Anda di halaman 1dari 7

Verbatim Wawancara

Wawancara ke-1
Nama Subjek : YF
Hari, Tanggal : Minggu, 12 Juni 2016
Waktu : Pukul 10.50-11.50 WIB
Tempat : Kantor PondokTahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-Anak
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1 Peneliti: Mohon diceritakan bagaimana proses
menghafal Al-Qur'an di pondok ini ustadz!
Subjek: Secara umum di pondok sendiri sudah ada
patokan, yaitu satu kali menambah hafalan,
5 dua kali melancarkan deresan. Pagi, dari
Shubuh sampai jam tujuh kurang 15 menit itu
menambah hafalan baru, kalau sore untuk
melancarkan, dari mulai Ashar sampai jam
lima, dan malam juga habis Maghrib sampai
10 jam delapan 15 menit untuk melancarkan juga,
di samping metode yang baku tadi, dalam
prakteknya, biasanya itu punya banyak variasi, Ustadz Al-
setiap guru itu punya metode-metode yang Qur’an
khas mereka, jadi ada yang dirubah sekiranya membuat
15 disesuaikan dengan kemampuan anak, artinya variasi dalam
seumpama anak itu tidak terlalu fokus untuk menghafal
menambah, dirubah menjadi deresan untuk Al-Qur’an
yang paginya. (YF, W1, 11-
Peneliti: Selanjutnya bagaimana pola pengasuhan 18)
20 santri di pondok ini Ustadz? Disini kan tidak
hanya satu pihak saja yang bertanggung
jawab, mohon diceritakan!
Subjek: Jadi memang seperti apa namanya...................
keseimbangan, di sini memang banyak unsur,
25 pantauan dari atasan yang intens, dari sisi
kepengurusan di sini juga menjalankan
program-program, seperti asatidz, murobbi,
mempengaruhi karakter, pola pikir jadi
penghafal, perkembangan anak, di samping itu
30 ada wali santri.
Peneliti: Berdasarkan pengalaman antum, bagaimana
peran wali santri?
Subjek: Memang secara dhohir, riil, mereka itu Dukungan
bertemu dengan anaknya sebulan cuma orangtua (YF,
35 sekali, tapi di balik itu tetap juga punya W1, 33-38)
pengaruh dalam memotivasi, dan bantuan
secara doa, secara tidak terlihat sangat
berpengaruh, memang pengalaman saya,
mereka yang berhasil itu memang berkat
40 dukungan dan doa orangtuanya, karena
mereka sudah memaksimalkan secara ruhani,
sesuai dengan cerita-cerita mereka.
Peneliti: Ada contoh ustadz yang bisa diceritakan?
Subjek: Jadi ketika anak itu merasa susah, satu cerita
45 ya, dalam hal menghafal, biasanya itu ada Hubungan
keluhan dari wali santri, tahu-tahu biasanya batin
nelpon, ‘ustadz anak saya ada apa? saya kok orangtua-
gelisah’, kebetulan anaknya juga punya anak (YF,
masalah, suatu ketika sebaliknya juga, pas W1, 46-49)
50 anaknya on fire, menggebu-gebu, semangat,
orangtua juga kadang mengabari, istilahnya
mengabari kami ustadz-ustadznya itu dengan
nada yang berbeda, ‘semoga anak saya baik-
baik saja ustadz, alhamdulillah disini juga baik’,
55 biasanya seperti itu, jadi amat sangat berkaitan
sekali, kami sendiri pun dalam mengajar anak-
anak itu adalah mengajar orangtua dalam
bentuk mini, bagaimana kebiasaan orangtua di
rumah di situlah anak-anak mereka, barang
60 kali seperti itu, secara batin sambung dengan
anaknya, kira-kira seperti itu.
Peneliti: Orangtua ketika nyambangi ya ketemu?
Subjek: Ya... wajib, konsultasi, di samping kewajiban Konsultasi
orangtua menyambangi, nyimak anaknya sambangan
65 minimal satu juz, biar tahu perkembangan (YF, W1, 64-
anaknya, yang kedua harus 69)
mengkomunikasikan keadaan anaknya
pertama ke ustadz Al-Qur'an, ke ustadz
murobbi, dan ke wali kelas, ke guru Qur'an
70 untuk mengetahui perkembangan ngajinya, ke
ustadz murobbi untuk mengetahui
perkembangan kesehariannya, ke wali kelas
madrasah untuk mengetahui perkembangan
kegiatan belajar formalnya, memang wajib, di
75 sini diwajibkan untuk konsultasi itu, di samping
diharuskan menyimak minimal satu juz.
Peneliti: Asatidz disini memang harus full stand by?
Subjek: Stand by, jadi satu hari itu memang harus
stand by disini. Ya di samping mereka itu ya
80 secara biologis secara umum memang kangen Dukungan
dengan anaknya gak perlu dipungkiri lah, orangtua
artinya setiap orangtua mesti begitu, tapi di sisi ketika
lain memang ada maksud-maksud tertentu, sambangan
memberi motivasi tadi kepada anaknya, (YF, W1, 82-
85 memang dalam bentuk riil nyata, bagaimana 85)
penyampaian mereka, mereka kan juga libur.
Peneliti: Antara ustadz murobi dan ustadz Al-Qur'an, Kerjasama
mana yang lebih tahu tentang anak? ustadz Al-
Subjek: Saling berkesinambungan, kalau menurut Qur’an-
90 saya, soalnya begini, dilihat dari pengalaman Ustadz
saya, tanpa murobbi yang mendampingi, murobbi (YF,
otomatis dalam kegiatan tahfidh, mereka juga W1, 91-93)
terbengkalai, dalam kegiatan tahfidh misalkan Penciptaan
ada celah, bolong-bolong, banyak ijin, dalam lingkungan
95 kegiatan keseharian dia juga mentalnya (YF, W1, 96-
terpengaruhi, karena memang di sini 97)
berlomba-lomba, jadi saling, itu saling mengisi.
Peneliti: Saling mendukung satu sama lain ya ustadz…
Subjek: Jadi kadang-kadang malah misalkan, suatu Kerja sama
100 saat punya udzur yang ustadz tahfidh, jadi ustadz
ustadz murobbi pun bisa untuk menggantikan dengan
sebagai badal, dan sebaliknya sama misalkan ustadz
ustadz murobbi mempunyai hajat di rumah, murobbi (YF,
jadi, ustadz Qur'an ya, mau tidak mau, W1, 99-102)
105 momong, membangunkan, menidurkan
menyuruh dia mandi, ke masjid, ya sama
istilahnya saling...(mengisi). Keseimbanga
Peneliti: Bagaimana menjadikan santri betah? n antara
Subjek: Menghilangkan kejenuhan?...ya memang dukungan
110 teorinya itu tarik ulur, artinya tarik ulur itu, tidak dan tuntutan
semata-mata menekan tidak semata mata (YF, W1,
memberi hiburan pada anak, ya tarik ulur itu, 109-112)
ustadz biasanya dalam waktu dua bulan, tiga
bulan sudah mengetahui bagaimana karakter Mengajak
115 si anak tersebut, tapi untuk menyesuaikan santri jalan-
dengan kemampuannya tadi, kadang-kadang jalan keluar
dengan cara, misal diajak keluar, memberikan pondok (YF,
motivasi tadi, diajak ngobrol-ngobrol, itu W1, 116-120)
memberi kedekatan, misalnya di KFC, sampai
120 di KFC dia makan-makan, ngobrol-ngobrol
sampai sini dia merasa, dengan teman-
temannya merasa beda sendiri, saya diajak Memberi
gini, diajak gini, atau lagi diberi semacam sesuatu
pemberian yang memang khusus buat dia, kepada santri
125 walaupun kadang-kadang kalau dinilai kita gak (YF, W1,
berharga, tapi menurut mereka permen saja, 123-128)
ini dari ustadz lo..itu menurut mereka sangat
berharga, tapi memang ya intens seperti itu.
Peneliti: Oh...begitu ya ustadz….
130 Subjek: Jadi bagaimana caranya dia mengenal kita itu
dekat, ya istilah minimalnya lah bisa
menggantikan orangtua walaupun ya elek-
elekan..he he..
Peneliti: He..he.. terkait dengan tipe anak kan beda-
135 beda ustadz, pendiam, rame, cara
mengendalikannya bagaimana?
Subjek: Dalam tahfidh itu, seperti di awal tadi, adanya
variasi-variasi karena memang dasarnya anak- Membuat
variasi
anak itu ya beda-beda, kalau kita
dengan
140 menggunakan metode dasar yang tadi itu memperhatik
an karakter
biasanya, misalnya dalam satu kelompok
dan
belum tentu 50 persen dari mereka bisa kemampuan
mereka (YF,
mengikuti, artinya kita sendiri yang aktif
W1, 143-146)
membuat variasi-variasi, biar bagaimana
Bagi anak
145 caranya itu disesuaikan dengan karakter dan yang
kemampuan mereka itu kan, seperti tadi mengalami
kesulitan
contohnya misalkan pagi anak ini cenderung menambah
sulit menambah, dia memulai hafalan, ya hafalan di
pagi hari,
kitanya sendiri yang mempunyai cacak-cacak dicoba ketika
sore (YF,
150 (coba-coba) lah, kita jajal sore, kira-kira masuk
W1, 147-151)
ya dilanjutkan.
Peneliti: Selanjutnya ustadz, misal kalau ada yang
melanggar, hukuman apa yang diberikan?
Subjek: Ya disuruh berdiri biasanya, ya nderes sambil
155 berdiri, atau kadang disuruh jalan, kalau
ngantukan, sambil jalan ngapalinnya, ya nek
hukuman
ada banyak temannya ya main, tapi nek satu
(YF, W1,
orang, dua orang ya bisa, ya banyak, seperti
160)
misalkan sampai mengganggu temannya
160 dijewer, ya tetep ada punishment.
Dengan
Peneliti: Keseimbangan antara pujian dan hukuman mengasuh
ada ya ustadz? kelompok
santri yang
Subjek: Menurut saya ada, yang penting tidak sampai sama sejak
menciderai secara fisik dan mental. mereka kelas
satu sampai
165 Peneliti: Dalam bimbingan mengaji, anak mengaji ke kelas enam,
ustadz satu sampai seterusnya, apa subjek lebih
mengenal
positifnya? karakter anak
Subjek: Positifnya yang pertama untuk mengenal dan
meminimalka
karakter anak itu tidak berubah-berubah, jadi n adaptasi
170 misalkan kalau ustadznya diganti-ganti, dia (YF, W1,
168-173)
belajar tentang karakter anak lagi, biasanya
kan adaptasi itu, jadi meminimalisir adaptasi Semakin
lama
anak tadi, yang kedua mungkin kedekatan berinteraksi
yang sudah ada, sudah terjalin belum tentu dengan anak-
anak di
175 sama dengan, kalau misalnya dirubah, setiap kelompoknya
guru mempunyai variasi metode sendiri , kedekatan
di antara
kadang biasanya, yang dipindah itu, karena mereka juga
tidak sesuai dengan, tidak sama caranya, semakin
tampak (YF,
artinya bisa juga dengan mengulang lagi.. ya
180 kalau dari segi tahfidh memang lebih bagus W1, 173-175)
begitu..kalo disini..ya banyak pertimbangan.
Peneliti: Ada negatifnya ndak?
Subjek: Ya tetap ada...mereka misalkan kami sebagai
guru pembimbingnya itu telat memberikan apa
185 ya...ataupun terlena memberikan suatu
motivasi atau kedekatan tersebut, mereka kan
juga merespon dengan cepat, artinya...oh..gak Memiliki
enak ustadz iki...mereka juga secara..secara kedekatan
opo yo..artinya refleks dia tu merespon kita dengan santri
190 yang sudah jauh itu dan anak setelah dengan yang sudah
keadaan ustadz seperti itu, dia
akan lulus (YF,
cenderung merasa jenuh, bosan, jadi dalam W1, 198-200)
kesehariannya pun ngajinya bosan, ya kalau
kebetulan jenuh ya jenuh bener...ya itu
195 mungkin salah satunya.
Peneliti: Alumni sini, kedekatan dengan panjenengan
bagaimana?
Subjek: Ya alhamdulillah masih, bahkan kelompok
saya sendiri, bikin group sendiri, WA,
200 Facebook, sekarang sudah ada yang di Turki,
ada yang di Jogja, Pondok An-Nur, Krapyak,
ya alhamdulillah masih komunikasi sama
mereka.

Anda mungkin juga menyukai