Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

“Pasien Pria 22 Tahun dengan Keloid”

Oleh :
Sri Nurwajada

Pembimbing :
dr. Widyaratni Pramestisiwi, Sp.DV

SMF KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
BAB I
Pendahuluan
• Secara umum scar dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu scar hipertrofik dan scar keloid
• Keloid merupakan hasil dari pertumbuhan berlebih jaringan ikat yang melewati batas awal luka
• Secara klasik, bekas luka keloid muncul perlahan selama berbulan-bulan di luar tepi luka awal
• Keloid dapat muncul pada daerah dada, bahu, punggung, leher belakang, dan daun telinga, 12% lebih sering muncul p
ada orang kulit hitam, dan jarang dijumpai pada Kaukasian.
• Keloid sering timbul kembali walaupun telah diterapi dengan berbagai teknik
• Saat ini, tidak ada pedoman standar untuk manajemen keloid yang disahkan oleh badan akademik yang mengatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Keloid merupakan hasil dari pertumbuhan berlebih jaringan ikat yang melewati batas awal luka.
• Keloid merupakan respon abnormal terhadap penyembuhan luka.

Etiologi
• Etiologi keloid masih kurang dipahami.
• Beberapa keloid dapat berkembang secara spontan namun, sebagian besar terjadi bertahun-tahun setelah tr
auma lokal dan peristiwa lain termasuk peradangan, pembedahan, luka bakar, kosmetik elektif, reaksi benda
asing, jerawat, gigitan serangga, vaksinasi atau kekuatan mekanis
Epidemiologi
• Insiden keloid paling tinggi di antara orang-orang berpigmen gelap keturunan Afrika, Asia dan Hispanik da
n diperkirakan berkisar antara 5% -16%.
• Pria dan wanita memiliki risiko yang sama
• Usia 10-30 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena keloid
• Riwayat keloid pada keluarga akan meningkatkan insiden keloid
Patogenesis
• Secara umum, keloid timbul setelah cedera atau inflamasi kulit pada individu yang beresiko.
• Keloid dapat terjadi dalam jangka waktu satu bulan sampai satu tahun setelah trauma atau in
flamasi
• Beberapa penyebab keloid yang sering dilaporkan adalah akne, folikulitis, varicella, vaksinasi,
tindik telinga, luka robek dan luka operasi. luka kecil sekalipun, bahkan bintil bekas gigitan ser
angga dapat menjadi keloid
Ada 3 fase penyembuhan luka :

1 Fase Inflamasi (2-3 hari)

2 Fase Proliferasi (hari 4- minggu 3)

3 Fase Remodelling (minggu 3-1 tahun)

Gambar 1. Mekanisme pembentukan bekas luka


Manifestasi Klinis
• Secara klinis keloid merupakan nodul fibrosa, papul atau pl
ak, keras, elastis, berkilat, tidak teratur, berbatas tegas, da
n berwarna merah muda keunguan biasanya disertai hiper
pigmentasi, merah sampai coklat gelap
• Keloid sering tidak menunjukkan gejala tetapi dapat menye
babkan rasa sakit (berdenyut, seperti tertusuk jarum atau l
ainnya), sensasi terbakar, pruritus, atau hiperestesia.

Gambar 2. Skar Keloid


Diagnosis

Algoritma diagnostik untuk men


entukan keloid yaitu menggunak
an JSW Scar Scale (JSS)
Skar Hipertrofik Dermatofibroma

Terbentuk mulai minggu ke 4-6 s Tumor kulit → proses inflamasi


etelah luka→ regresi→ terbentu reaktif→ gambaran klinis nodul,
k jaringan normal berwarna coklat-merah muda.
pada penekanan → Dimple sign

Prurigo Nodularis
Diagnosis penyakit kulit kronik → ditandai nodul gatal yang
hebat → dipicu karena garukan dan gerakan men
Banding gelupas, keadaan ini hanya saat timbul respon gat
al.
Gambar 3. Skar Hipertropik Gambar 4. Dermatofibroma Gambar 6. Prurigo Nodularis
Penatalaksanaan

Penyembuha
Profilaksis n
Terkini

• Kortikosteroid
• Terapi Tekan • 5-Fluorourasil
(Triamcinolone acetonid,
• Produk berbasis silikon deksametason, metil • Verapamil
prednisoson) • Interfron
• Eksisi bedah

• Bleomisin
Radioterapi
• Krioterapi
• Laser
Prognosis

Secara kosmetika, keloid mempunyai prognosis yang buruk. Hal ini dikarenakan
belum ada terapi yang efektif dan efisien, disamping itu proses kekambuhan ya
ng terjadi hampir 100%
BAB III
Laporan Kasus
1. Identitas Pasien
• Nama​​ : Tn. A.M
• Umur​​ : 22 Thn
• Jenis Kelamin ​ : Laki-Laki
• Pekerjaan​​ : Tidak ada
• Status maritas​​ : Belum Menikah
• Alamat​​ : Adipura 4
• No RM​​ : 20 51 11
• Tanggal Pemeriksaan. : 04 Oktober 2021
2. Anamnesis

Keluhan Utama Benjolan pada punggung kiri

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Jayapura pada


tanggal 04 Oktober 2021 dengan keluhan benjolan pada punggung kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang keluhan sudah dirasakan sejak bulan februari 2020. Pasien mengaku
sebelumnya berenang di pantai dan pada saat itu ombak besar
sehingga pasien tersapu oleh ombak dan terkena karang dan
mengalami empat luka di bagian punggung kiri, kemudian pasien
berobat ke RS dan mendapat jahitan pada keempat luka tersebut.
beberapa bulan kemudian setelah luka sembuh mulai timbul benjolan
pada bekas luka. Pasien mengaku awalnya benjolan tersebut terasa
nyeri jika terkena gesekan baju. pasien belum pernah berobat
sebelumnya
lanjutan…

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi, DM, hiperkolestrol disangkal.

Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang men


Riwayat Penyakit Keluaraga
galami gejala serupa.Riwayat hipertensi, DM, hiperkole
strol disangkal.

 Merokok (+)
Riwayat Sosial dan Ekonomi
 Miras (+)
3. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis a. Kepala dan Leher


lanjutan

c. Thorax d. Extremitas
2. Status Dermatologis
Status Lokalis

Regio scapula sinistra


Nodul hiperpigmentasi berbatas tegas
4. Diagnosis Kerja 7. Prognosis
Keloid • Quo ad vitam : ad bonam
5. Diagnosis Banding • Quo ad sanam : ad malam
• Skar Hipertrofi • Quo ad fuctionam : dubia ad bonam
• Prurigo Nodularis • Quo ad kosmetika : ad malam
6. Penatalaksanaan
1 . Farmakologi
• Inj. Triamcinolone intralesi 10mg/ml
2. Non. Farmakologi
• Terapi tekanan
BAB IV
Pembahasan
• Kasus • Teori
Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien Tn. AM yang Keloid timbul setelah cedera atau inflamasi kulit. Keloid d
berumur 22 tahun datang dengan benjolan pada punggung apat terjadi dalam jangka waktu satu bulan sampai satu
kiri . Keluhan sudah dirasakan sejak bulan februari 2020. tahun setelah trauma atau inflamasi. Beberapa penyeba
Pasien mengaku sebelumnya mengalami luka akibat terkena
b keloid yang sering dilaporkan adalah akne, folikulitis,
karang dibagian punggung kiri dan mendapat jahitan pada
varicella, vaksinasi, tindik telinga, luka robek dan luka
luka tersebut. beberapa bulan kemudian setelah luka sembuh
operasi
timbul benjolan yang berwarna coklat gelap pada bekas luka
tersebut. keluhan disertai nyeri
• Teori
• Kasus
Penyakit ini ditandai nodul fibrosa, papul atau plak,
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada Tn. AM did
keras, elastis, berkilat, tidak teratur, berbatas
apatkan status dermatologis berupa Nodul h
tegas, terdapat telangiektasis dan berwarna merah
iperpigmentasi berbatas tegas pada daerah
muda keunguan biasanya disertai
scapula sinistra
hiperpigmentasi, merah sampai coklat gelap.
Keloid cenderung tumbuh lambat lebih dari
beberapa bulan sampai tahun.
• Kasus • Teori
Pada kasus Tn. AM tidak dilakukan pemeriksaa Pemeriksaan penunjang keloid berdasarkan teori yait
n penunjang sehingga diagnosis didapatkan u biopsi kulit dimana sebagian kecil kulit diangkat
menurut anamnesis (gejala yang dirasakan p dan diperiksa dibawah mikroskop untuk memasti
asien) dan pemeriksaan fisik. kan diagnosis
• Diagnosis Banding

• Diagnosis banding dengan scar hipertrofi disingkirkan karena p


ada skar hipertrofik luas skar lebih tipis dan tidak melebihi luas Sedangkan Pada pasien ini luas skarnya melebi
luka sedangkan skar pada keloid lebih tebal dan lebih luas dari l hi luas luka, lebih tebal dan mulai timbul benjol
uka. an setelah satu tahun pasca mengalami luka
• Onset skar hipertrofi 4-8 minggu setelah luka, pertumbuhan ce
pat terjadi hingga 6 bulan kemudian mengalami regresi, pada k
eloid Beberapa tahun setelah terjadinya luka atau spontan tan
pa didahului luka, Cenderung menetap dan jarang regresi spon
tan.
• Diagnosis Banding

• Prognosis untuk pasien Tn. AM adalah quo ad vita


• Diagnosis banding dengan prurigo nodularis disingkirkan karena Prurigo nod
m ad bonam, quo ad sanam ad malam, quo ad func
ularis adalah penyakit peradangan kulit kronis yang ditandai dengan beberap
tionam dubia ad bonam, dan quo ad kosmetika ad
a nodul terpisah.
malam. Meskipun diterapi dengan obat dosis optim
• Predileksinya yaitu diseluruh bagian tubuh, terbanyak di kulit kepala, leher b
al Sampai saat ini, tidak ada terapi yang diterima se
elakang, ekstremitas bagian ekstensor.
cara universal sebagai standar emas untuk pengoba
• Manifestasi klinisnya yaitu adanya hiperkeratosis, ekskoriasi, papul atau nod
tan semua keloid dan juga tidak memiliki kemampu
ul pruritus dengan distribusi simetris. Saat digosok berkembang menjadi eros
an untuk menghilangkan bekas luka secara tuntas.
i dan kerak berdarah, menghasilkan papula yang padat berwarna coklat tua,

terisolasi . dipicu oleh garukan dan gerakan mengelupas.
Penatalaksanaan

• Pemilihan pengobatan pada keloid prinsipnya • Pada kasus Tn. AM diberikan terapi yaitu kortikosteroid intralesi
triamcinolone acetonide (TA) 10 mg/ml .
mengurangi peradangan ketegangan dan kekambuhan.
• Kortikosteroid intralesi berperan → bahan anti- proliferatif →
Terdapat tiga jenis pengobatan yaitu terapi profilaksis,
menghambat aktivitas fibroblas dan pembentukan kolagen.
terapi penyembuhan dan terapi terkini.
• Dosis yang diberikan bervariasi dari 10-40 mg/mL dan interval
pengobatan diberikan 4-6 minggu untuk beberapa bulan.
• Injeksi TA efektif mengurangi volume lesi pada sebagian besar
pasien
BAB V
Ringkasan
Telah dilaporkan sebuah kasus Keloid pada seorang pria usia 22 tahun. Dari anamnesis yang menunjang
adalah benjolan pada punggung sebelah kiri keluhan sudah dirasakan sejak bulan februari 2020 sebelumnya
pasien mengalami luka dipunggung kiri akibat terkena karang dan mendapat jahitan, kemudian setelah luka
sembuh timbul benjolan pada bekas luka tersebut. Dari pemeriksaan fisik, ditemukan nodul hiperpigmentasi
berbatas tegas pada daerah scapula sinistra. Diberikan terapi kostikosteroid intralesi yaitu injeksi triamcinolone
acetonide intralesi 10 mg/ml. Prognosis untuk pasien ini adalah quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam ad
malam, quo ad functionam dubia ad bonam, dan quo ad kosmetika ad malam.
Daftar Pustaka

1.Sutedja E. K., dkk. Dermatofibroma yang diterapi dengan injeksi Triamsinolon Asetonid Intralesi. Vol.46 Edisi 4 Tahun 2019: 192-195
2.Bahat A., Krisanti R. I. A., Tatalaksana Laser Pada Keloid. Vol. 46. Edisi 4 Tahun 2019:215-220
3.Betarbet U., Keloids : A Review of etiology, prevention and treatment. J clin Aesthet Dermatol. 2020, 9, 1752
4.Salati S. A., Keloids- an extensive review in the light of recent literature. journal of Pakistan Association of Dermatologist. 2019; 29(2) : 225-249
5.Ogawa et al. 2019. Diagnosis and treatment of keloids and hypertrophic scars-Japan scar workshop consensus document 2018. Burn and
trauma 7:39
6.Tripathi et al . Hypertropic scars and keloids: review and current treatmen modalities. Biomedical Dermatology 2020 4:1
7.Sinto linda. 2018. Scar hipertrofik dan keloid: patofisiologi dan penatalaksanaan. Vol.45 No.1
8.Jadgeo J., et al. Keloids are large, firm, raised scars that occur after skin injury. JAMA dermatology juni 2021 Volume 157, No.6
9.limandjadja J., et al. Hypertrophic scars and keloids: Overview of the evidence and practical guide for differentiating between these abnormal
scars . Experimental Dermatology, 2021;30:146-161
10.Vira I. D., 2018. Hubungan Antara Kadar 25-Hidroksivitamin D Serum dengan Derajat Keparahan Keloid. Tesis. Universitas Sumatera Utara
11.Ojeh et al. 2020. Keloids: Current and emerging therapies. volume 6:1-18
12. Harlim A., 2016. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Alergi Kulit. Jakarta: FK UI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai