Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “ Tari Gunde Dalam
Masyarakat Siau “ dengan waktu yang telah diberikan.

Saya sangat berharap tulisan karya ilmiah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai Tari Gunde. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tulisan karya ilmiah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang saya akan buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tulisan karya ilmiah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Dan dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.

Manado, 14 November 2017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tari Gunde telah lama dimiliki masyarakat Sangihe Talaud sebagai tari penyembahan
kepada Genggona Langi (Allah Semesta Alam), kemudian menjadi tari istana dan akhirnya
menjadi milik rakyat atau tari tradisonal Sangihe Talaud. Tari Gunde telah mentradisi bagi
masyarakat Sangihe Talaud dimana berperan dalam berbagai upacara adat, justru busananya
pun menggunakan busana adat yang disebut Laku Tepu. Berdasarkan hal tersebut maka tari
Gunde belum dapat dikembangkan dan masih dipertahankan keasliannya oleh masyarakat
sebagai tari sakral.
Tari Gunde mengungkapkan gerakan-gerakan tari sederhana, lemah-gemulai dengan
iringan lagu Sasambo serta alat musik tagonggong perlambang kehalusan budi dan keagungan
wanita Sangihe Talaud. Jelaslah bahwa para penari gunde terdiri dari 13 orang wanita dan
seorang pemimpin tari yang disebut Pangataseng.
Demi pelestarian dan penyebar luasan tari ini dipertujukkan oleh pemerintah dan
masyarakat dari berbagai kegiatan pertunjukan bahkanpun difestifalkan atau dilombakan
antar sekolah dengan penekanan tidak boleh dikembangkan atau dikreasikan.
Dalam pertunjukan Tari Gunde ini biasanya terdiri dari 7 (tujuh) babak. Pertama diawali
dengan babak masuk pentas, yakni para penari memasuki arena dan juga menari dengan gerakan
yang lemah lembut. Kemudian dilanjutkan dengan babak penghormatan, yakni saat dimana para
penari memberikan penghormatan kepada tamu atau penonton. Lalu para penari memulai tarian
dan memasuki babak salaing bawine, yakni babak dimana para penari akan menari dengan
gerakan yang menggambarkan sebuah keagungan dan kehalusan budi pekerti dari wanita.
Setelah itu kemudian akan dilanjutkan dengan babak salaing saloha, yakni babak dimana
para penari akan menari dengan gerakan yang menggambarkan sebuah kegembiraan dan suka
cita dari para penari. Lalu dilanjutkan dengan babak salaing sonda, yakni babak dimana
menggambarkan sebuah ketangguhan dan emansipasi dari wanita. Kemudian dilanjutkan lagi
dengan babak salaing balang, yakni babak yang menggambarkan sebuah perjuangan dari para
wanita. Sedangkan yang terakhir ialah babak salaing durahang, yakni babak yang
menggambarkan mencari kebahagiaan. Sesudah semua babak selesai, kemudian para penari
akan keluar dari arena dengan gerakan yang sama pada saat akan memasuki arena.

1.2 Rumusan Masalah


● Apa peran tarian gunde pada masyarakat Siau.
1.3 Tujuan
● Menjelaskan tentang peran tarian gunde pada masyarakat Siau.
1.4 Manfaat
● Memberikan informasi kepada masyarakat Siau tentang tarian gunde

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengiring Tarian Gunde

Dalam pertunjukan Tari Gunde ini biasanya akan diiringi dengan iringan alat musik tradisional
seperti sasombo dan juga tagonggong. Untuk irama yang dimainkan juga harus disesuaikan dengan
gerakan dari para penari dan setiap babak biasanya akan memiliki irama yang berbeda-beda. Selain
alat musik tradisional, Tari Gunde ini juga biasanya akan diiringi oleh lagu-lagu adat dari masyarakat
Sangihe.

2.2 Kostum Tarian Gunde

Kostum yang digunakan oleh para penari pada saat pertunjukan Tari Gunde ini biasanya
merupakan busana adat yang disebut dengan Laku Tepu. Busana yang digunakan ini diantaranya
adalah baju panjang serta kain sarung khas Sangihe. Pada bagian rambut biasanya akan digelung dan
dihiasi oleh hiasan seperti mahkota kecil. Sedangkan untuk aksesoris lainnya biasanya adalah gelang,
anting, kalung dan juga kain selampang. Selain itu para penari juga membawa sapu tangan yang
digunakan dalam menari.

2.3 Perkembangan Tari Gunde

Walaupun tarian ini merupakan tarian klasik, Tari Gunde masih terus dilestarikan serta dijaga
keberadaannya oleh masyarakat Sangihe di Provinsi Sulawesi Utara. Keaslian dari Tari Gunde ini juga
masih terus dipertahankan, baik itu dalam segi gerak, pengiring, ataupun kostum yang digunakan
masih tetap sama. Tarian ini juga masih sering ditampilkan diberbagai acara seperti pada acara adat,
pernikahan, penyambutan, dan juga acara adat lainnya.

Dalam perkembangannya, tarian ini sering ditampilkan diberbagai acara seperti acara pentas
seni dan acara festival budaya, baik itu tingkat daerah, nasional, ataupun tingkat internasional. Hal
tersebut dilakukan sebagai usaha dalam melestarikan dan juga memperkenalkan kepada para
generasi muda dan masyarakat luas akan budaya mereka.

2.4 Koreogragi Tarian Gunde

1. Masuk pentas :

Makna gerakan Tari : Megugena artinya berjalan dengan melangkah perlahan dan lemah
perlambang kehalusan dan ketekunan.

Gerakan Tari : Berjalan dengan perlahan dan lemah. Serta pandangan mata dengan posisi 45 derajat.
(Tanpa iringan tatabunan)

Musik : —

Pola lantai : ( gambar )

2. Penghormatan :

Makna gerakan tari : Memindura artinya memberi hormat.


Gerakan Tari : Maju dua langkah dan langkah kedua ditutup dengan level berdiri langsung kedua
belah tangan diangkat 1 s/d

4. Badan direndahkan sambil sapu tangan dilepaskan. Hitungan 5 dan 6, lalu berdiri atau kesikap
semula dengan hitungan 7,8.

Musik : Dibunyikan sekali (sebagai kode) untuk mamindura.

Pola lantai : sama dengan penghormatan.

3. Salaing Bawine (Tari wanita).

a. Makna Gerakan :Tari Wanita perlambang keagungan/kehalusan budi wanita.

b. Gerakan tari :

● Kedua belah tangan diangkat kesamping setinggi bahu dan telapak/jari tangan
tertutup dalam perhitungan 1 irama lagu sasambo.
● Kedua telapak/jari tangan dibuka dari dalam arah keluar dalam satu irama, kemudian
ditutup seperti semula dalam 1 irama pula.
● Tangan kiri diturunkan dan tangan kanan dimiringkan kekanan dalam 1
irama.Telapak tangan kiri/kanan kembali dibuka 1 irama.
● Telapak tangan kiri/kanan kembali dibuka 1 irama.
● Kedua belah tangan serentak dimiringkan ke kiri. Kemudian dibuka kembali seperti
diatas dengan hitungan 1 irama.
● Kedua telapak tangan kembali dibuka ditutup dan kemudian dibuka masing-masing
irama.
● Terakhir ditutup kembali 1 irama. c. Musik : Sasambo lagung Bawine dengan
tengkelu/irama wanita. d. Pola lantai : Sama dengan pola lantai gerakan penghormatan.
4. Salaing Saloha : a. Makna Gerakan : Bersuka-ria. b. Gerakan tari :
● Tangan kiri diangkat setinggi bahu dan tangan kanan diturunkan kesamping,
demikian sebaliknya dengan hitungan :1,2,3. Selanjutnya tangan kiri diturunkan
kesamping dengan hitungan 1 irama.
● Gerakan badan : diturunkan lalu kembali semula sesuai irama lagu dan hitungan :
1,2 dan 3 tersebut diatas.
● Gerakan badan : Seperti tersebut diatas ini. Tangan kiri/kanan diangkat setinggi
bahu 1 irama. Kemudian telapak tangan dan jari tangan dibuka lalu ditutup seperti biasa
masing-masing 1 irama.
● Tangan kanan ditarikan keatas dan tangan kiri ditarikan kebawah dalam perhitungan
1 irama, serta atau langsung kaki kiri/kanan melangkah kesamping. Gerakan ini
dilakukan beberapa kali(5×5 irama). Dihitung 1 irama setiap tangan kanan diturunkan.
c. Musik : Lagung Sahola dan tengkelu sahola atau irama Sahola. d. Pola lantai : 5. Salaing
Sonda (Tari Sonda) a. Makna gerakan : Tari Sonda disebut pula salaing ese adalah
perlambang emansipasi wanita. b. Gerakan Tari :
● Tangan kiri/kanan ayunkan keatas dan kebawah samping dengan hitungan 1,2, dan 3,
kemudian tangan kiri diturunkan perlahan sesuai hitungan 1 irama. Seperti biasa
permulaan mengganti lagu.
● Tangan kiri/kanan diangkat kembali setinggi bahu 1 irama kedua telapak tangan dibuka
dan ditutup kembali masing-masing dalam 1 irama Sonda. Badan Gerakannya seperti
biasa mengikuti irama Sonda.
● Tangan kiri/kanan ditarikan keatas/kebawah disamping badan. Sambil berjalan
kesamping, gerakan ini dihitung 1 s/d 12 irama Sonda. c. Musik : Sasambong Sonda dan
irama Sonda. d. Pola lantai : ( gambar ) 6. Salaing Balang (Tari balang) a. Makna gerakan :
Mendayung perahu perlambang perjuangan wanita. b. Gerakan tari :
● Sama dengan gerakan pertama tari Sonda.
● Kedua belah tangan diangkat setinggi bahu, kemudia telapak tangan dibuka kembali
dalam 1 irama balang.
● Kedua belah tangan diayunkan kesamping sebelah kiri 1 iarma, lalu telapak tangan/jari
ditutup langsung dibuka dalam 1 irama. Gerakan badan seperti biasa mengikuti irama
duruhang. Mata memandang gerakan tangan tersebut kemudian diayunkan
kesebelah kanan, tangan kiri lebih tangan dari tangan kanan dalam 1 irama. Disamping
kanan telapak tangan dibuka dan langsung ditutup kembali dalam 1 irama balang.
● Tangan kiri dan tangan kanan kembali kesebelah kiri seperti pada angka 3 diatas ini,
langsung kedua tangan memegang ujung sapu tangan.
● Sapu tangan ditarikan kedepan perut irama lalu kesamping kanan 1 irama. Kemudian
kesebelah kiri dalam 1 irama, sedangkan gerakan badan seperti biasa.
● Gerakan kaki : Maju tiga langkah dan sapu tangan ditarikan kedepan dan kesamping
kanan dalam 3 irama tersebut sama-sama dengan gerakan kaki. Kemudian mundur 3
langkah serta tangan ditarikan kekiri sama-sama 3 langkah.
● Gerakan nomor 6 diatas ini diulangi yaitu maju dan mundur. Sapu tangan dilepaskan
kembali kesikap biasa.
c. Musik : Sasambong Balang dan irama balang.
d. Pola lantai : Sama dengan pola lantai Salaing Sonda. 7. Salaing Durahang (Tari
Duruhang) a. Makna Gerakan : Salaing Duruhang perlambang rekreasi dan menyusur
tepi pantai. b. Gerakan Tari :
● Tangan kiri diangkat keatas dan tangan kanan diturunkan secara bergantian mengikuti
irama duruhang dalam 3 irama. Sedangkan tangan kiri diturunkan perlahan 1 irama.
Gerakan badan mengikuti irama.
● Kedua belah tangan kiri dan kanan diangkat setinggi bahu dalam 1 irama, kemudia
dibuka 1 irama seperti biasa lalu ditutup kembali 1 irama.
● Sama dengan gerakan permulaan Salaing Duruhang (sama dengan 1 gerakan diatas
ini)
c. Musik : Sasambong Duruhang dan tengkelu duruhang.
d. Pola lantai : (Penghormatan dan keluar pentas sama dengan Mamindura lalu keluar
pentas

2.5 Gambar-gambar Tarian Gunde


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Perlu adanya study lebih lanjut mengenai Tarian Gunde idni.


DAFTAR PUSTAKA

https://yeremiatkj33.files.wordpress.com/2016/11/tarian-tradisional-manado.pdf

www.kamerabudaya.com/.../tari-gunde-tari-tradisional-dari-daerah-sangihe-sulawesi-

www.seputarsulut.com

komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/KOMUNIKASI%20TRADISIONAL.pdf

Anda mungkin juga menyukai