Anda di halaman 1dari 5

Dosen Pengampu:

Basti, S. Psi., M. Si
Ahmad Yasser Mansyur, S. Ag., S. Psi., M. Si., Ph. D

TUGAS INDIVIDU
REVIEW VIDEO
PSIKOLOGI ISLAM

OLEH:
WIWIK GAZALI
1971042088
KELAS B
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
_Review video 1 (Psikologi Islam: Kajian Konsep & Riset Mutakhir)_
PSIKOLOGI ISLAM: SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA
Skema Sejarah Psikologi
Banyak ilmuwan yang tidak mengakui bahwa Islam memiliki kontribusi yang besar
dalam pengembangan ilmu, termasuk ilmu psikologi.
 Pada tahun SM: Pemikiran Yunani Kuno
 Pada tahun 980-1927: Pemikiran Islam
 Pada tahun 1500-1800: Pemikiran Filsafat
 Pada tahun 1879: Psikologi Modern
Psikologi Dalam Pemikiran Islam
 Ibnu Sina (980 M-1037 M), menguraikan hakekat jiwa dan macam-macamnya, letak
dan kondisi jiwa sebelum dan sesudah berpisah dari badan.
 Dalam Risalah al-quwa an-nafsaniyyah, beliau berkata: “siapa yang mengenal diri
(jiwa) nya, makai a akan mengenal Tuhannya-Nya”
 Imam Al-Ghazali (1058-1111), tentang teori kimia kebahagiaan (alkimiawi as
sa’adah)
Psikologi Islam Dalam Pemikiran Yunani Kuno
 Hippocrates (460-377 SM) sanguinis, melankolis, kholeris, plaghmatis. Cairan tubuh
melebihi proporsi akan menimbulkan sifat-sifat kejiwaan khas.
 Socrates (469-399 SM) pada manusia ada jawaban persoalan yang dihadapi, perlu
majeutics: menarik keluar seperti bidan dalam membantu kelahiran.
 Plato (427-347 SM) jiwa manusia terdiri atasa ide-ide (psyche). Psyche memiliki 3
bagian: yaitu berfikir yang berpusat di otak, berkehendak yang berpusat di dada, dan
berkeinginan yang berpusat duperut.
Psikologi Islam Dalam Pemikiran Filsafat
 Rene Descartes (1596-1650) inti kejiwaan adalah kesadaran. Berpaham
interaksionisme: adanya interaksi antara badan dan jiwa. Meyakini kelenjar pineal
(kerucut seperti biji kacang, terletak di otak) penghubung antara badan jiwa.
 John Locke (1632-1704), merupakan tokoh empirisme yang mengemukakan bahwa
manusia lahir seperti tabularasa.
 Teori Locke yang penting “how the mind acquiresknowledge”. Pengetahuan diperoleh
dari dua pengalaman, yaitu pengalaman lahiriah dan batiniah.
Psikologi Sebagai Ilmu Mandiri
 Wilhem Wundt (1832-1920) yang dikenal sebagai bapak psikologi modern yang
berdiri pada tahun 1879 di Leipzig.
 Selanjutnya berkembang aliran-aliran psikologi diantaranya adalah strukturalisme,
fungsionalisme, behaviorisme, psikoanalisa, humanistic, transpersonal, dan lain
sebagainya.
 Peran psikolog muslim terjebak dalam lubang biawak.
Dilema Psikolog Muslim (Malik Badri)
 Prof. Malik Badri mengecam Psikologi Barat: aliran Psikoanalisa & Behaviorisme.
Mengecam Behaviorisme: manusia sebagai mahluk hedonis, yang memiliki motif
tunggal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosial dengan sikap
mementingkan kekinian dan kedisinian. Perilaku manusia yang majemuk dianggap
semata-mata dari pengalaman menerima faktor penguat (reward dan punishment).
Mengecam lebih keras thd konsep-konsep psikoanalisis "Id, Ego, Superego, Oedipus
& Electra Complex", yang dianggapnya hanya sebagai mitos daripada temuan ilmiah.
 Badri tidak memandang semua dari Barat itu buruk. Teori "Psikologi Analitik C.G.
Jung memandang positif fungsi agama. Aliran "Psikologi Humanistik" Maslow yang
menghargai keunikan pribadi, pandangan subjektif, kebebasan, tanggung jawab, dan
aktualisasi diri (meski di sisi lain ada bahaya juga, red). Beliau juga menyanjung teori
Logoterapi dari Victor Frankl (Yahudi-Austria) yang banyak berkesesuaian dengan
prinsip prinsip Al-Qur'an tentang manusia.
 Dilema psikolog Muslim diilustrasikan seperti "sengketa batin dimana pada satu sisi
ilmu psikologi yang telah ditekuni selama ini telah memiliki posisi yang teguh sebagai
sains, namun isinya banyak yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Di sisi
lain kita meyakini dalam Al-Qur'an dan Sunnah banyak terkandung prinsip-prinsip
psikologi, namun psikologi Islam belum memiliki pijakan kuat, sekuat psikologi
konvensional.
Dilema Psikolog Muslim (Sigmund Freud)
Perilaku manusia didominasi oleh ketidaksadaran. Manusia digerakkan oleh insting
dasar yang bersifat buruk: liar, non etis, egois, dan bertuhankan kenikmatan. Munculnya
perilaku positif sebagai bentuk pengalihan (penekanan) dari perilaku negatif. Sampai akhir
hayatnya, Freud mempertahankan pendiriannya sebagai seorang ateis yang tidak kenal
kompromi. Dalam "Masa Depan ilusi," dia menggambarkan kepercayaan pada Tuhan sebagai
neurosis kolektif: dia menyebutnya "kerinduan akan seorang ayah."
Terbitnya Psikologi Islam
 Bermula dari KALAM (1992-1994), Jumal sederhana tentang idealisme para
mahasiswa psikologi di Jogja yang memimpikan hadmya psikologi bercorak Islam
 Simposium Nasional Psikologi Islami-1, Fakultas Psikologi UMS mengadakan
SIMPOSIUM NASIONAL-1 Psikologi Islami. Menghadirkan para pakar ternama
dari: psikologi, psikiatri, ulama, filosof, dan pendidik, serta dihadiri ratusan peserta
dari seluruh Nusantara. Diluncurkan nama "Psikologi Islami dengan rumusan: "Corak
psikologi yang berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari
keunikan dan pola prilaku sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri,
lingkungan, dan alam keruhanian dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan
kualitas keagamaan (Bastaman, 2005).
 Simposium-Simposium, Disusul dengan beberapa simposium lainnya seperti di
Jombang di Bandung, dst
 Simp. Nasional Psikologi Islami-1998, Simposium kembali diselenggarakan di
Fakultas Psikologi UMS pada tahun 1998, salah satu bahasan menarik tentang
prinsip-prinsip syariah dalam penelitian psikologi.
 Kongres-1 Asosiasi Psikologi Islami-2003, Rumusan kongres diselenggarakan di
UIN Jakarta dan diputuskan Fakultas Psikologi UMS kembali sebagai tuan rumahnya.
 Dari Psikologi Islami ke Psikologi Islam, Untuk mewadahi berbagai kepentingan
nama menjadi Psikologi Islam.
_Review video 2 (#Psikonserdukasi Mengenal Psikologi Islam)_
Psikologi Islam
Psikologi Islam adalah sebuah kajian yang baru dikembangkan di awal tahun 60-an.
Kajian ini bermula dari usaha dokter Zakiah Drajat yang mulai mengenalkan psikologi dari
tinjauan agama, namun baru pada tahun 1994 melalui simposium nasional para pembina
psikologi Islam akhirnya dikumpulkan dan muncullah kesepakatan untuk menambahkan
pengetahuan baru tersebut, dengan nama psikologi Islam, setelah sebelumnya banyak nama
diusulkan diantaranya adalah psikologi Qurani, psikologi Tasawuf dan lain sebagainya.
Sejarah Psikologi Islam
Kajian akan manusia berawal dari sejarah manusia itu sendiri beberapa referensi Al-
Qur’an mengungkapkan relevansi psikologis dalam narasi Al-qur’an tentang kisah dua putra
Adam. Dimana salah seorang dari mereka yaitu Qabil, melakukan pembunuhan atas
saudaranya Habil. Kisah tersebut diceritakan dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 30-31.
Dalam kisah tersebut dijelaskan tentang motivasi psikologis yang menyimpang dan
pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Selain itu satu hal yang penting ialah bahwa
manusia pun bisa belajar melalui proses imitasi. Qabil meniru burung gagak yang menggali
tanah untuk menguburkan jasad saudaranya. Proses peniruan ini dalam psikologi dikenal
sebagai asas perilaku dari teori modern Albert bandura. Melalui ide-ide Al-Qur’an inilah para
ilmuwan Islam melakukan pengkajian tentang psikologi.
Ruang Lingkup Psikologi Islam
Kajian psikologi secara umum membahas lebih dalam mengenai perilaku manusia.
Namun secara khusus kajian psikologi Islam memiliki ciri khas yang tidak dimiliki aliran
psikologi lainnya. Baharuddin mengungkapkan bahwa psikologi Islam adalah sebuah aliran
baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh teori dan konsepnya kepada Islam
Ciri khas psikologi Islam
 Pertama bahwa psikologi Islam merupakan salah satu dari kajian masalah keislaman.
Artinya psikologi yang dibangun bercorak atau memiliki pola pikir sebagaimana yang
berlaku pada tradisi keilmuan dalam Islam. Sehingga dapat membentuk aliran
tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya.
 Kedua bahwa psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan
manusia. Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa al-ruh, al-nafs, al-kalb, al-akl,
al-dhomir, al-fuad, al-sirr, al-fitrah dan sebagainya. Psikologi Islam tidak hanya
menekankan perilaku kejiwaan, melainkan juga apa hakikat jiwa sesungguhnya.
 Ketiga bahwa psikologi Islam bukan netral etik melainkan sarat akan nilai etik.
Dikatakan demikian sebab psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki. Yaitu
merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna
untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Prospek kajian psikologi Islam
Upaya pengembangan psikologi yang bermuatan nilai-nilai keislaman didasarkan
pada beberapa asumsi:
 Pertama, di dunia mengalami krisis moral dan kepercayaan. Sehingga kondisi
kejiwaan seseorang mulai membutuhkan suasana yang menyejukkan. Salah satu
solusi yang dipandang cukup signifikan dalam menyelesaikan problem kejiwaan
tersebut adalah dengan menghadirkan diskursus psikologi
 Kedua, psikologi kontemporer sekuler yang hanya semata-mata menggunakan
kemampuan intelektual belum mampu memecahkan problem kejiwaan manusia dan
hanya menggunakan pendekatan empiris.

Anda mungkin juga menyukai