Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Apakah diagnose pada pasien ini sudah tepat ?

Pasien didiagnosis dengan Hemiparese sinistra ec stroke Infark, RHD,CHF diagnosis sudah
tepat.Pada Pasien di dapatkan keluhan: 5 bulan yang lalu SMRS, mendadak saat bangun tidur,
pasien merasa bicara tidak jelas, pasien merasakan anggota gerak kiri lemah,sehingga pasien sulit
beraktifitas, pasien mengaku pernah mengalami hal yang sama pada tahun 2018, nyeri kepala (+),
intensitas batuk (+), lendir putih (+) darah (+), kejang (-), gelap sesaat (-), pusing berputar (-), telinga
berdenging (-) dan tidak disertai penurunan kesadaran.

Sejalan dengan teori bahwa:


a. Diagnosis stroke iskemik atau infark ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis stroke iskemik / infark akan ditemukan :
 Gangguan global berupa gangguan kesadaran
 Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa:
1) Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu extremitas, kelumpuhan
otot-otot penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan,
wicara dan sebagainya
2) Gangguan fungsi keseimbangan
3) Gangguan fungsi penghidu
4) Gangguan fungsi penglihatan
5) Gangguan fungsi pendengaran
6) Gangguan fungsi somatik sensorik
7) Gangguan neurobehavioral yang meliputi: gangguan atensi, memori, bicara
verbal, gangguan mengerti pembicaraan, gangguan pengenalan ruang,
gangguan fungsi kognitif lain

Selain itu ditanyakan pula faktor-faktor risiko yang menyertai stroke misalnya
penyakit DM, darah tinggi dan penyakit jantung, serta obat-obat yang sedang dipakai.
Pada anamnesis pasien ini didapatkan pasien mengeluh bicara pelo (+), nyeri kepala (+),
demam (-) Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol, penyakit jantung, dan
hiperkolesterolemia.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien stroke iskemik adalah :

 Pemeriksaan vital sign (tekanan darah)


 Pemeriksaan jantung paru
 Pemeriksaan bruit karotis & subklavia
 Pemeriksaan abdomen
 Pemeriksaan ekstremitas
 Pemeriksaan neurologis
- Kesadaran : diukur dengan menggunakan glassgow coma scale (GCS)
- Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, tanda lasegue, kernig, dan brudzinski
- Saraf kranialis : terutama N. VII, XII, IX / X, dan saraf kranialis lainnya.
- Motorik : kekuatan, tonus, reflex fisiologi, reflex patologis
- Sensorik
- Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa, memori, dll)
- Pada pasien dengan kesadaran menurun perlu dilakukan pemeriksaan reflex batang
otak: pola pernafasan, reflex cahaya, reflex kornea, reflex muntah, dan reflekokulo-
sefalik (doll’s eyes phenomenon)

Pada kasus ini, dari pemeriksaan fisik jantung paru didapatkan pembesaran
jantung melalui perkusi dan mur-mur sistolik melalui auskultasi jantung.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan parese N.VII sentral dan parese N.
XII kiri sentral.
Berdasarkan pemeriksaan penunjang, dari foto thoraks PA didapatkan
peningkatan corakan bronkovaskuler, kardiomegali (CTR= 63%) dan
gambaran TB paru aktif dan dari pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras
didapatkan infark akut di ganglia basalis kanan dan subkortikal lobus
oksipitalis kanan.
3.2. Bagaimana terapi pada pasien ini ?
Prinsip penatalaksanaan atau peberian terapi pada pasien dengan stroke iskemik adalah
untuk memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi), prevensi terjadinya trombosis
(antikoagulasi & antiaggregasi) dan proteksi neuronal / sitoproteksi.
Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi) Menggunakan rt-PA (recombinant tissue
plasminogen activator) atau menggunakan streptokinase. Syarat pemberian maksimal 3
jam setelah onset (penyumbatan), tidak terdapat kondisi yang merupakan kontraindikasi
pemberian.
Prevensi terjadinya trombosis (antikoagulasi & antiaggregasi) Antikoagulan seperti
heparin atau warfarin diberikan pada pasien stroke iskemik yang memiliki risiko untuk
terjadi emboli otak, misal dengan kelainan jantung atau DVT. Obat antiaggregasi memiliki
banyak pilihan, seperti aspirin, clopidogrel, cilostazol, ticlopidin, thenopiridine, dll.
Proteksi neuronal atau neuroproteksi untuk mencegah terjadinya/ meluasnya infark
otak adalah dengan pemberian obat-obatan neuroprotektan sesegera mungkin dalam masa
tertentu (jendela terapi /therapeutic window). Pada strok iskemik terdapat daerah yang
mengalami penurunan aliran darah otak regional yang dikenal sebagai penumbra, daerah
ini apabila tidak segera diobati akan berakibat terjadinya perluasan kematian sel otak
(infark otak).
 CDP choline (citicolin), memperbaiki membran sel dengan cara menambah sintesa
phospatidylcholine, menghambat terbentuknya radikal bebas dan dan menaikkan
sintesis neurotransmitter seperti asetil kolin.
 Statin, untuk antilipid mempunyai efek anti oksidan sehingga dapat mengurangi
pelepasan plaque tromboemboli dan memperbaiki pengaturan eNOS (endothelial
Nitric Oxide Synthese, mempunyai sifat antitrombus, vasodilatasi, dan anti inflamasi)
 Cerebrolisin, sebagai suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti calpain,
penghambat caspase dan neurotropik.

Pada pasien ini diberikan drip citicolin 500 mg dan calmeco 1 ampul dalam Nacl
0,9% 500cc/12 jam, clopidogrel 1x75 mg (po), dan KSR 1x600 mg (po). Citicolin dan
calmeco berfungsi sebagai neuroprotektor. Citicoline berfungsi untuk membantu
mencegah degenerasi saraf dan melindungi kerusakan mata akibat degenerasi saraf optik,
meningkatkan phosphatidylcholine, meningkatkan metabolisme glukosa di otak,
meningkatkan aliran darah dan oksigen otak. Calmeco digunakan untuk mempertahankan
penurunan fungsi dari otak akibat penyakit. Clopidogrel berfungsi sebagai prevensi
terjadinya trombosis (antikoagulasi & antiaggregasi) pada pasien stroke iskemik yang
memiliki risiko untuk terjadi emboli otak dan KSR berfungsi untuk koreksi kadar kalium
darah pada pasien ini.
Pada pasien ini diberikan terapi tambahan berupa Lasix 2x1 amp, spironolakton
3x100mg, digoxin 1x20mcg, dorner 1x20mg yang bertujuan untuk mengobati factor
risiko pada kasus ini yaitu RHD dan CHF.
 Lasix merupakan obat yang mengandung furosemide, digunakan untuk mengurangi
cairan atau kadar garam yang berlebih didalam tubuh melalui urin serta digunakan
untuk mengurangi pembekakan yang disebabkan oleh penyakit gagal jantung.
 Spironolakton merupakan jenis obat diuretic hemat kalium. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat penyerapan garam (natrium) berlebih ke dalam tubuh dan
menjaga kadar kalium dalam darah.
 Digoxin merupakan obat glikosida jantung yang bekerja dengan cara
mempengaruhi beberapa jenis mineral yang penting dalam kerja jantung, yaitu
natrium dan kalium.
 Dorner merupakan obat mengandung beraprost sodium, digunakan untuk
mengurangi gejala akibat hambatan pada pembuluh darah arteri, obat ini bekerja
memperlebar pembuluh darah serta mengurangi beban dari ventrikel kanan.

3.3 Apakah Komplikasi pada kasus ini?


- Komplikasi stroke iskemik atau infark adalah
Komplikasi neurologik:
- Edema otak (herniasi otak)
- Infark berdarah (pada emboli otak)
- Vasospasme (terutama pada PSA)
- Hidrosefalus
- Nyeri kepala
- Kelemahan atau kelumpuhan
Komplikasi non-neurologi: akibat proses di otak
- Hipertensi
- Hiperglikemi
- Edema paru
- Penyakit jantung
- Natriuresis
- Retensi cairan tubuh
- Hiponatremia

Anda mungkin juga menyukai