OLEH:
NPM: 1605010044
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan nikmat iman, nikmat islam dan nikmat kesempatan serta nikmat
lainnya yang tidak terhitung nilainya sehingga dapat menyelsaikan laporan kerja
praktik di Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dengan baik. Solawat serta
salam semoga dalam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang serba
teknologi seperti sekarang ini.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu berjalannya kerja praktik ini dapat berjalan dengan lancar. Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
iii
iv
8. Kedua orang tua serta 2 orang kakak-kakak tersayang Mbak wik dan
Mbak eki yang selalu memberikan doa, dukungan moril, materil, semangat
dan kasih sayang. .
9. Seluruh Teman Angkatan terbaik di jurusan Teknik Industri Universitas
Muhammadiyah Magelang angkatan 2016.
10. Teman-teman seperjuangan Kerja Praktik di Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java, Pakwo graha, Imam Kencot dan Mikita atas kebersamaan
dan kenangan yang berkesan..
11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis secara tidak langsung
memperlancar penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat
kepada semua yang membaca laporan ini. Dalam prosesnya, penulis menyadari
dalam penyusunan laporan penyusunan kerja praktik masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak demi terciptanya suatu perbaikan dimasa yang akan datang.
SEMARANG,
Abstrak
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Java merupakan salah satu
perusahaan produsen minuman ringan yang terkemuka di Indonesia, dengan dua
jenis kelompok produk yang dihasilkan yaitu minuman karbonasi/Carbonated
Soft Drink (Coca-Cola, Sprite, dan Fanta) dan non-karbonasi (Frestea dan Ades).
Kualitas menjadi salah satu faktor dasar konsumen dalam memilih suatu
produk. Oleh karena itu suatu industri atau perusahaan harus selalu
menjaga kualitas hasil produksinya agar mendapatkan konsumen yang loyal
dan mampu bertahan di tengah persaingan pasar. Coca-cola Amatil
Indonesia Central Java adalah salah satu perusahaan manufaktur yang
bergerak di bidang industry minuman dalam kemasan dan selalu berusaha
meningkatkan kualitas demi kepuasan pelanggan. Meskipun sudah melakukan
perbaikan kualitas, tetap saja masih ada produk yang cacat karena tidak
memenuhi karakteristik kualitas. Memonitor hasil proses produksi bertujuan
untuk mengetahui apakah proses itu sudah stabil atau belum. Dengan Lean Six
Sigma, perusahaan dapat memperoleh “kecepatan” yang dimiliki Lean dan
“kualitas” yang dimiliki Six Sigma. Metodologi ini mengarahkan perusahaan
kepada eliminasi dari tujuh pemborosan (seven wastes) yang terjadi pada proses
manufaktur ataupun jasa, dan perolehan kualitas pada output yang
meminimalisir terciptanya produk yang cacat (rata-rata 3.4 cacat per satu juta
kesempatan / defects per million opportunities (DPMO)).
Kata kunci : Kepuasan konsumen, Proses Produksi, Lean six sigma
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….
LEMBAR PEGESAHAN…………………………………………………………
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan Kerja Praktik.............................................................................2
1.3. Ruang Lingkup........................................................................................3
1.4. Batasan Masalah......................................................................................3
1.5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan...........................................................3
1.6. Metode Pengumpulan Data....................................................................4
1.7. Sistematika Laporan...............................................................................5
A. BAB I Pendahuluan.................................................................................5
B. BAB II Tinjauan Umum Perusahaan....................................................5
C. BAB III Proses Produksi dan Produk...................................................5
D. BAB IV Analisis Menghitung Produk Reject Pada Line 6..................5
E. BAB V Kesimpulan dan Saran...............................................................5
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................6
2.1. Sejarah Pendirian Perusahaan...............................................................6
2.2. Sejarah Pendirian Coca-Cola Amatil Indonesia Semarang Plant......8
2.3. Logo Perusahaan...................................................................................10
2.4. Struktur Organisasi..............................................................................10
2.5 Bahan Baku Proses Produksi...............................................................12
BAB III..................................................................................................................16
DESKRIPSI KEGIATAN...................................................................................16
3.1. Spesifikasi Produk dan Standar Mutu Produk..................................16
3.1.1. Spesifikasi Produk..........................................................................16
3.1.2. Standar Mutu Produk...................................................................21
3.2. Proses Produksi.....................................................................................23
vii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50501 Indonesia selama kurang lebih dua
setengah bulan dari tanggal 02 sampai 31 MEI 2019.
Rekan kerja dan keuangan bisnis Dr. John S. Pemberton, yaitu Frank M.
Robinson menyarankan nama Coca-Cola terdapat dua huruf ‘C’ yang akan
tampak menonjol untuk dunia periklanan dan huruf-huruf itu dibuat dengan
model miring mengalir seperti air, sehingga lahirlah sebuah logo yang paling
terkenal di dunia. Logo tersebut didaftarkan oleh Dr. John S. Pemberton dan
Frank M. Robinson kepada direktorat hak paten Amerika, sehingga beliau
memiliki hak sepenuhnya atas pembuatan minuman ringan Coca-Cola.
6
7
Pada tahun 1899, kedua pengusaha tersebut (Asa G. Chandler dan Joseph
A. Beidenham) berhasil mendirikan pabrik minuman ringan pertama di dunia.
Inilah awal dari suatu sistem dagang yang unik dalam sejarah perdagangan
yang disebut Franchised System (Sistem Waralaba), yaitu kerja sama saling
menguntungkan antara dua perusahaan (The Coca Cola Company dan pabrik
minuman). Sistem dagang ini banyak diminati oleh perusahaan-perusahaan
Coca-Cola di seluruh dunia yang meliputi hampir 200 ncgara dengan tingkat
konsumsi sebesar 900 juta porsi minuman setiap hari.
7
8
Dua perusahaan Jepang pada tahun 1987 mengundurkan diri dan menjual
sahamnya ke IBL, kemudian digantikan oleh Coca-Cola Holding (Asia) Ltd.
yang berpusat di Hongkong. Saat itu mayoritas saham telah dimiliki oleh
putra Indonesia sebesar 51%. Kemudian pada tahun 1993 seluruh saham PT
DBBC diambil alih oleh Coca-Cola Amatil Ltd. yang berpusat di Sydney dan
bcrubah nama menjadi Coca-Cola Amatil Indonesia Jakarta (CCAIJ).
3. Nilai perusahaan:
a. People (SDM)
b. Customers (pelanggan)
c. Passion (semangat)
d. Innovation (inovasi)
e. Excellence (keunggulan)
f. Citizenship (warga Negara yang baik)
Coca-Cola Amatil Indonesia Semarang Plant ini berlokasi di Jalan Raya
Soekarno-Hatta KM 30 Harjosari, Bawen, Kabupaten Semarang 50501
dengan nomor telepon (0298) 523333 dan fax (0298) 522303.
10
3) Aromatic Chemical
Ketiganya mempunyai fungsi yang berbeda, yaitu sebagai pemberi
rasa asam, untuk memodiflkasi kemanisan gula, dan sebagai
preservative (pengawet).
d. Karbon Dioksida (CO2)
Gas CO2 berfungsi sebagai penyegar dan pengawet serta memperkuat
flavour produk. CO2 didatangkan dalam bentuk liquid.
2. Bahan baku penunjang
Bahan baku penunjang adalah bahan yang secara langsung maupun tidak
langsung digunakan dalam pengolahan produk yang berguna untuk
menunjang kelancaran proses produksi. Bahan baku penunjang yang
digunakan antara lain :
a. Lime (Ca(OH)2)
Berupa bubuk putih yang berfungsi sebagai flokulan atau pembentuk
alkalinitas yang dapat mengubah kalsium bikarbonat dan magnesium
bikarbonat atau garam lain yang larut dalam air menjadi kalsium
karbonat dan magnesium karbonat yang tidak larut dalam air. Yang
mana dapat mengakibatkan kesadahan dalam air sehingga dapat
menurunkan tingkat kesadahan dan alkalinitas serta memperccpat
pembentukan flock atau endapan yang lebih besar.
b. Ferro Sulfat (FeSO4)
Merupakan senyawa koagulan berupa butiran putih kehijauan yang
dapat membantu pembentukan kalsium karbonat dan magnesium
karbonat sehingga dapat mempercepat proses pengendapan dalam
membenmk flock.
c. Kaporit (Ca(OCL)2)
Berupa butiran putih sebagai desinfektan yang bertujuan
untuk mematikan mikroba patogen dalam pengolahan air.
Selain itu juga dapat mengoksidasi ion-ion logam.
d. Resin
Berupa butiran coklat kekuningan yang berfungsi untuk
menurunkan kesadahan air.
14
e. Garam (NaCl)
Berupa butiran putih yang berfungsi untuk mengaktifkan
kcmbali resin yang tidak aktif.
f. Penyaring pasir (sand filter)
Berupa butiran putih kecoklatan sebagai media penyaring
dari bahan pasir silika yang digunakan untuk proses filtrasi
setelah proses sedimentasi. Pasir silika berfungsi untuk
menyaring partikel-partikel kecil dan ukuran pasir silika yang
dipakai sekitar 0,8-1,2 cm.
g. Karbon aktif (activated carbon/AC)
Berupa bubuk hitam yang berfungsi untuk menyerap warna,
bau, dan rasa asing di dalam air maupun di dalam simple
syrup.
h. Soda caustic (NaOH)
Merupakan suatu bahan kimia yang dilarutkan dalam soft water dan
digunakan pada washer machine. Bcrsifat basa, panas, menyerap air,
dan berfungsi untuk membersihkan dan melunakkan kotoran yang
tcrdapat di dalam botol, pH yang digunakan kurang lebih 9.
i. Glikol
Merupakan media cair berwama orange yang berfungsi untuk
mendinginkan beverages sirup yang telah dicampur dengan treated
water.
j. Amoniak (NH3).
Amoniak merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
mendinginkan glikol dalam indirect cooling system dan untuk
mendinginkan beverages dalam proses karbonasi (direct cooling
system).
3. Bahan pengemas
a. Returnable Glass Bottle (RGB)
Merupakan kemasan dengan bahan dasar kaca yang dapat digunakan
kembali dengan proses pencucian ulang oleh pabrik.
b. Polyethylene Terephthalate (PET)
15
BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN
3.1. Spesifikasi Produk dan Standar Mutu Produk
3.1.1. Spesifikasi Produk
Produk PT CCBI Central Java terdiri dari dua kelompok besar, yaitu
CSD (carbonated softdrink) yang terdiri dari Coca-Cola, Sprite, dan
Fanta, dan produk non CSD (non carbonated softdrink) yang terdiri dari
Frestea, Minute Maid Pulpy, dan Minute Maid Nutriboost. Perbedaan
antara produk CSD dan non CSD ini adalah proses pembuatan minuman
CSD menggunakan air berkarbonasi (gas karbondioksida yang diinjeksi
kedalam minuman), sedangkan dalam proses pembuatan produk non
CSD tidak menggunakan air berkarbonasi. Spesifikasi produk adalah
sebagai berikut :
a. Coca-Cola
Coca-Cola pertama kali diciptakan di Atlanta, Georgia oleh Dr.
John S. Pemberton. Pertama kali terdaftar sebagai merk dagang di
tahun 1887, di tahun 1895 Coca-Cola telah terjual di seluruh wilayah
Amerika Serikat. Kini Coca-Cola telah tersedia di seluruh dunia dan
menjadi merk minuman ringan terpopuler dan paling laris.
Gambar 3.1 Produk dan variasi dari coca-cola
Variasi Kemasan :
16
17
teman dan keluarga karena ciri khas merk fanta yang selalu membawa
keceritaan dengan warna yang cerah, rasa buah yang enak, dan
karbonasi yang menyegarkan. Varian rasa : Strawberry, Orange,
Melon, Soda Water, Fruit Punch, Grape.
Gambar 3.3 Produk dan variasi dari fanta
Varian Kemasan :
PET : 350 ml, 425 ml, 1000 ml, 1500 ml
Can : 250 ml, 330 ml
RGB : 200 ml, 295 ml, 1000 ml
19
d. Frestea
Frestea diluncurkan pertama kali di Indonesia pada tahun 2002 dan
hingga kini tidak pernah berhenti untuk melakukan inovasi. Frestea
Terdapat tiga sumber air yang digunakan oleh PT CCBI Central Java
dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu air sumur (deep well), air hujan
(storm water), dan STU (city water) atau Sarana Tirta Ungaran. Untuk
pengambilan air sumurnya dipantau oeh satelit mengenai berapa banyak
air yang diambil oleh perusahaan. Jumlah sumur yang dimiliki oleh PT
CCBI Central Java ini adalah 16 buah dengan jarak antar sumur sekitar
100 meter.
24
b) Treated Water
25
Treated water merupakan air olah standar yang telah diproses dan
didistribusikan ke proses produksi. Air dari sumur yang ditampung
pada reservoir tank dengan kapasitas 200 m3 diolah dengan
menambahkan chlorine 1-3 ppm. Penambahan chlorine bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam air.
Kemudian air yang terdapat di dalam reservoir tank dialirkan
menggunakan reservoir pump dengan kapasitas 60 m3/jam menuju
tangki sand filter dan tangki act carbon yang masing-masing kapasitas
penyaringnya mencapai 38,5 m3/jam. Penyaringan menggunakan sand
filter bertujuan untuk menyaring padatan terlarut yang terdapat di
dalam air, sedangkan act carbon bertujuan untuk menyerap chlorine,
menghilangkan CO2, serta membebaskan warna, rasa, dan bau asing.
Setelah dilakukan penyaringan, lalu air dialirkan menuju buffer tank
dengan kapasitas 5 m3. Fungsi dari buffer tank adalah untuk
menstabilkan aliran air sebelum dilakukan proses selanjutnya. Air dari
buffer tank dialirkan menggunakan feed pump dengan kapasitas 30
m3/jam untuk dilalui di catridge filter dengan ukuran 5 mikron. Pada
saat air disaring menggunakan act carbon bisa saja terdapat carbon
yang saling bertabrakan lalu menghasilkan serpihan carbon, maka
dengan penggunaan catridge filter berukuran 5 mikron diharapkan
tidak ada serpihan carbon yang ikut serta masuk ke dalam membran
reverse osmosis (RO) pada proses selanjutnya.
Kemudian air dialirkan ke membran RO yang memiliki kapasitas
20 m3/jam menggunakan high pressure pump yang memiliki kapasitas
30 m3/jam. Perpindahan air tersebut didukung oleh peran Anti Sealant
(AS) max 10 ppm dimana sebagai faktor pemicu perpindahan air dari
catridge filter ke membran RO. Kinerja membran RO ini adalah
dengan cara mengalirkan solvent dari daerah yang memiliki
konsentrasi zat terlarut tinggi melalui sebuah membran ke zat terlarut
dengan konsentrasi rendah dengan menggunakan tekanan yang
melebihi tekanan osmotik.
26
a. Evaporasi
a. Blow Molding
Blow Molding merupakan suatu proses untuk membentuk botol
PET dari pre-form dengan pemanasan pada suhu 100 – 120°C. Kemudian
pre--form akan diberi tekanan dan dicetak sesuai dengan bentuk
cetakannya di dalam molding dengan tekanan sebesar 40 bar. Proses blow
molding diawali dengan pre-form masuk menuju tipper. Tipper berfungsi
untuk memindahkan pre-form menuju hopper. Preform yang masuk di
dalam hopper akan naik melalui elevator menuju conveyor intermediet.
Dari conveyor intermediet, pre-form akan menuju roller orienter untuk
membuat pre-form tegak dan sejajar. Kemudian pre-form akan melewati
rel pada proses, proses ini disebut ionisasi. Ionisasi ini berfungsi untuk
membersihkan preform dari kotoran dengan cara kotoran dihisap ketika
ditiup. Pre-form kemudian akan dipanaskan (heating) agar menjadi lunak.
Suhu yang digunakan dalam pemanasan pre-form berbeda yaitu pada
bagian atas pre-form suhu yang digunakan adalah 50 - 60°C, sedangkan
bagian bawah pre-form suhu yang digunakan sekitar 100 - 120°C.
Suhu +- 30oC
b. Filling
Filling merupakan suatu proses pengisian beverage ke dalam kemasan
dengan menggunakan sistem pengisian cool filling pada temperature 4 -
10°C. Dalam proses filling, komponen - komponen seperti air, sirup dan
CO2 dicampur menjadi satu dengan mengunakan mixer. Tujuan dari
mixing atau pencampuran ini untuk menghasilkan beverage yang sesuai
dengan standar dari Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Di dalam
mesin filler terdapat 5 proses yang terjadi, yaitu counter pressure,
filling, closing, snifting, dan capper. Counter pressure merupakan
proses untuk menyamakan tekanan yang ada di bowl dengan di botol.
Filling merupakan proses pengisian beverage. Closing merupakan
proses akhir pengisian beverage. Snifting merupakan proses untuk
membuang rongga udara yang ada di botol beverage. Sedangkan capper
merupakan proses penutupan botol. Pada proses filling terdapat pipa
glycol temperature in dan Plat Heat Exchanger (PHE). Adanya glycol
temperature in ini berfungsi untuk mendinginkan beverage pada suhu
1,6°C. Pada tahap ini, beverage dan glycol dialirkan pada Plat Heat
Exchanger agar beverage menjadi dingin karena adanya pertukaran
kalor.
37
e. Labeling
f. Inspection Label
Inspection label berfungsi untuk mendeteksi ketidaksesuaian label. Alat
yang digunakan untuk mendeteksi ketidaksesuaian label kamera yang
mempuyai standar tertentu yang telah ditetapkan.
39
g. Date Coding
Pada tahap ini, produk jadi akan diberi date coding yang fungsinya
untuk proses penelusuran apabila terjadi ketidaksesuaian pada saat
penggudangan maupun saat masuk ke pasaran.
Pada tahap ini, produk jadi akan melewati conveyor dan masuk ke
dalam in feed packer agar botol tertata rapi. Selanjutnya, produk jadi
akan dibungkus shrink sheet dan masuk ke tunnel sehingga shrink sheet
membungkus produk dengan kuat dan rekat. Shrink sheet dapat melekat
dengan kuat dengan suhu 190°C pada zone 1 dan 200°C pada zone 2.
40
i. Palletizing
Pada tahap palletizing, produk akan diberi bar code dan disusun ke atas
pallet lalu produk disimpan ke gudang.
tentunya adalah mencapai laba dalam jangka panjang agar keberadaan atau
eksistensi perusahaan tersebut tetap dapat berlangsung. Untuk mencapai Laba
yang sifatnya jangka panjang, perusahaan tersebut perlu melakukan beberapa
hal dibawah ini yang dikenal juga dengan konsep QCDS:
Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang
berbentuk Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah
Jadi) tetapi tidak ada order / pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan
adanya Overproduction (kelebihan Produksi) antara lain Waktu Setup Mesin
yang lama, Kualitas yang rendah, atau pemikiran “Just in case” ada yang
memerlukannya.
diinterpretasikan sebagai 3,4 unit Output yang cacat dari sejuta unit Output
yang diproduksi, tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produk
tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal dari suatu karakteristik
CTQ (critical-to-quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta
kesempatan (DPMO). DPMO mengindikasikan berapa banyak kesalahan
yang akan muncul jika sebuah aktivitas diulang satu juta kali.
Cara menentukan DPMO adalah sebagai berikut :
Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep
Six Sigma, yaitu:
untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user
friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana
terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan (Purba, 2008, para. 1–6). Fishbone diagram akan
mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan
menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan
dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia,
material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori
mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Diagram pareto adalah metode standar dalam bidang pengendalian mutu untuk
mendapatkan hasil maksimal, atau berarti memilih masalah-masalah utama
sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang kompleks. Diagram Pareto
merupakan gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut
urutan ranking tertinggi hingga terendah. Diagram Pareto dibuat berdasarkan data
statistik dan prinsip, bahwa 20% penyebab bertanggung jawab terhadap 80%
masalah yang muncul, atau sebaliknya. Prinsip Pareto memiliki aturan 80/20
dengan melakukan 20% dari pekerjaan mampu menghasilkan 80% manfaat dari
pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti: 80%
dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa atau 20% dari cacat
sistem penyebab 80% masalahnya.
Berdasarkan diagram pareto diatas menunjukkan ketiga jenis reject yaitu reject
cap 23%, under fill 43%, cap quality 34%. Setelah dilakukan perhitungan
persentase jumlah reject, terhadap total produksi selama kurun waktu Januari –
Febuari 2019, maka dapat disimpulkan bahwa reject terbesar adalah underfill
dengan persentase 43%, disusul cap quality 34%, cap 23%. Berdasarkan prinsip
49
pareto dengan aturan 80/20 dapat dilihat dari ketiga jenis reject yang harus
dianalisis ada 2 jenis reject yaitu under fill dan cap quality karena memiliki
persentase di atas 30%. Setelah diketahui beberapa jenis reject yang terjadi pada
produk di line 6, untuk mengetahui penyebabnya, maka berdasarkan hasil
pengamatan dapat digambarkan menggunakan fishbone sebagai dasar utuk
pengambilan keputusan untuk memperbaiki sistem yang sudah ada. Berikut
adalah fishbone yang menyebabkan produk defect yang ditampilkan pada Gambar
Fishbone Reject.
Metode Start Up
tidak sesuai
operator lambat mesin yang
merespon saat Start Breakdown rusak di tengah
terjadi mesin lama proses
masalah produksi. Underfill
Kondisi botol yang
cacat sebelum
filler
Suhu lingkungan
tidak optimal
Material Environment
50
Material Environment
ketika botol masuk ke proses blow mold dan seterusnya akan mengalami
kecacatan.
b. Environment
Faktor penyebab produk reject untuk under fill adalah temperatur
production line naik yang disebabkan oleh suhu tinggi pada ruang di siang
hari. Suhu lingkungan optimal mesin produksi berada di kisaran 25ºC-
27ºC.
c. Machine
Faktor penyebab produk reject untuk under fill adalah mesin yang rusak di
tengah proses produksi. Kerusakan mesin terjadi karena penjadwalan
maintenance mesin yang belum sesuai
d. Method
Faktor penyebab produk reject untuk underfill adalah karena metode
startup dan shutdown yang kurang benar sehingga menyebabkan reject
diawal.
e. Person
Faktor penyebab produk reject untuk under fill adalah operator lambat
merespon saat terjadi masalah, jika lambat ditangani, maka akan
menyebabkan masalah itu berakibat pada jumlah produk reject yang
meningkat
Berdasarkan hasil analisis pada produk reject di line 6, reject pada line 6 terdiri
dari 3 jenis yaitu: cap, under fill, cap quality. Berdasarkan perhtihungan rata-rata
bulan Januari– Febuari 2019, reject yang diperoleh untuk cap sebesar 23%, under
fill sebesar 43%, dan cap quality 34%. Dapat disimpulkan bahwa reject terbesar
adalah under fill. Solusi untuk mengurangi reject under fill pada produk dengan
cara sebagai berikut:
a. Material
Melakukan pemeriksaan incoming material yaitu dengan cara pengambilan
sampel yang sesuai.
b. Environment
52
Pengaturan suhu yang ada di mesin tidak terlalu tinggi atau rendah
karena harus disesuaikan dengan suhu ruang. Sedangkan dengan adanya
debu dalam ruang produksi dapat diatasi dengan penerapan 5R atau 5S
yang merupakan budaya kerja negara jepang Ringkas (Seiri) ,Rapi (Seiton)
,Resik (Seiso) ,Rawat Seiketsu ,Rajin (Shitsuke)
c. Machine
1) Melakukan maintenance sesuai keadaan mesin masing-masing yang
berpotensi dapat menggangu proses produksi.
2) Melakukan setting mesin produksi dengan benar dan sesuai standar
contohnya saat mengatur suhu dan setting mesin filler.
d. Method
Menggunakan metode yang telah disesuaikan oleh perusahaan
sebagaimana telah diberitahukan kepada karyawan sewaktu pelatihan yaitu
SOP perusahaan, Instruksi kerja.
e. Person
Operator di bagian filler machine diwajibkan untuk siap dan tanggap dalam
merespon masalah yang terjadi. Operator harus teliti dalam memasang
peralatan agar tidak terjadi kesalahan dalam prosesnya.
c. Material
material yang diterima dari pemasok tercampur dengan cap jenis lain atau
cap yang cacat.
d. Person
Faktor penyebab produk reject untuk cap quality adalah operator lambat
merespon saat terjadi masalah.
e. Method
Kurangnya pengecekan pada sensor-sensor mesin sebelum kegiatan
produksi sehingga masih terjadi kesalahan dimana cap yang terbalik tidak
di reject, namun hal kecil ini dapat mengakibatkan mesin breakdown dan
kegiatan produksi terhenti.
Solusi untuk mengurangi reject Cap quality pada produk dengan cara sebagai
berikut:
a. Environment
Mengecek informasi yang ditampilkan pada mesin dengan aktual apakah
sudah sesuai atau belum, Jika belum segera operator harus melakukan
pengaturan ulang mesin.
b. Machine
Preventive maintenance tetap dilakukan sekali seminggu, namun
sebelumnya dibentuk terlebih dahulu data-data umur part-part mesin.
Sehingga apabila umur part mesin sudah pendek, dapat dilakukan
pengontrolan khusus pada mesin, apakah part tersebut perlu diganti dan
jika diganti apakah ada stok part yang tersedia. Karena rusaknya satu
mesin akan mempengaruhi kinerja mesin yang lain. Dan rejectnya pet
preform juga karena dipengaruhi breakdown dari mesin lain. Sehingga
semua mesin harus terjaga kinerjanya
c. Material
Pemilihan dan inspeksi material dilakukan dengan mengambil 25 sampel
dari batch produksi, lalu diuji oleh Quality Assurance, pemilihan sampel
dilakukan secara acak untuk menjamin mutu suatu produk.
d. Person
54
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis produk Coca-Cola 390 ml yang sudah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat 5 elemen yang dapat dijabarkan dari penyebab reject produk.
b. Perlu dilakukan perbaikan proses produksi pada kelima elemen penyebab
reject produk.
5.2. Harapan
Mahasiswa memerlukan kritik dan saran dari para pembaca sebagai bahan
evaluasi untuk mendapatkan kualitas penulisan laporan yang berguna bagi
pembaca.
55
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma for Manucafturing and Service
Effect
56
LAMPIRAN
57
58
Tabel 4. 3. Data Jumlah Produk Reject Coca-Cola 390 ml (satuan pieces)
9 9
194355 390 PET X12 30/01/201 01/02/201 123.96 148754
3 SPRITE P4500 9 9 2 4
1.0 PET X12 01/02/201 01/02/201
194405
SPRITE 5.544 66528 67940 67618 326 124 26 176
2 9 9
P10000
COCA-COLA
6 9 9
P4500
1.5 PET X12
194512 FANTA 11/02/201 11/02/201
4.034 48408 48.604 48.231 392 66 174 152
1 STRAWBERR 9 9
Y
390 PET X12
194509 11/02/201 12/02/201
FANTA 21.261 255132 255.409 255.194 216 89 124 3
9 9 9
STBRY P4500
194509 390 PET X12 12/02/201 13/02/201
800 9600
8 SPRITE 9 9
337.347 336.322 1.028 37 963 28
194509 390 PET X12 12/02/201 13/02/201
27.100 325200
7 SPRITE P4500 9 9
1.0 PET X12
194579 15/02/201 15/02/201
FANTA 4.004 48048 48.200 48.127 118 7 45 66
1 9 9
STBRY P10000
390 PET X12
194581 15/02/201 15/02/201
FANTA 800 9600
0 9 9
STBRY
423.207 423.159 29 9 16 4
390 PET X12
194579 15/02/201 17/02/201
FANTA 34.448 413376
3 9 9
STBRY P4500
1.5 PET X12
194579 FANTA 16/02/201 17/02/201
5.377 64524 54.480 54.180 146 1 2 143
5 STRAWBERR 9 9
Y
194687 1.0 PET X12 17/02/201 17/02/201 5.580 66960 67.030 66.985 62 0 25 37
2 FANTA 9 9
61
STBRY P10000
1.0 PET X12
194662 17/02/201 17/02/201
COCA-COLA 5.156 61872 62.570 61.894 691 78 0 613
3 9 9
P10000
194580 390 PET X12 17/02/201 17/02/201
800 9600
9 COCA-COLA 9 9
390 PET X12 285.604 285.599 5 2 2 1
194580 17/02/201 20/02/201
COCA-COLA 22.987 275844
7 9 9
P4500
194579 1.5 PET X12 17/02/201 19/02/201
3.600 43.200 43.341 43.236 105 95 0 10
2 COCA-COLA 9 9
194584 1.5 PET X12 18/02/201 19/02/201
4.920 59040 59.165 59.159 6 1 1 4
7 SPRITE 9 9
1.0 PET X12
194579 18/02/201 20/02/201
SPRITE 9.374 112488 112.641 112.521 124 118 0 6
0 9 9
P10000
194584 390 PET X12 18/02/201 20/02/201 103200 1.032.39 1.031.49
86.000 909 91 786 32
9 SPRITE P4500 9 9 0 7 0
1.0 PET X12
194661 19/02/201 20/02/201
SPRITE 7.360 88320 88.572 88.365 210 162 25 23
8 9 9
P10000
194661 1.5 PET X12 20/02/201 20/02/201
6.450 77400 77.464 77.307 160 12 103 45
5 SPRITE 9 9
194661 1.5 PET X12 20/02/201 20/02/201
3.480 41760 43.251 42.538 724 11 0 713
6 COCA-COLA 9 9
390 PET X12
194664 20/02/201 21/02/201
COCA-COLA 16.571 198852 200.429 200.129 297 278 19 0
0 9 9
P4500
62