Anda di halaman 1dari 78

Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Buku Panduan Pendampingan


Dasar Kasus Kekerasan
Terhadap Perempuan

Disusun Oleh :
Ressa Ria Lestari, S.Ant
Maria Kristiana Olivia
Lasma Natalia H. Panjaitan, S.H, M.H
Hana Kurniasih, S.H
Hani Nur Syifa S.H
Rangga Rizki S.H, M.H

1
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Kata Pengantar
Tim Penulis
Berdasarkan data UN Women, 1 dari 3 perempuan di seluruh
dunia tercatat pernah mengalami kekerasan. Setiap tahunnya
angka kekerasan terhadap perempuan terus meningkat. Data ini
menunjukan kerentanan perempuan mengalami segala bentuk
kekerasan. Kekerasan yang terjadi pada perempuan merupakan
kekerasan yang bersifat sistemik dan dapat dilihat sebagai salah
satu bentuk pelanggaran HAM. SIstem nilai yang saat ini eksis di
masyarakat membuat perempuan menjadi salah satu kelompok
yang paling rentan mengalami kekerasan. Nilai dan norma yang
memposisikan perempuan sebagai kelompok subordinat dan
objek seksual menjadi latar belakang tingginya angka kekerasan
terhadap perempuan.

Hal ini semakin diperparah dengan minimnya penanganan


kasus kekerasan berperspektif korban, sehingga banyak korban
kekerasan tidak memperoleh hak atas rasa aman dan hak
pemulihan. Banyak kasus kekerasan terhadap perempuan tidak
ditangani dengan sebagaimana mestinya, sehingga memberikan
trauma baru kepada korban. Buku panduan ini disusun sebagai
upaya pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan
yang berperspektif dan berpihak pada korban.

Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh siapapun yang


melakukan kerja pendampingan kasus kekerasan terhadap
perempuan. Melalui buku ini setidaknya korban kekerasan
terhadap perempuan dapat terbantu untuk memperoleh haknya
atas rasa aman dan pemulihan.

Disusun Oleh : Penerbit :

Penulis Lembaga Bantuan Hukum (LBH)


Ressa Ria Lestari, S.Ant Bandung
Maria Kristiana Olivia Didukung Oleh USAID and The Asia
Lasma Natalia H. Panjaitan, S.H, M.H Foundation
Hana Kurniasih, S.H
Hani Nur Syifa, S.H JL. Bekallvron No.15, Cikutra
Rangga Rizki, S.H, M.H, Kota Bandung, Jawa Barat
Editor
An Nisaa Yovani. S.IP, M. Ant 022 - 205 387 17
Iustrasi dan Layout lbh.bandung.or.id
Gea Ayuning Arliani, S.Ds office@lbhbandung.or.id

2
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Lembaga Bantuan Hukum Bandung


Selama masa pandemik covid-19 kasus-kasus kekerasan terhadap
perempuan mengalami kenaikan tinggi. Melalui data pengaduan
yang masuk ke LBH Bandung dan data pendampingan yang
dilakukan oleh jaringan masyarakat sipil angka kasus kekerasan
yang dialami perempuan terus bertambah. Dalam kondisi
tersebut, pengetahuan dan pemahaman tentang pendampingan
kasus-kasus perempuan menjadi kebutuhan bagi masyarakat.

Namun dikarenakan adanya keterbatasan karena harus menjaga


jarak serta sulitnya untuk melakukan pertemuan-pertemuan
pendidikan dimana orang berkumpul, maka penting untuk
menyediakan metode lain, sehingga pendidikan hukum dan
pendampingan bantuan hukum tetap berjalan. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah menyediakan produk pengetahuan
yang dapat diakses oleh publik. Oleh karena itu, LBH Bandung
bekerja sama dengan SAMAHITA, dan didukung oleh The
Asia Foundation dan USAID, menyusun dan menerbitkan Buku
Panduan Pendampingan Kasus Kekerasan Pada Perempuan,
dengan harapan buku panduan ini dapat menjadi salah satu
sumber pengetahuan bagi para pendamping baik pendamping
sosial maupun paralegal ketika sedang mendampingi korban
yang mengalami kekerasan.

Buku Panduan ini masih jauh dari sempurna, tapi kami berupaya
semaksimal mungkin agar para pendamping dapat memahami
prinsip-prinsip, alur, serta langkah-langkah praktis yang dapat
diterapkan ketika mendampingi kasus-kasus kekerasan pada
perempuan. Semoga melalui buku ini semakin memperkuat
proses advokasi bagi korban dan memperluas gerakan bantuan
hukum.

Hormat kami
Lembaga Bantuan Hukum Bandung

Lasma Natalia H. Panjaitan


Direktur LBH Bandung

3
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Daftar Isi
Bagian I Bagian 3
7 Pendahuluan 30 Kerja - Kerja Pendampingan

8 Latar Belakang 31 Ruang Lingkup / Jenis Pelayanan

10 Standar Pelayanan 32 Identifikasi Kondisi &


Untuk Korban Layanan yang Dibutuhkan

12 Pelatihan untuk para 33 Target Pendampingan


Profesional
34 Etika Pendampingan
14 Definisi
36 Peran Pendamping
16 Jenis - Jenis Kekerasan
37 Hal-Hal yang harus diperhatikan
17 Pendekatan
dalam Pendamping dan Klien

Bagian 2
20 Kekerasan Terhadap
Perempuan

21 BentukKekerasan
Terhadap Perempuan

23 Kekerasan Seksual

26 Dampak Kekerasan
Terhadap Perempuan

4
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Bagian 4
52 Penanganan Kasus
Non-Litigasi

54 Penanganan Litigasi Kasus


Hukum Pidana dan Perdata

54 Proses Hukum Acara Pidana

60 Proses Kasus Hukum Perdata

62 Peradilan Agama

66 Aturan Lainnya

67 Poligami

68 Penutup

69 Lampiran

5
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

6
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

BAGIAN 1

PENGENALAN

7
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Latar Belakang
Data yang ada Berikut data kriminalitas Data yang dikumpulkan oleh
kekerasan seksual yang ter- BPS masih hanya terbatas
memang sangat sedia di BPS Terlebih lagi an- pada kasus perkosaan dan
minim dan tidak gka kekerasan seksual di In- pencabulan, namun itu pun
spesifik menguraikan donesia menunjukkan jumlah sudah menunjukkan adanya
yang cukup mengkhawatir- ribuan kasus per tahun.
semua bentuk kan. Data Badan Pusat Statis-
kekerasan seksual tik menyebutkan bahwa pada
tahun 2011 kasus perkosaan Data korban pun
yang ada, namun menunjukkan angka yang
di seluruh Indonesia menca-
begitu angka yang pai 1977 kasus, 1779 kasus lebih mencengangkan
ditunjukkan oleh selama tahun 2012 dan 1690 dengan jumlah korban yang
kasus pada 2013. Sedangkan jauh lebih banyak dari jumlah
data yang jumlahnya untuk kasus pencabulan, BPS kasus yang ada. Melalui Survei
sedikit itu pun mencatat bahwa terjadi 3265 Sosial Ekonomi Nasional,
telah memberikan kasus pencabulan pada 2011, BPS mencatat bahwa jumlah
3323 kasus pada tahun 2012 korban perkosaan Setiap
gambaranpentingnya dan 3160 kasus pada tahun tahunnya dari tahun 2009
memberikan upaya 2013 39. sampai dengan 2013 terus
mengalami peningkatan.
khusus atas penangan Pada tahun 2009 terdapat
kekerasan seksual. 3175 korban perkosaan, 4957
korban pada tahun 2010,
tahun 2011 berjumlah 5309
korban, pada 2012 3750
korban dan kembali naik
pada tahun 2013 berjumlah
4568 korban. berdasarkan
data-data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat
ribuan kasus perkosaan yang
melibatkan ribuan korban
setiap tahunnya yang harus
dilindungi dan dipulihkan
sebagai wujud pemenuhan
hak-hak dasarnya untuk
melanjutkan kehidupannya.

8
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Deklarasi ini mendorong negara anggota memperlakukan


korban secara adil dengan menghormati derajat dan
martabatnya. Ruang lingkup hak-hak korban yang diatur dalam
deklarasi ini, terdiri dari

1. Akses terhadap keadilan dan peradilan yang adil


2. Restitusi
3. Kompensasi
4. Bantuan

Modul ini disusun sebagai upaya membangun


penanganan kasus kekerasan seksual yang
komprehensif dengan menggunakan asas
perspektif korban.

AKSES TERHADAP KEADILAN


DAN PERADILAN YANG ADIL

RESTITUSI

BANTUAN

KOMPENSASI

9
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Standar Layanan
Untuk Korban
Dengan merujuk Intervensi Krisis Konseling
pada UN Declaration Pelayanan bantuan pen- Layanan konseling bagi
of Basic Principles of dampingan kepada korban korban harus menyediakan
bagi masalah emosional kor- fasilitas konseling baik secara
Justice for Victims ban, dalam bentuk konseling. individu maupun kolektif.
of Crime and Abuse Intervensi ini terdiri dari be- Bantuan langsung berupa:
berapa mekanisme, yaitu
of Power, terdapat 1. Rumah aman,
a) penguatan secara
sedikitnya 9 layanan emosional,
2. Bantuan informasi dalam
yang harus dimiliki konseling mengenai cara
b) bantuan langsung seperti mencegah terjadinya vikti-
pada program bantu- bantuan kesehatan yang da- misasi ganda (budaya meny-
an bagi korban, yang lam kondisi darurat, alahkan korban)
terdiri dari: c) rumah aman, 3. Menghentikan ketergan-
tungan terhadap obat-obatan
d) bahan makanan,
(apabila ada)
e) perawatan langsung,
4. Informasi mengenai pe-
f) perbaikan properti yang di- layanan kesehatan fisik/me-
miliki oleh korban dan, dis, mental, dan sosial.
g) pengobatan dari pengaruh
obat-obatan dan bantuan in-
formasi mengenai hak-hak
korban

Bantuan kepada
keluarga korban
Secara lebih lanjut, pelayanan
bantuan kepada korban
direkomendasikan untuk
menyediakan pendampingan
emosional kepada keluarga
korban mengenai kondisi kor-
ban dan penguatan mental
dan emosional bagi anggota
keluarga.

10
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Advokasi Bantuan informasi berupa; Pelayanan lebih lanjut dapat


berupa pelayanan pelaku-
Pelayanan advokasi adalah 1. informasi perkembangan
korban seperti mediasi, dialog
suatu layanan yang membela perkara,
korban-pelaku, dan panel
hak seseorang yang 2. informasi hak-hak korban, yang melibatkan korban. Hal-
tercederai dimana usaha yang
3. informasi penahanan ter- hal yang harus diperhatikan
dilaksanakan sistematis secara
sangka, dalam proses ini adalah
bertahap (incremental) dan
kondisi mental dan kesiapan
terorganisir yang dilakukan 4. perlindungan alat bukti korban untuk bertemu dengan
oleh kelompok atau organisasi untuk pemeriksaan foren- pelaku. Apabila korban
profesi untuk menyuarakan sik, masih menolak dan masih
aspirasi anggota, serta usaha
5. informasi mengenai ban- dalam keadaan trauma untuk
mempengaruhi pembuat
tuan medis, bertemu secara langsung
kebijakan publik untuk
dengan pelaku, maka proses
membuat kebijakan yang 6. pemeriksaan forensik dan
pelayanan ini tidak disarankan
berpihak kepada kelompok pencegahan viktimisasi
untuk dilakukan.
tersebut, sekaligus mengawal lanjutan.
penerapan kebijakan agar
berjalan efektif. Proses Pendampingan selama
advokasi terhadap korban persidangan
harus mampu menjamin: 1. Pendampingan selama
1. Kompensasi dari pelaku proses persidangan. Ban-
kepada korban, tuan langsung berupa:
2. Intervensi untuk menjamin 2. koordinasi untuk jaminan
keberlangsungan tagihan perlindungan bagi korban
yang menjadi tanggungan dengan seminimal mun-
korban, gkin untuk tetap muncul
dalam persidangan,
3. Mengupayakan keterse-
diaan rumah aman bagi 3. mendorong pertanggu-
korban, ng jawaban penuh oleh
pelaku kepada korban,
4. Perlindungan dan kea-
manan di rumah aman 4. bantuan pelibatan korban
bagi korban juga diperlu- dalam proses peradilan
kan. dan proses pengambilan
keputusan,
Pendampingan selama
5. jaminan pemisahan tem-
penyidikan pat bagi korban dan
pelaku pada masa persi-
Pendampingan emosional dangan.
dalam berbagai tahap 6. Bantuan informasi dalam
penyelidikan dan penyidikan bentuk pemberian infor-
mulai dari: masi mengenai hak-hak
1. identifikasi pelaku, korban selama masa persi-
2. pemeriksaan saksi, dangan lanjutan
3. pendampingan selama 7. Pemberian informasi
proses olah TKP (jika dib- mengenai status pelaku.
utuhkan)

11
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Pelatihan untuk para Profesional Perumusan Standar


Praktek dan Kode Etik
Pelayanan bantuan bagi korban harus Dalam rangka mengembang-
mampu mengakomodir perlindungan korban kan perlindungan korban
dengan pendekatan yang multidisipliner pada tingkat yang lebih tinggi,
maka standar tertulis dan kode
dan interseksional. Oleh karena itu pelatihan etik bagi perlindungan kor-
terlebih dahulu mengenai program bantuan ban harus dirumuskan. Kode
etik yang digunakan menggu-
korban minimal melibatkan polisi dan nakan kerangka etika konsel-
penuntut umum haruslah tersedia. Secara ing feminis, batas-batasan eti-
lebih lanjut, pelatihan ini mampu merumuskan ka konseling feminis meliputi:
program pelayanan bantuan kepada korban 1.Konfidensialitas, yaitu men-
jaga kerahasiaan korban. Ra-
yang dapat diajarkan kepada professional hasia korban adalah privasi
lainnya. Perumusan program edukasi terhadap dan tidak untuk disebarluas-
korban tersebut dapat melibatkan para hakim, kan.
petugas pemasyarakatan, perwakilan media, 2. Menjaga keamanan kor-
ban. Korban harus mendapa-
akademisi, para medis dan rumah sakit, tkan keamanan dari ancaman
psikiater, ulama atau ahli agama, komnas pelaku, atau balas dendam
HAM, dan lembaga atau komunitas penyedia pelaku maupun kelompoknya.
jasa lainnya. 3.Pendamping tidak boleh
menggurui atau memberikan
Pelayanan Pendidikan nasihat. Kebutuhan korban
terhadap Publik adalah dilindungi dan did-
Pelayanan bantuan terhadap ampingi agar mampu bangkit
korban selain memberikan dan bergerak maju. Pendamp-
bantuan kepada korban juga ing, sebagai pertolongan
harus mampu membangun pertama, mendengarkan,
kesadaran publik mendampingi korban untuk
mengenai hak-hak korban. mengambil keputusan, dan
Layanan bantuan korban mendampingi proses pemuli-
direkomendasikan untuk hannya.
mampu menyusun kode etik 4.Pendamping tidak boleh
perlindungan dan bantuan memaksakan kehendaknya
terhadap korban untuk sendiri. Korban mempunyai
menghindarkan korban dari latar belakang budaya, kelas
sentimen & stereotip publik sosial, suku, ras, etnis, agama,
yang biasanya berakibat pada orientasi seksual yang berbe-
terjadinya viktimisasi. da-beda. Untuk itu, nilai-nilai
yang dijunjung tinggi berbe-
da-beda dan harus dihargai.
5.Pendamping tidak boleh
berpraduga, menilai, apa lagi
menghakimi korban. Jika ada
dugaan tertentu, harus segera
mengecek kebenarannya,

12
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

sehingga semua peristiwa


diketahui berdasarkan realitas.
6.Memetakan risiko dan nar-
ahubung darurat ketika kor-
ban mempunyai tendensi un-
tuk menyakiti diri sendiri dan
bunuh diri.
7.Memilih kata-kata dan ka-
limat yang tidak keras, me-
nekan, dan membuat rasa
tidak nyaman, ketika berko-
munikasi dengan korban.
8.Pendamping tidak boleh
mendominasi pembicaraan,
tetapi lebih banyak menden-
garkan, dengan memberi se-
dikit pernyataan sela untuk
memperjelas cerita korban.
9.Pendamping tidak boleh
memaksakan kehendaknya
atau memberi nasihat keti-
ka korban akan mengambil
keputusan. Korban dibebas-
kan untuk mengambil keputu-
sannya sendiri ketika ia sudah
memahami dan mempertim-
bangkan dampak dan risiko
yang diambil. Pendamping
dapat memberikan informasi
mengenai pilihan-pilihan yang
tersedia, beserta dampak
dan risiko dari pilihan-pilihan
tersebut.

13
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Definisi
Pendampingan Pendamping
Pendampingan adalah suatu Pendamping Sosial adalah
proses pemberian kemuda- warga masyarakat yang atas
han (fasilitas) yang diberikan dasar rasa kesadaran dan
pendamping kepada klien tanggung jawab sosial serta
dalam mengidentifikasi ke- didorong oleh rasa keber-
butuhan dan memecahkan samaan, kekeluargaan dan
masalah serta mendorong kesetiakawanan sosial secara
tumbuhnya inisiatif dalam sukarela (Nelfina 2009 dalam
proses pengambilan kepu- Departemen Sosial RI)
tusan, sehingga kemandirian
klien secara berkelanjutan
dapat diwujudkan (Direktorat Samahita mendefinisikan Pen-
Bantuan Sosial, 2007) damping sebagai individu
atau kelompok yang secara
umum memberikan bantu-
Proses relasi sosial antara pen- an kepada klien untuk dapat
damping dengan klien yang berdaya dalam membantu
bertujuan untuk memecah- irinya sendiri. Pendamp-
kan masalah, memperkuat ing juga adalah seseorang
dukungan, mendayagunakan atau kelompok yang telah
berbagai sumber dan potensi memenuhi syarat sebagai
dalam pemenuhan kebutuhan pendamping klien baik itu
hidup, serta meningkatkan korban maupun keluarga
akses klien terhadap pe- korban, yang bekerja sesuai
layanan sosial dasar, lapangan perannya dengan berdasar-
kerja, dan fasilitas pelayanan kan pada asas, prinsip, dan
publik lainnya etika kerja pendampingan.
Pendamping membantu klien
(Departemen Sosial RI, 2009)
dalam mencari akses bantu-
Jadi pendampingan ada- an yang dibutuhkan seperti
lah suatu kerja individu atau akses bantuan hukum,
kelompok yang bertujuan un- psikologi, atau sosial.
tuk membantu klien berdaya
menolong dirinya sendiri.

14
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Pelapor Kekerasan terhadap Korban


Pelapor adalah individu atau Perempuan Orang (individu atau kelom-
kelompok yang mengajukan Setiap tindakan berdasar- pok) yang menjadi objek dari
masalah, menyampaikan pem- kan perbedaan jenis kelamin sebuah tindakan yang mer-
beritahuan atau mengadukan yang berakibat atau mun- upakan kekerasan terhadap
keluhan tentang kekerasan gkin berakibat kesengsaraan perempuan atau pelanggaran
seksual yang mereka alami atau penderitaan perempuan terhadap hak-hak perempuan
dan terjadi. Berikut adalah kat- secara fisik, seksual, atau lainnya. Beberapa kelompok
egori pelapor, antara lain; psikologis, termasuk ancaman perempuan, seperti perem-
perbuatan tertentu, pemak- puan dalam kelompok minori-
Pelaporan A atau Pelaporan
saan atau perampasan ke- tas, perempuan masyarakat
korban, adalah kategori pel-
merdekaan secara sewenang- adat, perempuan pengungsi,
apor individu langsung yang
wenang, baik yang terjadi perempuan migran, perem-
merupakan korban
di depan umum maupun puan yang hidup di pedesaan
Pelaporan B atau pelaporan dalam kehidupan pribadi. atau pedalaman, perempuan
saksi, adalah kategori pel- [Deklarasi Penghapusan Ke- dalam lembaga pemasyaraka-
apor yang mengetahui keja- kerasan terhadap Perempuan tan atau tahanan, perempuan
dian kekerasan yang dialami (1993), Pasal 1] kanak-kanak, perempuan
oleh klien. Pelapor kategori cacat, perempuan lanjut
B bisa dari teman, keluarga Kekerasan Berbasis usia dan perempuan dalam
dan orang terdekat klien atau situasi konflik bersenjata ada-
orang yang mengetahui adan-
Gender
lah kelompok yang rentan
ya orang yang mengalami ke- Kekerasan yang langsung terhadap kekerasan. [Deklara-
kerasan seksual. Pelapor kate- ditujukan terhadap seorang si Penghapusan Kekerasan
gori B melaporkan kasus atas perempuan karena dia ada- terhadap Perempuan (1993)]
persetujuan korban. lah perempuan, atau hal-hal
yang memberi akibat pada Pelaku
Pelaporan C adalah Pelapor
perempuan secara tidak Orang (individu atau kelom-
pendamping, kategori pel-
proporsional. Hal tersebut pok) yang melakukan sebuah
apor yang merupakan pen-
termasuk tindakan-tindakan tindakan yang merupakan ke-
damping langsung klien, den-
yang mengakibatkan kerugian kerasan terhadap perempuan.
gan maksud pelaporan adalah
atau penderitaan fisik, mental Pelaku dapat merupakan ak-
merujuk klien untuk mendapa-
dan seksual atau ancaman-an- tor negara (misalnya pemerin-
tkan pendampingan lanjutan.
caman seperti itu, paksaan tah, aparat kepolisian/tentara)
Hak korban dan perampasan kebebasan ataupun aktor non negara
lainnya. Kekerasan berbasis (misalnya majikan, suami,
Hak korban adalah hak atas
gender bisa melanggar keten- paman, kakek). Peralatan yang
penanganan, perlindungan,
tuan tertentu dari Konvensi dipergunakan dapat berupa
dan pemulihan yang didapat-
(CEDAW), walaupun ketentu- benda nyata (misalnya pisau,
kan, digunakan dan dinikmati
an itu tidak menyatakan secara senapan) maupun sesuatu
oleh korban, dengan tujuan
spesifik adanya kekerasan. yang abstrak (misalnya pem-
mengubah kondisi korban
[Rekomendasi Umum No.19 buatan hukum/kebijakan).
yang lebih baik, bermartabat
Komite Penghapusan Segala
dan sejahtera, yang berpusat
Bentuk Diskriminasi terhadap
pada kebutuhan dan kepentin-
Perempuan (1992) tentang
gan korban yang multidimen-
Kekerasan terhadap Perem-
si, berkelanjutan, dan partisi-
puan, ayat 6]
patif. Hak-hak ini merupakan
hak-hak yang wajib dipenuhi
negara melalui kebijakan neg-
ara dan proses penyelesaian
kasus oleh aparat hukum.

15
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Jenis - Jenis Kekerasan


Kekerasan Psikis Kekerasan Fisik Kekerasan Ekonomi
Tindakan atau perbuatan yang Perbuatan yang mengakibat- Perbuatan mengontrol ke-
dapat mengakibatkan ketaku- kan rasa sakit, jatuh sakit, atau mampuan untuk mendapat-
tan, hilangnya rasa percaya luka berat yang dilakukan den- kan, menggunakan, dan mem-
diri, hilangnya kemampuan gan atau tanpa alat (UU No.23 pertahankan sumber daya,
untuk bertindak dan rasa ti- tahun 2004). Kekerasan fisik sampai mengancam ekonomi
dak berdaya (UU No.23 tahun termasuk pemukulan, penyik- serta potensi seseorang untuk
2004). Kekerasan Psikis terma- saan dan penganiayaan. mandiri (Alvi Awwaliya,2020).
suk manipulasi perasaan, pos- Kekerasan ekonomi termasuk
Kekerasan Sosial
esif dan intimidasi. pemerasan, kontrol terhadap
Perbuatan yang membata- ekonomi, dan sabotase peker-
si akses untuk bersosialisasi jaan.
dengan orang lain maupun
Kekerasan Verbal
lingkungan, stigmatisasi dan
juga diskriminasi. Kekerasan Perbuatan melakukan perund-
Sosial termasuk victim blam- ungan, menghina, merendah-
ing, persekusi,pengucilan dan kan, mengancam, candaan
pengekangan seksis yang dilakukan se-
cara langsung maupun tidak
langsung.
Kekerasan Seksual Siber
Perbuatan mengancam, men-
guntit dan menyebarkan data
pribadi di ranah digital den-
gan tujuan mengambil keun-
tungan, mengontrol orang
lain, memeras, menghina dan
mempermalukan orang lain.
Termasuk dalam kekerasan
digital adalah Non Consensu-
al Dissemination of Intimate
Images, Pemerasan Seksual,
Image Based Sexual Abuse,
Pencurian dan penggunaan
data pribadi seperti alamat
rumah dan identitas pribadi
lainnya

16
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Pendekatan
Keadilan Transformatif Pendampingan Feminisme
Keadilan transformatif adalah Pendampingan adalah suatu Konsep feminisme dalam
salah satu pendekatan yang proses pemberian kemuda- pendampingan digunakan se-
dimaksudkan untuk menga- han (fasilitas) yang diberikan bagai landasan untuk proses
khiri suatu kekerasan tanpa pendamping kepada klien pendampingan dan pemuli-
mereproduksi kekerasan . dalam mengidentifikasi kebu- han korban. Pendampingan
Keadilan transformatif be- tuhan dan memecahkan ma- feminis bertujuan memproses
rupaya mentransformasi mas- salah serta mendorong tum- transformasi korban menjadi
yarakat dan sistem-sistem buhnya inisiatif dalam proses penyintas (survivor). Pemu-
yang menopang dan dito- pengambilan keputusan, se- lihan feminis tidak terpisah
pangnya, demi mencapai hingga kemandirian klien se- dengan pendampingan, teta-
masa depan yang lebih baik cara berkelanjutan dapat di- pi berada di dalamnya. Tujuan
dan memastikan agar tinda- wujudkan (Direktorat Bantuan menggunakan pendekatan
kan kekerasan tidak terulang Sosial, 2007) feminis adalah memahami se-
lagi. Pendekatan-pendekatan cara holistic kesehatan mental
keadilan transformatif ber- korban, memahami ketida-
fokus pada pemulihan korban, Proses relasi sosial antara pen- kadilan dan penindasan yang
serta pemberdayaan komu- damping dengan klien yang terjadi akibat sistem yang tidak
nitas untuk dapat mencegah, bertujuan untuk memecah- menguntungkan perempuan,
mengatasi, dan menghapus- kan masalah, memperkuat dan menjadikan feminisme
kan kekerasan yang terjadi di dukungan, mendayagunakan sebagai landasan perlawanan
dalam dan sekitar komunitas. berbagai sumber dan potensi tanpa kekerasan.
dalam pemenuhan kebutuhan
Keadilan Restoratif
hidup, serta meningkatkan ak-
Konsep pendekatan restor- ses klien terhadap pelayanan
ative justice merupakan suatu sosial dasar, lapangan kerja,
pendekatan yang lebih me- dan fasilitas pelayanan publik
nitikberatkan pada kondisi lainnya
terciptanya keadilan dan ke-
(Departemen Sosial RI, 2009)
seimbangan bagi pelaku tin-
dak pidana serta korbannya Jadi pendampingan ada-
sendiri. Keadilan restoratif lah suatu kerja individu atau
merupakan suatu jalan untuk kelompok yang bertujuan un-
menyelesaikan kasus pidana tuk membantu klien berdaya
yang melibatkan masyarakat, menolong dirinya sendiri.
korban, dan pelaku kejahatan
dengan tujuan agar tercapai
keadilan bagi seluruh pihak
sehingga diharapkan tercip-
tanya keadaan yang sama
seperti sebelum terjadinya ke-
jahatan dan mencegah terjad-
inya kejahatan lebih lanjut.

17
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

18
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

BAGIAN 2

KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN

19
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Kekerasan Terhadap
Perempuan
Lokus kekerasan Kekerasan dalam ranah Kekerasan dalam ranah
domestik (lihat juga publik/komunitas
terhadap perem- KDRT) Kekerasan dalam komunitas
puan merupakan Kekerasan ini banyak terjadi meliputi, antara lain, kekerasan
pengkategorian dalam hubungan relasi yang terjadi di tempat kerja
personal, di mana pelaku (misalnya perlakuan diskrim-
kekerasan ber- adalah orang yang dikenal inatif terhadap perempuan,
dasarkan konteks baik dan dekat oleh korban. pemutusan hubungan kerja
Misalnya tindak kekerasan secara sewenang-wenang,
tempat terjadinya, yang dilakukan suami pelecehan seksual, atau
mencakup ranah terhadap istri, ayah terhadap bentuk-bentuk eksploitasi
dan kesewenangan lainn-
anak, paman terhadap
domestik, komuni- keponakan, kakek terhadap ya) atau kekerasan di tempat
umum (misalnya pelecehan
tas/publik, dan ke- cucu. Kekerasan ini dapat juga
seksual terhadap perem-
dialami oleh seseorang yang
kerasan oleh nega- berada dalam hubungan kerja puan di jalan, pasar). Seiring
dengan berkembangnya
ra. seperti pekerja rumah tangga
baik yang tidak menetap teknologi, kekerasan dalam
maupun menetap dalam komunitas juga dilakukan
rumah tangga tersebut. melalui siber (dunia maya).

Kekerasan oleh Negara


Kekerasan yang dilakukan
oleh Negara, antara lain mun-
cul dalam bentuk pembuatan
peraturan perundangan dan/
atau kebijakan yang tidak ber-
pihak pada kebutuhan perem-
puan (khususnya perempuan
korban kekerasan). Hal ini
secara langsung berpengaruh
pada perilaku aparat penegak
hukum dan budaya penega-
kan hukum.

20
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Bentuk Kekerasan
Terhadap Perempuan
Perempuan korban bisa mengalami satu bentuk kekerasan,
namun kebanyakan perempuan korban mengalami lebih dari
satu bentuk kekerasan. Sejumlah bentuk kekerasan yang ter-
jadi pada korban yang sama dalam rentang waktu tertentu.
Antara satu kekerasan dengan kekerasan yang lain kadang
memiliki hubungan sebab akibat, namun terkadang juga ti-
dak ada kaitannya sama sekali.
Kekerasan Sosial dalam masyarakat dan Kekerasan Verbal
bertentangan dengan
Perbuatan yang membata- Perbuatan kekerasan yang
keinginan korban, sehingga
si akses untuk bersosialisasi dilakukan secara verbal.
menimbulkan penderitaan
dengan orang lain maupun Kekerasan verbal bisa beru-
baginya. Kekerasan ini banyak
lingkungan, stigmatisasi dan pa perundungan, menghina,
dialami oleh perempuan yang
juga diskriminasi. Kekerasan merendahkan, mengancam,
berstatus sebagai istri atau
Sosial termasuk victim blam- candaan seksis yang dilaku-
ibu rumah tangga. Misalnya
ing, persekusi,pengucilan dan kan secara langsung maupun
istri tidak diberi nafkah secara
pengekangan tidak langsung.
rutin atau dalam jumlah yang
cukup untuk kebutuhan wajar
sehari-hari, pemaksaan atau
Kekerasan Ekonomi larangan bagi perempuan Kekerasan Seksual Siber
Perbuatan mengontrol untuk bekerja, pembatasan Perbuatan mengancam,
kemampuan untuk penggunaan uang atau menguntit dan menyebar-
mendapatkan, menggunakan, barang. Kita juga bisa kan data pribadi di ranah
dan mempertahankan sumber melihat dalam relasi di luar digital dengan tujuan men-
daya, sampai mengancam rumah tangga. Misalnya, gambil keuntungan, men-
ekonomi serta potensi tindakan seorang pacar gontrol orang lain, memeras,
seseorang untuk mandiri (Alvi terhadap pasangannya menghina dan mempermalu-
Awwaliya,2020). Kekerasan yang dipaksa untuk terus kan orang lain. Termasuk dalam
ekonomi termasuk pemerasan, mengeluarkan uang untuk kekerasan digital adalah Non
kontrol terhadap ekonomi, menghidupi disertai ancaman. Consensual Dissemination of
dan sabotase pekerjaan. Efek ketidaknyamanan, Intimate Images, Pemerasan
Salah satu bentuknya ketidakbebasan dan Seksual, Image Based Sexual
adalah pembatasan/ pemiskinan dapat muncul Abuse, Pencurian dan peng-
pelarangan yang ditujukan di sini. Jika itu yang terjadi, gunaan data pribadi seperti
pada aspek kehidupan maka sudah bisa masuk dalam alamat rumah dan identitas
ekonomi perempuan korban. kategori kekerasan ekonomi. pribadi lainnya
Pembatasan ini tidak sesuai
dengan standar kewajaran

21
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Kekerasan Struktural dan kan atas nama budaya atau


kekerasan kultural kepercayaan tertentu. Dalam
konteks konflik bersenjata,
Kekerasan struktural melu- kaum perempuan mengala-
kai kebutuhan dasar manu- mi bentuk kekerasan yang
sia, tetapi tak ada pelaku sama dengan kaum laki-la-
langsung yang bisa diminta ki, misalnya penembakan,
tanggung jawabnya, juga pembunuhan, penganiayaan.
tidak dilakukan oleh indivi- Dalam konteks hubungan
du tetapi tersembunyi dalam personal, kekerasan fisik yang
struktur yang lebih kecil mau- dilakukan (misalnya oleh sua-
pun lebih luas. Sementara ke- mi) dapat tidak meninggal-
kerasan kultural adalah legiti- kan bekas fisik, namun hampir
masi atas kekerasan struktural selalu memiliki implikasi psi-
maupun kekerasan langsung kologis dan sosial yang serius
secara budaya sebagai sikap pada korbannya.
yang berlaku dan keyakinan
kita yang telah diajarkan
sejak kecil dan mengelilingi kita
Kekerasan psikis/
dalam kehidupan sehari-hari
tentang kekuasaan dan psikologis/emosional/
kekerasan. Kekerasan struk- mental
tural dan kekerasan kultural Tindakan atau perbuatan yang
berwujud beban ganda, mar- dapat mengakibatkan ketaku-
ginalisasi perempuan, subor- tan, hilangnya rasa percaya
dinasi perempuan dan stereo- diri, hilangnya kemampuan
tip terhadap perempuan.[1] untuk bertindak dan rasa
tidak berdaya (UU No.23 tahun
2004). Kekerasan Psikis terma-
Kekerasan fisik dan suk manipulasi perasaan, pos-
praktik sosial yang esif dan intimidasi.Kekerasan
membahayakan psikologis dapat muncul
dalam bentuk ucapan-uca-
Kekerasan fisik adalah per- pan menyakitkan, kata-kata
buatan yang mengakibatkan kotor, bentakan, penghinaan,
rasa sakit, jatuh sakit, atau luka ancaman. Hal ini akan terus
berat [UU 23 Tahun 2004, Pas- terbawa dalam jangka waktu
al 6]. Bentuk kekerasan yang yang sangat lama, dapat mer-
menjadikan tubuh perempuan usak harga diri, menimbulkan
sebagai sasarannya, misaln- kebingungan, bahkan menye-
ya memukul, menusuk, men- babkan masalah-masalah
jambak, meninju, menampar, psikologis serius pada perem-
menendang. Dalam kon- puan korban.
teks relasi kerja dan kemas-
yarakatan, kekerasan fisik
mencakup pula penyeka-
pan terhadap calon peker-
ja di tempat penampun-
gan, serta pengrusakan alat
kelamin (genital mutila-
tion) yang sering dilaku-

22
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual Jenis-Jenis Kekerasan da-benda lainnya. Serangan
dilakukan dengan kekerasan,
adalah segala ben- Seksual ancaman kekerasan, pena-
tuk tindakan baik Kekerasan seksual menurut hanan, tekanan psikologis,
Komnas Perempuan terbagi penyalahgunaan kekuasaan
ucapanatau perbua- menjadi beberapa jenis, an- atau dengan mengambil ke-
tan yang dilakukan tara lain; sempatan dari lingkungan
yang penuh paksaan. Pencab-
oleh seseorang atau Pelecehan Seksual ulan adalah istilah lain dari
lebih dari 1 orang Tindakan seksual lewat sen- pemerkosaan yang dikenal
untuk mengintimi- tuhan fisik maupun non fisik
dengan sasaran organ seksual
dalam sistem hukum Indone-
sia. Istilah ini digunakan keti-
dasi, menguasai,me- atau seksualitas korban. Ter- ka pemerkosaan dilakukan di
maksa dan atau me- masuk menggunakan siulan,
main mata, ucapan bernuansa
luar pemaksaan penetrasi pe-
nis ke vagina dan ketika terjadi
manipulasi orang seksual, mempertunjukan ma- hubungan seksual pada orang
lain untuk melaku- teri pornografidan keinginan
seksual, colekan atau sentuhan
yang belum mampu member-
ikan persetujuan secara utuh,
kan aktivitas seksual di bagian tubuh, gerakan atau misalnya terhadap anak atau
yang tidak dikehen- isyarat yang bersifat seksual seseorang di bawah 18 tahun.
sehingga mengakibatkan rasa
daki/diinginkan. tidak nyaman, tersinggung,
Eksploitasi Seksual
merasa direndahkan marta- Tindakan penyalahgunaan
batnya dan mungkin sampai kekuasaan yang timpang atau
menyebabkan masalah kese- penyalahgunaan kepercayaan
hatan dan keselamatan. untuk tujuan kepuasaan sek-
sual, maupun untuk mem-
Intimidasi Seksual
peroleh keuntungan dalam
Tindakan yang menyerang bentuk uang, sosial, politik
seksualitas untuk menimbul- dan lainnya. Praktik eksploita-
kan rasa takut atau penderita- si seksual yang kerap ditemui
an psikis pada korban. Intimi- adalah menggunakan kemi-
dasi seksual bisa disampaikan skinan perempuan sehingga
secara langsung melalui surat, ia masuk dalam prostitusi atau
sms, email dan lain-lain. An- pornografi.
caman atau percobaan pe-
Perdagangan Perempuan Tu-
merkosaan juga bagian dari
juan Seksual
intimidasi seksual.
Tindakan merekrut, mengang-
Perkosaan
kut, menampung, mengirim,
Serangan dalam bentuk pe- memindahkan, atau menerima
maksaan hubungan seksual seseorang dengan ancaman
dengan memakai penis ke kekerasan, penggunaan ke-
arah vagina, anus, atau mulut kerasan, penculikan, penyeka-
korban. Bisa juga menggu- pan, pemalsuan, penipuan,
nakan jari tangan atau ben- penyalahgunaan, kekuasaan

23
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

atas posisi rentan, penjeratan es dengan berbagai alasan menekan laju pertumbuhan
utang, atau pemberian ba- baik dari pihak suami mau- penduduk, sebagai salah satu
yaran atau manfaat terhadap pun otoritas lainnya. Keempat, indikator keberhasilan pem-
korban secara langsung, mau- praktik “Kawin Cina Buta”, yai- bangunan.
pun orang lain yang mengua- tu memaksakan perempuan
Penghukuman tidak Manusia-
sainya, untuk tujuan prostitusi untuk menikah dengan orang
wi dan Bernuansa Seksual
ataupun eksploitasi seksual lain untuk satu malam dengan
lainnya. tujuan rujuk dengan mantan Cara menghukum yang
suaminya setelah talak tiga menyebabkan penderitaan,
Perbudakan Seksual
(cerai untuk ketiga kalinya da- kesakitan, ketakutan, atau rasa
Situasi dimana pelaku merasa lam hukum Islam). Praktik ini malu yang luar biasa yang ti-
menjadi “pemilik” atas tubuh dilarang oleh ajaran agama, dak bisa tidak termasuk da-
korban sehingga berhak untuk namun masih ditemukan di lam penyiksaan. Ia termasuk
melakukan apapun termasuk berbagai daerah. hukuman cambuk dan huku-
memperoleh kepuasan seksu- man-hukuman yang mem-
Pemaksaan Kehamilan
al melalui pemerkosaan atau permalukan atau untuk mer-
bentuk lain dari kekerasan Situasi ketika perempuan di- endahkan martabat manusia
seksual. paksa, dengan kekerasan karena dituduh melanggar
maupun ancaman kekerasan, norma-norma kesusilaan.
Pemaksaan Perkawinan
untuk melanjutkan kehami-
Praktik/Tradisi Bernuansa
Pemaksaan perkawinan di- lan yang tidak dikehendaki.
Seksual
masukkan sebagai jenis ke- Kondisi ini misalnya diala-
kerasan seksual karena pe- mi oleh perempuan korban Kebiasaan masyarakat,
maksaan hubungan seksual perkosaan yang tidak diberi- kadang ditopang dengan ala-
menjadi bagian tidak terpi- kan pilihan lain kecuali melan- san agama dan/atau budaya,
sahkan dari perkawinan yang jutkan kehamilannya. Juga, yang bernuansa seksual dan
tidak diinginkan oleh perem- ketika suami menghalangi dapat menimbulkan cedera
puan tersebut. Ada beberapa istrinya untuk menggunakan secara fisik, psikologis, mau-
praktek dimana perempuan kontrasepsi sehingga perem- pun seksual pada perempuan.
terikat perkawinan di luar puan itu tidak dapat mengatur Kebiasaan ini dapat pula
kehendaknya sendiri. Perta- jarak kehamilannya. dilakukan untuk mengontrol
ma, ketika perempuan mera- seksualitas perempuan dalam
Pemaksaan Aborsi
sa tidak memiliki pilihan lain perspektif yang merendahkan
kecuali mengikuti kehendak Pengguguran kandungan perempuan. Sunat perem-
orang tuanya agar dia me- yang dilakukan karena adan- puan adalah salah satu con-
nikah, sekalipun bukan den- ya tekanan, ancaman, maupun tohnya.
gan orang yang dia inginkan paksaan dari pihak lain.
Penyiksaan Seksual
atau bahkan dengan orang
Pemaksaan Kontrasepsi dan
yang tidak dikenali. Situasi Tindakan khusus menyerang
Sterilisasi
ini kerap disebut kawin pak- organ dan seksualitas perem-
sa. Kedua, praktik memaksa Pemaksaan ketika pema- puan, yang dilakukan dengan
korban perkosaan menikahi sangan alat kontrasepsi dan/ sengaja, sehingga menimbul-
pelaku. Pernikahan itu diang- atau pelaksanaan sterilisasi kan rasa sakit atau penderita-
gap mengurangi aib akibat tanpa persetujuan utuh dari an hebat, baik jasmani, rohani
perkosaan yang terjadi. Keti- perempuan karena ia tidak maupun seksual. Ini dilakukan
ga, praktik cerai gantung yaitu mendapat informasi yang untuk memperoleh penga-
ketika perempuan dipaksa un- lengkap ataupun dianggap kuan atau keterangan darinya,
tuk terus berada dalam ikatan tidak cakap hukum untuk atau dari orang ketiga, atau
perkawinan padahal ia ingin dapat memberikan persetu- untuk menghukumnya atas
bercerai. Namun, gugatan cer- juan. Pada masa Orde Baru, suatu perbuatan yang telah di-
ainya ditolak atau tidak dipros- tindakan ini dilakukan untuk duga telah dilakukan.

24
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Kontrol Seksual
Cara pikir di dalam mas-
yarakat yang menempatkan
perempuan sebagai simbol
moralitas komunitas, mem-
bedakan antara “perempuan
baik-baik” dan perempuan
“nakal”, dan menghakimi
perempuan sebagai pemicu
kekerasan seksual menjadi
landasan upaya mengon-
trol seksual (dan seksualitas)
perempuan. Kontrol seksual
mencakup berbagai tindak
kekerasan maupun ancaman
kekerasan secara langsung
maupun tidak langsung, un-
tuk mengancam atau me-
maksakan perempuan untuk
menginternalisasi simbol-sim-
bol tertentu yang dianggap
pantas bagi “perempuan baik-
baik’. Pemaksaan busana men-
jadi salah satu bentuk kontrol
seksual yang paling sering
ditemui. Kontrol seksual juga
dilakukan lewat aturan yang
memuat kewajiban busana,
jam malam, larangan berada
di tempat tertentu pada jam
tertentu, larangan berada di
satu tempat bersama lawan
jenis tanpa ikatan kerabat
atau perkawinan, serta atur-
an tentang pornografi yang
melandaskan diri lebih pada
persoalan moralitas daripada
kekerasan seksual.

25
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Dampak Kekerasan
Terhadap Perempuan
Merupakan akibat Dampak secara Fisik

yang terjadi pada Akibat dari tindak kekerasan


yang mengacu pada bagian
fisik, psikologis, tubuh yang terkena sasaran
seksual/reproduksi, tindak kekerasan, yang dapat
merupakan kondisi yang per-
ekonomi, sosial, manen (cacat) maupun tidak
sipil-politik, hukum permanen (rasa sakit, luka,
lebam).
atau lainnya dari Dampak Sosial

perempuan korban, Akibat dari tindak kekerasan


Dampak Psikologis yang menyebabkan tergang-
karena kekerasan gungnya posisi sosial, relasi
Akibat kekerasan pada kondi-
yang dialaminya. si psikologis atau kejiwaan
sosial dan mobilitas sosial kor-
ban.
atau mental korban. Misalnya
merasa tidak berharga, malu,
tertekan/stress, ketakutan, ke- Dampak Sipil dan Politik
hilangan rasa percaya diri, ke-
hilangan kemampuan untuk Akibat dari tindak kekerasan
bertindak, merasa tidak ber- yang menyebabkan terhalan-
daya. gnya pemenuhan hak sipil
dan politik korban.

Dampak Seksual/Reproduksi
Dampak secara Hukum
Akibat dari tindak kekerasan
pada gangguan fungsi/keru- Akibat dari tindak kekerasan
sakan organ seksual/ repro- pada pemenuhan hak korban
duksi, baik pada bagian da- sesuai dengan peraturan dan
lam dan/atau luar, yang dapat perundangan yang berlaku.
merupakan kondisi yang per-
manen maupun sementara.

Dampak Ekonomi
Akibat dari tindak kekerasan
pada kondisi ekonomi kor-
ban. Misalnya, menurunnya
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup atau bah-
kan hilangnya sumber mata
pencaharian bagi korban.

26
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

27
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

28
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

BAGIAN 3

KERJA - KERJA
PENDAMPINGAN

29
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Kerja - Kerja Pendampingan


Pendamping Asas Kerja mengesampingkan kepent-
ingan rehabilitasi terhadap
Seseorang atau Pendampingan pelaku serta menciptakan dan
menjaga ketertiban umum.
kelompok yang tel- Berbeda dengan kasus ke- Secara umum, prinsip-prin-
kerasan lainnya, kekerasan
ah memenuhi syarat seksual tidak selalu bisa sip keadilan restoratif adalah
membuat pelanggar bertang-
sebagai pendamp- diselesaikan melalui jalur hu- gung jawab atas kerugian
ing klien baik itu kum. Maka diperlukan alter-
natif penyelesaian lain dan
yang ditimbulkan atas perbua-
tannya.
korban maupun kel- asas keadilan restoratif dan
Keadilan transformatif adalah
uarga korban, yang transformatif menjadi salah
satu alternatif penyelesaian. salah satu pendekatan yang
bekerja sesuai per- Asas keadilan transformatif dimaksudkan untuk menga-
annya dengan ber- dan keadilan restoratif menja- khiri suatu konflik. Keadilan
di penting untuk dijadikan se- transformatif ini tidak ber-
dasarkan pada asas, bagai acuan dalam melakukan sifat retributif dan tidak ter-
prinsip dan etika kerja pendampingan, teruta- kungkung dengan hubungan
ma dalam kerja pendampin- antara pelaku dengan kor-
kerja pendampin- gan sosial. ban seperti halnya keadilan
gan. Konsep pendekatan restorat-
restoratif. Pendekatan ini
menganalisis sistem dominasi
if justice merupakan suatu
yang menghasilkan tindakan
pendekatan yang lebih me-
kekerasan itu, misalnya norma
nitikberatkan pada kondi-
gender, rasisme dan klasisme.
si terciptanya keadilan dan
Keadilan transformatif memili-
keseimbangan bagi pelaku
ki kemiripan dengan keadilan
tindak pidana serta korbann-
restoratif karena sama-sama
ya sendiri. Keadilan restoratif
didasarkan pada keterlibatan
merupakan suatu jalan untuk
dan pertanggungjawaban
menyelesaikan kasus pidana
masyarakat untuk mencegah,
yang melibatkan masyarakat,
mengatasi, dan mengha-
korban, dan pelaku kejahatan
puskan kekerasan. Keadilan
dengan tujuan agar tercapai
transformatif berupaya men-
keadilan bagi seluruh pihak
transformasi masyarakat dan
sehingga diharapkan tercip-
sistem-sistem di dalamnya
tanya keadaan yang sama
demi mencapai masa depan
seperti sebelum terjadinya ke-
yang lebih baik dan memas-
jahatan dan mencegah terjad-
tikan agar tindakan kekerasan
inya kejahatan lebih lanjut.
tidak terulang lagi. Kedua asas
ini menjadi penting diterap-
Pandangan keadilan restorat- kan dalam kerja pendampin-
if menekankan pertanggu- gan kasus kekerasan seksual.
ngjawaban pelaku sebagai Hal ini sejalan dengan tujuan
usaha dalam memulihkan untuk memutus rantai ke-
penderitaan korban tanpa kerasan yang terjadi.

30
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Ruang Lingkup/
Jenis Pelayanan
Tujuan berdayagunakan berbagai
sumber dan potensi dalam
Pendampingan pemenuhan kebutuhan kebu-
tuhan hidup, serta meningkat-
Tujuan dalam kerja pendamp-
kan akses klien terhadap pe-
ingan adalah membantu klien
layanan sosial dasar, lapangan
untuk mengembangkan dan
kerja, dan fasilitas pelayanan
memberdayakan dirinya, seh-
publik lainnya (Departemen
ingga klien memiliki kemam-
Sosial RI)
puan untuk bisa menolong
dirinya sendiri dan menen-
tukan apa yang dibutuhkan. 2. Pendampingan Psikologi
Pendamping membantu klien
untuk bisa menggali kebu- Merupakan layanan pen-
tuhan yang biasanya tidak dampingan yang diperuntu-
disadari oleh klien. Pendamp- kan bagi klien yang sedang
ing memiliki tanggung jawab menjalani proses hukum dan
untuk memberikan informasi memerlukan penguatan psi-
yang dibutuhkan klien secara kologis untuk membantunya
baik dan utuh. Dengan begitu mengatasi kondisi yang se-
klien dapat menentukan kepu- dang ia jalani (Yayasan Pulih)
tusan berdasarkan informasi
yang dimilikinya, dan dapat
mengenali risiko-risiko yang 3. Pendampingan Hukum.
dihadapi dari setiap pilihan Merupakan proses di mana
yang tersedia. Hal utama yang klien didampingi oleh pe-
perlu dipegang oleh pen- nasihat hukum dalam setiap
damping dalam mendampin- tingkat pemeriksaan (Rima
gi klien adalah pendamping Melisa, 2016) Adapun proses
tidak boleh berinisiatif untuk ini sebagai upaya untuk men-
mengambil keputusan tanpa dorong terpenuhinya hak-hak
izin klien. Hal ini dapat berisiko korban.
menimbulkan kondisi manipu-
latif dan berbahaya bagi klien.
Pendampingan terdiri dari 3
(tiga) jenis, antara lain;

1. Pendampingan Sosial
Merupakan suatu proses rela-
si sosial antara pendamping
dan klien yang bertujuan un-
tuk memecahkan masalah,
memperkuat dukungan, mem-

31
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Identifikasi Kondisi &


Layanan yang Dibutuhkan
Setiap klien memi- 1.Kebutuhan penerimaan;
merupakan kebutuhan akan
liki kebutuhan rasa diterima, diharapkan/dib-
yang berbeda-be- utuhkan, dicintai dan dihargai
dalam lingkungan
da maka diperlu- 2.Kebutuhan self-esteem; ke-
kan adanya iden- butuhan akan dihargai oleh
orang lain. Pada hal ini, klien
tifikasi kebutuhan. memerlukan dukungan untuk
Setidaknya ada 5 dapat berpikir lebih baik ten-
tang dirinya sendiri dan mem-
(lima) kebutuhan bangun harga dirinya.
yang biasa ditemu- 3.Kebutuhan aktualisasi diri,
kan pada klien, kebutuhan klien untuk bisa
mengembangkan dan mem-
antara lain; berdayakan dirinya
4.Kebutuhan pada rasa aman,
kebutuhan ini terkait dengan
perasaan aman klien dari se-
tiap risiko dan ancaman yang
rentan terjadi pada klien.
5.Kebutuhan akan keadilan,
pada kasus tertentu pengala-
man yang dihadapi klien telah
menimbulkan trauma dan ker-
ugian baik secara mental, fisik
maupun materi. Maka diperlu-
kan upaya untuk klien mem-
peroleh kembali haknya yang
telah terganggu atau hilang
karena kejadian tersebut.

32
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Target Pendampingan
A. Klien (Korban) membantu dan mendukung Prinsip Kerja Pen-
proses penyelesaian kasus
Klien merupakan korban yang dampingan
dan pemulihan trauma klien
mengalami kekerasan seksu-
agar berperspektif korban. • Non-diskriminatif
al. Fokus utama pendampin-
gan klien adalah pemulihan D.Pelaku • Setara dan saling meng-
trauma dan pemberdayaan. hormati
Pendampingan terhadap
Pemulihan klien mencakup
pelaku dilakukan berdasar- • Menjaga privasi atau kera-
pemulihan fisik, psikologis,
kan prinsip keadilan transfor- hasiaan
dan sosial. Pendampingan
matif, yang bertujuan untuk
dilakukan berdasarkan kebu- • Memberi rasa aman dan
memutus rantai kekerasan
tuhan klien. Rentang usia kor- nyaman
yang mana sebagai upaya
ban yang didampingi sampai
pencegahan pendampingan • Menghargai pendapat in-
dengan usia 45 tahun. Korban
ini mencakup rehabilitasi dan dividu, termasuk latar be-
yang berusia di bawah 18
edukasi pelaku. Pendampin- lakang, pengalaman hid-
tahun termasuk dalam kate-
gan ini dilakukan oleh pen- up, dan cara bertahan.
gori usia anak, sehingga pen-
dampingan sosial dan psikol-
dampingan dilakukan dengan • Tidak menghakimi
ogis dengan tujuan sebagai
sepengetahuan orang tua • Menghormati pilihan dan
upaya rehabilitasi pelaku.
atau wali. keputusan korban
B.Keluarga Klien Pendekatan dan • Menggunakan bahasa se-
Pendampingan terhadap kel- Orientasi derhana dan ringan
uarga klien dilakukan untuk • Empati
pemulihan trauma dan meny- • Melihat dan memasti-
iapkan keluarga sebagai salah kan kondisi korban un- • Objektif (jangan terbawa
satu support system (sistem tuk kemudian diberikan emosi/perasaan pribadi)
dukungan) klien. Pendamp- layanan yang dibutuhkan
• Tidak memanfaatkan
ingan keluarga klien yang di- • Memberikan rekomenda- hubungan dengan klien
maksud adalah keluarga yang si/rujukan kepada mitra or- untuk kepentingan pribadi
bukan pelaku.Secara lebih ganisasi yang memberikan
lanjut, pelayanan bantuan pelayanan perlindungan
kepada korban direkomen- lanjutan pada korban
dasikan untuk menyediakan
pendampingan emosional
kepada keluarga korban men-
genai kondisi korban dan pen-
guatan mental dan emosional
bagi anggota keluarga.
C.Kerabat Klien
Pendampingan terhadap
kerabat klien dilakukan agar
orang terdekat klien dapat

33
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Etika Pendampingan
Batasan kemampuan Permasalah Personal dan Pemberian hadiah
(Boundaries of Competence}: Manajemen Konflik (Personal (Barter With Patient or
Kita hanya memberikan Problems and Conflicts): Clients): Dalam terapi yang
layanan yang sesuai dengan serius, jangan menerima kado
Kita tidak boleh membahaya-
training dan pendidikan yang atau hadiah dalam bentuk apa
kan klien karena masalah diri
kita terima dan pelajari. pun. Pemberian yang bersifat
kita sendiri (misalnya, kita se-
tidak anti-teraupetik (memba-
dang marah kepada istri di ru-
ngun) boleh diterima dan ha-
Menjelaskan tata cara dan mah, lalu marah kepada klien).
rus dijaga agar tidak mengek-
Hasil dari jasa yang diberikan Jika memunyai masalah prib- sploitasi hubungan itu.
(Describing the Nature and adi, segera cari pertolongan
Results of Psychological Ser- (jangan terlalu lama). Se-
vices): mentara itu, berhentilah se-
Beritahukan klien apa yang mentara sebagai konselor.
akan kita berikan dan lakukan
kepadanya. Setelah selesai, Menghindari Kerugian
kita wajib memberitahukan (Avoiding Harm):
kepadanya, supaya ia tidak
Kita tidak boleh meru-
merasa dirugikan.
gikan klien. Harus meng-
Jika kita bekerja untuk hindari gangguan.
suatu lembaga dan diwa-
jibkan melapor kepada Menyalahgunakan Pengaruh
lembaga itu, kita harus me- (Misuse of Psychologists’ In-
minta izin kepada klien. fluence) :
Kita tidak boleh member-
Pelecehan Seksual ikan pengaruh untuk me-
(Sexual Harrasment): nekan klien. Misalnya, mem-
Tidak boleh melakukan beri pertimbangan yang
pelecehan seksual, memikat keliru demi kepentingan kita.
klien secara seksual, dan atau
berperilaku yang bermuatan Relasi berlapis
seksual. (Multiple relationships):
Kita tidak boleh membedakan
klien berdasarkan jenis ke- Kita tidak bisa menghindari
lamin. persahabatan dengan klien,
namun jangan sampai persa-
habatan itu mengganggu dan
merugikan proses terapi kita.
Bila perlu, jagalah jarak den-
gan klien.

34
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Larangan Dalam Syarat


Kerja Pendampingan Pendamping Kasus
• Membuka rahasia korban/ • Pendamping kasus sudah
identitas tanpa persetu- mengikuti pelatihan gen-
juan korban der dasar dan pelatihan
pendampingan
• Tidak serius/menye-
pelekan kasus • Pendamping berusia min-
imal 20 tahun
• Menyalahkan korban
• Pendamping telah mengi-
• Tidak menghormati hak
kuti assesment psikologi,
korban
terkait trauma kekerasan
• Menganggap masalah yang dimiliki
sebagai hal biasa
• Pendamping memiliki
• Pendamping tidak empati
diperkenankan member-
• Pendamping bekerja
ikan dukungan finansial
berdasarkan perspektif
secara pribadi
korban
• Memaksakan pendapat
• Pendamping mampu
dan kehendak kepada
memberikan pendampin-
korban
gan secara objektif
• Pendamping tidak se-
dang mendampingi lebih
dari
3 kasus

35
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Peran Pendamping
Menurut Direktorat tuk menjangkau individu atau
kelompok yang memiliki ham-
Bantuan Sosial, batan untuk mengakses infor-
Peran Pendamping masi dan layanan.
meliputi: • Pelindung
• Pembela (Advocacy) Pendamping bertindak ber-
Pendamping berperan untuk dasarkan kepentingan korban,
membantu klien menjangkau dan populasi berisiko lainn-
pelayan dan sumber-sumber ya. Peran sebagai pelindung
yang sulit bagi klien karena mencakup penerapan berb-
harus berhadapan dengan agai kemampuan yang men-
sistem politik. Pendamping yangkut kekuasaan, pengaruh,
berhadapan dengan sistem otoritas, dan pengawasan so-
politik dalam rangka menja- sial.
min kebutuhan dan sumber • Penggerak (Dinamisator)
yang diperlukan oleh klien.
Pendamping berperan untuk
• Fasilitator menggerakan, menciptakan
Pendamping berperan un- peluang-peluang dan mencari
tuk membantu klien menja- sumber dana dan daya untuk
di mampu untuk menangani mengembangkan pelayanan.
tekanan situasional atau transi- • Pemotivasi (Motivator)
sional. Pendamping memban-
Pendamping berperan un-
tu klien untuk mengidentifika-
tuk menggali potensi sumber
si dan memperoleh dorongan
daya yang dimiliki klien seka-
kekuatan personal untuk pe-
ligus mengembangkan kes-
mecahan masalah. Pendamp-
adaran anggota masyarakat
ing berperan untuk memfasili-
tentang kendala maupun ma-
tasi atau memungkinkan klien
salah yang dihadapi klien.
mampu melakukan perubah-
an yang telah ditetapkan dan • Mediator
disepakati bersama. Peran se- Pendamping berperan un-
bagai fasilitator juga dikaitkan tuk menjembatani pihak klien
dengan peran pendamping dengan pihak lainnya dalam
sebagai pemungkin (enabler) upaya untuk mencapai solusi.
dimana pendamping mem- Peran mediator ini mencakup
bantu klien mengakses sistem kontrak perilaku, negosiasi,
sumber, mengidentifikasi ma- serta berbagai macam resolu-
salah, dan meningkatkan kap- si konflik.
asitas diri klien untuk menga-
tasi masalah.
• Penjangkauan (outreach)
Pendamping berperan un-

36
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Hal-hal yang harus diperhatikan


dalam pendamping dan klien
Klien Pendamping
• Memberikan informasi • Memberikan informasi ter-
yang dibutuhkan selama kait perkembangan advo-
proses pendampingan kasi kasusnya,
• Menjaga kerahasiaan • Memberikan pelayanan
identitas pendamping sesuai dengan kesepaka-
tan
• Menaati kesepakatan yang
telah dibuat dengan pen- • Menentukan dan memu-
damping terkait kerja pen- tuskan tindakan untuk
dampingan penanganan kasusnya se-
suai kesepakatan dengan
• Memberikan surat kuasa
klien
kepada pendamping
• menjaga kerahasiaan data
• Mengkomunikasikan pen-
pribadi klien,
gambilan keputusan ter-
kait kasus yang sedang • memberitahu klien terkait
ditangani kepada pen- informasi perkembangan
damping advokasi kasusnya,
• Tidak melakukan tindakan • Pendamping wajib me-
yang dapat membahaya- minta inform consent ke-
kan pendamping pada klien untuk setiap tin-
dakan yang akan diambil
• mekanisme pendampin-
gan dilakukan berdasar-
kan kesepakatan dengan
klien, termasuk di dalamn-
ya alokasi waktu.
• Pendamping berhak untuk
menghentikan proses pen-
dampingan apabila klien
tidak dapat diajak beker-
jasama dan memaksakan
kehendaknya tanpa mem-
pertimbangkan keamanan
klien dan pendamping.

37
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

38
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

BAGIAN 4

LANGKAH - LANGKAH
PENANGANAN KASUS
(Trigger Warning)

39
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Langkah Langkah
Pengangan kasus
Suicidal dan Self Harm
Suicidal adalah Langkah-langkah pendamp-
ingan pada klien dengan Sui-
pikiran seseorang cidal dan Self-Harm
tentang bagaimana • Tanyakan apakah klien ada
untuk membunuh di- di tempat yang aman
rinya sendiri berupa • Tanyakan pada klien apa-
rencana rinci atau- kah ada orang terdekat
yang dapat segera meno-
pun pertimbangan long klien
sekilas (Yayasan Pu- • Anjurkan klien untuk
lih). Self-Harm adalah melakukan teknik relaksasi
suatu tindakan untuk nafas dalam jika klien ce-
mas dan panik, atau anjur-
melukai diri sendiri kan klien untuk melakukan
sebagai upaya untuk teknik distraksi dengan
menyalurkan ekspre- menanyakan topik di luar
permasalahan klien
si emosi tanpa ada
• Anjurkan klien untuk men-
keinginan atau ren- jauhi benda benda yang
cana bunuh diri. berpotensi melukai diri
sendiri
• Setelah klien merasa aman
dan tidak ada keinginan
bunuh diri, gali informasi
terkait faktor penyebab
dan pencetus keinginan
suicidal dan self-har
• Gali kebutuhan mendasar
klien

40
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Perkosaan
Perkosaan adalah serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan sek-
sual dengan memakai penis ke arah vagina, anus atau mulut korban.
Bisa juga menggunakan jari tangan atau benda-benda lainnya. Seran-
gan dilakukan dengan kekerasan, ancaman kekerasan, penahanan,
tekanan psikologis, penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan men-
gambil kesempatan dari lingkungan yang penuh paksaan (Komnas
Perempuan).
Langkah-langkah pendamp-
ingan Klien dengan Kasus Pe-
merkosaan
• Tanyakan kondisi klien saat
ini, apakah dalam keadaan
aman secara fisik, Jika ti-
dak, segera anjurkan untuk
mengunjungi tempat pe-
layan kesehatan terdekat.
• Tanyakan kebutuhan kor-
ban saat ini, misal: kebu-
tuhan medis, kebutuhan
hukum, kebutuhan psikol-
ogis.
• Tanyakan siapa yang mel-
apor serta akses yang
dapat untuk bertemu klien.
• Tanyakan kapan kejadian,
jika kurang dari 24 jam,
pastikan klien menyimpan
alat bukti.
• Rujuk klien untuk
mendapatkan assesment
psikologi.
• Pembuatan surat kuasa
pendampingan.
• Rujuk ke lembaga bantu-
an hukum jika diperlukan
oleh klien.

41
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Kekerasan Gender Berbasis Online


Kekerasan gender berbasis online adalah ke- perempuan, serta menyalah-
gunakan, mempermalukan
kerasan yang terjadi di ranah digital di mana perempuan karena mengek-
tindak kekerasan tersebut mengandung nia- spresikan pandangan yang ti-
tan, ancaman, atau maksud melecehkan kor- dak normatif.

ban berdasarkan gendernya (Safenet). Ancaman dan Kekerasan se-


cara langsung
Jenis-jenis kekerasan gen- yang salah (akun media sosial) Mencakup tindakan perda-
der berbasis online meliputi dengan tujuan merusak repu- gangan perempuan melalui
menurut Safenet Indonesia: tasi pengguna, memanipulasi penggunaan teknologi, ter-
atau membuat konten palsu, masuk pemilihan dan persia-
Pelanggaran Privasi
mencuri identitas dan imper- pan korban, pemerasan sek-
Merupakan tindakan men- sonasi (berpura-pura menjadi sual, pencurian identitas, uang
gakses, menggunakan, me- orang tersebut dan membuat atau properti serta peniruan
manipulasi dan menyebarkan gambar atau post yang berpo- atau impersonasi yang men-
data pribadi, foto, atau video, tensi merusak reputasi orang- gakibatkan serangan fisik.
serta informasi dan konten nya dan membagikan secara Serangan yang ditargetkan ke
pribadi tanpa sepengetahuan publik), menyebarluaskan komunitas tertentu
dan tanpa persetujuan, selain informasi pribadi untuk mer-
itu juga merupakan tindakan usak reputasi seseorang, dan Mencakup tindakan meretas
doxing atau menggali dan membuat komentar atau post- situs web, media sosial, email
menyebarluaskan informasi ingan bernada menyerang, organisasi, pengawasan dan
pribadi seseorang, kadang- meremehkan atau yang palsu pemantauan kegiatan ang-
kadang dengan maksud un- dengan maksud mencoreng gota komunitas, ancaman
tuk memberikan akses untuk reputasi seseorang. langsung kekerasan terhadap
tujuan jahat lainnya, misalnya anggota komunitas, penge-
Pelecehan (yang dapat pungan, dan pengungkapan
pelecehan atau intimidasi di
dunia nyata. disertai pelecehan online) informasi yang sudah di-
anonimkan.
Pengawasan Mencakup tindakan online
dan Pemantauan harassment, pelecehan be-
rulang-ulang melalui pesan,
Merupakan tindakan meman-
perhatian dan atau kontak
tau, melacak dan mengawasi
yang tidak diinginkan, an-
kegiatan offline maupun on-
caman langsung kekerasan
line, menggunakan spyware
seksual atau fisik, komentar
atau teknologi lainnya tanpa
kasar, ujaran kebencian dan
persetujuan, menggunakan
postingan di media sosial
GPS atau geo-locator lainnya
dengan target pada gen-
untuk melacak pergerakan
der atau seksualitas tertentu,
target, serta menguntit atau
penghasutan terhadap ke-
stalking.
kerasan fisik, konten online
Perusakan reputasi dan yang menggambarkan per-
kredibilitas empuan sebagai objek seksu-
al, penggunaan gambar tidak
Mencakup tindakan mem- senonoh untuk merendahkan
buat dan berbagi data pribadi

42
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Langkah-langkah pendamp- gancam balik pelaku.


ingan pada klien dengan
• Informasikan kepada klien
KBGO
risiko apa yang dapat ter-
• Pastikan klien dalam kondi- jadi
si aman dan tidak panik.
• Rujuk klien ke pelayanan
Jika klien panik, anjurkan
psikologi dan lembaga
klien melakukan teknik
bantuan hukum jika klien
relaksasi nafas dalam dan
memerlukan.
teknik distraksi dengan
menanyakan sesuatu di
luar kepanikan klien.
• Anjurkan klien untuk
menyimpan barang bukti
berupa tangkapan layar
chat, link url pelaku dan
atau konten yang dibuat
pelaku, foto, video, dan
rekaman.
• Lakukan pemetaan risiko
dengan: tanyakan kekha-
watiran terbesar klien,
tanyakan hubungan klien
dengan pelaku, tanyakan
sejauh mana pelaku dapat
mengakses informasi prib-
adi klien seperti kontak
orang tua, keluarga atau
orang terdekat di lingkun-
gan klien, tanyakan apa-
kah pelaku memiliki kont-
en yang memperlihatkan
wajah klien, tanyakan apa-
kah pelaku sudah menye-
bar informasi pribadi klien
melalui sosial media atau
masih di tahap ancaman.
• Bantu klien untuk melapor
ke platform media sosial
(Instagram, Facebook,
Whatsapp dan lain-lain)
• Anjurkan klien untuk tidak
berkomunikasi dengan
pelaku dan tidak menuru-
ti keinginan pelaku serta
pastikan klien tidak men-

43
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Klien usia anak


(di bawah 18 tahun)
Undang -undang
perlindungan anak.
Pendampingan klien
dengan usia anak
harus dengan pen-
getahuan orang tua
atau wali anak. Pen-
dampingan klien
usia anak juga dire-
komendasikan untuk
bekerja sama dengan
lembaga mitra yang
khusus bergerak di
isu kekerasan pada
anak.

Langkah-Langkah
Pendampingan Klien Anak
• Tanyakan siapa yang
melakukan pelaporan dan
hubungan dengan korban
• Tanyakan jenis kekerasan
yang dialami serta
keadaan klien saat ini
• Tanyakan apakah orang
tua klien mengetahui keja-
dian yang dialami klien
• Rujuk klien ke lembaga
bantuan pendampingan
yang bergerak di isu ke-
kerasan pada anak

44
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Rujukan Korban
Rujukan Medis Rujukan Rumah Aman
• Dilakukan untuk me- • Dilakukan untuk menja-
menuhi kebutuhan fisiolo- ga keamanan dan ken-
gis klien dan juga kebutu- yamanan klien. Rujukan
han visum. Rujukan medis rumah aman difokuskan
dapat dilakukan pada pe- pada klien dengan KTD,
layanan kesehatan seper- dan KDRT. Rujukan rumah
ti klinik maupun Rumah aman dapat melibatkan
Sakit. Yayasan Ruth.
Rujukan Psikologi
• Dilakukan untuk me-
menuhi kebutuhan psikol-
ogis klien akan pemulihan
trauma dan juga kebutu-
han akan visum psikiatri-
kum. Dalam rujukan psi-
kologi, kronologi kasus
juga diberikan kepada
lembaga rujukan turut ser-
ta dalam pendampingan.
Rujukan Hukum
• Dilakukan sebagai lang-
kah terakhir dalam penan-
ganan kasus berdasarkan
keputusan klien, selain
itu rujukan hukum juga
diperlukan untuk konsul-
tasi hukum sebelum klien
mengambil keputusan un-
tuk membawa kasusnya ke
ranah hukum. Klien yang
membutuhkan rujukan hu-
kum dapat dianjurkan ke
Lembaga Bantuan Hukum

45
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Langkah - Langkah
Pendampingan
Sebelum melakukan identifi- Wawancara
kasi, pendamping harus:
Dalam proses identifikasi,
• memperkenalkan diri; pendamping harus melaku-
• menyampaikan tujuan kan wawancara terhadap per-
identifikasi dan manfaat- empuan dan anak yang men-
nya terhadap perempuan galami permasalahan dengan
dan anak yang mengalami memperhatikan hal sebagai
permasalahan; berikut:
• memastikan persetujuan • Bila korban adalah per-
perempuan dan anak Memperkenalkan diri empuan maka diupaya-
yang mengalami perma- kan wawancara dilakukan
salahan untuk dilakukan oleh pendamping per-
identifikasi; empuan, bila korbannya
Menyampaikan laki-laki maka upayakan
• memastikan adanya wawancara dilakukan oleh
pendamping dari anak Tujuan
pendamping laki-laki,
yang mengalami perma- dan bila korbannya anak-
salahan untuk dilakukan anak maka wawancara
identifikasi; dapat dilakukan oleh pen-
• adanya persetujuan orang Memastikan Persetuajuan damping laki-laki ataupun
tua terhadap anak yang perempuan;
mengalami permasalahan • upayakan untuk memper-
kecuali bila diduga bahwa oleh informasi tentang
pelakunya adalah orang
Memastikan Adanya
Pendamping masalah perempuan dan
tua, persetujuan orang tua anak dilakukan secara cer-
tidak diperlukan; mat baik dari pengantar,
• meminta ke bagian pen- pendamping, suami mau-
gaduan atau P2TP2A atau Adanya Persetujuan pun dari perempuan dan
lembaga lainnya untuk anak yang mengalami per-
orang tua terhadap
menyediakan penerjemah masalahan;
anak yang mengalami
yang mengerti bahasa is- • dengarkan cerita dan kelu-
yarat, dalam hal perem- hannya, terima dia apa
puan dan anak adalah adanya;
penyandang disabilitas.
Meminta Bagian • lakukan anamnesis (tanya
Pengaduan atau
jawab) secara terpisah dari
P2TP2A untuk
menyediakan penerjemah
pengantar, pendamping
atau suami dan banding-
kan dengan keterangan
versi pengantar;

46
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

• jelaskan bahwa permas- bantunya; Observasi


alahan yang terjadi terha-
• bila perempuan dan anak Pada saat wawancara, pen-
dap perempuan dan anak
diam dan tidak mau men- damping harus melakukan
bukan kesalahannya;
jelaskan persoalannya, ya- observasi menilai kondisi
• menciptakan suasana kinkan bahwa pendamp- kesehatan fisik dan psikis
yang mendukung dan ti- ing adalah individu yang perempuan dan anak yang
dak menuduh, seperti per- dapat: mengalami permasalahan,
nyataan tidak seorangpun pendamping, pengantar ser-
1. menjamin kerahasiaannya;
patut menerima kekerasan ta menilai apakah dibutuh-
dalam keadaan apapun; 2. memberikan perlindun- kan tindakan medis cepat
gan dan rasa aman; dan atau segera. Untuk itu yang
• jika permasalahannya
adalah kekerasan dalam 3. menyampaikan kebutu- perlu diperhatikan tentang
rumah tangga, ajukan per- hannya. tanda-tanda kekerasan, di an-
tanyaan dengan hati-hati taranya:
• tetaplah menjadi teman-
dan jelaskan bahwa pen- nya walaupun ia masih • perhatikan nilai kejang-
damping memiliki perha- enggan untuk bercerita galan sikap, gelisah, ke-
tian dan peduli dengan dan tunjukkan bahwa pen- takutan, atau tanda tanda
keluarga korban; damping peduli terhadap yang tidak wajar dari per-
• jika ia tidak bersedia un- keselamatan dan kea- empuan dan anak yang
tuk melanjutkan ceritan- manannya. mengalami permasalahan;
ya, biarkan ia menunda. • tanyakan tentang proses • trauma ringan atau berat;
Karena mungkin korban terjadinya permasalahan (indikator asesmen awal
belum siap mencerita- secara rinci: seperti apa di gangguan keseharian
kan apa yang terjadi atau kejadiannya, apa yang tambahan annex) ganggu-
dapat membangkitkan menjadi pemicu, pen- an apa yang dialami dalam
depresinya dan tanyakan deraan apa yang diala- keseharian?
kapan dapat diwawancarai mi, apa akibatnya, oleh
kembali; • luka yang meninggalkan
siapa, kapan, dimana, bekas berupa memar pada
• memberikan motivasi ke- bagaimana melakukann- tubuh khususnya sekitar
pada klien agar dapat ya, berapa kali, respon apa mata dan wajah; cedera
menghadapi masalah an- yang dilakukan korban akibat pukulan benda ta-
tara lain dengan member- atau pelaku, pernah ke jam; gigi tanggal; kelainan
ikan motivasi tanggung lembaga mana? bentuk hidung akibat pa-
jawab korban terhadap • apakah mengalami per- tah tulang hidung; penda-
keluarga anak, pekerjaan masalahan dalam buang rahan dari hidung akibat
yang harus dipenuhi atau air kecil atau buang air pukulan; menyalahkan diri
penguatan dari sisi agama; besar; sendiri;
• menghindari rasa takut un- • mengeluh nyeri yang tidak • tampak jauh lebih tua dari
tuk bertanya, karena kemu- jelas sebabnya, kontraksi umurnya, atau mengalami
ngkinan perempuan dan otot, kesemutan dan nyeri hambatan dalam perkem-
anak yang mengalami per- perut; bangan fisiknya; (assess-
masalahan menutupi per- ment lanjutan)
masalahannya, padahal • sering nyeri kepala atau
sebetulnya mereka sangat sulit tidur; • terkadang penampilann-
mengharapkan pendamp- ya terlihat menutup-nutu-
• apakah perempuan dan
ing untuk bertanya; pi, capek, kurus, nervous,
anak pernah mengalami
galak, dan cemas; (assess-
• jelaskan bahwa banyak trauma.
ment lanjutan)
lembaga yang siap mem-

47
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

• terkadang selalu berteriak


dengan suara aneh atau Bedah Kasus
tiba-tiba melakukan gera-
kan aneh di luar kebiasaan;
(assessment lanjutan) Kronologis
• terkadang berbicara Urutan alur peristiwa yang
seperti dalam keadaan terjadi dengan menjawab
tertekan dan diserang 5w+1h. Kronologi penting
serta berhati-hati jika ber- diungkapkan secara detail
bicara sesuatu yang benar (jika mungkin dicatatkan per
terjadi; tanggal) untuk melihat secara
• terkadang menunjukkan komprehensif bagaimana
ada sesuatu yang akan suatu peristiwa tersebut dapat
dikatakan, tapi ia tidak terjadi. Kronologis yang de-
mampu mengatakannya tail dapat membantu memis-
seperti isyarat gerakan ahkan mana peristiwa hukum
tubuh; yang terjadi di antara peris-
tiwa lainnya. Hal ini berguna
• biasanya mengisolasi diri
untuk merumuskan strategi
dan sulit untuk bersosial-
advokasi.
isasi;
• biasanya sangat ketaku-
tan bila yang mengantar Alat Bukti yang dimiliki
adalah pelaku;
• perhatikan bagaimana
masalah mempengaruhi Perkara Perdata Perkara Pidana
keberfungsian dalam
lingkungan sosialnya.
• setelah melakukan iden- a. Surat; a. Keterangan Saksi;
tifikasi pendamping ha-
rus memberikan nama, b. Saksi; b. Keterangan Ahli;
alamat, nomor kontak, dan c. Persangkaan; c. Surat;
meminta korban untuk
menyimpannya di tempat d. Pengakuan; dan d. Petunjuk; dan
yang aman (disesuaikan
e. Sumpah. e. Keterangan Terdakwa
dengan pertimbangan
keamanan pendamping)
• mintakan emergency con-
tact klien.versi pengantar;

48
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Evaluasi dan Terminasi


Pendampingan Sosial
Proses pendampingan sosial
akan berakhir atau akan dilaku-
kan terminasi setelah dilaku-
kan evaluasi. Proses evaluasi ini 1. Observasi: bahasa tubuh pelapor,
untuk melihat tercapainya kerja
pendampingan berdasarkan
cara berbicara, reaksi-reaksi dan
kebutuhan klien dan sesuai respond-respond korban terhadap
dengan surat kuasa yang kejadian atau pertanyaan
diberikan oleh klien.

Kerja pendampingan 2. Wawancara: tanyakan kepada pelapor


sosial akan dilakukan mengenai kronologis kejadian. Usahakan
terminasi ketika: kronologis yang diberikan berdasarkan
• Kebutuhan klien sudah tera-
runutan waktu yg urut. (diperlukan pelati-
komodasi han khusus untuk teknik wawancara)
• Klien tidak dapat dihubungi
3. Bukti-bukti: cocokan bukti-bukti yang
• Korban tidak mengikuti kes-
epakatan yang telah dibuat dimiliki oleh pelapor dengan kronologis
bersama pendamping yang diberikan.

49
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

50
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

BAGIAN 4

PENANGANAN KASUS
NON LITIGASI

51
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Penanganan Kasus
Non-Litigasi
Non Litigasi menguntungkan. Lain halnya Hasil proses negosiasi bisa
dengan seorang hakim dalam merupakan solusi kompromi
Non Litigasi merupakan upa- persidangan atau seorang ar- yang memuaskan kedua be-
ya pemenuhan hak-hak kor- bitrator yang melaksanakan ar- lah pihak, namun dapat juga
ban yang ditempuh di luar bitrase yang mengikat, media- merupakan kegagalan menca-
proses peradilan, misalnya tor tidak memiliki kekuasaan pai kompromi tersebut, atau
upaya damai/mediasi, upaya untuk menentukan solusi. Jadi kesepakatan untuk mencoba
penguatan sosial/pendamp- kesepakatan/solusi ditentukan proses negosiasi di lain waktu.
ingan dan sebagainya. sendiri oleh pihak-pihak yang
berselisih. Tidak ada peratur- Advokasi
Arbitrasi
an bukti formal atau prosedur Serangkaian upaya yang
Arbitrase adalah cara penyele- pengaturan mediasi; mediator dilakukan secara sistematis
saian suatu sengketa perdata dan para pihak biasanya sepa- untuk mengubah situasi men-
di luar peradilan umum yang kat dalam melaksanakan cara jadi lebih kondusif bagi pen-
didasarkan pada perjanjian informal mereka sendiri. egakan HAM, baik dalam
arbitrase yang dibuat secara substansi kebijakan, perilaku
tertulis oleh para pihak yang Negosiasi aparat penegak hukum dan
bersengketa, dimana pihak pi- Merupakan salah satu metode pelaksana pemerintahan,
hak yang berselisih menunjuk penyelesaian konflik alterna- maupun dalam cara pandang
satu/beberapa orang (arbitra- tif (Alternative Dispute Reso- dan praktek di dalam mas-
tor) untuk mencari solusi yang lution/ADR). Sebuah proses yarakat yang menghambat
mengikat kedua belah pihak. di mana pihak-pihak yang penegakan HAM.
Arbitrasi merupakan salah berkepentingan berusaha un-
satu metode penyelesaian tuk menyelesaikan perselisi- Pemulihan
konflik alternatif (Alternative han tanpa melalui perantara, Upaya penanganan korban
Dispute Resolution/ADR) yang dengan menyepakati solusi secara menyeluruh dengan
mengikat, setara dengan pros- yang menguntungkan kedua memberdayakan kembali
es litigasi di pengadilan. belah pihak. Langkah perta- secara utuh perempuan kor-
ma dalam negosiasi adalah ban kekerasan melalui pen-
Mediasi
menentukan apakah sebuah anganan medis, hukum dan
Merupakan salah satu metode situasi memungkinkan untuk psikososial berdasarkan me-
penyelesaian konflik alterna- dilakukan negosiasi. Hal es- kanisme kerja lintas disiplin
tif (Alternative Dispute Reso- ensial dalam sebuah nego- dan institusi, dari lingkungan
lution/ADR) yang dirancang siasi adalah bahwa ada dua pemerintah dan masyarakat
untuk membantu pihak yang pihak yang memiliki tujuan yang dibangun bersama, ber-
berselisih untuk memecahkan penting yang serupa/sama, tanggung gugat dan terjang-
perselisihan mereka sendiri namun sekaligus memiliki kau oleh masyarakat.
tanpa melalui persidangan. beberapa perbedaan yang
Dalam mediasi, pihak ketiga signifikan. Karenanya tujuan Layanan Psikologis
yang netral (mediator) ber- dari negosiasi adalah untuk Layanan yang berupa pen-
temu dengan pihak lawan mencari kompromi dari per- dampingan dan , yang dapat
untuk membantu mereka me- bedaan-perbedaan tersebut. memberikan kenyaman bagi
nemukan solusi yang saling

52
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

korban untuk menyampaikan


masalahnya. Layanan ini mem-
bantu korban agar sanggup
menghadapi masalah terse-
but, sehingga mampu men-
gambil keputusan serta pi-
lihan yang diperlukan agar
kembali berdaya.
Layanan Pendampingan
Hukum
Layanan yang berkaitan den-
gan materi hukum yang ber-
laku dan tata cara peradilan
yang ada di Indonesia.
Layanan ini diberikan oleh
pendamping hukum, advokat
dan pengacara.
Layanan Medik
Layanan berupa perawatan
fisik dan pengobatan atau
penyembuhan luka fisik yang
disebabkan oleh tindak ke-
kerasan. Selain itu juga mem-
berikan rekam medik seperti
visum et repertum yang dapat
dijadikan bukti di pengadilan.
Layanan Terpadu
Layanan yang diberikan ke-
pada perempuan korban ke-
kerasan yang memadukan
multi disiplin ilmu dan meng-
gunakan pendekatan yang
holistik. Biasanya mencakup
layanan hukum, medik dan
psikologi.
Layanan perlindungan
saksi dan korban
Layanan ini bertujuan untuk
memberikan perlindungan
dan pemenuhan hak-hak
kepada saksi dan/atau
korban sebagaimana
diatur dalam Peraturan
Perundang-undangan.

53
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

54
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

BAGIAN 5

PENANGANAN LITIGASI ;
KASUS HUKUM
PIDANA DAN PERDATA

55
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Penanganan Litigasi Kasus


Hukum Pidana dan Perdata
Litigasi but khusus memiliki Unit Pe-
layanan Perempuan dan Anak.
tersebut, nantinya akan diper-
gunakan untuk menanyakan
Adapun daerah hukum kepoli- perkembangan laporan Anda.
Upaya pemenuhan sian (PP 23/2007) meliputi:
hak-hak korban • Daerah hukum kepolisian C. Laporan polisi tidak di-
yang ditempuh Markas Besar (MABES) pungut biaya. Laporan polisi
POLRI untuk wilayah Neg-
melalui proses ara Kesatuan Republik In-
juga dapat dilakukan den-
gan menghubungi call center
peradilan. donesia; 110. Namun kami sarankan
• Daerah hukum kepolisian mendatangi langsung agar
Daerah (POLDA) untuk mendapatkan bukti laporan
wilayah provinsi; atau STTLP).
Proses Hukum • Daerah hukum kepolisian
Acara Pidana Resort (POLRES) untuk D. Tips lainnya dalam melaku-
Tindak Pidana adalah per- wilayah kabupaten/kota; kan pelaporan polisi adalah
buatan yang dilarang oleh dengan menuliskan kronolo-
• Daerah hukum kepoli-
suatu aturan hukum laran- gis tindak pidana yang terjadi,
sian Sektor (POLSEK) un-
gan mana disertai ancaman lebih baik dibuat per tanggal
tuk wilayah kecamatan.
(sanksi) yang berupa pidana dengan memuat jawaban dari
tertentu, bagi barang siapa 5W+1H. selain itu perlu meng-
melanggar larangan tersebut B. Saat akan melapor silahkan umpulkan dan mengukur buk-
(Moeljatno). datangi Sentra Pelayanan Ke- ti yang dimiliki. Memang tu-
polisian Terpadu. Anda akan gas pencarian bukti berada di
mendapat pelayanan kepoli- polisi, namun jika sejak awal
sian secara terpadu terhadap kita membantu menyiapkan
Tahapan di laporan/pengaduan mas- hal tersebut, maka proses
yarakat, memberikan bantuan yang akan ditempuh di kepoli-
Kepolisian dan pertolongan, serta mem- sian menjadi lebih mudah dan
berikan pelayanan informasi. cepat karena sebagian kecil
1. Laporan Polisi
Laporan yang diterima oleh tugas polisi sudah kita bantu.
A. Jika menjadi korban SPKT (Penyidik/Penyidik Pem-
tindak pidana atau menge- bantu) kemudian dilakukan
tahui adanya suatu tindak pi- kajian awal guna menilai lay- E. Hak pelapor selama proses
dana kita dapat melaporkan- ak/tidaknya dibuatkan lapo- pelaporan di kepolisian:
nya ke kantor polisi terdekat, ran polisi. Kemudian, laporan • Mendapat pemeriksaan di
namun untuk tindak pidana polisi tersebut diberi penom- ruang pelayanan khusus
pada kekerasan terhadap per- oran sebagai Registrasi Ad- yang ditangani oleh UPPA
empuan lebih baik langsung ministrasi Penyidikan. Selan- (unit pelayanan perem-
dilaporkan ke Polres terdekat jutnya anda akan mendapat puan dan anak);
atau Polda terdekat karena Surat Tanda Terima Laporan
daerah hukum polisi terse- • Mendapat Laporan Poli-
Polisi (STTLP). Simpan STTLP

56
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

si dan STTLP yang sudah rupa permohonan Surat gani oleh Penyidik dan/
teregistrasi setelah kajian Pemberitahuan Perkem- atau Penyidik Pembantu
awal oleh petugas dilaku- bangan Hasil Penyelidikan yang melakukan pemer-
kan; (SP2Lid). iksaan dan orang yang
diperiksa.
• Mendapat penanganan • Selanjutnya anda akan
medis-psikis ke Rumah mendapatkan informasi • Penetapan tersangka,
Sakit Bhayangkara dalam perkembangan kasus yang dilaksanakan melalui me-
hal kondisi korban trauma/ anda hadapi oleh polisi kanisme gelar perkara,
stress; baik berupa lisan maupun kecuali dalam hal tertang-
tertulis. Namun lebih baik kap tangan. Penetapan ter-
• Mendapat rumah aman
mintakan secara tertulis sangka harus didasarkan
atau shelter dalam hal
atas paling sedikit 2 (dua)
saksi dan/atau korban me- Penyidikan adalah serang- alat bukti yang didukung
merlukan istirahat; kaian tindakan penyidik da- barang bukti. Jika diperlu-
• Mendapat pemeriksaan vi- lam hal dan menurut cara yang kan dapat dilakukan pena-
sum jika diperlukan; diatur dalam undang-undang hanan tersangka.
ini untuk mencari serta meng-
• Diantar ke tempat rujukan umpulkan bukti yang dengan • Pemberkasan, penyidik
lain jika diperlukan; bukti itu membuat terang membuat resume atau
• Mendapat informasi ter- tentang tindak pidana yang sebagai ikhtisar dan kes-
kait kasus yang dihadapi terjadi dan guna menemukan impulan hasil penyidikan
(konsultasi). tersangkanya. Kegiatan peny- tindak pidana. Selanjutnya
idikan tindak pidana terdiri akan dilaksanakan peny-
2. Penyelidikan dan atas: usunan isi berkas perkara.
penyidikan • Penyelidikan, dalam hal • Penyerahan berkas perka-
belum ditemukan tersang- ra, disebut juga tahap per-
ka dan/atau alat bukti, tama. Berkas yang dibuat
Penyelidikan merupakan pengembangan perkara, oleh penyidik dikirimkan
serangkaian tindakan peny- belum terpenuhi alat bukti. kepada penuntut umum
idik untuk mencari dan men- untuk diperiksa, jika masih
emukan suatu peristiwa yang • Dimulainya penyidikan, perlu diperbaiki penun-
diduga sebagai tindak pidana dalam hal 7 hari setelah tut umum akan mengem-
guna menentukan dapat atau setelah diterbitkan surat balikan kepada penyidik
tidaknya dilakukan peny- perintah dimulainya peny- (P-19).
idikan menurut cara yang dia- idikan (SPDP), polisi ha-
rus mengirimkan SPDP ke • Penyerahan tersangka dan
tur dalam KUHAP.
penuntut umum, pelapor, barang bukti, penyidikan
• Dari hasil penyelidikan dan terlapor. dianggap telah sele-
akan dilakukan gelar per- sai, selanjutnya penyidik
kara untuk menentukan • Upaya paksa, berupa pe- menyerahkan berkas per-
apakah termasuk tindak manggilan, penangkapan, kara, dan tanggung jawab
pidana atau bukan. penahanan, penggeleda- tersangka juga barang
han, penyitaan dan pe- bukti ke penuntut umum.
• Anda berhak mendapat- meriksaan surat.
kan salinan laporan hasil • Penghentian penyidikan,
penyelidikan dari poli- • Pemeriksaan, dilakukan dilakukan dengan alasan
si. Jika tidak ada update oleh Penyidik dan/atau tidak terdapat cukup buk-
tersebut anda dapat me- Penyidik Pembantu terh- ti, peristiwa yang disidik
mintanya kepada polisi, adap saksi, ahli, dan Ter- bukan merupakan tindak
kami sarankan untuk me- sangka yang dituangkan pidana, penyidikan dihen-
minta laporan tersebut dalam berita acara pemer- tikan demi hukum.
dalam bentuk tertulis be- iksaan yang ditandatan-

57
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Mekanisme Penyidikan Hak korban selama


Laporan polisi akan ditindak proses penyidikan di
lanjuti dengan dikeluarkann- kepolisian
ya Surat Perintah Tugas (Sp- • Mendapat pemeriksaan kes-
ringas) Surat Perintah Peny- ehatan dan visum jika diper-
idikan (Sprindik) dan Surat lukan;
Perintah Dimulainya Peny-
idikan (SPDP). • Mendapatkan penerjemah;
Penyidik membuat surat per- • Tidak mendapat perlakuan
mohonan pemeriksaan kes- diskriminatif, disudutkan atau
ehatan dan visum kepada RS disalahkan oleh penyidik;
Bhayangkara atau rumah sakit • Berhak diperiksa oleh pol-
lainnya. wan.
Jika korban siap diperiksa • Berhak untuk didengarkan;
dan bersedia memberikan
keterangan terkait kasusnya, • Memberikan keterangan tan-
maka penyidik membuat Ber- pa tekanan
ita Acara Pemeriksaan (BAP) • Berhak didampingi oleh
terhadap korban. penasihat hukum atau pen-
Pemeriksaan dilakukan oleh damping lainnya, bagi korban
Polwan UPPA namun pengem- anak hal ini bersifat wajib;
bangannya dapat dilakukan • Berhak membaca dulu dan
oleh penyidik polri pria. mengoreksi keterangan yang
Apabila saksi korban beras- diberikan sebelum ditan-
al dari luar kota, maka untuk datangani.
kepentingan penyidikan kor- • Anda berhak mendapatkan
ban dapat dititipkan di shel- SPDP dan laporan hasil peny-
ter milik Departemen Sosial idikan dari polisi. Jika tidak
Republik Indonesia (Depsos) ada update tersebut anda
atau pihak lain yang dinilai dapat memintanya kepada
dapat memberikan perlind- polisi, kami sarankan untuk
ungan dan pelayanan hingga meminta laporan tersebut
korban siap dipulangkan ke dalam bentuk tertulis berupa
daerah asalnya. permohonan Surat Pemberi-
tahuan Perkembangan Hasil
Penyidikan (SP2HP).
• Proses ini juga tidak dike-
nakan biaya baik dalam upa-
ya paksa yang dilakukan oleh
polisi terhadap tersangka, bi-
aya ahli atau lainnya.

58
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Tahapan di Umum untuk menghadir-


kan terdakwa.
Kejaksaan Tahapan di Pen-
• Jaksa Penuntut Umum
• Penuntut Umum mener- gadilan memberitahukan terdak-
ima dan memeriksa ber- • Jaksa melimpahkan ber- wa jadwal persidangan
kas perkara penyidikan kas ke pengadilan negeri dan menghadirkan terdak-
dari Penyidik atau Penyidik melalui panitera muda wa pada hari persidangan
Pembantu; pidana. yang telah ditentukan.
• Penuntut Umum menga- • Panitera muda pidana • Para pihak hadir pada jad-
dakan prapenuntutan apa- memberikan tanda terima wal yang telah ditentukan
bila ada kekurangan pada pelimpahan berkas dalam pada sidang pertama.
penyidikan dengan mem- waktu 2 hari kerja.
beri petunjuk dalam rang-
ka penyempurnaan peny- • Petugas pendaftaran
idikan dari Penyidik (P-19); memberikan nomor per-
kara dan mempersiapkan
• Memberikan perpanjan- seluruh formulir dan
gan penahanan, melaku- dokumen yang dibu-
kan penahanan atau pen- tuhkan ke dalam berkas
ahanan lanjutan, dan/ perkara.
atau mengubah status
tahanan setelah perk- • Panitera sekretaris memer-
aranya dilimpahkan oleh iksa berkas perkara.
Penyidik; • Ketua Menunjuk Majelis
• Membuat surat dakwaan; Hakim dalam waktu 3 hari
kerja.
• Melimpahkan perkara ke
Pengadilan; • Panitera sekretaris Menun-
juk panitera pengganti
• Menyampaikan pemberi- dalam waktu 1 hari kerja.
tahuan kepada terdakwa
tentang ketentuan hari • Petugas pendaftaran
dan waktu perkara disi- Memberikan berkas perk-
dangkan yang disertai su- ara kepada hakim yang di-
rat panggilan, baik kepada tunjuk dalam waktu 1 hari
terdakwa maupun kepada kerja.
saksi, untuk datang pada • Ketua majelis memeriksa
sidang yang telah berkas dan mempelajari
ditentukan; perkara, serta menetapkan
• Melakukan penuntutan; hari sidang pertama paling
lambat 7 hari kerja setelah
• Menutup perkara demi diterimanya berkas dari
kepentingan hukum yang Ketua PN.
terjadi di dalam daerah
hukumnya menurut keten- • Hakim Anggota mempela-
tuan undang-undang; dan jari berkas perkara.

• Melakukan tindakan lain • Panitera pengganti


dalam lingkup tugas dan menerima berkas perkara
tanggung jawab sebagai dan memberikan salinan
Penuntut Umum menurut penetapan sidang perta-
ketentuan undang-undang. ma kepada Jaksa Penuntut

59
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Proses persidangan perkara pidana di


pengadilan tingkat pertama

• Sidang dinyatakan dibuka jutkan tanggapan JPU atas ek- • Berhak mendapatkan
dan terbuka untuk umum sepsi (replik); keadilan, tidak disudutkan
(kecuali perkara tertentu dan disalahkan;
4. Selanjutnya dibacakan pu-
dinyatakan tertutup untuk
tusan sela oleh Majelis Hakim; • Berhak mendapatkan ban-
umum);
tuan hukum;
• Apabila eksepsi ditolak
• PU diperintahkan untuk
dilanjutkan pemeriksaan • Berhak mendapat infor-
menghadapkan terdakwa
pokok perkara (pembuk- masi perkembangan ka-
ke depan persidangan da-
tian); susnya;
lam keadaan bebas;
• Pemeriksaan saksi-saksi • Berhak mendapat peng-
• Terdakwa ditanyakan iden-
yang diajukan oleh PU gabungan perkara den-
titasnya dan ditanya apa-
(dimulai dari saksi korban); gan gugatan ganti rugi
kah sudah menerima sali-
atau restitusi;
nan surat dakwaan; • Dilanjutkan saksi lainnya;
• Memperoleh pelindungan
• Terdakwa ditanya pula • Apabila ada saksi yang
atas keamanan peribadi,
apakah dalam keadaan meringankan diperiksa
keluarga, dan harta ben-
sehat dan bersedia untuk pula, saksi ahli Witness/ex-
danya, serta bebas dari
diperiksa di depan persi- pert);
Ancaman yang berkenaan
dangan (kalau bersedia si- • Pemeriksaan terhadap ter- dengan kesaksian yang
dang dilanjutkan); dakwa; akan, sedang, atau telah
• Terdakwa ditanyakan apa- • Tuntutan (requisitoir); diberikannya;
kah akan didampingi oleh
• Pembelaan (pledoi); • Ikut serta dalam proses
Penasihat Hukum (apabila
memilih dan menentukan
didampingi apakah akan • Replik dari PU; bentuk perlindungan dan
membawa sendiri, kalau
• Duplik; dukungan keamanan;
tidak membawa sendi-
ri akan ditunjuk PH oleh • Putusan oleh Majelis • Bebas dari pertanyaan
Majelis Hakim dalam hal Hakim. menjerat;
terdakwa diancam dengan • Mendapat identitas baru;
pidana penjara lima tahun Gambaran Umum Hak
atau lebih/pasal 56 KUHAP Korban Dalam Proses • Mendapatkan tempat ke-
ayat (1); Perkara Pidana diaman baru;

• Dilanjutkan pembacaan • Berhak mendapat Visum • Memperoleh penggantian


surat dakwaan; dan hak atas kesehatan; biaya transportasi sesuai
dengan kebutuhan;
1. Atas pembacaan surat dak- • Berhak untuk pemulihan;
waan tadi terdakwa (PH) ditan- • Mendapat nasihat hukum;
• Berhak mengakses
ya akan mengajukan eksepsi layanan lainnya sesuai ke- • Memperoleh bantuan bi-
atau tidak; butuhan; aya hidup sementara sam-
2. Dalam terdakwa/PH menga- pai batas waktu perlindun-
• Berhak dirahasiakan iden- gan berakhir;
jukan eksepsi maka diberi kes- titasnya;
empatan dan sidang ditunda; • Perlindungan dari sikap
• Berhak mendapat penan- dan perilaku aparat pen-
3. Apabila ada eksepsi dilan- ganan perkara;

60
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

egak hukum yang mer-


endahkan dan/atau men-
guatkan stigma terhadap
korban;
• Perlindungan dari kehil-
angan pekerjaan, mutasi
pekerjaan, pendidikan,
atau akses politik;
• Perlindungan korban dan/
atau pelapor dari tuntut-
an pidana atau gugatan
perdata atas peristiwa ke-
kerasan seksual yang ia
laporkan; dan
• Berhak mendapat pengua-
tan dukungan komunitas.

61
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Proses Kasus
Hukum Perdata
Gugatan dan PERMOHONAN GUGATAN
permohonan
Permasalahan yang diajukan
dan diminta untuk disele- 1. Masalah yang diajukan 1. Permasalahan hukum yang
saikan dalam gugatan mer- bersifat kepentingan sepihak. diajukan ke pengadilan men-
upakan sengketa atau perse- gandung sengketa
lisihan di antara para pihak.
Penyelesaian sengketa di 2. Permasalahan yang dimo-
pengadilan ini melalui proses hon penyesuaian kepada 2. Terjadi sengketa di antara
sanggah-menyanggah dalam Pengadilan Negeri pada prin- para pihak, di antara 2 (dua)
bentuk replik dan duplik Da- sipnya tanpa sengketa den- pihak atau lebih
lam perundang-undangan, gan pihak lain
istilah yang dipergunakan
adalah gugatan perdata atau 3. Pihak yang satu
gugatan. Permohonan tidak 3. Tidak ada orang lain atau berkedudukan sebagai peng-
ada sengketa, hakim menge- pihak ketiga yang ditarik se- gugat dan pihak yang lainnya
luarkan suatu penetapan atau bagai lawan, tetapi bersifat berkedudukan sebagai ter-
lazimnya yang disebut den- bebas murni dan mutlak satu gugat.
gan putusan declaratoir yaitu pihak (ex-parte).
putusan yang bersifat men-
etapkan, menerangkan saja. 4. Hakim mengeluarkan putu-
Perbedaan permohonan dan 4. Hakim mengeluarkan san untuk dijatuhkan kepada
gugatan antara lain sebagai suatu penetapan. pihak yang berperkara.
berikut:

62
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Pengadilan Negeri Permohonan yang


dilarang
• Permohonan pengangka- secara salah disebutkan 1. secara salah disebutkan da-
tan wali bagi anak yang dalam akta tersebut (Pen- lam akta tersebut (Penduduk
belum dewasa adalah duduk Jawa dan Madura Jawa dan Madura Ordonan-
18 tahun (menurut Un- Ordonantie Pasal 49 dan tie Pasal 49 dan 50, Peraturan
dang-undang No. 1 Tahun 50, Peraturan Catatan Sipil Catatan Sipil keturunan Cina
1974 tentang Perkawinan keturunan Cina Ordonan- Ordonantie 20 Maret 1917-
Pasal 47; menurut Un- tie 20 Maret 1917-130 jo 130 jo 1929-81 Pasal 95 dan
dang-undang No. 3 Tahun 1929-81 Pasal 95 dan 96, 96, Untuk golongan Eropa
1997 tentang Pengadilan Untuk golongan Eropa KUH Perdata Pasal 13 dan 14),
Anak Pasal 1; menurut Un- KUH Perdata Pasal 13 dan permohonan akta kelahiran
dang-undang No 23 Tahun 14), permohonan akta ke- dan akta kematian
2002 Pasal 1 butir ke 1). lahiran dan akta kematian
2. Permohonan untuk menun-
• Permohonan pengang- • Permohonan untuk juk seorang atau beberapa
katan pengampuan bagi menunjuk seorang atau orang wasit oleh karena para
orang dewasa yang kurang beberapa orang wasit pihak tidak bisa atau tidak ber-
ingatannya atau orang de- oleh karena para pihak ti- sedia untuk menunjuk wasit
wasa yang tidak bisa men- dak bisa atau tidak berse- (Pasal 13 dan 14 UU No. 30
gurus hartanya lagi, misal- dia untuk menunjuk wasit Tahun 1999 tentang Arbitrase
nya karena pikun. (Pasal 13 dan 14 UU No. dan Alternatif Penyelesaian
30 Tahun 1999 tentang Sengketa).
• Permohonan dispensasi
Arbitrase dan Alternatif
nikah bagi pria yang be- 3.Permohonan agar ses-
Penyelesaian Sengketa).
lum mencapai umur 19 eorang dinyatakan dalam
tahun dan bagi perem- • Permohonan agar seseo- keadaan tidak hadir (Pasal 463
puan yang belum men- rang dinyatakan dalam BW) atau dinyatakan mening-
capai umur 16 tahun keadaan tidak hadir (Pasal gal dunia (Pasal 457 BW).
(Pasal 7 Undang-undang 463 BW) atau dinyatakan Permohonan agar ditetapkan
No. 1 Tahun 1974). meninggal dunia (Pas- sebagai wakil/ kuasa untuk
al 457 BW).Permohonan menjual harta warisan.
• Permohonan izin nikah
agar ditetapkan sebagai
bagi calon mempelai 4.Permohonan agar ditetap-
wakil/ kuasa untuk menjual
yang belum berumur 21 kan sebagai wakil/ kuasa un-
harta warisan.
tahun (Pasal 6 ayat (5) Un- tuk menjual harta warisan.
dang¬-undang No.1 Ta- • Permohonan agar ditetap-
hun 1974). kan sebagai wakil/ kua-
sa untuk menjual harta
• Permohonan pembatalan
warisan.
perkawinan (Pasal 25, 26
dan 27 Undang-undang
No.1 Tahun 1974).
• Permohonan pengangka-
tan anak (harus diperhati-
kan SEMA No. 6/1983).
• Permohonan untuk mem-
perbaiki kesalahan dalam
akta catatan sipil, misal-
nya apabila nama anak

63
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Gugatan Peradilan Agama

Proses Acara Gugatan Perceraian


Gugatan harus diajukan den- Permohonan perceraian dapat diajukan oleh pihak suami mau-
gan surat gugat yang ditan- pun istri, jika suami-istri itu beragama islam, maka perceraiannya
datangani oleh penggugat dilakukan di Pengadilan Agama (PA). dan jika suami -istri itu be-
atau kuasanya yang sah dan ragama selain Islam, maka perceraiannya dilakukan di penga-
ditujukan kepada Ketua Pen- dilan Negeri. Di PN hanya ada cerai gugat, baik perceraian itu
gadilan Negeri. Gugatan dis- diajukan suami maupun istri. Di Pengadilan Agama dikenal dua
ampaikan kepada Pengadilan macam perceraian, yaitu:
Negeri, kemudian akan diberi
• Cerai Talak. Jika pihak mengajukan permohonan cerai ada-
nomor dan didaftarkan dalam
lah suami
buku Register setelah peng-
gugat membayar panjar biaya • Cerai gugat, jika pihak yang mengajukan permohonan cerai
perkara, yang besarnya diten- adalah istri
tukan oleh Pengadilan Negeri
(pasal 121 HIR). Bagi Penggu-
gat yang benar-benar tidak Pendaftaran Gugatan
mampu membayar biaya per-
kara, hal mana harus dibukti-
kan dengan surat keterangan
dari Kepala Desa yang ber- Dipanggil ke Persidangan
sangkutan, dapat mengaju-
kan gugatannya secara pro-
deo. Penggugat yang tidak
bisa menulis dapat mengaju-
kan gugatannya secara lisan Mediasi
dihadapan Ketua Pengadilan
Negeri, yang akan menyuruh
mencatat gugatan tersebut
(pasal 120 HIR). Gugatan per-
data yang dapat diajukan ke Berhasil Gagal
Pengadilan Negeri
• Wanprestasi
Perkara dicabut Pembacaan gugatan,
• Hak asuh anak jawaban, replik dan
• Perceraian publik
• Waris
• Penyitaan Pembuktian
• Perlawanan
• Eksekusi
Kesimpulan
• Lelang

Akta Cerai Putusan

64
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Hal yang harus Perkara Perceraian Cerai honan ternyata ada peru-
diperhatikan dalam Talak (diajukan suami) bahan, maka perubahan
tersebut harus atas per-
perkara perceraian
Persyaratan; setujuan Termohon;
• Buatlah perjanjian bahwa
• Menyerahkan Surat Per- 4. Permohonan tersebut
telah bersepakat untuk
mohonan/Gugatan; diajukan kepada Penga-
bercerai, agar memperce-
dilan Agama/Mahkamah
pat prosesnya persidan- • Menyerahkan Foto Copy
Syari’ah:
gan dan meyakinkan ma- Kutipan/Duplikat Akta
jelis bahwa perpisahan Nikah; 5. Yang daerah hukumnya
telah disepakati oleh ke-2 meliputi tempat kediaman
• Menyerahkan Foto Copy
belah pihak. Termohon (pasal 66 ayat
KTP;
(2) UU No. 7 Th. 1989 yang
• Hindari calo-calo pem-
• Membayar Biaya Perkara telah diubah dengan UU
buatan akta cerai dengan
sesuai dengan radius; No. 3 Th. 2006);
tawaran tidak ribet dan
harga murah, karena hal • Apabila Termohon tidak 6. Bila Termohon mening-
tersebut legalitasnya ti- diketahui tempat tinggaln- galkan tempat kediaman
dak terbukti no akta cerai ya, maka menyerahkan Su- yang telah disepakati ber-
tersebut jika di cek tidak rat Keterangan dari Desa/ sama tanpa izin Pemohon,
ada di portal pengadilan Kelurahan, yang men- maka permohonan harus
erangkan Termohon tidak diajukan kepada Penga-
• Hindari tawaran-tawaran
diketahui tempat tinggal- dilan Agama/Mahkamah
yang bersedia sebagai
nya. Syari’ah yang daerah huk-
saksi palsu yang berkeli-
umnya meliputi tempat ke-
aran di sekitar pengadilan Prosedur Pengajuan Per- diaman Pemohon (pasal 66
agama untuk bersaksi kara ayat (2) UU No. 7 Th. 1989
(berlaku untuk semua per-
1. Mengajukan permohonan yang telah diubah dengan
kara di pengadilan)
secara tertulis atau lisan UU No. 3 Th. 2006);
• Perhatikan dalam men- kepada Pengadilan Ag- 7. Bila Termohon berkedia-
gajukan gugatan, jika ter- ama/Mahkamah Syari’ah man di luar negeri, maka
gugat sudah pasti tidak (pasal 118 HIR, 142 R.Bg jo. permohonan diajukan ke-
diketahui tempat tinggal- Pasal 66 UU No. 7 Th. 1989 pada Pengadilan Agama/
nya, maka dari awal draft yang telah diubah dengan Mahkamah Syari’ah yang
tersebut untuk perkara ce- UU No. 3 Th. 2006). daerah hukumnya meliputi
rai ghaib
2. Pemohon dianjurkan un- tempat kediaman Pemo-
• Karena perceraian dan hak tuk meminta petunjuk ke- hon (pasal 66 ayat(3) UU
asuh anak adalah dua hal pada Pengadilan Agama/ No. 7 Th. 1989 yang telah
yang berbeda maka tidak Mahkamah Syari’ah ten- diubah dengan UU No. 3
bisa disatukan, tapi agar tang tata cara membuat Th. 2006);
hal tersebut untuk bisa surat permohonan (pasal 8. Bila Pemohon dan Termo-
dimintakan agar hak asuh 119 HIR, 143 R.bg jo. Pasal hon bertempat kediaman
anak bisa diputus beser- 58 UU No. 7 Th. 1989 yang di luar negeri, maka per-
ta gugatan perceraian, telah diubah dengan UU mohonan diajukan kepa-
maka dalil pembuktiannya No. 3 Th. 2006); da Pengadilan Agama/
harus kuat, seperti anak
3. Surat permohonan dapat Mahkamah Syari’ah yang
tersebut telah mengala-
dirubah sepanjang tidak daerah hukumnya meliputi
mi kekerasan dan hanya
mengubah posita dan pe- tempat dilangsungkannya
bersama ibunya dia bisa
titum. Jika Termohon telah perkawinan atau kepada
merasakan rasa aman dan
menjawab surat permo- Pengadilan Agama Jakarta
nyaman .
Pusat (pasal 66 ayat (4) UU
No. 7 Th. 1989 yang telah
diubah dengan UU No. 3
65 Th. 2006);
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Permohonan tersebut 1. Pemohon mendaftarkan dilan Agama/Mahkamah


memuat : permohonan cerai talak ke Syari’ah tersebut;
Pengadilan Agama/Mah-
1. Nama, umur, pekerjaan, • Permohonan tidak diteri-
kamah Syari’ah
agama dan tempat ke- ma. Pemohon dapat men-
diaman Pemohon dan 2. Pemohon dan Termohon gajukan permohonan
Termohon; dipanggil oleh Penga- baru;
dilan Agama/Mahkamah
2. Posita (fakta kejadian dan • Apabila permohonan dik-
Syari’ah untuk menghadiri
fakta hukum); abulkan dan putusan telah
persidangan.;
memperoleh kekuatan hu-
3. Petitum (hal-hal yang 3. Tahap persidangan kum tetap, maka :
dituntut berdasarkan
posita); • Pada pemeriksaan sidang • Pengadilan Agama/Mah-
pertama, hakim berusaha kamah Syari’ah menentu-
4. Permohonan soal pengua- mendamaikan kedua be- kan hari sidang penyak-
saan anak, nafkah anak, lah pihak, dan suami istri sian ikrar talak;
nafkah istri dan harta ber- harus datang secara prib-
sama dapat diajukan ber- • Pengadilan Agama/Mah-
adi (pasal 82 UU No. 7 Th.
sama-sama dengan per- kamah Syari’ah memang-
1989 yang telah diubah
mohonan cerai talak atau gil Pemohon dan Termo-
dengan UU No. 3 Th.2006);
sesudah ikrar talak diucap- hon untuk melaksanakan
kan (pasal 66 ayat 5 UU • Apabila tidak berhasil, ikrar talak
No. 7 Th. 1989 yang telah maka hakim mewajibkan
• Jika dalam tenggang wak-
diubah dengan UU No. 3 kepada kedua belah pihak
tu 6 (enam) bulan sejak
Th. 2006); agar lebih dahulu menem-
ditetapkan sidang pen-
puh mediasai (pasal 3 ayat
5. Membayar biaya perka- yaksian ikrar talak, sua-
(1) PERMA No. 2 Th. 2003);
ra (pasal 121 HIR ayat (4), mi atau kuasanya tidak
145 ayat (4) R.Bg jo. Pas- • Apabila mediasi tidak ber- melaksanakan ikrar talak
al 89 UU No. 7 Th. 1989 hasil, maka pemeriksaan di depan sidang, maka
yang telah diubah dengan perkara dilanjutkan den- gugurlah kekuatan hukum
UU No. 3 Th. 2006), bagi gan membacakan surat penetapan tersebut dan
yang tidak mampu dapat permohonan, jawaban, perceraian tidak dapat
berperkara secara Cuma- jawab-menjawab, pem- diajukan lagi berdasarkan
Cuma (prodeo) (pasal 237 buktian dan mengajukan alasan hukum yang sama
HIR, 237 R.Bg). gugatan rekonvensi (gugat (pasal 70 ayat (6) UU No.
balik) (pasal 132a HIR, 7 Th. 1989 yang telah di-
158 R.Bg); ubah dengan UU No. 3
Th. 2006);
4. Putusan Pengadilan Ag-
ama/Mahkamah Syari’ah • Setelah ikrar talak diucap-
atas permohonan cerai tal- kan panitera berkewa-
ak sebagai berikut : jiban memberikan Akta
Cerai sebagai surat bukti
• Permohonan dikabulkan.
kepada kedua belah pi-
Apabila Pemohon tidak
hak selambat-lambatnya 7
puas dapat mengajukan
(tujuh) hari setelah pene-
banding melalui Penga-
tapan ikrar talak (pasal 84
dilan Agama/Mahkamah
ayat (4) UU No. 7 Th. 1989
Syari’ah tersebut;
yang telah diubah dengan
• Permohonan ditolak. Pem- UU No. 3 Th. 2006).
ohon dapat mengajukan
banding melalui Penga-

66
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Perkara Cerai Gugat mengubah posita dan pe- perkawinan atau kepada
titum. Jika Tergugat telah Pengadilan Agama Jakarta
(oleh istri) menjawab surat gugatan Pusat (pasal 73 ayat (3) UU
Persyaratan ternyata ada perubahan, No. 7 Th. 1989 yang telah
maka perubahan tersebut diubah dengan UU No. 3
• Menyerahkan Surat harus atas persetujuan Th. 2006);
Gugatan; Tergugat;
5. Gugatan tersebut memuat
• Menyerahkan Foto Copy 4. Gugatan tersebut diajukan
Kutipan/Duplikat Akta • Nama, umur, pekerjaan,
kepada Pengadilan Ag-
Nikah; agama dan tempat kedia-
ama/Mahkamah Syari’ah
man Penggugat dan Ter-
• Menyerahkan Foto Copy • Yang daerah hukumnya gugat;
KTP; meliputi tempat kediaman
• Posita (fakta kejadian dan
• Membayar Biaya Perkara Penggugat (pasal 73 ayat
fakta hukum);
sesuai dengan radius; (1) UU No. 7 Th. 1989 yang
telah diubah dengan UU • Petitum (hal-hal yang
• Apabila Tergugat tidak dituntut berdasarkan pos-
No. 3 Th. 2006);
diketahui tempat tinggal- ita);
nya, maka menyerahkan • Bila Penggugat mening-
Surat Keterangan dari galkan tempat kediaman
Desa/Kelurahan, yang yang telah disepakati ber-
menerangkan Tergugat sama tanpa izin Tergugat,
tidak diketahui tempat maka gugatan diajukan
tinggalnya. kepada Pengadilan Ag-
ama/Mahkamah Syari’ah
Prosedur tata cara pen- yang daerah hukumnya
gajuan perkara meliputi tempat kediaman
Langkah-langkah yang harus Tergugat (pasal 73 ayat (1)
dilakukan Penggugat (Istri) UU No. 7 Th. 1989 yang tel-
atau Kuasanya : ah diubah dengan UU No.
3 Th. 2006 jo. pasal 32 ayat
1. Mengajukan gugatan se- (2) UU No. 1 tahun 1974);
cara tertulis atau lisan ke-
pada Pengadilan Agama/ • Bila Penggugat berkedia-
Mahkamah Syari’ah (pasal man di luar negeri, maka
118 HIR, 142 R.Bg jo. Pasal gugatan diajukan kepa-
66 UU No. 7 Th. 1989 yang da Pengadilan Agama/
telah diubah dengan UU Mahkamah Syari’ah yang
No. 3 Th. 2006); daerah hukumnya melipu-
ti tempat kediaman Ter-
2. Penggugat dianjurkan un- gugat (pasal 73 ayat (2) UU
tuk meminta petunjuk ke- No. 7 Th. 1989 yang telah
pada Pengadilan Agama/ diubah dengan UU No. 3
Mahkamah Syari’ah ten- Th. 2006);
tang tata cara membuat
surat gugatan (pasal 118 • Bila Penggugat dan Ter-
HIR, 143 R.bg jo. Pasal 58 gugat bertempat kedia-
UU No. 7 Th. 1989 yang man di luar negeri, maka
telah diubah dengan UU gugatan diajukan kepa-
No. 3 Th. 2006); da Pengadilan Agama/
Mahkamah Syari’ah yang
3. Surat gugatan dapat di- daerah hukumnya meliputi
rubah sepanjang tidak tempat dilangsungkannya

67
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Aturan Lainnya

Gugatan soal pengasuhan Proses Penyelesaian Putusan Pengadilan Ag-


anak, nafkah anak, nafkah is- ama/Mahkamah Syari’ah
tri dan harta bersama dapat Perkara
atas cerai gugat talak
diajukan bersama- sama den- Tahapan Persidangan
gan gugatan perceraian atau 1. Gugatan dikabulkan.
sesudah putusan perceraian 1. Pada pemeriksaan sidang Apabila Penggugat tidak
memperoleh kekuatan hukum pertama, hakim berusaha puas dapat mengajukan
tetap (pasal 86 ayat (1) UU No. mendamaikan kedua be- banding melalui Penga-
7 Th. 1989 yang telah diubah lah pihak, dan suami istri dilan Agama/Mahkamah
dengan UU No. 3 Th. 2006); harus datang secara prib- Syari’ah tersebut;
adi (pasal 82 UU No. 7 Th.
Membayar biaya perkara (pas- 1989 yang telah diubah 2. Gugatan ditolak. Peng-
al 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) dengan UU No. 3 Th.2006); gugat dapat mengajukan
R.Bg jo. Pasal 89 UU No. 7 Th. banding melalui Penga-
1989 yang telah diubah den- 2. Apabila tidak berhasil, dilan Agama/Mahkamah
gan UU No. 3 Th. 2006), bagi maka hakim mewajibkan Syari’ah tersebut;
yang tidak mampu dapat ber- kepada kedua belah pihak
agar lebih dahulu menem- 3. Gugatan tidak diterima.
perkara secara Cuma- Cuma Penggugat dapat menga-
(prodeo) (pasal 237 HIR, puh mediasai (pasal 3 ayat
(1) PERMA No. 2 Th. 2003); jukan permohonan baru;
237 R.Bg).
3. Apabila mediasi tidak 4. Setelah putusan mem-
Penggugat dan Tergugat atau peroleh kekuatan hukum
Kuasanya menghadiri persi- berhasil, maka pemerik-
saan perkara dilanjutkan tetap maka panitera Pen-
dangan berdasarkan panggi- gadilan Agama/Mahka-
lan Pengadilan Agama/MAh- dengan membacakan
surat gugatan, jawaban, mah Syari’ah memberikan
kamah Syari’ah (pasal 121, Akta Cerai sebagai surat
jawab-menjawab, pem-
124 dan 125 HIR, 145 R.Bg bukti kepada kedua belah
buktian dan mengajukan
gugatan rekonvensi (gugat pihak selambat-lambatnya
balik) (pasal 132a HIR, 7 (tujuh) hari setelah pu-
158 R.Bg); tusan tersebut diberitahu-
kan kepada para pihak.

68
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Poligami Menyerahkan Surat


1. Menyerahkan Surat Per-
mohonan;
2. Foto copy KTP Pemohon; Foto copy KTP
Fotocopy Akta nikah
3. Foto copy Kutipan Akta
Nikah Pemohon;
4. Surat pernyataan tidak
keberatan untuk dimadu, Surat Pernyataan
yang dibuat dan ditan- Tidak Keberatan
datangani oleh Termohon
5. Surat pernyataan berlaku
adil yang dibuat dan ditan- Surat Pernyataan
datangani oleh Pemohon; berlaku Adil
6. Surat pernyataan tidak
keberatan untuk dimadu,
yang dibuat dan ditan-
datangani oleh Calon Istri Surat Pernyataan
kedua Pemohon; Tidak Keberatan
oleh calon istri kedua
7. Surat Keterangan peng-
hasilan yang dibuat dan
ditandatangani oleh Kepa-
la Desa/Bendaharawan
Surat keterangan
Gaji (jika Pemohon PEga-
Penghasilan pemohon
wai Negeri/Pegawai
Swasta);
8. Foto copy Akta Cerai yang
Foto copy akta cerai
dikeluarkan oleh Penga- apabila calon istri kedua
dilan Agama (jika Calon janda cerai
Istri Kedua janda cerai);
9. Membayar biaya perkara
sesuai dengan radius. Membayar biaya perkara
sesuai dengan radius

69
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Penutup
Kasus kekerasan terhadap perempuan semakin
meningkat setiap tahunnya, namun ini tidak
lantas membuat kasus kekerasan terhadap
perempuan dapat tertangani dengan baik.
Salah satu indikator tertangani dengan baiknya
kasus kekerasan terhadap perempuan adalah
terpenuhinya hak perlindungan dan pemulihan
korban kekerasan.
Berbagai hambatan ditemui oleh para korban
kekerasan untuk mendapatkan haknya, mulai
dari kebijakan yang tidak berpihak pada
korban hingga penanganan kasus yang tidak
berperspektif korban.
Sebagai langkah mendorong terpenuhinya
pemenuhan hak perlindungan dan pemulihan
korban maka diperlukan suatu instrumen yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam kerja-
kerja pendampingan kasus, baik dalam segi
pendampingan hukum, psikologis maupun
sosial.
Dengan mengacu pada prinsip pendampingan
berperspektif korban. Segala proses
pendampingan dilakukan berdasarkan
persetujuan dan kebutuhan klien (korban).

70
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Lampiran
Skema Pendampingan Kasus
Tahap 1 :
Peneriman Laporan
Aduan Kasus Platform aduan/ Laporan i/e : Medsos,
Teman , Hotline, dll.

Mengisi Form Aduan

Pendampingan Tahap 2 :

1. Assestmen Kebutuhan Korban


2. Assestment Psikologi
3. Membua Kronologi Kasus
4. Membuat Tim Kerja Pendampingan
5. Membuat Surat Kuasa Pendampingan

Penanganan Kasus

Menghubungi Jaringan
Jalur Ligitasi Penanganan Kasus

Jalur Non Ligitasi

71
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Formulir Pengaduan

FORMULIR PENGADUAN

No. :

Hari/Tanggal :

Penulis :

PANDUAN PENGISIAN FORMULIR PENGADUAN


Formulir hanya dapat diisi oleh staff SAMAHITA dan BUKAN pelapor.
Formulir hanya dapat dibaca oleh staff SAMAHITA dan tidak untuk disebarluaskan.
Data akan menjadi arsip rahasia SAMAHITA.
Tanda (*) harus diisi.

Teman
*Darimana Kerabat/Keluarga
mengetahui Internet/Sosmed
Media Cetak
Samahita?
Booth Samahita
Lembaga: ……………….
Lainnya: ……………….

1 *Pelapor mengadukan tindak... Pelecehan


Kekerasan
Lainnya …………………….

2 *Pelapor mengadu untuk dan/atau Diri sendiri


atas nama Orang lain (mewakili korban)

(Apabila pelapor mengadu untuk orang lain isilah data dibawah ini. Jika tidak, bisa dilewati.)
DATA PELAPOR

2.1 Nama Anonim

2.2 Tempat/Tanggal lahir

2.3 Jenis Kelamin Laki- Laki Perempuan Lainnya ………………...

2.4 Relasi dengan korban

2.5 Alamat

2.6 Kontak yang dapat dihubungi

72
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

DATA KORBAN

3 Nama Anonim

4 Tempat/Tanggal Lahir

5 *Jenis Kelamin Laki- Laki Perempuan Lainnya ………………...

6 *Umur/Perkiraan umur

7 Alamat

8 *Kontak yang dapat dihubungi


(tidak harus kontak pribadi)

9 *Bentuk pelecehan/kekerasan Verbal (dihadapi dengan kata-kata tidak nyaman, dibentak, dimarahi, dimaki, diejek)
yang dialami (tandai semua yang Mental (diancam, dipermalukan, ditekan, ditindas, dirundung/dibully)
berlaku): Fisik (disentuh tanpa izin, disakiti, dipukul, ditendang, diperkosa)
Lainnya: ……………………

10 Tempat kejadian Rumah/kos-kosan/tempat tinggal


Sekolah/kampus
Tempat kerja
Lainnya: …………………….

11 S eberapa sering terjadi? Sekali Lebih dari sekali Tidak terhitung (sering sekali)

12 KRONOLOGI KEJADIAN
(Privasi dan kenyamanan korban diprioritaskan, maka kotak ini tidak wajib diisi.
Namun sebaiknya diisi untuk kepentingan pendamping. Kronologi pun TIDAK HARUS DETAIL.)

13 K eterangan lainnya jika ada (jika


pernah melapor sebelumnya/
informasi kesehatan fisik atau
mental yang perlu diketahui, dsb)

73
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Formulir Kronologi

74
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Surat Kuasa

75
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

Referensi

Perempuan, Komnas. Bentuk kekerasan seksual: sebuah pengantar. Jakarta: Komnas Perempuan,
15.

Melisa, Rima. Kewajiban Penunjukan Pendampingan Hukum Terhadap Terdakwa Dalam Proses
Persidangan yang Ancaman Pidana Diatas 5 TAHUN (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Penga-
dilan Negeri Bireun). ETD Unsyiah, 2016.

P. Muriati, Ninik. (2019) Konseling Feminis: Relasi antar manusia bercirikan kesetaraan untuk
pemulihan korban kekerasan terhadap perempuan. Padepokan Perempuan GAIA.

https://id.safenet.or.id/wp-content/uploads/2019/11/Panduan-KBGO-v2.pdf

https://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/a8fa89c8c2171863d2eebc4750995757.pdf

http://yayasanpulih.org/2020/09/mengenal-suicidal-thought-dan-peran-terbaik-orang-dekat/

Simanjuntak, Julianto . Perlengkapan Seorang Konselor. Layanan Konseling Keluarga dan Karir
(LK3). Jakarta, 2007.

Eriyanti, Linda Dwi . Pemikiran Johan Galtung tentang Kekerasan dalam Perspektif Feminisme,
Jurnal Hubungan Internasional Vol. 6, No. 1, April-September 2017.

76
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

77
Modul Pendampingan Kasus Kekerasan Seksual

78

Anda mungkin juga menyukai