klien stroke hemoragik di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Embung
Untuk studi kasus tidak dikena populasi dan sampel, namun lebih mengarah
kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi subyek studi
secara mendalam. Subyek studi kasus perlu dirumuskan kriteria inklusi dan
eksklusi.
3.2.1.1. Klien yang dirawat di ruangan intensive care unit (ICU) RSUD
batasan umur
3.2.2.4. Keluarga klien yang tidak berada ditempat pada saat penelitian.
Fokus studi adalah kajian utama dari msasalah yang akan dijadikan
titik acuan studi kasus. Fokus studi dari kasus adalah Asuhan Keperawatan
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
thermometer
3.6. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara atau metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini
a. Wawancara mendalam
1) Autoanamnesa
Autoanamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada
2) Alloanamnesa
b. Pemeriksaan fisik
fisik meliputi:
1) Inspeksi
2) Palpasi
nadi.
3) Perkusi
4) Auskultasi
5) Observasi
dari klien.
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi
e. B5 (Bowel)
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
f. B6 (Bone)
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salahsatu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
dan istirahat.
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah
asuhan.
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status
j. Fungsi Intelektual
Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk
k. Kemampuan Bahasa
fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau
bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis
mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak
kranial I-X11.
1. Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
3. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,
persepsi.
7. Saraf IX dan X: Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
trapezius.
9. Saraf XII: Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
a. Studi pustaka
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
yang dipilih. Untuk studi kasus, data disajikan secara tekstur/narasi dan dapat
disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang
Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah
Responden dalam peneliti ini akan diberikan informasi tentang sifat dan