Anda di halaman 1dari 32

MISTERI ULAR SUCI TANAH LOT

KARYA TULIS
Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Ujian Madrasah Tahun Belajaran

Disusun Oleh :
Nama : Faizun Ulur Rosyad
NIS : 131233210060190023
Kelas : XI IPS

MADRASAH ALIYAH ROUDLOTUL MUTTAQIN


2020-2021
i
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan telah diselesaikan rencana kegiatan Ziarah dan Study Tour 2020 yang
saya laksanakan maka dengan ini saya :

NAMA : Faizun Ulur Rosyad

NISM : 131233210060190023

KELAS : XI IPS

Telah menyelesaikan laporan kegiatan saya selama di Bali

Mranggen, 4 Februari 2021

Mengetahui,
Guru Pembimbing Laporan

Muntohar s.pd
NIK.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kenikmatan berupa

rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Pelaksanaan Kegiatan Ziarah dan Study Tour di Bali.

Penyusunan laporan pelaksanaan ini berdasarkan hasil rencana kegiatan

Kegiatan Ziarah dan Study Tour di Bali. Laporan kegiatan ini berhasil disusun

berdasarkan kerja sama yang baik antara peserta Ziarah dan Study Tour, dengan

berbagai pihak, mulai dari Guru, siswa, tour guide, serta crew Syifa Purta Abadi.

Oleh karena itu, karena itu dalam kesempatan ini penyusunan menyampaikan

terima kasih kepada :

1. H. Ahmad Habib selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliah Roudlotul

Muttaqin Mranggen.

2. Panitia pelaksana Ziarah dan Study Tour Tahun 2020 Madrasah Aliah

Roudlotul Muttaqin Mranggen.

3. Bapak Muntoha , S.Pd., selaku dosen pembimbing laporan karya tulis.

4. Orang tua yang selalu menjadi anggota dalam mendukung laporan ini.

5. Segenap rekan-rekan Ziarah dan Study Tour di Bali 2020.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam

penulisan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Ziarah dan Study Tour ini. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaikinya. Semoga

Laporan Kegiatan Ziarah dan Study Tour ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mranggen, 27 Desember 2020

Faizun Ulur Rosyad


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Bali merupakan kota pariwisata di Indonesia yang menarik

untuk dikunjungi para wisatawan, baik turis asing maupun turis domestik.

Bali terkenal akan keindahan pantai dan lautnya. Oleh karena itu, sebagian

besar orang memilih pulau ini untuk dijadikan tujuan utama dalam

berlibur. Tidak hanya itu, pulau yang dijuluki kota seribu pura ini pun

dapat juga digunakan sebagai sarana belajar. Karena di Pulau ini banyak

sekali tempat-tempat wisata yang memiliki sejarah yang cukup menarik

untuk dipelajari. Proses pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di

dalam kelas saja, tetapi kita dapat juga memanfaatkan tempat-tempat yang

menarik untuk berlibur sebagai sarana rekreasi dan belajar. Kami memilih

Pulau Bali sebagai tujuan utama wisata ilmiah kami, karena keindahan

pulau Bali yang dinilai eksotis oleh banyak wisatawan dan karena Pulau

Bali terdapat banyak tempat wisata yang memiliki cerita sejarah yang

cukup tinggi dan patut dijadikan tempat pembelajaran ilmiah bagi para

siswa. Pulau Bali sendiripun merupakan pulau dengan sejuta pesona

keindahan alamnya, Salah satu tempat wisata di Bali yang kami jadikan

bahan ilmiah bagi pembelajaran adalah Tanah Lot, Tanah Lot merupakan

tempat wisata yang sangat difavoritkan oleh para pengunjung karena


Tanah Lot dinilai sebagai tempat wisata yang memiliki keindahan alam

tersendiri dan berbagai daya tarik yang ada, salah satunya yaitu mitologi

mengenai ular sucinya. Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti

karakteristik serta keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus)

sehingga menjadi daya tarik di Tanah Lot Bali.

B. Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik dari ular suci (Bungarus candidus)?

2. Mengapa masyarakat Bali menganggap Ular Bungarus candidus

sebagai ular suci?

3. Apa yang menyebabkan ular suci (Bungarus candidus) mampu menjadi

daya tarik wisatawan di Tanah Lot Bali?

C. Tujuan Penelitia

1. Mengetahui lebih dalam mengenai ciri-ciri dan karakteristik ular suci

(Bungarus candidus)

2. Mengetahui timbulnya istilah ular suci (Bungarus candidus) bagi

masyarakat Bali

3. Mengetahui keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus) sehinga

dapat menjadi daya tarik dari wisatawan di Tanah Lot Bali

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini:

1. Penulis Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Pulau Bali ,

budaya dan kepercayaannya.


2. Terutama mengenai misteri ular suci (Bungarus candidus) di Tanah

Lot Bali.

3. Sekolah Untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada

Madrasah Aliah Roudlotul Muttaqin Mranggen mengenai ular suci

(Bungarus candidus) di Tanah Lot Bali.

4. Masyarakat Memberikan informasi lebih dalam tentang ciri – ciri,

karakteristik, dan daya tarik ular suci (Bungarus candidus) di Tanah

Lot Bali
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Ular

a. Pengertian

Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh

panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama

digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata).

Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki,

memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat

dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak

berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi

kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.

b. Macam-macam ular

Ular ada yang berbisa karena memiliki venom,

namun banyak pula yang tidak, dari kebanyakan ular yang

berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi

manusia. Umumnya, ular berusaha menghindar bila

bertemu manusia. Ular-ular yang berbisa kebanyakan

termasuk suku Colubridae, tetapi bisanya pada umumnya

memiliki kadar venom yang lemah. Ular-ular yang berbisa


kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu

suku Elapidae seperti ular sendok, ular belang, dan ular

cabai. Kemudian yang termasuk dalam suku Hydrophiidae

seperti ular laut, dan Viperidae seperti ular tanah, ular

bangkai laut dan ular bandotan.

Secara umum terdapat beberapa jenis ular, antara lain :

1) Suku Typhlopidae

Contoh : Ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)

2) Suku Cylindrophiidae

Contoh : Ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)

3) Suku Pythonidae

Contoh : Ular sanca kembang (Python reticulatus)

4) Suku Acrochordidae

Contoh : Ular karung (Acrochordus javanicus)

5) Suku Xenopeltidae

Contoh : Ular pelangi (Xenopeltis unicolor)

6) Suku Colubridae

Contoh : Ular-air pelangi (Enhydris enhydris)

7) Suku Elapidae

Contoh :

a. Ular cabai (Maticora intestinalis)

b. Ular weling (Bungarus candidus)

c. Ular sendok (Naja spp.)


d. Ular anang (Ophiophagus hannah)

8) Suku Viperidae

Contoh : Ular bandotan (Vipera russelli)

c. Ular Weling

ular weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular

berbisa dari suku Elapidae , menyebar di Asia Tenggara

hingga ke Jawa dan Bali. Di beberapa tempat dikenal

sebagai ular belang, nama yang juga disematkan bagi ular

welang (B. fasciatus). (Supriatna, 1981)

Ular warakas dari daerah Cirebon-Indramayu dan

sekitarnya adalah bentuk hitam (melanistik) dari weling.

Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Blue krait atau

Malayan krait. Ular yang ramping dan tidak seberapa

panjang; dari kepala hingga ekor sekitar 100 cm, dengan

panjang maksimal sekitar 155 cm. (Supriatna, 1981)

Sisi dorsal (punggung) berbelang hitam dan putih,

terdapat sekitar 30-an belang hitam dari kepala hingga ke

ekor. Biasanya terdapat noktah-noktah kehitaman atau

kecoklatan pada bagian putihnya. Belang yang pertama

paling lebar, mencakup pula kepalanya yang berwarna

hitam, dan lebih lebar daripada belang putihnya. Semakin

ke belakang, belang hitamnya semakin sempit dan semakin

seimbang, sebanding atau lebih sempit dari putihnya.


Warna hitamnya terkadang agak kecoklatan atau kebiruan,

dan putihnya terkadang agak kekuningan. Sisi ventral

(perut) berwarna putih seluruhnya atau sedikit kekuningan.

Ular yang masih kecil tanpa noktah-noktah kehitaman di

bagian putihnya, dan memiliki corak lekukan putih di

sekitar leher dan tengkuknya.

Ular ini ditemukan di dataran rendah hingga

wilayah berbukit dan bergunung hingga elevasi 1.200 m

dpl. Weling hidup di hutan- hutan dataran rendah yang

lembab atau kering, hutan pegunungan, hutan mangrove,

semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan di sekitar

permukiman. Umumnya jenis ini didapati di tempat yang

relatif terbuka, seringkali di dekat air, namun juga di

bagian yang kering. Ular weling bersifat terestrial, hidup di

atas tanah, dan umumnya nokturnal,baru keluar setelah

gelap dari lubang-lubang persembunyiannya, atau dari

bawah tumpukan kayu, batu, atau vegetasi yang rapat. Di

siang hari ular ini cenderung lamban dan penakut.Bila

diganggu, weling acap berupaya menyembunyikan

kepalanya di bawah gulungan badannya.Mangsa utamanya

adalah jenis ular lainnya; di samping itu juga memburu

kadal dan katak. Weling bersifat ovipar, bertelur sekitar 10

butir setiap kalinya.


Biasanya ular weling bersifat mematikan dan

menimbulkan gejala sebagaimana bisa ular Elapidae pada

umumnya, kecuali kobra. Sifat utamanya adalah racun

saraf (neurotoxic), yang dapat berakibat rusaknya jaringan

saraf dan membawa kelumpuhan. Gigitan kobra yang

mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit yang

sangat dan pembengkakan di sekitar luka, meskipun

kadang- kadang gejala ini tidak muncul. Di pihak lain

gigitan weling tidak demikian, yakni cenderung tidak

menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di lokasi luka,

namun dapat berakibat fatal. (Supriatna, 1981)

Bila bisa –melalui gigitan ular– masuk dalam

jumlah cukup besar ke dalam tubuh, beberapa waktu

kemudian akan timbul gejala-gejala keracunan yang khas.

Untuk ular-ular Elapidae, gejala ini misalnya adalah

kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan

belakangan, kesulitan untuk bernafas; serta pada akhirnya

kegagalan kerja jantung. Rata-rata selang waktu antara

masuknya bisa melalui luka hingga tibanya kematian,

untuk kasus gigitan Elapidae, berkisar antara 5 hingga 20

jam

2. Daya Tarik Wisata


Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari

obyek wisata. Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan

sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

kunjungan wisatawan. Dari pengertian diatas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala

sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang

tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah

tertentu

3. Tanah Lot Bali

a. Sejarah Pura Tanah Lot

Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau

Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah

Tingkat II Tabanan, yang sejarahnya erat kaitannya dengan

perjalanan Danghyang Nirartha di Pulau Bali. Disini

Danghyang Nirartha pernah menginap satu malam dalam

perjalanannya menuju daerah Badung dan kemudian

ditempat inilah oleh orang-orang yang pernah menghadap

kepada Danghyang Nirartha dibangun bangunan suci (Pura

atau Kahyangan) sebagai tempat memuliakan dan memuja


Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) untuk

memohon kemakmuran dan kesejahteraan.

Pura atau Kahyangan ini diberi nama “Pura

Pekendungan” yang sekarang lebih dikenal dengan “ Pura

Tanah Lot” sebagai salah satu penyungsungan jagat.

Bagaimana ikwal perjalanan Danghyang Nirartha tatkala

berkeliling di Pulau Bali dan sampai ditempat ini,

sebagaimana tertulis dalam babad Dwijendra Tatwa yang

secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut

Pada suatu waktu Danghyang Niratha datang

kembali ke Pura Rambut Siwi di dalam perjalanan beliau

kelilling pulau Bali, dimana dahulu tatkala beliau baru tiba

di Bali dari Brambangan (Blambangan) pada sekitar tahun

icaka 1411 atau tahun 1489 M beliau pernah singgah di

tempat ini. Setelah berada di Pura Rambut Siwi untuk

beberapa lama, kemudian beliau melanjutkan

perjalanannya menunju arah Purwa (Timur) dan sebelum

berangkat paginya Danghyang Niratha melakukan

sembahyang “Surya Cewana” bersama orang-orang yang

ada disana. Sesudah menyiratkan (memercikkan ) tirtha

terhadap orang orang yang ikut melakukan

persembahyangan , lalu Danghyang Nirartha keluar dari

Pura Rambut Siwi berjalan menuju arah ke Timur.


Perjalanan beliau ini menyusuri pantai Selatan pulau

Bali dengan diiring oleh beberapa orang yang teraut cinta

bhaktinya kepada Danghyang Nirartha. Dalam perjalannya

ini Danghyang Nirartha dapat menyaksikan bagaimana

deburan ombak laut menerpa pantai menambah keindahan

alam yang sangat mengasyikkan. Terbayang oleh beliau

bagaimana kebesaran Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan

Yang Maha Esa ) yang telah menciptakan alam semesta

dengan segala isinya yang dapat membrikan kehidupan

bagi manusia. Karena asyik memperhatikan dan

memandang keindahan alam dengan segala isinya, sampai

– sampai Dangyang Nirartha tidak merasakan kelelahan

didalam perjalanannya. Sebagaimana biasanya di dalam

perjalanan Danghyang Nirartha senantiasa membawa

lontar dan pengrupak (pisau raut untuk menulis pada daun

lontar) sehingga apa-apa yang diangap penting baik yang

dilihat maupun yang dirasakan kemudian disusun dalam

bentuk kekawain atau gubahan lainnya.

Demikian pula mengenai perjalanannya dari Pura

Rambut Siwi ini, sehingga karena asyiknya beliau

memperhatikan serta memandang dan memikirkan segala

sesuatu yang dipandang penting dan akan digubah, tahu-


tahu Danghyang Niratha sudah sampai pada suatu tempat

di pantai Selatan dipantai Selatan pulau Bali.

Di pantai ini terdapat sebuah pulau kecil yang terdiri

dari tanah parangan (tanah keras) dan disinilah Danghyang

Nirartha berhenti dan beristirahat. Tidak antara lama

Dangyang Nirartha beristirahat disana, maka berdatangan

kesana para nelayan untuk menghadap kepada Danghyang

Nirartha sambil membawa berbagai persembahan untuk

diaturkan kepada beliau. Kemudian setelah sore hari, para

nelayan tersebut memohon kepada Danghyang Nirartha

agar beliau berkenan bermalam dipondok mereka masing-

masing, namun permohonannya ini semua ditolak oleh

Danghyang Nirartha, karena beliau lebih senang bermalam

di pulau kecil itu. Disamping hawanya segar, juga

pemandangannya sangat indah dan dari sana belaiu dapat

melepaskan pandangan secara bebas kesemua arah. Pada

malam harinya sebelum Danghyang Nirartha beristirahat,

beliau memberikan ajaran-ajaran seperti agama, susila dan

ajaran kebajikan lainnya kepada orang-orang yang datang

menghadap ke sana. Tatkala itu Danghyang Nirartha

menasehatkan kepada orang-orang itu untuk membangun

Parhyangan (Pura atau Kahyangan) disana karena menurut

getaran batin beliau yang suci serta petunjuk gaib bahwa


tempat itu baik untuk tempat memuja Sanghyang Widhi

Wasa (Tuhan Yang maha Esa ) . Dari tempat ini kemudian

rakyat dapat memuja kebesaran sanghyang Widhi Wasa

(Tuhan YangMaha Esa ) untuk memohon wara

nugrahaNya keselamatan dan kesejahteraan dunia.

Demikian antara lain nasehat Danghyang Nirartha kepada

orang-orang yang mengahadap pada malam hari itu, yang

akhirnya sesudah Danghyang Nirartha meninggalkan

tenpat itu, kemudian oleh orang-orang tersebut

dibangunlah sebuah bangunan suci (Pura atau Kahyangan)

yang diberi nama Pura Pakendungan yang kini lebih

dikenal dengan sebutan Pura Tanah Lot.

b. Daya Tarik Tanah Lot

Keistimewaan Pantai Lot dilengkapi dengan

mitologi setempat terkait dengan ular suci (holy snake).

Konon ular suci Tanah Lot diyakini memiliki sejarah

antropologi mitologis yang menjadi penyangga dari

ancaman kejahatan dan kerusakan. Ular suci yang ada di

Pantai Lot, adalah jenis ular laut yang dikenal dengan

Bungarus candidus dengan warna cincin melingkar hitam

dan putih. Ular ini menurut dia, adalah jenis ular berbisa

nomer ketiga dari jenis ular berbisa di dunia, setelah ular

kobra dari India, ular derik Australia. Kategorisasi ini


sudah pernah diteliti oleh sebuah perguruan tinggi di

Indonesia, termasuk Universitas Indonesia, UGM dan

Udayana.

Ular Suci, ini diyakini sebagai juru selamat Tanah

Lot. Sebuah kisah, di saat ada seseorang yang berniat jahat

di Tanah Lot, tiba-tiba ular ini datang menghampiri pelaku

yang ingin berbuat jahat. Ular suci ini menyerang orang-

orang yang akan berbuat kerusakan di Tanah Lot.

Keganasan ular ini terangkum sebagai juru selamat

terhadap ancaman kerusakan, tetapi ia jinak dan berdiam

diri ketika berada di pinggir gua batu karang Pantai Lot

nan eksotik. Setiap pengunjung Pantai Lot, bahkan bisa

memegang ular berbisa ini dengan tangan mereka tanpa

khawatir serangan balik dari ular ini. Ular ini tidak

bereaksi apa-apa. Sembari ditunggui oleh pawangnya, kita

dapat memegang ular suci ini.

c. Lokasi Tanah Lot

Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban

Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat

Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah

pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut.

Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan

berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot


terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari

terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari

untuk melihat keindahan sunset di sini.

d. Fasilitas

Dari tempat parkir menuju Pura Tanah Lot banyak

dijumpai art shop, kios-kios suvenir, jasa tattoo temporary,

serta warung makan atau kedai minuman. Berbagai macam

tipe penginapan juga banyak tersedia di sekitar pura, mulai

dari penginapan kelas melati hingga hotel berbintang.

B. Kerangka Berfikir

Tanah Lot

Ular Suci (bungarus


candidus)

Ciri-ciri dan Alasan munculnya Keistimewaan


karakteristik ular suci istilah ular suci ualar suci
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dimana data yang

diperoleh selama proses observasi dilakukan dengan tujuan mendapatkan

gambaran langsung mengenai Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai

Daya Tarik Wisata di Tanah Lot Bali. Selain itu penelitian juga dilakukan

dengan proses wawancara untuk mengumpulkan data mengenai penelitian

ini sehingga menjadi lebih akurat. Penelitian dengan sistem ini saya

lakukan untuk mendapatkan data yang akurat, logis, objektif dan realistis

sehingga diperoleh kesimpulan yang benar.

B. Waktu dan Tempat


Penelitian Penelitian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 16 Juni

2014 pada pukul 17.00 WITA di Tanah Lot Desa Beraban Kecamatan

Kediri Kabupaten Tabanan Bali.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Peneliti melakukan proses tanya jawab yang berlangsung

secara lisan antara dua orang atau lebih, bertatap muka mendengarkan

secara langsung informasi-informasi atau keterangan.

2. Pengamatan atau Observasi Metode pengamatan atau observasi

meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera terutama mata, sehingga dapat

mengamati kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisis sesuai

dengan kenyataan yang ada.

3. Study Kepustakaan ( Litur Bitur ) Metode litur bitur yaitu peneliti

mencari data dan bukti dari internet dan membaca bukti-bukti

diperpustakaan yang berhubungan dengan kepariwisataan di Bali.

4. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

dengan menhimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik

tertulis,gambar, maupun elektronik.

D. Instrumen Penelitian

1. Buku saku

2. Bulpoin

3. Handphone

4. Kamera
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karekteristik Ular Suci (bungarus candidus)

Berdasarkan data yang di dapatkan selama observasi di Tanah Lot

desa Beraban kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali, ular suci

(bungarus candidus) adalah jenis ular yang berbisa. Ular Weling ini

memiliki ciri-ciri bertubuh ramping dan tidak seberapa panjang, sekitar

100-115 cm. Dengan diameter 2-3 cm. Ular ini memiliki warna belang

hitam putih atau hitam keabu-abuan.

Ular weling ini bertempat di dalam goa yang terletak di pinggir

pantai dan berada di depan goa air suci yang biasa di sebut dengan goa

suci tempat ular suci. Ular ini diletakkan di atas gundukan pasir yang

telah dibentuk sedemikian rupa seperti sarang ular agar mereka

nyaman sehingga memudahkan para pengunjung untuk menyentuh

ular ini. Sebelum pengunjung memasuki gua tempat ular suci

(Bungarus candidus) telah disediakan kotak sumbangan sukarela bagi

para pengunjung yang igin masuk goa sebagai dana perawatan ular

yang dijaga oleh seorang penjaga kotak sumbangan para pengunjung.

Makanan ular ini adalah katak , kadal , tikus , atau binatang kecil

lainnya. Tetapi menurut pawang dari ular suci ini, ular ini akan

mencari makanannya sendiri ke laut saat malam hari dan kembali


kedalam goa saat pagi harinya. Para wisatawan lokal maupun

mancanegara sangat tertarik untuk melihat bahkan menyentuh ular

weling (Bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci bagi

masyarakat Bali khususnya masyarakat di sekitar Tanah Lot.

2. Alasan munculnya istilah ular suci (Bungarus candidus)

Berdasarkan data yang di dapatkan selama observasi di Tanah Lot

desa Beraban kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali, ular suci

(bungarus candidus) merupakan ular penjaga Tanah Lot Bali. Konon

ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot ini adalah ular penjaga

Tanah Lot dan merupakan keturunan dari ular penjaga tanah lot

terdahulu. Oleh sebab itu masyarakat Bali khususnya masyarakat

Tanah Lot sangat menghormati ular ini , merawat dan menjaga

kelestariannya. Bahkan sejak dulu hingga sekarang masyarakat Tanah

Lot tidak berani menyakiti ataupun membunuh ular sembarangan.

Menurut cerita masyarakat Bali khususnya Tanah Lot, ular suci

(Bungarus candidus) merupakan perubahan wujud dari sabuk seorang

pendeta yang memumpuni dan menyebarkan agama islam. Di

potonglah sabuk itu menjadi tiga bagian kemudian disebar di sekitar

pantai dan berubah menjadi tiga ular besar yang menjaga Tanah Lot.

3. Keistimewaan Ular Suci (Bungarus candidus)

Dari wawancara dengan pengunjung di Tanah Lot desa Beraban

kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali didapatkan beberapa faktor

yang menjadi keistimewaan ular suci (Bungarus candidus) sehingga


menjadi daya tarik Tanah Lot Bali. Beberapa data yang diperoleh

yaitu:

a. Ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci

penjaga Tanah Lot.

b. Sikap ular yang cenderung diam saat di pegang mengingat ular

weling merupakan ular dengan bisa mematikan di urutan ketiga.

c. Sikap masyarakat bali terutama masyarakat Tanah Lot yang

mengkeramatkan, merawat, dan melestarikan ular weling

(bungarus candidus).

d. Cerita legenda munculnya ular suci yang di anggap sebagai

penjaga Tanah Lot Bali.

Data yang paling kuat menarik para pengunjung adalah

kepercayaan masyarakat bali yang menganggap ular weling

(Bungarus candidus) sebagai ular suci penjaga Tanah Lot Bali.

Dari hasil keterangan tour guide dan beberapa pengunjung, dapat

diambil data bahwa ular suci (Bungarus candidus) juga mampu

menjadi daya tarik wisata di Tanah Lot Bali.

B. Pembahasan

1. Ular Weling (bungarus candidus) sebagai ular suci ular

weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular berbisa dari suku

Elapidae , menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali. Ular

yang ramping dan tidak seberapa panjang dari kepala hingga ekor

sekitar 100 cm, dengan panjang maksimal sekitar 155 cm dengan ekor
sekitar 15% panjang total. Sisi dorsal (punggung) berbelang hitam dan

putih, terdapat sekitar 30-an belang hitam dari kepala hingga ke ekor.

Biasanya terdapat noktah-noktah kehitaman atau kecoklatan pada

bagian putihnya. Belang yang pertama paling lebar, mencakup pula

kepalanya yang berwarna hitam, dan lebih lebar daripada belang

putihnya. Semakin ke belakang, belang hitamnya semakin sempit dan

semakin seimbang, sebanding atau lebih sempit dari putihnya. Warna

hitamnya terkadang agak kecoklatan atau kebiruan, dan putihnya

terkadang agak kekuningan. Sisi ventral (perut) berwarna putih

seluruhnya atau sedikit kekuningan. Ular yang masih kecil tanpa

noktah-noktah kehitaman di bagian putihnya, dan memiliki corak

lekukan putih di sekitar leher dan tengkuknya.

Ular ini ditemukan di dataran rendah hingga wilayah berbukit dan

bergunung hingga elevasi 1.200 m dpl. Weling hidup di hutan- hutan

dataran rendah yang lembab atau kering, hutan pegunungan, hutan

mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan di sekitar

permukiman. Umumnya jenis ini didapati di tempat yang relatif

terbuka, seringkali di dekat air, namun juga di bagian yang kering.

Ular weling bersifat terestrial, hidup di atas tanah, dan umumnya

nokturnal, baru keluar setelah gelap dari lubang-lubang

persembunyiannya, atau dari bawah tumpukan kayu, batu, atau

vegetasi yang rapat. Di siang hari ular ini cenderung lamban dan

penakut. Bila diganggu, weling acap berupaya menyembunyikan


kepalanya di bawah gulungan badannya.Mangsa utamanya adalah jenis

ular lainnya di samping itu juga memburu kadal dan katak.

Weling bersifat ovipar, bertelur sekitar 10 butir setiap kalinya. Bisa

ular weling bersifat mematikan dan menimbulkan gejala sebagaimana

bisa ular Elapidae pada umumnya, kecuali kobra. Sifat utamanya

adalah racun saraf (neurotoxic), yang dapat berakibat rusaknya

jaringan saraf dan membawa kelumpuhan. Gigitan kobra yang

mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan

pembengkakan di sekitar luka, meskipun kadang-kadang gejala ini

tidak muncul. Di pihak lain gigitan weling tidak demikian, yakni

cenderung tidak menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di lokasi

luka, namun dapat berakibat fatal. Bila bisa melalui gigitan ular

masuk dalam jumlah cukup besar ke dalam tubuh, beberapa waktu

kemudian akan timbul gejala-gejala keracunan yang khas. Untuk ular-

ular Elapidae, gejala ini misalnya adalah kelopak mata yang memberat,

kesulitan menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas; serta

pada akhirnya kegagalan kerja jantung. Rata-rata selang waktu antara

masuknya bisa melalui luka hingga tibanya kematian, untuk kasus

gigitan Elapidae, berkisar antara 5 hingga 20 jam.

2. Asal mula munculnya istilah Ular Suci

Tanah Lot memiliki dua buah gua, kedua gua ini berada di dalam

kawasan obyek wisata Pura Tanah Lot yang merupakan keunikan-

keunikan lain Tanah Lot. Goa Air Suci letaknya tepat berada di bawah
Pura Tanah Lot dan Goa Ular Suci berada tepat di depan Goa Air Suci.

Beberapa penjaga di sekitar Pura Tanah Lot yang berpakaian adat Bali,

biasanya akan menawarkan setiap pengunjung untuk masuk dan

melihat Goa Air Suci. Gua yang unik ini menghasilkan air suci yang

berasal dari tengah laut yang mengalir di bawah batu karang tempat

keberadaan Pura Tanah Lot. Pemandangan di dalam gua yang

berukuran panjang sekitar 5 meter ini sangat luar biasa di mana

terdapat sebuah patung setinggi sekitar setengah meter berwujud Ida

Pedanda Danghyang Dwijendra, seorang pendeta yang melakukan

pemujaan di lokasi ini yang tiga ekor naga. Di dalam gua, setiap

pengunjung akan ditawarkan untuk mencoba minum air suci atau

sekedar membasuh tangan dan wajah. Air suci ini diyakini mempunyai

banyak khasiat seperti dapat menyembuhkan beberapa penyakit dan

sering juga disebut air kesuburan, karena mampu meningkatkan

kemungkinan untuk memiliki anak.

Konon, banyak pengunjung dengan berbagai etnis dan agama yang

datang ke gua ini hanya ingin meminta air suci untuk digunakan

sebagai penyembuhan orang yang sakit. Setiap pengunjung yang

datang di Goa Air Suci tidak akan dipungut biaya, hanya saja terdapat

sebuah kotak donasi bilamana ada pengunjung yang berkeinginan

menyumbang secara sukarela untuk pemeliharaan tempat ini.

Sedangkan Goa Ular Suci berada persis di depan Goa Air Suci, yang di

dalamnya terdapat beberapa ular yang dianggap suci karena


keberadaannya memang sudah ada sejak tahun 80’an. Ular-ular suci

yang berada di dalam gua ini adalah ular weling yang memiliki warna

belang putih-hitam atau abu-abu – hitam. Memiliki panjang rata-rata

100-150 cm dan keberadaannya oleh masyarakat setempat diyakini

sebagai penjaga Tanah Lot Bali. Konon, asal mula ular suci ini

berawal pada masa Majapahit, ada seorang pendeta yang bernama

Daniel Wirata, di Bali dikenal dengan sebutan Petada Sakti Bolong

sedangkan di Lombok dikenal dengan sebutan Tuan Semeru yang

sedang berdamayatra ke Bali. Saat di perjalanan ternyata perahu yang

di tumpanginya berlubang, karena beliau adalah seseorang yang sakti

maka di panggillah ikan lumba-lumba untuk membantunya. Saat ikan

lumba-lumba hendak membantu menyebrangkan Daniel Wirata

dengan perahunya, Daniel Wirata melakukan kesalahan dengan duduk

di atas lubang perahu maka seketika saat ikan lumba-lumba

menyundul perahu terkenalah kemaluan dari Daniel Wirata. Maka

wilayah yang dikunjungi pertama disebut dengan Geli Mnuk (Gili

Manuk).

Kemudian dilanjutkannya perjalanan ke Timur, sampailah di

wilayah Tanah Lot sebelah kanan, ini merupakan wilayah batu karang

yang menjorok ke laut. Sampai pada akhirnya beliau mendapatkan

banyak pengikut di Tanah Lot ini khususnya masyarakat Beraban.

Akan tetapi ada yang mengganggu ketentraman dari Daniel Wirata dan

para pengikutnya dia adalah Pendeta Ratu Sabrang. Karena terus


diganggu maka beliau merasa terusik dan memindahkan bongkahan

batu karang ketengah laut, untuk menghindari gangguan dari petapa

ratu sebrang Daniel Wirata membuka sabuknya yang memiliki warna

putih-hitam kemudian dipotongnya dan di sebar di area Tanah Lot,

kemudian berubahlah menjadi ular yang menjaga Tanah Lot.

3. Faktor-faktor daya tarik Ular Suci (Bungarus candidus)

Berdasarkan hasil wawancara banyak faktor yang menyebabkan

ular suci menjadi daya tarik wisata di Tanah Lot yaitu:

a. Ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci

penjaga Tanah Lot.

b. Sikap ular yang cenderung diam saat di pegang mengingat ular

weling merupakan ular dengan bisa mematikan di urutan ketiga.

c. Sikap masyarakat bali terutama masyarakat Tanah Lot yang

mengkeramatkan, merawat, dan melestarikan ular weling

(bungarus candidus).

d. Cerita legenda munculnya ular suci yang di anggap sebagai

penjaga Tanah Lot Bali.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Secara garis besar, ciri – ciri dari ular suci (Bungarus candidus) adalah

bertubuh ramping, berwarna belang hitam keputihan atau hitam keabu-

abuan, makanannya adalah reptil kecil dan termasuk kedalam hewan

nokturnal, serta berkembangbiak secara ovipar. Maka bisa dikatakan

karakteristiknya sama dengan ular weling pada umumnya.

2. Sejarah asal mula munculnya ular suci (Bungarus candidus)

sebenarnya merupakan mitos yang telah di percayai masyrakat

setempat
3. Yang menyebabkan pengunjung/wisatawan tertarik adalah

kepercayaan dari masyarakat Bali yang menganggap ular weling

(Bungarus candidus) sebagai ular suci penjaga Tanah Lot.

B. Saran

1. Diharapkan pihak pengelola dan penjaga ular suci dapat melakukan

renovasi penempatan ular agar para pengunjung lebih mudah

melihat dan menyentuh ular suci tanpa mengantri.

2. Diharapkan para wisatawan dapat menghargai akan kepercayaan

masyarakat Bali mengenai Ular suci penjaga Tanah Lot.

3. Diharapkan para masyarakat Bali tetap mempertahankan tradisi

dan keyakinan terhadap ular suci penjaga Tanah Lot.

DAFTAR PUSTAKA

http://bali.panduanwisata.com/spot-wisata/goa-air-suci-dan-goa-

ular-suci/ diakses pada 17 januari 2021.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Lot diakses pada 21 januari

2021.

http://id.wikipedia.o.rg/wiki/Ular diakses pada 23 januari 2021.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai