DI SUSUN OLEH :
Kirey sita patandung
A. Definisi
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi ganas. Sel-sel tersebut dapat tumbuh lebih lanjut serta menyebar kebagian tubuh
lainnya dan menyebabkan kematian. Salah satu jenis penyakit kanker yaitu kanker payudara
menjadi jenis kanker yang sangat menakutkan bagi perempuan di seluruh dunia, juga di
Indonesia. [ CITATION Sul18 \l 1057 ]
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.[ CITATION lin13 \l 1057 ]
a. Jaringan adiposa
Sebagian besar payudara wanita terdiri dari jaringan adiposa atau yang
biasa disebut sebagai jaringan lemak. Jaringan lemak terdapat bukan hanya di
payudara, tapi di beberapa bagian tubuh lainnya. Pada payudara wanita, jumlah
lemak yang akan menentukan perbedaan ukuran payudara wanita satu dengan
lainnya.
C. Etiologi:
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara. Sebaliknya, serangkaian
factor resiko;
1. Faktor predisposisi
- gemetik,
- hormonal,
- usia, semakin tinggi usia seseorang kemungkinan terjadinya Ca mammae
semakin tinggi.
2. Faktor presipitasi
- makanan karsinogen,
- lingkungan
D. Klasifikasi
1. Kanker payudara yang paling umum terjadi
a. Ductal carcinoma in situ. Kanker ini tumbuh di duktus, dan tidak menyebar ke
jaringan sekitarnya. Jenis kanker ini termasuk kanker stadium awal dan mudah
diobati.
b. Lobular carcinoma in situ. kanker yang tumbuh di lobulus.
c. Invasive ductal carcinoma. Kanker ini tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke
jaringan sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh yang lain. Jenis
kanker ini terjadi pada 70-80% kasus kanker payudara.
d. Invasive lobular carcinoma. kanker yang tumbuh di lobulus dan bisa menyebar
ke jaringan sekitarnya. Kanker ini terjadi pada 10% kasus kanker payudara.
2. jenis kanker payudara yang jarang terjadi
2. Stadium II
Tumor kurang dari 5 cm, atau lebih kecil dengan keterlibatan nodus limfe aksilaris
yang dapat digerakkan.
3. Stadium III
a. Stadium IIIa
Tumor lebih besar dari 5 cm, atau tumor disertai dengan perbesaran nodus limfe
aksila yang terfiksasi satu sama lain atau pada jaringan di dekatnya.
b. Stadium IIIb
Lesi disertai nodulus satelit, terfiksai pada kulit atau dinding dada, ulserasi,
edema, atau dengan keterlibatan nodus supraklavikular atau intraklavikular.
4. Stadium IV
Semua tumor dengan metastasis jauh.
F. Manifestasi Klinis
5. Perubahan tekstur kulit mammae seperti dimpling, kemerahan, ulserasi,
peau’orange
6. Keluarnya cairan dari papilla baik kental/cair dalam keadaan tidak menyusui
7. Nyeri akibat penekanan saraf dan pembuluh darah.
8. Pembesaran kelenjar getah bening
9. Papilla tenggelam
10. Payudara bengkak
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara,
hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker. Mammografi atau mammogram
pemeriksaan menggunakan teknologi foto Rontgen, mammografi dapat
menunjukkan gambar jaringan payudara dengan jelas. Dengan demikian, berbagai
kelainan payudara, mulai dari kanker payudara, tumor, kista payudara sampai
penumpukan kalsium atau kalsifikasi pada jaringan payudara dapat terdeteksi.
3. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain
Ada beberapa jenis biopsi payudara berdasarkan alat yang digunakan, yaitu:
a. Biopsi aspirasi jarum halus.
Biopsi tipe ini bisa dilakukan dengan bius lokal, dan dibantu dengan
USG. Setelah diberi pembiusan, memasukkan jarum tipis ke dalam kulit untuk
mengambil sampel sel pada payudara. Aspirasi jarum halus juga dapat
digunakan untuk membedakan apakah benjolan pada payudara merupakan
jaringan padat atau kista berisi cairan.
c. Biopsi stereotaktik
Untuk melakukan biopsi payudara stereotaktik, diperlukan pencitraan
dari mammogram untuk menentukan lokasi pasti jaringan yang dicurigai pada
payudara. membuat sayatan kecil dan memasukkan jarum atau alat penyedot
khusus untuk mengangkat sampel jaringan payudara. Teknik biopsi payudara
ini biasanya dilakukan pada tipe kelainan payudara yang tidak terdeteksi saat
melakukan pemeriksaan payudara.
d. Biopsi bedah
Biopsi bedah atau biopsi eksisi adalah jenis biopsi yang dilakukan
dengan sayatan bedah. Teknik biopsi ini dilakukan setelah pasien dibius umum
di kamar operasi.
5. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor
pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
H. Penatalaksanaan
1. Reseksi bedah
Reseksi bedah tetap merupakan terapi utama karena dapat membunuh dan
membuang sel cancer. Selain itu, reseksi bedah memungkinkan evaluasi
histologist dan penentuan derajat cancer secara akurat dan menjalani terapi
tambahan.
2. Terapi Radiasi
Merupakan radiasi pergion untuk menghancurkan sel-sel kanker. Radiasi bekerja
berdasarkan prinsip bahwa sel yang paling rentang terhadap efek perusak radiasi
adalah sel-sel yang berada pada stadium 5 atau M siklus sel. Radiasi biasanya
digunakan sebagai tindakan tambahan pada pembedahan, untuk memperkecil
ukuran kanker atau untuk tujuan-tujuan paliatif.
3. Kemoterapi
Menggunakan obat-obat kemoterapi dari berbagai kelas untuk menghancurkan
sel-sel yang berada di stadium 5, M dan E awal siklus sel. Kanker tumbuh secara
cepat sehingga banyak memiliki sel-sel yang sedang bereplikasi dan membelah
dan karenanya paling rentang terhadap kemoterapi. Namun sel-sel rentang juga
terhadap efek merusak kemoterapi. Kemoterapi sering digunakan sebagai
tambahan pembedahan. Kemotarapi juga digunakan untk tujuan-tujuan paliatif.
Terapi ini biasanya menyebabkan penekanan sumsum tulang yang sebaliknya
menyebabkan kelelahan, anemia, kecendrungan pendarahan dan peningkatan
resiko infeksi.
4. Imunoterapi
Merupakan bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang memanfaatkan sifat
atau ciri utama dari system imun, spesifitas dan daya ingat. Imunoterapi dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kanker dan memungkinkan pendeteksian semua
tempat metastasis yang tersembunyi. Imunoterapi dapat merangsang system
kekebalan pejamu agar b erespon secara agresif terhadap kanker atau sel-sel
kanker dapat diserang oleh antibody yang dibuat dilaboratorium.
I. Komplikasi
Sel kanker dapat menyebar pada organ sekitar mammae serta dapat menyerang
kelenjar getah bening yang dapat menyebarkan sel kanker melalui pembuluh darah
keseluruh tubuh dan berkembang ke organ lain sehingga bermetastase jauh keorgan
tubuh lain.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
PPNI. (2018). Standar intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
https://www.academia.edu/11430465/Ca_mamae_new
Anggorowati, l. (13). FAKTOR RESIKO KANKER PAYUDARA. Jurnal kesehatan
masyarakat .
Farida, b. a., & nugroho, y. s. (2016). Klasifikasi kanker payudara menggunakan algoritma
gain ratio. jurnal teknik elektro .
Sulung, n., yananda, r., & adriani. (2018). Determinan kejadian ca mammae di poli rawat
jalan bedah RSUD DR. Achmad mochtar. jurnal endurance .
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-zesinovita-5422-2-babii.pdf.
Wiranti, t. (2018). Asuhan keperawatan pasien dengan carsinoma mammae di rumah sakit
umum daerah abdul wahab sjahranie. jurnal keperawatan .
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris
MAKASSAR
KAJIAN KEPERAWATAN
Unit : Autoanamnese :
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama : Ny. L
Umur : 60 Tahun
Jumlah anak :5
Pekerjaan : IRT
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. I
Umur : 65 Tahun
Alasan: Pasien tampak sakit berat. Klien nampak lemah dan ekspresi wajah meringis
bila nyeri timbul sekitar daerah mammae kanan menjalar ke lengan kanan dan sampai
belakang. Pasien tampak ada luka pada daerah mammae kanan, tampak daerah kulit
mammae kanan kemerahan, Nampak pengeluaran cairan disekitar luka, Nampak adanya
oadem pada lengan kanan, pasien juga mengalami penurunan berat badan dari 60 kg ke
58 kg sejak sakit. Tampak pasien berbaring, Tampak pasien terpasang infus RL 500cc
dan terpasang kateter.
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif): Composmentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik :6
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata: 4
Jumlah: 15
5. Nadi : 100x/menit
Irama : Teratur Bradikardi Takikardi
Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 37 cm
2. Tinggi badan : 161 cm
3. Berat badan : 58 kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 22,39
Kesimpulan : BB normal
D. GENOGRAM
? ? ? ?
Keterangan :
: Perempuan : Meninggal
: Klien :Serumah
5. Pemeriksaan fisik :
a) Kebersihan rambut : Tampak rambut bersih dan berwarna hitam
b) Kulit kepala : Tampak kulit kepala bersih
c) Kebersihan kulit : Tampak kulit kering dan tegang serta ada luka pada
daerah mammae
d) Higiene rongga mulut : Tamapak mulut bersih
e) Kebersihan genetalia : Tidak dikaji
f) Kebersihan anus : Tidak dikaji
3. Observasi :
Pasien tampak sering melamun dan tampak tidak terpasang ngt.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut : Tamapak bersih dan rambut berwarna hitam
b) Hidrasi kulit : Kembali dalam 3 detik
c) Palpebra/conjungtiva : Tidak edema/ Tidak anemic
d) Sclera : Tidak Icterik
e) Hidung : Tampak bersih, tidak ada secret, tidak ada polip
f) Rongga mulut : tamapak bersih, tidak berbau dan tidak ada peradang
gusi
g) Gigi : Gigi utuh dan tidak ada gigi palsu
h) Kemampuan mengunyah keras : Pasien mampu mengunyah dengan baik
i) Lidah : Tampak bersih
j) Pharing : Tidak ada peradangan
k) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
l) Kelenjar parotis : Tidak ada pemebesaran
m) Abdomen :
Inspeksi : tampak perut rata
Auskultasi : peristaltic usus
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tympani
n) Kulit :
Edema : Positif Negatif
Icterik : Positif Negatif
Tanda-tanda radang : ada tanda-tanda peradangan
o) Lesi : Tidak tampak lesi pada bagian abdomen
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit buang BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
padat dan tidak mengalami kesulitan dalam BAK serta tidak mengedan saat buang
air besar. Warna urine kuning.
3. Observasi :
Tampak pasien terpasang kateter
4. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 15x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
d) Mulut uretra :
e) Anus :
Peradangan : Tidak dikaji karena pasien menolak
Hemoroid : Tidak dikaji karena pasien menolak
Fistula : Tidak dikaji karena pasien menolak
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan setiap pagi ia mengantar anaknya ke sekolah. Beberapa hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami luka daerah sekitar mammae dan
terasa nyeri pada lengan kanan menjalar kebelakang selama kurang lebih 3 hari
lalu yang membuat aktivitas pasien terganggu.
3. Observasi :
Pasien tampak terbaring lemas di tempat tidur, sulit untuk beraktivitas
dikarenakan nyeri yang timbul. Pasien tampak meringis.
a) Aktivitas harian :
Makan :2 0 : mandiri
Mandi :2
1 : bantuan dengan alat
Pakaian :2
2 : bantuan orang
Kerapihan :2
Buang air besar :2 3 : bantuan alat dan orang
Duduk :-
Berdiri :-
b) HR : 93x/menit
c) Kulit :Teraba hangat
Keringat dingin : Tampak klien keringat dingin
Palpasi :
Vocal premitus: Getaran pada kedua paru sama
Perkusi :
Sonor Redu Pekak
Lokasi :
………………………………………………………………………… ..
Auskultasi :
Suara napas : Vsikular
Suara ucapan :-
Suara tambahan :-
g) Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak terlihat
Palpasi :
Ictus cordis : Teraba di ICS 5 midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS 2 Linea Sternalis Sinistra
Auskultasi :
Bunyi jantung II A : ICS 2 Linea Sternalis Dextra, Tunggal
Tangan 2 5
Kaki 5 5
Keterangan :
Observasi :
3. Observasi :
Tampak pasien meringis, merasa gelisa, tampak pasien keringat dingin,
terdapat benjolan daerah mammae dan nampak adanya luka pada mammae
sebelah kanan pada area ariola mammae dengan luas 5x5x4 Cm den
gan kedalaman ½ Cm, Nampak pengeluaran cairan disekitar luka.
R= Nyeri pada daerah mammae kanan menjalar sampai tangan kanan dan
bagian belakang.
S = Nyeri skala 7
T = Durasi ± 5 menit
4. Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan
Kornea : Jernih
Pupil : Isokor kanan dan kiri
Lensa mata : Jernih
Tekanan intra okuler (TIO) : Tidak ada glukoma
b) Pendengaran
Pina : Tampak simetris kiri kanan
Kanalis : Bersih
Membran timpani : Tampak utuh dan memantulkan cahaya
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai
Pasien mampu merasakan gerakan pada lengan dan tungkai.
3. Observasi :
a) Kontak mata : Ada kontak
b) Rentang perhatian : Perhatian penuh dan dapat berkomunikasih dengan
baik
c) Suara dan cara bicara : Jelas dan cara bicara
d) Postur tubuh : Pasien perlu bantuan
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada
b) Bentuk/postur tubuh : tidak dikaji
c) Kulit : ada luka daerah mammae kanan
3. Observasi :
Tampak pasien berkomunikasi dengan perawat, suami dan keluarga dengan baik
dan tampak banyak keluarga yang datang menjenguk.
3. Observasi :
Tidak dikaji karena pasien menolak
4. Pemeriksaan fisik :
Tidak dikaji karena pasien menolak
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan bila mengalami masalah pasien mampu mengontrol diri dan
selalu bercerita serta berdiskusi dengan suaminya. Pasien juga mengatakan ia
biasa mengalihkan perhatiannya dengan berkumpul bersama keluarga.
3. Observasi :.
Pasien tampak cemas dan dan sering melamun.
3. Observasi :
Tampak pasien berdoa bersama keluarga di RS dan tampak alkitab berada di atas
tempat tidur.
( )
DATA FOKUS
HR : 100 x / i
RR : 20 x / I
T : 37 C
RR : 20 x/menit
T : 37C
3 DS : Gangguan
Nyeri pada ca mammae mobilitas fisik
Klien mengatakan tidak mampu
untuk bergerak
Klien mengatakan badannya Lemas dan takut
Lemah menggerakkan badan
Klien mengatakan semua
aktifitas dilakukan diatas
tempat tidur Ketidakmampuan
DO : Mobilisas
Klien nampak lemah dan
serta tampak wajah meringis
saat ingin bergerak. Keterbatasan aktifitas
Klien nampak tidur
terlentang
Nampak klien melakukan Gangguan mobilitas fisik
aktifitas diatas tempat tidur
Nampak kebutuhan ADL
klien dipenuhi di atas tempat
tidur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO DS DO
KEPERAWATAN
HR : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37C
Ruang gagak
Hari/tgl/
Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
jam
Ruang gagak
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi pengkajian
nyeri
Evaluasi kemampuan
relaksasi
Pemberian anti nyeri
Tingkatkan istirahat
pasien.
Kamis , Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan luka
6/8/2020 berhubungan dengan nyeri secara disekitar mammae terasa
penyebab infiltrasi komprehensif, meliputi: nyeri sepeti tertusuk-tusuk.
Pkl. 19.45 lokasi, kualitas,
tumor dibuktikan
intensitas nyeri,onset
dengan tampak nyeri. O:
meringis dan 2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari nyeri. P : Nyeri daerah
mengeluh nyeri.
3. Mengajarkan teknik Q :terasa tertusuk-tusuk
non farmakologis R :mammae dextra
(relaksasi). S:5
4. Memberikan injeksi T : hilang timbul
Ketorolac 30 mg IV
5. Memonitor tanda-tanda Pasien tampak meringis
vital. menahan sakit.
6. Menganjurkan pasien
untuk istirahat. TD: 120/80 mmhg
N : 88 x/menit
R : 20x/menit
S : 37˚C
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi pengkajian
nyeri
Evaluasi kemampuan
relaksasi
Pemberian anti nyeri
Tingkatkan istirahat
pasien.
Jumat , Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan luka
berhubungan dengan nyeri secara disekitar mammae terasa
7/8/2020 komprehensif, meliputi: nyeri sepeti tertusuk-tusuk.
penyebab infiltrasi
lokasi, kualitas,
Pkl.11.00 tumor dibuktikan
intensitas nyeri,onset O :
dengan tampak nyeri.
meringis dan 2. Mengobservasi reaksi P : Nyeri daerah
mengeluh nyeri. nonverbal dari nyeri. Q :terasa tertusuk-tusuk
3. Mengajarkan teknik R : mammae dextra
non farmakologis S : 5
(relaksasi). T : hilang timbul
4. Memberikan injeksi
Ketorolac 30 mg IV Pasien tampak meringis
5. Memonitor tanda-tanda menahan sakit.
vital.
TD: 120/80 mmhg
6. Menganjurkan pasien
untuk istirahat. N : 88 x/menit
R : 20x/menit
S : 37˚C
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi pengkajian
nyeri
Evaluasi kemampuan
relaksasi
Pemberian anti nyeri
Tingkatkan istirahat
pasien.
Jumat , Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan luka
7/8/2020 berhubungan dengan nyeri secara disekitar mammae terasa
penyebab infiltrasi komprehensif, meliputi: nyeri sepeti tertusuk-tusuk.
Pkl.20.15 lokasi, kualitas,
tumor dibuktikan
intensitas nyeri,onset O :
dengan tampak nyeri.
meringis dan 2. Mengobservasi reaksi P : Nyeri daerah
mengeluh nyeri. nonverbal dari nyeri. Q :terasa tertusuk-tusuk
3. Mengajarkan teknik R : mammae dextra
non farmakologis S : 5
(relaksasi). T : hilang timbul
4. Memberikan injeksi
Ketorolac 30 mg IV Pasien tampak lebih tenang.
5. Memonitor tanda-tanda
TD: 120/80 mmhg
vital.
6. Menganjurkan pasien N : 88 x/menit
untuk istirahat. R : 20x/menit
S : 37˚C
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi pengkajian
nyeri
Evaluasi kemampuan
relaksasi
Pemberian anti nyeri
Tingkatkan istirahat
pasien.
Sabtu, Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan luka
8/8/2020 berhubungan dengan nyeri secara disekitar mammae terasa
penyebab infiltrasi komprehensif, meliputi: nyeri sepeti tertusuk-tusuk.
Pkl.10.10 lokasi, kualitas,
tumor dibuktikan
intensitas nyeri,onset O :
dengan tampak nyeri.
meringis dan 2. Mengobservasi reaksi P : Nyeri daerah
mengeluh nyeri. nonverbal dari nyeri. Q :terasa tertusuk-tusuk
3. Mengajarkan teknik R : mammae dextra
non farmakologis S : 4
(relaksasi). T : hilang timbul
4. Memberikan injeksi
Ketorolac 30 mg IV Pasien tampak lebih tenang.
5. Memonitor tanda-tanda
TD: 110/80 mmhg
vital.
6. Menganjurkan pasien N : 88 x/menit
untuk istirahat. R : 20x/menit
S : 37˚C
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi pengkajian
nyeri
Evaluasi kemampuan
relaksasi
Pemberian anti nyeri
Tingkatkan istirahat
pasien.
Ruang gagak
Hari/tgl/
Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
jam