Anda di halaman 1dari 7

Ritus Bizantium

Sejarah
Kekaisaran Byzantium
Perang Salib
Konsili Ekumenis
Skisma Akbar
Tradisi
Gereja Timur Asiria
Gereja Ortodoks Oriental
Kristen Suryani
Gereja Ortodoks Timur
Gereja Katolik Ritus Timur
Liturgi dan Ibadah
Liturgi Suci
Ikonografi
Teologi
Apofatisisme - Klausa filioque
Miafisitisme - Monofisitisme
Nestorianisme - Panenteisme
Teosis

Ritus Bizantium, kadang-kadang disebut Ritus Konstantinopel atau Ritus


Konstantinopolitan, adalah ritus liturgi yang kini digunakan (dalam pelbagai bahasa) oleh semua
Gereja Ortodoks Timur dan Gereja-Gereja Katolik-Yunani (Gereja-Gereja Katolik Timur yang
menggunakan ritus Bizantium). Ritus ini berkembang di kota Konstantinopel (sekarang
Istanbul), yang sebelumnya bernanya Bizantium. Ritus ini adalah ritus liturgi terbesar kedua
dalam dunia Kristen, dan ritus liturgi terbanyak kedua yang digunakan di seluruh dunia sesudah
Ritus Romawi.

Ritus Bizantium terdiri atas Liturgi-Liturgi Suci, Ibadat Harian, bentuk-bentuk pelayanan
Misteri Suci (sakramen), doa, pemberkatan, dan eksorsisme, yang berkembang dalam Gereja di
Konstantinopel. Termasuk juga gaya arsitektur, ikon, musik liturgi, vestimentum, dan tradisi
yang berkembang selama berabad-abad dalam praktik ritus ini.

Beberapa karakteristik yang membedakan Ritus Konstantinopolitan dari Ritus Romawi


adalah penggunaan roti beragi untuk Ekaristi (lihat azimos), imam yang menikah di paroki-
paroki (lihat selibat), peran penting bagi diakon dalam peribadatan, dan mementingkan
monastisisme. Tidak seperti kebanyakan Gereja Barat, mayoritas ibadat-ibadat umat Kristiani
Timur dilantunkan bukan didaraskan. Seturut tradisi, umat tetap berdiri selama ibadat
berlangsung, dan sebuah ikonostasis berdiri sebagai sekat pemisah antara ruang suci dan seluruh
bagian lain gedung Gereja. Umat sangat aktif dalam ibadat, mereka kerap membungkuk dan
bersujud, dan leluasa berpindah tempat dalam gedung Gereja selama ibadat berlangsung.

Kitab Suci berperan penting dalam peribadatan Bizantium, bukan saja ada bacaan-bacaan
harian melainkan juga terdapat banyak kutipan dari Alkitab selama ibadat berlangsung. Seluruh
Psalterium dilantunkan tiap pekan, dan dua kali sepekan selama Puasa Besar.

Aturan-aturan berpuasa lebih ketat daripada di Barat. Pada hari-hari puasa, umat tidak
saja berpantang daging, tetapi juga berpantang telur, dan susu serta hasil-hasil olahannya. Pada
banyak hari puasa mereka juga berpantang ikan, anggur dan minyak untuk memasak. Ritus
Konstantiopel menjalankan empat masa puasa: Puasa Besar, Puasa Natal, Puasa Para Rasul, dan
Puasa Dormisi. Selain itu, hampir setiap hari Rabu dan Jumat selama setahun merupakan hari-
hari puasa. Banyak biara juga menjadikan hari Minggu sebagai hari puasa.

Daftar isi

 1 Sejarah
 2 Ibadat harian
 3 Kalender
 4 Daftar Gereja-Gereja dari tradisi liturgi Bizantium
o 4.1 Gereja-Gereja Ortodoks Timur
o 4.2 Gereja-Gereja Katolik-Yunani
 5 Referensi
 6 Daftar pustaka
 7 Lihat pula
 8 Pranala luar

Sejarah

Ada dua tradisi liturgi purba yang menjadi sumber semua Ritus Timur (serta Ritus Galika
di Barat), yaitu Ritus Aleksandria di Mesir dan Ritus Antiokhia di Suriah. Kedua ritus ini
bersumber langsung dari tata cara peribadatan Gereja Purba. Ritus Konstantinopel sendiri
bersumber dari Ritus Antiokhia. Sebelum keuskupan Konstantinopel ditingkatkan menjadi
Patriarkat oleh Konsili Konstantinopel Pertama pada 381, yurisdiksi tertinggi di Asia Kecil
adalah Patriarkat Antiokhia. Setelah konsili tersebut mengangkat Keuskupan Konstantinopel ke
jenjang primasi di Timur, dengan kalimat "Uskup Konstantinopel ... akan memiliki prerogatif
kehormatan setelah Uskup Roma; karena Konstantinopel adalah Roma Baru",[1] Ritus
Konstantinopolitan lama-kelamaan menjadi standar tata cara peribadatan di semua tempat yang
berada di bawah yurisdiksinya.
Fresko Basil Agung di katedral Ohrid. Santo ini digambarkan sedang mengkonsekrasi
persembahan dalam Liturgi Suci yang dinamakan menurut namanya.

Tradisi Gereja Konstantinopel menisbatkan Liturgi Suci tertua dari dua Liturgi Suci
utamanya pada St. Basil Agung (wafat 379), Metropolitan Kaisarea di Kapadokia. Penisbatan ini
dikukuhkan oleh kesaksian para penulis kuna yang beberapa di antaranya sezaman dengan St.
Basil Agung.[2][3][4] Yang pasti adalah bahwa St. Basil mereformasi liturgi Gerejanya, dan bahwa
tata peribadatan Bizantium yang dinamai menurut namanya itu mencerminkan liturgi yang telah
direformasinya pada bagian-bagian utama, meskipun telah banyak dimodifikasi sejak masa
zamannya.[5] St. Basil sendiri pada beberapa kesempatan berbicara mengenai perubahan-
perubahan yang dibuatnya dalam tata peribadatan Kaisarea, [6][7] dan kesaksian-kesaksian lain dari
orang-orang sezamannya meneguhkan hal itu. Tujuan Basil adalah menjadikan ibadat terasa
mengalir sehingga lebih kohesif dan menarik bagi umat beriman. Dia juga berupaya mereformasi
para rohaniwan dan memperbaiki moral hidup umat Kristiani. Dia mempersingkat ibadat-ibadat
dan menyusun sejumlah doa. Karya terpenting yang dinisbatkan padanya adalah Liturgi Suci St.
Basil. Dasarnya adalah Liturgi St. Yakobus yang dirayakan di wilayah Kapadokia semasa
hidupnya, juga beberapa unsur liturgi yang termaktub dalam Konstitusi-Konstitusi Apostolik.[5]
Seiring berlalunya waktu, Liturgi Santo Basil makin meluas penggunaannya di Asia Kecil dan
Suriah. Petrus Diakon mencatat bahwa Liturgi Basil "digunakan di hampir seluruh daerah
Timur".[5]

Karya liturgi Santo Basil dilanjutkan oleh Yohanes Krisostomus (wafat ± 407), Patriark
Konstantinopel. Dia menyusun doa-doa baru (dan lebih singkat) untuk Liturgi Suci, serta doa-
doa lain. Liturgi Suci St. Yohanes Krisostomus adalah bentuk umum dari liturgi yang digunakan
dalam Ritus Konstantinopolitan, dan khotbah-khotbah pengajarannya menjadi bagian penting
dalam Vigil Paskah Bizantium.

Liturgi terus berkembang, terutama di Konstantinopel dan Gunung Athos. Monastisisme


berperan penting dalam perkembangan ritual tersebut. Di Konstantinopel, karya biara rahib-rahib
Studion sangat memperkaya tradisi liturgi, khususnya yang terkait dengan pelaksanaan Puasa.
Ikonografi terus berkembang sehingga terbit sebuah kanon mengenai pola-pola ikon tradisional
yang masih memengaruhi seni rupa religius Timur sampai hari ini.

Berkembang pula dua tradisi yang berbeda: "Ritus Katedral", yang mendapat pengaruh
kuat dari ritual istana Bizantium dan pertemuannya dengan liturgi di Gereja Agung Hagia Sophia
di Konstantinopel, serta "Ritus Biara" yang bertumbuh dalam biara-biara besar di Timur. Pada
akhirnya kedua tradisi berbeda ini berbaur dan menyatu menjadi ibadat-ibadat seperti yang ada
saat ini.

Peristiwa-peristiwa bersejarah juga memengaruhi perkembangan liturgi. Kontroversi-


kontroversi hebat seputar Kristologi dan Trinitas menjelang abad pertengahan dicerminkan
dalam puji-pujian kepada Tritunggal Maha Kudus dalam banyak ekfonesis yang dilantunkan
sepanjang peribadatan. Sebagai tanggapan atas serangan Nestorius terhadap pemberian gelar
Theotokos kepada Santa Perawan Maria, umat Bizantium memperbanyak penggunaan istilah
tersebut dalam liturgi, sehingga saat ini hampir semua kidung diakhiri dengan satu bait pujian
kepada Sang Theotokos, yang disebut Theotokion.

Perlu diketahui bahwa baik Liturgi Basil maupun Liturgi Yohanes Krisostomus yang
dikenal saat ini, tidak sama persis dengan Liturgi yang dirayakan semasa hidup mereka. Semua
ritus liturgi berubah dan berkembang dari masa ke masa. Saat orang-orang kudus baru
dimuliakan (dikanonisasi), diciptakanlah kidung-kidung pujian baru; saat muncul kebutuhan-
kebutuhan baru, disusunlah doa-doa baru. Ritus Bizantium menjadi kaya karena fakta bahwa
Kristianitas Timur tidak terlalu tersentralisasi seperti Kristianitas Barat. Keadaan ini
mengizinkan timbulnya banyak variasi, dan tatkala warga-warga Gereja yang satu berkunjung ke
Gereja yang lain, terjadilah pertukaran budaya secara alami yang memperkaya kedua belah
pihak. Meskipun sangat menitikberatkan tradisi, Ritus Bizantium merupakan sebuah ritus yang
terus-menerus tumbuh dan berkembang, sambil memberi ruang bagi tata cara peribadatan lokal.

Ibadat harian

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ibadat Harian

Dalam Ritus Bizantium, ibadat harian dilantunkan. Ibadat tersebut memperlihatkan


pengaruh peribadatan Bait Allah di Yerusalem, puisi klasik, Himnografi Bizantium, spiritualitas
monastik, dan ritual kalangan istana kekaisaran, yang diserapnya dalam perkembangannya
selama berabad-abad. Banyaknya jumlah ibadat dan naskah liturgi yang digunakan menjadikan
Ritus Bizantium sebagai salah satu tradisi liturgi terkaya dalam Agama Kristen.

Satu siklus ibadat harian terdiri atas:

 Vesper (dilantunkan saat matahari terbenam, yakni saat bermulanya satu hari liturgi,
mengikuti tradisi Yahudi kuna)
 Completorium (ibadat terakhir menjelang tidur)
 Ibadat Tengah Malam (ibadat biara yang dilantunkan pada tengah malam, atau dini hari)
 Matin (ibadat pagi-dan terpanjang—yang menurut tradisi berakhir saat matahari terbit)
 Prima (dilantunkan saat matahari terbit)
 Tertia (dilantunkan pada jam ketiga—sekitar pukul 9:00 pagi)
 Sexta (dilantunkan pada tengah hari)
 Nona (dilantunkan pada jam kesembilan—sekitar pukul 3:00 petang)

Liturgi Suci tidak termasuk dalam ibadat harian karena dianggap berada di luar waktu.

Pada hari-hari besar dalam Tahun Liturgi serta hari-hari peringatan orang kudus tertentu
(dan pada tiap Sabtu malam dalam tradisi Slavia) diadakan ibadat khusyuk yang disebut Vigil
Semalaman, yang menggabungkan Vesper, Matin, dan Prima beberapa tambahan khusus
menjadi satu ibadat yang panjang.

Semua ibadat tersebut merupakan ibadat berjamaah. Selain ibadat harian, terdapat pula doa-doa
pagi dan doa-doa malam, sejumlah ibadat devosi, seperti Akatis, Kanon, Moleben, Panikida, dan
lain-lain, yang merupakan ibadat perorangan yang dilakukan secara pribadi atau dilaksanakan
untuk satu orang atau satu kelompok, bukannya untuk seluruh Gereja setempat. Doa pribadi yang
terpenting adalah Doa Yesus (Doa Hati) beserta seluruh tradisi Hesikastis yang timbul darinya.

Kalender

Siklus-tetap dari tahun liturgi dimulai pada 1 September. Ada pula siklus-bergerak
(Siklus Paskah) yang ditetapkan sesuai penentuan tanggal Paskah, yakni hari terpenting dalam
setahun. Silang-menyilang antara dua siklus ini, diimbuhi beberapa siklus yang lebih kecil
memengaruhi tata-cara peribadatan dari hari ke hari sepanjang satu tahun.

Menurut tradisi, Gereja-Gereja Ortodoks Timur dan Katolik Bizantium mempergunakan


Kalender Julian dalam perhitungan tanggal-tanggal hari raya mereka. Sejak 1924 Patriarkat
Konstantinopel melakukan penyesuaian pada tahun liturginya guna menyelaraskan siklus
tetapnya dengan Kalender Gregorian yang moderen. Akan tetapi siklus Paskah tetap dihitung
berdasarkan Kalender Julian. Kalender penyesuaian ini dikenal sebagai Kalender Julian Revisi.
Tindakan Konstantinopel diteladani oleh Gereja Yunani serta sejumlah Gereja otokefalus. Kini
beberapa Gereja terus mengikuti Kalender Julian sementara yang lain mengikuti Kalender Julian
Revisi. Hanya Gereja Ortodoks Finlandia yang telah mengadopsi perhitungan Paskah ala
Barat(lihat computus); semua Gereja Ortodoks lainnya, dan sejumlah Gereja Katolik Timur
merayakan Paskah pada waktu yang sama, seturut aturan kuna.

Daftar Gereja-Gereja dari tradisi liturgi Bizantium

Gereja-Gereja Ortodoks Timur


Katedral Ortodoks Rusia Tritunggal Maha Kudus, Chicago.
Hanya Gereja-Gereja otokefalus (swa-kepala) yang terdaftar; Gereja-Gereja otonom
dianggap berada di bawah Gereja induk mereka. Gereja-Gereja yang mengikuti
Kalender Julian secara ekslusif ditandai dengan *, yang tidak sepenuhnya mengikuti
Kalender Julian ditandai dengan (*).

 Patriarkat Ekumenis(*)
 Gereja Ortodoks Aleksandria
 Gereja Ortodoks Yunani Antiokhia
 Gereja Ortodoks Yunani Yerusalem*
 Gereja Ortodoks Rusia*
 Gereja Ortodoks Serbia*
 Gereja Ortodoks Rumania
 Gereja Ortodoks Bulgaria
 Gereja Ortodoks Georgia*
 Gereja Ortodoks Siprus
 Gereja Yunani
 Gereja Ortodoks Albania
 Gereja Ortodoks Polandia
 Gereja Ortodoks Ceko dan Slowakia
 Gereja Ortodoks di Amerika(*)

Gereja-Gereja Katolik-Yunani

Gereja-Gereja partikular ini dipandang sebagai Gereja-Gereja sui iuris (otonom) dalam
persekutuan penuh dengan Tahta Suci
 Gereja Katolik Yunani Albania
 Gereja Katolik Yunani Belarusia
 Gereja Katolik Yunani Bulgaria
 Gereja Katolik Yunani Kroasia
 Gereja Katolik Bizantium Yunani
 Gereja Katolik Yunani Melkit
 Gereja Katolik Yunani Hungaria
 Gereja Katolik Italo-Yunani
 Gereja Katolik Yunani Makedonia
 Gereja Rumania Bersatu dengan Roma, Katolik-Yunani
 Gereja Katolik Rusia
 Gereja Katolik Ruthenia
 Gereja Katolik Yunani Slowakia
 Gereja Katolik Yunani Ukraina

Referensi

1. ^ Konsili Konstantinopel Pertama, Kanon III


2. ^ Gregorius Nazianzus (wafat 390), "euchon diataxis -- Orasi XX", in Jacques
Paul Migne, Patrologia Graecae, XXXV, 761, Paris: Imprimerie Catholique
3. ^ Gregorius dari Nisa (wafat ± 395), "Hierourgia, In laudem fr. Bas.", in Jacques
Paul Migne, Patrologia Graecae, XLVI, 808, Paris: Imprimerie Catholique
4. ^ Proklus dari Konstantinopel (wafat 446), "De traditione divinæ Missæ", in
Jacques Paul Migne, Patrologia Graecae, XLV, 849, Paris: Imprimerie Catholique
5. ^ a b c Fortescue, Adrian (1908), "The Rite of Constantinople", The Catholic
Encyclopedia IV, New York: Robert Appleton Company, diakses 2007-12-15
6. ^ Basil dari Kaisarea, "Epistola CVII", in Jacques Paul Migne, Patrologia
Graecae, XXXII, 763, Paris: Imprimerie Catholique
7. ^ Basil dari Kaisarea, "Orasi XX", in Jacques Paul Migne, Patrologia Graecae,
XXXV, 761, Paris: Imprimerie Catholique

Daftar pustaka

 Robert F. Taft, The Byzantine Rite. A Short History. Liturgical Press, Collegeville 1992,
ISBN 0-8146-2163-5
 Hugh Wybrew, The Orthodox Liturgy. The Development of the Eucharistic Liturgy in the
Byzantine Rite, SPCK, London 1989, ISBN 0-281-04416-3
 Hans-Joachim Schulz, Die byzantinische Liturgie : Glaubenszeugnis und Symbolgestalt,
3., völlig überarb. und aktualisierte Aufl. Paulinus, Trier 2000, ISBN 3-7902-1405-1
 Robert A. Taft, A History of the Liturgy of St John Chrysostom, Pontificio Istituto
Orientale, Roma 1978-2008 (6 jilid).

Anda mungkin juga menyukai