Memandikan Bayi
Memandikan Bayi
PENDAHULUAN
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air
dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan yang
sesuai (Choirunisa, 2009,p.59). Memandikan bayi baru lahir bukanlah hal yang
mudah, terutama bagi ibu baru. Dibutuhkan ekstra hati-hati serta persiapan yang
benar agar mandi si kecil tak hanya berjalan lancar namun juga menyenangkan
bagi mereka (Naureh, 2009,p.35). Tidak sedikit dari mereka yang tidak tahu
bagaimana cara memandikan bayi sehingga mereka menyerahkan bayinya kepada
pengasuh atau neneknya (Choirunisa, 2009,p.91). Memandikan bayi merupakan
saat-saat yang menyenangkan untuk membangun hubungan yang sangat erat
antara ibu dan anak. Jika bayi sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan
menjadi hal yang baik untuk menenangkan dan membantunya untuk dapat tidur
dengan nyaman (Iskarina, 2008,p.67). Mandi mempunyai manfaat yang sangat
bagus untuk kebersihan dan kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman
bagi tubuh bayi (Choirunisa, 2009,p.92). Memandikan bayi dengan cara yang
salah dapat mengakibatkan kondisi yang buruk seperti celaka (jatuh dan
tenggelam), air masuk ke dalam telinga atau hidung dan dapat mengalami
hipotermi (Deswani, 2010,p.88). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi cara
memandikan bayi adalah pengetahuan, pendidikan, pengalaman, dukungan suami
atau keluarga dan penolong persalinan yang lalu, pendidikan dapat berkaitan
dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan semakin tinggi
pendidikan seseorang biasanya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas sehingga akan lebih mudah menerima informasi kesehatan, bagi orang tua
yang berpendidikan tinggi tidak sulit untuk tidak begitu sulit untuk memandikan
bayinya sendiri (Notoatmodjo, 2003, p.16
PEMBAHASAAN
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air
dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan yang sesuai
(Choirunisa, 2009, p.59). Dalam minggu minggu pertama bayi cukup mandi satu
kali sehari dipagi hari. Jika perlu sore hari cukup dibersihkan dari kulit yang basah
atau keringat. Usahakan tidak langsung memandikan bayi setelah menyusui,
sedang lapar atau mengantuk untuk menghindarkan bayi muntah, kedinginan, atau
kaget.Tujuan dari memandikan bayi untuk membersihkan tubuh bayi (Huliana,
2003,p.83).
2.2 Tujuan memandikan bayi
Tujuan memandikan bayi diantaranya, yaitu :
1. Untuk membersihkan tubuh bayi
2. Memberi kenyamanan pada bayi
3. Agar bayi lebih segar setelah di mandikan
4. Menghindarkan bayi dari alergi akibat keringat
5. Untuk menjaga kulit bayi tetap lembap
6. Agar bayi dan ibunya semakin lebih dekat
2.3 Manfaat memandikan bayi
Manfaat memandikan bayi diantaranya, yaitu :
1. Tubuh bayi menjadi bersih
2. Bayi menjadi nyaman setelah dimandikan
3. Bayi menjadi lebih segar setelah dimandikan
4. Bayi terhindar dari alergi akibat keringat
5. Agar kulit bayi tetap lembap
6. Bayi dan ibunya semakin lebih dekat
1. Pastikan bahwa suhu ruangan tempat Anda akan memandikan bayi cukup
hangat. Jangan memandikan bayi di dalam ruangan yang bersuhu kurang
dari 250C.
2. Hindari memandikan bayi setelah makan, karena bisa membuat bayi
muntah
3. Suhu air idealnya 29,40C.
4. Isi air di bak mandi 5-8 cm, jangan lebih dari itu.
5. Letakkan alas anti slip di dasar bak mandi agar bayi tidak tergelincir
6. Mandikan bayi 2 kali sehari pada jam 10.00 WIB dan jam 17.00 WIB.
7. Jika tali pusat belum sembuh benar, bayi tidak boleh mandi berendam,
mandikan bayi dengan menggunakan waslap.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air
dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan yang
sesuai (Choirunisa, 2009, p.59). Dalam minggu minggu pertama bayi cukup
mandi satu kali sehari dipagi hari. Jika perlu sore hari cukup dibersihkan dari kulit
yang basah atau keringat. Usahakan tidak langsung memandikan bayi setelah
menyusui, sedang lapar atau mengantuk untuk menghindarkan bayi muntah,
kedinginan, atau kaget.Tujuan dari memandikan bayi untuk membersihkan tubuh
bayi (Huliana, 2003,p.83).
3.2 Saran