Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ratna Wulandari

Nim : 201123743

Prodi : Akuntansi

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya


menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi
dan tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas
pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi. Disamping
itu, sebagai konsekuensi negara kesatuan memang tidak dimungkinkan semua
wewenang pemerintah didesentralisasikan dan diotonomkan sekalipun kepada daerah.
Dari rumusan 18 UUD 1945, adalah bahwa negara RI adalah negara kesatuuan
dengan sistem desentralistik. Penentuan pilihan sebagai negara kesatuan dengan
sistem desentralistik inilah membawa konsekuensi adanya urusan-urusan
pemerintahan yang harus didelegasikan kepada satuan pemerintahan yang lebih kecil.

Pengertian dekonsentasi

Definisi dari dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang yang diberikan oleh


pemerintah pusat atau keala wilayah kepada instansi vertikal tingkat atasnya kepada
pejabat-pejabatnya di daerah.  

Pengertian desentralisasi

Definisi dari desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah


pusat sebagai tingkat atasnya, kepada daerah untuk mengelola rumah tangga
daerahnya sendiri. Disebut juga dengan otonomi daerah.  

Pengertian tugas pembantuan (medebewidn)

Definisi dari tugas pembantuan adalah tugas berperan serta dalam melaksanakan
urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah
pusat atau daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkannya.
Pemerintah pusat tetap mengendalikan kekuasaan pengawasan terhadap daerah. 

2. pengertian negara kepulauan


Pengertian negara kepulauan (Archipelagic State) berdasarkan UNCLOS 1982
(Ariticle 46) adalah: Gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan diantaranya
& wujud alamiah yang berhubungan erat satu sama lain. Merupakan satu kesatuan
geografi, ekonomi & politik yang hakiki, Atau secara historis merupakan kesatuan
wilayah (batas lingkaran).

indonesia disebut negara kepulauan karena wilayahnya yang luas dengan jumlah


pulau hingga ribuan. Kepulauan di Indonesia terdiri dari 5 pulau besar dan 17.000
lebih pulau kecil lainnya, baik yang dihuni maupun yang tidak dihuni. Indonesia
terletak di tengah perairan yang luas di antara dua samudera, yaitu Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia juga memiliki perbedaan dengan
kebanyakan negara lain, yang di mana merupakan negara berbentuk kepulauan
dan dihubungkan oleh perairan. Sementara negara lain pada umumnya terdiri atas
satu daratan besar dan tidak terbagi sebagai pulau-pulau kecil.

Pengaturan dalam Bab IV Konvensi Hukum Laut 1982 dimulai dengan


penggunaan istilah negara kepulauan (archipelagic state). Pada pasal 46 butir (a)
disebutkan bahwa, “negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri
satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain (pasal 46 butir
(a). Maksud dari pasal 46 butir (a) tersebut adalah, secara yuridis, pengertian
negara kepulauan akan berbeda artinya dengan definisi negara yang secara
geografis wilayahnya berbentuk kepulauan. Hal ini dikarenakan, dalam pasal 46
butir (b) disebutkan bahwa kepulauan adalah suatu gugusan pulau-pulau,
termasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang
hubungannya satu sama lainnya demikian erat sehingga pulau-pulau, perairan,
dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatui kesatuan geografis, ekonomi dan
politik yang hakiki atau yang secara historis dianggap sebagai demikian. Dengan
kata lain, pasal 46 ini membedakan pengertian yuridis antara negara kepulauan
(archipelagic state) dengan kepulauan (archipelago) itu sendiri (Agoes 2004).

Perbedaan ini menimbulkan konsekuensi bahwa penarikan garis pangkal


kepulauan (archipelagic baseline) tidak bisa dilakukan oleh semua negara yang
mengatasnamakan dirinya sebagai negara kepulauan. Hal ini dikarenakan ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi bila ingin melakukan penarikan garis
pangkal lurus kepulauan. Yaitu, satu kesatuan geografis, ekonomi, politik, dan
historis.

Adapun persyaratan obyektif yang harus dipenuhi oleh negara kepulauan dalam
melakukan penarikan garis pangkal lurus kepulauan (pasal 47), yaitu:

Rasio (perbandingan) antara luas wilayah perairan dengan daratan, yaitu suatu
negara kepulauan minimal harus memiliki luas peraioran yang sama bear atau
makasimal hanya sembilan kali dengan luas daratannya.

Panjang maksimum setiap segmen garis pangkal, yaitu panjang setiap garis lurus
yang menghubungkan dua titik pangkal ditetapkan diteteapkan tidak boleh
melebihi 100 mil laut, kecuali bila tiga persen dari jumlah seluruh garis pangkal
yang mengelilingi setiap kepulaaun dapat melebihi kepanjangan tersebut, maka
dapat digunakan batas maksimum 125 mil laut.

Penarikan garis pangkal demikian tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari
konfigurasi umum kepulauan tersebut.

Garis pangkal demikian tidak boleh ditarik ke dan dari elevasi surut, kecuali
apabila diatasnya telah dibangun mercusuar atau instalasi serupa yang secara
permanen berada diatas permukaan laut atau apabila elevasi surut tersebut terletak
seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang tidak melebihi lebar laut teritorial
dari pulau terdekat

Sistem garis pangkal demikian, tidak boleh diterapkan oleh suatu negara
kepulauan dengan cara yang demikian rupa sehingga memotong laut teritorial
negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif.

Apabila suatu bagian perairan kepulauan suatu negara kepulauan, terletak


diantara dua bagian suatu negara tetangga yang langsung berdampingan, hak-hak
yang ada dan kepentingan-kepentingan sah lainnya yang dilaksanakan secara
tradisional oleh negara tersebut terakhir diperairan mereka, serta segala hak yang
ditetapkan dalam perjanjian antara negara-negara tersebut akan tetap berlaku dan
harus dicermati.

Untuk maksud menghitung perbandingan perairan dengan daratan, daerah daratan


dapat mencakup didalamnya perairan yang terletak didalam tebaran karang pulau-
pulau dan Atol, termasuk bagian plateau oceanic yang bertebing curam yang
tertutup atau hampir tertutup oleh serangkaian pulau batu gamping dan karang
kering diatas permukaan laut yang terletak disekeliling plateau tersebut.

Garis pangkal yang ditarik sesuai dengan ketentuan pasal ini, harus dicantumkan
pada peta dengan skala atau skala-skala yang memadai untuk menegaskan
posisinya, dapat dibuat daftar koordinat geografis titiki-titik yang secara jelas
memerinci datum geodetik.

Negara kepulauan harus mengumumkan sebagaimana mestinya peta atau daftar


koordinat geografis demikian dan harus mendepositkan satu salinan setiap peta
atau daftar demikian ke Sekjen PBB.

Selanjutnya, diatur bahwa ketentuan yang tertuang dalam pasal 47 merupakan


garis pangkal untuk pengukuran lebar laut teritorial, zona tambahan, ZEE dan
landas kontinen bagi suatu negara kepulauan (pasal 48). Dengan kata lain, pasal
48 mengukuhkan bahwa untuk suatu negara kepulauan, garis-garis pangkal lurus
kepulauan mempunyai fungsi yang sama dengan garis-garis pangkal lain yang
diakui oleh Konvensi Hukum Laut 1982, seperti garis –garis pangkal biasa dan
garis-garis pangkal lurus. (Agoes 2004).

Dari beberapa aturan yang telah diuraikan diatas, jelas bahwa Indonesia yang
berstatus sebagai negara kepulauan akan diuntungkan, karena dapat
menggunakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki cara penarikan garis-garis
pangkal kepulauan.

3. implementasi wawasan nusantara


a. Kehidupan Politik
implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut nampak dalam wujud
pemerintahan yang kuat, aspiratif, dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat.
 Pelaksanaan politik diatur dalam UU partai politik, pemilihan umum, pemilihan
presiden dimana pelaksanaannya sesuai hukum dan mementingkan persatuan
bangsa. Misalnya dalam pemilihan presiden, DPR, dan kepala daerah harus
menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, agar tidak menghancurkan
persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.
 Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus sesuai dengan hukum
yang berlaku di Indonesia tanpa pengecualian.
 Mengembangkan sikap HAM dan pluralisme dalam mempersatukan dan
mempertahankan berbagai suku, agama, dan bahasa, sehingga terciptanya dan
menumbuhkan rasa toleransi.
 Memperkuat komitmen politik dalam partai politik dan pada lembaga
pemerintahan untuk meningkatkan kebangsaan, persatuan dan kesatuan.
 Meningkatkan peran indonesia dalam dunia internasional dan memperkuat korps
diplomatik dalam upaya penjagaan wilayah Indonesia khususnya pulau terluar dan
pulau kosong.
b. Kehidupan sosial
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan
sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan menghormati segala
bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia sang
Pencipta.
Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang
rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku, asal usul daerah, agama atau
kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.
 Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang
berbeda, dari segi budaya, status sosial, maupun daerah.
 Pengembangan budaya Indonesia untuk melestarikan kekayaan Indonesia,
serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber
pendapatan nasional maupun daerah.
c. Kehidupan hukum
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan akan
menumbuhkan kesadaran cinta Tanah Air. Tidak hanya itu, implementasi ini juga
akan membentuk sikap bela negara setiap warga negara Indonesia.
Kesadaran dan sikap cinta Tanah Air serta bela negara ini akan menjadi modal utama
yang akan menggerakkan partisipasi setiap warga negara Indonesia dalam
menanggapi setiap bentuk ancaman. Seberapapun kecilnya dan dari manapun
datangnya, atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan dan kedaulatan
bangsa.
Contoh :
 Memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk beperan aktif
karena merupakan kewajiban setiap warga negara seperti meningkatkan
kemampuan disiplin, memelihara lingkungan, dan melaporkan hal-hal yang
mengganggu kepada aparat dan belajar kemiliteran.
 Membangun rasa persatuan dengan membangun rasa solidaritas dan hubungan
erat antara warga negara berbeda daerah dengan kekuatan keamanan agar
ancaman suatu daerah atau pulau menjadi ancaman bagi daerah lain untuk
membantu daerah yang diancam tersebut.
 Membangun TNI profesional dan menyediakan sarana dan prasarana bagi
kegiatan pengamanan wilayah indonesia, khususnya pulau dan wilayah terluar
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai