BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Clell), dan belut bermata sangat kecil (Macrotema caligans Cant). Belut
sawah merupakan jenis belut yang paling dikenal orang Indonesia karena
Rahmawati, 2013).
Indonesia (Tan and He, 2007). Belut merupakan salah satu jenis ikan
tawar yang memiliki tubuh seperti ular. Hidupnya di sungai, sawah, danau
atau kolam yang dangkal serta berlumpur. Meskipun belut mempunyai cita
rasa yang khas, masih jarang orang mau mengkonsumsi belut. Hal itu
lendir dan mirip seperti ular serta memiliki bau anyir yang kuat
(Sarwono,1983).
yang diperlukan oleh tubuh (Sarwono, 1983). Belut selama ini diolah
pengeringan yang berujuan untuk mengurangi kadar air yang ada pada
belut.
pemasakan lagi, ikan asap sudah siap untuk disantap karena selama
proses pengasapan, ikan telah dapat perlakuan panas yang cukup untuk
pengasapan selain membuat ikan lebih tahan lama, juga memberi rasa
senyawa asap dalam bentuk uap dan butiran butiran tar serta panas.
Senyawa asap tersebut menempel pada ikan dan terlarut dalam lapisan
air yang ada pada permukaaan tubuh ikan, sehingga terbentuk aroma dan
rasa yang khas pada produk dan warnanya menjadi keemasan atau
mendapatkan produk ikan asap yang memenuhi kadar air < 60% dapat
mengendap pada ikan asap, dengan demikian akan lebih lama daya awet
ikan asap tersebut. Hal yang dapat meningkatkan daya awet selama
degradasi lipida adalah meningkatnya estetik rasa dan bau yang tidak
terhadap belut.
asap.
B. Rumusan masalah
pengolahan berbeda?
C. Tujuan Penelitian
adalah:
berbeda.
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebuah lubang pada pematang sawah atau pinggir sungai, belut bersifat
capung, katak kecil, belut kecil, dan gastropoda. Ini menunjukkan bahwa
belut sawah mempunyai rentangan jenis dan ukuran hewan yang dimakan
sangat besar. Oleh karena itu, belut sawah dapat bertahan hidup di area
biasanya adalah belut yang sedang kosong kelamin. Belut rawa betina
memiliki ukuran kurang dari 30 cm dan untuk belut jantan lebih dari 40 cm.
Belut jantan biasanya memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari belut
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aetinopterygi
Ordo : Synbranchiodae
Family : Synbranchidae
Genus : Monopterus
tetapi ciri fisiknya sedikit berbeda dengan Kelas Pisces lainnya. Tubuh
belut hampir menyerupai ular, yaitu gilig (silindris) memanjang, tubuh belut
tidak bersisik, hanya dilapisi kulit yang hampir mirip dengan plastik.
Umumnya warna kulit belut kuning kecoklatan ketika muda dan menjadi
agak coklat gelap ketika dewasa. Warna kulit terlihat berkilau dengan
Ukuran kepala belut biasanya lebih besar atau sedikit lebih tinggi
arah mulut. Kedua matanya terlihat kecil, dilindungi keriputan kulit yang
sedikit menebal pada bagian luar (Roy, 2010 dalam Firdausi, 2014).
dengan belut yang memiliki lingkar tubuh kecil. Bagian mulut dilengkapi
lipatan kulit yang lebar disekitar mulut (Roy, 2009 dalam Suryani, 2012).
lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Kandungan
gizi dalam 100 gr daging belut adalah protein 14 gr, lemak 27 gr, kalori
303 kal, kalsium 20 mg, fosfor 200 mg, besi 1 gr, vitamin A 1600 SI, kadar
9
biasa ditangkap untuk dimakan sebagai lauk makan nasi, juga berkhasiat
Suryani 2007. Daging Belut sawah sangat baik dikonsumsi terutama untuk
a. Vitamin A
tulang. Vitamin ini tergolong dalam vitamin yang larut dalam lemak, ikut
karena di dalam darah vitamin A berada dalam bentuk retinol, terikat pada
b. Protein
E. Pengasapan
fungsi utama membentuk citarasa, selain itu sebagai anti mikroba, (3)
pengeluaran asap ini disebut distilasi destruktif yaitu ketika kayu berubah
11
terkena asap. Lapisan protein yang larut dalam garam yang disebut
lebih singkat akan menghasilkan produk dengan kadar air yang lebih
ikan yang diasap agak jauh dari sumber asap, dengan suhu penyimpanan
bakteri tidak dapat tumbuh pada makanan yang diasap mengingat suhu
Susanto, 2014).
Asap cair merupakan salah satu hasil pirolisis tanaman atau kayu
pada suhu sekitar 400 ºC (Soldera et al., 2008 dalam Susanto, 2014).
Metode Asap cair, aroma asap dalam metode ini dihasilkan tanpa
direndam dalam cuka kayu (wood acid) yang didapat dari hasil ekstrak
penguapan kering unsur kayu atau dari hasil ekstrak yang ditambah
pewangi kayu yang hampir sama dengan aroma asap, setelah itu ikan
13
Tabel 3.1. Persyaratan Mutu dan Keamanan Ikan Asap Dengan Pengasapan
Panas (SNI 2725:2013)
Parameter uji Satuan Persyaratan
a. Sensori - Min. 7 (skor 1 – 9)
b. Kimia
c. Cemaran mikroba
- Salmonella - Negatif/25 g
greendan leuchomalachite
- Tidak boleh ada
green
f. cemaran kimia
CATATAN
* Bila diperlakukan
Cemaran mikroba
Lempeng Total)
Aerus
Kimia *
PAH (HPLC) - -
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu
1. Tahapan persiapan
2. Pengasapan belut
dan asap cair. Proses diawali dengan mematikan terlebih dahulu belut
yang masih segar, belut yang sudah mati dibelah bagian perut dan
belut yang telah disiangi dan dibersihkan direndam dalam larutan asap
Persiapan Alat
. -Mematikan Belut
-Penyiangan dan
pembuangan isi perut
-penggaraman 15 %
-Penirisan selama ± 15
menit
Sampel
Belut asap dingin
Tahap pengujian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
Bahan Volume
Asap cair 60 ml
Tempurung Kelapa 20 kg
Alat Kegunaan
Tempurung kelapa Sebagai bahan untuk pembakaran
belut asap
di asap
Selenium 1 butir
H2SO4 3 ml
NaOH 40% 0 ml
Asam borat 25 ml
H3BO3 2%
HCl 50 ml
Air 10 ml
Oven Mensterilkan
D. Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut yang
dingin dan asap cair. Perlakuan belut asap dapat dilihat pada Tabel 3.6.
E. Teknik Sampling
F. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah kadar air, kadar lemak, kadar
histamin, nilai organoleptik dan uji tingkat kesukaan belut asap. Adapun
1. Kadar Air
atau jumlah air yang terdapat dalam suatu bahan. Tahap pertama
porselin dalam oven pada suhu 105 °C selama 1 jam. Cawan tersebut
ditimbang.
24
𝐵−𝐶
% kadar air: 𝐵−𝐴 × 100%
Keterangan:
selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C,
25
𝑊3−𝑊2
% kadar lemak = × 100%
𝑊1
3. Pengujian protein
a. Tahap destruksi
b. Tahap destilasi
c. Tahap titrasi
titrasi
dihitung dengan:
V x N x 14 x 6,25 x P
% Kadar Protein = berat sampel (mgr) X 100%
Keterangan :
P= Faktor
4. Uji organoleptik
komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri
dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu
(9), sangat suka (8), suka (7), agak suka (6), netral (5), agak tidak suka
(4), tidak suka (3), sangat tidak suka (2), dan amat sangat tidak suka
(1).
5. Uji hedonik
amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika
tanggapan itu “tidak suka“ dapat mempunyai skala hedonik seperti suka
yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka (neither like nordislike).
penilaian amat sangat suka (9), sangat suka (8), suka (7), agak suka (6),
netral (5), agak tidak suka (4), tidak suka (3), sangat tidak suka (2), dan
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian kadar air dan kadar
DAFTAR PUSTAKA
Lyhs, U. (2002). Lactic acid bacteria associated with the spoilage of fish
products. D isertasi.Medicine University of Helsinki, Helsinki.