SITI AISAH
191FK01122
2C
A. Pengertian
Solusio Plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada korpus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin
lahir. (Rukiyah & Yulianti, 2010: 199)
Solusio Plasenta atau pelepasan prematur plasenta, ablasio
plasenta, atau perdarahan aksidental didefinisikan sebagai pelepasan
plasenta dari tempat implantasi normal sebelum kelahiran janin.
B. Etiologi
Solusio Plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas,
walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti: umur ibu
yang tua (>35 tahun), karena kekuatan rahim ibu berkurang pada
multiparitas; penyakit hipertensi menahun, karena peredaran darah ibu
terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada; trauma abdomen,
seperti terjatuh telengkup, tendangan anak yang sedang digendong. Karena
pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gamelli; tali pusat yang
pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau bebas; setelah versi luar
sehingga terlepasnya plasenta, karena tarikan tali pusat. (Rukiyah &
Yulianti, 2010: 201)
C. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan darah antara uterus
dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas.
Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus
selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ekstravasasi di antara serabut-serabut otot-otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh
permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini dsebut uterus
couvelaire (perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat keruakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka banyak
trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi
pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan
sebagian besar fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang
menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan
tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. (Rukiyah & Yulianti, 2010: 201-
202)
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala abrupsio plasenta bergantung pada derajat
pemisahan. Sifatnya bisa ringan disertai nyeri punggung dan kolik yang
menyeluruh, dengan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi diselingi
relaksasi uterus. Perdarahan yang terjadi bisa tersembunyi atau nyata.
Gejala lawal abrupsio plasenta sering kali disangka sebagai tanda
persalinan prematur atau palsu. Persepsei wanita tersebut terhadap nyeri
dapat melebihi proporsi yang dirasa pemeriksa; dapat terjadi peningkatan
tonus uteri di antara apa yang dirasa sebagai kontraksi, dan wanita tersebut
merasakan nyeri tekan lokal atau menyeluruh pada uterus. Pada hipertonus
klasik, karateristik rahim seperti papan dan kaku uterus hanyar terjadi pada
kasus abrupsio yang luas.
Tanda dan gejala lain bervariasi sesuai derajat pemisahan. Pada
derajat rendah, frekuensi denyut jantung janin masih normal. Peningkatan
derajat pemisahan akan menurunkan frekuensi denyut jantung janin.
Pergerakan janin juga akan menurun atau hilang sama seklai selama 12
jam, sebelum tanda dan gejala abrupsio muncul. Pada beberapa wanita,
pergerakan janin justru meningkat pada abrupsio yang luas dan perdarahan
yang hebat. Apabila seksio sesaria dapat dilakukan dengan segera,
kemungkinan bayi dapat hidup. Apabila sebaliknya, maka gerakan janin
akan terhenti.
Gejela dan tanda abrupsio yang lain adalah pembesaran uterine
(hanya terjadi pada perdarahan tersembunyi) dan syok. Tingkat keparahan
syok bergantung pada keparahan abrupsio. Jangan sekali-kali berpikir
bahwa jumlah kehilangan darah pada ibu dari yang terlihat saja, sebab ada
perdarahan yang tersembunyi. Pembesaran uterus pada perdarahan yang
tersembunyi dapat diketahui dengan menandai tinggi fundus uteri pada
abdomen setiap 15 menit untuk mengetahui peningkatannya. (Helen, 2007:
643)
E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bisa terjadi pada ibu maupun janin yang
dikandungnya dengan kriteria
a. Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat menimbulkan variasi
turunnya tekanan darah sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai
keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik
sampai koma.
b. Gangguan pembekuan darah: masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai
hemolisis, tejadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrigen dapat
mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan
dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum: pada solusio plasenta sedang sampai berat
tejadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi
dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri; kegagalan
pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
e. Sementara komplikasi yang terjadi pada janin antara lain: asfiksia
ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang
tertimbun di belakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi
ke arah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin
dalam rahim tegantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri. (Rukiyah & Yulianti, 2010: 202).
D. Klasifikasi
Kasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup
oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya
abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai
menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir plasenta berada kira-kira
3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba
pada pembukaan jalan lahir .
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic
melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu.
Umpamanya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan
berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm
(Prawirohardjo, 2006).
E. Gejala Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi
pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini.
Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik
dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia
dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut.
Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai
parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis
dari placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan
probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang
dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin
dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-
tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa
pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis
pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih
jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan
pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya
terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada
umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan
pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan
berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa
faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat
menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim
sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding
rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan
kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksan
Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh
dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.
F. Komplikasi
Maryunani (2016) menjelaskan ada 2 komplikasi plasenta previa, yaitu:
a. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi baik bagi ibu
maupun pada janin yang dikandungannya, yaitu :
1) Perdarahan yang hebat dan syok sebelumatau selama
persalinan, yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
2) Persalinan prematur atau preterm (sebelum usia kehamilan 37
minggu) yang mana merupakan risiko terbesar bagi janin.
3) Defect persalinan
1. Defect persalinan terjadi 2,5 kali lebih seringpada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan yang tidak
dipengaruhinya.b)Sampai saat ini penyebabnya tidak diketahui.
4) Infeksi.
5) Leserasi serviks.
6) Plasenta akreta.
7) Plasenta tali pusat.
8) Prolapse plasenta
b. Plasenta previa dapat menghambat perkembangan janin.
1) Meskipun beberapa penelitian sering menemukan masalah
pertumbuhan janin pada plasenta previa.
2) Beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedan antara
bayi-bayi pada kelainan ini dengan bayi-bayi dari kehamilan
normal
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Maryunani(2016)sebagai berikut :
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Nugroho (2010) sebagai berikut :
Konsep ASKEP
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a. Identitas klien:
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
b. Keluhan utama :
Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya
robekan pembuluh darah dan placenta.
c. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d. Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
Sering dijumpai kesalahan letak
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri
meliputi:
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan
Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
Komplikasi pada bayi
Rencana menyusui bayi
b. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan
taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama
haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan
HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah
tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap
harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
d. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi,
dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh
karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma
pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a. Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu
hamil:
1. Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
2. Mata : pucat, anemis
3. Hidung
4. Gigi dan mulut
5. Leher
6. Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
7. Jantung dan paru
Volume darah meningkat
Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
Diafragma meningga.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8. Abdomen
Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri
9. Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick)
Hipertropi epithelium
10. System musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
b. Khusus
1. Tinggi fundus uteri
2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin
B. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
2) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
3) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
C. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukkanya1. Kaji dan catat TTV, Pengkajian yang akurat
kardiak output tindakan keperawatan 2 X TD serta jumlah mengenai status hemodinamik
berhubungan 24 jam diharapkan perdarahan. merupakan dasar untuk
dengan penurunan kardiak output perencanaan, intervensi,
perdarahan tidak terjadi atau teratasi2. Bantu pemberian evaluasi.
dalam jumlah dengan kriteria hasil : pelayanan kesehatan Memperbaiki volume vaskuler
yang besar o Volume darah intravaskuler atau mulai sarankan membutuhkan terapi IV dan
dan kardiak output dapat terapi cairan IV atau intervensi farmakologi.
diperbaiki sampai nadi, terapi transfusi darah Kehilangan volume darah
tekanan darah, nilai sesuai kebutuhan. harus diperbaiki untuk
hemodinamik, serta nilai mencegah komplikasi seperti
laboratorium menunjukkan infeksi, gangguan janin dan
tanda normal gangguan vital ibu hamil.
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan1. Terapi bersama Kehadiran perawat dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara empati
dengan diharapkan ansietas dapat menyatakan perasaan. merupakan alat terapi yang
kurangnya berkurang dengan kriteria2. Menentukan tingkat potensial untuk
pengetahuan hasil : pemahaman pasangan mempersiapkan pasangan
efek 1. Pasangan dapat tentang situasi dan untuk menanggulangi situasi
perdarahan dan mengungkapkan manajemen yang sudah yang tidak diharapkan.
manejemennya harapannya dengan kata- direncanakan. Hal yang diberikan perawat
. kata tentang manajemen3. Berikan pasangan akan memperkuat penjelasan
yang sudah direncanakan, informasi tentang dokter dan untuk memberitahu
sehingga dapat mengurangi manajemen yang sudah dokter jika ada penjelasan
kecemasan pasangan. direncanakan. yang penting.
Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan cara
yang efektif mencegah dan
menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan mengurangi
ketakutan akan ha-hal yang
tidak diketahui.
3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah Hemoragi berlebihan dan
cedera (janin) Menunjukkan profil darah yang hilang. Pantau menetap dapat mengancam
b/d hipoksia dengan hitung SDP, Hb, tanda/gejala syok hidup klien atau
jaringan/ dan pemeriksaan koagulasi mengakibatkan infeksi
organ,profil DBN normal. pascapartum, anemia
darah pascapartum, KID, gagal
abnormal,kerus ginjal, atau nekrosis hipofisis
akan system yang disebabkan oleh hipoksia
imun. 2. Catat suhu, hitung jaringan dan malnutrisi.
SDP, dan bau serta Kehilangan darah berlebihan
warna rabas vagina, dengan penurunan Hb
dapatkan kultur bila meningkatkan risiko klien
dibutuhkan. untuk terkena infeksi.
3. Catat Penurunan perfusi ginjal
masukan/haluaran urin. mengakibatkan penurunan
Catat berat jenis urin. haluaran urin.
4. Berikan heparin, bila Heparin dapat digunakan pada
diindikasikan KID di kasus kematian janin,
atau kematian satu janin pada
kehamilan multiple, atau
untukmemblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-faktor
pembekuan dan menurunkan
hemoragi sampai terjadi
5. Berikan antibiotic perbaikan pembedahan
secara parenteral Mungkin diindikasikan untuk
mencegah atau meminimalkan
infeksi.