Anda di halaman 1dari 17

ASKEP TONSILITIS PADA ANAK

TONSILITIS PADA ANAK

I.                   KONSEP PENYAKIT


1.1  PENGERTIAN
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil menyaring dan
melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi organisme patogen dan
berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya
memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap
sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong,
2008 : 940)
Jika sering trinfeksi, tonsil dapat menjadi sumber infeksi. Dengan berulangnya infeksi,
jaringan limfoid dapat menjadi hipertrofi atau mengecil dan fibrotik. Karena itu tonsil pada anak
yang lebih tua dapat besar atau kecil. Dengan adanya tonsilitis berulang, seringkali jaringan
limfoid tonsil membesar. Kadang-kadang, meskipun jarang, pembesaran tonsil menyebabkan
obstruksi pada waktu bernapas, terutama malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang
dapat berlanjut terus. Juga terjadi pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran udara tersumbat
dan anak kemudian bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba Eustasius tersumbat, dapat terjadi
otitis media atau glue ear, menyebabkan tuli. (Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
Infeksi akut saluran nafas bagian atas pada anak-anak merupakan hal yang sering dijumpai
oleh dokter umum. banyak terdapat antara pengobatan dengan operasi dan pengobatan
medikamentosa pada penyakit-penyakit ini, karena baik pengobatan medikamentosa ataupun
pengobatan dengan operasi ditentukan oleh perubahan fisiologis yang terjadi selama masa
pertumbuhan anak. Sangat diketahui lebih dalam mengenai fisiologi tonsil dan adenoid. Tonsil
dan adenoid membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran
pencernaan yang dikenal sebagai cincin waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh
tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba eustachii. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk
saluran nafas dan saluran pencernaan, melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan
makanan. Seperti halnya jaringan-jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin waldeyer
menjadi hipertrofi pada masa anak-anak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena
kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai suatukesatuan, maka pada fase aktifnya, pengangkatan
suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa jaringan.
Tonsil-tonsil dan adenoid ukurannya kecil pada waktu lahir. Selama masa anak-anak
keduanya mengalami hipertrofi fisiologis, adenoid pada umur 3 tahun, dan tonsil pada usia 5
tahun. Karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan melalui mulut, tonsil akibatnya
menghadap udara inspirasi, sehingga tonsil membesar.
Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan untuk terinfeksi
dari anak yang lain. Hal ini juga menyebabkan tonsil membesar. Setiap usia 5 tahun kedua
struktur ini menciut, tetapi tonsil membesar lagi pada usia 10 tahun. Kedua struktur ini akirnya
mengalami atrofi pada usia pubertas, adenoid menghilang keseluruhannya, sedangkan tonsil-
tonsil menjadi sangat kecil. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 114)
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :

-          Tonsillitis akut


Tonsil kronik merupakan radang kronik pada tonsil. Disebabkan oleh streptococcus pada
hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh
virus.
-          Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang
mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas
akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
-          Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.

-          Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)


Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-
kuningan.
-          Tonsilitis Kronik
Radang akut pada pada tonsil. Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anak-anak terbanyak
pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10 tahun. faktor predisposisi :
rangsangan kronik (makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.
1.2  ETIOLOGI
Tonsilitis sering terjadi bersama faringitis karena banyaknya jaringan limfoid dan sering terjadi
ISPA. Tonsilitis merupakan penyebab morbiditas yang banyak terjadi pada anak kecil. Agens
penyebabnya adalah dapat berupa virus atau bakteri. (Wong, 2008 : 940)
Menurut Adams George (1999) Tonsilitis bakterialis supuralis akut. paling sering disebabkan
oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
-          Pneumococcus
-          Staphilococcus
-          Haemalphilus influenza
-          Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993) Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
-          Streptococcus B hemoliticus grup A
-          Streptococcus viridens
-          Streptococcus pyogenes
-          Staphilococcus
-          Pneumococcus
-          Virus
-          Adenovirus
-          ECHO
-          Virus influenza serta herpes
Menurut Medicastore Firman S (2006) Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau
infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
1.3  MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi tonsilitis disebabkan oleh inflamasi. Pada saat tonsil palatum membesar karena
edema, keduanya dapat bertemu di garis tengah (kissing tonsils) yang menyumbat jalan nafas
atau makanan. Anak mengalami kesulitan menelan dan bernapas. Jika terjadi pembesaran
adenoid, ruang di belakang lubang hidung posterior menjadi tersumbat, sehingga mempersulit
atau bahkan tidak memungkinkan udara mengalir dari lubang hidung ke tenggorokan. Akibatnya,
anak bernapas melalui mulut.(Wong, 2008 : 940)
Tanda-tanda tonsillitis pada anak :
-          Nyeri tenggorokan atau nyeri menelan ringan, yang menghebat waktu serangan akut
Kadang rasa benda asing di tenggorokan dan mulut berbau
-          Badan lesu
-          nafas menurun
-          sakit kepala
-          Obstruksi nasi
-          sering pilek-pilek
-          telinga rasa buntu/ pendengaran kurang (oklsusi tuba/atitis media)
-          tenggorokan terasa kering
-          nyeri pada tenggorok yang makin hebat untuk menelan karena sakitnya anak tidak mau makan
-          Nyeri yang hebat itu sering memancar ke telinga disebut referred pain
-          Panas badan sangat tinggi
-          Nyeri kepala
-          Muntah
-          Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata
-          kriptus membesar dan terisi detritus
-          Nyeri abdomen
-          Pucat
-          Letargi
-          Disfagia (sakit saat menelan)
-          Suara serak
-          sakit pada otot dan sendi
(pedoman diagnosis dan terapi, 1988 : 33,36)

1.5  KOMPLIKASI
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam rematik, nefritis
dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman streptokokus.dan komplikasi lain yang
bisa dialami yaitu :
Otitis media akut.
Abses parafaring
Abses peritonsil
Bronkitis
Nefritis akut
Artritis
miokarditis.
Dermatitis.
Pruritis.
Furunkulosis
(R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 117)

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


-          Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan
memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman penyebabkan dan obat
yang masih sensitive terhadapnya. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 117)
-          Pemeriksaan darah lengkap yaitu :
Pemeriksaan Hasil Normal
WCB / Leko 14 4,0 – 11,0 x 109/L
RBC / Eri 4,25 4,1 – 5,1 x 1012/L
HGB / Hb 12,7 11,5 – 16,5 g/L
HCT / PCV 40,5 35 – 57 %
PLT / Thrombo 354 150 – 400 x 109/L
LED 14 – 30 12 – 18 mm/jam
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada anak, apabila ada
menandakan anak terkena infeksi.
-          Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupkan akteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam rematik,
glomerulnefritis, dan demam jengkering.
-          Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
(Billy Anthony Tohar,2007 : 1) diakses melalui
(http://www.scribd.com/doc/24369016/Tonsilitis)
1.7  PENATALAKSANAAN
Penderita dengan daya tahan tubuh cukup baik, penyakit akan sembuh sendiri dan cukup
dengan :
1.      Istirahat
2.      Makan lunak
3.      Analgetika, antiperetika
4.      Gargarisma kan
a.       Penatalaksanaan tonsilitis akut
-          Antibiotik
Golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan
desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin. Antibiotik yang adekuat
untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik. Umumnya serangan tonsillitis akibat virus dapat tanpa antibiotika. Antibiotika
diberikan apabila : tidak ada perbaikan setelah diobati secara penatalaksanaan untuk selama dua
hari dan demamnya tetap tinggi. Dan kedua bila penyebabnya adalah kuman steptokokus
hemolitikus.
Penisilin masih merupakan obat yang cocok untuk tonsillitis akut. Sebaiknya diberikan
intramuskuler dengan dosis 250.000 unit tiap 6 jam. Dosis oral 125 mg tiap 6 jam selama 5 hari
agar tidak mudah residif. Tetrasiklin tidak berkasiat lagi terhadap streptokokus hemolitikus
karena itu sebaiknya tidak diberikan lagi. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 117)
Selain itu jenis anti biotik yang dapat diberikan juga yaitu Eritromisin 25-50 mg/kg. BB
dibagi dalam 3-4 x sehari, selama 5 hari, Ampisilin, 25-50 mg/kg. BB bagi dalam 3-4 x sehari,
selama 5 hari (pedoman diagnosis dan terapi, 1988 : 33,36)
-          Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3
minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
-          Pemberian antipiretik.
b.      Penatalaksanaan tonsilitis kronik
-          Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
-          Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak
berhasil.
c.       Operasi tonsilektomi/ pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
-          Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
-          Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
-          Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
-          Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

II.                KONSEP ASUHAN KEPRAWATAN


Identitas Anak
2.1  Identitas Anak
a.       Usia
Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anak-anakterbanyak pada usia kira-kira 5 tahun
dan puncak berikutnya pada usia 10 tahun (Pedoman Diagnosis Dan Terapi, 1988 : 36)
Tonsil-tonsil dan adenoid ukurannya kecil pada waktu lahir. Selama masa anak-anak
keduanya mengalami hipertrofi fisiologis, adenoid pada umur 3 tahun, dan tonsil pada usia 5
tahun. Karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan melalui mulut, tonsil akibatnya
menghadap udara inspirasi, sehingga tonsil membesar.
Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan untuk terinfeksi dari
anak yang lain. Hal ini juga menyebabkan tonsil membesar. Setiap usia 5 tahun kedua struktur
ini menciut, tetapi tonsil membesar lagi pada usia 10 tahun. Kedua struktur ini akirnya
mengalami atrofi pada usia pubertas, adenoid menghilang keseluruhannya, sedangkan tonsil-
tonsil menjadi sangat kecil. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 114)
b.      Jenis Kelamin
Jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadinya tonsillitis. Semua anak dapat mengalami
tonsillitis. Hal itu dipengaruhi dari makanan yang mereka makan, perawatan hygiene yang
kurang. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 116)
2.2  KELUHAN
Anak kelihatan sakit dan demam. Bila seseorang anak menderita demam, tenggorokannya
harus diperiksa. Terutama pada anak-anak yang masih karena mereka belum dapat mengeluh
secara khusus mengenai tenggorokannya. Sedangkan pada anak yang lebih besar biasanya
mengeluh sakit di tenggorokan dan sukar menelan. Tonsilnya meradang, merangkak, dan dilapisi
nanah secara eskudat. Kelenjar limfe jugulodis membesar dan nyeri bila diraba (R. Pracy, J
siegler, P.M. Stell, 1983 : 116)

2.3  RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa sangat nyeri
terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan trismus (kesulitan membuka mulut).
Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil
membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan
menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus palatinus anterior
terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula
membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak. Pembesaran adenoid dapat
menyebabkan pernafasan mulut, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis,
nafas bau dan pernafasan bising. (pedoman diagnosis dan terapi, 1988 : 33,36)
2.4  RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien dengan tonsillitis diturunkan dari keluarga. Penyakit yang mungkin di derita oleh
keluarga adalah gangguan infeksi pernafasan. Tetapi tonsilitis lebih disebabkan karena anak
mengkonsumsi makanan seperti makanan manis, mengandung banyak pengawet dan perawatan
mulut yang tidak baik. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 116)
2.5  RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN IBU
Tidak ada penyakit selama ibu hamil yang menjadi latar belakang dari tonsillitis. Hanya saja
kemungkinan besar anak terserang tonsillitis dikarenakan anak dilahirkan premature. Hal itu
disebabkan dari kegunaan organ tubuh yang belum matur sehingga akan menyebabkan cepat dan
gampang diserang penyakit. Hal itu termasuk dengan tonsil pada anak.
2.6  ACTIVITY DAILY LIVE
a.       Nutrisi
Pada anak yang memiliki gejala tonsillitis akan memiliki keluhan susah untuk menelan, nafsu
makan berkurang, mengeluh sakit ketika menelan, kadang-kadang anoreksia. Hal itu ditandai
dengan keadaan mulut kering. Biasanya dengan keluhan ini berat badan anak menurun yang
disebabkan oleh kurangnya nutrisi dari makanan yang bisa masuk ke dalam tubuh akibat dari
tonsilitis

b.      Istirahat dan Tidur


Pasien yang menderita tonsillitis akan mengalami gangguan tidur. Hal ini disebabkan karena
nyeri yang dimiliki akibat dari pembengkakan pada tonsil. Kesulitan tidur ini akan menghambat
pertumbuhan dan daya tahan tubuh dari anak.

c.       Hygiene Personal


Pasien yang menderita tonsilitis mandi 2x sehari, saat BAB dan BAK peampres langsung
diganti oleh ibu. Terpenuhi karena Hygiene Personalnya dipenuhi oleh Ibunya dan dengan
bantuan perawat

d.      Eliminasi
Haluaran urine pada anak yang menderita tonsillitis menurun. Hal itu disebabkan oleh ketidak
mampuan anak untuk menelan air, sehingga anak tidak mau meminum air akibat rasa sakit yang
dirasakan ketika menelan. Hal itu menyebabkan haluaran urin menjadi menurun.
(R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 118)
2.7  RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
a.       Riwayat Pertumbuhan
Sebagian anak yang menderita tonsillitis penyakit dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Hanya saja makanan dan minuman tidak masuk secara maksiamal sehingga berat badan anak
akan secara perlahan turun. Lama kelamaan anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama
karena infeksi saluran nafas.
Usia Rata-Rata Berat Badan (kg)
3 hari 3,0
10 hari 3,2
3 bulan 5,4
6 bulan 7,3
9 bulan 8,6
1 tahun 9,5
2 tahun 11,8
4 tahun 16,2
6 tahun 20,0
10 tahun 28,7
14 tahun 45,0
18 tahun 54,0
Tabel 1.1 Rata-rata berat normal sesuai usia
(Wong, 2004: 134)

2.8  KESEHATAN LINGKUNGAN


Kesehatan lingkungan sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Pada lingkungan
dengan tingkat polusi yang tinggi resiko seseorang untuk terinfeksi virus juga sangat tinggi.
Selain itu juga dapat mengakibatkan infeksi pada pernafasan. Hal itu merupakan awal penyebab
pembengkakan pada tonsil yang akan menyebabkan infeksi pada tonsil.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan TTV :
a.       Suhu : bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, > 37,5oC)
Usia Nilai suhu derajat (celcius)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Tabel 1.2 Nilai normal suhu anak rata-rata
(Weni Kristiyana Sari, 2010 : 5)
b.      Tekanan darah :
Pada pasien dengan penyakit tonsillitis maka akan terjadi peningkatan tekanan darah.

USIA SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)


Neonatus 80 45
6-12 bulan 90 60
1-5 tahun 95 65
5-10 tahun 100 60
10-15 tahun 115 60
Tabel 1.3 Nilai tekanan darah pada bayi dan anak-anak
(Aziz Alimul, 2005: 278)

c.       Nadi
Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)

Usia Waktu bangun Tidur (kali/menit) Demam


(kali/menit) (kali/menit)
Bayi baru lahir 100-180 80-160   220
1 minggu-3 bulan 100-220 80-200   220
3 bulan-2 tahun 70-120 70-120   200
2-10 tahun 60-90 60-90   200
10 tahun- dewasa 50-90 50-90   200
Tabel 1.4 Nilai nadi pada anak
(Weni Kristiyana Sari, 2010 : 6)

d.      Respirasi
Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.
Umur Nilai pernafasan (kali/menit)
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel 1.5 Nilai pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur
(Weni Kristiyana Sari, 2010 : 6)
  B1 (breathing)
Inspeksi
Pada pasien dengan tonsillitis terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, serta
penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi
Ekspansi paru meningkat, fremiktus traktil dada berkurang atau tidak ada
Perkusi
Pada dada terdengar suara normal, diafragma mendatar dan menurun, penanjakan hati mengecil,
batas paru dan hati lebih rendah, pekak jantung berkurang.

  B2 (Blood)
Pada pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah dan nadi, serta terjadi pula
peningkatan suhu karena infeksi pada tonsil sehingga terjadi pembengkakan tonsil.

  B3 (brain)
Pada infeksi perlu dikasi tingkat kesadarannya. Di samping itu, di perlukan pemeriksaan GCS,
untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah composmentis, somnolen,dll.
  B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan kecukupan intake
cairan, output urine menurun

  B5 (Bowel)
-          Mual/muntah (anoreksia)
-          Nafsu makan memburuk
-          Tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan karena pembengkakan tonsil
-          Penurunan berat badan menetap.

  B6 (Bone)
Penderita tonsillitis merasa keletihan, kelemahansecara umum memerlukan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut diakibatkan karena kebutuhan nutrisi dan
cairan pasien berkurang akibat nyeri saat menelan makanan dan minuman.
TONSILEKTOMI
Indikasi tindakan tonsilektomi masih menimbulkan banyak pertentang. Rata-rata 200.000 anak
setahun mengalami tonsilektomi di inggris, banyak diantaranya tidak merasakan manfaat operasi
ini, apalagi tentu mereka yang meninggal karena operasi.
Sebab timbulnya pertentangan dalam menetapkan indikasi ini adalah karena tidak adanya tanda-
tanda obyektif yang menjadi patokan dalam pertentangan ini. tidak ada hal yang menyakinkan
untuk menentukan anak yang mana sebaiknya diangkat tonsilnya atau apakah operasi dapat
memberikan perbaikan pada anak itu. Yang mengherankan adalah tidak adanya suatu usaha
untuk membuktikan akan keuntungan dari operasi yang telah dilakukan berjuta-juta kali
Mungkin karena persoalan ini diputuskan atas pertimbangan subjektif semata, maka beberapa
kelainan yang menarik dari tonsilektomi yang telah terjadi. Dari statistic depertemen kesehatan
(di inggris) tampak bahwa penyakit saluran nafas lebih sering terdapat pada orang yang keadaan
social ekonomi yang rendah dan kalau di inggris terdapat lebih banyak di daerah barat laut
daripada di daerah pantai selatan. Karena itu tonsilektomi lebih banyak dilakukan pada orang
dengan keadaan ekonomi yang rendah di daerah barat laut tersebut. Tetapi dalam pengukuran
kejadian tonsilektomi dari contoh yang memenuhi syarat seperti sewaktu merekrut angkatan
bersenjata, tampak bahwa tonsilektomi sangat sering dilakukan pada anak-anak dengan keadaan
ekonomi tinggi, terutama mereka yang tinggal di daerah selatan inggris.
Sejauh tidak ada pembuktian yang dapat menunjukkan tempat operasi ini, akal sehat
mengingatkan kita bahwa semua anak tumbuh tanpa penyakit-penyakit ini. seorang anak seolah-
olah menjadi korban operasi yang tidak menyenangkan dan mengandung bahaya jika ia
menderita tonsillitis yang berulang-ulang dengan berat sehingga sesuatu operasi dilaksanakan.
Hal ini hanya dapat diputuskan oleh sejarah. Pemeriksaan mulut hanya menghasilkan suatu fakta,
yaitu tonsil ada. Tak ada keterangan lain yang dapat dipakaio untuk membantu memutuskan
apakah tonsil perlu diangkat atau tidak.
Dalam menyusun riwayat penyakit ada 2 hal yang harus didapatkan : pertama, apakah benar
tonsil merupakan sumber utamna sakitnya seorang anak. Tonsillitis adalah suatu penyakit yang
dapat sembuh sendiri, berlangsung kira-kira 5 hari dengan disertai disfagia dan demam. Bila
serangan berulang tidak cocok dengan gambaran diatas, anak tersebut mungkin menderita
flaringitis kronis akibat infeksi hidung atau sinus, sepsis gigi, atau pernafasan mulut. Nyeri
tenggorokan karena flaringitis kronis cenderung untuk menetap, kadang-kadang lebih berat di
pagi hari dan tanpa disertai disflagia maupun demam.
Kedua apakah serangan berulang tonsillitis ini menghasilkan cukup alas an untuk menetapkan
tonsilektomi?? Jika seorang anak sering menderita serangan berat tonsillitis akut, maka
sekolahnya terganggu dan karena tidak dapat makan selama serangan, maka berat badan tidak
akan naik bahkan turun. Kedua factor ini, gangguan pelajaran dan kehilangan berat badan dapat
membantu indikasi tonsilektomi. Sehingga kalau pelajarannya tidak banyak terganggu, berat
badan cukup, dan tampak sehat, maka biarkan dahulu tubuhnnya dapat mengatasi sendiri
penyakit tersebut.
Seorang anak yang pernah menderita abses peritonsil harus diangkat tonsilnya karena ditakutkan
serangan berikutnya akan menimbulkan komplikasi penyebaran infeksi ke daerah leher bagian
depan. Tetapi abses peritonsil lebih sering terjadi pada orang dewasa sebagai komplikasi
tonsillitis.
Kesimpulannya seorang anak yang pernah mendapat serangan tonsillitis akut, katakanlah 5-6 kali
setahun, terganggu pelajarannya dan tidak naik berat badannya perlu untuk diangkat tonsilnya.
Dan bila seorang anak cukup sehat dan segar, gangguan terhadap pelajarannya hanya sedikit,
biarkan dahulu dengan keadaan tersebut.
KEADAAN-KEADAAN YANG MENANGGUHKAN TINDAKAN TONSILEKTOMI
1.      Radang akut saluran bagian atas
Tonsilektomi tidak boleh dilakukan selama atau tiga minggu sesudah serangan akut tonsillitis
karena dikawatirkan timbulnya bahaya pendarahan sekunder.
2.      Adanya gangguan pembekuan darah
Apabila masa pembekuan darah memanjang seperti pada hemophilia atau purpura, operasi
jangan dilakukan
3.      Langit-langit bercelah
Keadaan ini inkompetensi pada sfringter nasofaring, bahkan sesudah rekontruksi pun mungkin
belum memadai dan belum dapat mencapai dinding posterior, sehingga terdapat gangguan bicara
pada anak. Tonsil baru boleh diangkat bila menyebabkan gejala yang berat, dan harus oleh
seorang ahli karena setiap parut dapal palatum mole akan menambah inkompetensi sfringter
tersebut.
4.      Demam rematik dan nefritis
Dahulu tonsilektomi dianjurkan pada keadaan ini untuk mencegah berulangnya penyakit. Banyak
dokter ahli akan dan ahli THT pada saat ini merasa bahwa kambuhnya penyakit ini dapat dicegah
dengan pemberian penisilin dalam jangka waktu yang lama, jadi tidaklah perlu cepat-cepat
melakukan tindakan tonsilektomi. Tetapi meskipun diberi antibiotic untuk pencegahan, sering
seorang anak terus menerus mendapat serangan tonsillitis sterptokokus dan untuk mencegah
berulangnya demam rematik serta nefritis maka tonsilistomi patut dilakukan pada keadaan ini.
operasi harus dilakukan di bawah perlindungan penisilin.
5.      Poliomyelitis
Tonsil dan adenoid sebaiknya tidak diambil pada waktu terjadinya epidemic penyakit ini karena
akan menambah tingginya resiko ketularan. Pada anak-anak yang baru saja diambil tonsilnya
resiko terjadi poliomyelitis bulber bertambah besar.
6.      Hipertrofi tonsil
Hipertrofi tonsil bukanlah indikasi mutlak tonsilektomi karena hal itu merupakan sesuatu yang
normal terjadi pada masa pertumbuhan anak. Dan lumrah bahwa tonsil akan membesar bukan
saja tidak masuk akal tetapi mungkin juga tidak berguna.
7.      Indikasi lain
Di masa lalu tonsilektomi dikerjakan pada keadaan-keadaan yang tidak ada hubungannya sama
sekali seperti misalnya enuresis, retardasi mental, sepsis fokal, kurang nafsu makan, pilek-pilek,
pembesaran kelenjar getah bening leher, dan asma. Tidak ada alas an yang tepat untuk
melakukan operasi pada keadaan tersebut.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006)


a.       Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan
anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
b.      Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan
kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu
penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah
inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan
dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat
setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi
pembuluh darah pada dasar tonsil.
c.       Perawatan Paska-bedah
Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
Memantau tanda-tanda perdarahan
-          Menelan berulang
-          Muntah darah segar
-          Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
Diet
-          Memberikan cairan bila muntah telah reda
-          Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada
kepingan kecil).
-          Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
Menawarkan makanan
-          Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
-          Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah
perdarahan.
-          Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.
-          Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
-          Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
-          Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
-          Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
-          Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
Mengajari pasien mengenal hal berikut
-          Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2
minggu.
-          Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
-          Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder akibat hipoksia
jaringan.
2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori yang mencukupi
sekunder akibat infeksi.
3 Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan infeksi
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak adekuatan sumber energi
5 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder akibat
pembedahan
6 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
7 Nyeri berhubungan proses pembedahan
8 Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan dehidrasi

Anda mungkin juga menyukai