Gambaran Rapid Test Terhadap Hasil Swab Test Pada Pasien Rawatan Covid 19 Rsud Cikalong Wetan
Gambaran Rapid Test Terhadap Hasil Swab Test Pada Pasien Rawatan Covid 19 Rsud Cikalong Wetan
Pembimbing:
dr.Pupun Lufianti
1
BAB 1
PENDAHULUAN
individu. Hal ini tertuang dalam pasal 28H UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 1
berbagai ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Selain itu, upaya
(WHO,2020). Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara hewan
dan manusia. Virus dan penyakit ini diketahui berawal di kota Wuhan, Cina sejak
Desember 2019. Per tanggal 21 Maret 2020, jumlah kasus penyakit ini mencapai
Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi tahap
Tanggap Darurat pada tanggal 17 Maret 2020. Presiden juga telah mengeluarkan
Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona yang diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
2
penyebaran COVID19; meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional; dan
terakhir website oleh Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Universitas
John Hopkins yang diperbaharui berkala, data terakhir menunjukkan total kasus lebih
dari 60.331 pasien, dengan total kematian lebih dari 1.369 pasien dan perbaikan lebih
dari 6.061 pasien.7 Saat ini data terus berubah seiring dengan waktu.
Berdasarkan data yang diambil dari PUSICOV Bandung, sampai akhir bulan
Agustus 2020 Jawa Barat mempunyai total kasus COVID 19 sebanyak 9420 kasus.
Kasus sembuh 5876 dan meninggal 262 kasus.21 Angka ini mengalami peningkatan
dibanding bulan Juli yang sebanyak 6532 kasus. Kabupaten Bandung Barat memiliki
kasus yang lebih sedikit dengan 1430 total kasus, dengan jumlah OTG 534 Orang ,
ODP 745 Orang, PDP 38 Orang , kasus positif 113 orang. Total kasus Kecamatan
Cikalong wetan 89 kasus dengan jumlah OTG 1 Orang , ODP 84 Orang, PDP 3 Orang
sebagai berikut:
cikalong wetan ?
3
2. Bagaimana gambaran swab test pada pasien rawatan covid 19 rsud
cikalong wetan ?
3. Bagaimana gambaran rapid test terhadap hasil swab test pada pasien
1.2 Tujuan
1. bahan kajian dan data dasar untuk pengembangan ambaran rapid test
saat ini.
2. Mengetahui gambaran rapid test terhadap hasil swab test pada pasien
1. Mengetahui gambaran rapid test terhadap hasil swab test pada pasien
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang ggambaran rapid
test terhadap hasil swab test pada pasien rawatan covid 19 RSUD cikalong
wetan
b.Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi gambaran rapid test terhadap
hasil swab test pada pasien rawatan covid 19 RSUD cikalong wetan
4
c.Bagi Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai refrensi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan masalah penyakit COVID 19.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Epidemiologi
misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus
tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan
kasus.1 Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau
terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei
Tiongkok.2 Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya
infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel
Organization memberi nama virus baru tersebut Severa acute respiratory syndrome
2019 (COVID-19).3 Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah
dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan
waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. 4
Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. 4,5 Akhirnya dikonfirmasi
bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. 6 Sampai saat
ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus
terakhir website oleh Center for Systems Science and Engineering (CSSE)
Universitas John Hopkins yang diperbaharui berkala, data terakhir menunjukkan total
kasus lebih dari 60.331 pasien, dengan total kematian lebih dari 1.369 pasien dan
perbaikan lebih dari 6.061 pasien.7 Saat ini data terus berubah seiring dengan waktu.
6
Banyak kota di Tiongkok dilakukan karantina. Kasuskasus yang ditemukan diluar
Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Australia, Nepal dan lainnya.8,9 Kasus-kasus yang
Wuhan atau berkontak dengan kasus confirmed yang memiliki riwayat bepergian ke
negara Tiongkok Bersama keluarganya datang pada 22 januari dengan tanpa gejala
Laporan terbaru per tanggal 9 Februari 2020 sudah terdapat 43 kasus terkonfirmasi
2020, angka mortalitas di seluruh dunia 2,1% sedangkan khusus di kota Wuhan
adalah 4,9%, dan di provinsi Hubei 3,1%. Angka ini diprovinsi lain di Tiongkok
terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU).2
Kasus kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus
kematian pertama pasien lelaki usia 61 tahun dengan penyakit penyerta tumor
intraabdomen dan kelainan di liver.11 Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah
merupakan kejadian yang pertama kali. Tahun 2002 severe acute respiratory
Middle East respiratory syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan oleh MERS-
7
kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10%
3.2 Karakteristik
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA
protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah
satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen.
Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host
8
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam.
Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari
hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak
sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu.2,5,13 Kelelawar, tikus bambu, unta dan
musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada
syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Namun pada
kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru
ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah. Barulah pada
penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak hanyalah sebagai host intermediet dan
kelelawar tapal kuda (horseshoe bars) sebagai host alamiahnya. 8,14 Secara umum, alur
Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi
9
Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan gejala
klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau
MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus
biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait dengan
faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang cenderung banyak
perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan karakteristik Coronavirus yang
lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi. 5,12,13 Semua orang
secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia Coronavirus jenis baru dapat terjadi pada
Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu, dapat menimbulkan
penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang dengan sistem
imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi lainnya, penyakit dapat
secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi Coronavirus menimbulkan sistem
kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi.5
Pada tahun 2002-2003, terjadi kejadian luar biasa di Provinsi Guangdong, Tiongkok
yaitu kejadian SARS. Total kasus SARS sekitar 8098 tersebar di 32 negara, total
kematian 774 kasus. Agen virus Coronavirus pada kasus SARS disebut SARS-CoV,
grup 2b betacoronavirus.
10
Penularan
cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-
19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai
disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi
dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi
11
memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet
merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva
(mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang
12
3.4 Gejala Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan
pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan
Klasifikasi Klinis Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti
demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise,
sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut
usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan
gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi
b. Pneumonia ringan Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan
sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan
pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak
sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
13
Definisi takipnea pada anak:
● Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
● Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
● Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat yang tidak diketahui penyebab /
tinggal.
14
ATAU
2) Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai berat
ATAU
ATAU
yang terjangkit.*
aktivitas sama dengan kasus dan memiliki kemiripan paparan seperti kasus.
kuliah, guru, teman sekelas, pekerja, pekerja sosial atau medis, dan anggota group
sosial.
b. Kontak erat
dengan kasus yang terkonfirmasi selama masa simptomatiknya termasuk satu hari
15
● Kontak pekerja sosial atau pekerja medis Paparan terkait perawatan kesehatan,
kasus atau dalam lingkungan ruangan sama, ketika prosedur aerosol dilakukan.
bekerja bersama, belajar bersama dalam jarak dekat dengan pasien COVID-19. -
manifestasi klinis.
darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi oksigen dapat
● Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan
dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas
Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks Pada pencitraan
kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan
16
perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass
dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru
sampel dari saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon
bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau hidung.
Pada pasien dengan curiga infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau sakit
berat, sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis dan
tambahan saluran napas atas dan bawah direkomendasikan. Klinisi dapat hanya
mengambil sampel saluran napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien
transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah) dapat
pengambilan sampel dari saluran napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens
dari virus. Frekuensi pemeriksaan 2- 4 hari sampai 2 kali hasil negative dari
kedua sampel serta secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel
17
3. Bronkoskopi
● Darah perifer lengkap Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung
jenis limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
● Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
● Fungsi ginjal
● Elektrolit
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun,
2.8 Tatalaksana
Deteksi dini dan pemilahan pasien yang berkaitan dengan infeksi COVID-19
harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah Sakit. Triase merupakan garda
terdepan dan titik awal bersentuhan dengan Rumah Sakit sehingga penting dalam
18
deteksi dini dan penangkapan kasus. Selain itu, Pengendalian Pencegahan Infeksi
(PPI) merupakan bagian vital terintegrasi dalam managemen klinis dan harus
diterapkan dari mulai triase dan selama perawatan pasien. Pada saat pasien pertama
kali teridentifikasi, isolasi pasien di rumah atau isolasi rumah sakit untuk kasus yang
ringan.7
Pada kasus yang ringan mungkin tidak perlu perawatan di rumah sakit, kecuali
untuk kembali ke rumah jika sakit memberat atau memburuk. Beberapa upaya
pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan prinsip-prinsip yaitu hand hygiene,
penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak langsung dengan pasien
(darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret pernapasan, dan kulit tidak intak),
terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung
klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam
1. Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan
maupun sedang. Pasien bed-rest dan hindari perpindahan ruangan atau pasien.
dengan SARI, distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar
19
5l/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada
pasien hamil. Tidak ada napas atau obstruksi, distress respirasi berat, sianosis sentral,
syok, koma dan kejang merupakan tanda gawat pada anak. Kondisi tersebut harus
diberikan terapi oksigen selama resusitasi dengan target SpO2 ≥ 94%, jika tidak
dalam kondisi gawat target SpO2 ≥ 90%. Semua area pasien SARI ditatalaksana harus
pemberian oksigen seperti nasal kanul, masker simple wajah, dan masker dengan
reservoir. Perhatikan pencegahan infeksi atau penularan droplet atau peralatan ketika
kegagalan napas hipoksemia berat. Pasien dengan distress napas yang gagal dengan
terapi standar oksigen termasuk gagal napas hipoksemia berat. Pasien masih
menunjukkan usaha napas yang berat walaupun sudah diberikan oksigen dengan
masker dengan reservoir (kecepatan aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas hipoksemia
noninvasive ventilation (NIV) hanya digunakan untuk pasien tertentu. Pada kasus
MERS banyak kasus gagal dengan NIV dan pasien dengan HFNO atau NIV harus
standar dengan HFNO, HFNO mengurangi kebutuhan ventilasi mekanik atau intubasi.
a. Kasus Suspek
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari
20
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal**.
konfirmasi/probable COVID-19.
di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan
b. Kasus Probable
yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-
PCR.
c. Kasus Konfirmasi
d. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi
dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
21
konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada kasus konfirmasi yang
dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen
kasus konfirmasi.
e. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar
f. Discarded
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RTPCR 2 kali
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina
selama 14 hari.
g. Selesai Isolasi
22
dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset
dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam
ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan
pada kasus probable/kasus konfirmasi dapat dilihat dalam Bab Manajemen Klinis
h. Kematian
23
2.10 Pencegahan Level Individu
dengan cara:
1.6.1 Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik atau
membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan ketika makan atau
mengantarkan makanan.
1.6.2 Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
1.6.4 Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
1.6.5 Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas dan ketiak atau dengan
tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci tangan
1.6.7 Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda- benda yang
sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan lain-
24
Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatan imunitas diri pada orang yang
c. Istirahat cukup
d. Suplemen vitamin
e. Tidak merokok
masker.
(mass gathering).
menerima kunjungan/tamu.
8. Jaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter (saat mengantri, duduk di
25
bus/kereta).
1. Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu langsung
2. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas dan ketiak.
Karantina Kesehatan
Jaga Jarak Fisik dan Pembatasan Sosial (Physical and Social Distancing)
wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang di wilayah yang diduga
paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan
keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu,
26
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical distancing), yang
1. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak terdekat
2. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot) yang
tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon,
6. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau fasilitas
lainnya.
7. Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda tinggal
satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan mereka.
mengikuti petunjuk ini dengan ketat dan membatasi tatap muka dengan teman dan
3. Ibu hamil
1. Transportasi publik:
27
a. Menjaga kebersihan dan melakukan desinfeksi,
2. Institusi pendidikan:
4. Pusat perbelanjaan:
a. Skrining pengunjung,
c. Menyediakan tempat cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer.
dijangkau tangan seperti pegangan tangga, tombol lift, mesin ATM, meja
restoran dll.
1. Puskesmas
wilayahnya
konfirmasi RT-PCR
28
d. Membangun dan memperkuat kerja sama surveilans dengan tokoh masyarakat
f. Memonitor keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lanjut usia atau
a. Melakukan pemantauan dan analisis kasus Influenza Like Illness (ILI) dan
b. Melakukan surveilans aktif dan pemantauan untuk mendeteksi OTG, ODP dan
PDP di fasyankes.
konfirmasi RT-PCR.
fasyankes.
3. Dinas Kesehatan
a. Melakukan pemantauan dan analisis kasus ILI dan pneumonia melalui Sistem
29
c. Melakukan surveilans aktif COVID-19 rumah sakit untuk menemukan kasus
ke Laboratorium pemeriksa.
berikut:
1. Identifikasi kasus
5. Penanggulangan awal
30
2.14 Peran Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
massa dan kemasyarakatan, serta berbagai komponen bangsa lain yang ada di
daerah
7. Melakukan edukasi kepada masyarakat melalui media massa dan media sosial
kesehatan non-medis
31
2.15 Peran Pemerintahan Kelurahan/Desa, RT-RW dan Kader Kesehatan
2.15.2 Memfasilitasi dan mendorong Para Ketua RT-RW, Kader Kesehatan, dan
rekreasi
2.15.6 Melaporkan kepada Pemerintah Daerah terkait hal-hal yang dipandang perlu
COVID-19
32
19 kepada seluruh penduduk dengan mempergunakan berbagai saluran
wilayah-wilayah rawan atau zona merah, yaitu dengan temuan kasus COVID-
33
secara online
tepat.
perawat, pekerja rumah sakit, petugas ambulans, dll. Relawan medis yang
terlatih jika dibutuhkan dapat melakukan edukasi pencegahan dan rapid test
dan sarung tangan non steril sekali pakai) dan hasil tes dilaporkan melalui
pengendalian infeksi.
2.7 Komunikasi Informasi Dan Edukasi Masyarakat (Kie) Tanpa Tatap Muka
34
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) masyarakat tanpa tatap muka
ditujukan pada masyarakat yang ingin tahu dan masyarakat yang mencari informasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan COVID-19. Alur pemeriksaan diri yang
Kesehatan (119 ext 9), dan kanal informasi lainnya (misal, DKI 112,
● Jika ada kontak erat dengan pasien COVID-19, maka perlu mengatur
● Jika tidak ada kontak, maka masyarakat melakukan pencegahan berupa PHBS
2) Apakah ada salah satu gejala (demam, batuk, sakit tenggorokan, sesak)?
● Jika tidak ada gejala, maka masyarakat melakukan pencegahan berupa PHBS
35
2. Website Kemenkes: https://covid19.kemkes.go.id
dan/atau Antigen pada kasus kontak dari pasien positif. RT Antibodi juga digunakan
untuk deteksi kasus ODP dan PDP pada wilayah yang tidak mempunyai fasilitas
36
untuk pemeriksaan RT-PCR. Hasil Pemeriksaan RT Antibodi tetap dikonfirmasi
1. Kelompok OTG
memiliki riwayat kontak erat dengan orang yang positif COVID-19 yang disebut
Orang Tanpa Gejala (OTG). Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT antibodi,
PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke 10. Jika hasil
pemeriksaan RT PCR.
PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi
2. Kelompok ODP
PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke 10. Jika hasil
37
sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas
pemeriksaan RT PCR.
PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi
3. Kelompok PDP
Pengawasan (PDP). Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT antibodi dan jika
PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke 10. Jika hasil
Karantina Rumah/Rumah
Sakit Darurat
COVID-19
Karantina Rumah/Rumah
Sakit Darurat COVID-
19/Karantina Rumah Sakit
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional karena tidak memberikan perlakuan pada
sampel tetapi hanya melakukan pengamatan. Data hasil rapid test dan swab test pasien
didapatkan dari rekam medis pasien. Rancang bangun penelitian ini adalah cross
Penelitian ini dilakukan di RSUD Cikalong Wetan dan dilakukan pada tanggal 10
3.3 Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien rawatan COVID 19 RSUD Cikalong Wetan.
Kriteria Inklusi:
Kriteria Ekslusi:
39
Tahapan penelitian ini antara lain menghitung sampel, melaksanakan survei,
memverifikasi data, mengentri data, dan membuat laporan. Beberapa teknik analisis
data yang digunakan adalah secara deskriptif (tabel distribusi frekuensi dan
persentase).
BAB 4
perempuan sebanyak 11 orang (52%) dan sisanya adalah berjenis kelamin laki - laki
Total
Perempuan 17 44
Laki - laki 21 56
Jumlah 38 100
Pada penelitian ini didapatkan responden dengan hasil rapid test IgG reaktif
sebanyak 12 orang (31%) dan sisanya non reaktif sebanyak 26 orang (69%).
kemudian untuk IgM dari hasil rapid test yang dilakukan didapatkan sebanyak 18
40
(%) reaktif (%) (%)
IgG 12 31 26 69 38 100
IgM 18 47 20 53 38 100
yang dilakukan rapid test kemudian dilakukan pemeriksaan swab didapatkan hasil
Total
Positif 14 36
Negatif 24 64
Jumlah 38 100
4.4 Perbandingan IgM dan IgG reaktif terhadap hasil swab positif
Swab Positif
Total 14 100
IgG Reaktif 24 70
Total 34 100
41
4.5 Diskusi
dengan banyak paku pada kapsid virus, dan tergolong ke dalam virus RNA untai
Penyakit ini menular ke antar manusia melalui percikan (droplet) dari hidung
atau mulut, yang dikeluarkan ketika orang dengan COVID-19 batuk, bersin, atau
CoV-2 memiliki reproductive number (R0) yang cukup tinggi (R0: 1.4–2.5)
virus dalam tubuh pasien melalui reaksi rantai polimerase dengan primer atau
yaitu gen E (Envelope), gen N (nukleokapsid), gen S (Spike) dan gen RdRp.
ditemukan urutan unik dari RNA virus. Hasil positif RT-PCR menunjukkan
42
bahwa kemungkinan seseorang terinfeksi COVID-19, sedangkan hasil negatif
PCR untuk SARSCoV-2 saat ini merupakan tes kualitatif dan sampai sekarang
belum ada standarisasi untuk menentukan ambang batas viral load pada host yang
berbeda-beda.19
Pada daerah yang tidak ada laporan, adanya infeksi dengan SARS-CoV-2
berikut: 1) tes positif nucleic acid amplification test (NAAT) harus berasal dari
dua target gen yang berbeda dengan salah satu target gen merupakan gen yang
spesifik untuk virus COVID-19 (N, RdRp) atau; 2) menggunakan satu target gen
genom dari virus sepanjang sekuens target lebih besar atau berbeda dengan probe
amplicon pada yang digunakan di tes NAAT. Jika terdapat hasil yang berbeda
sampel;
3) Spesimen diambil pada fase infeksi yang tidak tepat seperti terlalu lambat
43
Respons antibodi manusia untuk melawan virus pada awal infeksi dapat
digunakan untuk mendukung diagnosis infeksi virus. Deteksi antibodi IgM bisa
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya antibodi
di dalam tubuh adalah rapid test antibody. Rapid test antibody menggunakan
prinsip lateral flow assay, yang mampu mendeteksi antibodi dalam waktu 5−30
khusus23.
Berdasarkan hasil penelitian Pan et al. (2020) yang tercantum pada Tabel 3,
IgM dan IgG pertama kali terdeteksi pada pasien terkonfirmasi COVID-19 pada
hari ke-4, deteksi adanya antibodi IgM yang terbentuk stabil bertahan sebesar
75% pada tahap menengah hingga akhir setelah onset, sementara deteksi antibodi
IgG terus meningkat selama perkembangan penyakit. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Guo et al. (2020) yang menyatakan bahwa antibodi IgM dan IgA
sebagai penanda infeksi akut rata-rata terdeteksi pada hari kelima (hari ke 3−6),
sedangkan antibodi IgG muncul rata-rata pada hari ke-14 (10-18 hari). Studi
sebelumnya yang dilakukan oleh Hou et al. (2020) juga menunjukkan hasil yang
tidak berbeda bahwa IgM dihasilkan pada pasien COVID-19 dalam satu minggu
setelah onset gejala, kemudian mencapai tingkat puncaknya pada 2–3 minggu,
Level IgG meningkat dengan cepat dan bertahan pada level tinggi selama 2
bulan. Hasil negatif palsu pada rapid test antibody bisa disebabkan karena
window period yang panjang, dan tidak diketahuinya secara pasti kapan pasien
44
terinfeksi atau berapa lama pasien terinfeksi. Ketika antibodi belum terbentuk
atau konsentrasi yang terbentuk masih rendah maupun antibodi sudah berkurang
Hasil negatif palsu rapid test antibody dapat terjadi pada pasien
19. Terjadinya cross reactivity antibodi dengan berbagai virus lain (coronavirus,
Studi cross reactivity yang diteliti Guo et al. (2020) menunjukkan adanya
SARSCoV-2. Hal ini bisa disebabkan karena kedua virus menggunakan reseptor
jumlah banyak dalam satu waktu. Namun metode RT-PCR membutuhkan teknisi
dengan tepat, serta peralatan khusus karena proses pengerjaannya yang relatif
lebih rumit23.
prosedur dimulai dari pra analitik misalnya identifikasi sampel yang salah, proses
pengambilan sampel yang tidak benar, kualitas spesimen yang buruk atau hanya
45
nukleotida yang salah, serta penempelan pada target non spesifik sebagai risiko
Dilihat dari aspek pengerjaan, rapid test antibody lebih unggul jika
waktu. Pemeriksaan rapid test antibody tidak memerlukan peralatan yang rumit
dan khusus. Pengerjaannya pun relatif cepat, setiap pemeriksaan satu sampel
itu pemeriksaan ini juga bisa digunakan untuk pengujian massal yang bisa
bandara, pelabuhan dan stasiun kereta api. Tidak seperti pengerjaan RT-PCR
sampel berupa serum atau plasma darah yang bisa diambil melalui vena maupun
jari tangan, juga mengurangi risiko paparan aerosol berupa batuk maupun bersin
dari pasien kepada petugas laboratorium yang mungkin terjadi saat pengambilan
mungkin terpapar virus SARS-CoV-2 atau telah pulih dari infeksi COVID-19.
penelitian epidemiologi19.
lintas batas, dan penguatan pelacakan kontak seperti di lapas, pondok pesantren,
46
nasofaring, atau sputum dijadikan pemeriksaan konfirmasi adanya SARS-CoV-2
di dalam tubuh31.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
RTPCR memiliki kekurangan antara lain peralatan dan biaya pemeriksaan yang
mahal, waktu pengerjaan yang cukup lama (2-3 jam), dan risiko paparan yang tinggi.
biaya peralatan dan pemeriksaan yang lebih murah, tidak membutuhkan ruangan
risiko paparan kepada petugas. Kekurangan dari rapid test antibody yakni
kemungkinan adanya cross reactivity dengan corona virus lainnya. Hasil pemeriksaan
rapid test antibody yang reaktif tetap harus dikonfirmasi dengan tes PCR.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk
menganalisis hasil rapid test terhadap hasil swab serta faktor - faktor yang
mempengaruhi perbedaan dari hasil rapid test dengan hasil pemeriksaan swab.
47
DAFTAR PUSTAKA
2020.
48
3. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, etc. Clinical
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals-remarks-at-
Available
on:https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhanpneumonia-outbreak-
wuhan-virusspreading-human-to-human-officials-confirm-2020- 1/?
r=US&IR=T.
Cases(by John Hopkins CSSE). [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.htm
49
9. Elsevier. Novel Coronavirus Information Center. ]. Cited Jan 26th 2020.
highlights/details/fourth-confirmed-imported-case-of-wuhancoronavirus-
infection-in-singapore
10. The Straits Times. China reports first death in Wuhan pneumonia outbreak
https://www.straitstimes.com/asia/east-asia/chinareports-first-death-in-
12. Korsman SNJ, van Zyl GU, Nutt L, Andersson MI, Presier W. Viroloy.
13. Guan, Y. et al. Isolation and characterization of viruses related to the SARS
15. Li, W. et al. Bats are natural reservoirs of SARS-like coronaviruses. Science
Daerah. 2015.
50
17. KementerianKesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman
19. World Health Organization (WHO). 2020. Global surveillance for human
https://www.who.int/publications-detail/global-surveillance-for- human-
https://covid19.bandung.go.id/
https://pik.bandungbaratkab.go.id/
23. Bai, H., Cai, X., & Zhang, X. A comparison of PCR vs Immunoassay vs
25. Li, Z., Yi, Y., Luo, X., Xiong, N., Liu, Y., Li, S. Ye, F. Development and
26. Pan, Y., Li, X., Yang, G., Fan, J., Tang, Y., Zhao, J., Li, Y. Serological
51
27. Guo, L., Ren, L., Yang, S., Xiao, M., Chang, D., Yang, F., Wang, J. Profiling
28. Hou, H., Wang, T., Zhang, B., Luo, Y., Mao, L., Wang, F., … Sun, Z.
30. Lippi, G., Simundic, A.-M., & Plebani, M. Potential preanalytical and
2020.
31. Agustina AS, Fajrunnimah R. Perbandingan Metode RT-PCR dan Tes Rapid
47-54.
52