Anda di halaman 1dari 4

REAKSI ANAFILAKTIK

No. Dokumen :

SO No. Revisi :
P
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS
Manok Triono, SKM
SEBANGKI NIP. 19710113 198911 1 001

1. 1.Pengertian Anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas generalisata atau


sistemik yang beronset cepat, serius, dan mengancam. Jika
reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok yang
disebut sebagai syok anafilaktik. Syok anafilaktik membutuhkan
pertolongan cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan pengetahuan
serta keterampilan dalam pengelolaan syok anafilaktik
2. 2.Tujuan Sebagai acuan pemeriksaan terhadap penderita reaksi anafilaktik

3. 3.Kebijakan SK Kepala puskesmas No/...tentang

4. 4. Refrensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. 5.Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat


penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu)
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil Pasien
tampak sesak, frekuensi napas meningkat, sianosis karena
edema laring dan bronkospasme. Hipotensi merupakan gejala
yang menonjol pada syok anafilaktik. Adanya takikardia, edema
periorbital,mata berair, hiperemi konjungtiva
3. Petugas melakukan diagnose sesuai dengan kriteria world allergy
organization (WAO).
4. Petugas melakukan Posisi trendelenburg atau berbaring dengan
kedua tungkai diangkat (diganjal dengan kursi) akan membantu
menaikkan venous return sehingga tekanan darah ikut
meningkat.
5. Petugas memberikan Pemberian Oksigen 3–5 liter/menit harus
dilakukan, pada keadaan yang sangat ekstrim tindakan
trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
6. Petugas melakukan Pemasangan infus, cairan plasma expander
(Dextran) merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume
intravaskuler (RL, NaCl) Adrenalin 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 :
1000 diberikan secara intramuskuler yang dapat diulangi 5–10
menit. Dosis ulangan.
7. Petugas memberikan Aminofilin, dapat diberikan dengan sangat
hati-hati apabila bronkospasme belum hilang dengan pemberian
adrenalin. 250 mgaminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10
menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus
bila dianggap perlu.
8. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua setelah
adrenalin. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat
syok anafilaktik, dapat diberikan setelah gejala klinik mulai
membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum
sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa
digunakan adalah difenhidramin HCl 5–20 mg IV dan untuk
golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5–10 mg
IV atau hidrokortison 100–250 mg IV.
9. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP), seandainya terjadi henti
jantung (cardiac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner
segeraharus dilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan
seterusnya.Mengingat kemungkinan terjadinya henti jantung pada
suatu syok
10. jika syock sudah ditangani lakukan persiapan rujukan dan
rujuk.
6. 6.Dokumen Terkait 1. Surat rujukan
2. Rekam medis
7. 7.Distribusi UGD
LABORATORIUM

8. Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai
diberlakukan
REAKSI ANAFILAKTIK

No. Dokumen :

DAFTAR No. Revisi :


TILIK
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Manok Triono, SKM
SEBANGKI NIP. 19710113 198911 1 001

NO LANGKAH KEGIATAN YA TIDAK TIDAK


BERLAKU
1 Apakah Petugas melakukan anamnesis (keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu) ?

2 Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik


didapatkan hasil Pasien tampak sesak, frekuensi
napas meningkat, sianosis karena edema laring dan
bronkospasme. Hipotensi merupakan gejala yang
menonjol pada syok anafilaktik. Adanya takikardia,
edema periorbital,mata berair, hiperemi konjungtiva ?
3 Apakah Petugas melakukan diagnose sesuai dengan
kriteria world allergy organization (WAO)?

4 Apakah Petugas melakukan Posisi trendelenburg


atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat
(diganjal dengan kursi) akan membantu menaikkan
venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat?
5 Apakah Petugas memberikan Pemberian Oksigen 3–5
liter/menit harus dilakukan, pada keadaan yang sangat
ekstrim tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi
perlu dipertimbangkan?

6 Apakah Petugas melakukan Pemasangan infus,


cairan plasma expander (Dextran) merupakan pilihan
utama guna dapat mengisi volume intravaskuler (RL,
NaCl) Adrenalin 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 : 1000
diberikan secara intramuskuler yang dapat diulangi 5–
10 menit. Dosis ulangan ?
7 Apakah Petugas memberikan Aminofilin, dapat
diberikan dengan sangat hati-hati apabila
bronkospasme belum hilang dengan pemberian
adrenalin. 250 mgaminofilin diberikan perlahan-lahan
selama 10 menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg
lagi melalui drips infus bila dianggap perlu
8 Apakah Antihistamin dan kortikosteroid merupakan
pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat tersebut
kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, dapat
diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna
mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum
sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang
biasa digunakan adalah difenhidramin HCl 5–20 mg IV
dan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan
deksametason 5–10 mg IV atau hidrokortison 100–250
mg IV ?
9 Apakah Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP),
seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka
prosedur resusitasi kardiopulmoner segeraharus
dilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan
seterusnya.Mengingat kemungkinan terjadinya henti
jantung pada suatu syok ?

10 Apakah syock sudah ditangani dan dilakukan


persiapan rujukan dan dirujuk?
CR : ………………%.
Sebangki,

Pelaksana / Auditor

(…………………….)

Anda mungkin juga menyukai