Anda di halaman 1dari 4

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

strategi suatu organisasi/perusahaan, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat menimbulkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threat). Proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangang misi, tujuan , dan strategi, dan
kebijakann dari perusahaan. Dengan demikian perecanaan strategi (strategic planner) harus
menganalisi faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan , peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada disaat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling
popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. Ada pembagian faktor-faktor strategis
dalam analisi SWOT yaitu:

1. Faktor berupa kekuatan


Yang dimaksud dengan faktor-faktor kekuatan adalah antara lain kompetisi khusus
yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilkikan keunggulan
komparatif oleh unit usaha dipasaran. Dikatan demikian karena satuan bisnis memilki
sumber keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat
dari pada pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan
akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan.
2. Faktor kelemahan
Yang dimaksud dengan kelamahan ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, keterampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan .
3. Faktor peluang definisi peluang secara sederhana peluang ialah berbagai situasi
lingkuangan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
4. Faktor ancaman
Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang yaitu faktor - faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis jika tidak diatasi ancaman
akan menjadi bahaya bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang
maupun dimasa depan.

Dengan demikian analisis ini akan menguatkan strategi peningkatan daya LAZISNU dilihat
dari sisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada dalam kondisi saat ini.

1. Strength (Kekuatan)
Melihat dari segi penghimpunan dana, LAZISNU memiliki dua strategi dalam
menghimpun dana yaitu, pertama, Strategi untuk menyebarkan informasi. Strategi ini
dilakukan dengan cara meminta kepada para muzakki atau donatur tetap LAZ Ummat
Sejahtera untuk saling menyebarkan informasi kepada teman-teman sejawatnya,
sehingga teman-temannya tertarik untuk menjadi muzakki atau donatur LAZ Ummat
Sejahtera. Kedua, LAZISNU memiliki layanan “Go-ZIS” untuk memudahkan
muzakki atau donatur dalam menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya. Dengan
dua strategi ini, LAZISNU dapat menjaring donatur dan muzakki secara efektif dan
efisien. Kegiatan sosialisasi LAZISNU dilakukan melalui media sosial LAZISNU.
Sosialisasi ini didukung dengan adanya beberapa pengurus LAZISNU yang
merupakan tokoh masyarakat atau agama dan mempunyai jaringan dakwah yang luas.
Kegiatan sosialisasi ini secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan citra
LAZISNU. Selain itu LAZISNU Merupakan Lembaga ZIS yang bermintra dengan
pemerintah daerah .

2. Weakness (Kelemahan)

Selain kekuatan, ada beberapa titik yang bisa dianggap kelemahan pada LAZISNU,
sebagaimana berikut:

1. Project Program LAZISNU belum dilaksanan secara maksimal seperti contohnya


“Go-ZIS” karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang program ini.
Strategi yang sebaiknya di gunakan adalah memberitahu dan manawarkan kepada
setiap donator yang membayar ZIS di LAZISNU tentang fasilitas ini, yang dapat
memudahkan para donator dalam membayar ZIS
2. Kegiatan sosial dan promosi yang dilakukan LAZISNU melalui media sosial
dapat meningkatkan citra LAZISNU. Namun, sosialisasi belum berjalan secara
konsisten dan masih terbatas dijalankan pada media sosial tertentu. Opsi - opsi
yang dapat di lakukan untuk meningkatkan citra LAZISNU adalah Pertama,
menyebarkan poster, beritaberita penyaluran, dan motivasi tentang manfaat ZIS
melalui sosial media 1 kali dalam sehari. Kedua, menugaskan sosialisasi kepada
para pengurus LAZ Ummat Sejahtera yang mempunyai jaringan dakwah yang
luas. Ketiga, memperluas sosialisasi melalui media sosial dengan membuka akun
media sosial lebih banyak seperti twiter,line, google+ dan telegram. Keempat,
menugaskan para pengurus LAZ Ummat Sejahtera untuk aktif dalam melakukan
sosialisasi melalui sosial media secara efektif dan efisien.Kelima, memanfaatkan
media sosial yang ada dengan memperbanyak follower lebih banyak.
3. Dalam suatu instansi biasanya terdapat buku agenda untuk surat masuk serta buku
agenda surat keluar yang kolomnya dibedakan atau dibuat dengan terpisah.
Penomoran dalam jenis buku agenda ini pun ikut dipisah. Format dari buku
agenda jenis ini pada tabel surat masuk biasanya terdiri dari nomor, tanggal
penerimaan surat, nama instansi atau perusahaan atau organisasi pengirim, tanggal
dan nomor surat, perihal, lampiran, diteruskan kepada, keterangan, dan juga kode
arsip.

Di sisi lain, Format dari buku agenda jenis ini pada tabel surat keluar biasanya
terdiri dari nomor, nomor surat, tanggal surat, nama instansi atau perusahaan atau
organisasi pengirim, tujuan pengiriman surat, lampiran, keterangan, dan juga file.
4. Jam kerja karyawan

Sebagian besar pengurus LAZISNU bekerja secara “part time” atau paruh
waktu. karena diantara mereka ada yang bekerja, kuliah, mengajar di lain instansi.
Pada umumnya jam kerja karyawan yang biasa digunakan adalah
masuk kerja pukul 08.00 pagi dan pulang kerja pukul 17.00 sore. Jenis jam kerja
seperti ini biasa digunakan pada perusahaan konvensional untuk memberi
kepastian pada karyawan yang dimilikinya. Baik dengan 5 hari kerja atau 6 hari
kerja, keduanya sama-sama tidak menerapkan sistem lembur untuk karyawan.
Tetapi karena instansi LAZISNU ini memiliki sistem jam kerja freelance. Jam
kerja ini sangat fleksibel dan bergantung pada pekerjanya sendiri. Waktu kerja
ditentukan secara mandiri, serta waktu libur atau off yang juga ditetapkan dengan
cara yang sama.

Akan tetapi walaupun jenis pekerjaan di instansi ini adalah pekerja lepas
namun akan lebih baik apabila memiliki jadwal kesepakatan antar anggotanya,
seperti untuk jadwal berjangka 2 atau 3 hari dari jam 8 harus sudah ada di instansi
secara bergantian.

5. Tidak adanya pengecekan dan pembaruan asset secara berkala


Secara umum manajemen aset adalah sebuah sistem pemantauan yang
menjaga setiap hal yang bernilai bagi sebuah organisasi. Hal yang bernilai itu
bentuknya berupa aset, baik yang berwujud maupun yang tidak.
Selain memantau, manajemen aset juga bertanggung jawab untuk
mengoperasikan, memelihara, dan mengembangkan aset agar bermanfaat bagi
organisasi. Sementara aset-aset yang dinilai membebani organisasi harus
dikesampingkan demi menjaga keefektifan biaya.
Siklus Manajemen Aset
Manajemen aset atau manajemen kekayaan yang baik, menerapkan delapan
tahapan berikut ini,
1. Perencanaan kebutuhan aset
Ini merupakan tahapan yang paling awal dari kegiatan manajemen kekayaan.
Kegiatannya adalah merencanakan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan untuk
menunjang pengelolaan aset, misalnya melakukan inventarisasi.
2. Pengadaan aset 
Kemudian melakukan kegiataan pengadaan barang-barang yang dibutuhkan
oleh organisasi, dan bagaimana cara mendapatkannya.
3. Inventarisasi aset 
Setelah itu, aset yang dimiliki diidentifikasi kualitas dan kuantitasnya, baik
secara fisik maupun nonfisik. Setiap aset diberikan identitas atau kode guna
mempermudah pengelolaannya.
4. Legal audit aset 
Melakukan audit aset, baik dari segi hak, kepemilikan, prosedur pengalihan,
dan lain-lain yang berhubungan dengan peraturan organisasi.
5. Pengoperasian dan pemeliharaan aset 
Aset yang dimiliki bisa digunakan untuk menunjang kerja dan mencapai
tujuan organisasi.
6. Penilaian aset 
Memberikan nilai terhadap seluruh aset organisasi. Tujuannya untuk
mengetahui berapa aset perusahaan dari segi ekonomi.
7. Pembaruan aset 
Apabila ada aset yang dinilai sudah tidak efektif untuk digunakan kembali,
maka perlu dilakukan pembaruan.
8. Penghapusan aset 
Apabila aset sudah benar-benar tidak bisa digunakan, maka bisa dilakukan
penghapusan. Penghapusan ini bukan berarti barang dibuang begitu saja, tetapi
bisa dialihkan ke pihak lain dengan cara dijual, dilelang, dan dihibahkan.

3. Opportunity (Peluang)
Dengan dikembangkannya penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah, maka
akan didapat sejumlah potensi-potensi eksternal, di antaranya adalah sebagaimana
berikut:

1. Penduduk di Nganjuk mayoritas muslim.


Dengan penduduk Nganjuk yang mayoritas muslim, maka dapat
mempermudah LAZISNU dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat
terkait sistem syariah sehingga kepercayaan masyarakat semakin meningkat
2. Tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam menunaikan ZIS.
3. Lokasi LAZISNU yang lumayan strategis.

4. Threat (Ancaman)
Sebelum kejadian wabah Covid-19, kondisi LAZISNU berjalan normal,
manajemen bisa berjalan secara terbuka dan ekspansif. Namun, dalam situasi
covid 19, manajemen harus mengukur kemampuan lembaga. Membatasi
pengembangan aktivitas dan mengontrol pengelolaan manajemen lembaga hanya
untuk yang pokok saja.

Anda mungkin juga menyukai