Makalah Hubungan Perburuan Dan Industrial
Makalah Hubungan Perburuan Dan Industrial
DIBUAT:
MATA KULIAH
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PALEMBANG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
ciptaanya.sholawat dan salam kita curahkan pada nabi besar kita nabi muhammad
SAW pada para keluaga ,sahabat, dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir
jaman.
makalah yang berjudul Hubungan Perburuan dan Industrial sebagai salah satu
materi dalam mata kuliah Hubungan Perburuan dan Industrial.
Penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan
saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu mendatang.
2
Arti Hubungan Industrial dan Hubungan Perburuhan
Hubungan industrial adalah hubungan semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas
proses produksi barang atau jasa di suatu perusahaan [1]. Pihak yang berkepentingan dalam
Pengusaha atau pemegang saham yang sehari-hari diwakili oleh pihak manajemen
Perusahaan Pengguna
Masyarakat sekitar
Pemerintah
Disamping para stakeholders tersebut, para pelaku hubungan industrial juga melibatkan:
Abdul Khakim (2009) menjelaskan, istilah hubungan industrial merupakan terjemahan dari
"labour relation" atau hubungan perburuhan. Istilah ini pada awalnya menganggap bahwa
pengusaha. Seiring dengan perkembangan dan kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa
masalah hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha ternyata juga menyangkut
aspek-aspek lain yang luas. Dengan demikian, Abdul Khakim (2009) menyatakan hubungan
perburuhan tidaklah terbatas hanya pada hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha, tetapi
3
Dua istilah ini sejak lama selalu digunakan secara rancu baik oleh praktisi manajemen
sumberdaya manusia maupun oleh pejabat pemerintah khususnya para pejabat di departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Uniknya adalah bahwa istilah dan topik hubungan
industrial atau “Industrial Relations” sebenarnya sudah tidak pernah dibahas lagi oleh para
penulis buku Amerika. Dalam buku-buku mereka seperti Ivancevich, Bernardine & Russel
dan Dessler justru membahas secara khusus topik “Labor Relations” atau hubungan
perburuhan. Departemen Tenaga Kerja RI, para pengusaha yang tergabung dalam APINDO
(Asosiasi Pengusaha Indonesia) / KADIN dan Serikat Pekerja konsisten menggunakan istilah
Hubungan Industrial apalagi ketika masa Orde Baru yang sangat konsisten mempromosikan
Tetapi hampir semua orang yang terlibat dalam “hubungan industrial” mengetahui bahwa
mengandung kata “buruh” yang banyak digunakan oleh organisasi buruh “kiri” pada masa
orde lama. Akhirnya Lembaga Tripartit Nasional khususnya Departemen Tenaga Kerja
berusaha keras memberikan definisi yang menunjukan perbedaan antara keduanya. Menurut
lingkungan industri yang melibatkan tiga unsur pelaku yaitu; serikat pekerja, pengusaha dan
dalam lingkungan perusahaan yang hanya melibatkan 2 (dua) pihak yaitu pengusaha dan
pemerintah untuk memposisikan diri sebagai salah satu pelaku hubungan industrial.
Keinginan tersebut adalah refleksi dari “pendekatan keamanan” yang cukup kuat dalam
4
Akhirnya, sesuatu yang unik juga ditemukan di Indonesia mengenai “hubungan industrial”
ini. Pertama, didalam banyak perusahaan masih tetap digunakan istilah “Hubungan Industrial”
dan ada pejabat yang disebut Manajer Hubungan Industrial. Pembaca akan menemukan
“Uraian Jabatan” Manajer Hubungan Industrial pada akhir dari Bagian 187 nanti. Kemudian,
pada banyak perusahaan yang mayoritas atau hampir semua karyawannya termasuk dalam
kelompok “kerah putih” atau yang bergerak pada sektor industri jasa menggunakan istilah
Perburuhan”. Alasannya juga jelas karena masih adanya perasaan “risih” bila menggunakan
yaitu:
5
Serikat Pekerja/Buruh
Organisasi Pengusaha
Lembaga Kerjasama bipartit (LKS Bipartit)
Lembaga Kerjasama tripartit (LKS Tripartit
Peraturan Perusahaan
Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaaan
Lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial
Perjanjian Kerja Bersama atau disingkat PKB merupakan pijakan karyawan dalam
menorehkan prestasi yang pada gilirannya akan berujung kepada kinerja korporat dan
kesejahteraan karyawan. Jadi, PKB memang penting bagi perusahaan manapun. Hubungan
kerja senantiasa terjadi di masyarakat, baik secara formal maupun informal, dan semakin
intensif di dalam masyarakat modern. Di dalam hubungan kerja memiliki potensi timbulnya
perbedaan pendapat atau bahkan konflik. Untuk mencegah timbulnya akibat yang lebih buruk,
maka perlu adanya pengaturan di dalam hubungan kerja ini dalam bentuk PKB. Dalam
praktiknya, persyaratan kerja diatur dalam bentuk perjanjian kerja yang sifatnya perorangan.
Perjanjian kerja Bersama ini dibuat atas persetujuan pemberi kerja dan Karyawan yang
bersifat individual. Pengaturan persyaratan kerja yang bersifat kolektif dapat dalam bentuk
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).Perjanjian Kerja Bersama
atau PKB sebelumnya dikenal juga dengan istilah KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) / CLA
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak yang merupakan hasil perundingan antara
Pengusaha, dalam hal ini diwakili oleh Managemen Perusahaan dan Karyawan yang dalam
hal ini diwakili oleh Serikat Karyawan, serta tercatat pada instansi yang bertanggung jawab
6
dibidang ketenagakerjaan. Hal ini juga tertuang dalam Pasal 1 UU No.13 tahun 2003 Point
21.PKB dibuat dengan melalui perundingan antara managemen dan serikat karyawan.
Kesemua itu untuk menjamin adanya kepastian dan perlindungan di dalam hubungan kerja,
sehingga dapat tercipta ketenangan kerja dan berusaha. Lebih dari itu, dengan partisipasi ini
juga merupakan cara untuk bersama-sama memperkirakan dan menetapkan nasib perusahaan
untuk masa depan.Masa berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
masa berlakunya paling lama 1 (satu) tahun. PKB juga merupakan suatu instrumen yang
digunakan untuk untuk menjalankan hubungan industrial, dimana sarana yang lain adalah
Menurut ketentuan, Perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3
(tiga) bulan sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Dalam hal perundingan tidak
mencapai kesepakatan, maka PKB yang sedang berlaku tetap berlaku untuk paling lama 1
(satu) tahun. Sehingga dengan demikian proses pembuatan PKB tidak memakan waktu lama
dan berlarut-larut sampai terjadi kebuntuan (dead lock) yang mengakibatkan tidak adanya
kepastian hukum.
Pergerakan Perburuhan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak lama yaitu sejak
Indonesia masih dibawah penjajahan Belanda. Tentu saja gerakan tersebut juga merupakan
imbasan dari apa yang terjadi di Eropa dan diperkenalkan oleh orang-orang Belanda yang
waktu itu bekerja di Indonesia. Organisasi buruh pertama adalah Netherlands Onderwerpen
Genootschaft sebuah organisasi yang mengorganisir guru-guru sekolah Belanda yang berdiri
7
pada tahun 1879. Baru pada tahun 1908 berdiri sebuah organisasi buruh untuk pekerja
Indonesia dalam lingkungan perusahaan yaitu Vereneging van Spoor en Trem Personeel.
Serikat Buruh-nya para pekerja Kereta Api dan Trem. Dimasa pendudukan Jepang gerakan
kesempatan kembali untuk berkembang. Hampir semua organisasi buruh pada saat itu
bernaung atau menjadi anak organisasi (‘underbouw”) partai politik yang waktu itu
jumlahnya juga puluhan. Organisasi buruh yang menonjol pada waktu itu antara lain adalah
Kesatuan Buruh Marhaen (KBM) yang bernaung di bawah PNI, sentral Organisasi Buruh
eluruh Indonesia (SOBSI) “underbouw” dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
SARBUMUSI yang bernaung di bawah NU. Atas desakan organisasi buruh tersebut
Pembaca dapat melihat nama dan nomor Undang-undang peraturan, Peraturan Pemerintah dan
peraturan lain yang penting untuk diketahui isinya dalam Daftar yang khusus dibuat dan
Pada masa kekuasaan rezim Orde Baru, keaneka ragaman organisasi buruh berakhir denga
berakhirnya juga keaneka ragaman dalam partai politik. Dalam ruang lingkup hubungan
perburuhan ini pemerintah bertindak lebih ekstrim lagi karena akhirnya hanya mengizinkan
8
satu organisasi buruh untuk berdiri padahal dalam ruang lingkup politik pada saat itu diijinkan
ada 3 (tiga) partai politik. Pada awalnya langkah yang ditempuh pemerintah adalah
1969 beranggotakan 22 serikat pekerja sisa-sisa sebelum era Orde Baru. Selanjutnya, MPBI
digiring oleh pemerintah untuk membentuk wadah tunggal untuk gerakan buruh dengan
merubah diri menjadi Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang akhirnya menjadi
Pemerintah RI mendapat banyak kritik baik dari dalam atau dari luar negeri (yang dilancarkan
dalam sidang-sidang tahunan Organisasi Buruh International / ILO). Sehubungan dengan itu
maka pemerintah meminta SPSI merubah diri mereka untuk kembali menjadi “federasi” yang
merupakan organisasi induk bagi SPSI Sektor Industri sehingga seolah-olah di Indonesia
jumlah serikat pekerja banyak. Selain daripada itu, pemerintah juga mendorong berdirinya
Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP) yang berstatus perhimpunan pekerja internal
perusahaan yang tidak perlu berafiliasi ke SPSI sektor manapun. Pada masa Orde Baru
tersebut gerakan serikat pekerja tidak banyak menghasilkan Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah kecuali UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang
mendorong diperkuatnya posisi PT. JAMSOSTEK yang sebetulnya lebih untuk kepentingan
pemerintah dalam menarik dana dari Perusahaan. Sebuah Peraturan Pemerintah yang cukup
penting dikeluarkan pada waktu itu adalah PP.No.8/1981 tentang Perlindungan Upah.
Dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada bulan Mei tahun 1998 maka pemerintah baru
tidak dapat lagi mempertahankan FSPSI sebagai organisasi tunggal untuk gerakan buruh.
9
Hanya beberapa bulan setelah turunnya Presiden Soeharto telah terjadi perubahan yang sangat
besar dalam pola dan arah perkembangan Hubungan Industrial dan Hubungan Perburuhan di
Indonesia. Pada bulan Mei itu juga pemerintah dipaksa untuk meratifikasi kembali Konvensi
ILO No.87/1948 melalui Keputusan Presiden No.8/1998. Pada saat yang bersamaan Menteri
untuk serikat pekerja / organisasi buruh yang baru berdiri untuk mendaftarkan diri agar
Akhirnya, pada tahun 2000 pemerintah menerbitkan UU No.21/2000 tentang Serikat Pekerja
maka terjadi perubahan drastis dalam pola dan tatanan hubungan industrial / hubungan
perburuhan di Indonesia. Yang dapat dilihat dengan jelas dan dirasakan adalah sebuah
fenomena dan keadaan yang mirip dengan yang terjadi pada masa “Orde Lama” yaitu jumlah
Serikat Pekerja / Organisasi Buruh yang sangat besar. Sejak PEREMENAKER No.5/1998
diberlakukan sampai bulan Juli 2001 sudah tercatat ada 40 organisasi buruh / serikat pekerja
baru. Bila ditambah dengan SPSI Sektoral yang bernaung dibawah FSPSI maka jumlahnya
Sedangkan berdasarkan data dari Kementrian Ketenagakerjaan, pada tahun 2014 tercatat ada
6 Konfederasi, 100 Federasi dan 6808 Serikat Pekerja tingkat perusahaan (diantaranya banyak
yang tidak berafiliasi dengan Federasi manapun tapi bertindak mandiri, misalnya Serikat
Pekerja semua BUMN). Jumlah itu meliputi 1.678.364 orang anggota Serikat Pekerja. Tetapi
pada tahun 2016 hanya diperoleh nama 63 buah Konfederasi dan Federasi Serikat Pekerja
10
Penyebab mengapa sampai sedemikian besar jumlah organisasi buruh baru yang didirikan dan
Merupakan bagian dari euphoria kebebasan berpolitik yang jalannya dibuka oleh pemerintah
melalui ratifikasi Konvensi ILO No.87/1948 dan UU No.21/2000. Undang-undang ini sangat
mempermudah pendirian sebuah serikat pekerja / organisasi buruh baru dalam perusahaan
dengan mensyaratkan jumlah 10 (sepuluh) orang pekerja sudah dapat mendirikan serikat
pekerja / organisasi buruh. Bayangkan saja bila dalam sebuah perusahaan yang jumlah
pekerjanya 1.000 dapat berdiri sebuah organisasi buruh yang diprakarsai / didukung oleh
Pendirian serikat pekerja / organisasi buruh baru merupakan refleksi dari protes terhadap
Pekerja merupakan basis massa yang bila kondisi ekonomi membaik jumlahnya akan semakin
besar dan sehingga dapat dijadikan instrumen politik dan kekuatan penekan yang cukup besar.
Mendirikan organisasi buruh / serikat pekerja secara resmi adalah merupakan cara terbaik
Beberapa organisasi buruh / serikat pekerja berdiri dengan dilatar belakangi pertimbangan
moral dan idealisme yang tinggi untuk merobah pola perilaku dan sikap sebagian pengusaha
yang masih memperlakukan buruh semata-mata sebagai alat produksi tanpa memikirkan
kesejahteraan mereka.
Pola multi organisasi buruh yang sekarang berkembang mempunyai sejumlah konsekwensi
dan berimplikasi cukup berat pada manajemen sumberdaya manusia dan khususnya
11
penanganan hubungan perburuhan didalam perusahaan. Manajemen dan manajer sumberdaya
manusia akan lebih disibukkan dan dipusingkan dengan masalah ini. Bila tadinya mereka
dengan mudah menghadapi 1 (satu) atau malah nol serikat pekerja tiba-tiba sekarang harus
menghadapi 2 atau lebih serikat pekerja yang satu sama lain juga belum tentu sepakat dalam
Sesuai dengan ketentuan UU No.21/2000 semua organisasi buruh yang berdiri secara resmi
dan terdaftar tidak boleh dihalang-halangi dan harus dibiarkan. Walaupun tidak ditetapkan
oleh peraturan pemerintah, perusahaan harus memberikan bantuan berupa fasilitas seperti
ruang kantor, meja kerja dan alat kantor dan telekomunikasi kepada tiap serikat pekerja.
Bila jumlahnya lebih dari satu dapat dipastikan akan terjadi persaingan keras diantara serikat
pendukung. Apalagi bila organisasi buruh baru tersebut menjadi “onderbouw” partai politik.
Untuk memperluas pengaruh tiap organisasi akan berusaha menjadi populer dan menjadi
“pahlawan” dengan berbagai usul atau tindakan yang ditujukan kepada perusahaan !
Penetapan segala kebijakan dalam bidang sumber daya manusia yang harus disepakati serikat
pekerja termasuk Kesepakatan Kerja Bersama yang merupakan salah satu instrumen utama
dalam Hubungan Industrial Panca Sila sekarang harus dimusyawarahkan dengan lebih dari
satu serikat pekerja. Diantara serikat pekerja / organisasi buruh sendiri harus terjadi
kesepakatan lebih dahulu untuk memiliki sikap yang sama. Hal ini sukar sekali untuk terjadi
Permintaan ijin dari pada pengurus serikat pekerja / organisasi buruh untuk menghadiri acara-
acara dengan induk organisasinya akan meningkat jumlahnya dan dapat melibatkan belasan
orang per bulan-nya. Hal ini dapat menjadi gangguan bagi kelancaran pelaksanaan pekerjaan
12
Tuntutan-tuntutan kenaikan kesejahteraan yang seringkali tidak rasional padahal bukan
komponen yang “normatif” yang seringkali didasari oleh pertama “ephoria”, ingin menonjol
dan mencari pengaruh atau kekurangan pengetahuan anggota pengurus serikat pekerja /
organisasi buruh.
Untuk menghadapi pola dan tatanan hubungan industrial baru di Indonesia, perusahaan yang
masih “bebas” dari serikat pekerja / organisasi buruh, atau yang masih memiliki satu, maupun
yang sudah memiliki lebih dari satu, harus selalu mengambil tindakan-tindakan dibawah ini
untuk menciptakan dan memelihara suasana kerja yang kondusif dan produktif didalam
organisasinya.
Selalu meninjau ulang (mereview) dan mengaudit seluruh strategi, kebijakan dan sistem-
sistem manajemen sumberdaya manusia mereka untuk mendeteksi segala kekurangan atau
penyesuaian yang harus dilakukan agar lebih tepat untuk situasi, kondisi dan tatanan baru.
Meninjau ulang, menegaskan dan menyepakati hak-hak dan kewajiban semua pelaku dalam
terpenting adalah apa yang disebut dengan “hak prerogative” manajemen dalam mengelola
perusahaan). Penegasan hak dan kewajiban ini dibuat secara tertulis dalam bentuk Peraturan
Perusahaan (bila belum ada SP / ORBU) atau berbentuk Kesepakatan Kerja Bersama.
potensi konflik dan menangani setiap konflik yang muncul dengan tepat dan cepat. Dalam
program atau sistem itu harus termasuk pula sebuah prosedur untuk menyampaikan keluhan
13
Khusus untuk para praktisi MSDM yang masih pemula atau baru, adalah perlu berusaha
Menteri Tenaga Kerja yang mengatur semua aspek legal dari manajemen sumber daya
manusia. Selain itu, bagi yang belum menjadi praktisi, disarankan untuk mulai belajar
Dalam sebuah perusahaan, baik itu pengusaha maupun pekerja pada dasarnya memiliki
Perselisihan dalam hubungan industrial merupakan hal yang kerap terjadi dalam dunia.
Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI) ialah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh.
Pasal 2 UU PPHI mengatur empat jenis perselisihan hubungan industrial, yaitu perselisihan
hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. Lalu apa perbedaan dari keempat
Perselisihan hak ialah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Hak yang dimaksud
dalam perselisihan ini adalah hak normatif, yang sudah ditetapkan dalam perjanjian kerja,
14
Perselisihan ini dapat terjadi ketika misalnya pekerja menolak gaji yang diberikan oleh
perusahaan karena masing-masing pihak mempunyai definisi atas gaji yang berbeda dari
Perselisihan kepentingan Adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak
yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama. Misalnya adalah jika perusahaan mengubah isi dari perjanjian kerja tanpa adanya
perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran
hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Kasus yang sering terjadi adalah ketika
perusahaan memutuskan hubungan kerja secara sepihak dengan pekerjanya dan pekerja
Perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan Perselisihan antar serikat pekerja
dalam satu perusahaan adalah perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan karena
tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan pelaksanaan hak, dan kewajiban
keserikatpekerjaan.
Untuk menyelesaian perselisihan di atas, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan yaitu:
industrial. Semua jenis perselisihan hubungan industrial wajib terlebih dahulu diupayakan
perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
15
hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang
netral.
Arbitrase Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan Hubungan
Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat
final.
diperlukan demi terciptanya hubungan industrial yang harmonis dan kondusif antara kedua
belah pihak.
Dalam sebuah perusahaan, baik itu pengusaha maupun pekerja pada dasarnya memiliki
Bila sampai terjadi perselisihan antara pekerja dan pengusaha, perundingan bipartit bisa
menjadi solusi utama agar mencapai hubungan industrial yang harmonis. Hubungan industrial
16
yang kondusif antara pengusaha dan pekerja/buruh menjadi kunci utama untuk menghindari
Dengan demikian pihak yang berselisih dalam perselisihan hubungan industrial adalah
1. Perselisihan Hak
Jenis perselisihan hubungan industrial ini bisa timbul karena tidak terpenuhinya
hak, akibat ada perbedaan pelaksanaan maupun penafsiran terhadap ketentuan dari
17
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, maupun
Hak yang dimaksud dalam jenis perselisihan hubungan industrial ini adalah hak
normatif. Merupakan hak yang sudah ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
Contoh dari timbulnya perselisihan ini bisa terjadi saat pekerja menolak gaji yang
diberikan oleh perusahaan karena tiap pihak memiliki definisi atas gaji yang
2. Perselisihan Kepentingan
Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan mengubah isi dari perjanjian kerja tapi
industrial yang timbul karena tidak ada sama pendapat tentang bagaimana cara
Salah satu contoh kasus yang paling sering terjadi yaitu ketika perusahaan
18
pekerja tersebut tidak setuju dengan keputusan dari perusahaan yang
bersangkutan.
Timbulnya hal tersebut bisa disebabkan karena tidak adanya persamaan paham
1. Hubungan Industrial dengan Pendekatan Konflik Pendekatan ini dibangun bahwa di iklim
masyarakat bebas, maka siapa yang kuat akan menekan yang lemah. Meminjam istilah
Presiden Soekarno, maka akan terjadi eksploitasi manusia oleh manusia (exploitation
l’homme par l’homme). Untuk mencegah hal tersebut, maka harus diciptakan keadaan di
mana pihak pekerja dan pihak pengusaha memiliki kekuatan yang sama dan seimbang agar
hubungan perburuhan menjadi kondusif. Pendekatan ini biasa dipakai oleh negara-negara
ekonomi liberal. Contoh penerapan Hubungan Industrial dengan pendekatan konflik dapat
dilihat di Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat dengan instrumen yang ada berusaha
untuk membuat kedudukan antara pekerja (diwakili oleh Serikat Pekerja) dan pengusaha
terbesar kepada Pemerintah. Pihak pengusaha dan pihak pekerja hanya mengikuti arahan dan
kebijakan yang sudah ditentukan oleh Pemerintah. Pihak buruh dan pengusaha biasanya
berada dalam posisi yang sama karena arahan Pemerintah. Pendekatan ini biasa digunakan
19
dalam negara-negara beraliran ekonomi sosialis. Contoh penerapan Hubungan Industrial
dengan pendekatan kooperatif dapat dilihat di China. China memiliki Serikat Pekerja terbesar
di Dunia, yakni All-China Federation of Trade Unions dan Asosiasi Pengusaha yang cukup
besar, yakni All-China Federation of Industry and Commerce. Ketua Serikat Pekerja China
merupakan Wakil Ketua Kongres Rakyat Nasional (DPR China). Sementara Ketua Asosiasi
Pengusaha China merupakan Wakil Ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China (MPR
China). Kedua lembaga tersebut harus tunduk pada arahan yang ditentukan oleh Partai
sesungguhnya pekerja, pengusaha, dan Pemerintah China merupakan satu kesatuan dan
tunduk pada arahan Partai Komunis China selaku pemegang kekuasaan tertinggi di China.
pendekatan. Faktor penunjang dari pendekatan ini adalah pendidikan hukum perburuhan.
Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan harmoni, ketenangan bekerja dan ketenangan
berusaha (industrial peace). Pendekatan ini berusaha mencari solusi untung sama untung bagi
semua pihak. Contoh penerapan pendekatan ini adalah konsep Hubungan Industrial Pancasila
yaitu hubungan antara pekerja, pengusaha, dan Pemerintah dalam praktek perburuhan yang
didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan UUD 1945 yang tumbuh
dan berkembang di atas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia. Hubungan
Industrial Pancasila tersebut didukung oleh tiga pilar yang disebut Tridharma, yakni: rasa
rasa toleran satu dengan yang lain (mulat sarira hangrasa wani).
20
Hubungan industrial yang berlaku di Indonesia adalah Hubungan Industrial Pancasila, yang
merupakan hubungan antar pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (pekerja,
pengusaha, dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari
keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang tumbuh dan berkembang di atas kepribadian dan kebudayaan nasional
1. mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan hanya bertujuan untuk sekedar mencari
nafkah saja, akan tetapi sebagai pengabdian kepada tuhannya, kepada sesama manusia,
2. menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka, tetapi sebagai manusia
bertentangan, akan tetapi mempunyai kepentingan yang sama yaitu kemajuan perusahaan,
karena dengan perusahaan yang maju semua pihak akan mendapatkan kesejahteraan;
4. setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus diselesaikan dengan jalan
5. terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam perusahaan,
keseimbangan itu dicapai bukan didasarkan atas perimbangan kekuatan (balance of power),
Hubungan industrial merupakan hubungan antara semua pihak yang terkait atau
berkepentingan atas proses produksi barang atau pelayanan jasa di suatu perusahaan, pihak
yang berkepentingan (stakeholder) dalam sebuah perusahaan terdiri dari: pengusaha atau
21
pemegang saham yang sehari-hari diwakili manajemen; para pekerja dan serikat pekerja; para
Disamping para stakeholder tersebut para pelaku hubungan industrial telah berkembang
dengan melibatkan para konsultan hubungan industrial atau pengacara, para arbitrator,
Hubungan industrial akan serasi jika dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik, maka
lebih membantu menjamin pembagian yang merata dari hasil pembangunan nasional. Di
samping itu hubungan industrial ini dapat membantu pemerintah dalam bekerja sama dengan
Hubungan industrial akan dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan produktivitas dan
perburuhan, terjadi pemutusan hubungan kerja, terjadi pemogokan atau pengrusakan barang
dan tindak pidana lainnya.16 Agar hubungan industrial dapat berlangsung dengan baik maka
berdasarkan ketentuan Pasal 103 UU No.13 Tahun 2003 ditentukan sarana hubungan
industrial, yaitu:
22
1. Serikat pekerja/serikat buruh Serikat pekerja/buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,
oleh, dan untuk pekerja/buruh, baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat
bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
2. Organisasi pengusaha
Sama halnya dengan pekerja, para pengusaha juga mempunyai hak dan kebebasan untuk
membentuk atau menjadi anggota organisasi atau asosiasi pengusaha. Asosiasi pengusaha
ketenagakerjaan dan hubungan industrial. Asosiasi pengusaha dapat dibentuk menurut sektor
industri atau jenis usaha, mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat kabupaten, provinsi
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/buruh atau lebih wajib
membentuk lembaga kerja sama bipartit. Lembaga kerja sama bipartit berfungsi sebagai
keanggotaan lembaga kerja sama bipartit terdiri atas unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh
23
Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang
masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat
kabupaten/kota.
5. Peraturan perusahaan
Peraturan perusahaan adalah yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikatpekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi
pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
ketenagakerjaan pada dasarnya mencakup ketentuan sebelum bekerja, selama bekerja, dan
24
sesudah bekerja. Peraturan selama bekerja mencakup ketentuan jam kerja dan istirahat,
dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara
musyawarah untuk mufakat. Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai, maka pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja menyelesaiakan perselisihan
Tidak selamanya hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha berjalan dengan baik.
Manusia sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi sudah pasti\ terdapat persamaan dan
hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha tidak tertutup kemungkinan adanya
suatu perselisihan yang berujung pada terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Lalu
Husni dalam bukunya menyatakan bahwa “Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran
hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja karena berbagai sebab”.29 Menurut Pasal 1
angka 25 UU No. 13 Tahun 2003, yang dimaksud dengan pemutusan hubungan kerja adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak
dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Berdasarkan Pasal 150 UU No. 13 Tahun
2003, pemutusan hubungan kerja meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan
usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau
badan hukum, baik milik swasta maupun milik Negara, maupun usaha-usaha sosial dan
25
usaha-usaha lainnya yang mempunyai pengurus, dan mempekerjakan orang lain dengan
PHK merupakan peristiwa yang tidak diharapkan terjadi. Khususnya bagi pekerja, karena
pemutusan hubungan kerja akan memberikan dampak psikologis dan financial bagi pekerja
a. Dengan adanya pemutusan hubungan kerja, bagi buruh telah kehilangan mata pencaharian;
b. Untuk mencari pekerjaan yang baru sebagai penggantinya, harus banyak mengeluarkan
biaya;
c. Kehilangan biaya hidup untuk diri dan keluarganya sebelum mendapat pekerjaan yang baru
sebagai penggantinya.31
Pengusaha dilarang melakukan PHK apabila didasarkan pada alasanalasan berdasarkan Pasal
a. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama
d. Pekerja/buruh menikah;
26
f. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja,
buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau
di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
i. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
j. Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya
belum dipastikan.
PHK dengan alasan tersebut di atas adalah batal demi hukum dan pengusaha wajib
27
d. karena perubahan status perusahaan;
h. karena pensiun;
i. karena mangkir;
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 menentukan bahwa apabila dalam segala upaya telah
dilakukan, tetapi PHK tidak dapat dihindari, maka pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja danuang penggantian hak yang seharusnya
diterima.
DAFTAR PUSTAKA
https://achmadruky.com/698/hubungan-industrial-dan-hubungan-perburuhan-di-
indonesia/#:~:text=Sedangkan%20hubungan%20perburuhan%20didefinisikan
%20sebagai,yaitu%20pengusaha%20dan%20serikat%20pekerja
%E2%80%9D.&text=Pertama%2C%20didalam%20banyak%20perusahaan
%20masih,yang%20disebut%20Manajer%20Hubungan%20Industrial.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_industrial
https://disnakertrans.ntbprov.go.id/sebaiknya-anda-tahu-jenis-perselisihan-hubungan-
industrial/
https://jdih.kemnaker.go.id/faq-siapa-sajakah-yang-menjadi-pihakpihak-dalam-
penyelesaian-perselisihan-hubungan-industrial.html
https://smartlegal.id/smarticle/2019/03/12/tiga-macam-pendekatan-hubungan-
industrial/
28
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/95761c49d0e855485a811784a029e11a.pdf
29