Oleh :
Sri Nurwajada
Pembimbing :
dr. Widyaratni Pramestisiwi, Sp.DV
Etiologi
• Etiologi keloid masih kurang dipahami.
• Beberapa keloid dapat berkembang secara spontan namun, sebagian besar terjadi bertahun-tahun setelah tr
auma lokal dan peristiwa lain termasuk peradangan, pembedahan, luka bakar, kosmetik elektif, reaksi benda
asing, jerawat, gigitan serangga, vaksinasi atau kekuatan mekanis
Epidemiologi
• Insiden keloid paling tinggi di antara orang-orang berpigmen gelap keturunan Afrika, Asia dan Hispanik da
n diperkirakan berkisar antara 5% -16%.
• Pria dan wanita memiliki risiko yang sama
• Usia 10-30 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena keloid
• Riwayat keloid pada keluarga akan meningkatkan insiden keloid
Patogenesis
• Secara umum, keloid timbul setelah cedera atau inflamasi kulit pada individu yang beresiko.
• Keloid dapat terjadi dalam jangka waktu satu bulan sampai satu tahun setelah trauma atau in
flamasi
• Beberapa penyebab keloid yang sering dilaporkan adalah akne, folikulitis, varicella, vaksinasi,
tindik telinga, luka robek dan luka operasi. luka kecil sekalipun, bahkan bintil bekas gigitan ser
angga dapat menjadi keloid
Ada 3 fase penyembuhan luka :
Prurigo Nodularis
Diagnosis penyakit kulit kronik → ditandai nodul gatal yang
hebat → dipicu karena garukan dan gerakan men
Banding gelupas, keadaan ini hanya saat timbul respon gat
al.
Gambar 3. Skar Hipertropik Gambar 4. Dermatofibroma Gambar 6. Prurigo Nodularis
Penatalaksanaan
Penyembuha
Profilaksis n
Terkini
• Kortikosteroid
• Terapi Tekan • 5-Fluorourasil
(Triamcinolone acetonid,
• Produk berbasis silikon deksametason, metil • Verapamil
prednisoson) • Interfron
• Eksisi bedah
•
• Bleomisin
Radioterapi
• Krioterapi
• Laser
Prognosis
Secara kosmetika, keloid mempunyai prognosis yang buruk. Hal ini dikarenakan
belum ada terapi yang efektif dan efisien, disamping itu proses kekambuhan ya
ng terjadi hampir 100%
BAB III
Laporan Kasus
1. Identitas Pasien
• Nama : Tn. A.M
• Umur : 22 Thn
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Pekerjaan : Tidak ada
• Status maritas : Belum Menikah
• Alamat : Adipura 4
• No RM : 20 51 11
• Tanggal Pemeriksaan. : 04 Oktober 2021
2. Anamnesis
Merokok (+)
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Miras (+)
3. Pemeriksaan Fisik
• Pemilihan pengobatan pada keloid prinsipnya • Pada kasus Tn. AM diberikan terapi yaitu kortikosteroid intralesi
triamcinolone acetonide (TA) 10 mg/ml .
mengurangi peradangan ketegangan dan kekambuhan.
• Kortikosteroid intralesi berperan → bahan anti- proliferatif →
Terdapat tiga jenis pengobatan yaitu terapi profilaksis,
menghambat aktivitas fibroblas dan pembentukan kolagen.
terapi penyembuhan dan terapi terkini.
• Dosis yang diberikan bervariasi dari 10-40 mg/mL dan interval
pengobatan diberikan 4-6 minggu untuk beberapa bulan.
• Injeksi TA efektif mengurangi volume lesi pada sebagian besar
pasien
BAB V
Ringkasan
Telah dilaporkan sebuah kasus Keloid pada seorang pria usia 22 tahun. Dari anamnesis yang menunjang
adalah benjolan pada punggung sebelah kiri keluhan sudah dirasakan sejak bulan februari 2020 sebelumnya
pasien mengalami luka dipunggung kiri akibat terkena karang dan mendapat jahitan, kemudian setelah luka
sembuh timbul benjolan pada bekas luka tersebut. Dari pemeriksaan fisik, ditemukan nodul hiperpigmentasi
berbatas tegas pada daerah scapula sinistra. Diberikan terapi kostikosteroid intralesi yaitu injeksi triamcinolone
acetonide intralesi 10 mg/ml. Prognosis untuk pasien ini adalah quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam ad
malam, quo ad functionam dubia ad bonam, dan quo ad kosmetika ad malam.
Daftar Pustaka
1.Sutedja E. K., dkk. Dermatofibroma yang diterapi dengan injeksi Triamsinolon Asetonid Intralesi. Vol.46 Edisi 4 Tahun 2019: 192-195
2.Bahat A., Krisanti R. I. A., Tatalaksana Laser Pada Keloid. Vol. 46. Edisi 4 Tahun 2019:215-220
3.Betarbet U., Keloids : A Review of etiology, prevention and treatment. J clin Aesthet Dermatol. 2020, 9, 1752
4.Salati S. A., Keloids- an extensive review in the light of recent literature. journal of Pakistan Association of Dermatologist. 2019; 29(2) : 225-249
5.Ogawa et al. 2019. Diagnosis and treatment of keloids and hypertrophic scars-Japan scar workshop consensus document 2018. Burn and
trauma 7:39
6.Tripathi et al . Hypertropic scars and keloids: review and current treatmen modalities. Biomedical Dermatology 2020 4:1
7.Sinto linda. 2018. Scar hipertrofik dan keloid: patofisiologi dan penatalaksanaan. Vol.45 No.1
8.Jadgeo J., et al. Keloids are large, firm, raised scars that occur after skin injury. JAMA dermatology juni 2021 Volume 157, No.6
9.limandjadja J., et al. Hypertrophic scars and keloids: Overview of the evidence and practical guide for differentiating between these abnormal
scars . Experimental Dermatology, 2021;30:146-161
10.Vira I. D., 2018. Hubungan Antara Kadar 25-Hidroksivitamin D Serum dengan Derajat Keparahan Keloid. Tesis. Universitas Sumatera Utara
11.Ojeh et al. 2020. Keloids: Current and emerging therapies. volume 6:1-18
12. Harlim A., 2016. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Alergi Kulit. Jakarta: FK UI
TERIMA KASIH