Anda di halaman 1dari 18

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH

A. PEMBENTUKAN TANAH
1. Pengertian Tanah
Pedosfer adalah lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari
lithosfer. Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Tanah (Soil) adalah kumpulan dari
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Tanah merupakan
media tumbuhnya tanaman.
Tanah tersusun dari beberapa komponen. Komponen tanah pada setiap
tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca, iklim, dan
campur tangan manusia. Komponen utama penyusun tanah adalah sebagai
berikut:
a. Bahan mineral (45%), berasal dari pelapukan secara mekanis dan diteruskan
oleh proses kimiawi yang pada akhirnya membentuk mineral pembentuk tanah
yang terdiri atas mineral primer dan sekunder. Mineral primer adalah mineral
yang berasal langsung dari batuan yang lapuk. Mineral primer umumnya
terdapat dalam fraksi pasir dan debu. Contoh mineral primer adalah Mg, Fe, K,
Ca, P, dan Na. Mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk
selama proses pembentukan tanah berlangsung. Mineral sekunder umumnya
terdapat dalam fraksi liat. Contoh mineral sekunder yaitu Al oksida dan Fe
oksida.
b. Bahan organik (5%), berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, dan mikroorganisme
yang mengalami pelapukan. Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan
organik kasar dan bahan organik halus/ humus. Humus merupakan senyawa
yang resisten berwarna hitam atau coklat, mempunyai daya menahan air, dan
unsur hara yang tinggi. Tanah yang banyak mengandung humus adalah tanah
lapisan atas (top soil).
c. Udara (25%) yang terdapat dalam tanah tidak sama dengan yang terdapat pada
atmosfer. Udara yang berada dalam tanah selalu tetap termasuk
kelembapannya.
d. Air (25%) terdapat dalam tanah karena ditahan/ diserap oleh masa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena drainase yang kurang baik.
2. Faktor Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i,o,b,t,w)
Keterangan:
T : tanah b : bahan induk
f : faktor t : topografi
i : iklim w : waktu
o : organisme

Bahan induk

Iklim Waktu

Organisme
Topografi

Gambar Faktor-faktor utama pembentuk tanah

Penjelasan dari tiap-tiap faktor sebagai berikut:


1. Bahan induk
Bahan induk pembentuk tanah adalah hasil pelapukan batuan. Bahan
induk pembentuk tanah berasal dari bahan induk residual dan angkutan.
Bahan induk residual berasal dari tempat dimana tanah itu berada, sedangkan
bahan induk angkutan berasal dari tempat lain yang diangkut oleh air, angin, es
atau grafivitasi. Bahan induk juga merupakan salah satu faktor penentu sifat
tanah, contohnya tanah yang berasal dari pelapukan batu pasir akan memiliki
sifat berpasir.
2. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah
terutama ada dua yaitu:
a. Suhu atau temperatur berpengaruh pada proses pelapukan bahan induk.
Apabila perbedaan suhu siang-malam tinggi, maka proses pelapukan akan
berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
b. Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah.
Pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).

3. Organisme
Aktivitas hewan dan tumbuhan serta dekomposisi sisa jasad hewan
dan tumbuhan turut mempengaruhi pembentukan tanah. Contohnya
mikroorganisme juga membantu pembentukan tanah dengan menguraikan
materi organik dan melarutkan mineral. Hewan-hewan penggali lubang yang
tinggal di dalam tanah mempengaruhi kondisi perlapisan tanah.
4. Topografi
Toprogafi atau bentuk muka bumi terkait dengan keberadaan air dan
suhu. Topografi suatu daerah mempengaruhi jumlah air hujan yang dapat
diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, kondisi drainase dan
permukaan air tanah (ground water table) dan erosi tanah. Akumulasi bahan
organik biasanya terjadi pada tanah-tanah tergenang. Warna tanah pada daerah
rendah berubah dari kuning kemerahan dan coklat (drainase baik) menjadi
kelabu (drainase jelek).
5. Waktu
Faktor waktu berpengaruh dengan tingkat perkembangan tanah. Kondisi
ideal lapisan tanah, umumnya terbentuk dalam kurun waktu 200 tahun. Mohr
dan van Baren telah memperkenalkan bahwa ada 5 fase yang terlibat dalam
perkembangan tanah-tanah tropis,yaitu:
a. Fase pemula : bahan induk belum dilapuki,
b. Fase juvenil : pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya
belum dilapuki,
c. Fase viril : kebanyakan mineral mulai pecah-pecah, kandungan liat
meningkat, dan pelapulan msh berjalan lambat,
d. Fase senil : dekomposisi tiba pada fase akhir, hanya mineral-mineral yang
tahan lapuk yang masih bertahan,
e. Fase akhir : perkembangan tnh telah sempurna dan telah melapuk menurut
kondisinya.
Gambar1.ase Perkembangan Tanah
3. Proses Pembentukan Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batu-batuan menjadi bahan induk
tanah yang disebabkan oleh pengaruh iklim dan organisme. Proses pembentukan
tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan
kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah
komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah,
tetapi sebagai bahan tanah (REGOLITH) karena masih menunjukkan struktur
batuan induk. Proses pelapukan yang berlangsung pada batuan diikuti oleh proses
percampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah,
pembentukan struktur, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah yang menghasilkan horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-
lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah.

a. Karakteristik Tanah
Sifat fisik tanah yang dapat diamati adalah sebagai berikut:
1. Keasaman tanah
Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki sifat netral, yaitu pH antara
6,0- 7,0. Tanah yang memiliki pH kurang dari 6,0 bersifat asam, sedangkan
bila lebih dari 7,0 bersifat basa.
2. Warna
Warna setiap jenis tanah berbeda-beda sesuai dengan kandungan
mineral dan bahan organik. Semakin gelap warna tanah, maka tingkat
kesuburannya semakin baik. Urutan warna tanah berdasarkan tingkat
kesuburannya dari yang tertinggi adalah hitam, coklat, karat, merah,
abu-abu, kuning, dan putih.
3. Tekstur
Tekstur tanah adalah ukuran partikel tanah, yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah
bertekstur liat bersifat lengket dan menyerap banyak air sehingga sulit untuk
diolah. Tanah yang cocok untuk pertanian adalah tanah yang mempunyai
perbandingan pasir, debu, dan lempung yang hamper seimbang.
4. Struktur tanah
Struktur tanah adalah ikatan butiran-butiran pasir, debu, dan liat,
sehingga membentuk suatu gumpalan, seperti berbutir, kubus, lempeng,
remah, dan prisma.
5. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Tanah
pasir memiliki pori-pori lebih kasar daripada tanah liat, sehingga sulit untuk
menahan air. Akibatnya, tanaman pada tanah pasir menjadi kekeringan.
6. Konsistensi tanah
Sifat tanah ini berpengaruh pada pengolahan tanah yang akan dilakukan
oleh manusia. Tanah dapat dibedakan menjadi tanah gembur dan tanah
teguh pada saat tanah dalm kondisi basah. Tanah pada saat kering
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tanah lunak dan keras.

b. Struktur Lapisan Tanah

Gambar: Profil tanah


Lapisan-lapisan tanah pada profil tanah disebut horizon. Sebuah horizon
tanah merupakan penampang melintang dari permukaan tanah hingga ke
bahan induk tanah. Horizon tanah meliputi:
1) Horizon O, horizon ini dapat kita temukan pada tanah-tanah hutan yang belum
terganggu. Pada lapisan ini terdapat banyak akar tanaman dan jasad tumbuhan
dan hewan. Horizon O, merupakan horizon organik yang terbentuk di atas
lapisan tanah mineral. Lapisan ini berwarna gelap dan kaya akan humus
merupakan lapisan permukaan.
2) Horizon A, horizon ini terdiri atas campuran bahan organik dan bahan mineral.
Horizon A merupakan horizon yang mengalami pencucian. Pada lapisan ini
merupakan eluviasi yang masih mempunyai banyak humus. Lapisan ini
berwarna keabu-abuan dan lebih pucat. Warna pucat tersebut akibat banyaknya
kandungan mineral yang hanyut bersama air hujan.
3) Horizon E, horizon ini terdiri atas lapisan bawah permukaan yang telah
kehilangan sebagian besar kandungan mineralnya karena terjadi eluviasi atau
pencucian mineral.. Eluviasi menyebabkan tanah berwarna pucat. Horison
mineral dengan sifat utama terjadi pencucian liat, Fe, Al, atau kombinasinya,
bahan organik, dan lain-lain; sehingga tertinggal pasir dan debu, dan umumnya
berwarna pucat. Warna tersebut lebih terang daripada horison A di atasnya dan
horison B di bawahnya.
4) Horizon B, pada lapisan ini partikel dan liat yang tercuci dari horizon E
terakumulasi. Proses akumulasi mineral hasil pencucian ini disebut iluviasi.
Hanya terdapat sedikit materi organik pada lapisan ini.
5) Horizon C, horizon ini tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit
pelapukan dan bersifat tidak subur. Horizon C adalah bahan endapan, saprolit,
batuan yang tidak padu (unconsolidated), dan bahan geologi yang agak keras
tetapi dapat hancur bila direndam dalam air selama 24 jam, sedangkan bila
lembab dapat digali dengan cangkul. Pada lapisan ini merupakan lapisan tanah
terbawah yang terdiri atas bahan induk tanah seperti batuan dasar yang
melapuk atau sedimen yang belum memadat.
6) Horizon R, horizon ini tersusun atas batuan keras yang belum terlapukkan.
Lapisan ini merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal
dan belum mengalami pelapukan.
B. PERSEBARAN JENIS TANAH
1. KLASIFIKASI TANAH

Ada berbagai sistem klasifikasi tanah yang ada didunia, tetapi ada
dua sistem yang terkenal dan diterapkan secara luas yaitu :

1. Sistem klasifikasi tanah USDA atau dikenal dengan Soil


Taxonomy
2. Sistem FAO/UNESCO yang dikenal dengan sistem World
Referrence Base for Soil (WRB)
Sistem klasifikasi tanah Indonesia lebih dikenal dengan nama
sistem L.P.T/ Puspetan, yang didasarkan pada sistem USDA lama.
Dalam perkembangan selanjutnya mengalami beberapa klai
modifikasi dan penyempurnaan sampai diterbitkanya Term of
Referrence Tipe A, Pemetaan Tanah, (1980).

2. Jenis tanah

Satuan-satuan jenis tanah yang ada di Indonesia antara lain adalah :

1. Tanah Vulkanis

Tanah Vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang
dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur karena
mengandung unsur hara atau mineral yang diperlukan tanaman.

Persebaran : Terdapat di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara.

Pemanfaatan : dipergunakan di daerah pertanian dan perkebunan. Tanah


Vulkanis terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut :

a) Regosol

Dikategorikan sebagai tanah yang muda karena belum menunjukan adanya


perkembangan horizon tanah. Mempunyai ciri berbutir kasar, berwarna kelabu
hingga kuning, cocok untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan.

Persebaran : ada di lereng gunung api muda dan pada daerah beting dan
gumuk pasir pantai.
b) Andosol

Berasal dari bahan induk abu atau tuf gunung api. Cirinya berbutir halus,
tidak mudah tertiup angin, berwarna abu-abu, dan tanah ini sangat subur
sehingga cocok untuk pertanian.

Persebaran : Andosol banyak tersebar di daerah yang memiliki banyak gunung


berapi atau sering terjadi aktivitas vulkanik, mulai dari ujung sumatera hingga
ujung nusa tenggara dan sebagian kawasan sulawesi dan kepulauan maluku.
Sedangkan untuk pulau kalimantan, sangat jarang dijumpai tanah andosol
mengingat disana tidak banyak ditemukan gunung berapi dan berikut
beberapa lokasi penyebaran tanah andosol di Indonesia.

2. Tanah Aluvial

Berasal dari endapan lumpur yang dibawa aliran sungai. Tanah aluvial umumnya
subur karena kandungan air yang cukup. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian
hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.

Persebaran : tanah ini ada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Jawa.

Pemanfaatan : Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi
maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena
teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan
kerja yang keras untuk mencangkulnya.

3. Tanah Gambut atau Organosol

Tanah gambut berwarna coklat kehitaman berasal dari bahan induk organik,
biasanya dari hutan rawa atau rumput rawa. Memiliki kandungan air dan bahan
organik yang tinggi, PH juga tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan pada
umumnya kurang subur.

Persebaran : Kalimantan, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Papua bagian


Selatan.

Pemanfaatan : Tanah gambut untuk persawahan, palawija, dan tanaman


perkebunan seperti karet dan kelapa.

4. Tanah Podsolik Merah-Kuning

Tanah ini terbentuk dari batuan kuarsa, tersebar didaerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun dan jenis tanah ini
berwarna merah sampai kuning, bersifat asam sekali. Kandungan bahan organik
sedikit, dan kandungan unsur hara rendah.

Persebaran : Banyak ditemukan di Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Maluku,


dan Papua.
Pemanfaatan : tanah podsolik ini cocok untuk tanaman karet, pinus, dan akasia.

5. Mediterania Merah Kuning

Jenis tanah hasil pelapukan dari batuan kapur keras (limestone). Tanah ini
berwarna coklat hingga merah. Khusus tanah topografi karst merah kuning
didaerah topografi karst disebut “Terra Rossa”.

Penyebaran : Daerah beriklim subhumid, topografi karst pegunungan lipatan dan


lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 m.

Pemanfaatan : Tanah ini bisa dimanfaatkan untuk tanaman jati dan palawija.

6. Tanah Litosol

Tanah litosol adalah jenis tanah berbatu dengan lapisan tanah yang tidak begitu
tebal. Tanah ini berasal dari jenis batuan-batuan keras yang belum mengalami
proses pelapukan secara sempurna sehingga sukar ditanami dan kandungan
unsur haranya sangat rendah.

Persebaran : Jenis tanah litosol banyak ditemukan dilereng gunung dan


pegunungan diseluruh Indonesia.

Pemanfaatan : Tanah litosol secara umum tidak bisa dimanfaatkan, hanya


sebagian kecil yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman pohon-pohon besar di
hutan, palawija, dan padang rumput.
7. Tanah Latosol

Tanah latosol merupakan jenis tanah tua, mengalami proses pelapukan lebih
lanjut. Jenis tanah latosol bersifat asam dan kandungan bahan organiknya rendah
hingga rendah.

Persebaran : Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Pemanfaatan : Tanah ini cocok untuk hutan hujan tropis.

8. Tanah Podsol

Tanah ini terbentuk karena pengaruh suhu rendah dengan curah hujan yang
tinggi, berwarna merah hingga kuning. Tanah podsol mengandung unsur hara
yang sangat miskin, tidak subur, dan sulit ditananami.

Persebaran : Tanah podsol banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat,


Kalimantan Tengah dan Papua.

Pemanfaatan : Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete.
9. Tanah Mergel

Tanah mergel hampir sama dengan tanah kapur, yang membedakan adalah ia
lebih mirip seperti pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan
tanah liat dan mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak
merata.

Persebaran : Tanah mergel terdapat di Kediri dan Madiun serta Nusa Tenggara.

Pemanfaatan : Tanah ini subur dan cocok dimanfaatkan untuk tanaman jati.

10. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah hasil pencucian karena pengaruh suhu rendah dan
curah hujan tinggi, mengakibatkan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh
tanaman larut dan meninggalkan sisa oksida besi dan alumunium berwarna merah
sehingga tanah ini tidak subur.

Persebaran : Tanah laterit terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan
Barat.

Pemanfaatan : untuk tanaman kelapa dan jambu mete.


11. Tanah Humus

Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-


tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat subur. Tanah
ini memiliki unsur hara dan mineral yang banyak karena pelapukkan tumbuhan
hingga warnanya agak kehitam hitaman.

Persebaran : Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya
di Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian
wilayah dari Sulawesi.

Pemanfaatan : Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena
kandungannya yang sangat subur dan baik untuk tanaman

G. PEMANFAATAN DAN KONSERVASI TANAH


Konservasi (pengawetan) tanah merupakan upaya pemanfaatan tanah dan
menerapkan kaidah-kaidah pengawetan agar tanah yang gunakan memberikan hasil
optimal dan lestari.
Tujuan konservasi tanah
a. Mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan aliran permukaan.
b. Memperbaiki tanah yang rusak.
c. Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapai produksi yang
optimal dalam waktu tidak terbatas.
d. Meningkatkan produktivitas lahan usaha tani.
Metode yang digunakan dalam konservasi tanah dibagi menjadi tiga macam
metode yaitu:
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan
menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997).
Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya
erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi
fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air
termasuk antara lain: cover crop (penanaman penutup lahan). Berfungsi untuk
menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah
kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air
dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997). Teknik
konservasi secara vegetatif adalah yang paling lazim dilakukan pada awalnya
karena relatif mudah, murah serta efisien. Penanaman dengan jenis tanaman
tertentu dapat bermakna ganda, pada satu sisi menghasilkan komoditas ekonomi
tertentu sedang pada sisi lain bermakna pengawetan tanah (jujun sartohadi, dkk,
2013).

1) Penghijauan
Penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman
tahunan seperti akasia, angsana, flamboyant. Fungsinya untuk mencegah
erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di
udara lapisan bawah.
2) Reboisasi
Penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras seperti
pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil
kayunya
3) Penanaman secara kontur (Contour Strip Cropping)
Yaitu menanami lahan searah garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini
sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%
4) Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering)
Yaitu penanaman lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati,
cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh
air hujan, memperhambat erosi, dan memperkaya bahan organik tanah
5) Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping)
Yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris
(larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah
angin. Pada daerah yang hampir datar, jarak tanaman diperbesar. Sedangkan
pada daerah yang kemiringannya lebih dari 8% maka jarak tanamannya
dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi erosi dan mempertahankan
kesuburan
6) Penggiliran tanaman (cropp rotation)
Yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu
lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk
menjaga agar kesuburan tanah tetap terpelihara

b. Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi
tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi
erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya
pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap
tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan
tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan
sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
1) Pengelolaan tanah menurut garis kontur (contour village)
Yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat aliran air dan memperbesar resapan air
2) Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran
Yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar
air hujan dapat tertapung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat
ditanami palawija
3) Pembuatan teras (terrasering)
Yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan
lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng,
memperbesar resapan air dan mengurangi erosi. Pembuatan terras adalah
untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya
agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi
(Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk
mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan
dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah,
dengan demikian erosi berkurang.
4) Pembuatan saliran air (drainase)
Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang
menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat atau mengatur
aliran air sampai ke sungai
c. Metode kimia
Maksud dari metode kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan
pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah.
Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba
tanah. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Kemantapan struktur tanah merupakan
salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.

H. LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA


GEOLOGI DI INDONESIA.

a. Badan Geologi
Badan Geologi merupakan salah satu unit teknis di bawah Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral yang berlokasi di Jl. Diponegoro 57, Bandung
40122. Badan Geologi mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pelayanan
di bidang geologi. Badan Geologi juga mempunyai tugas yaitu penyusunan
kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pelayanan di bidang geologi,
Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi, Pemantauan, evaluasi
dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi dan
pelaksanaan administrasi Badan Geologi.
Badan Geologi terdiri dari unit-unit Eselon II dibawahnya, yaitu:
1. Pusat Survei Geologi
2. Pusat Sumber Daya Geologi
3. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan
4. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Kelembagaan ini terbentuk antara tahun 2005 - sekarang bernama Badan
Geologi. Badan Geologi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyelidikan
mineral dan geologi dari berbagai pelosok wilayah Indonesia, berupa pustaka
(laporan, terbitan, peta) dan percontoh (batuan, mineral, fosil). Selain menyimpan
dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi, juga mewarisi dan merawat
semua dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi dan bahan tambang
yang dilakukan oleh lembaga - lembaga pendahulunya, mulai dari Dienst van het
Mijnwezen (1850-1922) sampai dengan Puslitbang Geologi (1978-2005).
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM no 18 tahun 2010 Badan Geologi
memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut.
1. Tugas
Melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi
2. Fungsi
i. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan
pelayanan di bidang geologi.
ii. Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi
iii. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pelayanan di bidang geologi dan
iv. Pelaksanaan administrasi Badan Geologi.

b. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)


PVMBG merupakan salah satu unit kerja Badan Geologi. Badan Geologi
sendiri merupakan salah satu unit di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM). PVMBG berkantor pusat di Bandung dan mempunyai tugas
melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, dan pelayanan di bidang
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi. Lembaga ini sebenarnya sudah ada
sejak tahun 1920. Pada saat itu, namanya adalah Vulkaan Bewakings Dients atau
Dinas Penjagaan Gunung Api. Pada tahun 1922, namanya berubah menjadi
Volcanologische Onderzoek. Sejak saat itu, lembaga ini membangun pos-pos
pengamatan untuk memantau aktivitas gunung berapi di Indonesia. Gunung
berapi yang dipantau aktivitasnya antara lain Gunung Krakatau, Gunung
Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Merapi, dan Gunung Semeru.
Setelah jaman penjajahan berakhir, dibentuklah Dinas Gunung Berapi yang
posisinya berada di bawah Jawatan Pertambangan. Selanjutnya, nama lembaga ini
terus berubah beberapa kali sampai akhirnya bernama Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) seperti yang kita kenal sekarang.

Anda mungkin juga menyukai