Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jaynie

NIM : 312020095

Mengapa pembullyan dapat terjadi disekolah?

KUTIPAN

1. “Kekesalan dan kecemasan anak-anak itu dapat berubah menjadi kemarahan, tindak
agresi, mogok sekolah, bahkan yang paling parah sampai depresi dan ingin bunuh diri.”1
2. “Bullying adalah masalah universal. Tidak ada negara yang menjadi pengecualian. Tidak
ada sekolah yang menjadi perkecualian”.2
3. “Anak anak tau sebenarnya perilaku bullying adalah perilaku yang tidak disukai orang
tua, guru dan masyarakat. Jadi, mereka tidak akan melakukannya dihadapan kita! Anak
anak akan melakukan bullying saat tidak ada orang tua, guru dan orang dewasa lain.”3
4. “Guru dan orang tua harus berhenti saling menyalahkan dan harus bekerja sama jika
ingin menolong pelaku dan korban. Agar ini terjadi kedua belah pihak harus terbuka dan
menerima bukti yang dapat diberikan tiap pihak.” 4
5. “Tidak ada satupun guru atau konselor yang dilatih untuk menangani bully saat belajar di
institut keguruan”5
6. “Faktor yang membuat guru kesulitan adalah dia tidak hanya bekerja dengan satu anak,
tetapi dengan kelompok bahkan hinggal puluhan anak. Dan sangat sedikit orang tua yang
benar-benar menghargai kerja keras seorang guru”6
7. “Anak perempuan melakukan bully karena iri hati sedangkan anak laki laki melakukan
bully krena dianggap lucu atau sebagai bahan candaan”7
8. “Penampilan adalah activating agents atau penyebab utama bullying pada anak
perempuan”8
9. “Kunci perubahan sistem sebenarnya ada pada mayoritas yang selama ini diam dan hanya
sebagai penonton”9
10. “Para orang tua lebih mudah bersikap sabar dan hormat pada anak orang lain daripada
anak sendiri. Ini respon yang manusiawi dan alamiah”10

1
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 6
2
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 10
3
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 14
4
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 24
5
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 38
6
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 38
7
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 42
8
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 45
9
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 67
10
Hanlie Muliani & Robert Pereira, Why Children Bully? (Jakarta: PT Grasindo, 2018), hlm. 91
11. “Jangan takut melawan bullying, karena sebenarnya ketika kita berani melawan pelaku,
ia akan merasa takut dan panik karena sesungguhnya ia merasa tidak aman.”11
12. “Melawan bukan berarti dalam bentuk fisik dan menyakiti pelaku melainkan dengan cara
bersimpati pada mereka” 12
13. “Lebih baik memiliki satu teman yang berjuang bersamamu dari pada memiliki banyak
temanyang berjuang melawanmu”13
14. “Lakukan yang kamu cintai”14
15. “Pekerjaan saya adalah hobi saya. Oleh karena itu energi saya selalu positif”15
16. “Sebuah permasalahan tidak akan selesai jika kita diam, dan jika diam maka tidak ada
yang akan tau apa yang ada dipikiran kita”16
17. “sebagai orang tua kita perlu mendororng anak anak kita untuk berani berbicara, terutama
ketika mereka ada sesuatu yang salah, bahkan jika itu tentang kita”17
18. “Orang lain dapat menukur dan menilai kita dengan berbeda beda karena masing masing
dapat menilainya dari sisi yang berbeda. Kita mau jadi seperti apa bukan ditentukan oleh
apa penilaian orang lain. Biarlah Tuhan yang menilai karena aku yakin semua sama
dimata-Nya”18
19. “Jangan biarkan dunia mengubah dirimu yang sesungguhnya dan jangan biarkan opini
orang lain mempengaruhimu”19
20. “Terimalah dirimu apa adanya dan ingatlah semua orang itu hakikatnya setara”20

11
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 24
12
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 24
13
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 33
14
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 41
15
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 41
16
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 45
17
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 48
18
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 51
19
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 52
20
Dwi Sutarjantono, Bully Aja, I Don’t Care! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 53

Anda mungkin juga menyukai