Anda di halaman 1dari 2

Gugur

Ia merangkak Kembali rebah pada tanah

Di atas bumi yang dicintai Dan aku pun berasal dari tanah

Tiada kuasa lgi menegak Tanah ambarawa yang kucinta

Telah ia lepaskan dengan gemilang Bumi yang menyusui kita

Pelor terakhir dari bedilnya Dengan mata airnya

Kedada musuh yang merebut kotanya Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
Bumi kita adalah kehormatan bumi kita adalah juwa dari
jawi
Ia merangkat
Ia adalah bumi nenek moyang
Di atas bumi yang dicintainya
Ia adalah bumi waris yang sekarang
Ia sudah tua luka – luka di badanya
Ia dalah bumi waris yang akan datang”
Hari pun berangkat malam
Bagai harimau tua
Bumi berpelu dan terbakar
Susah payah maut menjeratnya
Kerna api menyala dikota ambarawa
Matanya bagai saga
Menatap musuh pergi dari kota
Orang tua itu kembali berkata :
“lihatlah,hari telah fajar!
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
Wahai bumi yang indah
Lima pemuda mengangkatnya
Kita akan berpelukan buat selama-lamanya !nanti sekali
Di antaranya anaknya waktu
Ia menolak dan tetap merangkak Seorang cucuku
Menuju kota kesayangannya Akan menancapkan bajak
Dibumi tempatku terkubur
Ia merangkak Kemudian akan ditanamnya benih
Diatas bumi yang dicintainya Dan tumbuh dengan subur
Belum lagi selusin tindak Maka ia pun berkata:
Mautnya menghadangnya -alangkah gemburnya tanah disini!”
Ketika anaknya memegang tanganya Hari pun mulai lengkap malam
Ia berkata : Ketika menutup mata
“Yang berasal dari tanah

Anda mungkin juga menyukai