Anda di halaman 1dari 2

PENANGANAN SYOK ANAFILAKSIS

No Dokumen : No. Revisi : Halaman


00/SOP/KMC/II/201 003 ......../………
9
Ditetapkan oleh:
Penanggungjawab
STANDAR Tanggal terbit: Klinik Utama Mutiara Cikutra
PROSEDUR 28 Februari 2019
KERJA
dr. Indra Wijaya Sp.PD-KHOM
SIP.445/2433-Dinkes/57-SIP-II/Dsp/II/18
Pengertian Syok anafilatik adalah suatu reaksi hipersensitivitas yang
berlebihan terhadap masuknya protein/ zat asing ke dalam tubuh.
Tujuan Sebagai acuan dalam menerepkan langkah-langkah penanganan
syok anafilaktik dalam rangka peningkatan mutu kinerja di Klinik
Utama Mutiara Cikutra Bandung
Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
Prosedur A. Persiapan alat dan bahan
1. Tabung Oksigen
2. Selang Infus
3. Infus Set (Selang infus, Iv Cateter, tourniquet,Pleseter)
4. Cairan infus (Dextran, Nacl 0.9% dan RL)
5. Spuit 3 cc
6. Obat-obatana (Adrenalin/Ephinefrine,
Aminophiline/Antihistamin (Difenhydramin HCL) dan
Kortikosteroid (Dexametasine dan Hydrocortison)
B. Langkah kerja

1. Hentikan pemberian obat/ antigen penyebab.


2. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari
kepala (trendelenburg).
3. Berikan Oksigen 3-5 L/menit.
4. Pasang infuse dengan cairan plasma expander (Dextran). Jika
cairan tersebut tidak tersedia, Ringer Laktat (RL) atau NaCl
fisiologis dapat diberikan sebagai cairan pengganti sampai
tekanan farah kembali optimal dan stabil.
5. Adrenalin : 0,3-0,5 ml dari larutan 1 : 1000 IM, dapat diulangi
5-10 menit.
Jika tidak respon, diberikan Adrenalin 0,1-0,2 ml dilarutkan
dalam 10 ml larutan NaCl fisiologis diberikan secara IV
perlahan-lahan.
6. Aminofilin : 250 mg diberikan perlahan-lahan selama 10 menit
IV, dilanjutkan 250 mg lagi melalui drip infuse bila dianggap
perlu, diberikan apabila bronkospasme belum hilang dengan
pemberian adrenalin.
7. Antihistamin : Difenhidramin HCl 5-20 mg IV.
8. Kortikosteroid : Deksametason 5-10 mg IV, Hidrokortison 100-
250 mg IV.
9. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP), seandainya terjadi henti
jantung.
10. Observasi 2-3 x 24 jam, Untuk kasus ringan cukup observasi 6
jam

Dibuat oleh : Paraf :


Mia Nurtyani, S. Kep
Anggota tim penyususn

Anda mungkin juga menyukai