Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KEANEKARAGAMAN AVES DAERAH TIMUR INDONESIA”

Dosen pengampu :

Saparudin saroni, M.Pd

Disusun oleh :

Fasha marhayati 1984205005


Denti febriana jayanti 1984205015
Kenny salsabilla 1984205025
Avivatul meilani 1984205016
Mezy yusdiarti 1984205006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat rahmat
dan karunia-nya, dan maha suci engkau yang telah memberi kemudahan dalam
menyusun makalah ini guna memnuhi tugas mata kuliah, “ornitologi” sehingga makalah
ini dapat kami selesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari jalan yang
penuh kegelapan ke jalan yang penuh dengan cahaya yaitu Agama islam.

Walau mungkin banyak terdapat kesalahan dan kekurangannya didalam


pembuatan makalah ini, penulis sebagai manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan
dan kekurangan, sangat mengharapkan bimbingan dan kritik dari berbagai pihak,
dengan harapan penulis dapat menyempurnakan segala kesalahan dan kekurangan dari
makalah ini. Terimakasih

Bengkulu , 29 Mei 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan penulisan..............................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. Keanekaragaman aves di daerah sulawesi........................................................................3
B. Keanekaragaman aves di daerah maluku..........................................................................4
C. Keanekaragaman aves di daerah papua............................................................................4
D. Keanekaragaman aves di daerah Nusa Tenggara Timur...................................................9
E. Keanekaragaman aves di daerah Bali.............................................................................11
BAB III......................................................................................................................................17
PENUTUP..................................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
Daftar Pustaka............................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kata aves berasal dari sebagai nama kelas, sedangkan ornis berasal dari
kata Yunani “Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari tentang
keanekaragaman burung-burung yang ada. Aves adalah anggota kelompok
hewan bertulang belakang yang memiliki bulu dan sayap, bulu adalah
modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari reptilia.
Jenis-jenis burung begitu bervariasi mulai dari burung kolibri yang kecil
mungil hingga burung unta yang memiliki tubuh tinggi, diperkirakan terdapat
sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung diseluruh dunia dan sekitar 1.500 jenis
diantaranya ditemukan di indonesia. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman
dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Aves merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang
cukup unik dengan memiliki berbagai macam tipe kaki. Kaki pada aves
digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan menggunakan
selaput interdigital). Karakteristik tengkorak pada aves meliputi tulang-tulang
tengkorak yang berfusi kuat, paruh berzat tanduk, aves tidak memiliki gigi,
memiliki mata yang besar, serta kondil oksipetal tunggal.
Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong hewan berdarah
panas, semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi untuk makan.
Burung adalah endodermis (berdarah panas) yang menghasilkan panas tubuhnya
sendiri, burung disebut juga hewan homoiotermis karena burung dapat mencapai
dan hidup pada ketinggian tertentu sementara suhu tubuh yang konstan.

1
B. Rumusan masalah

a. Apa Keanekaragaman aves di daerah sulawesi?


b. Apa Keanekaragaman aves di daerah maluku?
c. Apa Keanekaragaman aves di daerah papua?
d. Apa Keanekaragaman aves di daerah Tenggara Timur?
e. Apa Keanekaragaman aves di daerah Bali?

C. Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui keanekaragaman aves di daerah sulawesi


b. Untuk mengetahui keanekaragaman aves di daerah maluku
c. Untuk mengetahui keanekaragaman aves di daerah papua
d. Untuk mengetahui keanekaragaman aves di daerah Tenggara Timur
e. Untuk mengetahui keanekaragaman aves di daerah Bali

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman aves di daerah sulawesi

a. Sulawesi selatan
Jumlah jenis burung yang ditemukan di kawasan hutan mangrove
erkampungan nelayan sebanyak 33 jenis. Ada 4 diantaranya merupakan
jenis burung endemik Sulawesi seperti :
 Dederuk merah Steptopelia tronquebarica
 Kacamata belukar Zosterops everetti
 Kapasan Sulawesi Lalage leucpygialis
 Kacamata Sulawesi Z. consobrinorum.

Kelimpahan jenis burung di kawasan tersebut mengindikasikan


bahwa kawasan mangrove dapat menjadi habitat penting bagi berbagai
jenis burung. Kawasan tersebut dapat menyediakan sumber pakan dan
sebagai tempat istirahat. Struktur vegetasi sangat mempengaruhi
pemilihan habitat oleh burung. Hal ini menyebabkan jika habitat tersebut
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mengalami kerusakan,
burung akan berpindah. Persebaran jenis burung yang ditemukan
umumnya cenderung ditemukan di kawasan Wallacea, termasuk pulau
Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Jenis-jenis burung tersebut juga memiliki
persebaran hingga daerah kawasan Australis, seperti di kawasan maluku.

Beberapa jenis burung yang tercatat selama penelitian termasuk


dalam daftar jenis yang dilindungi berdasarkan IUCN. Jenis burung yang
masuk status keterancaman IUCN meliputi :

a) Gajahan timur Numenuius madagascariensis yang berstatus


terancam (EN),

3
b) Kuntul cina Egretta eulophotes yang berstatus rentan (VU),

Serta 26 jenis merupakan jenis yang memiliki status resiko


rendah (LC) dan 5 lainnya memiliki status dengan informasi yang
masih minim (DD). Kawasan tersebut didominasi oleh jenis yang
memiliki status resiko rendah tetapi tetap perlu diprioritaskan dan
menjadi perhatian bagi masyarakat dan pemerintah untuk
mempertahankannya dari perburuan, perdagangan dan perusakan
habitat.

b. Sulawesi utara

B. Keanekaragaman aves di daerah maluku


a. Maluku tengah
b. Ternate

C. Keanekaragaman aves di daerah papua

a. Phalacrocorax melanoleucos

4
Spesies ini termasuk kedalam ordo : Ciconiiformes, famili :
Phalacrocoracidae, genus : Phalacrocorax, dan spesies : Phalacrocorax
melanoleucos.
Tubuhnya berukuran sedang (60 cm), berwarna hitam dan putih.
Perbedaannya dengan pecuk lainnya adalah seluruh tubuh bagian bawah
berwarna putih. Ciri khasnya adalah paruh dan kulit muka yang
berwarna kuning. Dekuran ketika di sarang. Tetapi biasanya diam ketika
tidak berbiak Penetap di selandia baru, Australia, Papua dan Indonesia
Bagian timur. Paruh bertipe Straight dan Acute, sayap terbang berwarna
hitam dengan tipe sayap Rounded (melingkar). Ekor bertipe Rounded.
Burung ini merupakan tipe burung perenang dengan kaki berwarna abu-
abu gelap dengan hallux bertipe elevated. Sisik kaki bersifat reticullate.
Cakar bertipe obtuse (tidak tajam agak melengkung), memiliki panjang
paruh 5,5 cm; panjang tungkai 3,5 cm; panjang ekor 4,9 cm; dan panjang
sayap 13,2 cm.

b. Egretta sacra

Spesies ini termasuk dalam Ordo: Ciconiiformes, Family :


Ardeidae, Genus : Egretta, dan Spesies : Egretta sacra.

5
Tubuh berukuran agak besar (58cm), berwarna putih dan abu-abu
karang. Di jumpai dalam dua bentuk warna, warna yang lebih umum
adalah abu-abu merata, dengan jambul pendek dan dagu keputihan,
tungkai hijau, dan relatih pendek, paruh pucat, Iris kuning, paruh kuning
pucat, kaki hijau. Kuakan mendengkur parau sewaktu makan.
Tersebar di kawasan pesisir asia timur, pasifik barat, dan
Indonesiamsampai Papua, Australia dan Selandia baru. Hampir selalu
ditemukan di sepanjang pantai biasanya beristirahat pada karang atau
pada pinggirannya yang curam, erburu di tepi air, danmemangsa ikan
kecil sambil berdiam diri atau berjalan-jalan di air dangkal. Sisik kaki
bersifat reticulate, Cakar bertipe obtuse, memiliki panjang paruh 8 cm;
panjang tungkai 6 cm; panjang ekor 4 cm; dan panjang sayap 16,5 cm.

c. Clytoceyx rex

Spesies ini termasuk dalam Ordo: Coraciiformes, Family:


Alcedinidae, Genus: Clytoceyx, dan Spesies : Clytoceyx rex.
Merupakan burung endemik Papua, tubuh berukuran kecil
(33cm), Kombinasi warna pada kepala dan punggung tertutup bulu biru
hijau mengkilat terus menjulur ke ujung ekor, dihiasi lingkaran kalung

6
putih pada leher yang melebar ke bagian dada dan perut. Paruh pipih
hitam berukuran 4,5 cm. Burung pemakan capung, laba-laba, belalang,
jangkrik, berudu, reptilia kecil dan hewan air lainnya, hidup erat dengan
aliran-aliran sungai hutan tropis pada umumnya di Papua. Paruh betipe
Straight memiliki tipe sayap
Rounded dan ekor yang bertipe rounded. Memiliki kaki berwarna
hitam dengan hallux bertipe Incumbent. Sisik kaki bersifat Reticullate.
Cakar bertipe Acute (melengkung dan tajam). Panjang tungkai 5cm;
panjang ekor 7 cm; dan panjang sayap 10-12 cm.

d. Egretta alba

Spesies ini termasuk dalam Ordo: Ciconiiformes, Family :


Ardeidae, Genus : Egretta, dan Spesies : Egretta alba
Jenis Kuntul ini terbilang cukup besar dengan ukuran tubuh (85 -
105 cm), berbulu putih. Jauh lebih besar dari pada kuntul putih lainya,
dengan paruh lebih berat dan leher bersimpul khas. Pada musim tidak
berbiak kulit muka biru hijau dan tidak berbulu, paruh hitam, bagian
paha merah tidak berbulu, dan kaki hitam. Pada musim berbiak kulit
muka kekuningan, paruh kuning dan biasanya ujungnya berwarna hitam,
kaki dan tungkai kaki hitam.

7
Jenis ini dapat ditemukan hampir di seluruh dunia. Hidup
sendirian atau berkelompok kecil, di hutan mangrove, sepanjang gosong
lumpur dan pasir atau di sawah dan laguna. tipe burung wading
(berjalan), mmemiliki hallux bertipe incumbent (datar). Sisik kaki
bersifat reticulate. Cakar bertipe obtuse, memiliki panjang paruh 15-20
cm; panjang tungkai 15 cm; panjang ekor 7 cm; dan panjang sayap 30-40
cm.

e. Limosa limosa

Spesies ini termasuk dalam Ordo: Charadriiformes, Famili:


Scolopacidae, Genus: Limosa, dan Species : Limosa limosa.
Tubuh berukuran besar (40 cm). Kaki dan paruh panjang. Paruh
hanya sedikit melengkung ke atas. Garis mata lebih jelas, bagi atas
kurang berbintik, sebagian ekor terminal kehitaman, tunggir dan pangkal
ekor putih. Garis putih pada sayap jelas. Iris coklat, pangkal paruh merah
jambu, ujung paruh hitam, kaki abu-abu kehijauan. Memakan krustasea,
cacing, moluska, larva serangga.
Habitatnya daerah pantai berlumpur, pinggiran sungai, danau,
memiliki bentuk paruh panjang, sayap yang bertipe Rounded, ekor

8
bertipe rounded, memiliki kaki panjang dengan tipe wading dan hallux
yang bertipe Elevated (hallux terangkat), mempunyai cakar bertipe
Obtuse. Panjang paruh 15-17 cm; panjang tungkai 7-8 cm; panjang ekor
10 cm; dan panjang sayap 30-35 cm.

D. Keanekaragaman aves di daerah Nusa Tenggara Timur


a. Gemak sumba (Turnix everetti)

Ciri morfologi sebagai berikut: berukuran kecil (13 cm). Mirip


gemak totol ras sumbana, tetapi paruhnya lebih kokoh dan abu-abu
kebiruan (bukan kuning). Sisi dada berpalang hitam dan putih, dengan
coretan hitam pada mata belakang hingga sisi leher. Bulu punggung
bertepi merah karat. Ketika terbang sisi tubuh dan tunggingnya okre.
Menghuni semak dan sebagian besar lahan yang tidak dibudidayakan dan
ditumbuhi padang rumput, pardu yang terpencar dengan padang rumput
di dataran batu kapur pesisir, padang rumput kering yang terpencar. Dari
permukaan laut sampai ketinggian 220 mdpl. Di KHDTK Hambala
sangat sulit ditemui, dalam kegiatan penelitian hanya teramati satu kali di
semak-semak dan rerumputan kemudian lari menghindar.

b. Burung-Madu sumba (Nectarinia buettikoferi)

9
Memiliki ciri morfologi sebagai berikut: berukuran kecil sekitar
11 cm, mirip dengan burung-madu sriganti tetapi bagian atas abu-abu
zaitun, bagian bawah kuning lebih pucat, ekor hitam berujung
kecoklatan, pada jantan terdapat bercak tenggorokan dan bercak dada
hijau kebiruan lembayung metalik tua, bercak dada jingga, pada betina
tenggorokan kuning pucat, sisi dada hijau zaitun. Prilaku burung jantan
agresif, khususnya saat mempertahankan pohon yang menjadi kawasan
teritorinya dan akan mengusir pejantan lain yang mendekat atau berada
di dalam wilayah teritorinya.

c. Kacamata wallacea (Zosterops wallacei)

10
Burung yang umum dijumpai di kawasan ini memiliki ciri
morfologi sebagai berikut: berukuran kecil sekitar 11,5 cm, dahi, muka
dan tenggorokan kuning, tidak memiliki lingkaran mata pada lingkaran
mata, perut keputih-putihan, tunggir kuning. mata berwarna kemerahan.
Menghuni daerah semak-semak kering, rumpun tumbuhan rimbun yang
rendah, tepi hutan, pertumbuhan sekunder, hutan primer dan sekunder,
bahkan di kawasan hutan yang telah rusak berat, dan lahan budidaya
yang pohonnya sedikit, di Sumba dapat dijumpai sampai ketinggian di
atas 950 mdpl. Catatan berbiak di Sumba pada bulan Oktober. Telur
berwarna kehijauan dengan bercak merah karat (Hidayat, 2012a). Di
KHDTK Hambala jenis ini biasa ditemukan di pohon Ficus spp. untuk
mencari makan. Selain buah jenis ini juga memakan serangga. Biasa
ditemukan secara berpasangan dan saling kejar-kejaran. Ciri khasnya
dibandingkan dengan jenis kacamata lain yang terdapat di KHDTk
Hambala berupa bercak jingga kemerahan di mukanya.

E. Keanekaragaman aves di daerah Bali


1. Rangkong

11
Burung ini berukuran sangat besar dengan ukuran yang berkisar 110-127
cm. Dalam bahasa inggris, burung rangkong dinamakan ―hornbillǁ karena
paruhnya yang berbentuk seperti tanduk sapi. Rangkong badak memiliki
paruh kuning berpangkal merah dengan tanduk berwarna merah-kuning yang
melengkung keatas. Bulu didimonasi warna hitam dan
putih,sementarakakiberwarnaabu- abu kehijauan dan ekor berwarna putih
mencolok dengan garis hitam lebar melintang. Iris berwarna merah untuk
rangkong badak jantan dan iris berwarna putih sampai biru untuk
rangkongbadak betina.
Berikut merupakan klasifikasi dari burung rangkong:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kel : Aves Ordo : Coraciiformes
Famili : Bucerotidae
Genus : Buceros
Spesies : Buceros rhinoceros
IUCN : Critically Endangered (Kritis)

2. Burung Elang

12
Informasi dan data mengenai elang jawa di TNAP, baik habitat dan
populasinya sangat terbatas, sehingga cukup menarik untuk diteliti. Data dan
informasi keberadaan elang jawa di TNAP penting didapatkan untuk
mendukung upaya pelestarian pengelolaan elang jawa. Sementara itu
gangguan yang paling mengancam bagi burung pemangsa adalah hilang atau
rusaknya habitat (Thiollay 1996). Selain itu minat perburuan yang tinggi
terhadap burung elang jawa untuk dijadikan peliharaan hidup dan hiasan atau
awetan.
Berdasarkan keterangan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik habitat elang jawa di TNAP
serta perilaku hariannya.
Famili : Accipitridae
Ordo : Accipitriformes
Kingdom : Animalia
Kelas : Aves
IUCN : Endangered (Genting/Terancam)

3. Kuau Raja (Argusianus argus)

Kuau Raja (Argusianus argus) adalah salah satu burung yang terdapat di
dalam suku Phasianidae. Carolus Linnaeus (1707-1778), ilmuwan Swedia

13
peletak dasar tatanama biologi, memberikan nama ilmiah khusus untuk kuau
raja, yakni Argusianus argus. Dalam mitologi Yunani maknanya adalah
raksasa bermata seratus dan dalam Bahasa Inggris disebut Great Argus.
Kuau raja memiliki bobot hingga 10 kilogram. Selain. dari ukurannya yang
besar. Selain ukuran raksasanya serta bulatan-bulan menyerupai mata pada
bulunya, ciri khas lainnya adalah terdapatnya dua helai bulu ekor yang
panjangnya hingga satu meter. Kuau Raja mempunyai bulu berwarna coklat
kemerahan dan kulit kepala berwarna biru. Burung jantan dewasa berukuran
sangat besar, panjangnya dapat mencapai 200cm. Di atas kepalanya terdapat
jambul dan bulu tengkuk berwarna kehitaman. Burung jantan dewasa juga
memiliki bulu sayap dan ekor yang sangat panjang, dihiasi dengan bintik-
bintik besar menyerupai mata serangga atau oceli. Burung betina berukuran
lebih kecil dari burung jantan, panjangnya sekitar 75cm, dengan jambul
kepala berwarna kecoklatan. Bulu ekor dan sayap betina tidak sepanjang
burung jantan, dan hanya dihiasi dengan sedikit oceli.
Genus : Argusianus
Kingdom : Animalia
Spesies : A. argus
Ordo : Galliformes
IUCN :Near Threatened (Hampir Terancam)

4. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)

14
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau
berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku
Sturnidae.Ia turut dikenali sebagai Curik Ketimbang Jalak.
• Kerajaan : Animalia.
• Filum : Chordata.
• Kelas : Aves.
• Bangsa : Passeriformes.
• Famili : Sturnidae.
• Genus : Leucopsar.
• Jenis : Leucopsar rotschildi Steresemann, 1912.
• IUCN : Critically Endangered (Kritis)

5. Burung Bayan Nuri

15
Bayan atau Bayan (Eclectus roratus) adalah burung berukuran sedang,
dengan panjang sekitar 43cm, dari salah satu genus burung paruhbengkok
Eclectus. Burung ini sangat berbeda dengan burung paruh-bengkok lainnya.
Pada awalnya, ahli burung di Eropa mengira Nuri bayan jantan dan betina
adalah dua spesies yang berbeda. Ini disebabkan karena perbedaan warna
bulu yang mencolok antara jantan dan betina.
Ciri-ciri Nuri bayan jantan memiliki bulu hijau, bawah sayap dan
sisi dada berwarna merah dan biru, dan kaki berwarna abu-abu
kehitaman. Paruh atas berwarna jingga kemerahan dengan ujung kuning,
paruh bagian bawah berwarna hitam. Burung betina memiliki bulu
merah, dada dan punggung biru keunguan, dan paruh berwarna hitam.
Umumnya, betina berukuran lebih kecil dari jantan.
Spesies : E. Roratus
Kingdom : Animalia
Ordo : Psittaciformes
Genus : Eclectus; Wagler, 1832
Kel : Aves
Family: Cacatuidae (kakatua)
IUCN : Dilindungi

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keanekaragaman aves daerah timur indonesia terdapat di beberapa
wilayah yaitu: Keanekaragaman aves di daerah sulawesi, Keanekaragaman aves
di daerah maluku, Keanekaragaman aves di daerah papua, Keanekaragaman
aves di daerah Tenggara Timur dan Keanekaragaman aves di daerah Bali.
Wilayah-wilayah ini memiliki aves berbeda-beda pula yang dilindungi oleh
pemerintah.

B. Saran
Mungkin makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca yang membangun
untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

17
Daftar Pustaka

Afianto MY. 1999. Studi Aspek Ekologi Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi
Stresemann 1924) Di Gunung Salak [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertania.
Bogor.

Akmal, Y., Nisa, C., & Novelina, S. (2014a). Anatomi Organ Reproduksi Jantan
Trenggiling (Manis javanica). Acta Veterinaria Indonesiana, 2(2), 74–81.

Akmal, Y., Nisa, C., & Novelina, S. (2014b). Anatomy of the Male
Reproductive Organs of Javan Pangolin (Manis javanica). In Proceeding the 3
Joint International Meeting Bogor Indonesia P-03: 1 (Vol. 2). Hal: 69-70.

Akmal, Y., Muliari, Nisa, C., & Novelina, S. (2015). Anatomy Accessory
Glands Of Male Reproductive Of Javan Pangolin (Manis javanica). In
Proceeding the 1th Almuslim International Conference on Science, Technology
and Society (AICSTS), 1(1) Hal: 192-197.

18

Anda mungkin juga menyukai