Nasabnya
Masa Kanak-Kanak
i
Mbah Mad Ushul , ia belajar ilmu tauhid selama kurang lebih 2
tahun.
ii
untuk memimpin kaum muslimin mempertahankan Makkah dan
Madinah dari serangan sekutu. Sementara itu mbah Kyai Dalhar
diuntungkan dengan dapat belajar ditanah suci tersebut hingga
mencapai waktu 25 tahun.
iii
Selain mengamalkan dzikir jahr ‘ala thariqatis syadziliyyah,
mbah Kyai Dalhar juga senang melakukan dzikir sirr.Ketika sudah
tagharruq dengan dzikir sirrnya ini, mbah Kyai Dalhar dapat
mencapai 3 hari 3 malam tak dapat diganggu oleh siapapun.Dalam
hal thariqah As-Syadziliyyah ini menurut kakek penulis KH
Ahmad Abdul Haq, beliau mbah Kyai Dalhar menurunkan ijazah
kemursyidan hanya kepada 3 orang. Yaitu, Kyai Iskandar,
Salatiga ; KH Dimyathi, Banten ; dan kakek penulis sendiri yaitu
KH Ahmad Abdul Haq. Sahrallayal (meninggalkan tidur malam)
adalah juga bagian dari riyadhah mbah Kyai Dalhar.Sampai
dengan sekarang, meninggalkan tidur malam ini menjadi bagian
adat kebiasaan yang berlaku bagi para putera – putera di
Watucongol.
iv
MAR
12
Simbah KH. Dalhar, Watucongol Magelang Mbah Dalhar yang bernama lengkap
KH. Nahrowi Dalhar, Watucongol dikenal sebagai ulama yang mumpuni. Belum
lama ini sosok Kiai Ahmad Abdul Haq meninggal dunia.Kiai kharismatik ini adalah
putra dari kiai Dalhar yang juga dikenal sebagai salah satu wali Allah yang
masyhur di tanah Jawa.Mbah Dalhar begitu panggilan akrabnya adalah mursyid
tarekat Syadziliyah dan dikenal sebagai seorang yang wara’ dan menjadi teladan
masyarakat.Kiai Haji Dalhar, Watucongol, Magelang dikenal sebagai salah satu
guru para ulama.Kharisma dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan umat Islam
untuk menimba ilmu. Mbah Dalhar , begitu panggilan akrabnya adalah sosok yang
disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa Tengah. Salah satu
mursyid tarekat Syadziliyah ini dikenal juga menelorkan banyak ulama yang
mumpuni. Nasabnya Mbah Dalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10
Syawal 1798 – Je (12 Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa
Tengah. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang
bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kyai
Abdurrauf. Kekeknya mbah Dalhar dikenal sebagai salah seorang panglima perang
Pangeran Diponegoro.Adapun nasab Kyai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada
Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Oleh karenanya sebagai keturunan
raja, Kyai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain dengan sebutan Raden Bagus
Kemuning. Masa Kanak-Kanak Semasa kanak–kanak, Mbah Dalhar belajar Al-
Qur’an dan beberapa dasar ilmu keagamaan pada ayahnya sendiri. Pada usia 13
tahun baru mondok di pesantren. Ia dititipkan oleh ayahnya pada Mbah Kyai Mad
Ushul (begitu sebutan masyhurnya) di Dukuh Mbawang, Ngadirejo, Salaman,
Magelang. Di bawah bimbingan Mbah Mad Ushul , ia belajar ilmu tauhid selama
kurang lebih 2 tahun. Kemudian tercatat juga mondok di Pondok Pesantren Al-
Kahfi Somalangu, Kebumen pada umur 15 tahun. Pesantren ini dipimpin oleh
Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani atau yang ma’ruf
dengan laqobnya Syeikh Abdul Kahfi Ats- Tsani. Selama delapan tahun mbah Kyai
Dalhar belajar di pesantren ini.Selama itulah Mbah Dalhar berkhidmah di ndalem
pengasuh. Hal itu terjadi atas dasar permintaan ayahnya kepada Syeikh As Sayid
Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani. Jalan Kaki dan Pemberian Nama
Tidak hanya di daerah sekitar Mbah Dalhar menimba ilmu.Di Makkah Mukaramah
beliau berguru kepada beberapa alim ulama yang masyhur. Perjalalannya ke tanah
suci untuk menuntut ilmu terjadi pada tahun 1314 H/1896 M. Mbah Kyai Dalhar
diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-
Hasani untuk menemani putera laki – laki tertuanya Sayid Abdurrahman Al- Jilani
v
Al-Hasani untuk menuntut ilmu di Mekkah. Syeikh As Sayid Ibrahim bin
Muhammad Al-Jilani Al-Hasani berkeinginan menyerahkan pendidikan puteranya
kepada shahib beliau yang menjadi mufti syafi’iyyah Syeikh As Sayid Muhammad
Babashol Al-Hasani. Keduanya berangkat ke Makkah dengan menggunakan kapal
laut melalui pelabuhan Tanjung Mas,Semarang. Ada sebuah kisah menarik tentang
perjalanan keduanya.Selama perjalanan dari Kebumen dan singgah di Muntilan,
kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki
sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayid Abdurrahman. Hal ini
dikarenakan sikap takdzimnya kepada sang guru. Padahal Sayid Abdurrahman telah
mempersilahkan mbah Kyai Dalhar agar naik kuda bersama. Di Makkah (waktu itu
masih bernama Hijaz), mbah Kyai Dalhar dan Sayid Abdurrahman tinggal di rubath
(asrama tempat para santri tinggal) Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-
Hasani yaitu didaerah Misfalah. Sayid Abdurrahman dalam rihlah ini hanya sempat
belajar pada Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani selama 3 bulan,
karena beliau diminta oleh gurunya dan para ulama Hijaz untuk memimpin kaum
muslimin mempertahankan Makkah dan Madinah dari serangan sekutu. Sementara
itu mbah Kyai Dalhar diuntungkan dengan dapat belajar ditanah suci tersebut
hingga mencapai waktu 25 tahun. Syeikh As_Sayid Muhammad Babashol Al-
Hasani inilah yang kemudian memberi nama “Dalhar” pada mbah Kyai Dalhar.
Hingga ahirnya beliau memakai nama Nahrowi Dalhar. Dimana nama Nahrowi
adalah nama asli beliau. Dan Dalhar adalah nama yang diberikan untuk beliau oleh
Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Rupanya atas kehendak Allah
Swt, mbah Kyai Nahrowi Dalhar dibelakang waktu lebih masyhur namanya dengan
nama pemberian sang guru yaitu Mbah Kyai “Dalhar”. Ketika berada di Hijaz
inilah mbah Kyai Dalhar memperoleh ijazah kemursyidan Thariqah As-
Syadziliyyah dari Syeikh Muhtarom Al-Makki dan ijazah aurad Dalailil Khoerat
dari Sayid Muhammad Amin Al-Madani. Dimana kedua amaliyah ini dibelakang
waktu menjadi bagian amaliah rutin yang memasyhurkan.Mbah Kyai Dalhar adalah
seorang ulama yang senang melakukan riyadhah.Sehingga pantas saja jika menurut
riwayat shahih yang berasal dari para ulama ahli hakikat sahabat – sahabatnya,
beliau adalah orang yang amat akrab dengan nabiyullah Khidhr as.Sampai– sampai
ada putera beliau yang diberi nama Khidr karena tafaullan dengan nabiyullah
tersebut. Sayang putera beliau ini yang cukup ‘alim walau masih amat muda
dikehendaki kembali oleh Allah Swt ketika usianya belum menginjak
dewasa.Selama di tanah suci, mbah Kyai Dalhar pernah melakukan khalwat selama
3 tahun disuatu goa yang teramat sempit tempatnya.Dan selama itu pula beliau
melakukan puasa dengan berbuka hanya memakan 3 buah biji kurma saja serta
meminum seteguk air zamzam secukupnya.Dari bagian riyadhahnya, beliau juga
pernah melakukan riyadhah khusus untuk mendoakan para keturunan beliau serta
para santri – santrinya. Dalam hal adab selama ditanah suci, mbah Kyai Dalhar
tidak pernah buang air kecil ataupun air besar di tanah Haram. Ketika merasa perlu
untuk qadhil hajat, beliau lari keluar tanah Haram.Selain mengamalkan dzikir jahr
‘ala thariqatis syadziliyyah, mbah Kyai Dalhar juga senang melakukan dzikir
sirr.Ketika sudah tagharruq dengan dzikir sirrnya ini, mbah Kyai Dalhar dapat
vi
mencapai 3 hari 3 malam tak dapat diganggu oleh siapapun.Dalam hal thariqah As-
Syadziliyyah ini menurut kakek penulis KH Ahmad Abdul Haq, beliau mbah Kyai
Dalhar menurunkan ijazah kemursyidan hanya kepada 3 orang. Yaitu, Kyai
Iskandar, Salatiga ; KH Dimyathi, Banten ; dan kakek penulis sendiri yaitu KH
Ahmad Abdul Haq. Sahrallayal (meninggalkan tidur malam) adalah juga bagian
dari riyadhah mbah Kyai Dalhar.Sampai dengan sekarang, meninggalkan tidur
malam ini menjadi bagian adat kebiasaan yang berlaku bagi para putera – putera di
Watucongol.Murid dan Karya – karyanya Karya mbah Kyai Dalhar yang sementara
ini dikenal dan telah beredar secara umum adalah Kitab Tanwirul Ma’ani. Sebuah
karya tulis berbahasa Arab tentang manaqib Syeikh As-Sayid Abil Hasan ‘Ali bin
Abdillah bin Abdil Jabbar As-Syadzili Al-Hasani, imam thariqah As-Syadziliyyah.
Selain daripada itu sementara ini masih dalam penelitian. Karena salah sebuah
karya tulis tentang sharaf yang sempat diduga sebagai karya beliau setelah ditashih
kepada KH Ahmad Abdul Haq ternyata yang benar adalah kitab sharaf susunan
Syeikh As- Sayid Mahfudz bin Abdurrahman Somalangu. Karena beliau pernah
mengajar di Watucongol, setelah menyusun kitab tersebut di Tremas.Dimana pada
saat tersebut belum muncul tashrifan ala Jombang.Banyak sekali tokoh–tokoh
ulama terkenal negara ini yang sempat berguru kepada beliau semenjak sekitar
tahun 1920 – 1959. Diantaranya adalah KH Mahrus,Lirboyo ; KH Dimyathi,
Banten ; KH Marzuki, Giriloyo dan lain sebagainya. Sesudah mengalami sakit
selama kurang lebih 3 tahun, Mbah Kyai Dalhar wafat pada hari Rabu Pon, 29
Ramadhan 1890 – Jimakir (1378 H) atau bertepatan dengan 8 April 1959 M. Ada
yang meriwayatkan jika beliau wafat pada 23 Ramadhan 1959. Akan tetapi 23
Ramadhan 1959 bukanlah hari Rabu namun jatuh hari Kamis Pahing.
Mbah Dalhar
0 Tambahkan komentar
vii