Anda di halaman 1dari 4

Pengukuran suhu melalui oral secara tradisional di anggap sebagai cara

yang akurat dan hampir noninvasif. Termometer harus diletakan di salah satu
kantong sublingual, yang terletak di kedua sisi lidah. Satu cabang arteri karotis,
arteri sublingual terdapat di bawah kantong sublingual (Closs, 1987). Darah yang
berada di dalam pembuluh darah ini mengalir ke hipotalamus sehingga berespons
sangat cepat terhadap perubahan suhu tubuh.
Nilai normal suhu berdasarkan hasil pengukuran suhu per oral yang dapat
diterima adalah antara 35,80C dan 37,30C (Dubois, 1984). Suhu di bagian lain dari
mulut lebih rendah dari suhu di kantong sublingual. Suhu di dalam mulut dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Minum air panas dan merokok dapat
menyebabkan peningkatan suhu semu, sedangan bernapas melalui mulut, takipnea
dan minum air es dapat menimbulkan penurunan suhu semu.
a. Mengukur suhu oral
Pengertian : mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer
yang ditempatkan di mulut.
Tujuan : mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan
keperawatan dan membantumenentukan diagnosa.
Persiapan alat:
1. Termometer oral air raksa atau termometer elktrik siap pakai
2. Bengkok
3. Larutan sabun, desinfectan air bersih dalam tempatnya
4. Kertas tisu dalam tempatnya
5. Sarung tangan
6. Buku catatan dan alat tulis
b. Prosedur Pelaksanaan:
1. Mendekatkan alat ke samping klien
2. Memberitahukan klien tentang prosedur dan tujuannya
(menghilangkan ansietas)
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
(mengurangi transmisi mikroorganisme)
4. Menyuruh klien membuka mulut
5. Menempatkan termometer di bawah lidah klien dalam kantung sub
lingual lateral ke tengah rahang bawah.
(panas dari pembuluh darah superfisial di bawah lidah menghasilkan
pembacaan suhu)
6. Minta klien menahan termometer dengan bibir terkatub dan hindari
penggigitan. Bila klien tidak mampu menahan termometer dalam mulut
maka pegangi termometer.
(mempertahankan posisi termometer yang tepat. Pecahnya termometer
dapat mencederai mukosa mulut dan menyebabkan keracunan merkuri)
7. Biarkan termometer di tempat tersebut :
 termometer air raksa 2 – 3 menit
 termometer digital sampai sinyal terdengar dan petunjuk digit dapat
terbaca.
8. Keluarkan termometer dengan hati-hati
(tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyaman klien.)
9. Baca tingkat air raksa atau digitnya
10. Pembersihan termometer :
 Celupkan termometer ke dalam air sabun
 Celupkan termometer ke dalam desinfectan
 Celupkan termometer ke dalam air bersih
 Lap termometer memakai tissu dengan gerakan memutar dari atas ke
arah reservoir. Kemudian buang tissunya.
(mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan pemeriksa.
Bagian ujung termometer adalah bagian yang sedikit terkontaminasi,
area reservoir adalah area yang paling banyak terkontaminasi).
11. Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan termometer digital ke
skala awal
12. Mengembalikan termometer pada tempatnya
13. Mencuci tangan
14. Mendokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan.
c. Perhatian:
1. Untuk pengukuran oral ini, tunggu 20 – 30 menit setelah klien menelan
makanan atau cairan panas atau dingin, setelah merokok atau sehabis
kegiatan yang melelahkan
2. Untuk mencegah bahaya yang mungkin terjadi, pengukuran di mulut ini
tidak boleh dilakukan pada klien bayi atau anak, klien tak sadar atau
gelisah.
3. Sewaktu menurunkan air raksa, hendaknya termometer dalam keadaan
kering dan hindarkan menyentuh sesuatu agar tidak pecah
4. Pembacaan skala termometer harus sejajar dengan mata, putar termometer
sehingga kolom air raksa jelas terlihat. Hal ini untuk menghindari hasil
pembacaan yang salah.
d. Kelebihan dan kekurangan:
1. Kelebihan:
 Mudah dicapai dan tidak membutuhkan posisi tertentu
 Nyaman bagi klien
 Menghasilkan pengukuran suhu permukaan yang akurat
 Menggambarkan perubahan cepat dalam suhu initi
 Jalur yang terpercaya untuk mengukur suhu pada klien yang diintubasi
2. Kekurangan:
 Menyebabkan penundaan pengukuran jika klien baru saja
mengkonsumsi makanan/ minuman panas/ dingin, merokok/
menerima oksigen lewat masker atau kanul
 Tidak dapat dilakukan pada klien dengan operasi/ trauma mulut,
riwayat epilepsi/ menggigil
 Tidak dapat dilakukan pada bayi, anak-anak atau klien yang tidak
kooperatif
 Memiliki resiko terpajan terhadap cairan tubuh.

Sumber:

Potter, Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Ed 7. Jakarta: Salemba Medika


Kusyati, Eni. 2003. Keterampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar. Jakarta:
Kilat Press

Anda mungkin juga menyukai