Anda di halaman 1dari 10

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI


REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

Lia Rahmawati1, Arneliwati2, Veny Elita3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: Liarahmawati951@yahoo.com

Abstract

This research aimed to determine the relationship between family support and level of depression among adolescents in
prison. This research used descriptive correlative method with cross-sectional approach. Samples of this research were
taken using total sampling. This research’s sample consists of 46 adolescents in Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Pekanbaru. Data was collected using Zung Self-Rating Depression Scale by Zung (1965) and a family support
questionnaire. Both questionnaires were modified and tested for validity and reliability. Data was analyzed using chi
square test. From the result, it can be concluded that there was a relationship between family support and level of
depression among adolescents in prison (p value = 0.034 < α 0.05). Based on this study, it is suggested to the families to
provide high social support to adolescents in prison, so that they can survive or adapt to the needs and experience during
their training in prison, rediscover their confidence, and could be a part of community members when they are free.

Keywords : Adolescent, family support, level of depression, prison.


References : 86 (2000-2015)

PENDAHULUAN
Remaja adalah masa transisi dari masa hukum akibat perilaku kriminal di Indonesia
anak-anak menuju masa dewasa (Agustiani, cenderung meningkat dari tahun ke tahun
2006). Remaja mengalami beberapa (Ganti, 2012). Data yang diperoleh dari Lapas
perubahan dalam waktu yang bersamaan Anak kelas II B Pekanbaru pada 31 Januari
meliputi perubahan fisik, kognitif, sosial dan 2015 mencatat terdapat 45 orang narapidana
emosional (Potter & Perry, 2005). Seorang usia remaja.
remaja yang berhasil melewati tugas Narapidana merupakan populasi yang
perkembangan serta dapat melewati rentan terhadap timbulnya depresi, karena
perubahan yang ada dalam lingkungan menjadi narapidana adalah stressor kehidupan
hidupnya akan survive dan apabila seorang yang berat. Semua tekanan yang ada di
remaja mengalami masalah dalam Lembaga Pemasyarakatan menjadi penyebab
perkembangan dirinya serta mengalami utama depresi pada Anak Didik
masalah dalam menghadapi lingkungannya Pemasyarakatan (Andikpas) dan apabila tidak
baik dalam keluarga, masyarakat, maupun tertahankan dapat menyerang orang lain
peer groupnya, ia akan melakukan perilaku ataupun menyebabkan bunuh diri (Odger,
yang menyimpang dari kebiasaan atau Burnette, & Chauchan, 2005).
melanggar hukum. Suatu perbuatan yang Depresi diibaratkan seperti penyakit
menyimpang dari kebiasaan atau melanggar flu, sebab depresi dapat terjadi di semua
hukum yang dilakukan pada usia remaja atau kalangan, tidak terkecuali remaja. Gangguan
transisi masa anak-anak dan dewasa disebut depresi sangat rentan dialami oleh usia muda
sebagai kenakalan remaja (juvenile yaitu 15-24 tahun (Dariyo, 2004). Depresi
delinquency) (Sarwono, 2012). pada usia remaja dapat dipicu oleh kejadian-
Dampak buruk dari kenakalan remaja kejadian yang seringkali berhubungan dengan
secara tidak langsung dapat menjerumuskan masalah dan konflik keluarga. Kejadian-
mereka kedalam dunia kriminalitas, sehingga kejadian yang menimbulkan stres dan
kriminalitas di Indonesia tidak hanya kurangnya dukungan sosial dari teman sebaya
dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak dan keluarga juga dapat memicu munculnya
juga dilakukan oleh kalangan anak dan kondisi depresi pada remaja (Nevid, Rathus,
remaja. Kasus anak yang berhadapan dengan & Greene, 2005).
1221
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengalami kondisi terpukul yang berat diawal
oleh Saputri, Rujito, dan Kartika (2011) pada menjalani hidup di Lapas. Mereka harus
97 orang narapidana di Lapas Purwokerto, beradaptasi dengan lingkungan baru,
tercatat bahwa baik responden narapidana ketakutan akan kehidupan di Lapas dan
yang masih muda maupun tua, banyak yang sangat cemas akan masa depan mereka.
mengalami depresi dibandingkan yang tidak Salah seorang diantara 4 remaja
mengalami depresi dengan menggunakan tersebut mengatakan kurang mendapat
instrumen penelitian Beck Depression kunjungan dan perhatian dari keluarga selama
Inventory (BDI). Seseorang yang menjalani ia tinggal di Lapas. Remaja tersebut
hidup di penjara pada umumnya akan mengatakan hanya mendapat kunjungan dari
mengalami momen kritis dan akan keluarga sebanyak 3 kali selama 1 tahun 8
menunjukkan sikap kegagalan, rasa rendah bulan tinggal di Lapas.
diri, putus asa dan perasaan menolak. Remaja tersebut mengatakan merasa
Keadaan ini akan menimbulkan tekanan sangat sedih akan hidupnya dan sering
tersendiri dalam diri narapidana tersebut. Hal menangis. Ia sering merasa lelah tanpa sebab,
ini akan memungkinkan para narapidana dan kesulitan tidur pada malam hari selama ia
tersebut mengalami depresi (Saputri et al., tinggal di Lapas sehingga sering mengalami
2011). sakit kepala. Ia juga mengatakan mungkin
Remaja akan merasa kehilangan keluarga membencinya semenjak ia masuk
keluarganya saat dipenjara. Remaja hanya Lapas, sehingga keluarga enggan untuk
dapat berkomunikasi dengan anggota mengunjunginya. Remaja tersebut juga
keluarga saat mendapat kunjungan. Keluarga mengatakan sering merasa gelisah dan merasa
dapat berperan sebagai pemberi dukungan bersalah pada keluarganya, ia lebih suka
sosial yang membantu individu ketika suatu menyendiri di sel serta kurang tertarik untuk
masalah muncul (Videbeck, 2008). Individu bergabung dengan teman-teman yang lain
yang memperoleh dukungan sosial yang untuk melakukan berbagai aktifitas di Lapas
tinggi akan menjadi individu yang lebih meskipun sudah diajak.
optimis dan lebih mampu beradaptasi Terkait pertanyaan tentang dukungan
terhadap stres (Mazbow, 2009). Dukungan keluarga, keempat remaja tersebut
yang dapat diberikan oleh keluarga bisa mengatakan sangat membutuhkan dukungan
berupa dukungan emosional, dukungan keluarga. Mereka mengatakan adanya
penghargaan, dukungan alat dan dukungan dukungan keluarga membuat mereka merasa
informatif (Adicondro & Purnamasari, 2011). masih dicintai. Menurut mereka adanya
Penelitian oleh Hasyim dan dukungan dari keluarga akan menguatkan dan
Sholichatun (2009) menyebutkan bahwa ada mengurangi beban dan tekanan yang mereka
pengaruh yang signifikan atau positif antara alami selama menjalani masa hukuman di
dukungan sosial terhadap resiliensi pada 40 Lapas.
orang narapidana remaja di Lembaga Berdasarkan uraian data diatas,
Pemasyarakatan Anak Blitar. Selain itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Penelitian oleh Isnaini, Hariyono, dan Utami dukungan keluarga dan pengaruhnya terhadap
(2011) menunjukkan bahwa narapidana tingkat depresi remaja di Lapas.
penyalahguna narkotika, psikotropika dan zat
adiktif (NAPZA) di Lapas Wirogunan TUJUAN PENELITIAN
Yogyakarta yang mendapatkan dukungan Tujuan penelitian ini adalah untuk
keluarga dalam kategori tinggi memiliki mengidentifikasi dukungan keluarga yang
keinginan untuk sembuh. diberikan oleh keluarga remaja di Lapas;
Berdasarkan hasil wawancara pada mengidentifikasi tingkat depresi remaja di
studi pendahuluan yang dilakukan pada Lapas; dan mengidentifikasi hubungan antara
tanggal 6 Februari 2015 kepada 4 orang dukungan keluarga dengan tingkat depresi
remaja penghuni Lapas Anak Kelas II B remaja di Lapas.
Pekanbaru semuanya mengaku pernah

1222
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat 0,745) dan nilai alpha =0,925 > r tabel=0,444.
dijadikan sebagai acuan bagi Lapas dalam Sedangkan pada kuesioner dukungan keluarga
memberikan pembinaan kepada remaja di dari 15 item pernyataan terdapat 14
Lapas dengan memperhatikan aspek pernyataan yang valid (r = 0,572-0,945).
psikologis dari remaja, dapat dijadikan Pernyataan pada kuesioner dukungan keluarga
sebagai sumber dalam memberikan wawasan yang tidak valid dibuang karena masih ada
dalam proses belajar mengajar terutama pernyataan lainnya yang dianggap dapat
dalam ilmu keperawatan jiwa dan keluarga mewakili pernyataan tersebut. Setelah item
mengenai dukungan keluarga dan tingkat pernyataan yang tidak valid dibuang,
depresi remaja. didapatkan bahwa kuesioner dukungan
Manfaat lain dari penelitian ini adalah keluarga reliabel dengan nilai alpha = 0,960 >
sebagai bahan informasi dan masukan bagi r tabel = 0,444.
keluarga tentang pentingnya peran keluarga Analisa data yang digunakan adalah
dalam memberikan dukungan kepada remaja analisa univariat dan bivariat. Analisa
di Lapas dan pengaruh dukungan keluarga univariat digunakan untuk mengetahui
yang diberikan terhadap tingkat depresi karakteristik responden, yaitu jenis kelamin,
remaja di Lapas, dan dapat dijadikan sebagai usia, pendidikan terakhir, dan lama masa
evidence based untuk penelitian selanjutnya hukuman yang telah dijalani responden di
terkait dukungan keluarga dan tingkat depresi Lapas. Analisa bivariat menggunakan uji chi
remaja. square.

METODOLOGI PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Desain penelitian yang digunakan Tabel 1.
adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan Distribusi Karakteristik Responden
cross sectional. Jumlah sampel yang
No Karakteristik Jumlah (n) Persentase
digunakan dalam penelitian ini adalah 46 reponden (%)
remaja yang memenuhi kriteria inklusi 1 Jenis kelamin
dengan metode pengambilan sampel yaitu  Laki-laki 36 78,3
total sampling.  Perempuan 10 21,7
Alat pengumpulan data yang digunakan 2 Umur
oleh peneliti adalah kuesioner. Instrumen  Remaja tengah 20 43,5
 Remaja akhir 26 56,5
yang digunakan untuk mengukur variabel
3 Pendidikan akhir
tingkat depresi adalah modifikasi dari  SD 11 23,9
kuesioner Zung Self-Rating Depression Scale  SMP 25 54,3
oleh Zung (1965). Instrumen untuk mengukur  SMA 10 21,7
variabel dukungan keluarga adalah kuesioner 4 Lama hukuman
yang dimodifikasi dari kuesioner penelitian yang telah dijalani
Nelfice (2014), kuesioner ini sebelumnya  < 1 tahun 16 34,8
digunakan dalam penelitian Khalid (2011).  1-2 tahun 14 30,4
 >2-3 tahun 12 26,1
Sebelum kuesioner disebarkan kepada
 >3 tahun 4 8,7
responden terlebih dahulu dilakukan uji Total 46 100
validitas dan reliabilitas. Instrumen dikatakan Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
valid jika r hitung > r tabel. Pernyataan dari seluruh responden yang diteliti,
dianggap reliabel bila diperoleh nilai alpha > r mayoritas responden berjenis kelamin laki-
tabel (Hastono, 2007). Berdasarkan hasil uji laki yaitu sebanyak 36 orang (78,3 %).
validitas dan reliabilitas, maka diperoleh hasil Mayoritas responden berada pada usia remaja
bahwa seluruh item pernyataan pada akhir (18-20 tahun) yaitu sebanyak 26 orang
kuesioner Zung Self-Rating Depression Scale (56,5 %). Berdasarkan tingkat pendidikan,
valid dan reliabel dengan nilai (r = 0,463- mayoritas responden berpendidikan SMP
1223
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

yaitu sebanyak 25 orang (54,3 %). Mayoritas Tabel 4 menggambarkan terdapat


responden telah menjalani masa hukuman di hubungan yang signifikan antara dukungan
Lapas selama < 1 tahun yaitu sebanyak 16 keluarga dengan tingkat depresi remaja di
orang (34,8 %). Lembaga Pemasyarakatan. Hasil analisis
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
Tabel 2. depresi remaja di Lembaga Pemasyarakatan
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan menunjukkan bahwa remaja di Lembaga
Dukungan Keluarga Pemasyarakatan yang mendapatkan dukungan
No Dukungan Jumlah (n) Persentase
keluarga tinggi dan mengalami depresi ringan
keluarga (%) yaitu 10 responden (21,7 %), sedangkan
1 Tinggi 23 50 remaja yang mendapatkan dukungan keluarga
2 Rendah 23 50 rendah dan mengalami depresi ringan
Total 46 100 sebanyak 18 responden (39,1 %). Jumlah
remaja yang mendapat dukungan keluarga
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
tinggi dan tidak mengalami depresi sebanyak
jumlah responden yang mendapatkan
13 orang (28,3 %), sedangkan remaja yang
dukungan keluarga tinggi dan yang
mendapat dukungan keluarga rendah namun
mendapatkan dukungan keluarga rendah
tidak mengalami depresi sebanyak 5 orang
jumlahnya sama yaitu sebanyak 23 orang (50
(10,9 %). Berdasarkan uji chi square
%).
diperoleh p value = 0,034 < α (0,05), berarti
Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada
Tabel 3.
hubungan yang signifikan antara dukungan
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
keluarga dengan tingkat depresi remaja di
Tingkat Depresi
Lembaga Pemasyarakatan. Nilai odds ratio =
No Tingkat Jumlah Persentase 0,214 sehingga dapat disimpulkan bahwa
depresi remaja yang mendapatkan dukungan keluarga
1 Depresi ringan 28 60,9
2 Normal/Tidak 18 39,1
tinggi memiliki peluang sebesar 0,214 kali
depresi untuk tidak mengalami depresi.
Total 46 100
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa Berdasarkan hasil penelitian
mayoritas responden memiliki tingkat depresi didapatkan bahwa mayoritas responden
ringan yaitu sebanyak 28 orang (60,9 %). berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 36
Tingkat depresi dikategorikan menjadi 4 yaitu orang (78,3 %). Hal ini dikarenakan
normal/tidak depresi bila skor 20-49, depresi mayoritas penghuni Lembaga
ringan bila skor 50-59, depresi sedang bila Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas II B
skor 60-69, dan depresi berat bila skor ≥ 70. Pekanbaru yang berada di rentang usia remaja
Berdasarkan penelitian tidak ada responden (11-20 tahun) berjenis kelamin laki-laki.
yang memiliki tingkat depresi sedang dan Selain itu, hal ini sesuai dengan pernyataan
berat. Diagnosis and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM-IV-TR) bahwa gangguan
Tabel 4. tingkah laku (conduct disorder) merupakan
Hubungan Dukungan Keluarga dengan pola perilaku tetap yang melanggar hak-hak
Tingkat Depresi dasar orang lain dan norma susila yang lebih
N Dukungan Tingkat depresi didominasi oleh laki-laki daripada perempuan
o Keluarga Ringan Normal Total OR P-
Value
(American Psychiatric Association, 2000
n % n % n % dalam Rehani, 2012).
1 Tinggi 10 21,7 13 28,3 23 50,0 Penelitian ini sesuai dengan penelitian
2 Rendah 18 39,1 5 10,9 23 50,0 0,214 0,034 Isnaini, Hariyono dan Utami (2011) dan juga
penelitian oleh Nurhaeni, Chaerani, Suryati,
Total 28 60,9 18 39,1 46 100 Manurung, Lestari dan Sumiati (2009) yang

1224
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

menemukan bahwa perilaku kriminal lebih Marilyn, David, Marilyn & Patricia, 2008;
didominasi oleh responden laki-laki. Desmita, 2012). Pada usia tersebut, remaja
Adapun sebuah teori oleh Jensen cenderung melakukan perilaku-perilaku yang
(1985) yang disebut male phenomenon menyimpang dari dirinya seperti merokok dan
mempercayai bahwa anak laki-laki lebih penyalahgunakan NAPZA (Santrock, 2007).
nakal daripada perempuan. Alasannya karena Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kenakalan memang adalah sifat laki-laki atau bahwa mayoritas pendidikan terakhir
karena budaya maskulinitas menyatakan responden adalah SMP, yaitu sebanyak 25
bahwa wajar bila laki-laki nakal (Sarwono, orang (54,3 %). Hal itu menunjukkan bahwa
2010). mayoritas responden memiliki tingkat
Berdasarkan karakteristik usia, pendidikan yang masih rendah, artinya remaja
mayoritas responden adalah usia remaja akhir memiliki tingkat pengetahuan yang masih
(18-20 tahun) yaitu sebanyak 26 responden rendah pula. Padahal, pendidikan dapat
(56,5 %). Hukum di Indonesia hanya meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengenal anak-anak dan dewasa, sebagian hal pemecahan masalah, penalaran, dan
Undang-Undang tidak mengenal konsep memberikan pengajaran berharga mengenai
remaja (Sarwono, 2012). Batas usia anak kecerdasan emosional dan kecerdasan
yang dapat di ajukan ke sidang anak menurut intelektual (Laksono, 2012).
Undang-Undang Peradilan Anak Pasal 3 Penelitian lain oleh Nurhaeni et al.
adalah sekurang-kurangnya 8 tahun dan batas (2009) menyebutkan bahwa dari seluruh
maksimalnya adalah usia 18 tahun (Sambas, responden pelaku kenakalan remaja,
2013). Hal tersebut tidak sesuai dengan mayoritas remaja memiliki pendidikan
penelitian yang mayoritasnya berusia remaja terakhir SMP. Penelitian lain oleh Arneliza,
akhir (18-20 tahun), hal ini dikarenakan pada Nauli, dan Erwin (2013) menyebutkan
umumnya responden penelitian telah mayoritas pendidikan terakhir responden
menjalani masa hukuman beberapa bulan narapidana usia remaja adalah SMP. Bahkan,
hingga tahun di Lapas. Ketika responden penelitian oleh Nelfice (2014) menyebutkan
memasuki Lapas, mayoritas responden berada bahwa mayoritas responden narapidana usia
pada usia remaja tengah (15-17 tahun) yaitu remaja dalam penelitiannya memiliki tingkat
sebanyak 24 orang (52,2 %). Artinya pada pendidikan SD. Pada umumnya, remaja
saat responden melakukan tindak kejahatan pelaku kenakalan memiliki harapan yang
dan pelanggaran pada umumnya saat itu rendah terhadap nilai dan pendidikan di
mereka tengah berada pada usia remaja sekolah. Mereka beranggapan sekolah tidak
pertengahan. begitu memiliki manfaat yang besar baginya,
Menurut Yamin dan Teguh (2013) sehingga motivasi mereka terhadap sekolah
pada awal tahun 2013 perilaku kriminalitas juga masih rendah (Santrock, 2007).
didominasi oleh pelajar yang berusia remaja. Menurut Nurihsan dan Agustin (2011)
Data Profil Kriminalitas Remaja 2010 sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
mengungkapkan bahwa selama tahun 2007 berupaya untuk membudayakan dan
tercatat sekitar 3.100 orang pelaku remaja memberdayakan peserta didik. Sekolah adalah
berusia 18 tahun atau kurang. Jumlah pelaku lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak
meningkat di tahun 2008 menjadi 3.330 orang yang bersekolah, lingkungan yang setiap hari
pelaku remaja dan meningkat kembali dimasukinya selain lingkungan rumah adalah
menjadi 4.200 orang pelaku pada tahun 2009 sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk
(Irwansyah, 2010). di bangku SMP atau SMA umumnya
Usia remaja yang paling rentan menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di
terpengaruh oleh pergaulan lingkungan adalah sekolahnya. Hal ini berarti bahwa hampir
usia remaja pertengahan (15-18 tahun) karena sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan
pada usia tersebut remaja sudah mencapai remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau
hubungan saling percaya dengan teman pengaruh sekolah terhadap perkembangan
sebaya dan mulai lepas dari orang tua (Wong, jiwa remaja cukup besar (Sarwono, 2010; Ali,

1225
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

& Asrori, 2012). Sehingga dapat disimpulkan rendah mencapai separuh dari seluruh
bahwa pendidikan yang rendah dapat responden dan perlu mendapat perhatian.
menggiring anak didik menjadi peribadi yang Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
tidak memiliki nilai dan norma yang baik penelitian Nelfice (2014) pada Lapas yang
dalam kehidupannya dan rentan terhadap sama yang menyebutkan bahwa dari seluruh
perilaku kriminal. responden narapidana remaja, jumlah remaja
Berdasarkan hasil penelitian, yang mendapat dukungan keluarga rendah
mayoritas responden telah menjalani masa hampir sama jumlahnya dengan responden
hukuman selama < 1 tahun, yaitu sebanyak 16 yang mendapat dukungan keluarga tinggi
orang (34,8 %). Hal tersebut menunjukkan dikarenakan sebagian responden tinggal
bahwa mayoritas remaja belum terlalu lama diluar Kota Pekanbaru sehingga
menjalani masa hukuman di Lapas. memungkinkan menjadi kendala bagi
Di awal menjalani masa hukuman di keluarga untuk sering datang berkunjung.
Lapas, narapidana akan mengalami fase Harris dan Nolte (2004) mengatakan
penyesalan terutama terhadap kedua orang bahwa orangtua perlu memberikan anak-anak
tuanya, mereka juga cenderung remajanya segenap dukungan saat mereka
membandingkan kebebasan dirinya dengan menghadapi masa-masa sulit, karena
kebebasan teman-teman lain sebayanya yang dukungan dari orangtua membantu mereka
hidup bebas diluar Lapas. Sementara pada mengembangkan keseimbangan lebih besar
saat akhir menjalani masa hukuman di Lapas, dan memperkuat mereka selama momen
mereka mendapatkan stressor tersendiri ketidakberdayaan diri. Dukungan keluarga
mengenai persiapan mental untuk masuk yang dapat diberikan pada remaja narapidana
kembali dalam masyarakat, mereka akan meliputi dukungan informasional, dukungan
mengalami rasa malu dan cemas mengenai emosional, dukungan instrumental, dan
apakah mereka akan diterima kembali oleh dukungan penilaian (Friedman, Bowden, &
masyarakat. Jones, 2003).
Menurut Diagnosis and Statistical Menurut Sarafino (2008) cara kerja
Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) dukungan keluarga dibagi kedalam dua teori
dalam Sadock dan Virginia (2010) suatu yaitu the buffering hypothesis yang
reaksi maladaptif atau kelainan penyesuaian menjelaskan bahwa dukungan sosial
individu terhadap stressor psikososial akan melindungi individu dengan melawan efek-
tampak dalam 3 bulan semenjak onset efek negatif dari tingkat stres yang tinggi dan
stressor. Gejala gangguan penyesuaian teori The direct effect hypothesis yang
tersebut dapat pulih dalam waktu 6 bulan mengatakan bahwa individu dengan tingkat
setelah munculnya stressor, namun reaksi dukungan sosial yang tinggi akan merasa
maladaptif dapat berlangsung lebih lama jika dicintai dan dihargai. Ia merasa bahwa orang
ditimbulkan oleh stressor yang kronis atau lain peduli dan membutuhkannya, sehingga
jika dengan akibat yang berlangsung lebih hal ini dapat mengarahkan individu tersebut
lama. Berdasarkan ulasan diatas maka dapat pada gaya hidup yang sehat.
disimpulkan bahwa mayoritas responden yang Pernyataan tersebut sesuai dengan
telah menjalani masa hukuman di Lapas pendapat Mazbow bahwa individu yang
selama < 1 tahun berkemungkinan besar memperoleh dukungan sosial yang tinggi
sedang mengalami reaksi maladaptif terhadap akan menjadi individu yang lebih optimis dan
stressor psikososial yang mereka alami. lebih mampu beradaptasi terhadap stres
Berdasarkan hasil penelitian, remaja (Mazbow, 2009). Menurut Videbeck (2008)
yang memperoleh dukungan keluarga rendah keluarga dapat berperan sebagai pemberi
sama jumlahnya dengan remaja yang dukungan sosial yang membantu individu
memperoleh dukungan keluarga tinggi yaitu ketika suatu masalah muncul. Dukungan
sebanyak 23 orang (50 %). Hal tersebut sosial tersebut akan membuat individu
menunjukkan bahwa jumlah narapidana menyadari bahwa ada lingkungan terdekat
remaja yang mendapatkan dukungan keluarga mereka yaitu keluarga yang siap membantu

1226
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

mereka saat menghadapi tekanan diperoleh bahwa nilai Asymp sig = 0,034 <
(Komalasari, 2006). alpha = 0,05.
Berdasarkan tingkat depresinya, Banyaknya jumlah responden yang
mayoritas remaja mengalami depresi ringan mengalami depresi ringan selain dipengaruhi
yaitu sebanyak 28 orang (60,9 %) sementara oleh dukungan keluarga yang rendah juga
sisanya tidak mengalami depresi. Hasil dikarenakan mayoritas responden baru
tersebut menunjukan bahwa jumlah menjalani masa hukuman di Lapas dalam
narapidana remaja yang mengalami depresi waktu <1 tahun yaitu sebanyak 16 orang (34,8
ringan cukup banyak dan tidak bisa dianggap %). Menurut Sadock dan Virginia (2009)
remeh. Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb reaksi maladatif seseorang terhadap stressor
(2010) peristiwa kehidupan, stressor mulai tampak dalam waktu 3 bulan setelah
lingkungan, kepribadian, psikodinamika, stressor muncul dan biasanya akan berakhir
kegagalan berulang, teori kognitif dan setelah 6 bulan munculnya stressor namun
dukungan sosial memegang peranan dalam dapat berlangsung lebih lama bila stressor
kejadian depresi. terlalu kuat. Responden yang mayoritas telah
Menurut Mukhlis (2011) menjadi menjalani masa hukuman selama < 1 tahun
narapidana adalah stressor kehidupan yang memungkinkan mereka sedang berada pada
berat dan dapat memicu munculnya depresi. fase munculnya reaksi maladaptif terhadap
Perasaan sedih setelah menerima hukuman stressor, dalam hal ini yaitu menjalani masa
serta berbagai hal lainnya seperti rasa hukuman di Lapas. Hal itu memungkinkan
bersalah, hilangnya kebebasan, perasaan menjadi salah satu penyebab mayoritas
malu, sanksi ekonomi dan sosial serta responden mengalami depresi.
kehidupan dalam penjara yang penuh dengan Ditinjau dari tingkat dukungan
tekanan psikologis adalah alasan timbulnya keluarga maka jelas dukungan keluarga
masalah depresi pada narapidana. Selain itu, memiliki pengaruh terhadap kejadian depresi
Kejadian-kejadian yang menimbulkan stres pada narapidana. Nilai OR = 0,214 memiliki
dan kurangnya dukungan sosial dari teman arti bahwa remaja yang memiliki dukungan
sebaya dan keluarga juga dapat memicu keluarga tinggi memiliki peluang sebesar
munculnya kondisi depresi pada remaja 0,214 untuk tidak mengalami depresi. Hal ini
(Nevid, Rathus, & Greene, 2005). dikarenakan dukungan keluarga memberikan
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan dampak positif terhadap seseorang dalam
penelitian yang dilakukan oleh Saputri, melawan stressor yang dialaminya. Menurut
Rujito, dan Kartika (2011) pada narapidana di Nevid, Rathus, dan Greene (2005) depresi
Lapas Purwokerto. Penelitian tersebut pada remaja dapat muncul karena dipicu oleh
menyebutkan bahwa baik responden adanya stressor dan kurangnya dukungan
narapidana yang masih muda maupun tua, sosial dari teman sebaya dan keluarga yang
banyak yang mengalami depresi diperolehnya, dan sebaliknya depresi dapat
dibandingkan yang tidak mengalami depresi terhindar apabila seseorang memiliki
dengan menggunakan instrumen penelitian dukungan sosial yang baik sebagai penolak
Beck Depression Inventory (BDI). Penelitian efek-efek negatif dari stressor yang muncul.
lain oleh Purnamasari, Sukawana, dan Kesimpulan dari nilai OR dalam
Suarnatha (2013) dengan menggunakan skor penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
penilan Beck Depression Inventory (BDI) Nurhaeni, Chaerani, Suryati, Manurung,
terhadap narapidana wanita, diperoleh bahwa Lestari dan Sumiati (2009) yang
mayoritas responden mengalami depresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sedang. signifikan antara dukungan keluarga dengan
Hasil uji statistik menggunakan uji chi tingkat depresi narapidana (penyalahguna
square menunjukkan bahwa terdapat NAPZA) di Lapas, dimana semakin tinggi
hubungan yang signifikan antara dukungan tingkat dukungan keluarga maka tingkat
keluarga dengan tingkat depresi remaja di depresi nerapidana semakin menurun. Hal ini
Lapas. Berdasarkan hasil uji chi square dikarenakan berbagai bentuk dukungan

1227
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

keluarga yang beragam menyumbang sugesti SARAN


yang positif terhadap narapidana. Efek Bagi lembaga pemasyarakatan
langsung dari dukungan terjadi sebagai hasil diharapkan untuk terus meningkatkan
dari persepsi bahwa orang lain dalam jaringan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
sosialnya memberikan bantuan pada saat menjadikan kegiatan-kegiatan di Lapas
timbul stressor sehingga mengurangi dampak sebagai wadah bagi remaja mengadakan
dari stressor yang ada (Darojat, 2008 dalam hubungan sosial dengan orang disekitarnya,
Isnaini et al, 2011). mendapatkan pengalaman berharga,
Penelitian lain yang mendukung persahabatan, dan perasaan dicintai agar
dilakukan oleh Isnaini, Hariyono, dan Utami remaja terhindar dari kondisi depresi. Bagi
(2011) yang menyebutkan bahwa terdapat institusi pendidikan dibidang keperawatan
hubungan yang signifikan antara dukungan jiwa diharapkan dapat terus mengembangkan
keluarga dengan keinginan untuk sembuh penelitian tentang aspek psikologis pada
pada narapidana penyalahgunaan narkotika, remaja yang berada di Lapas. Bagi keluarga
psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) di diharapkan untuk meningkatkan dukungan
Lapas Wirogunan Yogyakarta. Penelitian oleh sosial pada remaja di Lapas sehingga remaja
Astuti, Kuntari, dan Desrini (2009) juga lebih dapat bertahan atau beradaptasi dengan
menyebutkan bahwa ada hubungan yang kebutuhan dan kondisi yang dialami selama
signifikan antara dukungan keluarga dengan menjalani pembinaan di Lapas, menemukan
tingkat stres pada narapidana pengguna kembali kepercayaan dirinya, dan dapat
NAPZA, artinya semakin tinggi tingkat kembali menjadi bagian dari anggota
dukungan keluarga maka tingkat stres pada masyarakat saat mereka bebas. Bagi peneliti
narapidana akan menurun. Selain itu, adapun lain diharapkan untuk dapat melakukan
penelitian menurut Hasyim dan Solichatun penelitian lebih mendalam pada remaja yang
(2009) yang menyebutkan bahwa terdapat menjalani pembinaan di Lapas terkait faktor-
pengaruh yang positif dari dukungan sosial faktor lain yang mempengaruhi tingkat
terhadap resiliensi narapidana remaja di depresi dan pemberian dukungan sosial oleh
Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini semakin keluarga.
membuktikan bahwa dukungan keluarga
memiliki dampak positif terhadap seseorang UCAPAN TERIMA KASIH
dalam melawan stressor dan mengurangi Terima kasih kepada Universitas Riau
dampak negatif dari stressor yang sedang dan Program Studi Ilmu Keperawatan sebagai
dialaminya. Berdasarkan beberapa pendapat wadah dan lembaga pendidikan yang telah
diatas maka dapat disimpulkan bahwa memberikan kesempatan kepada peneliti
dukungan keluarga dapat mengurangi tingkat untuk melakukan penelitian ini.
depresi dan memberikan dampak positif
terhadap psikologis seseorang. 1
Lia Rahmawati: Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
KESIMPULAN Indonesia.
Berdasarkan hasil uji statistik 2
Ns. Arneliwati, M.Kep: Dosen Bidang
menggunakan chi square test diperoleh hasil Keilmuan Keperawatan Komunitas Program
bahwa terdapat hubungan yang signifikan Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
antara dukungan keluarga dengan tingkat Indonesia.
depresi remaja di Lembaga Pemasyarakatan 3
Veny Elita, S.Kp., MN (MH): Dosen
(p value = 0,034) dengan nilai odds ratio = Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa Program
0,214 sehingga dapat disimpulkan remaja di Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
Lapas yang memiliki dukungan keluarga Indonesia.
tinggi memiliki peluang sebesar 0,214 untuk _____________________________________
tidak mengalami depresi.

1228
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

DAFTAR PUSTAKA resiliensi napi remaja di Lembaga


Adicondro, N., & Purnamasari, A. (2011). Pemasyarakatan Anak Blitar. Skripsi.
Efikasi diri, dukungan sosial keluarga Malang: Fakultas Psikologi UIN
dan Self Regulated Learning pada Malang. Diperoleh tanggal 23 Februari
Siswa Kelas VIII. Jurnal Humanitas 2015 dari http://lib.uin-malang.ac.id.
(Jurnal Psikologi Indonesia), 8(1), 18- Irwansyah, R. (2010, Mei 26). Waspada
27. Diperoleh tanggal 5 Januari 2015 online: Anak-citizen journalism:
dari http://journal.uad.ac.id/. Penghuni Lapas Anak separuh usia
Agustiani, H. (2006). Psikologi produktif. Diperoleh tanggal 18 April
perkembangan: Pendekatan ekologi. 2015 dari http://www.waspada.co.id/
Bandung: Refika Aditama. Isnaini, Y., Hariyono, W., & Utami, I. K.
Ali, M., & Asrori, M. (2012). Psikologi (2011). Hubungan antara dukungan
remaja: Perkembangan peserta didik. keluarga dengan keinginan untuk
Jakarta: Bumi Aksara. sembuh pada penyalahguna NAPZA di
Arneliza, V., Nauli, F.A., & Erwin. (2013). Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan
Gambaran konsep diri remaja di Kota Yogyakarta. Jurnal kesehatan
Lembaga Pemasyarakatan. Manuscript. masyarakat, 5(2), 162-232. Diperoleh
Pekanbaru: PSIK UR. Diperoleh tanggal 15 Desember 2014 dari
tanggal 20 April 2015 dari http://download.portalgaruda.org/
http://repository.unri.ac.id Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A.
Astuti, T. P., Kuntari, T., & Desrini, S. (2010). Sinopsis psikiatri jilid 2.
(2009). Hubungan antara dukungan Jakarta: Binarupa Aksara.
sosial dengan stres pada napi NAPZA di Komalasari, E. (2006). Dukungan sosial pada
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika penderita sakit jantung. Skripsi. Jakarta:
Yogyakarta. Jurnal JKKI, 1(3). Universitas Gunadarma. Diperoleh
Diperoleh tanggal 12 Desember 2014 tanggal 26 Desember 2014 dari
dari http://download.portalgaruda.org http://www.gunadarma.ac.id./library/
Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan gunadarma_10500127-skripsi_fpsi.pdf.
remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Laksono, W. Y. (2012). Hubungan antara
Desmita. (2012). Psikologi perkembangan. tingkat pendidikan dengan kematangan
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya emosi pada wanita dewasa madya.
Friedman, M.M., Bowden, V. R., & Jones, E. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas
G. (2003). Family nursing: Research, Kristen Satya Wacana. Skripsi.
theory and practice. (5 th ed). New Diperoleh tanggal 24 April 2015 dari
Jersey: Pearson Education. http://repository.library
Ganti, M. (2012). Peran pekerja sosial Lapas Kelas II B Anak Pekanbaru. (2015).
kementerian sosial Republik Indonesia Data Andikpas per 31 Januari 2015.
dalam penerapan restorative justice Pekanbaru: Lapas Kelas IIB Anak
bagi anak berhadapan dengan hukum Pekanbaru.
yang dirujuk ke panti sosial. Tesis. Mazbow. (2009). Apa itu dukungan sosial?.
Jakarta: FISIP UI. Diperoleh tanggal 15 Diperoleh tanggal 13 Desember 2014
Desember 2014 dari http://lib.ui.ac.id/ dari http://www.masbow.com.
Harris, R., & Nolte, D. L. (2004). Remaja Mukhlis, M. (2011). Pengaruh terapi
belajar dari apa yang mereka alami membatik terhadap depresi pada
dalam kehidupan ini. Batam: narapidana. Jurnal Psikologi Islam,
Interaksara. 8(1), 99-115. Diperoleh pada tanggal 3
Hastono, S. P. (2007). Basic data analysis for Januari 2015 dari
health research training: Analisa data http://www.library.gunadarma.ac.id/.
kesehatan. Jakarta: FKM UI. Nelfice, Elita, E., & Dewi, Y.I. (2014).
Hasyim, R.N.F, & Solichatun, Y. (2009). Hubungan dukungan keluarga dengan
Pengaruh dukungan sosial terhadap harga diri remaja di Lembaga

1229
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Pemasyarakatan. Jurnal online (Profitasari & Tiara Mahatmi Nisa,


mahasiswa, 1(3), 1-10. Diperoleh Penerjemah). (Ed.2). Jakarta: EGC.
tanggal 5 Januari 2015 dari Sambas, N. (2013). Peradilan pidana anak di
http://www.repository.unri.ac.id/ Indonesia dan instrumen internasional
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. perlindungan anak serta penerapannya.
(2005). Pengantar psikologi abnormal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Remaja (Benedictine
Nurhaeni, H., Chaerani, R., Suryati., Widyashinta, Penerjemah). (Ed. 11).
Manurung, S., Lestari, T. R., & Sumiati. Jakarta: Erlangga.
(2011). Hubungan dukungan sosial Saputri, D.K.D., Rujito, L., & Kartika, A.
dengan depresi remaja mantan (2011). Perbedaan kejadian depresi
penyalahgunaan NAPZA di lembaga pada narapidana usia muda dan usia tua
pemasyarakatan kelas IIA Pekanbaru beserta gambaran sidik jari di Lembaga
Pondok Bambu Jakarta Timur tahun Permasyarakatan Purwokerto. Jurnal
2009. Jurnal Buletin Penelitian Sistem Mandala Of Health, 5(2). Diperoleh
Kesehatan, 14(3), 241-248. Diperoleh tanggal 28 Desember 2014 dari
tanggal 21 Februari 2015 dari http://thesis.binus.ac.id/ pdf.
http://ejournal.litbang.depkes.go. Sarafino, E. P. (2008). Health psychology
Nurihsan, H.I.J., & Agustin, M. (2011). interaction. New York: John Wiley &
Dinamika perkembangan anak dan John, inc.
remaja: Tinjauan psikologi, pendidikan, Sarwono, S. W. (2010). Psikologi remaja.
dan bimbingan. Bandung: PT. Refika Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Aditama. Sarwono, S. W. (2012). Psikologi remaja.
Odger, C. L., Burnette, M. L., & Chauhan, P. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(2005). Misdiagnosis the problem: Soetjiningsih. (2004). Tumbuh kembang
Mental health profiles of incarcerated remaja dan permasalahannya. Jakarta:
juveniles.Virginia: University of Sagung Seto.
Virginia. Diperoleh tanggal 29 Teguh. (2013, April 24). Harian Haluan:
Desember 2014 dari Kenakalan remaja meningkat. Artikel.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed Diperoleh tanggal 17 April 2015 dari
/19030498/. http://harianhaluan.com
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar
fundamental keperawatan: Konsep, keperawatan jiwa (Renata Komalasari
proses & praktek (ed.4 vol.1). & Alfrina Hany, Penerjemah). Jakarta:
Jakarta: EGC. EGC.
Purnamasari, B. W., NiMade., Sukawana, Wong, D. L., Marilyn, H. E., David, W.,
I.W., & Suarnatha, K. (2013). Pengaruh Marilyn, L. W., & Patricia, S. (2008).
senam aerobik low impact terhadap Buku ajar keperawatan pediatrik (Agus
penurunan tingkat depresi pada Sutarna, Neti Juniarti, & Kuncara,
narapidana wanita di Lembaga Penerjemah). Vol. 2. (Ed.6). Jakarta:
Pemasyarakatan Denpasar. Manuscript. EGC.
Denpasar: PSIK FK Universitas Yamin, M. (2013, April 29). Metropolis:
Udayana. Diperoleh tanggal 23 April Harian pagi Padang. Diperoleh tanggal
2015 dari http://ojs.unud.ac.id.. 17 April 2015 dari
Rehani. (2012). Gangguan tingkah laku pada http://padangekspress.co.id.
anak. Jurnal Al-Talim 1(3), 201-08.
Diperoleh pada tanggal 16 April 2015
dari http://journal.tarbiyahiainib.ac.id/ .
Sadock, B. J., & Virginia, A. (2010). Kaplan
dan Sadock buku ajar psikiatri klinis

1230

Anda mungkin juga menyukai