Anda di halaman 1dari 11

BUDIDAYA BELUT

DI SUSUN OLEH

Melistina Gea
NIM 182111035

KELAS A / SEMESTER V

DOSEN PENGAMPU
Hardi Kupatu Gulo, M.Pd

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan yang maha kuasa, atas hikmat
yang diberikan kepada kami baik berupa hikmat kesehatan, kesempatan, kebersamaan yang
baik sehingga penulisan makalah ini bias terselesaikan tanpa ada masalah.
Penulis juga merasa bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan mulai dari isi pembahasan penulisan kalimat, kata, dan
sebagainya. Dari kesadaran itu kami sebagi penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan
yang dapat membangun isi dari pada makalah kami ini yang bersifat kontruktif sebagi
penambahan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun makalah dilain waktu.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen pengampu Matakuliah ini yang telah
memberikan Ilmunya dan bimbingannya kepada kami shingga makalah kami ini bias
diselesaikan dengan baik dan kami juga berterimakasih kepada saudara-saudara Mahasiswa
yang telah ikut berpatisipasi dan memberikan sumbangsih pemikiran guna untuk mendukung
materi dari makalah ini.
Kami sebagai penulis dari kelompok satu ini, meminta maaf jika dalam pembuatan
makalah ini ada pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan, karena semua ini hanya suatu
kebetulan saja. Sekian dan terimakasih.

Gunungsitoli, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.......................................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II Pembahasan......................................................................................................2
A. Pengertian Belut...................................................................................................2
B. Jenis Belut ...........................................................................................................3
C. Anggota ...............................................................................................................3
D. Khasiat Belut .......................................................................................................4
E. Penyakit dan Hama..............................................................................................5
1. Penyakit..........................................................................................................5
2. Hama..............................................................................................................6
BAB III Penutup............................................................................................................7
A. Kesimpulan..........................................................................................................7
B. Saran....................................................................................................................7
Daftar Pustaka...............................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam
suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genere dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya
banyak yang belum diperikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah.
Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropica).
Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak
memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang juga tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip
yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tidak bersisik (atau hanya sedikit), dapat bernafas
dari udara, bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk. Belut
praktis merupakan hewan air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula
yang di air tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi baik; jenis-jenis yang tinggal di gua
malahan buta. Ukuran tubuh bervariasi.
Monopterus indicus hanya berukuran 8,5 cm, sementara belut marmer Synbranchus
marmoratus diketahui dapat mencapai 1,5m. belut sawah sendiri, yang biasa dijumpai di
sawah dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa betawi
disebut moa).
B. Rumusan masalah
1. Apakah binatang belut itu?.
2. Dimanakah belut itu hidup?.
3. Apa saja khasiat serta manfaat belut bagi kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengenal binatang belut.
2. Mengetahui habitat belut.
3. Mengetahui anggota-anggota belut
4. Untuk mengetahui khasiat serta manfaat belut.
5. Untuk mengetahui Hama dan Penyakit pada Belut.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belut
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang
yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak
ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali
kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut
banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
Jenis ikan yang satu ini sangat menjijikkan bagi sebagian orang. Belut atau Eel (dlm
bahasa Inggris). Walaupun dikelompokkan sebagai ikan, belut tidak suka berenang, lebih
suka bersembunyi di dalam lumpur ataupun di liang (lubang) yang menjadi sarangnya. Mata
belut kebanyakan tidak berfungsi dengan baik, bahkan jenis belut yang hidup di gua-gua
malahan buta sama sekali. Kandungan Nutrisinya.
Belut mentah kandungan lemaknya cukup tinggi. Tapi hal ini bisa dihilangkan
khususnya untuk belut yang besar karena lemak belut berada diantara daging dan kulitnya.
Lemak juga bisa dihilangkan dengan cara memanggang belut sehingga lemaknya akan
mencair dan keluar dari  pori-pori kulitnya.
Meski tampilannya tak menarik, bahkan sementara orang jijik
melihatnya, belut merupakan makanan unggulan yang kaya berbagai zat gizi. Salah satu
keunggulannya, kaya hormon kalsitonin, yang berfungsi untuk memelihara kekuatan tulang.
Licin bagaikanbelut merupakan pepatah lama yang ditujukan kepada orang yang sangat
licik, tetapi selalu terbebas dari segala tuntutan. Ungkapan itu merupakan sebuah pengakuan
bahwa belut itu sangat licin dan sulit ditangkap. belut (Monopterus albus) merupakan ikan
darat dari keluarga Synbranchidae dan tergolong ordo Synbranchiodae, yaitu ikan yang tidak
mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak.
Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik, dan
kulitnya licin mengeluarkan lendir. Matanya kecil hampir tertutup oleh kulit. Giginya juga
kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling
mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil,
sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.
Jenis ikan darat ini merupakan komoditas perikanan darat yang bergerak dengan jalan
melenggak-lenggokkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Habitatnya di tempat berlumpur,
genangan air tawar, atau aliran air yang kurang deras.

2
Bentuknya yang seperti ular membuat sebagian orang enggan untuk melihatnya.
Padahal, dagingnya sangat lezat dan dapat diolah menjadi berbagai makanan yang bergizi
tinggi. Selain itu, belut juga memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan.
B. Jenis Belut
Di Indonesia terdapat tiga jenis ikan belut, yaitu belut sawah (Monopterus
albus Zuieuw), belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc. Clell), dan belut bermata sangat
kecil (Macrotema caligans Cant). Belut sawah merupakan jenis yang paling dikenal di
Indonesia, sedangkan belut rawa jumlahnya terbatas sehingga kurang begitu dikenal.
Ikan belut sawah mempunyai bentuk tubuh panjang dan bulat seperti ular, tetapi tidak
bersisik dan matanya kecil. Panjang seekor belut berkisar antara 10 cm hingga 3 m, dengan
berat yang sangat bervariasi, dari ratusan gram hingga ada yang mencapai 65 kg.
Penangkapan belut sama seperti cara menangkap ikan lainnya, yaitu dengan peralatan
antara lain bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, serta pancing atau kail. Cara lainnya
adalah dengan mengeringkan air kolam, sehingga belut mudah diambil.
Distribusi geografis belut cukup luas mencakup Asia Tenggara, Cina, dan Indonesia
(Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera). Di Indonesia, selain untuk pemenuhan pasar
lokal, belut juga merupakan salah satu komoditas ekspor. Untuk memenuhi permintaan pasar
yang terus meningkat jumlahnya, saat ini budi daya belut sudah mulai banyak dilakukan oleh
petani.
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303
kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162
kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g).  Hal itulah yang menyebabkan
belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.

C. Anggota
a) Genus Macrotrema
 M. caligans
b) Genus Monopterus
 M. albus, belut sawah
 M. boueti, belut Liberia
 M. cuchia, belut cuchia
 M. desilvai
 M. digressus
 M. eapeni
3
 M. fossorius, belut Malabar (India)
 M. hodgarti, belut India
 M. indicus, belut Bombay
 M. roseni
c) Genus Ophisternon
 O. aenigmaticum
 O. afrum, belut Guinea
 O. bengalense, belut Benggala
 O. candidum, belut gua
 O. gutturale, belut Australia
 O. infernale, belut gua (buta)
 Genus Synbranchus
 S. lampreia
 S. madeirae
 S. marmoratus, belut marmer
D. Khasiat belut
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging sapi (18,8
g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai
cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi
semua kelompok usia, dari bayi hingga usia lanjut.
Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup baik,
yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam
amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga
kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam glutamat
sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat untuk
membantu kerja neurotransmitter. Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan
belut berasa enak dan gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa
berupa monosodium glutamat (MSG).
Kandungan arginin (asam amino nonesensial) pada belut dapat memengaruhi produksi
hormon pertumbuhan manusia yang populer dengan sebutan human growth hormone
(HGH). HGH ini yang akan membantu meningkatkan kesehatan otot dan mengurangi
penumpukan lemak di tubuh. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin
berfungsi menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
4
Kaya Mineral dan Vitamin Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi
dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap
hari telah memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat
diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah,
letih, dan lesu.
Zat besi berguna untuk membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa oksigen
ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah yang
menyebabkan gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan tidak bertenaga. Zat
besi juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah
terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran
fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus
berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas dari
osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar
80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme
lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta
penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak
dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu
penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila
konsumsi protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik
untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan
tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor dari
suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses metabolisme tubuh.
Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk
protein, hormon, dan sel darah merah.
E. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan belut.
5
b. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara
lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
c. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang
hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang
hama.
2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti pada jenis ikan lain, belut juga mengandung asam lemak omega 3. Kadar omega 3
pada lemak ikan, termasuk belut, sangat bervariasi tetapi berkisar antara 4,48 persen sampai
dengan 11,80 persen. Kandungan omega 3 pada ikan, tergantung kepada jenis, umur,
ketersediaan makanan, dan daerah penangkapan.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa bagian tubuh ikan memiliki lemak dengan
komposisi omega 3 yang berbeda-beda. Kadar omega 3 pada bagian kepala sekitar 12 persen,
dada 28 persen, daging permukaan 31,2 persen, dan isi rongga perut 42,1 persen (berdasarkan
berat kering).
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kita dapat mengetahui khasiat dan manfaat belut yang
mungkin selama ini kita anggap menjijikan. Oleh karena itu, mulai ini kita tidak perlu untuk
mengkonsumsi belut lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya. (Anggota IKAPI).
Jakarta.
Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai