Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN MATERNITAS

Membuat Resume Solutio Placenta dan Placenta Previa

Dibuat untuk salah satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas

SITI AISAH
191FK01122
2C

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


BHAKTI KENCANA UNIVERSITY
2021
Solutio Placenta

A. Pengertian
Solusio Plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada korpus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin
lahir. (Rukiyah & Yulianti, 2010: 199)
Solusio Plasenta atau pelepasan prematur plasenta, ablasio
plasenta, atau perdarahan aksidental didefinisikan sebagai pelepasan
plasenta dari tempat implantasi normal sebelum kelahiran janin.
B. Etiologi
Solusio Plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas,
walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti: umur ibu
yang tua (>35 tahun), karena kekuatan rahim ibu berkurang pada
multiparitas; penyakit hipertensi menahun, karena peredaran darah ibu
terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada; trauma abdomen,
seperti terjatuh telengkup, tendangan anak yang sedang digendong. Karena
pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gamelli; tali pusat yang
pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau bebas; setelah versi luar
sehingga terlepasnya plasenta, karena tarikan tali pusat. (Rukiyah &
Yulianti, 2010: 201)
C. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan darah antara uterus
dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas.
Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus
selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ekstravasasi di antara serabut-serabut otot-otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh
permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini dsebut uterus
couvelaire (perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat keruakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka banyak
trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi
pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan
sebagian besar fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang
menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan
tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. (Rukiyah & Yulianti, 2010: 201-
202)
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala abrupsio plasenta bergantung pada derajat
pemisahan. Sifatnya bisa ringan disertai nyeri punggung dan kolik yang
menyeluruh, dengan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi diselingi
relaksasi uterus. Perdarahan yang terjadi bisa tersembunyi atau nyata.
Gejala lawal abrupsio plasenta sering kali disangka sebagai tanda
persalinan prematur atau palsu. Persepsei wanita tersebut terhadap nyeri
dapat melebihi proporsi yang dirasa pemeriksa; dapat terjadi peningkatan
tonus uteri di antara apa yang dirasa sebagai kontraksi, dan wanita tersebut
merasakan nyeri tekan lokal atau menyeluruh pada uterus. Pada hipertonus
klasik, karateristik rahim seperti papan dan kaku uterus hanyar terjadi pada
kasus abrupsio yang luas.
Tanda dan gejala lain bervariasi sesuai derajat pemisahan. Pada
derajat rendah, frekuensi denyut jantung janin masih normal. Peningkatan
derajat pemisahan akan menurunkan frekuensi denyut jantung janin.
Pergerakan janin juga akan menurun atau hilang sama seklai selama 12
jam, sebelum tanda dan gejala abrupsio muncul. Pada beberapa wanita,
pergerakan janin justru meningkat pada abrupsio yang luas dan perdarahan
yang hebat. Apabila seksio sesaria dapat dilakukan dengan segera,
kemungkinan bayi dapat hidup. Apabila sebaliknya, maka gerakan janin
akan terhenti.
Gejela dan tanda abrupsio yang lain adalah pembesaran uterine
(hanya terjadi pada perdarahan tersembunyi) dan syok. Tingkat keparahan
syok bergantung pada keparahan abrupsio. Jangan sekali-kali berpikir
bahwa jumlah kehilangan darah pada ibu dari yang terlihat saja, sebab ada
perdarahan yang tersembunyi. Pembesaran uterus pada perdarahan yang
tersembunyi dapat diketahui dengan menandai tinggi fundus uteri pada
abdomen setiap 15 menit untuk mengetahui peningkatannya. (Helen, 2007:
643)
E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bisa terjadi pada ibu maupun janin yang
dikandungnya dengan kriteria
a. Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat menimbulkan variasi
turunnya tekanan darah sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai
keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik
sampai koma.
b. Gangguan pembekuan darah: masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai
hemolisis, tejadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrigen dapat
mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan
dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum: pada solusio plasenta sedang sampai berat
tejadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi
dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri; kegagalan
pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
e. Sementara komplikasi yang terjadi pada janin antara lain: asfiksia
ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang
tertimbun di belakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi
ke arah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin
dalam rahim tegantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri. (Rukiyah & Yulianti, 2010: 202).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Anamnesis: ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang tiba-tiba di
perut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan
pervaginam dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan darah.
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
tidak bergerak lagi). Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat,
pandangan berkunang-kunang, Ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar. Kadang-kadang ibu dapat menceritakan
trauma.
b. Inspeksi: pasien tampak gelisah, pasien terlihat pucat, sianosis dan
keringat dingin, terlihat darah keluar pervaginam.
c. Palpasi: didapatkan hasil fundus teraba naik karena terbentuknya
retroplasenta hematoma, uterus tidak sesuai dengan kehamilan; uterus
teraba tegang dan keras seperti papan disebut uterus in bois (wooden
uterus baik waktu his maupun di luar his); nyeri tekan terutama di tempat
plasenta; bagian- bagian janin sudah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
d. Auskultasi: sulit dilakukan, karena uterus tegang. Bila denyut jantung
janin terdengar biasanya di atas 140 kali/menit, kemudian turun di bawah
100 kali/menit dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas dari
sepertiganya.
e. Pada pemeriksaan dalam, teraba servik biasanya lebih terbuka atau masih
tertutup. Kalau servik sudah terbuka, maka ketuban dapat teraba menonjol
dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar his; kalau ketuban sudah
pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun
kebawah dan pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.
f. Hasil pemeriksaan umum: tekanan darah semula mungkin tinggi karena
pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun
dan pasien jatuh syok, Nadi cepat dan kecil filiformis.
g. Pemeriksaan laboratorium: urin: protein (-) dan reduksi (-); Albumin (+)
pada pemeriksaan sedimen terdapat silider dan lekosit; darah: haemoglobin
(Hb) anemi, pemeriksa golongan darah, kalau bisa cross match tets.
h. Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plasenta lahir, maka kita harus
memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung
dibagian plasenta yang terlepas (kater) dan terdapat koagulan atau darah
dibelakang plasenta yang disebut hematoma retroplasenter.
i. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG), akan dijumpai perdarahan
antara plasenta dan dinding abdomen. (Rukiyah & Yulianti, 2010: 202-
204)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) berhubungan dengan
hipovolemia ditandai dengan conjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun,
muka pucat, dan lemas.
b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai terjadi
distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan uterus.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman
ditandai dengan mengungkapkan masalah secara verbal.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
No. Diagnosis Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Ketidakefek Setelah Monitor tanda TD, frekuensi
tifan perfusi diberikan tanda vital nadi yang rendah,
jaringan askep, frekuensi RR dan
(perifer) diharapkan suhu tubuh yang
b.d. perfusi tinggi
hipovolemia jaringan pasien menunjukkan
d.d. adekuat, gangguan
conjungtiva dengan kriteria sirkulasi darah
anemis, hasil:
akral a. Conjunc- Observasi tingkat Mengantisipasi
dingin, Hb tiva tidak pendarahan setiap terjadinya shock
turun, muka anemis 15-20 menit
pucat, dan b. Akral
lemas. hangat
c. Hb Catat intake dan Produksi urin
normal output yang kurang dari
d. Muka 30 ml/jam
tidak menunjukkan
pucat, dan penurunan fungsi
pasien ginjal
tidak Kolaborasi dalam Cairan infus
lemas. pemberian terapi isotonic dapat
infuse isotonik mengganti
volume darah
yang hilang
akibat
pendarahan
Kolaborasi dalam Transfusi darah
pemberian dapat mengganti
transfusi darah volume darah
apabila Hb rendah yang hilang
akibat
pendarahan
2. Nyeri akut Setelah Jelaskan Memberikan
b.d. diberikan penyebab nyeri informasi
kontraksi askep, pada klien mengani
uterus diharapkan penyebab nyeri
ditandai klien dapat yang dideritanya
terjadi beradaptasi akan membuat
distress/ dengan nyeri klien kooperatif
pengerasan yang dengan tindakan
uterus, nyeri dideritanya, yang akan
tekan dengan kriteria diberikan.
uterus. hasil: Ajarkan teknik Teknik relaksasi
a. Klien relaksasi distraksi distraksi
dapat pernapasan pernapasan dapat
melaku- mendorong klien
kan relaks dan
tindakan memberikan
untuk klien cara
mengu- mengatasi dan
rangi mengontrol
nyeri. tingkat nyeri
b. Klien
kooperatif
dengan Berikan posisi Posisi miring
tindakan yang nyaman mencegah
yang (miring ke kiri / penekanan pada
diberikan kanan) vena cava

Berikan teknik Meningkatkan


relaksasi masase relaksasi dan
pada perut dan meningkatkan
punggung koping dan
kontrol klien
terhadap nyeri
Libatkan suami Melibatkan suami
dan keluarga dan keluarga
dalam tindakan dapat
pengontrolan memberikan
nyeri dukungan mental
kepada klien

Kolaborasi dalam Obat analgetik


pemberian obat dapat mengurangi
analgetik nyeri yang
dirasakan klien
dengan memblok
impuls nyeri
3. Defisiensi Setelah Anjurkan klilen Mengungkapkan
pengetahua diberikan untuk perasaan tentang
n b.d. askep, mengemukakan hal-hal yang
kurang diharapkan hal-hal yang dicemaskan dan
pengalaman klien dipahaminya kurang dipahami
ditandai memahami tentang dapat mengurangi
dengan keadaannya, keadannya beban pikiran
mengung- dengan kriteria klien
kapkan hasil:
masalah a. Klien
secara melapor- Beri penjelasan Mengurangi
verbal. kan telah tentang kondisi kecemasan klien
memahai janin mengenai kondisi
tentang janinnya
keadaan-
nya Beri penjelasan Memberikan
b. Klien tentang kondisi pamahaman
tampak klien kepada klien
tenang mengenai
dan tidak kondisinya
gelisah Anjurkan Dukungan
keluarga untuk keluarga dapat
mendampingi dan memberikan rasa
memberi aman kepada
dukungan kepada klien dan
klien mengurangi
risiko stres akibat
defisiensi
pengetahuan
PLASENTA PREVIA
A. Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat yang abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebgaian atau seluruh permukaan jalan lahir ( Ostium Uteri Internum).
Komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak dibagian bawah
rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah
ke perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat
perambahan pada os. servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan
lebih mungkin terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari
perkembangan segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang
disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat
menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan
plasenta previa termasuk pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi
kehamilan, operasi intrauterine, merokok, kehamilan multifetal,
peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan tingkat seksio caesar.
Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi
ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran
prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan
histerektomi darurat.
B. Etiologi
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah
satu penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak
memadai, sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan
cacat rahim juga berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini
berkaitan dengan proses peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya
bekas bedah caesar, kuretase, dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar
bahkan dapat menaikkan insiden dua sampai tiga kali lebih besar.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada
beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa
misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering
mengalami infesi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah
plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Plasenta previa
meningkatkan kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometrium
kurang baik,misalnya karena atrofi endometrium atau kurang bianya
vaskularisasi kesidua.Keadaan ini bisa ditemukan Menurut (Sudarti,2014)
sebagai berikut :
a Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
b Mioma uteri.
c Koretasi yang berulang.
d Umur lanjute.Cacat atau jaringan perut pada endometrium oleh
bekas pembedahan (SC, kuret dan lain-lain)
C. Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak
kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai
melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran
sekmen bawah uterus dan pembukaan servik  menyababkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat
dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah
uterus untuk  berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

D. Klasifikasi
Kasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup
oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya
abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai
menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir plasenta berada kira-kira
3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba
pada pembukaan jalan lahir .
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic
melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu.
Umpamanya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan
berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm
(Prawirohardjo, 2006).

E. Gejala Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi
pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini.
Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik
dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia
dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut.
Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai
parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis
dari placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan
probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang
dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin
dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-
tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa
pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis
pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih
jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan
pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya
terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada
umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan
pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan
berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa
faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat
menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim
sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding
rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan
kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksan
Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh
dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.
F. Komplikasi
Maryunani (2016) menjelaskan ada 2 komplikasi plasenta previa, yaitu:
a. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi baik bagi ibu
maupun pada janin yang dikandungannya, yaitu :
1) Perdarahan yang hebat dan syok sebelumatau selama
persalinan, yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
2) Persalinan prematur atau preterm (sebelum usia kehamilan 37
minggu) yang mana merupakan risiko terbesar bagi janin.
3) Defect persalinan
1. Defect persalinan terjadi 2,5 kali lebih seringpada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan yang tidak
dipengaruhinya.b)Sampai saat ini penyebabnya tidak diketahui.
4) Infeksi.
5) Leserasi serviks.
6) Plasenta akreta.
7) Plasenta tali pusat.
8) Prolapse plasenta
b. Plasenta previa dapat menghambat perkembangan janin.
1) Meskipun beberapa penelitian sering menemukan masalah
pertumbuhan janin pada plasenta previa.
2) Beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedan antara
bayi-bayi pada kelainan ini dengan bayi-bayi dari kehamilan
normal
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Maryunani(2016)sebagai berikut :

a. Laboratorium : Darah lengkap, urine lengkap.


b. Kardiotokografi (KTG), Doppler Laennec untuk mengetahui
kesejahteraan janin.
c. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan penunjang menurut Hidayat (2009) sebagai berikut :

a USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.


b Pemeriksaan darah : hemoglobin.
Pemeriksaan penunjang menurut Ayu T.D (2016) sebagai berikut :

a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematocrit.


b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat
ditemukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.
c. Pemeriksaan luar bagian terbaah janin biasanya belum masuk
pintu atas panggul. Ada kelainan letak janin.
d. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hatoi dan benar, dapat
menentukan sumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber
lain ( servisitis, polip, keganasan, laserasi/troma)
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
2. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
3. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat
menentukansumberperdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain
(servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Nugroho (2010) sebagai berikut :

Penatalaksanaan dengan plasenta previa datang dengan keluhan


adanya perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester kedua dan
trimester ketiga. Penatalaksaan plasenta previa tergantung dari usia
gestasi penderita dimana akan dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu
mengakhiri kehamilan ataupun ekspektatif yaitu mempertehankan
kehamilan selama mungkin.

a. Terapi ekspektatif (pasif)


Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tida terlahir
prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam
melalui kanalis servivis. Upaya diagnosis dilakukan secara non
invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik. Syarat-
syarat terapi ekspektatif :
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti.
2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam
batas normal.
4) Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana
secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
1) Section caesarea
Prinsip utama dalam melakukan section caesarea adalah
untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin
meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan
ini tetap dilakukan.
2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada
plasenta. Penekanan tersebu dapat dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut ;
a) Amniotomi pervaginam
Umumnya dilakukan pada palsenta previa
lateralis/ marginalis dengan pembukaan lebih dari 3
cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, lasenta akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin.
b) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Barxton Hicks ialah
mengadakan tamponade plasenta dengan bokong
(dan kaki) janin.
c) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan
Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya
sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali
menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.

Konsep ASKEP

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a. Identitas klien: 
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
b. Keluhan utama : 
Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
 Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya
robekan pembuluh darah dan placenta.
c. Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d. Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar  perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri
meliputi:
 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi
 Rencana menyusui bayi
b. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan
taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama
haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan
HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari  ditambah
tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu,   a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap
harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
d. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi,
dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh
karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma
pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan

3) Pemeriksaan fisik
a. Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu
hamil:
1. Rambut dan kulit
 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
2. Mata : pucat, anemis
3. Hidung
4. Gigi dan mulut
5. Leher
6. Buah dada / payudara
 Peningkatan pigmentasi areola putting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
7. Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
 Diafragma meningga.
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8. Abdomen
 Menentukan letak janin
 Menentukan tinggi fundus uteri

9. Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick)
 Hipertropi epithelium
10. System musculoskeletal
 Persendian tulang pinggul yang mengendur
 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
b. Khusus
1. Tinggi fundus uteri
2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin
B. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
2) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
3) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
C. Intervensi

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukkanya1.    Kaji dan catat TTV, Pengkajian yang akurat
kardiak output tindakan keperawatan 2 X TD serta jumlah mengenai status hemodinamik
berhubungan 24 jam diharapkan perdarahan. merupakan dasar untuk
dengan penurunan kardiak output perencanaan, intervensi,
perdarahan tidak terjadi atau teratasi2.    Bantu pemberian evaluasi.
dalam jumlah dengan kriteria hasil : pelayanan kesehatan Memperbaiki volume vaskuler
yang besar o  Volume darah intravaskuler atau mulai sarankan membutuhkan terapi IV dan
dan kardiak output dapat terapi cairan IV atau intervensi farmakologi.
diperbaiki sampai nadi, terapi transfusi darah Kehilangan volume darah
tekanan darah, nilai sesuai kebutuhan. harus diperbaiki untuk
hemodinamik, serta nilai mencegah komplikasi seperti
laboratorium menunjukkan infeksi, gangguan janin dan
tanda normal gangguan vital ibu hamil.
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan1.    Terapi bersama Kehadiran perawat dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara empati
dengan diharapkan ansietas dapat menyatakan perasaan. merupakan alat terapi yang
kurangnya berkurang dengan kriteria2.    Menentukan tingkat potensial untuk
pengetahuan hasil : pemahaman pasangan mempersiapkan pasangan
efek 1.    Pasangan dapat tentang situasi dan untuk menanggulangi situasi
perdarahan dan mengungkapkan manajemen yang sudah yang tidak diharapkan.
manejemennya harapannya dengan kata- direncanakan. Hal yang diberikan perawat
. kata tentang manajemen3.    Berikan pasangan akan memperkuat penjelasan
yang sudah direncanakan, informasi tentang dokter dan untuk memberitahu
sehingga dapat mengurangi manajemen yang sudah dokter jika ada penjelasan
kecemasan pasangan. direncanakan. yang penting.
Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan cara
yang efektif mencegah dan
menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan mengurangi
ketakutan akan ha-hal yang
tidak diketahui.
3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : 1.    Kaji jumlah darah Hemoragi berlebihan dan
cedera (janin) Menunjukkan profil darah yang hilang. Pantau menetap dapat mengancam
b/d hipoksia dengan hitung SDP, Hb, tanda/gejala syok hidup klien atau
jaringan/ dan pemeriksaan koagulasi mengakibatkan infeksi
organ,profil DBN normal. pascapartum, anemia
darah pascapartum, KID, gagal
abnormal,kerus ginjal, atau nekrosis hipofisis
akan system yang disebabkan oleh hipoksia
imun. 2.    Catat suhu, hitung jaringan dan malnutrisi.
SDP, dan bau serta Kehilangan darah berlebihan
warna rabas vagina, dengan penurunan Hb
dapatkan kultur bila meningkatkan risiko klien
dibutuhkan. untuk terkena infeksi.
3.    Catat Penurunan perfusi ginjal
masukan/haluaran urin. mengakibatkan penurunan
Catat berat jenis urin. haluaran urin.
4.    Berikan heparin, bila Heparin dapat digunakan pada
diindikasikan KID di kasus kematian janin,
atau kematian satu janin pada
kehamilan multiple, atau
untukmemblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-faktor
pembekuan dan menurunkan
hemoragi sampai terjadi
5.    Berikan antibiotic perbaikan pembedahan
secara parenteral Mungkin diindikasikan untuk
mencegah atau meminimalkan
infeksi.

Anda mungkin juga menyukai