Anda di halaman 1dari 10

Modul :Pengantar Ilmu Komunikasi

Oleh Suci Marini Novianty, S.I.P, M.Si

Universitas Pembangunan Jaya


2020
(Bagian 1 dan 2)

1
Bab 1:Pendahuluan

Sub-capaian Mata Kuliah:

a. Mahasiswa mampu memahami definisi komunikasi dan ilmu komunikasi (C2)


b. Mahasiswa mampu memahami ragam fenomena sosial di bidang komunikasi (C2)
c. Mahasiswa mampu memahami ragam pilihan karir di bidang Ilmu Komunikasi (C2)
d. Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup komunikasi (C2)

1. Makna Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang dilakukan oleh semua mahluk hidup dalam
kesehariannya. Ya, komunikasi tidak hanya berlaku untuk manusia saja, namun juga
dilakukan oleh binatang, tumbuhan, serta mahluk hidup lainnya.

Tapi, guna menyempitkan pemahaman kita. Cukuplah kita berhenti pada


pemahaman komunikasi yang dilakukan oleh manusia.

Secara umum, komunikasi dilakukan bahkan sejak manusia diciptakan di


dalam kandungan. Kenapa begitu? Sebab menurut Wood (2011) definisi komunikasi
adalah “Proses sistemis di mana orang berinteraksi dengan dan melalui simbol untuk
menciptakan makna”. Bahkan, saat janin di dalam kandungan memberikan
tendangan dari dalam, lalu sang ibu menciptakan dan menafsirkan makna.
Terciptalah sebuah proses yang sistemis, dinamakan dengan komunikasi.

Intinya, proses komunikasi membutuhkan pengirim pesan (komunikator),


pesan, media, penerima pesan (komunikan). Tanpa itu, proses komunikasi tidak
akan terjadi.

2
Pesan yang dikirimkan oleh komunikator (pengirim) kepada komunikan
(penerima) tetap saja memuat komponen pesan verbal dan non verbal. Berdasarkan
hal ini, maka ruang lingkup Ilmu Komunikasi ada pada 3 hal ini:

Produksi Proses Pengaruh

Gambar 1. Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi

Produksi berfokus saat sebuah pesan dibuat oleh komunikator. Dapat dimulai
dari rencana hingga motivasi pembuatan pesan. Kata kunci disini adalah APA
PESANNYA dan SIAPA PENGIRIMNYA.

Lalu, fokus selanjutnya adalah bagaimana pesan itu disampaikan, MELALUI


APA?. Apakah pesan disampaikan secara langsung atau melalui media? Apakah
pesan disampaikan dengan kata dan kalimat atau hanya gambar, suara, video?.

Terakhir, APA PENGARUH dari pesan yang diterima oleh komunikan. Pesan
harus sampai kepada komunikan untuk berkomunikasi.

Proses komunikasi melibatkan berbagai aspek kehidupan. Saat Anda


berkomunikasi Aspek psikologis, sosial, budaya, hingga ekonomi turut menentukan
bagaimana komunikasi akan dilakukan. Ke'cair'an komunikasi ini yang kemudian
membuatnya dapat berdiri menjadi satu ilmu baru.

3
2. Ilmu Komunikasi

Memilih jurusan Ilmu Komunikasi sebagai program studi, artinya harus


mampu untuk memahami pentingnya ilmu ini.

Secara epistimologi, Ilmu Komunikasi disebut sebagai Communictation


Studies. Epistimologi adalah hakikat dari sebuah ilmu pengetahuan. Berdasar dari
akar, Ilmu Komunikasi tidak dapat hadir sendiri. Isu - isu komunikasi selalu hadir di
dalam ranah psikologis, sosiologis, antropologis, politik, dan aspek kehidupan lain
dalam keseharian.

Penting untuk dipahami bahwa ilmu yang hadir dengan landasan berbagai
disiplin keilmuan tidak dapat menjadikannya ilmu murni (science). Ilmu komunikasi
lebih tepat dikatakan sebagai studies.

Ilmu komunikasi yang kita diskusikan ini sama dengan communication studies
di negara maju. Pendiri communication studies adalah Wilbur Schramm (1907-
1987). Dia adalah orang pertama di dunia ini yang bergelar profesor communication
studies.

Ilmu Komunikasi kaya dengan perspektif. Ia bisa menggunakan perspektif


berbagai ilmu sosial lainnya. Akibat selanjutnya, muncul bagian lain dari kajian ilmu
komunikasi: komunikasi politik, komunikasi lingkungan hidup, komunikasi
pembangunan dan kebijakan komunikasi. Juga kajian tentang hubungan
masyarakat, jurnalistik, hingga jurnalistik penyiaran.

Kajian – kajian ini pula yang membuat ragam pilihan karir di bidang ilmu
komunikasi begitu beragam. Menjadi seorang konsultan strategi komunikasi, PR,
jurnalis, influencer, marketing, dan sebagainya. Apalagi, pilihan karir tersebut selalu

4
Pada ranah Ilmu Komunikasi, bahasannya selalu mengikuti perkembangan
zaman. Ilmu Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi dan
informasi. Topik yang berkembang saat ini lebih banyak membahas komunikasi yang
termediasi dengan teknologi.

Hal ini sesuatu yang sudah diramalkan oleh Marshall McLuhan (1960), Global
Village, dimana masyarakat di dunia diibaratkan menjadi penduduk desa global yang
terkoneksi dengan teknologi.

Di dalam pola komunikasi yang dijembatani oleh media, masih juga kita dapat
menjamah isu – konvensional. Semua topik inti komunikasi, komunikasi antar
pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, bahkan,
komunikasi massa. Pembahasan pada bagian inilah yang akan menjadi pengantar
materi belajar satu semester ke depan.

3. Pengertian Ilmu Komunikasi

Mengutip dari Berger & Chafee, Ilmu Komunikasi adalah pengamatan


terhadap produksi, proses, & pengaruh dari sistem tanda dan lambang melalui
pengembangan teori dengan tujuan menjelaskan fenomen yang berkaitan dengan
produksi, proses, & pengaruh dari sistem tanda dan lambang.

Ada beberapa kata kunci yang dapat kita sarikan dari sana, yaitu

 Pengamatan terhadap Produksi, Proses, &


Pengaruh dari Sistem Tanda dan Lambang
 Dengan pengembangan Teori
 Tujuannya menjelaskan fenomena

5
Kenapa pengamatan penting?

Sebab dalam proses mengamati itu, ‘mendengarkan’ menjadi tahapan


yang krusial. ‘Mendengarkan’ dimulai dari pada saat membuat, memproses,
hingga bagaimana pesan diterima dan memberi pengaruh pada penerimanya.
‘Mendengarkan’ juga akan menjadi poin bahasan penting dalam perjalanan
mata kuliah ini.

Dikarenakan kita akan membahasnya secara akademis, maka diskusi akan


selalu berada dalam ranah Teori. Dalam buku West and Turner (2010),
“Introducing Communication Theory” mendefiniskan teori sebagai “an abstract
system of concepts with indications of the relationships among these concepts
that help us to understand a phenomenon”. Atau mudahnya, sistem abstrak
tentang konsep yang membantu kita mengerti fenomena. Jadi, teori adalah
kumpulan konsep tentang kejadian dalam kehidupan kita sehari – hari yang
dikumpulkan untuk melihat kejadiannya dalam Stephen Littlejohn dan Karen
Foss (2008) menyatakan bahwa teori, sebagai sebuah sistem yang abstrak, harus
diperoleh melalui pengamatan sistematis (systematic observation). Sementara
itu, Jonathan H. Turner (1986) mendefinisikan teori sebagai “proses
mengembangkan ide-ide yang dapat memungkinkan kita untuk menjelaskan
bagaimana dan mengapa peristiwa terjadi” (West dan Turner, 2010 : 46).

Fenomena yang dijelaskan melalui teori ini adalah peristiwa yang terjadi.
Contohnya, saat seorang tokoh berpengaruh memiliki pengikut di kanal
Instagram hingga 1 juta akun. Peristiwa ini kemudian dapat dilihat dari
perspektif Ilmu Komunikasi menggunakan Teori Uses and Gratification
(Penggunaan dan Kepuasan), untuk melihat apa alasan mengikuti tokoh
tersebut hingga kepuasan apa yang didapatkan dari sana. Atau, pola komunikasi
di era 4.0 cenderung ‘menjauhkan yang dekat’ dan ‘mendekatkan yang jauh’.
Trend – trend ini dapat kita lihat melalui teori – teori yang berfungsi menjadi
‘pisau’.

6
Bab 2:Sejarah Ilmu Komunikasi

Sub-capaian Mata Kuliah:

a. Mahasiswa mampu memahami sejarah Ilmu Komunikasi (C2)

1. Periode Retorika

Ilmu Komunikasi termasuk konsentrasi pengetahuan yang baru. Apabila


dibandingkan dengan ilmu – ilmu sosial lainnya, seperti ekonomi, sosiologi, atau
psikologi. Ilmu Komunikasi sendiri baru mendapat perhatian di era 1940-an. Namun,
apabila ditilik ke belakang, ilmu komunikasi sudah dikaji, bahkan sejak abad ke-5
sebelum Masehi di Yunani.

Awalnya, ilmu komunikasi berfokus pada upaya penyampaian gagasan, ide,


pemikiran kepada khalayak. Periode ini dikenal dengan ‘periode retorika’. Rhetorike
atau retorika adalah sebutan untuk ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar
manusia. Alasannya, pada masa ini, di Yunani sedang berkembang kajian tentang
seni berpidato dan berargumentasi. Ini penting, karena kemampuan pidato dan
argumen dapat mempermudah individu untuk mempengaruhi khalayak.
Mempunyai pengaruh di masyarakat artinya juga memiliki kesempatan untuk
didengar lebih luas. Banyak tokoh – tokoh yang mengkaji retorika, seperti
Protagoras, Socrates, Plato, Demosthenes, dan Aristotles.

Retorika yang digunakan untuk mengajak atau mempersuasi


(mempengaruhi), menurut Aristotles ada 3 kunci pendukungnya, yaitu adanya ethos
(kredibilitas sumber), pathos (permainan emosi sasaran), logos (fakta, pendukung
logis). Artinya, pidato akan lebih berpengaruh apabila yang berbicara adalah
seorang kredibel atau terpercaya oleh khalayak. Lalu, individu juga dapat
memainkan emosi khalayak, entah dengan semangat membara, rasa sedih, mau pun
sukacita dan amarah. Terakhir, ia juga dapat memberikan fakta – fakta atas gagasan
atau ide yang disampaikan.

7
Selain di Yunani, ilmu ini juga berkembang di Romawi. Cicero adalah tokoh
yang mengembangkan retorika di sana. Saat Kaisar Julius Cesar memimpin, selain
retorika, turut pula berkembang ilmu pernyataan manusia dengan media. Hal ini
didorong oleh kebijakannya yang mengharuskan setiap kegiatan senat harus
dikabarkan kepada khalayak setiap hari, melalui media papan pengumuman, Acta
Diurna. Hal ini kemudian berkembang dengan teknologi. Seperti ditemukannya
kertas pada tahun 105 Masehi, juga penemuan mesin cetak di abad 15 oleh
Johannes Gutenberg.

2. Periode Pertumbuhan

Penemuan mesin cetak menjadi titik balik untuk kajian ilmu pernyataan
melalui media. Dengan teknologi percetakan, diciptakanlah surat kabar. Hal ini
kemudian menarik para ahli untuk mengkajinya. Hingga pada abad ke-19, ilmu
persuratkabaran lahir. Ini menandai ‘periode pertumbuhan’. Periode ini dihitung
hingga Perang Dunia II, maka termasuk di dalamnya peristiwa Perang Dunia I.

Ilmu persuratkabaran ini kemudian menjadi cikal bakal berkembangnya ilmu


komunikasi yang kita kenal saat ini. Pada 1933 pada International Congress of
University Teachers of the Science of the Press, Walter Hagemann menilai bahwa
ilmu persuratkbaran sudah usang. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penemuan
teknologi komunikasi yang beragam pada periode ini. Mulai dari penemuan telepon,
radio, televisi, satelit, hingga jaringan komputer.

Pada akhir Perang Dunia I, kemudian propaganda dan opini publik menjadi
konsentrasi isu. Para ahli melihat dan menilai peran media massa yang meluas untuk
menjual gagasan dan ide. Media massa juga mulai digunakan sebagai sarana
pemasaran dan periklanan. Pada periode ini juga mulai ilmu – ilmu sosial lain
berpengaruh dalam membentuk fondasi ilmu komunikasi saat ini.

8
3. Periode Konsolidasi

Pasca Perang Dunia II hingga tahun 1960-an disebut sebagai ‘periode


konsolidasi’. Saat Perang Dunia II berlangsung, studi – studi landasan Perang Dunia
II lebih berfokus ke Amerika Serikat. Hasilnya, beberapa pendiri ilmu komunikasi
berasal dari Amerika Serikat. Seperti Paul F. Lazarfeld, Harold D. Lasswell, Kurt
Lewin, dan tentunya Carl I. Hovland.

Paul F. Lazarfeld terkenal dengan kontribusinya atas two-steps flow of model


communication. Model ini dikembangkan Lazarfeld untuk menggambarkan efek
media serta pesan-pesan propaganda terhadap khalayak. Selanjutnya, Harold D.
Lasswell, berkontribusi dengan menciptakan model komunikasi Lasswell yang
terkenal. Mudahnya model komunikasi Lasswell menjelaskan ‘apa itu komunikasi’
dengan kalimat sederhana, “Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect?”.

Kurt Lewin, seorang psikolog, yang dikenal sebagai pelopor dalam ranah
psikologi sosial, organisasi, dan terapan. Lewin memberikan kontribusinya di bidang
ilmu komunikasi dengan analisisnya terkait komunikasi kelompok, khususnya
dinamika kelompok. Mengenai kelompok, kemudian ada Carl I. Hovland, psikolog,
dan Irving Janis yang menciptakan groupthink theory dalam khazanah pola
komunikasi kelompok. Hovland juga berkontribusi dalam komunikasi persuasif,
dengan menciptakan teori penilaian sosial.

Wilbur Schramm (1907 – 1987) adalah orang pertama di dunia yang bergelar
sebagai professor ilmu komunikasi. Pada periode ini, muncul beragam sekolah –
sekolah tinggi ilmu komunikasi, Iowa Journalism School (1943) adalah perintis
sekolah komunikasi pertama. Kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Institute of
Communication Research di Illinois (1947). Beragam program studi dibentuk untuk
mempelajari komunikasi yang begitu luas cakupannya hingga melahirkan cabang
ilmu komunikasi baru seperti jurnalistik, public relations, kajian media, serta
periklanan.

Terakhir, kita sampai pada ‘periode teknologi komunikasi’. Seringkali era ini
disebut sebagai take off, ditandai dengan semakin banyaknya institusi pendidikan
ilmu komunikasi. Bahkan di berbagai negara. Bertambah juga teori dan model
komunikasi. Khususnya, dengan mengikuti perkembangan zaman, juga berkaitan
dengan sistem komunikadi dalam jaringan (online).

9
Daftar Pustaka

10

Anda mungkin juga menyukai