67-84
sinapsunsrat@gmail.com
ABSTRAK
Seorang wanita berusia 44 tahun dengan penyakit Parkinson yang telah menunjukkan gejala yang
lebih awal sejak 8 tahun yang lalu pada umur 36 tahun dan telah menjalani terapi Deep Brain
Stimulation. Setelah menjalani terapi tersebut pasien menjukkan perbaikan klinis yang bermakna,
begitu pula peningkatan kualitas hidup. Dengan terapi ini pula, pengobatan berkurang hingga 50-
80%.
ABSTRACT
Female 44 years old with Parkinson disease that already shows symptom early since 8 years ago
at 36 years old and already had Deep Brain Stimulation therapy. After that therapy patient shows
clinical improvement, also increased patient’s quality of life. With this therapy, medication
reduced to 50–80%
67
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
68
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
69
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
jantung, penyakit paru dan stroke ditengah, tidak terdapat struma maupun
sebelumnya disangkal. Riwayat trauma nodul, tidak terdengar bruit karotis. Pada
pada kepala maupun anggota tubuh pemeriksaan dada dengan inspeksi
lainnya disangkal. Riwayat ditemukan bentuk dada yang normal,
mengkonsumsi obat-obatan ataupun simetris, tidak terdapat jejas atau
suplemen makanan secara rutin deformitas dengan permukaan terangkat
disangkal. bersamaan saat inspirasi, tidak ada
Riwayat dari keluarga pasien retraksi, terdapat massa padat berbentuk
dimana tidak ada keluarga pasien yang persegi di bawah kulit dada dengan
pernah mengalami keluhan serupa. jaringan ikat paska operasi DBS, pada
Riwayat sosial penderita auskultasi suara pernafasan
merupakan seorang pendeta, tinggal di bronkovesikular, tidak ditemukan ronki
rumah beton denga ventilasi yang baik, maupun wheezing, pada pemerikaan
terdapat 4 kamar yang dihuni oleh 5 jantung bunyi jantung SI-II reguler,
orang dewasa. Memiliki seorang suami tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
dan satu orang anak, riwayat merokok Pada pemeriksaan abdomen cembung,
dan riwayat konsumsi alkohol disangkal. tidak terdapat jejas, bising usus
Pada pemeriksaan fisik status meningkat, tidak ada nyeri tekan, tidak
generalis keadaan umum sedang, ada pekak berpindah, hepar dan lien
kesadaran compos mentis, status tidak teraba. Pada punggung vertebra
antropometri berat badan 60 kg, tinggi ditengah tidak terdapat jejas maupun
badan 160 cm, IMT 23,43. nyeri tekan. Pada pemeriksaan
Pada pemeriksaan tanda vital ekstremitas tidak ditemukan edema,
tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi akral hangat dengan kesan vaskularisasi
nadi 80x/menit regular isi cukup, yang baik.
frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36,70C. Pada pemeriksaan fisik status
Pada kepala bentuk normal mesosefalus neurologis, nilai GCS yaitu E4M6V5
terdapat jaringan ikat dan massa padat di total 15, pupil bulat isokor dengan
regio parietal paska operasi DBS, tidak ukuran diameter pupil kanan dan kiri
ditemukan tanda-tanda anemis pada sama besar 3 milimeter, pupil kanan dan
konjungtiva dan tidak ditemukan ikterik kiri reaktif terhadap reaksi cahaya
pada sklera. Pada pemeriksaan leher langsung maupun tidak langsung. Pada
terdapat jaringan ikat paska operasi funduskopi kedua mata didapatkan papil
DBS, tidak ditemukan pembesaran bulat, batas tegas, rasio a : v sebesar 1 :
kelenjar getah bening, trakea terletak 3, terdapat refleks makula, tidak terdapat
70
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
a. b.
Gambar 2. MRI kepala a. T1 Sagital b. T2 Koronal
71
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
72
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
paparan mangan pada pekerja las besi) tremor istirahat, rigiditas, dan gangguan
perlu ditanyakan.2-3,6 postural maupun gait. Brandikinesia
Pada pemeriksaan klinis, perlu ialah melambatnya pergerakan dengan
diperhatikan jika terdapat gerakan berkurangnya secara progresif amplitudo
tremor yang khas seperti memutar pil atau kecepatan saat dilakukannya
dan brandikinesia. Jika ditemukan gejala gerakan yang bergantian. Perlu
ini secara asimetris makan gejala ini dibedakan antara brandikinesia yang
merupakan gejala yang patognomonik sesungguhnya dengan lambatnya
pada penyakit Parkinson. Gejala pada gerakan tubuh yang biasa terdapat pada
penyakit Parkinson biasanya berbeda pasien dengan menurunnya kekuatan
jika dibandingkan dengan gangguan otot (paresis), spastisitas, atau
Parkinson lainnya, sebab kemunculan kurangnya motivasi (misal oleh depresi),
dan progresiftasnya terjadi asimetris, secara klinis brandikinesia dapat
dengan gangguan gait dan dievaluasi dengan melakukan gerakan
keseimbangan yang terpengaruh berulang dengan secepat dan seluas
kemudian selama perjalanan penyakit. mungkin, seperti membuka dan menutup
Oleh karena itu, perlu untuk telapak tangan, menghentakkan kaki di
mengkonfirmasi hanya terdapat permukaan tanah. Pemeriksa harus
gambaran klinis khas penyakit memperhatikan dengan baik munculnya
Parkinson yang muncul, sehingga gejala perlambatan atau berkurangnya aplitudo
lainnya seperti defisit sistem piramidal, yang progresif, yang akhirnya dapat
sensoris, maupun serebellar harus menyebabkan gerakan yang terhenti
disingkirkan, begitu pula dengan gejala sama sekali. Brandikinesia dapat juga di
demensia penyakit gangguan gerak evaluasi secara umum saat pasien
lainnya, dengan pengecualian dari melakukan gerakan spontan seperti
distonia dapat muncul pada beberapa duduk, berdiri dari kursi, atau berjalan.
kasus terutama pada penyakit Parkinson Bentuk brandikinesia yang lainnya ialah
3
onset awal. hipomimia (berkurangnya ekspresi
Gejala klinis dari penyakit wajah dan mengedip mata, wajah
Parkinson dapat berupa gejala motorik topeng), hipofonia (suara yang pelan),
dan nonmotorik. Gejala motorik mikrografia (tulisan yang menjadi kecil),
penyakit Parkinson yang khas dan dan kesulitan menelan. Tremor saat
umumnya dikenal sebagai istirahat dimana gerakan osilator
parkinsonisme, terdiri dari empat involunter ritmik yang muncul pada
gambaran utama yaitu brandikinesia, ektreminitas saat relaksasi dan bertumpu
73
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
74
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
computed tomography (CT) scan atau kombinasi dua gejala utama (termasuk
magnetic resonance imaging (MRI) salah satunya kegagalan
perlu dilakukan, dimana MRI lebih di mempertahankan refleks postural) dan
anjurkan, sebab temuan pada pencitraan gejala alternatif lain yaitu tremor
otak biasanya menunjukkan kemungkan istirahat asimetris, rigiditas asimetris
diagnosis yang lain. Positron emission atau bradikinesia asimetris sudah cukup
tomography (PET) dengan fluorodopa sebagai gejala kriteria ini. Kriteria
merupakan salah satu modalitas yang definite bila terdapat kombinasi tiga dari
dapat dilakukan, namun biaya dan empat gejala atau dua gejala dengan satu
terbatasnya sarana prasarana membuat gejala lain yang tidak simetris.1
penggunaannya sulit dilakukan. Dari Kriteria diagnosis menurut
semua pemeriksaan tersebut tidak ada Koller yaitu terdapat dua dari tiga gejala
modalitas yang dapat membedakan khas yang berlangsung selama satu
penyakit Parkinson dari penyebab tahun atau lebih dan memiliki respon
2-6
degeneratif lainnya. terhadap terapi levodopa diberikan
Cara lain untuk menegakkan sampai perbaikan sedang dan lama
diagnosis dari penyakit Parkinson ialah perbaikan selama satu tahun atau lebih.1-
2
melalui observasi klinis dari pemberian
terapi levodopa oral atau apomorfin Penyakit Parkinson sendiri
subkutan, yang akan secara signifikan memiliki perjalanan penyakit yang
memperbaiki gejala klinis pasien.3-4 ditetapkan Hoehn dan Yahr (Hoehn and
Terdapat berbagai macam Yahr Staging of Parkinson’s Disease)
kriteria diagnosis untuk mempermudah dimana pada stadium satu terdapat
klinisi dalam melakukan diagnosis gejala dan tanda pada satu sisi, gejala
terhadap penyakit Parkinson ini. Saat ini ringan, mengganggu namun tidak
umumnya di Indonesia digunakan menimbulkan kecacataan, umumnya
kriteria diagnosis yaitu menurut Hughes terdapat tremor pada satu anggota gerak,
1
dan menurut Koller. gejala yang timbul dapat mudah dikenali
Kriteria Hughes membagi orang sekitar pasien. Pada sadium dua
penyakit Parkinson menjadi tiga kriteria. terdapat gejala bilateral, terdapat
Kriteria possible dimana jika terdapat kecacatan minimal, dan sikap maupun
salah satu gejala utama antara tremor cara jalan mulai terganggu. Pada
saat istirahat, rigiditas, bradikinesia, atau stadium tiga gerak tubuh nyata
kegagalan mempertahankan refleks melambat, keseimbangan mulai
postural. Kriteria probable bila terdapat terganggu saat berjalan maupun berdiri,
75
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
76
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
77
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
78
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
79
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
samping kognitif yang lebih rendah. termor berat dengan resistensi terhadap
Efek samping yang berkaitan dengan pengobatan farmakologi dan memiliki
stimulasi seperti paresthesia, disartria, rigiditas maupun brandikinesia yang
dan gangguan gait, umum terjadi dan minimal. Pasien tersebut tidak boleh
dapat dihilangkan melalui penyesuaian memiliki gangguan kognitif ataupun
stimulasi. Komplikasi yang terkait faktor lainnya yang dapat meningkatan
dengan alat seperti usia baterai, erosi risiko pembedahan.8-9
kulit, atau infeksi dapat dicegah dan Stimulasi pada globus palidus
diatasi pada kebanyakan kasus, dan pertama kali diperkenalkan oleh
menjadi terapi pilihan pada pasien yang Siegfried dan Lippitz pada tahun 1994
memerlukan prosedur unilateral maupun yang merupakan stimulasi globus
bilateral pada tremor berulang yang palidus pars interna (GPi), yang
tidak dapat ditangani dengan melaporkan perbaikan dari rigiditas,
pengobatan.9-13 akinesia, dan diskinesia akibat
Stimulasi pada talamus terdiri pemberian levodopa pada 4 pasien.
dari implantasi elektroda DBS di Terapi DBS pada GPi kurang diminati
nukleus talamus intermediate ventral. dibandingkan prosedur serupa pada
Stimulasi ini menghasilkan kendali yang nukleus subtalamikus (NST), walaupun
baik terhadap tremor pada penyakit jumlah perbandingan keberhasilan
Parkinson namun tidak mempengaruhi keduanya masih menjadi kontroversi.
gejala lainnya seperti rigiditas, Studi komparatif oleh Anderson tahun
brandikinesia, dyskinesia, atau fluktuasi 2005 menunjukkan tidak adanya
8
motorik. perbedaan hasil terapi DBS yang
Studi terapi DBS pada talamus signifikan pada keduanya. Stimulasi dari
menunjukkan kendali tremor awal dan GPi secara bermakna mengendalikan
jangka panjang yang baik hingga 7 semua gejala utama dari penyakit
tahun setelah pemasangan implan; Parkinson (tremor, rigiditas, dan
namun dalam studi jangka panjang brandikinesia), begitu pula dengan
ditemukan perburukan yang bermakna diskinesia. Kandidat pasien untuk terapi
dari gejala parkinsonisme lainnya seperti ini termasuk diantaranya pasien yang
brandikinesia dan rigiditas maupun memiliki respon terhadap terapi
gangguan gait yang pada akhirnya levodopa namun memiliki fluktuasi
menyebabkan disabilitas yang berat.13 motorik yang berat atau pasien yang
Kandidat pasien untuk terapi mengalami diskinesia akibat pemberian
DBS pada talamus ialah pasien dengan levodopa tanpa adanya gangguan
80
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
81
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
kualitas hidup meningkat hingga 34.5%. yang baik yang menunjang pada
Durasi dari fase “on” juga secara diagnosis penyakit Parkinson.
bermakna meningkat, dari 27% menjadi Menurut kriteria Hoehn dan
74% setelah 3 bulan. Peningkatan Yahr, pasien termasuk dalam stadium
umumnya stabil dan bertahan hingga tiga dimana gerak tubuh nyata
lebih dari 5 tahun. 8-9 melambat, keseimbangan mulai
terganggu saat berjalan maupun berdiri,
DISKUSI dan terdapat disfungsi umum sedang.
Pasien seorang wanita dengan usia onset Pada pasien dilakukan terapi
gejala penyakit Parkinson pada usia 36 operatif berupa DBS pada NST. Selain
tahun, hal ini sesuai dengan kepustakaan merupakan prosedur pembedahan yang
walaupun jarang dibawah umur 30 tahun paling umum dilakukan pada penyakit
dan biasanya mulai timbul pada usia 40- Parkinson. Pemilihan terapi ini sesuai
70 tahun, lebih banyak pada pria dari dengan kepustakaan dimana kandidat
pada wanita dengan rasio 3:2 namun pasien terapi DBS pada NST
tidak menutup kemungkinan sebagai diantaranya pasien yang memiliki
onset dari penyakt Parkinson ini. Tidak respon terhadap terapi levodopa namun
terdapat riwayat keluarga dari penyakit memiliki fluktuasi motorik yang berat
Parkinson dari pasien ini, dan tidak atau pasien yang mengalami diskinesia
ditemukan gejala nonmotorik yang akibat pemberian levodopa tanpa adanya
mendahuli gejala motorik pada pasien gangguan kognitif maupun mood yang
ini. Dan pada pemeriksaan MRI kepala bermakna.
untuk menyingkirkan kemungkinan Setelah terapi ini pasien
penyebab lesi struktural didapatkan MRI menjukkan perbaikan yang bermakna
kepala yang normal. dari gejala motorik seperti tremor,
Dari kriteria Hughes pasien rigiditas, dan brandikinesia, begitu pula
pada awal perjalanan penyakit pasien peningkatan kualitas hidup. Dengan
dapat dikategorikan sebagai kriteria terapi ini pula, pengobatan yang
possible dimana terdapat gejala awal digunakan pada diskinesia dan
berupa brandikinesia, dan dengan seiring antiparkinson berkurang hingga 50-80%.
perjalanan penyakit pasien terdapat Dengan sebelumnya mengkonsumsi
seluruh gejala yang sesuai dengan leparson setiap dua jam menjadi terapi
kriteria definite. Pada pemberian terapi berupa kombinasi levodopa 100 mg,
levodopa juga memberikan respon terapi carbidopa 25 mg, dan entacapone 200
82
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
83
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 67-84
10. Deep-Brain Stimulation for 12. Mayberg HS, Lozano AM, Voon V,
Parkinson's Disease Study Group. McNeely HE, Seminowicz D,
Deep-brain stimulation of the Hamani C, Schwalb JM, Kennedy
subthalamic nucleus or the pars SH. Deep brain stimulation for
interna of the globus pallidus in treatment-resistant depression.
Parkinson's disease. N Engl J Med. Neuron. 2005 Mar: 651-60.
2001 Sep: 956-63. 13. Kleiner-Fisman G, Fisman DN,
11. Bronstein JM, Tagliati M, Alterman Sime E, Saint-Cyr JA, Lozano AM,
RL, Lozano AM, Volkmann J, Lang AE. Long-term follow up of
Stefani A, Horak FB, Okun MS, bilateral deep brain stimulation of
Foote KD, Krack P, Pahwa R. Deep the subthalamic nucleus in patients
brain stimulation for Parkinson with advanced Parkinson disease.
disease: an expert consensus and Journal of neurosurgery. 2003 Sep:
review of key issues. Archives of 489-95.
neurology. 2011 Feb: 165-70.
84