SUSILAWATI N
BPSDM Provinsi Jambi
Jl H. agus Salim No. 19 Kota Baru Kota Jambi
email: natsirsusilawati81@gmail.com
ABSTRACT
The development of Science and Technology that is not accompanied by a strong foundation of Pancasila
will actually be an aspect of the nation's destruction, especially in terms of morality and mentality. Changes
and technological developments that are too fast causing too easy information from all corners of the world
into the Indonesian nation. All the conveniences in interacting are also increasingly unstoppable. Pancasila
understanding from an early age is an initial anticipation in building a filter for the development and
progress of science and technology that is too fast, so that the morals and mentality of the nation's children
do not experience degradation in the midst of the process of change.
Keyword : Applying Pancasila, Science
ABSTRAK
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi yang tidak dibarengi dengan dasar-dasar Pancasila yang
kuat justru akan menjadi aspek penghancur bangsa, terutama dari segi moralitas dan mentalitas. Perubahan
dan perkembangan tekhnologi yang terlampau pesat menyebabkan terlalu mudahnya informasi dari seluruh
penjuru dunia masuk ke dalam bangsa Indonesia. Segala kemudahan dalam berinteraksi juga semakin tidak
dapat dibendung lagi. Pemahaman Pancasila sejak usia dini merupakan antisipasi awal dalam membangun
filter bagi perkembangan dan kemajuan iptek yang terlampau pesat, sehingga moral dan mental anak bangsa
tidak mengalami degradasi di tengah terjadinya proses perubahan.
Kata kunci : Pengamalan Pancasila, Ilmu Pengetahuan
Menerapkan Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Untuk Mencapai Tujuan
Nasional Bangsa Indonesia–Susilawati N | 583
mentalitas sebagian masyarakat, khususnya Beberapa Aspek Penting dalam Ilmu
di Indonesia. Pengetahuan
Teknologi telah merambah berbagai Ilmu pengetahuan itu mengandung
bidang kehidupan manusia secara ekstensif dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan
dan mempengaruhi sendi kehidupan aspek struktural. Aspek fenomenal
manusia secara intensif, termasuk merubah menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
pola pikir dan budaya manusia, bahkan mewujudkan / memanifestasikan dalam
nyaris menggoyahkan eksistensi kodrati bentuk masyarakat, proses, dan produk.
manusia itu sendiri. Kondisi ini terlihat Sebagai masyarakat, ilmu
ketika misalnya, anak-anak sekarang pengetahuan menampakkan diri sebagai
dengan alat-alat permainan yang serba suatu masyarakat atau kelompok elit yang
teknologis seperti playstation, mereka dalam kehidupan kesehariannya begitu
sudah dapat terpenuhi hasrat hakekat mematuhi kaedah-kaedah ilmiah yang
kodrat sosialnya hanya dengan memainkan menurut paradigma Merton
alat permainan tersebut secara sendirian. disebutuniversalisme, komunalisme, dan
Mereka tidak sadar dengan kehidupan yang skepsisme yang teratur dan terarah.
termanipulasi teknologi menjadi manusia Sebagai proses, ilmu pengetahuan
individualis.Masih terdapat banyak menampakkan diri sebagai aktivitas atau
persoalan akibat teknologi yang dapat kegiatan kelompok elit tersebut dalam
disaksikan, meskipun secara nyata manfaat upayanya untuk menggali dan
teknologi tidak dapat dipungkiri. mengembangkan ilmu melalui penelitian,
Problematika keilmuan dapat segera eksperimen, ekspedisi, seminar, kongres.
diantisipasi dengan merumuskan kerangka Sebagai produk, ilmu pengetahuan
dasar nilai bagi pengembangan ilmu. menampakkan diri sebagai hasil kegiatan
Kerangka dasar nilai ini harus kelompok elit tadi berupa teori, ajaran,
menggambarkan suatu sistem filosofi paradigma, temuan-temuan lain
kehidupan yang dijadikan prinsip sebagaimana disebarluaskan melalui karya-
kehidupan masyarakat, yang sudah karya publikasi yang kemudian diwariskan
mengakar dan membudaya dalam kepada masyarakat dunia.
kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu Aspek struktural menunjukkan
nilai-nilai Pancasila. bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya
terdapat unsur- unsur sebagai berikut:
Menerapkan Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Untuk Mencapai Tujuan
Nasional Bangsa Indonesia–Susilawati N | 585
dipungkiri bahwa pikiran positif dan interdisipliner dan multidisipliner.
semangat muncul dari jiwa sehat Membantu pemetaan masalah, kenyataan,
yang dapat dipentuk dalam proses batas-batas ilmu dan kemungkinan
belajar mengajar. kombinasi antar ilmu.
6. Aspek pendidikan keindahan. Aspek 2). Pilar epistemologi (epistemology)
pendidikan keindahan tidak hanya Selalu menyangkut problematika
terbatas pada sesuatu yang enak tentang sumber pengetahuan, sumber
untuk dilihat, tetapi aspek ini juga kebenaran, cara memperoleh kebenaran,
menjadi salah satu aspek dalam kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-
pendidikan. Keindahan dalam dasar kebenaran, sistem, prosedur, dan
berbahasa dan bertutur kata menjadi strategi. Pengalaman epistemologis dapat
aspek yang selalu ditunjukkan dalam memberikan sumbangan bagi kita:
penyampaian ilmu dari zaman Nabi a). sarana legitimasi bagi ilmu /
Muhammad SAW. hingga saat ini. menentukan keabsahan disiplin ilmu
tertentu; b). memberi kerangka acuan
Pilar-Pilar Penyangga bagi Eksistensi metodologis pengembangan ilmu;
Ilmu Pengetahuan c). mengembangkan ketrampilan proses;
Pengembangan ilmu selalu d). mengembangkan daya kreatif dan
dihadapkan pada persoalan ontologi, inovatif.
epistemologi dan aksiologi. 3). Pilar aksiologi (axiology)
1). Pilar ontologi (ontology) Selalu berkaitan dengan
Selalu menyangkut problematika problematika pertimbangan nilai (etis,
tentang keberadaan (eksistensi): a). Aspek moral, religius) dalam setiap penemuan,
kuantitas: Apakah yang ada itu tunggal, penerapan atau pengembangan ilmu.
dual atau plural (monisme, dualisme, Pengalaman aksiologis dapat memberikan
pluralisme), b). Aspek kualitas (mutu, dasar dan arah pengembangan ilmu,
sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari mengembangkan etos keilmuan seorang
sesuatu (mekanisme, teleologisme, profesional dan ilmuwan.
vitalisme dan organisme). Pengalaman Prinsip-Prinsip Berfikir Ilmiah:
ontologis dapat memberikan landasan bagi 1). Obyektif : Cara memandang masalah
penyusunan asumsi, dasar-dasar teoritis, apa adanya,terlepas dari faktor-faktor
dan membantu terciptanya komunikasi subyektif (misalnya : perasaan, keinginan,
Menerapkan Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Untuk Mencapai Tujuan
Nasional Bangsa Indonesia–Susilawati N | 587
kemudahan yang ada seharusnya degradasi di tengah terjadinya proses
mendukung untuk meningkatkan harkat perubahan. Dasar-dasar Pancasila dijadikan
dan martabat bangsa Indonesia, bukannya sebagai tameng untuk penangkal hal yang
sebagai alat menindas atau berbuat buruk dalam perkembangan iptek. Lima
kejahatan serta kecurangan bagi sila yang terdapat dalam Pancasila
sumberdaya manusia yang memegang mengandung nilai-nilai luhur yang
penguasaan ilmu pengetahuan. merupakan suatu rumusan kompleks dan
Di sinilah pentingnya Pancasila menyeluruh dalam menjalani kehidupan
dalam setiap hati nurani anak bangsa berbangsa dan bernegara. Dengan
Indonesia agar tidak menyalahgunakan demikian diharapkan dapat tercipta
perkembangan dan kemajuan iptek dalam kehidupan masyarakat yang adil, beradab
kehidupan masyarakat. Penyalahgunaan itu dan sejahtera, serta menyeluruh di setiap
dapat berupa menyebarkan sms fiktif yang elemen lapisan masyarakat.
isinya menjatuhkan atau memberikan
berita miring tentang orang tersebut Sistem Etika Pembangunan dalam
dikarenakan dendam pribadi ataupun sakit Pancasila
hati. Fenomena lain yang sangat Pancasila merupakan satu kesatuan
mengkhawatirkan adalah mudahnya dari sila-silanya harus merupakan sumber
mengakses video dan gambar porno dari nilai, kerangka fikir serta azas moralitas
internet. Oleh karena itu, tanpa dibarengi bagi pembangunan iptek. Sebagai bangsa
pengawasan dari orang tua yang ketat serta yang memiliki pandangan hidup Pancasila,
kekuatan iman dan taqwa, perkembangan maka tidak berlebihan apabila
iptek justru menjadi malapetaka bagi pengembangan ilmu pengetahuan harus
generasi penerus bangsa. didasarkan atas paradigma Pancasila.
Peristiwa tersebut tidak akan terjadi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
apabila masing-masing individu yang mengimplementasikan ilmu pengetahuan,
memegang teguh Pancasila. Pemahaman menciptakan, perimbangan antara rasional
Pancasila sejak usia dini merupakan dan irrasional antara akal, rasa dan
antisipasi awal dalam membangun filter kehendak. Berdasarkan sila pertama ini
bagi perkembangan dan kemajuan iptek ilmu pengetahuan tidak hanya memikirkan
yang terlampau pesat, sehingga moral dan apa yang ditemukan, dibuktikan dan
mental anak bangsa tidak mengalami diciptakan tetapi juga mempertimbangkan
Menerapkan Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Untuk Mencapai Tujuan
Nasional Bangsa Indonesia–Susilawati N | 589
dalam upaya mempertahankan segala Prinsip-Prinsip Berfikir Ilmiah meliputi:
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia Obyektif, Rasional, Logis, Metodologis,
serta menjawab segala tantangan zaman. dan Sistematis. Iptek dan Pancasila
Dengan penguasaan iptek kita dapat tetap memiliki hubungan yang kohesif. iptek
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa diperlukan dalam pengamalan Pancasila
Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang sila ketiga dalam menjaga persatuan
berbunyi Persatuan Indonesia. Indonesia. Bangsa Indonesia harus tetap
Ilmu pengetahuan dan Pancasila menggunakan Pancasila sebagai pedoman
memiliki hubungan yang kohesif. Ilmu dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan
pengetahuan diperlukan dalam pengamalan dan Tekhnologi agar dapat mencapai
Pancasila sila ketiga dalam menjaga tujuan bangsa.
persatuan Indonesia. Di lain sisi, Bangsa
Indonesia harus tetap menggunakan dasar- DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2003. Pendidikan Pancasila.
dasar nilai Pancasila sebagai pedoman Paradigma. Yogyakarta.
dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan Direktorat Pembelajaran dan
agar kita dapat tidak terjebak dan tepat Kemahasiswaan. 2016. Materi
Ajar Mata Kuliah Pendidikan
sasaran mencapai tujuan bangsa. Pancasila. Kementerian Riset,
Teknologi dan Perguruan Tinggi
Republik Indonesia. Jakarta.
Kesimpulan
Iriyanto, W. 2009. Bahan Kuliah Filsafat
Kerangka dasar pengembangan ilmu Ilmu. Program Pasca Sarjana
pengetahuan harus dirumuskan dengan Universitas Diponegoro. Semarang