Anda di halaman 1dari 10

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH STORYTELLING DALAM PENDIDIKAN PERSONAL


HYGIENE TERHADAP CUCI TANGAN YANG BAIK DAN
BENAR PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI
TK TUNAS IGTKI-PGRI PONTIANAK

AFRIDA VIANNY
NIM I 32112015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
PENGARUH STORYTELLING DALAM PENDIDIKAN PERSONAL HYGIENE
TERHADAP CUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR PADA ANAK
USIA PRASEKOLAH DI TK TUNAS IGTKI-PGRI PONTIANAK

Afrida Vianny*, Maria Fudji Hastuti**, Suhaimi Fauzan***

ABSTRAK
Pentingnya cuci tangan yang baik dan benar pada anak usia prasekolah harus dikenalkan
sejak dini, sebagai upaya mencegah penyakit. Melalui pendidikan personal hygiene dengan
metode storytelling, informasi mengenai cuci tangan yang baik dan benar dapat dengan
mudah dipahami dan diikuti oleh anak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
storytelling dalam pendidikan personal hygiene terhadap cuci tangan yang baik dan benar
pada anak usia prasekolah di TK Tunas IGTKI-PGRI Pontianak, dengan metode penelitian
kuantitatif Quasi Experiment, one group pretest-posttest, terhadap 30 anak menggunakan
total sampling. Teknik pengambilan data dengan observasi menggunakan instrumen lembar
observasi SOP Cuci Tangan yang Baik dan Benar. Data diolah dengan uji Wilcoxon
menunjukkan bahwa ada pengaruh storytelling dalam pendidikan personal hygiene terhadap
cuci tangan yang baik dan benar, baik sebelum maupun sesudah diberikan storytelling dengan
hasil p = 0.000 (p) ≤ 0.05. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh storytelling dalam
pendidikan personal hygiene terhadap cuci tangan yang baik dan benar pada anak usia
prasekolah di TK Tunas IGTKI-PGRI Pontianak. Sehingga storytelling dapat digunakan
sebagai metode pendidikan personal hygiene yang dapat diberikan kepada anak usia
prasekolah agar mampu menerapkan cuci tangan yang baik dan benar untuk pencegahan
penyakit.
Kata kunci: storytelling, cuci tangan, prasekolah

EFFECT OF STORYTELLING IN PERSONAL HYGIENE EDUCATION ON


GOOD AND THE RIGHT HANDWASHING TO PRESCHOOL
CHILDREN IN TUNAS IGTKI-PGRI PONTIANAK

ABSTRACT
The importance of good and the right handwashing to preschool children should be
introduced earlier to prevent disease. Through personal hygiene education by the method of
storytelling, information about good and the right handwashing can be easily understood and
followed by children. The purpose of this research is to examine the effect of storytelling in
personal hygiene education of good and the right handwashing on preschool children TK
Tunas IGTKI-PGRI Pontianak with quantitative methodology Quasi Experiment, one group
pretest-posttest to 30 children using total sampling. The techniques of data collection was
observation and using the instrument SOP Good and The Right Handwashing. Data
processed by the Wilcoxon test showed that there is effect of storytelling in personal hygiene
education of good and the right handwashing, both before and after the intervention given by
value p = 0.000 (p) ≤ 0.05. Can be concluded there was a storytelling effect in personal
hygiene education of good and the right handwashing to preschool children in Tunas IGTKI-
PGRI Pontianak. So that storytelling can be used as a method of personal hygiene education
that can be given to preschool children to be able to apply good and the right handwashing
to disease prevention.
Keywords: storytelling, handwashing, preschool
* Nursing Student of Tanjungpura University
** Lecturer and Nurses of Tanjungpura University Hospital
*** Lecturer of Nursing Tanjungpura University
PENDAHULUAN anak usia prasekolah dapat disampaikan
Upaya pemerintah dalam program dengan metode bercerita (storytelling).
kesehatan, diatur oleh Kementerian Beberapa penelitian mengatakan bahwa
Kesehatan (Kemenkes) Republik storytelling merupakan metode efektif dan
Indonesia periode 2015-2019 pada banyak digemari oleh anak usia
(6)
program Indonesia Sehat yakni pembinaan prasekolah . Storytelling ialah
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)(1). penyampaian cerita kepada para pendengar
Rencana Strategis (Renstra) Kemenkes yang tepat dijadikan metode pembelajaran
tahun 2015-2019 mencantumkan tujuan bagi anak karena bersifat menyenangkan,
dalam meningkatkan persentase kabupaten tidak menggurui, serta dapat
(7,8)
dan kota agar memiliki kebijakan PHBS mengembangkan imajinasi .
(2)
sebesar 80% . Pada tahun 2013 capaian Berdasarkan pengambilan data dari
PHBS di Provinsi Kalimantan Barat hanya Dinas Kesehatan Kota Pontianak, pada
sebesar 50,2%, sehingga Dinas Kesehatan tanggal 21 Oktober 2015, masih terdapat
(Dinkes) Kota Pontianak membuat strategi kurangnya PHBS indikator cuci tangan
dan kebijakan pembinaan PHBS untuk pakai sabun pada anak usia prasekolah di
meningkatkan peran serta dan kemandirian kota Pontianak tahun 2015, pada wilayah
masyarakat khususnya kebersihan diri kerja Puskesmas Karya Mulya. Dari 6 TK
(3)
(personal hygiene) . wilayah kerja Puskesmas Karya Mulya
Salah satu indikator personal hanya ada satu TK yang menerapkan
hygiene adalah tangan yang selalu CTPS. Studi pendahuluan yang telah
digunakan dalam aktivitas sehari-sehari, dilakukan peneliti bahwa TK tersebut
sehingga tak lepas dari adanya bakteri adalah TK Tunas IGTKI-PGRI. TK Tunas
yang menempel di tangan. Sangat penting IGTKI-PGRI merupakan salah satu TK
adanya upaya khusus untuk menjaga swasta yang terletak di Jalan Danau
tangan tetap bersih, yakni dengan Sentarum Gg. Suka Mulya, kelurahan
menerapkan cuci tangan yang baik dan Sungai Bangkong, kecamatan Pontianak
benar(4). Kegiatan cuci tangan yang baik Kota. TK tersebut memiliki 30 murid,
dan benar perlu diberikan sejak dini pada dengan luas lahan TK adalah 1352 m2 dan
anak usia prasekolah (3-6 tahun) dimana luas halaman 813 m2, masih terdapat lahan
usia tersebut anak gemar menemukan hal kosong seluas 300 m2. Sehingga anak
yang baru(5). Bentuk promosi kesehatan bebas bermain di area halaman dan lahan
yang dapat diterapkan adalah pendidikan kosong tersebut(9). Hasil wawancara
kesehatan. Pendidikan kesehatan pada dengan guru-guru, penyakit yang biasanya
diderita anak adalah demam, batuk pilek HASIL PENELITIAN
dan diare. Pendidikan personal hygiene Penelitian dilakukan di TK Tunas
dengan storytelling merupakan metode IGTKI-PGRI Pontianak. Penelitian
pendidikan yang baru bagi anak. Dengan dimulai pada tanggal 28 Januari 2016
storytelling, peneliti mengajak anak-anak sampai 5 Februari 2016.
untuk perduli dan aktif untuk dapat
Tabel 1 Karakteristik Responden di TK Tunas
menerapkan cuci tangan yang baik dan IGTKI-PGRI Pontianak.

benar. Oleh sebab itu, penting untuk Karakteristik f


%
Responden
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Jenis Kelamin
Laki-laki 16 53.3%
“Pengaruh Storytelling dalam Pendidikan Perempuan 14 46.7%
Total 30 100%
Personal Hygiene terhadap Cuci Tangan
Usia
yang Baik dan Benar pada Anak Usia 3 tahun 1 3.3%
4 tahun 2 6.7%
Prasekolah di TK Tunas IGTKI-PGRI 5 tahun 19 63.3%
6 tahun 8 26.7%
Pontianak”. Total 30 100%

Berdasarkan hasil analisis pada tabel


TUJUAN
1 bahwa jumlah responden terbanyak
Mengetahui pengaruh storytelling
adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu
dalam pendidikan personal hygiene
sebanyak 16 anak dan berusia 5 tahun.
terhadap cuci tangan yang baik dan benar
pada anak usia prasekolah di TK Tunas Tabel 2 Hasil Uji Normaitas Cuci Tangan yang
IGTKI-PGRI Pontianak. Baik dan Benar.
Shapiro-Wilk
P
METODOLOGI Skor cuci tangan sebelum 0,007
storytelling
Jenis penelitian kuantitatif dengan Skor cuci tangan sebelum 0,135
storytelling
desain penelitian Quasi Experiment
dengan One Group Pretest Posttest Desain Berdasarkan tabel 2 didapatkan
tanpa ada kelompok kontrol. Populasi bahwa terdapat satu kelompok data yang
anak-anak yang bersekolah di TK Tunas memiliki nilai kemaknaan 0,007 sehingga
IGTKI-PGRI Pontianak, dengan total distribusi data tidak normal.
sampling yakni seluruh anak usia
prasekolah di TK Tunas IGTKI-PGRI
Pontianak yang berjumlah 30 anak.
Tabel 3 Hasil Skor Cuci Tangan yang Baik dan benar sebanyak 10 anak laki-laki dan 12
Benar
anak perempuan.
Min- Std.
Mean Median
Maks Deviation Tabel 5 Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan
Sesudah Storytelling Berdasarkan Usia
Pretest 4,33 4,00 2-8 1,749

Posttest 6,60 6,00 2-10 1,976

Berdasarkan hasil analisis pada tabel


3 pada saat pretest didapatkan skor rata-
rata (mean) yaitu 4,33 dengan skor median
(nilai tengah) 4,00 dan standar deviasi
1,749. Sedangkan skor rata-rata responden
pada saat posttest adalah 6,60 dengan skor
median 6,00 dan standar deviasi 1,976.
Berdasarkan tabel tersebut, cuci
Hasil ini digunakan untuk mengetahui
tangan yang baik dan benar setelah
penilaian cuci tangan yang baik dan benar
diberikan storytelling adalah 13 anak
pada responden sebelum dan sesudah
berusia 5 tahun, dan 8 anak berusia 6
diberikan storytelling.
tahun.
Tabel 6 Hasil Analisis Uji Wilcoxon
Tabel 4 Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan
Sesudah Storytelling Berdasarkan Jenis Kelamin Median(min-
Variabel N P
maks)
Cuci Tangan
30 4 (2-8) 0,000
Sebelum
Cuci Tangan
30 6 (2-10)
Sesudah

Berdasarkan tabel 6, bahwa dengan


uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy
atau nilai p = 0,000. Dengan demikian
Berdasarkan tabel tersebut bahwa dapat disimpulkan bahwa nilai p (0,000)
cuci tangan yang baik dan benar sebelum <0,05 yang artinya Ha diterima yakni
diberikan storytelling adalah 8 anak laki- terdapat pengaruh yang bermakna antara
laki, dan 10 anak perempuan, sedangkan perilaku cuci tangan yang baik dan benar
hasil observasi pada posttest didapatkan pada anak usia prasekolah di TK Tunas
bahwa perilaku cuci tangan yang baik dan IGTKI-PGRI Pontianak sebelum dan
sesudah diberikan storytelling.
PEMBAHASAN anak dapat meningkat sesudah diberikan
Pengaruh Storytelling terhadap Perilaku storytelling karena metode penyampaian
Cuci Tangan informasi lebih mudah direkam dan diingat
Berdasarkan hasil penelitian yang anak. Informasi yang dituangkan melalui
telah diolah, didapatkan bahwa sebelum cerita mengenai pentingnya menjaga
diberikan storytelling, anak dikatakan perilaku kebersihan diri (personal hygiene)
memiliki perilaku cuci tangan yang baik yang disampaikan oleh peneliti sebagai
dan benar, apabila total score ≥ 4 dari skor storyteller serta demonstrasi yang
maksimal 10. Sebanyak 14 anak diajarkan peneliti untuk menerapkan lima
perempuan, 10 anak memiliki total score ≥ langkah cuci tangan yang baik dan benar
4. Sedangkan pada anak laki-laki yang diterima anak dengan baik dan sebagian
berjumlah 16 anak, hanya 8 anak yang besar anak-anak paham mengenai langkah-
memiliki total score ≥ 4. Berdasarkan hasil langkah cuci tangan yang baik dan benar.
pengamatan yang dilakukan peneliti, Sejumlah 5 anak berusia 6 tahun memiliki
bahwa anak perempuan lebih mudah untuk total score ≥ 4. Anak usia 6 tahun lebih
diatur dan cenderung lebih penurut. berani mencoba hal-hal yang menarik
Berbeda dengan anak laki-laki yang perhatiannya, mereka sangat senang untuk
cenderung lebih aktif dan sulit diatur. Saat beradaptasi agar dapat akrab dengan orang
pretest dilakukan, anak perempuan yang baru dikenalnya. Inilah yang
berbaris rapi dan tenang sehingga dapat membuat anak-anak berusia 6 tahun
terampil menerapkan cuci tangan yang antusias saat menerapkan cuci tangan.
baik dan benar. Sedangkan pada anak laki- Beberapa anak usia 6 tahun memiliki
laki saat berbaris tidak rapi, tidak tenang kemampuan cuci tangan yang baik dan
dan lebih senang bercanda dengan benar meskipun ada 1 atau 2 langkah yang
temannya. Inilah yang pada akhirnya terlewati. Hal ini disebabkan adanya
membuat beberapa anak laki-laki mencuci informasi yang didapatkan anak-anak dari
tangan dengan asal dan terburu-buru. guru di sekolah mengenai pentingnya
Dengan demikian anak perempuan mencuci tangan yang baik dan benar.
memiliki keterampilan motorik halus yang Pada anak usia 4 tahun ada 1 anak
lebih baik daripada anak laki-laki. yang memiliki total score ≥ 4 dan ada 1
Sesudah diberikan storytelling, 12 anak yang tidak mencapai total score ≥ 4.
anak perempuan dan 10 anak laki-laki Kemampuan anak usia 4 tahun yang tidak
memiliki total score ≥ 6. Ini menandakan mencapai total score ≥ 4 adalah
bahwa keterampilan motorik halus pada dikarenakan terburu-buru saat cuci tangan.
Dibandingkan 1 anak lainnya yang berusia pengaruh yang signifikan antara skor cuci
4 tahun dapat mencapai total score ≥ 4 tangan yang baik dan benar sebelum
karena lebih tenang. Seorang anak usia 3 diberikan storytelling dan sesudah
tahun yang masih belum dapat beradaptasi diberikan storytelling. Hal ini berarti
dengan orang yang dianggapnya asing dan bahwa Ha diterima yaitu ada pengaruh
mengakibatkan anak menjadi malu dan storytelling dalam pendidikan personal
takut, sehingga ia hanya dapat menerapkan hygiene terhadap cuci tangan yang baik
cuci tangan sebisanya dan total score nya dan benar pada anak usia prasekolah di TK
tidak mencapai batas dari skor median Tunas IGTKI-PGRI Pontianak.
yang menentukan cuci tangan yang baik Storytelling pada anak usia
dan benar yakni total score ≥ 4. prasekolah dengan media boneka tangan
Pada usia prasekolah, anak dapat sangat mempengaruhi anak untuk mau
menerapkan perilaku yang dicontohkan mendengarkan dan memperhatikan
orang dewasa seperti guru. Selaras dengan storyteller. Inilah saatnya anak dapat
hasil penelitian ini, Partiyem menangkap informasi yang diberikan.
mengemukakan pendapat yang sama Pentingnya metode storytelling diberikan
bahwa pengembangan potensi pada masa anak sejak usia dini adalah agar anak
kanak-kanak usia prasekolah ialah masa mampu dalam beradaptasi dengan cerita-
yang tepat dimana anak mampu cerita yang dikemas secara menarik
(10)
mengontrol dirinya (self control) . Usia melalui kisah yang disampaikan dengan
prasekolah adalah waktu yang tepat bagi boneka. Pertemuan yang efektif antara
anak dalam menstimulasi kemampuan storyteller dan anak-anak dapat
motorik halus seperti cuci tangan yang mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai.
baik dan benar. Hasil dari penelitian ini Tujuan dari pengaruh storytelling
juga selaras dengan hasil penelitian yang terhadap perilaku cuci tangan yang baik
dilakukan oleh Luh Pt, bahwa sebelum dan benar pada anak usia prasekolah
diberikan storytelling sebanyak 20 anak dicapai peneliti bahwa terdapat
dari 37 anak yang menjadi responden peningkatan pada total score secara
dalam penelitian, memiliki tingkat keseluruhan pada anak yang dibuktikan
motivasi yang tinggi untuk melakukan oleh adanya peningkatan pada skor mean,
personal hygiene(11). dan median.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Keterbatasan Penelitian
didapatkan bahwa nilai p (0,000) ≤ 0,005 Peneliti memberikan storytelling
maka dapat disimpulkan bahwa ada hanya 2 kali dalam sepekan, dan tidak
dilakukan secara berturut-turut, peneliti storytelling sebagai upaya dalam promosi
memberikan storytelling pada hari Senin kesehatan mengenai pendidikan personal
(1 Februari 2016) dan dilanjutkan hari hygiene seperti mencuci tangan yang baik
Rabu (3 Februari 2016), inilah yang dan benar pada anak usia prasekolah.
mengakibatkan sedikitnya peningkatan
pada skor median yang hanya mencapai ≥ KESIMPULAN
6. Saat peneliti memberikan storytelling Terdapat pengaruh storytelling
terdapat beberapa anak yang kurang dalam pendidikan personal hygiene
menyukai pola cerita dalam storytelling, terhadap cuci tangan yang baik dan benar
adapula yang tidak menyimak karena asyik pada anak usia prasekolah di TK Tunas
bermain sendiri sehingga peneliti IGTKI-PGRI Pontianak.
memerlukan bantuan guru-guru dan rekan
mahasiswa dalam melaksanakan SARAN
penelitian. Kurang konsentrasinya anak Bagi guru-guru dan pihak sekolah
saat menerapkan cuci tangan pakai sabun TK Tunas IGTKI-PGRI Pontianak
menjadi hambatan peneliti dalam diharapkan melanjutkan pelaksanaan
mengobservasi, akan tetapi dapat ditangani diterapkannya kegiatan storytelling
dengan baik dan anak-anak pun menjadi sebagai bagian dari proses pendidikan
kooperatif. Adapula anak yang ditemani untuk memberikan informasi mengenai
ibunya saat menerapkan cuci tangan agar pentingnya perilaku menjaga kebersihan
anak dapat lebih percaya diri dan berani diri (personal hygiene).
saat melakukan cuci tangan yang baik dan Perawat sebaiknya menggunakan
benar. storytelling sebagai teknik penyampaian
Implikasi Keperawatan informasi pendidikan personal hygiene
Metode pendidikan storytelling bagi kepada anak usia prasekolah, agar dapat
anak usia prasekolah dapat digunakan mudah dipahami anak dan tentunya dapat
sebagai kegiatan pembelajaran di sekolah. meningkatkan tingkat kesejahteraan yang
Peneliti mengharapkan agar guru-guru ditandai dengan menerapkan PHBS yang
dapat menyampaikan ilmu pengetahuan dimulai sejak usia dini. Sebaiknya
dengan storytelling kepada anak didiknya, orangtua dapat memberikan storytelling
karena telah terbukti efektif dan yang menarik di rumah agar dapat
memberikan hasil yang optimal. Implikasi mengembangkan kemampuan kognitif
dalam keperawatan, diharapkan kepada anak.
perawat komunitas mampu menerapkan
DAFTAR PUSTAKA Kegiatan Bermain Plastisin
1. Kementerian Kesehatan Republik Kelompok B Paud Istiqomah
Indonesia. Rencana Strategis Sumber Bening Kecamatan Selupu
Kementerian Kesehatan Tahun 2015- Rejang. Skripsi. Kependidikan Guru
2019; 2015. dalam Jabatan Fakultas Keguruan
2. Riset Kesehatan Dasar. Badan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Penelitian dan Pengembangan Bengkulu. 2014.
Kesehatan Kementerian Kesehatan 11. Luh Pt LJ, Pengaruh Storytelling
RI Tahun 2013; 2013. terhadap Motivasi untuk Melakukan
3. Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Personal Hygiene pada Anak Usia
Pontianak. Penetapan Rencana Prasekolah di TK Mandala Kumara
Strategis Tahun 2015-2019; 2014. Denpasar. Naskah Publikasi.
4. Isro’in L, Andarmoyo S. Personal Program Studi Ilmu Keperawatan
Hygiene Konsep, Proses dan Fakultas Kedokteran Universitas
Aplikasi dalam Praktik Udayana. 2013.
Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2012.
5. Dingwall L. Personal Hygiene Care.
.
United Kingdom: Blackwell
Publishing; 2010.
6. Wong DL. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC;
2009.
7. Majid AAA. Mendidik dengan
Cerita. Bandung: Rosda; 2008.
8. Ayuni RD, Siswati, Rusmawati D,
Pengaruh Storytelling terhadap
Perilaku Empati Anak. Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro.
2013. 12: 121-130.
9. schoolmap.dindikptk.net/profil_nss-
00213010501011-0.html.
10. Partiyem. Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus dengan

Anda mungkin juga menyukai