Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN PSIKOLOGI ISLAM

Psikologi Islam dimaknai sebagai psikologi berlandaskan citra manusia menurut


ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia yang dimana
pengalaman interaksi dengan diri sendiri, dengan lingkungan sekitar dan alam
kerohanian, dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas
keberagamaan (Hanna Djumhanna Bastaman, 1996). Hal tersebut berbeda dengan
Psikologi Barat. Dasar pendidikan psikologi barat adalah filosofis tentang manusia,
sedangkan Psikologi Islam didasarkan atas sumber otentik, yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah (Jamaluddin Ancok dan Fuad Nasori, 1994). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan Psikologi Islam adalah kajian islam yang berhubungan dengan aspek-
aspek kejiwaan dan perilaku manusia agar individu secara sadar mampu mencapai
kualitas diri yang lebih baik dan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Tugas psikologi Islam berbeda dengan Psikologi Barat. Jika di Psikologi
Barat hanya menerangkan, memprediksi, menyusun konstruk teoritis sebagai
landasan dalam proses mengontrol perilaku manusia. Sementara itu dalam
Psikologi Islam menerangkan, memprediksi, mengontrol dan mengarahkan untuk
memperoleh ridho Allah secara amaliah dan ilmiah. Jadi tujuan utama Psikologi
Islam adalah menyelamatkan dan mengantarkan manusia untuk memenuhi
kecenderungan alami dan fitrahnya untuk kembali kepada Allah SWT. Psikologi
Islam dibangun dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai acuan utamanya dan Al-
Qur’an diturunkan bukan hanya semata-mata untuk umat islam melainkan juga
untuk kebaikan manusia. Oleh karena itu, Psikologi Islam dibangun dengan arah
untuk kesejahteraan manusia. Tujuan utama pengembangan Psikologi Islam adalah
untuk memecahkan masalah dan mengembangkan potensi individual dan
masyarakat melalui cara yang tepat untuk memahami hidup manusia.
PSIKOLOGI DALAM PANDANGAN ISLAM

Dalam sejumlah ayat yang tersebar di berbagai surah, Al-Qur’an telah banyak
menginformasikan tentang dimensi-dimensi psikologis manusia. Tidak hanya
sampai disitu, dalam perspektif psikologi, Al-Qur’an juga banyak mendeskripsikan
tentang tipologi kepribadian manusia. Demikian halnya dengan hadis, ketika
berbicara tentang manusia, Rasulullah Saw tidak hanya mendeskripsikan kedirian
manusia secara fisikal, tetapi juga secara psikologis. Berdasarkan hal itu, meskipun
Psikologi Islam dipahami sebagian kalangan merupakan istilah baru dalam kajian
keilmuan, namun di kalangan umat Islam dan intelektual Muslim, pembicaraan dan
kajian tentang berbagai aspek berkenaan dengan Psikologi Islam sebenarnya sudah
lama dilakukan. Tidak hanya di masa Rasulullah Saw, umat Islam sepeninggal
beliau terus melakukan kajian-kajian berkenaan dengan aspek-aspek kejiwaan
manusia. Sejak masa Rasulullah Saw hingga masa kekhalifahan-kekhalifahan atau
dinasti Muslim, pembicaraan dan kajian-kajian tentang psikologi tersebut berada
pada tiga tataran, yaitu normatif, filosofi, dan saintifik. Pada tataran normatif, sejak
masa Raulullah Saw, umat Islam telah merintis dan mengembangkan pengkajian
terhadap konsep-konsep kunci al-Qur’an dan Hadits tentang aspek-aspek kedirian
manusia dan fenomena kejiwaannya. Telaah normatif terhadap terma-terma al-ruh,
al-nafs, al-`aql, alqalb, dan fithrah yang dilakukan para pakar tafsir dan hadits sejak
masa Rasulullah dan sesudahnya dapat disebut sebagai upaya sungguh-sungguh
untuk memahami kedirian manusia dan fenomena kejiwaannya. Produk-produk
keilmuan yang mereka hasilkan ternyata dijadikan para ilmuan sebagai sumber
dalam pengkajian saintifik tentang Psikologi Islam. Pada tataran filosofis, sejak
masa awal umat Islam mengenal filsafat dan mengembangkannya, pembahasan-
pembahasan tentang esensi kedirian manusia senatiasa bersentuhan dengan
dimensi non fisiknya. Dapat dinyatakan bahwa praktis dalam semua pemikiran dan
karya-karya filosof Muslim ditemukan pembahasan tentang dimensi non fisik atau
psikis manusia. Telaah filosofis tentang entitas al-ruh, al`aql, dan al-nafs mewarnai
dan dapat dengan mudah ditemukan dalam pemikiran para filosof Muslim
sepanjang sejarahnya. Sedangkan pada tataran saintifik, al-Kindi, al-Razy dan Ibnu
Sina dapat disebut sebagai pelopor kajian-kajian ilmiah Islam tentang psikologi.
Seperti tokoh Al-kindi yang telah menulis sejumlah risalah tentang psikologi di
antaranya Fi al-Qaul fi al-Nafs (pendapat tentang jiwa), Kalâm fi al-Nafs
(pembahasan tentang jiwa), Mâhiyah al-Naum wa al-Ra’yu (substansi tidur dan
mimpi), Fi al-`Aql (tentang akal/rasio), dan Hîlah fi Daf`i al-Ahzân (kiat melawan
kesedihan). Ada juga tokoh yang bernama Muhammad Abu Zakaria al-Razy yang
juga telah menulis sejumlah risalah dan buku tentang psikologi. Diantaranya yang
paling populer adalah Kitâb al-Tibb al Ruhany, sebuah karya psikologi bagi
perbaikan perilaku dan pengobatan jiwa. Dan juga ia menulis kitab al-Ladzdzah
yang berkaitan dengan psikologi faal. Melalui serangkaian eksperimen dan
analisisnya, Ibnu Sina telah menulis karya dalam bidang Psikologi dan
kedokteran, yaitu al-Qanun fi al-Tibb, Semua karya tersebut sampai saat ini banyak
dikutip, bahkan dijadikan sebagai referensi di berbagai perguruan tinggi yang di
timur hingga perguruan tinggi barat.
Referensi :

Bastaman, Hanna Djumhana. 1996. Integrasi Psikologi Dengan Islam: Menuju Psikologi Islami,
Yogyakarta, Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar.

Ancok, Djamaludin & Fuad N. Suroso. 2001. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai