Ashen Keperawatan Pada BBLR
Ashen Keperawatan Pada BBLR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya
penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi
kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2017, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2017 sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2017 dan hanya menurun 1 poin
dibanding SDKI tahun 2015-2016 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor penyebab
kematian neonatal adalah berat lahir rendah (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian di berbagai negara
terutama pada negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah. WHO (World Health
Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO
mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000- 1499
gram), BBLSAR (< 1000 gram). WHO juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian
Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR (WHO, 2017).
Berdasarkan data dari World Health Rangking tahun 2018 dari 172 negara di dunia, Indonesia
menempati urutan ke 70 yang memiliki presentase kematian akibat BBLR tertinggi yaitu sebesar
10,69%. Tingkat kelahiran di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 4.371.800 dengan kejadian BBLR
sebesar 675.700 kasus prematur dalam 1 tahun (WHO, 2018). Pada tahun 2018, kejadian BBLR di
Indonesia sebesar 75.245 sedangkan Provinsi Riau juga mengalami kejadian BBLR yang cukup tinggi
yaitu sebesar 899 (Kemenkes RI, 2018).
Angka kejadian BBLR dari Rekam Medik Rumah Sakit HERMINA Pekanbaru tahun 2020
sebanyak 35 kasus. Berdasarkan dari perbandingan angka kejadian BBLR pada tahun 2020 di Rumah
Sakit HERMINA, maka penulis tertarik untuk meneliti dan melakukan pembuatan laporan tugas Diklat
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada By Ny M dengan BBLR di Ruang Nicu RS Hermina
Pekanbaru”
B. Rumusan Masalah
28
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam memberikan asuhan
keperawatan ini adalah Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada By Ny M dengan BBLR di Ruang
Nicu RS Hermina Pekanbaru.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mengetahui dan melaksanakan cara pemberian Asuhan Keperawatan pada By Ny
M dengan BBLR di Ruang Nicu RS Hermina Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan melaksanakan cara pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah
BBLR
b. Mengetahui dan melaksanakan cara perumusan diagnose keperawatan pada pasien dengan
masalah BBLR
c. Mengetahui dan melaksanakan cara penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien
dengan masalah BBLR
d. Mengetahui dan melaksanakan cara melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah BBLR
e. Mengetahui dan melaksanakan cara melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
masalah BBLR
29
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari laporan tugas ini sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit HERMINA Pekanbaru
Sebagai sumber informasi tambahan tentang BBLR yang bisa dijadikan bacaan yang
bermanfaat bagi perawat dan tim medis lainnya dalam melakukan Asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah BBLR.
2. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dilapangan dalam penerapan ilmu pengetahuan yang telah didaptkan
terutama dalam ilmu keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan dengan masalah BBLR.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berat lahir adalah berat badan dari neonatus yang ditimbang dalam waktu satu jam setelah
kelahirannya. Berat badan dari neonatus tersebut merupakan ukuran antropometri yang penting dan
sering digunakan pada neonatus selain itu berat badan dari neonatus digunakan sebagai diagnosis bayi
normal atau BBLR (World Health Organization, 2017).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan saat lahir kurang dari 2500
gram. Bayi prematur (preterm) yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu termasuk
dalam klasifikasi bayi BBLR atau disebut juga sebagai pertumbuhan janin terhambat “Intra Uterine
Growth Retardation” (IUGR) (Proverawati, 2017).
B. Etiologi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2017), bayi dengan kelahiran prematur dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur, faktor-faktor
tersebut di antaranya adalah:
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain kehamilan ganda,
hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis,
toksoplasmosis), insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan
darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.
3. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti plasenta previa dan
solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah,
kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2016), bayi prematur menunjukkan belum sempurnanya
fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah, yaitu sebagai berikut:
32
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer,dkk (2016) pemeriksaan diagnostik pada BBLR terdiri atas :
1. Radiologi
a. Foto thoraks / baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan. Dapat
dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto toraks pad bayi dengan penyakit membran hyaline
karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranularpada parenkin dan
grukogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white long
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari
untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intra cranial dengan menyisualisasi
ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Bilirubin
c. Glukosa ( 8 - 12 jam post natal ) disebut hipoglikemia bila kosentrasi glukosa plasma < 50
ml/dl
d. Analisa gas darah
e. Elektrolit Darah
1) Natrium
2) Kalium
3) Klorida
E. Patofisiologi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak
hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi,
jantung, gangguan pembuluh darah, perokok (Proverawati & Sulistyorini 2017).
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat
bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan
panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan,
rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu (Proverawati & Sulistyorini 2017).
33
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa
gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel
otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal
(Proverawati & Sulistyorini 2017).
34
Pathway (Proverawati & Sulistyorini 2017)
PIRASI
S. S.HEPATIKA SSP S.GAS
THERMOREGULATOR
faktan
Pembentukan sel coklat be
Imaturitas Thermoregulator Lapisan subkutan tipis
veoli
HIPOTERMI
35
SISTEM HEPATIKA SISTEM SARAF PUSAT SISTEM GASTROINTESTIN
HIPERBILLIRUBIN IKTERIK
INFEKSI
NEONATORUM
KEJANG
KETIDAKSTABILAN
KADAR GULA
DARAH
36
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut AH. Markum (2017), penatalaksanaan pada BBLR meliputi :
1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi
O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah
35°C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan
dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah
dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya
dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
2. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara
perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau
mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik
dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang
dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya
koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan. Dianjurkan untuk minum pertama
sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram,
2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat
lebih dari 1500 gram.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian
ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
3. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap
infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum
masuk ke ruang rawat bayi.
b. Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang seorang
bayi.
c. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan
bayi.
d. Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
37
e. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg
dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah
6. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi erat kaitannya dengan daya
tahan tubuh oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
Saat ini terdapat perawatan yang dinamakan metode kanguru yang menjadi bagian terpenting
dari manajemen bayi berat lahir rendah (BBLR). Perawatan metode kanguru (PMK) sendiri
merupakan perawatan untuk BBLR dengan cara kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit
ibu “skin to skin contact” tanpa melihat sebab dari BBLR tersebut baik karena usia kehamilan,
premature maupun cukup bulan.
PMK dibagi menjadi :
a. PMK terus menerus (Continuous Kangaro Method Care) yaitu perawatan metode kanguru
yang dilakukan selama 24 jam terus menerus dalam satu hari
b. PMK berselang (Intermittent Kangaro Method Care) yaitu perawatan metode kanguru yang
dilakukan selama beberapa jam atau tiap beberapa hari
Teknik melakukan PMK adalah bayi berat lahir rendah atau kurang bulan yang stabil
diletakkan di dada ibu, dengan hanya memakai popok, topi dan kaus kaki. Posisi bayi sejajar
dengan dada ibu, di dalam baju ibu dan di sangga oleh kain yang melingkari ibu dan bayi.
Untuk PMK dalam waktu lama, bayi tetap dalam posisi ini kecuali saat dimandikan, diganti
popok atau jika ibu akan ke kamar mandi. Selama waktu ini, ayah dan anggota keluarga yang
38
lain bisa membantu dengan cara menjaga bayi tetap hangat dan menggantikan ibu melakukan
kontak kulit ke kulit
Metode kanguru ini mempunyai manfaat tidak hanya untuk perkembangan kesehatan bayi tetapi
juga bagi penyembuhan psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran preterm dan memperoleh
kembali peran keibuan. Manfaat perawatan metode kanguru antara lain :
a) Menurunkan risiko infeksi pada neonatus dengan mengupayakan paparan bakteri dari ibu.
Bakteri ibu berkolonisasi di usus dan kulit serta menghalangi bakteri yang lebih berbahaya
dari lingkungan
b) Menurunkan apnea dan meningkatkan oksigenisasi dengan cara membuat napas neonatus
teratur
c) Menurunkan bradikardia dengan cara membuat denyut jantung neonatus teratur.
d) Memulai pemberian ASI dini dan efektif
e) Meningkatkan jangka waktu laktasi
f) Menurunkan pengeluaran kalori karena lebih sedikit strees bagi neonates
g) Meningkatkan waktu status perilaku yang optimum;
h) Mendorong kelekatan dan ikatan emosional orang tua
i) Meningkatkan berat badan
j) Memperpendek waktu rawat inap
II. Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian pada Bayi Prematur Pengkajian pada bayi prematur dilakukan dari ujung rambut
hingga ujung kaki, meliputi semua sistem pada bayi. Pengkajian diawali dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti (Proverawati & Sulistorini,
2018).
Menurut Surasmi, dkk (2016), pengakajian pada bayi prematur meliputi:
1. Pengkajian umum pada bayi Pengkajian umum pada bayi antara lain meliputi:
1) Penimbangan berat badan
2) Pengukuran panjang badan dan lingkar kepala
3) Mendiskripsikan bentuk badan secara umum, postur saat istirahat, kelancaran
pernapasan, edema dan lokasinya
4) Mendiskripsikan setiap kelainan yang tampak
39
5) Mendiskripsikan tanda adanya penyulit seperti warna pucat, mulut yang terbuka,
menyeringai, dan lain-lain
2. Masalah yang berkaitan dengan ibu Masalah-masalah tersebut antara lain adalah hipertensi,
toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar,
malnutrisi, diabetes mellitus, status sosial ekonomi yang rendah, tiadanya perawatan
sebelum kelahiran (prenatal care), riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat-
obatan, alkohol, rokok, kafein, umur ibu yang di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, latar
pendidikan rendah, kehamilan kembar, kelahiran prematur sebelumnya dan jarak kehamilan
yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual lain, golongan
darah dan faktor Rh
3. Pengkajian bayi pada saat kelahiran Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu,
rendahnya berat badan saat kelahiran (kurang dari 2500 gram), lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, bayi terlihat kurus, kepala relatif lebih 44 besar dari pada badan dan 3
cm lebih lebar dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1 sampai 5.
4. Kardiovaskular Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-160/menit pada bagian
apikal dengan ritme yang teratur, pada saat kelahiran kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena
hipertensi atau atelektasis paru. Pengkajian sistem kardiovaskuler dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1) Menentukan frekuensi dan irama denyut jantung
2) Mendengarkan suara jantung
3) Menentukan letak jantung tempat denyut dapat didengarkan, dengan palpasi akan
diketahui perubahan intensitas suara jantung
4) Mendiskripsikan warna kulit bayi, apakah sianosis, pucat pletora, atau icterus
5) Mengkaji warna kuku, mukosa, dan bibir
6) Mengukur tekanan darah dan mendiskripsikan masa pengisian kapiler perifer (2-3 detik)
dan perfusi perifer
5. Gastrointestinal Pada bayi prematur terdapat penonjolan abdomen, pengeluaran mekonium
biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, reflek menelan dan mengisap yang lemah, tidak ada
anus dan ketidaknormalan kongenital lain. Pengkajian sistem gastrointestinal pada bayi
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
40
1) Mendiskripsikan adanya distensi abdomen, pembesaran lingkaran abdomen, kulit yang
mengkilap, eritema pada dinding abdomen, terlihat gerakan peristaltik dan kondisi
umbilicus
2) Mendiskripsikan tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan dengan pemberian
makan, karakter dan jumlah sisa cairan lambung
3) Jika bayi menggunakan selang nasogastrik diskripsikan tipe selang pengisap dan cairan
yang keluar (jumlah, warna, dan pH)
4) Mendiskripsikan warna, kepekatan, dan jumlah muntahan
5) Palpasi batas hati
6) Mendiskripsikan warna dan kepekatan feses, dan periksa adanya darah sesuai dengan
permintaan dokter atau ada indikasi perubahan feses
7) Mendiskripsikan suara peristaltik usus pada bayi yang sudah mendapatkan makanan
6. Integumen Pada bayi prematur kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan,
sianosis, atau campuran bermacam warna, sedikit vernix caseosa dengan rambut lanugo di
sekujur tubuh, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap, edema yang menyeluruh atau
pada bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek belum melewati ujung
jari, rambut jarang atau bahkan tidak ada sama sekali, terdapat petekie atau ekimosis.
Pengkajian sistem integumen pada bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menentukan setiap penyimpangan warna kulit, area kemerahan, iritasi, abrasi
2) Menentukan tekstur dan turgor kulit apakah kering, halus, atau bernoda
3) Mendiskripsikan setiap kelainan bawaan pada kulit, seperti tanda lahir, ruam, dan lain-
lain
4) Mengukur suhu kulit dan aksila
7. Muskuloskeletal Pada bayi prematur tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna yang masih lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan
lemah dan tidak aktif atau letargik. Pengkajian muskuloskeletal pada bayi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Mendiskripsikan pergerakan bayi, apakah gemetar, spontan, menghentak, tingkat
aktivitas bayi dengan rangsangan berdasarkan usia kehamilan
2) Mendiskripsikan posisi bayi apakah fleksi atau ekstensi
3) Mendiskripsikan perubahan lingkaran kepala (kalau ada indikasi) ukuran tegangan
fontanel dan garis sutura
41
8. Neurologis Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak resisten dan
gerak reflek hanya berkembang sebagian. Reflek menelan, mengisap dan batuk masih lemah
atau tidak efektif, tidak ada atau menurunnya tanda neurologis, mata biasanya tertutup atau
mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25-26 minggu, suhu tubuh tidak stabil
atau biasanya hipotermi, gemetar, kejang dan mata berputarputar yang bersifat sementara
tapi bisa mengindikasikan adanya kelainan neurologis. Pengkajian neurologis pada bayi
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengamati atau memeriksa reflek moro, mengisap, rooting, babinski, plantar, dan
refleks lainnya
2) Menentukan respon pupil bayi
9. Pernapasan Pada bayi prematur jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 kali/menit dan
diselingi dengan periode apnea, pernapasan tidak teratur, flaring nasal melebar (nasal
melebar), terdengar dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal, substernal), terdengar
suara gemerisik saat bernapas. Pengkajian sistem pernapasan pada bayi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Mendiskripsikan bentuk dada simetris atau tidak, adanya luka dan penyimpangan yang
lain
2) Mendiskripsikan apakah pada saat bayi bernapas menggunakan otototot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung, atau subternal, retraksi interkostal atau
subklavikular
3) Menghitung frekuensi pernapasan dan perhatikan teratur atau tidak
4) Auskultasi suara napas, perhatikan adanya stridor, crackels, mengi, ronki basah,
pernapasan mendengkur dan keimbangan suara pernapasan
5) Mendiskripsikan sura tangis bayi apakah keras atau merintih
6) Mendiskripsikan pemakaian oksigen meliputi dosis, metode, tipe ventilator, dan ukuran
tabung yang digunakan
7) Tentukan saturasi (kejenuhan) oksigen dengan menggunakan oksimetri nadi dan
sebagian tekanan oksigen dan karbondioksida melalui oksigen transkutan (tcPO2) dan
karbondioksida transkutan (tcPCO2)
10. Perkemihan Pengkajian sistem pekemihan pada bayi dapat dilakukan dengan cara mengkaji
jumlah, warna, pH, berat jenis urine dan hasil laboratorium yang ditemukan. Pada bayi
prematur, bayi berkemih 8 jam setelah kelahirandan belum mampu untuk melarutkan
ekskresi ke dalam urine
42
11. Reproduksi Pada bayi perempuan klitoris menonjol dengan labia mayora yang belum
berkembang atau belum menutupi labia minora. Pada bayi lakilaki skrotum belum
berkembang sempurna dengan ruga yang kecil dan testis belum turun ke dalam skrotum
12. Temuan sikap Tangis bayi yang lemah, bayi tidak aktif dan terdapat tremor.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang Sering Terjadi pada Bayi Prematur Diagnosa keperawatan dibuat
setelah dilakukan pengkajian. Beberapa diagnosis dapat ditetapkan untuk semua bayi, tetapi diagnosis
tertentu ditetapkan sesuai dengan hasil pengkajian yang ditemukan (bervariasi sesuai kondisi bayi).
Masalah yang lazim muncul atau diagnosa keperawatan yang sering muncul pada bayi prematur
menurut Nurseha (2016), adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan penurunan
ekspansi paru
2. Ketidakadekuatan pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas
3. Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan ketidakadekuatan aktivitas peristaltik
di dalam sistem gastrointestinal
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
menerima nutrisi
5. Hipotermi berhubungan dengan penurunan jaringan lemak subkutan
6. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak adekuat
7. Ikterus neonatus berhubungan dengan bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan untuk bayi prematur dan bayi berisiko tinggi lainnya bergantung pada
diagnosis masalah kesehatan yang menempatkan bayi pada kondisi risiko tinggi. Rencana atau
intervensi keperawatan pada bayi prematur berdasarkan Nurseha (2016) adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam jalan nafas dalam kondisi
bebas atau paten dan pola nafas mejadi efektif
Kriteria Hasil :
1) Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, tidak ada dispneu, bayi mampu bernapas dengan
mudah
43
2) Irama nafas teratur, frekuensi pernafasan dalam batas normal (40-60 kali/menit pada
bayi), tidak ada suara nafas abnormal
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal. Nadi : 120-160 kali/menit Suhu : 36,5˚C-37,5˚C
Pernafasan : 40-60 kali/menit
Intervensi :
Airway Management
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas bantuan
3) Lakukan suction bila perlu
4) Auskulatasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
5) Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
1) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2) Pertahankan jalan nafas yang paten
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi pasien
6) Observasi adanya tanda-tanda distres respirasi seperti retraksi, takipneu, apneu, sianosis.
Vital Sign Monitoring
1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
2) Monitor frekuensi dan kualitas nadi
3) Monitor frekuensi dan irama pernafasan
4) Monitor suara paru
5) Monitor pola pernapasan abnormal
6) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
7) Monitor adanya sianosis perifer
8) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
44
2) Perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam batas normal
3) Kemampuan penyedia perawatan dalam melakukan penghangatkan, pencairan, dan
penyimpanan ASI secara aman
4) Berat badan bayi bertambah 20-30 gram/hari
5) Tidak ada respon alergi sistemik pada bayi
6) Status respirasi seperti jalan napas, pertukaran gas, dan ventilasi napas bayi adekuat
7) Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal. Nadi : 120-160 kali/menit Suhu : 36,5˚C-
37,5˚C Pernafasan : 30-40 kali/menit
Intervensi :
Bottle Feeding
1) Posisikan bayi semi fowler
2) Letakkan pentil dot di atas lidah bayi
3) Monitor atau eveluasi reflek menelan sebelum memberikan susu
4) Tentukan sumber air yang digunakan untuk mengencerkan susu formula yang kental
atau dalam bentuk bubuk
5) Pantau berat badan bayi setiap hari
6) Bersihkan mulut bayi setelah bayi diberikan susu.
Lactation Suppression
1) Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahanan keberhasilan proses
pemberian ASI
2) Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa ASI (secara manual atau
elektrik), cara mengumpulkan dan menyimpan ASI
45
4) Tidak ada darah di feses
5) Tidak terjadi diare dan tidak muntah.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor status cairan dan elektrolit
3) Monitor bising usus
4) Catat intake dan output secara akurat
5) Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (membran mukosa
kering, sianosis, jaundice)
6) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah zat gizi yang dibutuhkan
7) Pasang NGT atau OGT jika diperlukan
8) Monitor warna dan konsistensi dari naso gastric output atau oral gastric output
9) Monitor terjadinya diare
46
Nutrition Monitoring
1) Monitor adanya penurunan berat badan
2) Monitor terjadiya kulit kering dan perubahan pigmentasi
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor kekeringan dan kusam pada rambut
5) Monitor terjadinya muntah
6) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
7) Monitor pertumbuhan dan perkembangan bayi
8) Monitor terjadinya pucat, kekeringan, dan kemerahan pada jaringan konjungtiva.
9) Monitor kalori dan intake nutrisi
10) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral
11) Catat jika lidah berwarna magenta atau merah tua.
47
8) Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan
9) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
10) Gunakan matras sejuk dan mandikan bayi dengan air hangat untuk menyesuaikan
dengan suhu tubuh dengan tepat
48
7. Diagnosa : Ikterus neonatus berhubungan dengan bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam bayi tidak mengalami
icterus
Kriteria Hasil :
1) Menyusui secara mandiri
2) Tetap mempertahankan laktasi
3) Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal
4) Berat badan bayi bertambah 20-30 gram/hari
5) Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal. Nadi : 120-160 kali/menit Suhu : 36,5˚C-
37,5˚C Pernafasan : 40-60 kali/menit
6) Kadar glukosa darah dapat terkontrol atau dalam batas normal (> 45 mg/dL)
7) Status nutrisi adekuat
8) Kontrol resiko proses infeksi
9) Kadar bilirubin dalam batas normal (0,3-1,0 mg /dL)
Intervensi :
Phototherapy Neonate
1) Kaji riwayat ibu dan bayi untuk faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia (misalnya
ketidakcocokan Rh atau ABO, polisitemia, sepsis, prematur, mal presentasi).
2) Amati tanda-tanda icterus
3) Intruksikan pada keluarga tentang tindakan fototerapi
4) Berikan penutup mata untuk mengurangi tekanan yang berlebihan saat fototerapi.
5) Lepas penutup mata setiap 4 jam atau ketika lampu mati
6) Berikan susu pada bayi 8 kali per hari atau instruksikan pada ibu untuk menyusui
sebanyak delapan kali per hari
7) Timbang berat badan bayi setiap hari
8) Amati tanda-tanda dehidrasi (misalnya depresi fontanel, turgor kulit mengerut,
kehilangan berat badan)
9) Mengevaluasi status neurologis setiap 4 jam
10) Mengontrol tingkat bilirubin serum
11) Ubah posisi bayi setiap 4 jam
12) Monitor tanda-tanda vital bayi
13) Periksa intensitas lampu fototerapi setiap hari
14) Tempatkan lampu fototerapi di atas bayi dengan tinggi yang sesuai
49
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Data Demografi Pasien
a. Identitas pasien
Nama : By.Ny M
No. CM : 1******
Tanggal Lahir/umur : 24/1/2021 (BBL)
Agama : Islam
Alamat : J********
DPJP : dr. Z, SpA
50
ASSESMENT NEONATUS (Diisi Oleh Tenaga Keperawatan)
A. asesmen
Petunjuk : Beri Tanda () pada kolom yang anda anggap sesuai
Tiba di ruangan : tanggal 24/1/2021 pkl 14.30WIB Asesmen dimulai tanggal : 24/1/2021 pkl 14.00 WIB.
Cara masuk : Menggunakan inkubator Couves Infant Warmer Digendong Box bayi
Asal pasien : IGD Poli Klinik Kamar bersalin Kamar operasi Rujukan
51
5. Spiritual (Agama) : Islam Protestan Katolik Hindu Budha Konguchu
6. OT / keluarga pasien Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap :
Tidak Ya : Ketidak mampuan untuk mempertahankan praktek spiritual seperti biasa
Perasaan negatif tentang sistem kepercayaan terhadap spiritual
Konflik antara kepercayaan spiritual dengan ketentuan sistem kesehatan
Bimbingan rohani
Lain-lain :
7. Suku/budaya : Melayu
8. Nilai-nilai kepercayaan pasien / keluarga : Ada Tidak ada
Tidak mau dilakukan transfusi
Tidak mau pulang dihari tertentu
Tidak mau imunisasi
Lain-lain :
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak tidak sakit Sakit ringan Sakit sedang Sakit berat
2. Kesadaran : Compos mentis Apatis Somnolen Sopor Sopor coma Coma
3. GCS :E 4 M 4 V 2 .
4. Tanda vital : S 36,5o C, N 148 kali/menit, RR 46 kali/menit, Spo2 : tidak diukur, Down Score:3
5. Atropometri : BB 1605 kg, PB 42 cm, LK 29 cm, LD 28 cm, LP 26 cm
6. Gol Darah/Rh (Bayi ) : A B O AB Rh : Positif Negatif / bayi belum di cek
Gol Darah/Rh ( Ibu ) : A B O AB Rh : Positif Negatif
Gol Darah/Rh ( Ayah ) : A B O AB Rh : Positif Negatif
52
7. Pengkajian persistem :
Sistem susunan Gerak bayi : Aktif Tidak aktif
saraf pusat Ubun-ubun : Datar Cekung Menonjol Lain-lain
Kejang : Tidak ada Ada
Refleks : Moro Menelan Hisap Babinski Rooting Lain-lain
Tangis bayi : Kuat Melengking Lain-lain
Sistem Posisi mata : Simetris Asimetris
Penglihatan / Besar Pupil : Isokor Anisokor
Mata Kelopak mata : TAK Edema Cekung Lain-lain
Konjungtiva : TAK Anemis Konjungtivitis Lain-lain
Sklera : TAK Ikterik Perdarahan Lain-lain
Sistem TAK Asimetris Serumen Keluar cairan Tidak ada lubang telinga
Pendengaran Lain-lain
Sistem TAK Asimetris Pengeluran cairan
Penciuman Lain-lain
Sistem Warna kulit : Kemerahan Sianosis Pucat Lain-lain
Kardiovaskuler Denyut nadi : Teratur Tidak teratur Frekwensi : 148 x/menit
Sirkulasi : Akral hangat Akral dingin CRT : < 3 detik Palpitasi
Edema,lokasi
Pulsasi : Kuat Lemah Mur-mur Lain-lain
Sistem penafasan Pola napas : Normal : x/menit Bradipneu : x/menit Tachipneu : 68 . x/menit
Jenis pernafasan : Pernapasan dada Pernapasan perut
Alat bantu napas, sebutkan nasal canul 3 l/m
Irama napas : Teratur Tidak teratur
Retraksi : Tidak ada Ringan Sedang Berat
Air Entry : Udara masuk Penurunan udara masuk Tidak ada udara masuk
Merintih : Tidak ada Terdengar dengan stetoskop Terdengar tanpa stetoskop
Suara napas : Vesikuler Wheezing Ronchi Stridor
Sistem Mulut : TAK Simetris Asimetris Mucosa mulut kering
Pencernaan Bibir pucat Lain
Lidah : TAK Kotor Gerakan asimetris Lain-lain
Oesofagus : TAK Lain-lain
Abdomen : Supel Asites Tegang Bising usus : x/menit Lain-lain
Anus : Normal Tidak normal
53
BAB : Normal Konstipasi Melena Colostomy Diare, Frek : /hari
Meco pertama, tgl/ pkl : 24/1/2021 Jam : 16.00
Warna : Kuning Dempul Coklat Hijau Lain-lain :
Sistem BAK : Normal Hematuri Urine menetes Sakit Oliguri
Genitourinaria BAK pertama: tgl/pkl : 24/1/2021 Jam : 16.00warna : Jernih Kuning Kuning pekat
Sistem Laki-laki : Normal Hipospadia Epispadia Fimosis Hidrokel Lain-lain
Reproduksi
Perempuan : Normal Keputihan Vagina skintag Lain-lain
54
D. Status psikologis (Orang tua)
Tenang Cemas Sedih Depresi Marah Hiperaktif Mengganggu sekitar Lain-lain
E. Kenyamanan / Pengkajian nyeri (asesmen nyeri ) pada usia 0-1 bulan (NIPS)
Nyeri : Tidak ada Ada < skala nyeri
Frekwensi : Jarang Hilang timbul Terus menerus Lama nyeri
Penilaian skala nyeri NIPS ( Neonatus Infant Pain Scale ) ( 0-1 bulan)
55
Masalah : Ada (Skor 1 ) Tidak ada (Skor 0)
2. Penurunan BB : < 10% dari BBL (0) > 10% dari BBL (1)
3. Penyakit yang menyertai jika ada skornya 2
Sepsis Jantung BBLR Hipoglikemia Diare Lain-lain
Total Skor
Jika skor < 2 : Diet yang diberikan ASI PASI Peroral /NGT
Jika skor > 2 : Asesmen lanjut oleh ahli gizi
RENCANA KEPERAWATAN
1. Observasi keadaan umum, TTV dan monitor tanda dan gejala hipotermi
2. Tempatkan bayi di inkubator, pertahankan suhu ruangan 26ºC
3. Beri penkes tentang pentingnya menjaga kehangatan bayi
4. Libatkan orang tua dalam perawatan bayi
5. Kolaborasi dengan DPJP untuk PMK pada ibu
56
PERENCANAAN PULANG (DICHARGE PLANING)
. .
6. Jika ada criteria masuk dalam pemulangan kondisi khusus dilanjtkan asesmen pemulangan kondisi khusus
Perawat / Bidan yang melakukan pengkajian Verifikasi DPJD
Tanggal : 24/1/2021, pkl: 14.30 selesai 24/1/2021, pkl: 14.30 verifikasi
35
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIABETES
1 – 2 tahun : 33 – 111
3 – 4 tahun : 52 – 98
5 – 6 tahun : 69 – 100
Dewasa :
<100 : bukan DM
Pekanbaru, 24/1/2021
Analis
36
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIABETES
1 – 2 tahun : 33 – 111
3 – 4 tahun : 52 – 98
5 – 6 tahun : 69 – 100
Dewasa :
<100 : bukan DM
Pekanbaru, 24/1/2021
Analis
37
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi rutin 1
Dokter patologi klinik : Dr. E ,M.Sc,SpPK (K) Tgl Cetak : 24/1/2021 jam 17.00
Pekanbaru, 24/1/2021
Analis
38
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIABETES
1 – 2 tahun : 33 – 111
3 – 4 tahun : 52 – 98
5 – 6 tahun : 69 – 100
Dewasa :
<100 : bukan DM
Pekanbaru, 24/1/2021
Analis
39
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 – 2 tahun : 33 – 111
3 – 4 tahun : 52 – 98
5 – 6 tahun : 69 – 100
Dewasa :
<100 : bukan DM
Dokter patologi klinik : Dr. E ,M.Sc,SpPK (K) Tgl Cetak : 24/1/2021 jam 21.00
Pekanbaru, 24/1/2021
Analis
40
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 – 2 tahun : 33 – 111
3 – 4 tahun : 52 – 98
5 – 6 tahun : 69 – 100
Dewasa :
<100 : bukan DM
Dokter patologi klinik : Dr. E ,M.Sc,SpPK (K) Tgl Cetak : 24/1/2021 jam 00.00
Pekanbaru, 24/1/2021
Analis
41
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIABETES
1 – 2 tahun : 33 – 111
3 – 4 tahun : 52 – 98
5 – 6 tahun : 69 – 100
Dewasa :
<100 : bukan DM
Pekanbaru, 25/1/2021
Analis
42
Analisa Data
Tidak dapat
menyimpan panas
Kehilangan panas
HIPOTERMI
2. DS : OT mengatakan bayi lahir Sistem Hepatika Ketidakstabilan
prematur glukosa darah
DO :
Imaturitas sel hepar
GDS 21 mg/dl
letargi
Penyimpanan
glikogen rendah
Penggunaan
kalsium untuk
metabolisme
meningkat
Persediaan glukosa
rendah
43
Ketidakstabilan
glukosa darah
BBL 1700 gr
BB sekarang 1605 gr
Reflek hisap lemah dan
Ventilasi paru
menelan lemah rendah
Sesak
B. Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko hipotermi b/d tipisnya lapisan subcutan
2. Ketidakstabilan glukosa darah b/d persediaan glukosa rendah
3. Pola napas tidak efektif b/d Difusi O2 dan CO2 tidak adekuat
RM : 1******
44
Tindakan Dan Evaluasi Keperawatan
A:
R/
45
Obs KU TTV
kaji tanda hipoglikemi
kaji reflek hisap dan menelan
minum naik bertahap jika tidak ada muntah
penkes tentang pentingnya nutrisi untuk
proses penyembuhan bayi
25/1/2021
07.00 Sr. S
Melakukan operan dengan Sr. P (dinas malam)
Sr. S
08.00 1.1 Mengkaji KU dan TTV bayi bayi aktif, SH
36,7 RR 46 x/i HR 150 x/i Sr. S
09.00 1.3 Menghangatkan bayi dalam incubator bayi
nyaman Sr. S
09.30 1.4 Menjaga suhu ruangan suhu ruangan 26˚C Sr. S
10.00 1.5 Melibatkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
OT kooperatif Sr. S
10.30 2.5 Mengkaji tanda-tanda hipoglikemi GDS 70
letargi tidak Sr. S
11.00 3.3 Memberikan minum sesuai kebutuhan asi 12 x
10cc Sr. S
11.30 3.4 menjelaskan kepada OT pentingnya nutrisi untuk
proses penyembuhan bayi OT kooperatif Sr. S
13.00 1.8 kolaborasi tidak dilakukan terapi sesuai DPJP
Evaluasi pagi
S:-
A:
46
P : TTV dan GDS dalam batas normal, refleks hisap
baik
R/
Obs KU TTV
kaji tanda hipoglikemi
kaji reflek hisap dan menelan
minum naik bertahap jika tidak ada muntah
26/1/2021
07.00 Sr. S
Melakukan operan dengan Sr. O (dinas malam)
08.00 Sr. S
1.2 Mengkaji KU dan TTV bayi bayi aktif, TTV
09.00 normal Sr. S
1.6 Menghangatkan bayi dalam couve bayi
09.30 nyaman Sr. S
1.7 Menjaga suhu ruangan suhu ruangan 26˚C
10.00 1.8 Melibatkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi Sr. S
OT kooperatif
10.30 3.4 Mengkaji tanda-tanda hipoglikemi GDS 78 Sr. S
letargi tidak
11.00 3.1 Memberikan minum sesuai kebutuhan asi 12 x Sr. S
15cc
13.00 1.8 kolaborasi dengan DPJP untuk PMK pada ibu Sr. S
Evaluasi pagi
S:-
A:
47
R/
Obs KU TTV
kaji tanda hipoglikemi
kaji reflek hisap dan menelan
Lakukan PMK setiap hari
48
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas dan membandingkan mengenai kesenjangan antrara
teori dengan kasus yang ditemukan dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada By. Ny. M
dengan BBLR di Rumah Sakit Hermina Pekanbaru yang terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian antara lain wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan mempelajari rekam medis ( kasus pasien ). Pengkajian
dilakukan oleh enulis secara komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial, cultural, dan
soiritual. Dengan demikian melalui pengkajian diharapkan penulis dapat mengenal permaslahan
yang dihadapi pasien dan mempermudah penulis dalam memberikan asuhan keprawatan pada
pasien dengan kasus BBLR.
Berikut penulis akan membahan kesenjangan antara teori dan kasus pada pengkajian
keperawatan yang meliputi riwayat kesehatan, pengkajian fisik ( etiologi, manifestasi klinis ),
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis maupun keperawatan. Pengkajian yang
dilakukan pada By. Ny. M sudah cukup sesuai dengan pengkajian berdasarkan teoritis.
Faktor pendukung pada proses pengkajian adalah keluarga kooperatif serta adanya kerjasama
dari perawat ruangan, sedangkan faktor penghambat yaitu pendokumentasian yang kurang
lengkap, beberapa tulisan yang sulit dibaca seperti instruksi dokter, hasil konsultasi dokter, serta
data lainnya yang lebih lengkap. Alternative pemecahan masalah yang penulis lakukan adalah
menanyakan maksud tulisan kepada perawat ruangan.
B. Diagnosa Keparawatan
Pada kasus BBLR antara teori dan kasus tidak ada data – data yang ada pada status
pasien, dan melakukan klarifikasi data ke perawat ruangan.
ditemukan kesenjangan, penulis menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
yang ada. Pada teori diagnose keperawatan yang muncul pada BBLR ada 7 diagnosa. Sedangkan
49
pada kasus By. Ny. M saat itu ditemukan 3 diagnosa yaitu : Resiko Hipotermi, Ketidakstabilan
Kadar Gula Darah dan Pola napas, Faktor pendukung yang penulis dapatkan, yaitu adanya
beberapa referensi perbandingan di dalam menentukan perencanaan keperawatan pada kasus
BBLR. Faktor penghambat tidak ditemukan dalam tahap ini.
C. Perencanaan
Pada tahap ini untuk melakukan intervensi berdasarkan masalah, didalam menyusun
rencana tindakan keperawatan tidak mengalami kesulitan. Intervensi yang disusun sesuai dengan
prioritas masalah pada pasien By. Ny. M.
D. Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun. Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara mandiri maupun
kolaborasi serta dilakukan dalam tiga tahap yaitu persiapan, perencanaan dan pendokumentasian.
Semua pelaksanaan tindakan keperawatan tersebut didokumentasikan dalam catatan keperawatan
dan tidak semua dikerjakan penulis akan tetapi dibantu oleh perawat ruangan yang bertugas.
Tindakan keperawatan dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek bio, psiko, sosial, dan
juga aspek – aspek preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Implementasi untuk ketiga diagnose keperawatan dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan intervensi keperawatan yang ada. Faktor pendukung yaitu semua rencana tindakan
dilakukan, walaupun ada beberapa rencana keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh penulis
selama 24 jam melainkan rencana keperawatan dilakukan oleh perawat ruangan seperti
pengkajian tanda – tanda vital per 24 jam, monitor intake output per 24 jam, menghitung balanca
cairan per 24 jam. Faktor penghambat yaitu kurang lengkapnya data – data pada ruangan
tentang tindakan apa saja yang sudah dilakukan. Alternatif pemecahan yang penulis lakukan
yaitu melakukan komunikasi dengan perawat ruangan tentang penatalaksanaan yang perawat
ruangan lakukan.
E. Evaluasi
Penulis menggunakan evaluasi formatif karena dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan keperawatan yang dilakukan setiap shift.
50
Evaluasi merupakan umpan balik untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
yang dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan. Setiap
melakukan tindakan keperawatan penulis selalu mencatat respon pasien setelah diberikan
tindakan keperawatan, sebagai evaluasi akhir dan untuk menilai apakah tujuan sudah tercapai
atau belum. Evaluasi meliputi dua komponen yaitu evaluasi formatif yang merupakan hasil atau
respon pasien saat setelah tindakan keperawatan dan evaliasi sumatif yaitu pasien yang
diharapkan sesuai tujuan yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan perencanaan.
Hasil evaluasi dari ketiga diagnose yang telah penulis angkat, Resti Hipotermi,
Ketidakstabilan Kadar Gula Darah dan Defisit nutrisi dapat teratasi.
51
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelahiran BBLR juga mempunyai akibat tersendiri terhadap si bayi. Salah satu akibatnya
adalah sang bayi akan mengalami masalah kesehatan pada minggu-minggu awal kehidupannya.
Bayi yang lahir dengan BBLR juga membutuhkan perawatan incubator saat setelah lahir hingga
bayi bisa dibawa pulang dan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat agar tidak terjadi resiko
ketidakstabilan kadar gula darah.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada by. Ny M dengan BBLR pada tanggal
24/1/2021 s/d 26/1/2021 penulis menerapkan proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan
teori yang telah didapatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
1. Pada pengkajian yang telah dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan
BY. Ny M dengan BBLR adapun data-data yang penulis peroleh selama pengkajian
adalah belum maturnya semua organ pada bayi tersebut bukan karena bayi prematur
melainkan karena kontraksi hebat
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada By. Ny M yaitu :
a. Resiko hipotermi
b. Ketidakstabilan kadar gula darah
c. Pola napas
3. Perencanaan keperawatan berdasarkan tinjauan teori pada kasus By. Ny M dalam
menyusun rencana keperawatan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Dalam hai ini pasien membutuhkan perawatan dengan masalah BBLR.
4. Pelaksanaan keperawatan
Dalam pelaksanaan perencanaan asuhan, peran perawat yaitu : observasi, tindakan
mandiri, libatkan OT, penkes dan kolaborasi.
52
5. Evaluasi
Asuhan yang diberikan pada By. Ny M diberikan secara menyeluruh sehingga
permasalahan yang ditemukan pada diagnosa I tidak terjadi karena bayi di tempatkan di
couve dan di lakukan PMK pada ibu
6. Pendokumentasian setelah penulis melakukan asuhan keperawatan melalui tahap-tahap
dalam proses keperawatan, maka penulis mendokumentasikan pada setiap tahapannya
yang berguna untuk mencapai pelayanan yang berkesinambungan pada By. Ny. M dan
memudahkan dalam melakukan evaluasi.
B. SARAN
Dalam upaya menurunkan nilai morbiditas dan mortalitas kelahiran BBLR ada beberapa
saran dari penulis yang dapat di ikuti, diantaranya:
1. Bagi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya secara teratur agar mengetahui keadaan
janinnya dan berat badan janinnya.
2. Bagi petugas kesehatan diharapkan melakukan penyuluhan kepada ibu hamil tentang
faktor-faktor kelahiran BBLR untuk menurukan angka morbiditas dan mortilitas pada ibu
dan anak. Hendaknya perawat memahami dan mengerti tentang bayi BBLR.
53