Notes 20210704132619
Notes 20210704132619
26
KISAH DATU LANDAK , SANG PENDIRI MESJID KERAMAT AL KAROMAH MARTAPURA
( KAROMAH DAN KUALAT NYA )
Julukan “Datu Landak” didapat Syekh Muhammad Afif bukan karena memelihara landak,
sebagaimana sahabat Rasulullah SAW yang Abdurrahman bin Sakhr Ad Dausi yang
bergelar “Abu Hurairah” karena memelihara banyak kucing.
Syekh Muhammad Afif atau Tuan Guru H Muhammad Afif adalah ulama berpengaruh di
zamannya. Gelar Landak yang disematkan masyarakat pada diri beliau bukanlah gelar
sembarangan.
“Jika beliau berzikir, bulu di badan beliau berdiri, menembus baju yang dikenakan,”
ujar ulama sepuh Banjarmasin itu.
Bulu berdiri tegak di setiap Syekh Muhammad Afif ketika berzikir tersebut
diibaratkan masyarakat seperti bulu landak. Sehingga masyarakat menjulukinya dengan
Datu Landak.
Datu Landak selain dikenal sebagai seorang ulama, beliau juga dikenal memiliki
‘kesaktian’. Riwayat berdirinya masjid Al karomah Martapura adalah salah satu bukti
nyata kekeramatan Datu Landak.
Datu Landak terpilih sebagai orang yang mencari kayu besar untuk dijadikan tiang
masjid, bersama dengan Haji Muhammad Khalid bin Yahya, Haji Muhammad Idris, dan M
Khottah (tukang pijat). Tiga orang yang menemani Datu Landak adalah keponakan
beliau sendiri.
Diceritakan, sempat beradu sakti antara Datu Landak dengan tokoh suku dayak, karena
mereka meminta dikalahkan terlebih dulu, jika ingin membawa pohon kayu mereka.
Dari adu sakti tersebut, Datu Landak dapat mengalahkan kesaktian mereka, hingga
mereka mengaku kalah dan mengikat tali persahabatan. Orang-orang dayak itu kemudian
ikut membantu pencarian kayu yang dimaksud Datu Landak.
Sekitar 41 batang pohon terkumpul, 4 batang di antaranya adalah kayu yang berukuran
lebih besar. 2 kayu cendana dan 2 batang lainnya adalah kayu gaharu.
Lokasi tempat pohon-pohon dicabut itu kemudian menjadi danau. Di tengah danau
terdapat serumpan bamban yang berputar, sekarang disebut dengan Bamban Beredar.
Ketika menyeret pohon ke sungai, pohon-pohon besar yang diseret Datu Landak
menimbulkan bekas yang cukup besar, hingga menjadi anak sungai. Peristiwa itu
kemudian diabadikan dengan nama sungai tersebut, yakni Sungai Landak.
Di lokasi lain, kayu-kayu ditarik itu tidak hanya memberi bekas dengan
terbongkarnya tanah, tapi juga mengeluarkan intan permata. Oleh Datu, permata itu
disimpan kembali ke dalam tanah, yang beliau beri pagar dari rumpun bamban. Tempat
itu kemudian dikenal dengan “loa bamban”.
41 batang kayu itu pun kemudian dibentuk seperti rakit (dengan kayu pelampung) di
sungai dan ditarik sebuah kapal.
Sesampainya di Martapura, Datu landak dan ketiga keponakannya disambut dengan suka
cita. Puluhan sinoman Hadrah ramai menyambut kedatangan beliau.
Pada malam hari, obor dan lilin dinyalakan di lanting untuk menerangi perjalanan
kapal yang membawa kayu tersebut.
Pada Minggu 10 Rajab 1315 H/1897 M tepat di jam 09.099 pagi didirikanlah ke empat
tiang (soko guru) yang menjadi penopang utama masjid. Proses ganjil juga terjadi
selama pendirian.
Datu Landak diketahui wafat pada usia 90 tahun pada 1916 M, dan dimakamkan di desa
Kelampayan. Tak jauh dengan makam datuknya, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Mudah"an Berkat kita membaca kisah beliau dan berkat menghadiahkan pahala surat Al-
Fatiha ini kita semua mendapat Rahmat dari Allah Swt dan mendapat Aliran Barokah
dari pada Datuk Landak
امین یارب العالمین
Allahumma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad Annabiyil Ummi Wa'Ala Alihi Washahbihi
Wasallim
Takbir, merdeka !!
.