan kawasan hutan dan
peningkatan dalam kurun waktu 2018-2019, kawasan yang memiliki fungsi lindung
hal ini disebabkan antara lain oleh penerapan (lereng > 25%, sempadan sungai, danau,
kebijakan di tingkat tapak baik di kawasan dan pantai) dengan tutupan belukar.
hutan maupun kawasan non hutan berupa Peningkatan nilai lebih diupayakan
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, peningkatan tutupan belukar menjadi
perhutanan sosial, dan pembangunan ruang tutupan hutan pada kawasan hutan dan
terbuka hijau. Sedangkan untuk penurunan kawasan yang memiliki fungsi lindung
nilai IKTL secara umum masih disebabkan (lereng > 25%, sempadan sungai, danau,
oleh kebakaran hutan dan lahan serta alih dan pantai). Melaksanakan
fungsi lahan. program-program yang ada dengan baik
dan konsisten akan mampu menjaga dan
bahkan meningkatkan nilai IKTL.
CM
MY
CY
CMY
CM
MY
CY
CMY
K
template 03.pdf 10 11/20/2020 7:26:05 AM
Y
4 Penutup
1. Kesimpulan
CM
CMY
Bab IV Penutup
4. 1. Kesimpulan
M
tersebut disebabkan oleh penurunan IKA Sangat baik (IKU > 91) 9 provinsi
Y
sebesar 20,15 poin. Sementara nilai IKU dan (Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah,
CM IKTL 2019 mengalami kenaikan Bengkulu, Papua Barat, Papua,
MY masing-masing sebesar 1,82 dan 0,97 poin. Sulawesi Utara, Maluku Utara,
CY
Penurunan IKLH lebih disebabkan oleh Bangka Belitung, Aceh),
CMY
perubahan penggunaan metode perhitungan Baik
22 provinsi
K
IKA. Adapun nilai IKA , IKU dan IKTL dapat (Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan
dijelaskan berikut: Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi
1. IKA 2019 nasional berada pada predikat Tenggara, Sulawesi Barat, Bali,
cukup baik dengan predikat IKA untuk Sulawesi Selatan, Sumatera Barat,
setiap provinsi adalah sebagai berikut: Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Maluku, Nusa Tenggara
Sangat baik (IKA > 70) tidak ada,
Timur, Nusa Tenggara Barat, Jambi,
Baik
6 provinsi (Bangka
Sumatera Selatan, Gorontalo,
Belitung, Bali, Sumatera Selatan,
Lampung, Sumatera Utara, DI
Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur,
Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa
dan Aceh),
Timur),
Cukup baik
19 provinsi
Cukup baik
2 provinsi
(Jambi, Sulawesi Selatan, Maluku,
(Banten dan Jawa Barat),
Gorontalo, Kalimantan Tengah,
Kurang baik
1
Sulawesi Barat, Lampung, Kalimantan
provinsi (DKI Jakarta),
Selatan, Kepulauan Riau, Papua Barat,
Sangat kurang baik
Maluku Utara, Riau, Sumatera Barat,
tidak ada.
Kalimantan Utara, Jawa Tengah,
Bali, dan Bangka Belitung), 5. Agar diperoleh data yang lebih valid dan
K
CM
MY
CY
CMY
Lampiran
C
Propil Provinsi
M
CM
MY
CY
CMY
1. Aceh
Y
Jumlah Pulau : 5.819.500 Jiwa
CM
CY
CMY
2. Sumatera Utara
Y
Jumlah Pulau : 14.262.100 Jiwa
CM
CY
CMY
3. Sumatera Barat
CY
CMY
4. Riau
CM
Jumlah Pulau : 6.657.900 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 77 jiwa/km2
CY
CMY
5. Jambi
CY
CMY
6. Sumatera Selatan
CY
CMY
7. Bengkulu
CY
CMY
8. Lampung
CM
Jumlah Pulau : 8.289.600 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 239 jiwa/km2
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 1.430.900 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 89 jiwa/km2
CY
CMY
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 2.082.700 Jiwa
MY Kepadatan Penduduk : 254 jiwa/km2
CY
CMY
CY
CMY
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 3.762.200 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 1.201 jiwa/km2
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 39.293.000 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 822 jiwa/km2
CY
CMY
16. Banten
CM
Jumlah Pulau : 12.448.200 Jiwa
MY Kepadatan Penduduk : 1.288 jiwa/km2
CY
CMY
17. Bali
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 4.955.600 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 267 jiwa/km2
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 5.287.300 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 109 jiwa/km2
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 4.932.500 Jiwa
MY Kepadatan Penduduk : 33 jiwa/km2
CY
CMY
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 4.119.800 Jiwa
Kepadatan Penduduk : 106 jiwa/km2
MY
CY
CMY
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 691.100 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 9 jiwa/km2
CY
CMY
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 2.966.300 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 48 jiwa/km2
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 8.690.300 Jiwa
MY Kepadatan Penduduk : 186 jiwa/km2
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 2.602.400 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 68 jwa/km2
CY
CMY
29. Gorontalo
CM
Jumlah Pulau : 1.168.200 Jiwa
MY Kepadatan Penduduk : 104 jiwa/km2
CY
CMY
CMY
31. Maluku
CMY
CM
Jumlah Pulau : 1.209.300 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 38 jiwa/km2
CY
CMY
CM
Jumlah Pulau : 915.400 Jiwa
MY Kepadatan Penduduk : 9 jiwa/km2
CY
CMY
34. Papua
CM
Jumlah Pulau : 3.265.200 Jiwa
MY
Kepadatan Penduduk : 10 jiwa/km2
CY
CMY
CM
MY
CY
CMY
CM
MY
CY
CMY
CM
MY
CY
CMY