Anda di halaman 1dari 25

MANUSIA DAN SISTEM NILAI, MORAL, HUKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan

Dosen pengampu :Agus Mi Raj Darajat, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes

Oleh kelompok 3 :

1. Garin Tigin 191FK01046


2. Mahendra Akbar W 191FK01070
3. Pramudita Indah P 191FK01088
4. Sindy Oktaria 191FK01118
5. Sitti Maliyya ‘A B 191FK01125
6. Vyrel Vergian B 191FK01138

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’Alamin wabihinasta’in waalaumuri dunyawadin waala alihii


wasohbi’i ajmain amaa ba’du, sholawat serta salam semoga tetap terlimpah curah kepada
Nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan tak lupa kepada para sahabat-Nya.

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehinggakami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah Antropologi Kesehatan.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada orangtua dan teman-teman yang
telah memberi dukungan, dan juga kepada dosen pengampu mata kuliah Antropologi
Kesehatan yang selalu memberikan ilmu dan bimbingannya.

Bandung, 09 Maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….....

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...
…………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..


…………

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………..


…………………...

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………….


…………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Nilai – Nilai Yang Berkaitan Dengan Praktik


Keperawatan……………………………..

2.2 Hakikat Nilai Moral Dalam Kehidupan Manusia .


………………………………………

2.3 Etika Dan Hukum Dalam Profesi Keperawatan……………..


………………………….

2.4 Problematika Nilai Moral Dan Hukum Serta


Solusinya………………………………..

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………..
……………………………………………………………..

3.2 Saran ………………………….


…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-
nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai
anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu bangsa
dapat dinilai melalui karakter moral masyarakatnya. Manusia dalam hidupnya harus taat
dan patuh pada norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat, undang-undang dan hukum
yang ada dalam suatu masyarakat. Berkaitan dengan norma-norma, aturanaturan, adat
istiadat, undang-undang dan hukum yang mengatur kehidupan manusia atas
kesepakatan sekelompok manusia atau aturan yang berasal dari hukum Tuhan (wahyu)
agar manusia dapat hidup sesuai dengan norma yang disepakati dalam komunitas
kehidupan manusia maupun hukum dari Tuhan.

Moral merupakan tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan yang
digunakan dalam tumbuh kembang individu atau kelompok sosial untuk mencapai
kematangan. Moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa
(remaja) sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pandangan
masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral sering kali dituding sebagai faktor penyebab
meningkatnya kenakalan remaja (Sarwono, 2010: 25)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah makalah ini membahas mengenai manusia, nilai, moral,
dan hukum yang berkaitan dengan keperawatan mencakup hal-hal berikut :
1. Apa pengertian nilai profesional keperawatan?
2. Apa saja nilai profesional keperawatan?
3. Apa saja nilai nilai yang berkaitan dengan praktik keperawatan?
4. Solusi problematika nilai, moral, dan hukum?

1.3 Tujuan Penelitian


1.Memahami pengertian nilai profesional keperawatan
2. Memahami nilai profesional keperawatan
3. Memahi Apa saja nilai nilai yang berkaitan dengan praktik keperawatan
4. Memahami Solusi problematika nilai, moral, dan hukum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nilai – Nilai Yang Berkaitan Dengan Praktik Keperawatan


a. Pengertian
Nilai profesional keperawatan adalah suatu pondasi dari praktik yang
mengarahkan perawat dalam berinteraksi dengan klien, rekan sejawat, praktisi
profesional dan publik. Nilai-nilai yang menjadi identitas diri seorang perawat
dalam mengurus kesejahteraan klien dan menjadi suatu fondasi dalam
mengaplikasikan praktik keperawatan AANC (2008). Hayes (2006), menjelaskan
tentang nilai profesional merupakan standart perilaku yang digunakan untuk
menyusun tindakan yang akan diterima oleh praktisi ditempat mereka berada. Nilai
dapat berhubungan dengan emosi dan pengalaman seseorang pada suatu pilihan,
keputusan dan tindakan dalam melakukan pelayanan (Naagazan, 2006).
b. Komponen Nilai Profesional
Perawat American Assosiation of Collage of Nursing, (2008), menyebutkan
beberapa nilai profesional dalam keperawatan yang menjadi fondasi dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan. Beberapa klasifikasi nilai profesional yang
mencerminkan perawat profesional untuk berperilaku etik didalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan.
 Altruisme
Bentuk tindakan yang memperhatikan dan mementingkan kesejahteraan
serta keselamatan bagi orang lain. Altruisme didalam praktik profesional
diwujudkan dengan memberikan perhatian dan advokasi seorang perawat
untuk kebutuhan dan kesejahteraan bagi klien. Wujud dari nilai altruisme
yaitu kebutuhan klien lebih utama dibandingkan kebutuhan seorang perawat
itu sendiri (AANC, 2008).
 Otonomi (autonomy)
Berarti kebebasan, perawat yang menerapkan nilai ini menunjukkan suatu
sikap yang menghargai hak pasien dalam pembuatan keputusan terkait
dalam kesehatan pasien. Dengan kewenangan perawat melalukan tindakan
secara mandiri melalui pertimbangan yang tepat (AANC, 2008).
 Human dignity
Cara menghormati martabat manusia dengan segala nilai dan keunikan yang
dimiliki pada setiap individu atau kelompok. Perawat dalam melaksanakan
tugas asuhan keperawatan, meletakkan seorang pasien pada saat melakukan
tindakan perlu memerhatikan hak-hak yang harus dihormati sebagai seorang
manusia. Contohnya, saat seorang perawat melakukan tindakan parineal
hygiene pada pasien perempuan ataupun laki-laki perlu menjaga privasi dari
pasien (AANC, 2008).
 Integritas
Bentuk integritas yang diwujudkan melalui tindakan yang sesuai kode etik
dan standart praktik keperawatan. Rasa yang muncul dari suatu nilai
integritas dalam praktik profesional seorang perawat yakni kejujuran yang
ditunjukkan perawat dalam sikapnya, serta dapat diterapkan didalam kode
etik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien (AANC,
2008).
 Keadilan sosial
Cara yang dapat ditunjukkan dengan menjunjung tinggi prinsip moral, legal,
dan kemanusiaan disaat melaksanakan tugas sebagai seorang perawat. Nilai
ini diterapkan seorang perawat agar tidak membedakkan pelayanan
keperawatan yang diberikan untuk klien. Seorang perawat diharapkan tidak
membedakkan klien berdasarkan ras, suku, budaya, negara, agama, warna
kulit maupun status sosial yang dimiliki klien. perawat harus memandang
bahwa semua pasien adalah manusia, sehingga memiliki hak yang sama
untuk dipenuhi kebutuhan dalam kesehatannya (AANC, 2008).
Weish dan Schank (2017), menyusun intrumen untuk mengukur nilai
profesional dalam keperawatan. Instrumen tersebut berasal dari American
Nurses Association (ANA) Code of Ethics for Nurses. Penelitian yang
dilakukan untuk merumuskan intrumen tersebut, ditemukan tiga nilai
profesional yang merupakan komponen dasar faktor analisis didalam
instrumennya. Nilai profesional tersebut adalah caring, activism,dan
profesionalism.

c. Nilai nilai yang berkaitan dengan praktik keperawatan


1. Nilai Caring
Caring menurut Watson (1985 dalam Kozier, 2010), merupakan inti dari
keperawatan yang dapat digambarkan dalam sebuah kesatuan nilai-nilai
kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian, dan cinta terhadap diri
sendiri dan orang lain). Watson et al (2005 dalam Alligood & Tomey, 2006),
menjelaskan caring sebagai moral ideal keperawatan keperawatan yang dimiliki
perawat dalam membina hubungan interpersonal dan nilai-nilai kemanusian.

Watson mengidentifikasi sepuluh carative factor sebagai fondasi dan


kerangka kerja dari praktik keperawatan. Setiap komponen menjelaskan
hubungan yang dilakukan antara perawat dengan pasien. Sepuluh carative factor
tersebut adalah :
a. Membentuk nilai Humanistik-Altruistik
b. Menciptakan kepercayaan dan harapan
c. Meningkatkan rasa sensitif pada diri sendiri dan orang lain
d. Membangun hubungan saling percaya dan membantu
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative
f. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sisematis dalam
pengambilan keputusan
g. Meningkatkan pembelajaran interpersonal
h. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan memperbaiki
mental, sosial kultural dan spiritual.
i. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
j. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomonological agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa pasien dapat dicapai

2. Nilai Activism
Activism ini dapat diwujudkan dengan adanya keterlibatan seseorang dalam
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan profesi keperawatan,
seperti turut andil dalam asosiasi keperawatan, berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan riset keperawatan, serta memahami kebijakan-kebijakan
publik yang terkait dengan suatu profesi (Weish & Schank, 2009). Seorang
praktisi kesehatan, perawat mempunyai tanggung jawab moral untuk terilbat
dalam advokasi pengembangan profesi dan organisasi kesehatan serta sistem
yang melibatkan profesi kesehatan lain (Simon, 2012).

Prinsip Moral Right yaitu:


1. Advokasi
Advokasi adalah memberikan sarann dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral
bagi seorang perawat dalam mengaplikasikannya dalam keperawatan
profesional.
2. Responsibilitas (tanggung jawab) Merupakan tugas seorang perawat yang
berhubungan dengan peran sesuai pedoman standar keperawatan. 3.
3. Loyalitas Konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik
terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat.
3. Nilai Profesionalism
Profesionalism diwujudkan dengan standar-standar praktik dalam
pelaksanaan praktik untuk menciptakan dan meningkatkan lingkungan
praktik yang tepat dan baik, serta terlibat didalam evaluasi teman sejawat
secara objektf (Weish & Schank, 2009).
Profesional adalah orang yang terampil, handal dan sangat bertanggung
jawab dalam menjalankan profesinya. Orang yang tidak mempunyai
integritas biasanya tidak profesional. Arnold & Stern (2006),
profesionalisme diartikan sebuah dasar kompetensi klinis, kemampuan
komunikasi, pemahaman erika dan hukum yang dibangun dengan harapan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip profesionalism meliputi: excellence
(keunggulan), humanism (humanisme), accountability (akuntabilitas),
altruism (altruisme). Profesional pada intinya merupakan suatu kompetensi
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar.

Seorang perawat harus bertanggungjawab kepada seseorang yang sakit


maupun sehat, keluarganya, dan masyarakat. Tanggung jawab ini memerlukan
pelaksanaan etika yang berkaitan dengan peraturan yang relevan dengan
keperawatan. Tanggung jawab ini antara lain:

1. Perawat melaksanakan pelayanan dengan menghargai derajat manusia, tidak


membedakan keanekaragaman.
2. Perawat melindungi hak pasien/klien, kerahasiaan pasien, melibatkan diri
hanya terhadap hal yang relevan dengan askep.
3. Perawat mempertahankan kompetensinya dalam praktik keperawatan,
mengenal dan menerima tanggungjawab untuk kegiatan dan keputusan yang
akan di ambil.
4. Perawat melindungi pasien/klien bila keperawatan dan keselamatannya
diganggu oleh orang-orang yang tidak berwenang, tidak etis, atau tidak
legal.
5. Perawat mempertimbangkan orang lain dengan kriteria tertentu apabila akan
mendelegasikan tugas atau menunjuk seseorang untuk melakukan kegiatan
keperawatan.
6. Perawat berpartisipasi dalam kegiatan riset bila hak individu yang menjadi
subjek dilindungi.
7. Perawat berpartisipasi dalam usaha profesi untuk meningkatkan standar
praktik dan pendidikan keperawatan.
8. Perawat bertindak melalui organisasi profesi, berperan serta dalam
mengadakan dan mempertahankan kondisi pekerjaan yang memungkinkan
kualitas asuhan keperawatan yang tinggi.
9. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan dan orang lain
dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
10. Perawat menolak tawaran untuk subjek advertensi atau promosi komersial.

Kode etik keperawatan ditanamkan kepada perawat sejak dalam pendidikan


keperawatan. Pendidikan keperawatan bertanggung jawab atas pemilihan calon-
calon perawat yang mampu melaksanakan kode etik. Tanggung jawab lain
pendidikan keperawatan adalah membuatkondisi yang memungkinkan bagi
peserta didik untuk mengaplikasikan kode etik. Pengajar dan staf pendidikan
membantu peserta didik untuk mengetahui perilaku yang dapat diterima dan
dikembangkan sebagai perilaku perawat.

2.2 Hakikat Nilai Dan Moral Dalam Kehidupan Manusia


Hakikat adalah sesuatu yang harus ada pada sesuatu yang jikalau sesuatu itu tidak
ada maka sesuatu itupun tidak wujud. Penilaian menyangkut keindahan disebut estetika.
Penilaian menyangkut baik buruk disebutetis/moral.
1. Ciri-ciri nilai moral:
Berkaitan dengan tanggung jawab yang berarti bahwa suatu nilai norma hanya
dapat diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab orang yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan bahwa
manusia merupakan sumber nilai moralnya.
2. Berkaitan dengan hati nurani yang berarti bahwa nilai moral diwujudkan atas
dasar himbauan hati nurani yang menimbulkan suara dari hati yang meneduhkan
kita
Mewajibkan yang berarti nilai moral harus diakui dan direalisasikan secara
absolute yang berasal dari kenyataan bahwa nilai moral itu berlaku bagi seluruh
manusia.kewajiban absolute yang melekat pada nilai-nilai moral berasal dari
kenyataan bahwa nilai-nilai ini menyangkut pribadi manusia pada keseluruhan
Bersifat moral Nilai-nilai walaupun merupakan nilai tertinggi dari semua nilai,
bukan berarti menduduki jenjang teratas dari hierarki nilai-nilai. Nilai-nilai
moral tidak terbentuk suatu kawasan khusus yang terpisah dari nilai-nilai
lainnya. Dalam merealisasikan nilai-nilai moral maka akan ikut serta dalam
suatu tingkah laku moral. Inilah disebut bahwa nilai moral bersifat formal.

Masing-masing manusia memiliki nilai etika dan nilai estetika yang sifatnya
sangat manusiawi. Kedua nilai tersebut dapat berbeda satu sama lain karena masing-
masing individu memiliki persepsi yang berbeda. Dalam diri manusia ada keterkaitan
antara nilai dengan akal budi ketika ia akan menjadi penilaian. Melalui akal budi dan
juga kesadaran individu akan mampu berfikir tentang sesuatu, mampu memiliki
imajinasi dan mampu berkreatifitas. Nilai dapat ter terbagi antara nilai dasar
(fudamental) dimana pembenarannya bersifat mutlak karena bersumber dari agama dan
nilai-nilai pragmatis(fungsional, eksperimental, dan dinamis) dimana nilai ini dapat
diarahkan pada fenomena kehidupan manusia, alam, lingkungan dan sebagainya. Sifat
pragmatis suatu nilai diperlihakan bila memiliki kegunaannya bagi manusia.

Nilai umum menyangkut prilaku manusia sebagai keseluruhan sedangkan norma


khusus yang hanya menyangkut aspek tertentu apa yang dilakukn manusia (misalnya
norma bahasa). Norma umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu norma
kesopanan(etiket), norma hukum dan norma moral. Etiket hanya menjadi tolak ukur
untuk menentukan apakah prilaku kita sopan atau tidak dan itu belum tentu sama
dengan etis dan tidak. Norma moral menentukan apakah perilaku kita baik atau buruk
dari sudut etis sehingga norma moral adalah norma yang tertinggi yang tidak dapat
ditaklukkan oleh norma lainnya. Nilai moral termasuk norma khusus. Nilai moral dapat
dirumuskan dalam bentuk positif yaitu bentuk perintah tentang apa yang dilakukan
seperti menghormati orang lain, sedangkan dalam bentuk negatif yanng berwujud
larangan yang menyatakan apa yang tidak boleh dilakukan misalnya jangan berbohong,
jangan mencuri dan sebagainya.
Di dalam masyarakat yang kompleks, pencampuran nialai dan norma dari luar
masyarakat tidak mungkin dihindari. Ada 3 ciri menonjol dalam masyarakat modern
yaitu:
a. Adanya Pluralisme Moral
Perkembangan teknologi komunikasi suka menyebabkan terjadi persentuhan nilai dan
norma dari masyarakat lain yang belum tentu sejalan dengan norma dan nilai yang di
anut dalm masyarakat kita sendiri. Begitu juga dengan berkembangnya transportasi
yang modern telah menyebabkan terjadinya mobilitas yang begitu tinggi. Kondisi ini
menyebabkan hadirnya kemajemukkan nilai dan norma dalam setiap bidang kehidupan.
Contohnya tentang homo seksual dan ponografi.

b. Adanya persoalan moral baru yang tak terduga


Perkembangan ilmu dan teknologi ini tidak selalu membawa keberuntungan bagi
kehidupan manusia apabila tidak berpedoman pada nilai an norma agama serta sosial.
Pada ilmu kedokteran misalnya tentang masalah kloning atau tentang kehamilan yang
disebabkan teknik pembuahan diluar rahim yang kemudian di tanamkan dalam rahim
yang berdampak penyewaan rahim dan juga tentang eksperimen untuk penyembuhan
penyakit alzheimer dengnan jaringan embrio yang di peroleh melalui abortus(bisa
sengaja atau spontan).

c. Adanya kepedulian moral yang universal


Pada tingkat internasional telah muncul gerakan-gerakan perjuangan moral, baik
terorganisir atau tidak. Gerakan perjuangan moral terorganisir dan bersifat universal.
Masalah lingkungan hidup juga menandai adanya gerakan moral universal dimana
semua manusia peduli akan pemeliharaan lingkungan hidup.

2.3 Etika Dan Hukum Dalam Profesi Keperawatan


a. Tujuan Etika Keperawatan
Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral
dalam keperawatan.Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil
berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku
moral perawat. Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan
etika keperawatan adalah mampu :
 Mengenal dan mengidentifikasi unsur norma dalam praktek keperawatan.
 Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah norma yang terjadi
dalam praktek keperawatan.
 Menghubungkan prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada
Tuhan, sesuai dengan kepercayaan.Perawat membutuhkan kemampuan
untuk menghungkan dan mempertimbangkan peran prinsipmoralitas, yaitu
keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan ajaran agama dan
perintah tuhan dalam :
 Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi,
perawat sendiri, maupun masyarakat.
 Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan
pandangan (hal yang dianggap benar)Menurut veatch, yang
mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan adalah
perawat sendiri, tenaga kesehatan lainya; dan etika yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang
awam yang menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan
tuntutan masyarakat. Menurut nasional league for nursing (NLN
[pusat pendidikan keperawatanmilik perhimpunan perawat
amerika] ),pendidikan keperawatan bertujuan:
 Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar
profesi kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi
anggota tim kesehatan tersebut
 Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat
moralitas, keputusan tentang baik dan buruk yang akan pertanggung
jawabkankepada tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
 Mengembangkan sifat pribadi dan sikap prefesional peserta didik.
 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk
dasar praktik keperawatan prefesional. Diakui bahwa pengembangan
keterampilan ini dilema etika, artinya konflik yang dialami, yang
memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang
dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan
keperawatan.
 Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan
prinsip etika keperawatan dan dalam situasi nyata. Pendidikan etika
sangat penting dalam pendidikan keperawatan yang berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaannilai,
norma yang timbul dalam keputusan keperawatan. Namun,
etikakeperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus
ditanamkan dan diyakinin oleh peserta didik melalui pembinaan,
tidak saja dipendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan
lingkungan profesi.

b. Masalah Etika dalam Praktik Keperawatan


Pada bagian ini masalah etika keperawatan lebih khusus yang dapatditemui
dalam praktik keperawatan, sesuai dengan yang diuraikan oleh Elis,Hartley (1980),
yang meliputi self-evaluation (evaluasi diri), evaluasikelompok, tanggung jawab
terhadap peralatan dan barang,merekomendasikan klien pada dokter, menghadapi
asuhan keperawatan yang buruk, serta masalah peran merawat dan mengobati
(Sciortino, 1991).
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali,seperti
berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian
pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organserta beberpa
permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktekkeperawatan, seperti:
evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang,
memberikan rekomendasi pasien pad dokter,menghadapi asuhan keperawatan yang
buruk, masalah peran merawat danmengobati (Prihardjo, 1995).Disini akan dibahas
sekilas beberapa hal yang berikaitan denganmasalah etik yang berkaitan langsung
pada praktik keperawatan, yaitu :
1. Konflik Etik antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu
pencapaiankesejahteraan pasien.Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan
pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada
asuhankeperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk
mengubahkeadaan tersebut.Kondisi inilah yang sering sering kali
menimbulkankonflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan
jugaterhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama
baikantara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan
pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan
bijaksana.

2. Menghadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan


Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
pengobatan sebagai alternative tindakan.Dan berkembangnyatehnologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengankondisinya. Penolakan
pasien menerima pengobatan dapat saja terjadidan dipengaruhi oleh beberapa
factor, seperti pengetahuan, tuntutanuntuk dapat sembuh cepat, keuangan, social
dan lain lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan
merupakan hak pasien danmerupakan hak outonmy pasien, pasien berhak
memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai
dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi
ini sehinggatidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain
yanglebih tidak etis.
3. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
6memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factorsering
kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalahantara peran
sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dansebagai tenaga
kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi diIndonesia, terutama oleh
perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas)sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan
bahwa pertentanganantara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan
seringtimbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi
juga terjadi di Negaranegara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah,
pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang
berhubungan dengan asuhan keperawatanyang kurang dan juga kurang
aturanaturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan
keperawatan hal inisemakintidak jelas penyelesaiannya.

4. Berkata Jujur atau Tidak jujur


Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawattidak
merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yangdilakukan
perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhankeperawatan.Sebagai contoh:
sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawatditanya oleh pasien
berkaitan dengankondisinya, perawat sering menjawab ―tidak apa-apa
ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit.
Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karenatidak mau pasiennya
sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takutakan suntikan yang
diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawattelah mengalami dilema etik.
Bila perawat berkata jujur akan membuatsedih dan menurunkan motivasi pasien
dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.
5. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan dan Barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang 7 berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasienyang sudah
meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat obatan
sisa yang belum dipakai pasien, perawat denganseenaknya membereskan obat-
obatan tersebut dan memasukan dalaminventarisasi ruangan tanpa seijin
keluarga pasien.
Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidakada
artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi iniadalah komunikasi dan
informai yang jelas terhadap keluarga pasien danijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, Karenawalaupun bagaimana keluarga harus
tahu secara pasti untuk apa obat itudiambil.Perawat harus dapat memberikan
penjelasan pada keluarga dan oranglain bahwa menggambil barang yang seperti
kejadian diatas tidak etis dantidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan
mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja.

c. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan


1. Otonomi
Prinsip otonomi merupakan bentuk resfek terhadap seseorang ataudipandang
sebagai persetujuan tanpa paksaan dan bertindak secararasional.Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yangmenuntut pembedaan
diri.
2. Berbuat Baik
Berbuat baik berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikanmemerlukan
pencegahan kesalahan ataukejahatan, dan peningkatankebaikan oleh diri dan
orang lain.
3. Keadilan
Keadilan dibutuhkan demi tercapainya derajat dan keadilan terhadaporang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan 8kemanusiaan.
4. Tidak Merugikan
Prinsip tidak merugikan ini mengandung arti tidak meninbulkan bahasafisik dan
psikologis pada klien.
5. Kejujuran
Prinsip kejujuran artinya penuh kebenaran yang berhubungan
dengankemampuan seseorang mengatakan kebenaran.
6. Menepati Janji
Prinsip menepati janji dibutuhkan individuuntuk menghargai janji
dankomitmennya terhadap orang lain.
7. Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan adalah bahwa informasi tentang klien harus dijagasunguh-
sunguh sebab merupakan sesuatu yang privasi.
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan standar pasti bahwa tindakan seseorang yang
profesional harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpaterkecuali.

d. Pengertian Hukum Kesehatan dan Keperawatan


Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang
berhubunganlangsung pada pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum
perdata,hukum administrasi dan hukum pidana (UU Kesehatan No. 23 tahun
1992).Hukum kesehatan adalah kumpulan peraturan yang berkaitan langsungdengan
pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata,hukum pidana
dan hukum administrasi (Prot. Van der Miju).
e. Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan denganmeletakkan
posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hokum
2.4 Problematika Nilai Moral Dan Hukum Serta Solusinya

Pada hakekatnya perilaku atau perbuatan manusia, baik secara pribadi maupun
hidup bermasyarakat selalu terikat pada norma moral dan norma hukum. Norma
moral dan norma hukum yang diciptakan dalam suatu masyarakat bernegara
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang damai,tertib, aman, dan sejahtera.
Meskipun tujuan dan fungsi hukum telah jelas, di Indonesia masih banyak
problematika yang berkaitan dengan nilai-nilai hukum, diantaranya adalah:

1. Pelanggaran etik
Salah satu problematika yang terjadi adalah pelanggaran terhadap norma
moral atau sering disebut pelanggaran etik. Pelanggaran etik adalah pelanggaran
yang di lakukan di suatu kegiatan atau profesi. Kode etik merupakan bentuk
aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prisip-prinsip
moral. Kode etik berisi ketentuan ketentuan normatif etik yang seharusnya
dilakukan oleh anggota profesi.
Kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan
suatu profesidan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan profesi tersebut.
Meskipun telah memiliki kode etik, di Indonesia masih banyak penyalahgunaan
suatu profesi sehingga berdampak pada masyarakat dan keseimbangan negara.
Contoh pelanggaran kodeetik adalah pegawai negeri sipil yang tidak masuk
kerja pada hari kerja tanpa keterangan. Contoh yang lebih nyata dan
mengganggu keseimbangan negara adalah penyalahgunaan suatu anggaran yang
dilakukan oleh pejabat- pejabat negararnya atau sering disebut KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme). Di Indonesia, korupsi bukanlah sesuatu yang awam,
bahkan sudah membudaya sejak orde lama. Dari problematika di atas diperlukan
solusi yang konkret dan tegas agar di Indonesia terbebas dari penyalahgunaan
profesi atau jabatan.
2. Pelanggaran Hukum
Pada dasarnya hukum adalah seperangkat aturan yang dibuat untuk ditaati
oleh masyarakat agar tercipta keadilan dan keseimbangan di dalam masyarakat.
Akan tetapi kesadaran hukum di Indonesia masih sangat rendah. Pernyataan
tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya pelanggaran-pelanggaran hukum
yangdilakukan oleh masyarakat Indonesia. Mulai dari pelanggaran hukum yang
ringan sampai pelanggaran hukum yang berat. Beberapa problematika hukum
yang ada di Indonesia adalah belum terciptanya keadilan hukum untuk rakyat
kecil, karena hukum masih memihak kepada orang yang memiliki kududukan
atau kekuatan materiil. Salah Satu contohnya adalah seorang koruptoryang
mengkorupsi miliaran uang negara hanya diberikan hukuman selama 6 tahun,
sementara seorang warga yang mencuri sebuah sepeda motor juga dihukum
selama 6 tahun. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belum
adanya keadilan dalam pemberian sanksi hukum di Indonesia. Realita tersebut
juga mencerminkan betapa lemahnya hukum di Indonesia.

 Solusi Problematika Nilai, Moral, dan Hukum


Problematika nilai, moral dan hukum merupakan masalah yang terjadikarena
kurangnya pendidikan karakter manusia yang baik. Sehingga ketika manusia
tersebut mendapatkan kekuasaan dan kedudukan ia tidak mampu mengendalikan
dirinya sendiri dan terjerumus ke dalam perbuatan yang melanggar nilai, moral dan
hukum. Masalah ini merupakan masalah yang berkaitan dengan akhlak manusia
indonesia. Keadaan ini juga didukung dengan adanya krisis kepemimpinan di
Indonesia karena masih sangat minim wakil rakyat yang mampu memberikan hak-
hak keadilan hukum kepada rakyatnya.
Solusi yang dapat ditawarkan untuk menanggulangi problematika nilai,moral dan
hukum diantaranya adalah:
o Pencegahan (preventif)
Solusi ini ditawarkan untuk mencegah terjadinya problematika nilai,
moral dan hukum. Salah satunya adalah menanamkan pendidikan karakter
yang baik sejak dini. Kegiatan ini dapat diterapkan dengan memberikan
pendidikan karakter disekolah, sehingga memberikan pola pikir peserta
didik untuk mencapai nilai kebaikan jika mereka dewasa. Selain
itu,pendidikan karakter akan membuat peserta didik mampu mengembangan
potensi yang dimiliki secara mandiri. Sehingga mereka akan melakukan
usaha yang positif untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki dan
akan menghindari kegiatan yang kurang bermanfaat. Dengan demikian
peserta didik akan menjauhi kegiatan yang menjerumus ke dalam
pelanggaran nilai, moral dan hukum.
o Penanganan setelah terjadi
Solusi atau langkah- langkah yang mungkin dapat dilakukan apabila
pelanggaran terhadap nilai, moral dan hukum sudah terjadi. Diantaranya
dengan memberikan sanksi bagi pelaku pelanggaran atau bahkan memecat
pegawai dari pekerjaannya jika di melakukan pelanggaran terhadap kode
etik. Apabila pelanggaran berkaitan dengan hukum maka kebanyakan yang
dilakukan di Indonesia hanya menjatuhi hukuman penjara untuk
memberikan efek jerake pada pelanggar. Namun kebanyakan hukuman ini
tidak efektif karena pelaku masih melakukan pelanggaran serupa, setelah
mereka keluar dari penjara. Disini diperlukan penanganan khusus agar
setelah mereka keluar dari penjara, mereka menjalani kehidupan yang lebih
baik. Solusi yang mungkin ditawarkan adalah dengan memberikan pelatihan
keterampilan sewaktu pelaku menjalani hukuman di penjara sehingga saat
kuluar dari penjara pelaku dapat menerapkan keterampilan yang ia peroleh
untuk melanjutkan hidupnya.
BAB III

PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan
saling menunjang. Sebagai warga Negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.
2.6 Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat memberi manfaat bagi
penulis khusunya bagi pembaca pada umumnya. Penulis berharap kepada pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi
perbaikan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/2695/4/BAB%20II.pdf

https://portal-tugas.blogspot.com/2017/11/Isbd-manusia-nilai-moral-dan-hukum.html

http://catatananakdakwah.blogspot.com/2018/08/makalah-manusia-nilai-moral-dan-hukum.html

https://www.academia.edu/36570695/PROBLEMATIKA_NILAI_MORAL_DAN_HUKUM_SER
TA_SOLUSI_PROBLEMATIKA_NILAI_MORAL_DAN_HUKUM

https://id.scribd.com/doc/216292943/Hukum-Profesi-Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai