Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

SKIZOFRENIA

1. Diagnosis Skizofrenia dapat dibedakan beberapa tipe, yaitu :


1. Skizofrenia Paranoid
2. Skizofrenia Hebefrenik
3. Skizofrenia Katatonik
4. Skizofrenia Tidak Terinci
5. Depresi Pasca Skizofrenia
6. Skizofrenia Residual
7. Skizofrenia Simpleks
8. Skizofrenia Lainnya
9. Skizofrenia Yang Tak Tergolongkan
2. Pengertian (Definisi) Sindroma klinik yang ditandai oleh psikopatologi berat proses
pikir dan beragam, mencakup aspek kognisi, emosi, persepsi
dan perilaku. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.
3. Anamnesis Autoanamnesis dan heteroanamnesis
4. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan status Present meliputi (tekanan darah, Nadi,
Respirasi, Temperatur dan Skala Nyeri).
2. Pemeriksaan kondisi medis umum (Internis dan Neurologi).
3. Psikiatrik : penilaian status psikiatri termasuk evaluasi
kepribadian / stressor psikososial dan penilaian GAF.
5. Kriteria Diagnosis Diagnosis dibuat berdasar atas gejala klinis yang memenuhi
batasan kriteria diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ III, yaitu :
A. Syarat diagnosis, sedikitnya ada 1 (bila sangat jelas) atau 2
(bila kurang jelas) dari gejala kelompok 1-4 atau sedikitnya
2 dari gejala kelompok 5-8, selama waktu 1 bulan atau lebih
dari gejala-gejala seperti :
1. "Thought Echo", "Thought Insertion or Withdrawal",
"Thought Broadcasting".
2. Waham dikendalikan, waham dipengaruhi (gerakan

56
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

tubuh, pikiran, perbuatan dan perasaan).


3. Halusinasi yang membicarakan atau mengomentari
perbuatan penderita, halusinasi yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap lainnya (tema keagamaan,
politik, "kemampuan istimewa" yang tidak sesuai
dengan latar belakang budaya penderita.
5. Halusinasi yang menetap.
6. Alur pikir yang terputus, tersisip (inkoherensi, irrelevansi
dan neologisme).
7. Perilaku katatonik (gaduh gelisah, "posturing",
fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor).
8. Gejala-gejala negatif (apatis, hilangnya minat, respon
emosional tumpul, penarikan diri secara sosial, malas
dan "self-absorbed attitude).
9. Perubahan perilaku konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dari aspek perilaku seperti
kehilangan minat, tidak bertujuan, malas, sikap berdiam
diri dan penarikan diri secara sosial.
B. Deteorisasi taraf fungsi penyesuaian sebelumnya dalam
bidang pekerjaan berhubungan sosial dan perawatan diri.
C. Jangka waktu gejala penyakit berlangsung secara terus
menerus selama paling sedikit satu bulan dalam satu
periode kehidupan seseorang, disertai dengan terdapatnya
beberapa gejala penyakitnya pada saat diperiksa sekarang.
D. Apabila terdapat gejala lengkap dengan sindrom manik atau
depresif, gejala itu berkembang setelah ada gejala psikotik
apapun dari kriteria A atau jangka waktu relatif pendek dari
jangka waktu gejala psikotik darikriteria A.
E. Awitan fase prodormal atau fase aktif dari penyakitnya
timbul pada usia muda.

57
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

F. Tidak disebabkan oleh Gangguan Mental Orgainik/


Retardasi Mental.
6. Diagnosis Banding 1. Gangguan Medis Umum misalnya epilepsy lobus
temporalis, tumor lobus temporalis atau frontalis.
2. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat penggunaan Zat
Psikoaktif.
3. Gangguan Skizoafektif.
4. Gangguan Afektif Berat.
5. Gangguan Waham Menetap
6. Gangguan Kepribadian (Skizotipal, Skizoiddan Paranoid).
7. PemeriksaanPenunjang 1. PANSS-EC untuk menentukan tingkat kegawatdaruratan.
2. BPRS, Skala Edmonson, Skala Sad person.
3. Psikometri (MMPI, Menggambar, Mengarang, HTP test).
4. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, fungsi hati
(SGOT/SGPT), fungsi ginjal (BUN/SC), glukosa sewaktu,
Elektrolit (Na danKalium) dan Urinalisis.
8. Konsultasi Konsultasi ke TS bagian lain sesuai indikasi (misalnya Interna,
Neurologi)
9. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap jika membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan di RSJD Abepura.
10. Terapi/Tindakan Dalam pengobatan secara holistik, yaitu :
Fase Akut :
Bila dijumpai kondisi Agitasi (Gaduh-gelisah) atau Agresi
(menyerang orang lain) atau penderita dengan kecenderungan
mutilasi diri atau "bunuh diri" atau skala PANSS-EC lebih dari
sama dengan 20 maka pasien dirawat di instalasi rawat inap
dan dilakukan :
a. Tujuan terapi : mencegah pasien melukai dirinya atau
orang lain, mengendalikan perilaku yang merusak,
mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait
lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
b. Langkah pertama : berbicara kepada pasien dan

58
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

memberinya ketenangan (De-eskalasi verbal).


c. Langkah kedua : keputusan untuk memulai pemberian
obat. Pengikatan atau isolasi (sesuai dengan SPO
Restrain) hanya dilakukan bila pasien berbahaya
terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta
lingkungan dan usahanya tidak berhasil. Pengikatan
dilakukan hanya boleh untuk sementara yaitu sekitar 2-
4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan.
Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi
untuk mendapatkan awitan kerja yang lebih cepat serta
hilangnya gejala dengan segera perlu dipertimbangkan
(Rapid-tranqullization).
d. Obat injeksi :
1. Antipsikotik Tipikal, Haloperidol dosis 5 mg/injeksi,
intramuscular dapat diulang @ setengah jam, dosis
maksimum 20 mg/hari.
2. Antipsikotik Atipikal, Olanzapin dosis 10 mg/injeksi
intramuskular dapat diulang @ 2 jam, dosis
maksimum 30 mg/hari. Aripriprazol dosis 9,75
mg/injeksi intramuskular dapat diulang @ 2 jam,
dosis maksimum 29,25 mg/hari.
3. Kombinasi Haloperidol/ Olanzapin/ Aripriprazol,
dengan Diazepam 10 mg/injeksi intramuskular atau
intravena pelan-pelan, dapat diulang @ 4 jam, dosis
maksimum 30 mg/hari.
4. Pilihan terapi untuk pasien yang tidak kooperatif
atau tidak rutin minum obat :
 Risperidon tetes : sesuai dengan dosis oral
risperidon

59
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

 Haloperidol tetes : sesuai dengan dosis oral


haloperidol
 Haldol Decanoat injeksi (50 mg/ampul) : secara
intramuskular, dapat diulang @ 4 minggu
 Sikzonoat injeksi (50 mg/ampul) : secara
intramuskular, dapat diulang @ 4 minggu
 Risperdal Consta ( 25 mg; 37,5 mg dan 50 mg) :
secara intramuskular dapat diulang @ 2 minggu
 Zyprexa Zydis (5 mg, 10 mg) : sesuai dengan
dosis oral Olanzapin
e. Obat Oral :
Pemilihan obat Antipsikotik sering ditentukan oleh
pengalaman pasien seblumnya dengan antipsikotik
misalnya, respon gejala terhadap antipsikotik, profil
efek samping, kenyamanan terhadap obat tertentu
terkait cara pemberiannya.
Pada fase akut, obat segera diberikan setelah
diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis
anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap
dalam waktu 1-3 minggu, sampai dosis optimal yang
dapat mengendalikan gejala.

Obat Rentang Dosis


Antipsikotik Anjuran (mg/hari)
Antipsikotik Generasi I (APG-I)
Klorpromazin 300-1000
Flufenazin  5-20
Perfenazin 16-64
Trifluoferazin 15-20
Haloperidol  5-20

60
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

Antipsikotik Generasi II (APG-II)


Aripriprazol  10-30
Klozapin 150-600
Olanzapin  10-30
Quetiapin 300-800
Risperidon  2-8
Paliparidon  3-9

f. Apabila pasien sulit tidur dapat digunakan :


1. Lorazepam 1-2 mg
2. Diazepam 5 mg
3. Clobazam 10 mg
4. Clozapin 25-100 mg
g. Psikoedukasi : Tujuan intervensi adalah mengurangi
stimulasi yang berlebihan stresor lingkungan dan peristiwa-
peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada
pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi
yang baik, memberikan dukungan atau harapan,
menyediakan lingkungan yang nyaman.
h. Bila dijumpai Efek Samping Ekstrapiramidal akut-reversibel
(Parkinsonisme, distonia, akatisia) : (pilih salah Satu)
1. Inj. Diazepam 10 mg IM
2. Inj. Difenhidramin 25-100 mg IM
3. Inj. Sulfas atropin 0,25-1 mg IM
4. Trihexyphenidil tablet 4-12 mg/hari (2-3 x 2-4 mg)
5. Lorazepam tablet 0,5-1 mg/hari (1-2 x 0,5-1 mg)
6. Ganti OAP dengan golongan Atipikal (pilih salah satu)
Bila dijumpai kondisi Agitasi (Gaduh-gelisah) atau Agresi
(menyerang orang lain) atau penderita dengan kecenderungan
mutilasi diri atau "bunuh diri" atau skala PANSS-EC lebih dari
sama dengan 20 maka pasien dapat diberi pengobatan OAP
dengan memperhatikan jenis dan dosis OAP rutin yang telah

61
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

diberikan sebelumnya. bila dijumpai respon klinis OAP adekuat


lanjutkan resimen OAP sebelumnya.

Fase Stabilisasi :
Bila telah dijumpai perbaikan klinis maka pasien dinyatakan
masuk Fase Stabilisasi → alih rawat ke Ruang Intermediate/
Rehabilitasi.
Bila skala PANSS-EC kurang sama dengan 15 pasien dapat
dipulangkan dan dilanjutkan pada instalasi rawat jalan.
1. Farmakoterapi : Tujuan fase stabilisasi adalah untuk
mempertahankan remisi gejala atau untuk mengotrol,
meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan
mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan. Setelah
diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan
selama lebih kurang 8-10 minggu sebelum masuk ke tahap
rumatan. Fase ini dapat juga diberikan obat antipsikotik
jangka panjang (long acting injectable) setiap 2-4 minggu.
2. Psikoedukasi : Tujuan intervensi adalah meningkatkan
keterampilan orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam
mengelola gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-
gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat diri,
mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan. Teknik
intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan pada fase
ini.
Fase Rumatan :
1. Farmakoterapi : dosis mulai diturunkan secara bertahap
sampai diperoleh dosis minimal yang masih mampu
mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali
terapi diberikan selama 1 tahun. Pada pasien kambuh ke 2
hingga ke 5, bila tidak ditemukan tanda-tanda kekambuhan
pengobatan dilanjutkan selama 2 tahun dan selanjutnya
dibebaskan dari pengobatan. Bila sudah berjalan kronis

62
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

dengan beberapa kali kekambuhan terapi diberikan sampai


5 tahun bahkan seumur hidup. Pada pasien kambuh ke 6
dan seterusnya pengobatan tetap dilanjutkan seumur hidup.
2. Psikoedukasi : Tujuan intervensi adalah mempersiapkan
pasien kembali pada kehidupan masyarakat. Modalitas
rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan
keterampilan sosial dan terapi vokasional cocok diterapkan
pada fase ini. Juga diajarkan mengenali dan mengelola
gejala prodromal, sehingga mereka mampu mencegah
kekambuhan berikutnya.
11. TempatPelayanan Unit Gawat Darurat, Poliklinik Jiwa dan Unit Rawat Inap RSJD
Abepura.
12. Penyulit 1. Bunuh diri/melukai diri/mutilasi
2. Membunuh orang lain/melukai orang lain
3. Menelantarkan diri
4. Efek samping obat
13. Informed Consent Secara tertulis untuk tindakan fiksasi mekanik / restrain.
14. TenagaStandar Dokter umum dan DPJP Psikiatri

15. Lama Perawatan Perkiraan 14 hari

16. MasaPemulihan 1. Jika kondisi akut waktu pemulihan 1-2 tahun


2. Jika kondisi kronis pemulihan 5 tahun/bahkan seumur hidup
17. Hasil Kesembuhan pasien skizofrenia dapat berupa :
1. Kesembuhan total : mungkin sembuh seterusnya, atau
kambuh 1-2 kali
2. Kesembuhan sosial
3. Kesembuahn kronis yang stabil
4. Terjadi deteriorasi
18. Patologi Tidak diperlukan
19. Otopsi Pada kematian yang tidak wajar
20. Prognosis Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada : usia
pertama kali timbul (onset); mulai timbul akut atau kronik;
tipe/jenis skizofrenia; cepat, tepat, serta teraturnya pengobatan;
ada atau tidaknya faktor keturunan; ada atau tidaknya faktor

63
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF JIWA
RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH ABEPURA

pencetus; kepribadian premorbid; keadaan sosial ekonomi; jenis


kelamin; status perkawinan; gejala positif/negatif.
21. Tindak Lanjut Kontrol ke poliklinik jiwa RSJD Abepura
22. Tingkat Evidens & Tingkat dan jenis Eviden : 4 Eviden yang diperoleh dari laporan
Rekomendasi komite ahli atau pendapat atau pengalaman klinis dari otoritas
dihormati.
Grade dan Rekomendasi : C Dibuat meskipun tidak ada studi
klinis terapan langsung yang berkualitas baik.
23. IndikatorMedis Gejala-gejala sudah mengalami perbaikan atau berkurang,
pasien sudah bisa merawat diri, adanya kemajuan perubahan
tilikan pasien. Nilai GAF mendekati nilai GAF 1 tahun terakhir.
24. Edukasi Psikoedukasi diberikan pada masing-masing tahapan/fase
dalam pengobatan, meliputi :
1. Intervensi keluarga
2. Terapi kognitif perilaku
3. Pelatihan keterampilan sosial
4. Terapi Vokasional
5. Remediasi kognitif
6. Dukungan kelompok sebaya
25. Kepustakaan 1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa / Psikiatri
(PNPK JIWA/PSIKIATRI) PP PDSKJI 2012.
2. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Kaplan & Sadock, edisi kedua,
Penerbit Buku Kedokteran EGC 2008.
3. Buku Ajar Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Badan Penerbit FK UI, 2010.

64

Anda mungkin juga menyukai