strategi suatu organisasi/perusahaan, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat menimbulkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threat). Proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangang misi, tujuan , dan strategi, dan
kebijakann dari perusahaan. Dengan demikian perecanaan strategi (strategic planner) harus
menganalisi faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan , peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada disaat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling
popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. Ada pembagian faktor-faktor strategis
dalam analisi SWOT yaitu:
Dengan demikian analisis ini akan menguatkan strategi peningkatan daya LAZISNU dilihat
dari sisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada dalam kondisi saat ini.
1. Strength (Kekuatan)
Melihat dari segi penghimpunan dana, LAZISNU memiliki dua strategi dalam
menghimpun dana yaitu, pertama, Strategi untuk menyebarkan informasi. Strategi ini
dilakukan dengan cara meminta kepada para muzakki atau donatur tetap LAZ Ummat
Sejahtera untuk saling menyebarkan informasi kepada teman-teman sejawatnya,
sehingga teman-temannya tertarik untuk menjadi muzakki atau donatur LAZ Ummat
Sejahtera. Kedua, LAZISNU memiliki layanan “Go-ZIS” untuk memudahkan
muzakki atau donatur dalam menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya. Dengan
dua strategi ini, LAZISNU dapat menjaring donatur dan muzakki secara efektif dan
efisien. Kegiatan sosialisasi LAZISNU dilakukan melalui media sosial LAZISNU.
Sosialisasi ini didukung dengan adanya beberapa pengurus LAZISNU yang
merupakan tokoh masyarakat atau agama dan mempunyai jaringan dakwah yang luas.
Kegiatan sosialisasi ini secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan citra
LAZISNU. Selain itu LAZISNU Merupakan Lembaga ZIS yang bermintra dengan
pemerintah daerah .
2. Weakness (Kelemahan)
Selain kekuatan, ada beberapa titik yang bisa dianggap kelemahan pada LAZISNU,
sebagaimana berikut:
Di sisi lain, Format dari buku agenda jenis ini pada tabel surat keluar biasanya
terdiri dari nomor, nomor surat, tanggal surat, nama instansi atau perusahaan atau
organisasi pengirim, tujuan pengiriman surat, lampiran, keterangan, dan juga file.
4. Jam kerja karyawan
Sebagian besar pengurus LAZISNU bekerja secara “part time” atau paruh
waktu. karena diantara mereka ada yang bekerja, kuliah, mengajar di lain instansi.
Pada umumnya jam kerja karyawan yang biasa digunakan adalah
masuk kerja pukul 08.00 pagi dan pulang kerja pukul 17.00 sore. Jenis jam kerja
seperti ini biasa digunakan pada perusahaan konvensional untuk memberi
kepastian pada karyawan yang dimilikinya. Baik dengan 5 hari kerja atau 6 hari
kerja, keduanya sama-sama tidak menerapkan sistem lembur untuk karyawan.
Tetapi karena instansi LAZISNU ini memiliki sistem jam kerja freelance. Jam
kerja ini sangat fleksibel dan bergantung pada pekerjanya sendiri. Waktu kerja
ditentukan secara mandiri, serta waktu libur atau off yang juga ditetapkan dengan
cara yang sama.
Akan tetapi walaupun jenis pekerjaan di instansi ini adalah pekerja lepas
namun akan lebih baik apabila memiliki jadwal kesepakatan antar anggotanya,
seperti untuk jadwal berjangka 2 atau 3 hari dari jam 8 harus sudah ada di instansi
secara bergantian.
3. Opportunity (Peluang)
Dengan dikembangkannya penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah, maka
akan didapat sejumlah potensi-potensi eksternal, di antaranya adalah sebagaimana
berikut:
4. Threat (Ancaman)
Sebelum kejadian wabah Covid-19, kondisi LAZISNU berjalan normal,
manajemen bisa berjalan secara terbuka dan ekspansif. Namun, dalam situasi
covid 19, manajemen harus mengukur kemampuan lembaga. Membatasi
pengembangan aktivitas dan mengontrol pengelolaan manajemen lembaga hanya
untuk yang pokok saja.