Anda di halaman 1dari 109

1

BAB I
INTI MASALAH EKONOMI, KEBUTUHAN,
KELANGKAAN DAN SISTEM EKONOMI

KOMPETENSI INDIKATOR
1. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya Mendeskripsikan kebutuhan manusia,
dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan sistem kelangkaan, atau masalah pokok ekonomi
ekonomi, konsep ekonomi dalam kaitannya dengan
Mendeskripsikan biaya peluang (hilangnya
kegiatan ekonomi konsumen dan produsen,
kesempatan pada tenaga kerja) atau sistem
permintaan, penawaran, harga keseimbangan, dan
ekonomi.
pasar.

A. INTI MASALAH EKONOMI ATAU PERSOALAN DASAR EKONOMI


Problema / masalah ekonomi adalah adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan alat pemenuhan
kebutuhan sangat terbatas.
Inti masalah ekonomi atau Persoalan dasar ekonomi adalah :
a. Secara klasik, masalah ekonomi meliputi : Masalah produksi, Konsumsi dan Distribusi
b. Secara Modern, masalah ekonomi meliputi : Barang apa yang akan diproduksi dan berapa banyak (what),
Bagaimana cara memproduksi (How), dan Untuk siapa barang-barang tersebut (For Whom).

B. KEBUTUHAN
1. Kebutuhan menurut insteSnsitasnya, dibedakan menjadi : Kebutuhan primer, Kebutuhan sekunder dan
Kebutuhan tersier
2. Kebutuhan menurut sifatnya, dibedakan menjadi ; Kebutuhan jasmani dan Kebutuhan rokhani
3. Kebutuhan menurut waktu penggunaannya, dibedakan menjadi : Kebutuhan sekarang dan Kebutuhan mendatang
4. Kebutuhan menurut subyeknya atau konsumennya, dibedakan menjadi ; Kebutuhan perseorangan (individu) dan
Kebutuhan masyarakat (sosial)

C. KELANGKAAN
Keadaan timpang antara kebutuhan manusia tidak terbatas, dihadapkan pada sarana atau alat yang terbatas
dinamakan kelangkaan (scarcity).
Barang dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya:
a. Menurut sifatnya, barang dibedakan menjadi : Barang ekonomi dan Barang bebas
b. Menurut fungsinya (tujuan penggunaannnya), barang dibedakan menjadi : Barang konsumsi dan Barang
produksi/barang modal
c. Menurut wujudnya, barang dibedakan menjadi : Barang konkrit/nyata/material dan Barang abstrak/immaterial
d. Menurut cara penggunaannya, barang dibedakan menjadi : Barang substitusi dan Barang komplementer
e. Menurut pengerjaannya, barang dapat dibedakan menjadi : Barang mentah/bahan mentah, Barang setengah
jadi dan Barang jadi
Menurut AL Meyers jenis-jenis kegunaan barang atau benda sebagai berikut :
a. Element Utility (faedah elemen)
b. Time Utility (faedah waktu)
c. Place utility (faedah tempat)
d. Form Utility (faedah bentuk)
e. Ownership utility (faedah hal milik)

Macam-macam barang yang lain dalam ilmu ekonomi, diantaranya :


a. Barang inferior adalah Barang yang permintaannya turun pada saat pendapatan seseorang naik, contob : gaplek,
cirinya kualiasnya rendah.
b. Barang giffen adalah Hampir sama dengan barang inferior yaitu barang yang kualitasnya rendah. Bedanya
barang giffen memiliki efek pendapatan yang lebih besar dari efek substitusinya, sedangkan barang inferior
memiliki efek pandapatan yang negatif yang lebih besar dari efek substitusinya. Barang Giffen adalah barang
yang apabila harganya turun justru permintaannya ikut turun dan naiknya harga barang giffen justru menaikkan
jumlah barang yang diminta.

Contoh barang giffen adalah Pakaian yang dijual oleh penjual pakaian bekas, apabila harga pakaian bekas
tersebut rendah/ turun permintaan akan barang tersebut turun juga karena asumsi di masyarakat dengan harga
yang rendah berarti mutu pakaian tersebut juga rendah dan sebaliknya apabila harganya naik/ tinggi berarti mutu
dari pakaian bekas tersebut juga tinggi / baik sehingga permintaan dari konsumen juga tinggi.
c. Barang superior : Barang yang bermutu tinggi, jika pendapatan naik permintaannya bertambah dan jika
pendapatan turu permintaannya berkurang

D. BIAYA SEHARI-HARI DAN BIAYA PELUANG


Biaya sehari-hari adalah biaya / ongkos yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan
berbagai macam barang/jasa yang diperlukan agar tercapai kemakmuran
Sedangkan Biaya Peluang/Biaya Implisit/Ongkos Alternatif (Opportunity Cost) adalah sejumlah barang atau
pendapatan yang harus dikorbankan agar sejumlah barang yang lain dapat diproduksi/digunakan, atau kesempatan
untuk memperoleh sesuatu yang hilanh karena telah memilih alternatif lain. Jadi Ongkos alternatif sejumlah barang X
adalah sejumlah barang Y yang harus dikorbankan agar sejumlah barang X dapat diproduksikan.
2
Biaya Eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar biaya input atau biaya atas
penggunaan faktor produksi, Misalnya Biaya gaji atau biaya tenaga kerja, biaya sewa, biaya listrik dan air, biaya
bahan baku, biaya penjualan, biaya aministrasi dan sebagainya
Biaya Sesungguhnya/Biaya Kesempatan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dan biaya yang tidak
mengharuskan perusahaan untuk membayar biaya-biaya input, sehingga biaya sesungguhnya merupakan penjumlahan
antara biaya implisit dengan biaya eksplisit
Biaya Sesungguhnya = Biaya Implisit + Biaya Eksplisit

Laba-Rugi Akuntansi (Accounting Profit) adalah selisih antara seluruh pendapatan perusahaan (jumlah
pendapatan yang diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil penjualan output) dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan perusahaan (biaya usaha dan biaya di luar usaha yang merupakan biaya eksplisit).
Keuntungan Akuntansi = Pendapatan Total – Biaya total atau Biaya Eksplisit

Laba-Rugi Ekonomi (Economic Profit) adalah selisih antara pendapatan total (pendapatan usaha dan
pendapatan di luar usaha) dengan biaya sesungguhnya (biaya implisit dan biaya eksplisit)
Keuntungan Ekonomi = Pendapatan Total – Biaya Sesungguhnya

Keuntungan Ekonomi = Keuntungan Akuntansi – Biaya Implisit

Contoh 1 :
Seorang lulusan SMA diterima di UGM. Yang bersangkutan juga sudah diterima untuk bekerja penuh waktu (full
time) di Toko A dengan gaji Rp 3.000.000,00 per bulan, di pabrik B dengan gaji Rp 3.250.000,00 per bulan, dan di
kantor C dengan gaji Rp 3.500.000,00 per bulan. Jika yang bersangkutan memutuskan untuk kuliah dan bukan
bekerja, maka biaya oportunitasnya sebesar Rp 3.500.000,00 perbulan
Contoh 2 :
Perusahaan melakukan pengambilan keputusan mengganti atau tetap memakai mesin yang sekarang digunakan. Jika
biaya operasi mesin lama Rp 100.000,00 perbulan, sedangkan biaya operasi mesin baru Rp 75.000,00 perbulan, maka
penghematan biaya Rp 25.000,00 perbulan tersebut merupakan biaya peluang atau biaya kesempatan bagi alternatif
biaya menggunakan mesin lama.
Contoh 3 :
Tn. Amir seorang karyawan perusahaan swasta di kota "Y" memperoleh gaji Rp 3.000.000,00 per bulan. Karena ingin
memiliki usaha sendiri dia berhenti dari perusahaan tempat bekerja dan mendirikan industri batu bata. Pendapatan dari
industri batu bata 1 bulan Rp 5.000.000,00, beli bahan Rp 1.500.000,00, upah karyawan Rp 2.000.000,00 dan biaya
lain-lain Rp 750.000,00. Berdasarkan contoh tersebut maka dapat ditentukan hal-hal berikut ini :
a. Biaya peluang / Biaya implicit sebesar Rp 3.000.000,00
b. Biaya eksplisit = Rp 1.500.000,00 + Rp 2.000.000,00 + Rp
750.000,00
= Rp 4.250.000,00
c. Biaya sesungguhnya = Rp 3.000.000,00 + Rp 4.250.000,00
= Rp 7.250.000,00
d. Laba-Rugi akuntansi = Rp 5.000.000,00 – Rp 4.250.000,00
Laba Akuntansi = Rp 750.000,00
e. Laba-Rugi ekonomi = Rp 5.000.000,00 – Rp 7.250.000,00
Rugi Ekonomi = Rp 2.250.000,00

E. METODE EKONOMI
1. Metode Induksi : Metode yang bermula dari kenyataan/fakta yang ada ,di masyarakat, dianalisa kemudian dibuat
kesimpulan ekonomi
2. Metode Deduksi : Metode yang bermula dari teori-teori / dalil-dalil umum yang telah ada lalu dianalisa kemudian
dibuat kesimpulan ekonomi.
3. Metode Sintesa : Metode yang menggunakan kenyataan dan teori secara bersama-sama untuk membuat
kesimpulan ekonomi.

F. PRINSIP DAN MOTIF EKONOMI


1. Prinsip ekonomi adalah pedoman / patokan yang digunakan manusia dalam melakukan kegiatan tindakan
ekonomi. Pedoman tersebut berupa : “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil yang
tertentu atau dengan pengorbanan yang tertentu untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.”
2. Motif ekonomi adalah gejala sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan ekonomi
Tindakan atau motif ekonomi tersebut berupa :
a. Untuk mencari keuntungan / kemakmuran
b. Untuk mencapai penghargaan
c. Untuk mencapai kekuasaan
d. Untuk melakukan kegiatan social

G. HUKUM EKONOMI
Hukum ekonomi adalah hubungan / pertalian antara dua variabel ekonomi yang saling berkaitan.
Contoh : Hukum permintaan, hukum penawaraan, hukum Gresham, dan lain-lain
Ciri-ciri Hukum Ekonomi:
3
Hukum ekonomi berlaku jika keadaan yang lain tetap (Ceteris Paribus), dan keadaan tersebut adalah:
a. Pendapatan konsumen tetap
b. Selera konsumen tetap
c. Harga barang lain tetap
d. Praduga tentang harga tetap
e. Tidak ada barang pengganti /substitusi
Hubungan dalam hukum ekonomi ada dua macam, yaitu:
1. Hubungan Kausal (sebab akibat)
Adalah hubungan yang menerangkan bahwa perubahan suatu variabel akan menyebabkan perubahan variabel
yang lain (hubungan ini bersifat searah)
2. Hubungan Fungsional / Interdependence (saling mempengaruhi)
Adalah perubahan variabel ekonomi dimana perubahan suatu variabel ekonomi akan menyebabkan perubahan
variabel ekonomi yang lain, dan sebaliknya (hubungan ini berlaku secara timbal balik)

H. SISTEM EKONOMI
a. Sistem ekonomi tradisional
Masyarakat yang mempunyai sistem ekonomi tradisional adalah masyarakat yang belum ada pembagian kerja,
cara mendapatkan barang dengan “barter” (natura), belum mengenal uang sebagai alat pembayaran, produksi dan
distribusi terbentuk karena tradisi dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri/masyarakat.
Ciri-ciri Kebaikan Keburukan
1. Belum ada 1. Setiap masyarakat 1. Tidak ada kerjasama
pembagian kerja termotivasi untuk antar individu atau
2. Pertukaran dengan menjadi produsen masyarakat
sistem barter 2. Produksi tidak 2. Sulit
3. Jenis produksi ditujukan untuk mencari mempertemukan kedua
ditentukan sesuai dengan keuntungan belah pihak yang saling
kebutuhan 3. Dengan sistem membutuhkan
4. Hubungan pertukaran barter, 3. Jenis dan jumlah
masyarakat bersifat masyarakat cenderung barang yang diproduksi
kekeluargaan bertindak jujur sering tidak mencukupi
5. Bertumpu pada kebutuhan
sektor agraris 4. Sulit menetapkan
6. Keadaan ukuran dari barang yang
masyarakatnya masih dipertukarkan
statis, tradisional dan
msikin

b. Sistem ekonomi sosialis/terpusat


Sistem ekonomi sosialis adalah system ekonomi dimana seluruh kebijaksaanaan perekonomian ditentukan oleh
pemerintah sedangkan masyarakat hanya menjalankan peraturan yang ditentukan. Sistem ekonomi terpusat ini
berdasar pada teori yang dikemukakan oleh Karl Marx dalam bukunya yang benjudul ‘Das Kapital’ tahun 1867.
Jadi sistem ini lebih bersifat memerintah, karena campur tangan pemerintah di bidang ekonomi melakukan
pembatasan - pembatasan atas kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.
Ciri-ciri Kebaikan Keburukan
1. Perencanaan disusun 1. Pemerintah 1. Hak milik
oleh pemerintah pusat bertanggung jawab perorangan sangat
2. Semua alat produksi penuh dalam dibatasi dan rakyat
dikuasai oleh negara perekonomian kurang memiliki pilihan
3. Produksi, distribusi 2. relatif tidak ada 2. Potensi dan daya
dan konsumsi diatur jurang pemisah antara kreasi tidak berkembang
secara terpusat orang kaya dan miskin 3. Tidak terdapat
4. Inisiatif dan hak 3. Hasil produksi dapat kebebasan individu
milik perorangan dibatasi dinikmati secara rata
4. Mudah melakukan
pengendalian harga

c. Sistem ekonomi liberal


Sistem ekonomi liberal adalah suatu sistem dimana negara memberi kebebasan kepada setiap orang untuk
mengadakan kegiatan ekonomi. Sistem ini berdasar pada teori yang dikekukakan oleh Adam Smith (1723 - 1790)
dalam bukunya yang berjudul ‘The Wealth of Nations’, yang diterbitkannya pada tahun 1776, dengan ajaran
pokoknya yaitu memberikan kebebasan perseorangan di setiap sektor ekonomi.
Ciri-ciri Kebaikan Keburukan
1. Hak milik atas alat 1. Dapat meningkatkan 1. Menimbulkan
produksi di tangan efisiensi dan kualitas persaingan tidak sehat
perorangan barang yang diproduksi 2. Terdapat
2. Harga barang 2. Terdorong untuk kesenjangan kaya dan
ditentukan oleh mengejar kemakamuran miskin
permintaan dan bagi dirinya sendiri 3. Menimbulkan
penawaran di pasar 3. Setiap orang atau monopoli
3. Adanya persaingan pengusaha termotivasi 4. Terdapat eksploitasi
bebas mencari keuntungan SDM
4. Tidak ada campur 4. Pemilihan sektor 5. Pemanfaatan SDA
4
tangan pemerintah dalam usaha disesuaikan sering tidak
perekonomian dengan kemampuan memperhatikan
5. Modal memegang kelestarian lingkungan
perang penting
6. terbuka kesempatan
bagi individu untuk
mengejar keuntungan

d. Sistem ekonomi campuran (sosialis dan liberal)


Sistem ekonomi campuran merupakan perpaduan antara sistem liberal dan sistem sosialis, yang mengambil garis
tengah antara kebebasan dan pengendalian, yang juga berarti garis antara peran mutlak negara/kolektif dan peran
menonjol individu.
Ciri-ciri Kebaikan Keburukan
1. Adanya campur 1. Sektor ekonomi pemerintah 1. Jika peran pemerintah
tangan pemerintah dalam dan swasta terpisah secara mendominasi akan timbul
perekonomian jelas etatisme
2. Pihak swasta ikut 2. Fluktuasi harag dapat lebih 2. Jika peran swasta
berperan dalam kegiatan terkendali mendominasi, akan timbul
perekonomian 3. Hak milik perorangan monopoli yang merugikan
diakui dan pemerintah masyarakat
mendorongnya

e. Sistem ekonomi Indonesia (Demokrasi Ekonomi)


Demokrasi ekonomi yang diterapkan di Indonesia mengandung ciri-ciri positif sebagai berikut :
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara
c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
d. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan Lembaga-lembaga
Perwakilan Rakyat serta pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada Lembaga-lembaga Perwakilan
rakyat pula
e. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan
pekerjaan dan penghidupan yang layak
f. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat
g. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang
tidak merugikan kepentingan umum
h. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

Sedangkan ciri negatif dalam sistem perekonomian Indonesia yang harus dihindarkan diantaranya :
a. Sistem. free fight liberalism, yakni yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain.
b. Sistem etatisme, yakni negara serta aparatur ekonomi bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi dan
daya kreasi unit ekonomi di luar sektor negara
c. Monopoli, yakni pemusatan kekuasaan ekonomi pada satu kelompok.
5

BAB II
PERILAKU KONSUMEN DAN PERILAKU PRODUSEN

KOMPETENSI INDIKATOR
1.Memahami permasalahan ekonomi dalam Mendeskripsikan pola perilaku konsumen
kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dalam mencapai kepuasan maksimal dan pola
dan sistem ekonomi, konsep ekonomi dalam perilaku produsen dalam mencapai laba/ output
kaitannya dengan kegiatan ekonomi konsumen dan maksimal, atau peran konsumen dan produsen
produsen, permintaan, penawaran, harga
keseimbangan, dan pasar. Mendeskripsikan pelaku ekonomi atau
interaksinya dalam suatu perekonomian
(circular flow diagram)

A. PERILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN


Konsumen adalah pihak yang melakukan kegiatan untuk menghabiskan atau memanfaatkan barang dan jasa.
Sedang Produsen adalah pihak yang melakukan kegiatan untuk menghasilkan atau menciptakan barang dan jasa,
sehingga kedua pihak tersebut dapat melakukan kegiatan ekonomi.
1. Pelaku ekonomi untuk menjalankan kegiatan ekonomi
Kegiatan-kegiatan ekonomi dilakukan atau dijalankan oleh 5 pelaku dalam suatu perekonomian, yaitu:
1. Rumah tangga / Rumah Tangga Konsumsi
2. Perusahaan / Produsen atau Rumah Tangga Produksi
3. Pemerintah / Negara
4. Lembaga-lembaga keuangan (Bank dan Bukan Bank)
5. Masyarakat Luar Negeri

2. Nilai suatu barang


1. Nilai pakai (Value in use), yang terdiri dari : Nilai pakai subyektif dan Nilai pakai obyektif
2. Nilai Tukar (Value in exchange), yang terdiri dari : Nilai tukar subyektif dan Nilai tukar obyektif
TEORI NILAI OBYEKTIF
Ada beberapa teori nilai obyektif dan tokohnya, diantaranya :
1. Teori nilai pasar (oleh Humme dan Locke).Nilai suatu barang sangat tergantung pada permintaan dan penawaran
barang di pasar.
2. Teori nilai biaya produksi (oleh Adam Smith). Nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan oleh produsen untuk membuat barang tersebut.
3. Teori nilai tenaga kerja (oleh David Recardo). Nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya tenaga kerja yang
diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut.
4. Teori nilai biaya reproduksi (oleh Carey). Nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan barang itu kembali (biaya reproduksi). Sebab untuk menentukan nilai suatu barang tidak
berpangkal pada biaya produksi yang pertama kali, tetapi pada biaya produksi yang dikeluarkan sekarang.
5. Teori nilai kerja rata-rata atau Teori nilai lebih (oleh Karl Marx).

TEORI NILAI SUBYEKTIF


a. Herman Henrich Gossen (1854)
Gossen mempelajari cara pemuasan kebutuhan menjadi Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II.
Hukum Gossen I, yaitu hukum kepuasan yang semakin berkurang (Law of diminishing utility), yang berbunyi :
“ Jika suatu kebutuhan dipenuhi terus menerus, maka kenikmatannya makin lama makin berkurang, sehingga
akhirnya dicapai rasa kepuasan”
Hukum Gossen II, yaitu hukum perata nilai batas atau Law of Marginal utility, yang berbunyi :
“Manusia akan berusaha untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya sampai pada tingkat intensitas yang
sama”
b. Karl Manger (Teori nilai Austria)
Karl Manger melanjutkan penelitiannya berdasarkan Hukum Gossen dengan membuat daftar kebutuhan
konsumen, sehingga konsumen akan membagi pendapatnya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan sampai
mencapai tingkat intensitas yang harmonis.
c. Von Bohm Bawerk (Teori nilai batas)
Nilai batas adalah nilai yang diberikan kepada barang yang dimilikinya paling akhir atau nilai pemuasan yang
paling akhir.
3. Teori Produksi
a. Tahapan Produksi
1. Sektor produksi primer meliputi bidang ekstraktif dan bidang agraris
2. Sektor produksi sekunder meliputi bidang industri dan bidang perdagangan
3. Sektor produksi tersier meliputi bidang jasa/ pelayanan
b. Faktor-faktor Produksi
1. Faktor produksi asli, terdiri dari : Faktor produksi alam dan Faktor produksi tenaga kerja
2. Faktor produksi turunan, terdiri dari : Faktor produksi modal dan Faktor produksi pengusaha

4. Produktivitas
Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut :
1. Secara Ektensif yaitu menambah jumlah faktor produksinya.
6
2. Secara Intensif yaitu meningkatkan produktivitas setiap faktor produksi atau memaksimalkan faktor produksi
yang sudah ada.
3. Rasionalisasi yaitu mengeluarkan kebijaksanaan yang rasional yang mengarah pada efisiensi produksi agar
produktivitas optimal.
Rasionalisasi dapat ditempuh dengan jalan :
1. Mekanisasi Yaitu mengganti alat-alat produksi dengan mesin-mesin/ alat-alat yang serba modern.
2. Standardisasi yaitu dilakukan dengan membuat suatu standar/ ukuran dalam hal mutu, bentuk, ukuran dan
lain-lain terhadap suatu produk tertentu.
3. Spesialisasi/ pembagian kerja.
4. Menempatkan pekerja pada tempat yang sebenarnya (the right man on the right place)

5. Kurva Kemungkinan Produksi (Production Possibility Curve = PPC) atau Production


Possibility Frointer (PPF)
Kurva kemungkinan produksi adalah kurva yang menggambarkan berbagai kemungkinan kombinasi maksimum
output yang dapat dihasilkan. Kurva Kemungkinan Produksi juga merupakan kurva yang menunjukkan berbagai
kemungkinan kombinasi output/produksi barang maksimum yang dapat dihasilkan pada saat sumber daya
ekonomi dan teknologi digunakan sepenuhnya. Atau PPF adalah kurva yang menggambarkan berbagai
kemungkinan kombinasi produksi yang efisien atau kombinasi 2 output secara efisien. Kurva PPF menurun dari
kiri atas ke kanan bawah dan titik-titik di sepanjang kurva PPF menunjukkan perekonomian mencapai efisiensi
produksi (Production efficiency), yakni penambahan produksi suatu barang akan mengurangi produksi barang
yang lainnyaContoh :
Suatunegaramemproduksiduajenisbarang yaitu barang (X) sebagai barang konsumsi dan (Y) sebagai barang
modal. Jumlah total maksimum yang dapat diproduksi sebagai barang modal adalah sebesar 1.000 unit,
pilihan kombinasi maksimum yang dapat dipilih akan tampak dalam gambar berikut.
Barang Y

300 A
PPC

100 B

0 700 900 Barang X

Dari Gambar tersebut, sepanjang kurva PPC jumlah produksi maksimumya itu 1.000 unit dengan asumsi
sebagai berikut.
a. Jika suatu negara memilih kombinasi di titik A, artinya ia memilih kombinasi maksimum 1.000 unit yang
terdiri atas 300 unit barang Y dan barang X sebanyak 700 unit.
b. Jika ia memilih kombinasi di titik B berarti ia memilih kombinasi maksimum yang terdiri atas barang Y
sebesar 100 unit dan barang X sebesar 900 unit (sepanjang garis PPC kombinasinya maksimum 1.000
unit).
c. Menggesernya kurva PPC kekanan (menjauhi sumbu nol) berarti perekonomian mengalami pertumbuhan. Hal
ini bisa terjadi apabila pertumbuhan ekonomi diukur denganjumlah hasil produksi

B. DIAGRAM ARUS KEGIATAN EKONOMI


1. Arus lingkaran kegiatan ekonomi yang melibatkan RTP dan RTP
Aktivitas ekonomi yang melibatkan Rumah Tangga Produksi dan Rumah Tangga Konsumsi digambarkan oleh
Francois Quesney (1694-1774) dalam bukunya yang berjudul “Tableua Economique”, yang disebut sebagai “the
Circular Flow of Economic Activity” yang artinya arus lingkaran kegiatan ekonomi yangmeliputi arus barang dan
arus uang.

ARUS LINGKARAN KEGIATAN EKONOMI


Pasar Output
1 b. Penjualan barang dan jasa

2 a. Uang hasil penjualan

RTP 5
RTK

2 b. Sewa, Upah, Bunga dan Laba

4
1 a. Faktor Produksi
Pasar Input
7

Keterangan :
1. Aliran arus barang
a. RTK menawarkan Faktor produksi kepada RTP
b. RTP Menghasilkan barang / jasa untuk dijual kepada RTK
2. Aliran arus uang
a. Uang hasil penjualan barang / jasa
b. Uang untuk membeli atau membayar faktor produksi (sewa, upah, bunga dan laba)
3. Pasar hasil produksi / Pasar output
4. Pasar Faktor Produksi / Pasar Input
5. Hubungan antara RTP dengan RTK

2. Arus Kegiatan Ekonomi antara RTK, RTP, Pemerintah dan masyarakat luar negeri
Hubungan antara pelaku ekonomi dinyatakan dalam arus barang dan arus uang yang bertemu di pasar, maka arus
kegiatan ekonomi masyarakat dalam digambarkan dalam bentuk bagan berbentuk melingkar yang disebut circular
flow diagram berikut.

C. MANFAAT INTERAKSI PELAKU EKONOMI


Dari interaksi pelaku kegiatan ekonomi, manfaat yang dapat diperoleh diantaranya :
1. Dapat memecahkan permasalahan ekonomi modern (masalah what, how dan for whom)
2. Dapat meningkatkan kegiatan perekonomian suatu negara, baik arus uang maupun arus barang
3. Tercukupinya kebutuhan produsen akan faktor produksi dan kebutuhan konsumen akan barang atau jasa
4. Dapat meningkatkan pendapatan suatu masyarakat / negara
5. Dapat meningkatkan tabungan dan investasi

D. PERAN KONSUMEN DAN PRODUSEN

a. Peran Konsumen
1. Sebagai pemakai barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen
2. Sebagai penyedia faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja,
modal dan pengusaha)
3. Dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam rangka
melindungi konsumen
4. Memperlancar peredaran atau perputaran barang dan jasa
5. Dapat menaikkan harga faktor-faktor produksi, artinya dapat
menaikkan harga sewa, upah, bunga dan laba

b. Peran Produsen
1. Sebagai penghasil barang atau jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
2. Sebagai pemakai atau pengguna faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh konsumen
3. Dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam rangka meingkatkan produksinya
4. Memperlancar penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen
5. Dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga akan meningkatkan
kemakmuran bangsa
6. Sebagai pihak yang dapat meingkatkan inovasi-inovasi di bidang produksi barang atau
jasa
7. Melakukan pembayaran faktor-faktor produksi sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat

E. TEORI PERILAKU KONSUMEN

1. UTILITAS KARDINAL
8
Utilitas Kardinal atau Kegunaan Kardinal adalah kepuasan absolut / mutlak yang diperoleh konsumen dari
mengkonsumsi suatu produk. Dan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan
secara kuantitatif, bisa dengan angka, uang atau menggunakan satuan lainnya.
Teori utilitas kardinal dikemukakan oleh tokoh dari aliran Austria yaitu Herman Henrich Gossen (1854), Stanley
Jevons (1871) dan Leon Walras (1894).
Dalam teori nilau guna (utilitas) kardinal, dapat dibedakan diantara dua pengertian, yaitu :
a. Nilai Guna Total atau Total Utility artinya jumlah
seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
b. Nilai Guna Marjinal atau Marginal Utility artinya
pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat perubahan penggunaan satu unit barang tertentu.
Atau dengan kata lain Marginal Utility adalah tambahan kepuasan karena bertambahnya mengkonsumsi satu
unit barang. Jadi Marginal Utility dapat dihitung dengan rumus :
∆ TU Atau
MU =
∆ X MU = TU’

Memaksimumkan Nilai guna (Maximalize utility) atau Kepuasan Maksimum Konsumen


Setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya atau memaksimumkan
nilai guna dari barang-barang yang dikomsumsinya. Dan cara memaksimumkan nilai guna adalah :
a. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya apabila
perbandingan nilai guna marjinal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang-
barang tersebut.
b. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya apabila nilai guna
marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.
Syarat untuk memaksimumkan nilai guna (utility) atau kepuasan maksimum konsumen yaitu :
a. Kepuasan konsumen diperoleh dengan menghitung besarnya kepuasan marjinal (Marginal Utility) dibagi
dengan Harga barang
MU barang x MUx Px
= Atau =
Px MUy Py
b. Memaksimumkan nilai guna (utility) atas anggaran pendapatan yang dimiliki konsumen untuk mengkonsumsi
barang X dan barang Y dapat dirumuskan :

Budget Income = Px.X + Py.Y


c. Kepuasan Total Maksimum (TU Maksimum) merupakan kepuasan total pada kondisi konsumen mengonsumsi
barang X dan barang Y yang maksimum, dan dihitung dengan mensubstitusikan nilai X dan nilai Y ke dalam
persamaan kepuasan total (Total Utility)

Contoh 1 :
Berikut adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang dapat dikonsumsi oleh Konsumen
A dan tambahan kepuasan dari mengonsumsi barang tersebut.
Konsumsi Konsumsi
MUx MUy
Barang X Barang Y
1 40 1 36
2 36 2 34
3 32 3 32
4 28 4 30
5 24 5 28
6 20 6 26
7 16 7 24
8 12 8 22
Berapakah banyaknya barang X dan barang Y yang dikonsumsi agar kepuasan maksimal dapat dicapai, apabila
diketahui harga barang X adalah Rp 1.000,00 dan harga barang Y adalah Rp 1.000,00 serta pendapatan konsumen
A sebesar Rp 12.000,00?
Jawab :
MUx MUy
Untuk memenuhi kepuasan maksimal dipenuhi syarat : =
Px Py
Karena Px = Py, maka dilihat pada tabel yang besarnya MUx = MUy, dan kombinasi yang memungkinkan
adalah :
MUx Muy Batas anggaran (B = Px.X + Keterangan
Py.Y)
36 36 12.000 = 1.000(2) + 1.000(1) Masih terdapat sisa anggaran
32 32 12.000 = 1.000(3) + 1.000(3) Masih terdapat sisa anggaran
28 28 12.000 = 1.000(4) + 1.000(5) Masih terdapat sisa anggaran
24 24 12.000 = 1.000(5) + 1.000(7) Kepuasan Maksimal
Jadi kepuasan maksimal pada saat mengkonsumsi barang X sebanyak 5 dengan Total kepuasan 160 (40 + 36 + 32
+ 28 + 24) dan barang Y sebanyak 7 dengan Total kepuasan 210 (36 + 34 + 32 + 30 + 28 + 26 + 24).

Contoh 2 :
9
Andaikan kepuasan total seorang konsumen dari mengkonsumsi barang X dan barang Y dirumuskan oleh
persamaan TU = X3 Y2. Jika konsumen tersebut menyediakan anggaran sebesar Rp 4.000,00 untuk membeli
barang X dan barang Y, sedangkan harga barang X dan harga barang Y masing-masing sebesar Rp 150,00 dan Rp
200,00 per unit.
Hitunglah :
a. Besarnya barang X dan barang Y yang seharusnya ia beli agar kepuasannya maksimum
b. Besarnya kepuasan maksimumnya.
Jawab :
Diketahui :
- Budget Income (uang yang dimiliki) Rp 4.000,00
- Px = Rp 150,00 dan Py = Rp 200,00
- TU = X3 Y2
a. Perhitungan Besarnya barang X dan Y yang dikonsumsi agar kepuasannya maksimum.
Jika TU = X3 Y2, maka MUx = TU’x = 3X2 Y2 dan MUy = TU’y = 2X3 Y
Kepuasan maksimum :
MU x MU y
=
Px Py
3 X Y 2 X3 Y
2 2
=
150 200
3 X2 Y2 150
=
2 X3 Y 200
150
1,5 X-1 Y =
200
1,5 Y 150
=
X 200
300 Y = 150 X
Y = 0,5 X
Budget Income = Px.X + Py.Y
4.000 = 150 X + 200 (0,5 X)
4.000 = 150 X + 100 X
250 X = 4.000
X = 16 dan Y = 8
Jadi, kombinasi barang yang dikonsumsi untuk barang X = 16 unit dan barang Y = 8 unit.

b. Besarnya kepuasan maksimum


Jika X = 16 dan Y = 8, serta TU = X3 Y2, maka :
TU = 163 x 82 = 262.144

Ciri-ciri Pendekatan Kardinal:


1. Mengukur pendapat individu yang bersifat subyektif dalam menentukan nilai guna total dan nilai guna
marginal.
2. Membahas konsumsi barang-barang yang sederhana.
3. Nilai guna total meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi. Namun tambahan nilai guna marginal
semakin menurun.
4. Kegunaan suatu barang dapat dihitung secara nominal
5. Terjadi hukum the law of deminishing marginal utility

2. UTILITAS ORDINAL
Utilitas Ordinal atau Kegunaan Ordinal adalah kepuasan yang diperoleh seorang konsumen dari penggunaan
sebuah produk yang diukur dengan suatu sekala relatif. Dan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat
dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi.
Teori utilitas Ordinal dikemukakan oleh JR Hicks dan RJ Allen (1934).
Menurut Pendekatan Utilitas Ordinal ini tingkat kepuasan seseorang dari mengkonsumsi barang atau jasa tidak
dapat dihitung dengan uang atau angka atau satuan lainnya tetapi dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah,
Ciri-ciri Pendekatan Ordinal:
1. Konsumen mempunyai pendapat tertentu yang berbeda-beda.
2. Kepuasaan maksimum dari barang-barang yang dikonsumsi selalu diusahakan konsumen.
3. Kepuasan konsumen atas suatu barang hanya dapat dibandingkan
4. Kepuasan konsumen tidak perlu diukur dan cukup untuk diketahui
5. Pola preferensi konsumen akan barang-barang konsumsi dinyatakan dalam peta/kurva indeferensi.
6. Kurva indeferensi yang semakin jauh dari titik nol menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Untuk menganalisis nilai guna tersebut digunakan beberapa analisis yaitu :
a. Kurva Indifferen (Indifference Curve)
Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumen antara dua macam barang, yang
memberikan tingkat kepuasan sama bagi konsumen. Kurva indiferen memiliki beberapa cirri atau sifat
antara lain:
a. kurva indiferen mempunyai kemiringan (slope) negative artinya miring dari kiri atas ke kanan bawah
b. kurva indiferen yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi
c. kurva indiferen tidak pernah saling berpotongan dengan kurva indiferen yang lain
d. kurva indiferen cembung ke titik asal atau titik origin (titik 0)
10
Perhatikan kurva indiference berikut ini :
Y
A
IC 3

E IC 2

IC 1

0 B X
Keterangan :
OX : jumlah konsumsi barang X
OY : jumlah konsumsi barang Y
AB : garis pendapatan (budget line) atau garis anggaran
IC 1 : kurva yang belum menunjukkan kepuasan optimum, karena masih ada sisa anggaaran
IC 2 : tingkat kepuasan konsumen (titik E) atau kurva keseimbangan konsumen
Kepuasan optimum konsumen bila seluruh anggaran yang dimiliki dapat dipakai untuk membeli barang
IC 3 : kurva yang semakin menunjukkan kepuasan optimum, tetapi anggaran tidak cukup
Sedangkan Marginal Rate of Substitution (Nilai tambahan barang pengganti) adalah berapa banyak
barang Y yang harus dkorbankan untuk menambah satu unit barang X demi menjaga tingkat
kepuasan yang sama. Sebagai contoh MRSxy = 2, berarti konsumen akan menyerahkan 2 unit barang Y
untuk mendapatkan 1 unit tambahan dari barang X.

b. Garis Anggaran (Budget Line)


Garis anggaran adalah suatu kurva yang berbetuk garis lurus yang menggambarkan kombinasi dua barang
yang dapat dibeli oleh sejumlah tertentu pendapatan. Atau Garis Anggaran merupakan kombinasi dua macam
barang (X dan Y) yang dapat dikonsumsi oleh konsumen dengan menghabiskan seluruh anggaran pada harga
barang X (Px) dan harga barang Y (Py)
Kemiringan garis anggaran menunjukkan tingkat dimana konsumen dapat mengganti suatu barang
dengan barang yang lain atau barang X dengan barang Y, artinya dengan anggaran yang sama apabila
terjadi penurunan pembelian barang X berarti terjadi kenaikan pembelian barang Y, dan sebaliknya
apabila terjadi kenaikan pembelian barang X berarti terjadi penurunan pembelian barang Y.
Contoh :
Konsumen akan melakukan pembelian dua macam barang berupa Pepsi dan Pizza. Pendapatan konsumen
tersebut Rp 1.000.000,00 sedangkan harga Pepsi Rp 2.000,00 dan harga Pizza Rp 10.000. Gambarlah garis
anggarannya.
Jawab :
Misalkan Pepsi merupakan unit barang X dan Pizza merupakan unit barang Y, maka dari pendapatan yang
dimiliki dapat dibuat persamaan : 2.000X + 10.000Y = 1.000.000.
Jika X = 0 unit berarti tidak ada barang X yang dibeli, sehingga :
2.000 (0) + 10.000Y = 1.000.000
Y = 100 unit
Jika Y = 0 unit berarti tidak ada barang Y yang dibeli, sehingga :
2.000X + 10.000 (0) = 1.000.000
X = 500 unit
Kemiringan garis anggaran ditentukan ½ dari konsumsi barang Y dan ½ dari konsumsi barang X, sehingga :
Konsumsi barang X = ½ x 500 unit = 250 unit ,
Konsumsi barang Y = ½ x 100 unit = 50 unit
Gambar garis anggaran :
Barang Y (Pizza)

100

50 Garis anggaran

250 0 500
Barang X (Pepsi)
Pengaruh/Efek Perubahan Pendapatan dan Harga pada Garis Anggaran
1) Perubahan Pendapatan
Perubahan pendapatan (asumsi harga barang tidak berubah) mengakibatkan garis anggaran bergeser
sejajar dari garis semula dan tidak mengubah kemiringannya.
Grafiknya :
Y Keterangan :

C AB : Garis anggaran semula


Konsumsi
Barang Y A CD : Garis anggaran setelah adanya Kenaikan
pendapatan atau adanya penurunan harga,
E sehingga kurvanya bergeser Ke kanan atas
dan konsumen meningkatkan pembeliannya

EF : Garis anggaran setelah adanya Penurunan


Pendapatan atau adanya kenaikan harga,
11

F B D X
Konsumsi barang X
2) Perubahan Harga
Perubahan harga pada suatu barang (asumsi pendapatan tidak berubah) mengakibatkan garis anggaran
bergeser dengan cara berotasi.
Grafiknya :
Y Keterangan :
A
AB : Garis anggaran semula
Konsumsi
Barang Y
AC : Garis anggaran setelah adanya

Kenaikan harga barang X dan

bergeser atau berotasi Kedalam


C B D X
Konsumsi barang X
c. Keseimbangan Konsumen (Ekuilibrium Konsumen)
Keseimbangan konsumen adalah pencapaian kepuasan konsumen yang maksimum yang menyebabkan
konsumen tidak lagi berusaha untuk menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya. Menurut
pendekatan ordinal (seperti gambar di atas), Keseimbangan konsumen dicapai pada saat kemiringan garis
anggaran konsumen sama atau bersinggungan dengan kurva Indiferen.
Dalam Keseimbangan konsumen terdapat beberapa kemungkinan, yaitu :
1) Jika harga barang mengalami perubahan, maka konsumen akan merubah pola
konsumsinya
2) Pola konsumen ditentukan oleh tingkat pendapatannya. Jika pendapatan
berubah (misalnya naik) maka garis anggaran bergeser ke kanan.
3) Pola konsumsi seorang konsumen dapat berubah jika selera konsumen
terhadap barang-barang juga mengalami perubahan.

d. Price consumption curve dan income consumption curve


Kurva Harga Konsumen (Price consumption curve) adalah kurva yang menggambarkan pengaruh
perubahan harga dengan perubahan garis anggaran konsumen. Jika harga konsumen berubah, maka garis
anggaran akan bergeser untuk konsumen barang tertentu.
Gambar kurva harga konsumen sebagai berikut :

A
Keterangan :

AB : Garis anggaran
Y2 E
AC : Garis anggaran setelah harga
Y1 F
G H X naik menjadi X1
Y
AD : Garis anggaran setelah harga
0 X2 X1 DCXB
X naik lagi menjadi X2
Kurva Pendapatan Konsumen (income consumption curve) adalah kurva yang menggambarkan pengaruh
perubahan pendapatan dengan perubahan garis anggaran konsumen. Jika pendapatan konsumen bertambah,
maka garis anggaran konsumen akan bergeser sejajar ke arah kanan. Dan jika pendapatan konsumen
berkurang, maka garis anggaran akan bergeser sejajar ke arah kiri.
Gambar kurva pendapatan konsumen :
Y
Keterangan :
B1
AB : Garis anggaran
E
A1B1 : Garis anggaran setelah pendapatan
B bertambah
D
E : Kurva pendapatan konsumen

C CD : Titik yang menghubungkan equilibrium

0 X X1 A A1 X
e. Kurva Engel
Kurva Engel adalah kurva yang menunjukkan kuantitas dari salah satu barang yang dibeli atau dikonsumsi
dengan pendapatan konsumen. Hubungan antara pendapatan dengan konsumsi adalah berbanding terbalik
seperti yang dikemukakan oleh sarjana ekonomi Jerman bernama “ENGEL” yang terkenal dengan HUKUM
ENGEL, berbunyi :“Semakin besar pendapatan, semakin kecil bagian pendapatan yang digunakan untuk
konsumsi, dan sebaliknya”
12
Kurva Engel untuk barang inferior (barang bermutu rendah) berbanding terbalik atau melereng dari kiri
atas ke kanan bawah. Dan Kurva Engel untuk barang Superior (barang bermutu tinggi) berbanding lurus
atau melereng dari kiri bawah ke kanan atas
Gambar Kurva Engel sebagai berikut :
Pendapatan (B)
Kurva Engel

B1

X
0 X X1 Barang yang dikonsumsi
f. Efek Penggantian dan Efek Pendapatan
Hubungan antara teori nilai guna dan teori permintaan individu dapat dikemukakan bahwa kalau harga naik
permintaan berkurang dan kalau harga turun permintaan bertambah (ceteris paribus), dapat juga dijelaskan
dengan menganalisis dua faktor, yaitu Efek Penggantian dan Efek Pendapatan :
1) Konsumen lebih banyak mengkonsumsi suatu barang dan mengurangi konsumsi barang yang lain (efek
substitusi/penggantian)
2) Penurunan harga menambah pendapatan riil konsumen dan kenaikan pendapatan riil konsumen akan
menambah konsumsi berbagai barang (efek pendapatan)
Jadi Kurva permintaan individu suatu barang diturunkan dari kurva harga konsumen (Price consumption
curve). Sedangkan kurva Engel suatu barang dapat diperoleh dengan cara menurunkan dari Kurva pendapatan
konsumen (income consumption curve)

F. TEORI PERILAKU PRODUSEN


1. PRODUKSI DENGAN 1 MACAM INPUT VARIABEL
a. Fungsi Produksi atau Persamaan Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan
tingkat (kombinasi) penggunaan input-input.
Secara matematis fungsi produksi adalah :
Q = f (C, L, R, T)

Q : Quantity (jumlah barang yang dihasilkan)


f : Fungsi (simbol persamaan fungsional)
C : Capital (modal atau sarana yang digunakan)
L : Labour (tenaga kerja)
R : Resources (sumber daya alam)
T : Technologi (tehnologi dan kewirausahaan)
Marginal Product = Average Product =
Sedangkan Dan
ΔTP TP
Keterangan : ∆ TP = SelisihΔX
besarnya total produksi TP X
= Total produksii
∆ X = Selisih besarnya input X = besarnya input

b. Kurva Total Product (TP), Marginal Product


(MP) dan Average Product (AP)
Output
C
D
Keterangan :
B TP
1. Titik A menunjukkan Produksi Marjinal
maksimum (MP Maksimum)
2. Titik B menunjukkan produksi rata-rata
maksimum (AP Maksimum)
3. Titik C menunjukkan Produksi Marginal sama
A
dengan 0 (MP = 0)
4. Titik D menunjukkan Produksi Marjinal
AP
negatif (MP < 0)
0
Tenaga Kerja MP
c. Perilaku Produksi
Menurut David Recardo penambahan faktor produksi tidak selalu dapat memberikan hasil yang sebanding,
seperti yang digambarkan dalam “Hukum hasil lebih yang semakin berkurang” atau “The Law of diminishing
returns” yang berbunyi “Dengan suatu tekhnik tertentu, maka mulai titik tertentu penambahan faktor
produksi tidak lagi memberikan penambahan hasil produksi yang sebanding”. Atau dengan kata lain
tambahan hasil lama kelamaan akan menurun, meskipun faktor produksi terus bertambah, dan hukum ini
terjadi apabila ada penambahan suatu input dan input yang lain tetap.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh tabel di bawah ini :


13
Tanah : 1 Ha, Modal Rp 5.000.000,00
Hasil Total Tambahan Hasil
Pekerja
(Total Product) (Marginal Product) Law of diminishing retuns
1 10 10 terjadi pada pekerja yang ke 4
2 21 11
dan seterusnya, yaitu setelah
3 34 13
tercapai marginal product
4 42 8
5 46 4 maksimum sebesar 13.
6 48 2

2. PRODUKSI DENGAN 2 MACAM INPUT VARIABEL


a. Kurva Isoquant (produksi sama) merupakan kurva yang menunjukkan
berbagai kemungkinan kombinasi factor-faktor produksi yang menghasilkan tingkat produksi yang sama,
kurvanya berbentuk cembung ke titik asal atau titik origin(tidak boleh lurus vertical maupun horizontal) dan
tidak boleh berpotongan dengan kurva isoquant yang lainnya, seperti kurva Indiference.

Misal :Gabungan / kombinasi Faktor produksi Tenaga Kerja dan Modal untuk menghasilkan 1000 unit
produksi sebagai berikut :
Kombinasi Tenaga kerja Modal
A 1 6
B 2 3
C 3 2
D 6 1

Kurva Isoquant (IQ) dapat digambarkan : Keterangan :

6 A 1. Kombinasi A menunjukkan 1 TK dan 6 Modal


dengan hasil 1000 unit
2. Kombinasi B menunjukkan 2 TK dan 3 Modal
dengan hasil 1000 unit
3. Kombinasi C menunjukkan 3 TK dan 2 Modal
3 B IQ2 = 3000 dengan hasil 1000 unit
Modal

4. Kombinasi D menunjukkan 6 TK dan 2 Modal


2 C IQ1 = 2000 dengan hasil 1000 unit
D 5. Kurva Isoquant (IQ) menggambarkan
1 IQ = 1000 gabungan TK dan Modal dengan satu tingkat
produksi tertentu
0 1 2 3 6 6. Semakin jauh dari titik 0, semakin tinggi
Tenaga Kerja tingkat produksinya

b. Kurva Isocost (ongkos produksi sama) merupakan kurva yang


menggambarkan kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat dibeli dengan menggunakan sejumlah anggaran
tertentu, jadi ongkos yang dikeluarkan untuk harga capital/modal dan harga tenaga kerja besarnya sama. Dan
garisnya melereng dari kiri atas ke kanan bawah.
Misal :
Upah tenaga kerja Rp 10.000,00 dan modal yang digunakan 20.000 untuk memproduksi 1 unit, sedang jumlah
uang yang tersedia Rp 80.000,00. Apabila uang tersebut digunakan untuk modal saja, maka akan diperoleh
80.000 / 20.000 = 4 unit, Dan kalau digunakan untuk tenaga kerja sana, maka akan diperoleh 80.000 / 10.000
= 8 unit.

Kurva Isocost dapat digambakan :


Keterangan :
5
1. TC : Isocost atau garis yang menunjukkan
Modal

kombinasi tenaga kerja dan modal dengan


4 menggunakan uang sebesar Rp 80.000,00
A 2. TC1 : Isocost dengan uang atau anggaran
2 meningkat
TC TC1
3. Titik A : dana sebesar Rp 80.000,00 yang
digunakan untuk memperoleh 2 unit modal
0 4 8 10 dan 4 unit tenaga kerja.
Tenaga Kerja

c. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan produsenadalah pencapaian produksi yang maksimum dengan meminimumkan biaya produksi
pada kombinasi faktor produksi Modal dan Tenaga kerja.Keseimbangan produsen dicapai pada saat
kemiringan garis anggaran produsen/isocost sama atau bersinggungan dengan kurva isoquant
(produksi sama).
14
BAB III
PERMINTAAN, PENAWARAN, HARGA KESEIMBANGAN
DAN PASAR
KOMPETENSI INDIKATOR
1. Siswa mampu memahami permasalahan ekonomi Mendeskripsikan permintaan dan penawaran
dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, atau harga dan jumlah keseimbangan dengan
kelangkaan dan sistem ekonomi, konsep ekonomi tabel, grafik, atau perhitungan matematika.
dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi Mendeskripsikan pasar barang (pasar output)
konsumen dan produsen, konsep ekonomi dalam atau pasar faktor produksi (pasar input).
kaitannya dengan permintaan, penawaran, harga
keseimbangan, dan pasar.

A. PERMINTAAN (DEMAND) DAN PENAWARAN (SUPPLY)

No. Keterangan Permintaan Penawaran


1. Pengertian Jumlah keseluruhan barang dan jasa Jumlah keseluruhan barang atau jasa
yang ingin dibeli oleh konsumen pada yang akan dijual atau ditawarkan oleh
berbagai macam tingkat harga produsen pada berbagai macam tingkat
harga
2. Hukum atau Jumlah barang yang diminta akan selalu Jumlah barang yang ditawarkan akan
hubungan antara berbanding terbalik dengan harganya selalu berbanding lurus dengan
harga dengan (negatif), artinya jika harga barang harganya (positif) artinya jika harga
jumlah barang naik, maka jumlah barang yang diminta barang naik, maka jumlah barang yang
akan berkurang, dan jika harga barang ditawarkan bertambah, sebaliknya jika
turun, maka jumlah barang yang harga turun, maka jumlah barang yang
diminta akan bertambah ditawarkan berkurang
3. Faktor yang a. Pendapatan atau a. Biaya produksi artin
mempengaruhi penghasilan masyarakat dikeluarkan untuk membuat barang
b. Distribusi pendapatan atau jasa
masyarakat b. Kemajuan tehnologi
c. Selera konsumen tehnologi baru
terhadap barang c. Harga bahan baku un
d. Jumlah penduduk barang
e. Harga barang lain yang d. Banyaknya produsen
berhubungan dengan barang tersebut menawarkan barang
f. Prediksi masyarakat e. Laba yaang diingink
tentang kondisi di masa yang akan f. Kebijakan pajak dan
datang
g. Adanya barang
substitusi
h. Kegunaan akan suatu
barang
4. Fungsi P = a – b Q atau Q = a – b P P = a + bQ atau Q = a + b P
5. Syarat mutlak Nilai a = Ujudnya angka saja (harus +) Nilai a = Ujudnya angka saja (boleh +/–)
fungsi Nilai b = Yang ada hurufnya ( harus –) Nilai b = Yang ada hurufnya ( harus +)
6. Cara menentukan P−P 1 Q−Q 1 P−P 1 Q−Q 1
persamaan fungsi = =
P2 −P1 Q 2 −Q 1 P2 −P1 Q2 −Q 1
7. Grafiknya Melereng dari kiri atas ke kanan bawah Melereng dari kiri bawah ke kanan atas

Ada tiga macam barang dimana kurva permintaan yang menurun tidak berlaku, yaitu;
a. Barang giffen adalah barang inferior (barang bermutu rendah) yang efek pendapatannya lebih besar dari pada
efek substitusinya
b. Barang spekulasi adalah bila konsumen berhadap bahwa harga barang di masa mendatang akan mengalami
kenaikan, maka kenaikan harga sekarang justru diikuti dengan kenaikan permintaan
c. Barang prestise adalah kesediaan konsumen untuk membayar barang dengan harga yang lebih tinggi, karena
unsur prestise, misal pakaian bekas milik orang kenamaan, permataan bekas orang terkenal dan sebagainya.
Sedangkan jenis-jenis Permintaan konsumen terhadap barang dan jasa dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu
permintaan efektif, absolut, dan potensial. Ketiganya dijelaskan satu per satu berikut.
a. Permintaan Efektif (Effective Demand) adalah permintaan terhadap barang atau jasa yang dilakukan
disertai dengan daya beli yang dimiliki atau kemampuan untuk membeli
b. Permintaan Absolut (Absolute Demand) adalah permintaan yang tidak didukung oleh daya beli, tetapi
lebih merupakan angan-angan. Setiap orang dapat dipastikan mempunyai permintaan absolut.
c. Permintaan Potensial (Potential Demand) adalah permintaan yang didukung daya beli, tetapi belum
dilaksanakan.

B. KESEIMBANGAN PASAR
Keseimbangan pasar (Price Equillibrium) adalah harga yang terjadi apabila jumlah barang yang diminta sama
dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Rumus keseimbangan pasar adalah sebagai berikut.
15

Pd = Ps atau Qd = Qs
Keterangan :
Pd = P untuk fungsi permintaan Qd = Q untuk fungsi permintaan
Ps = P untuk fungsi penawaran Qs = Q untuk fungsi penawaran.
Contoh:
Fungsi permintaan P = 1000 – 20Q dan fungsi penawaran P = -600 + 20Q. Tentukan besarnya keseimbangan!
Jawab:
Pd = Ps 1000 - 20 Q = -600 + 20 Q
-40 Q = - 1600
Q = 40 unit
Jika Q = 40, maka P = 1000 - 20 (40) = 200. Jadi keseimbangan pasarnya : Q = 40 dan P = 200 atau (40,200).
Gambarnya:
P

1.000
D

200

0 30 40 50 Q

- 600

C. PERGERAKAN DI SEPANJANG KURVA PERMINTAAN DAN KURVA PENAWARAN


1. Pergerakan di sepanjang kurva Permintaan
Pergerakan di sepanjang kurva permintaan menunjukkan perubahan jumlah barang yang diminta yang
diakibatkan oleh perubahan harga barang itu sendiri. Jadi factor yang menyebabkan pergerakan di sepanjang
kurva permintaan adalah harga barang itu sendiri. Apabila harga mengalami kenaikan, maka permintaan
barang yang akan dibeli berkurang, dan sebaliknya apabila harga mengalami penurunan, permintaan barang yang
akan dibeli bertambah.
Jika digambarkan dalam bentuk grafik akan tampak sebagai berikut.
Price
Keterangan :
P
1. Pada saat harga setinggi OP, jumlah
P1 barang sebesar OQ
2. Pada saat harga turun menjadi OP1,
P2 D jumlah barang sebesar OQ1
3. Pada saat harga turun menjadi OP2,
0 Q Q1 Q2 Quantity jumlah barang sebesar OQ2

2. Pergerakan di sepanjang kurva penawaran


Pergerakan di sepanjang kurva penawaran menunjukkan perubahan jumlah barang yang ditawarkan yang
diakibatkan oleh perubahan harga barang itu sendiri. Jadi factor yang menyebabkan pergerakan di sepanjang
kurva penawaran adalah harga barang itu sendiri. Apabila harga mengalami kenaikan, penawaran barang
yang akan dijual bertambah, dan sebaliknya apabila harga mengalami penurunan, penawaran barang yang akan
dijual berkurang.
Jika digambarkan dalam bentuk grafik akan tampak sebagai berikut.
Price
Keterangan :
P S
1. Pada saat harga setinggi OP, jumlah
P1 barang sebesar OQ
2. Pada saat harga turun menjadi OP1,
P2 jumlah barang sebesar OQ1
3. Pada saat harga turun menjadi OP2,
0 Q2 Q1 Q Quantity jumlah barang sebesar OQ2

D. PERGESERAN KURVA PERMINTAAN DAN KURVA PENAWARAN

a. Grafik permintaan yang bergeser ke kanan dan grafik penawaran yang bergeser
ke kiri tampak sebagai berikut :

D1 S1
D E3 S
P E2

3
P
P

1
P
16
E1
E

S1
S D1
D

Q1 Q Q2 Q3
Keterangan :
No Sebelum perubahan Perubahan kuva permintaan Perubahan kurva penawaran
kurva permintaan dan ke kanan dari D – D1 ke kiri dari S – S1
penawaran
1. Harga pasar setinggi OP Harga pasar setinggi OP2 Harga pasar setinggi OP1
(harga naik dari P – P2) (harga naik dari P – P1)
2. Jumlah barang sebesar OQ Jumlah barang sebesar OQ3 Jumlah barang sebesar OQ1
(jumlah barang naik dari Q – (jumlah barang turun dari Q –
Q3) Q1)
3. Keseimbangan pasar di E Keseimbangan pasar di E2 Keseimbangan pasar di E1
Jika kurva permintaan dan penawaran mengalami perubahan semua, maka harga pasar setinggi
OP3, jumlah barang sebesar OQ2 dan keseimbangan pasar sebesar E 3

b. Grafik permintaan yang bergeser ke kiri dan grafik penawaran yang bergeser ke
kanan tampak sebagai berikut :

D S
D1 E S1
P E2
P E1
1 E3
P
2 S
P S1 D
3 D1

Q1 Q2 Q Q3

Keterangan :
Sebelum perubahan
Perubahan kuva permintaan Perubahan kurva penawaran
No kurva permintaan dan
ke kiri dari D – D1 ke kanan dari S – S1
penawaran
1. Harga pasar setinggi OP Harga pasar setinggi OP2 Harga pasar setinggi OP1
(harga turun dari P – P2) (harga turun dari P – P1)
2. Jumlah barang sebesar OQ Jumlah barang sebesar OQ1 Jumlah barang sebesar OQ3
(jumlah barang turun dari Q – (jumlah barang naik dari Q –
Q1) Q3)
3. Keseimbangan pasar di E Keseimbangan pasar di E1 Keseimbangan pasar di E2
Jika kurva permintaan dan penawaran mengalami perubahan semua, maka harga pasar setinggi
OP3, jumlah barang sebesar OQ2 dan keseimbangan pasar sebesar E 3

E. PENGARUH PAJAK DAN SUBSIDI TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR


1. Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar
Pajak (Tax) yang dikenakan atas penjualan selalu menambah harga barang yang ditawarkan, sehingga hanya
mempengaruhi fungsi penawaran, sedang fungsi permintaannya tetap.
Sehingga Rumusnya :
Pd = Ps + t
Contoh:
Fungsi permintaan ditunjukkan dengan P = 50 – 2Q, dan fungsi penawaran ditunjukkan dengan P = -30 + 2 Q.
Terhadap barang tersebut dikenakan pajak sebesar Rp 10,00 per unit. Tentukan Titik keseimbangan pasar setelah
pajak.
Jawab:
Keseimbangan pasar setelah pajak Pd = Ps + t
50 – 2Q = -30 + 2 Q + 10
–4 Q = -70
Q = 17,5
Jika Q = 17,5 maka P = 50 – 2 (17,5) P = 15
Jadi keseimbangan setelah pajak adalah P = 15 dan Q = 17,5 atau (17,5 ; 15)

Pengaruh pajak dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :


d. Pajak yang ditanggung konsumen (tk)
17
Untuk pajak perunit :
tk = P1 – P Dimana:
tk = beban pajak yang ditanggung konsumen
Untuk pajak keseluruhan PI = harga keseimbangan setelah pajak
P = harga keseimbangan sebelum pajak
tk = (P1 – P ) Q1 Q1 = Jumlah keseimbangan setelah pajak

Berdasarkan contoh diatas maka pajak yang ditanggung konsumen perunit adalah :
Tk = 15 – 10 = Rp 5,00.
e. Pajak yang ditanggung produsen (tp)
Untuk pajak perunit : Dimana:
tp = beban pajak yang ditanggung produsen
tp = t - tk
t = besarnya pajak per unit
Untuk pajak keseluruhan :
tk = besarnya pajak yang ditanggung konsumen
tp = (t - tk ) Q1

Berdasarkan contoh di atas, maka pajak yang ditanggung produsen perunit adalah tp = 10 – 5 = Rp 5,00
f. Pajak yang diterima pemerintah (T)
T = QI x t Dimana Q1 = Jumlah keseimbangan setelah pajak
t = Besarnya pajak perunit
Berdasarkan contoh di atas maka Pajak yang diterima pemerintah :
T = 17,5 x 10 = Rp 175,00
2. Pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar
Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen dan konsumen, sehingga subsidi selalu
megurangi harga barang yang ditawarkan atau hanya mempengaruhi fungsi penawaran, sedang fungsi
permintaannya tetap.
Sehingga Rumusnya :
Pd = Ps - s
Contoh:
Fungsi permintaan ditunjukkan dengan P = 50 – 2Q, dan fungsi penawaran ditunjukkan dengan P = -30 + 2Q.
Terhadap barang tersebut Pemeintah memberi subsidi Rp 10,00 per unit. Tentukan Titik keseimbangan pasar
setelah subsidi
Jawab:
Keseimbangan setelah subsidi adalah :
Pd = Ps - s
50 – 2Q= -30 + 2 Q – 10
-4 Q = -90
Q = 22,5
Jika Q = 22,5 maka P = 50 – 2 (22,5) = 5
Jadi keseimbangan setelah subsidi adalah: P = 5 dan Q = 22,5 atau (22½, 5)
Pengaruh Subsidi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Bagian subsidi yang dinikmati konsumen (sk)
Subsidi konsumen perunit :

sk = P - PI Dimana:

sk = subsidi yang dinikmati konsumen


Subsidi konsumen keseluruhan :
sk = (P – P1) Q1 P = harga keseimbangan sebelum subsidi

b. Bagian subsidi yang dinikmati produsen (sp)


Subsidi produsen perunit :
sp = s - sk
Dimana:
Subsidi produsen keseluruhan :
sp = subsidi yang dinikmati produsen
sp = (s – sk) Q1
s = subsidi per unit

c. Jumlah sibsidi yang dibayarkan oleh pemerintah (S)


Dimana:
S = Q1 x s
S = subsidi yang dibayar oleh pemerintah

QI = jumlah barang yang terjual setelah subsidi


F. KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG HARGA
Kebijakan pemerintah di bidang harga terdiri dari :
a. Kebijakan Harga Maksimum (Floor Price) adalah kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menurunkan
harga barang yang ada di pasar dalam rangka melindungi konsumen. Akibatnya terjadi Excess demand adalah
kelebihan permintaan dari pada penawaran
18
b. Kebijakan Harga Minimum (Ceilling Price) adalah kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
menaikkan harga barang yang ada di pasar dalam rangka melindungi produsen. Akibatnya terhadi Excess supply
adalah kelebihan penawaran dari pada permintaan
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut :
D S

Harga Minimum Excess Supply


P2

Harga Pasar P E

P1
Harga Maksimum Excess demand
S D

0 Q1 Q Q2

KETERANGAN :
Sebelum ada Setelah ada Akibat
No. Kebijakan Tujuan
kebijakan kebijakan kebijakan
1. Harga 1. menurunkan harga OP : harga pasar OP1 : Harga pasar Harga pasar turun
Maksimum pasar OQ : jumlahOQ1 : jumlahKelebihan
2. melindungi konsumen barang penawaran permintaan
OQ2 : jumlah(Excess demand)
permintaan
2. Harga 1. menaikkan harga OP : harga pasar OP2 : Harga pasar Harga pasar turun
Minimum pasar OQ : jumlahOQ1 : jumlahKelebihan
2. melindungi produsen barang permintaan penawaran
OQ2 : jumlah(Excess supply)
penawaran

G. GOLONGAN PEMBELI DAN GOLONGAN PENJUAL


Golongan pembeli, terdiri dari 3 golongan, yaitu:
a. Pembeli marginal adalah pembeli yang mempunyai daya beli sama dengan harga pasar
b. Pembeli super marginal adalah pembeli yang mempunyai daya beli di atas harga pasar
c. Pembeli sub marginal atau pembeli yang tidak mampu untuk membayar harga pembelian itu.

Sedangkan golongan penjual/produsen, terdiri dari 3 golongan, yaitu:


a. Penjual marginal adalah produsen yang harga pokoknya sama dengan harga pasar
b. Penjual super marginal adalah produsen dengan harga pokoknya di bawah harga pasar
c. Penjual sub marginal adalah produsen dengan harga pokoknya di atas harga pasar

Gambar yang berhubungan dengan Golongan pembeli dan golongan penjual serta surplus konsumen dan
surplus produsen :
P Keterangan :
A S
AE : Pembeli super marjinal
E
ED : Pembeli sub marjinal
P1
BE : Penjual super marjinal

B D ES : Penjual sub marjinal

0 Q1 Q E : Pembeli/penjual marjinal

H. SURPLUS KONSUMEN DAN SURPLUS PRODUSEN


1. Surplus Konsumen
Surplus Konsumen (Consumers Surplus) atau Premi Konsumen adalah kepuasan atau kegunaan tambahan yang
diperoleh konsumen dari pembayaran harga suatu barang yang lebih rendah dari harga yang konsumen bersedia
membayarnya. Surplus konsumen maksimum hanya terjadi pada pasar persaingan sempurna, dinana harga
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran secara bebas dan semua konsumen membayar harga yang
sama. Atau dengan kata lain surplus konsumen terjadi karena konsumen berani membayar atau membeli dengan
harga yang lebih tinggi dari harga yang pasarnya, Surplus Konsumen dihitung dari Besarnya Kenaikan harga
yang berasal dari Harga Keseimbangan dikalikan dengan Besarnya Jumlah Keseimbangan.
Secara matematis surplus konsumen dapat dihitung dengan rumus :
Qe
Atau 1 a = Tingkat harga pada
SK = ∫ f (Q) dQ – Q e Pe SK = Q x ( a−P)
2
Contoh : 0
Diketahui fungsi Permintaan P = 120 – 2Q. Hitunglah besarnya keuntungan lebih atau surplus yang dinikmati
konsumen pada tingkat harga pasar setinggi P = 50.
Jawab :
19
Jika P = 50, maka disubstitusikan ke persamaan fungsi permintaan, sehingga diperoleh Q = 35.
Surplus konsumen :
Qe
Atau dengan cara lain :
SK = ∫ f (Q)dQ – Q e Pe
0
35 SK = ½ Q x (a – P)
SK = ∫ f ( 120−2 Q ) dQ – (35)(50)
0 SK = ½ (35) x (120 – 50)
35
SK = [ 120Q – Q2] - 1.750 SK = 17,5 x 70
0
2 2
SK = [120(35) – 35 ] – [120(0) – 0 ] – 1.750
SK = 4.200 – 1.225 – 0 – 1.750
SK = 1.225

2. Suprlus Produsen
Surplus Produsen (Producers Surplus) atau Premi Produsen adalah pendapatan tambahan yang diperoleh
produsen dari penerimaan harga suatu barang yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang sebenarnya telah
dipersiapkan untuk ditawarkan. Atau dengan kata lain surplus produsen terjadi karena produsen bernai
menawarkan atau menjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang pasarnya. Surplus Produsen dihitung
dari Besarnya Penurunan harga yang berasal dari Harga Keseimbangan dikalikan dengan Besarnya
Jumlah Keseimbangan
Secara matematis surplus konsumen dapat dihitung dengan rumus :
Qe
Atau
1 a = Tingkat harga pada
SP = Q e P e – ∫ f (Q)dQ SP = Q x (P−a)
2
0
Contoh :
Diketahui fungsi penawaran suatu barang dari seorang produsen adalah Q = –45 + 3P. Hitunglah besarnya
keuntungan lebih atau surplus produsen, jika tingkat harga pasar setinggi P = 25.
Jawab :
Jika Q = –45 + 3P, maka P = 15 + 1/3 Q, dan jika P = 25, maka Q = 30
Surplus produsen :
Qe

SP = Q e P e – ∫ f (Q)dQ Atau dengan cara lain :


0
30 SP = ½ Q x (P – a)
1
SP =( 30 ) ( 25 ) – ∫ (15+
Q) dQ
0 3 SP = ½ (30) x (25 – 15)
30
SP = 750 – [15Q + 1/6 Q2]
0 SP = 15 x 10
SP = 750 – [15(30) + 1/6 (30)2] – [15(0) + 1/6 (0)2]
SP = 750 – 450 – 150 – 0
SP = 150

I. ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN


1. Pengertian Elastisitas
Elastisitas adalah Kepekaan atau angka yang menunjukkan perubahan harga barang terhadap perubahan jumlah
barang atau pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta dan jumlah barang yang ditawarkan.
Terdapat beberapa macam Koefisien elastisitas (E), diantaranya :
a. Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand = E D)
Elastisitas harga permintaan adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta
dengan persentase perubahan harga barang.
b. Elastisitas Harga Penawaran (Price Elasticity of Supply = ES)
Elastisitas harga penawaran adalah Pembandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang
ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang.
c. Elastisitas silang (Cross Elasticity = Exy)
Elanstisitas silang adalah pengaruh perubahan harga barang x terhadap jumlah barang y yang diminta.
d. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity = Ey)
Elastisitas Pendapatan adalah pengaruh perubahan pendapatan terhadap jumlah barang yang diminta.
Untuk lebih memberikan gambaran seberapa besar pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang
diminta atau yang ditawarkan, maka koefisien elastisitasnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
c. Elastisitas Titik atau Elastisitas secara umum

perubahan nisbi jumlah barang % perubahan jumlah barang


Rumus : E = perubahan nisbi harga atau % perubahan harga barang
E=
Secara Matematis Rumus Elastisitas adalah :
ΔQ P ΔQ ΔP 1
E= x Dan =Q1 atau =P
ΔP Q ΔP ΔQ
Keterangan :
Q = selisih jumlah barang Q1 = Turunan pertama dari Q
P = selisih harga barang P1 = Turunan pertama dari P
20
P = harga barang mula-mula
Q = jumlah barang mula-mula
b. Elastisitas Busur
Rumus :
∆Q 1
E= x ¿¿
∆P 2

6. Macam-macam sifat elastisitas/ jenis elastisitas

No. Jenis Elastisitas Rumus Logika Contoh barang


1.Permintaan elastic E > 1 %  Q > %  P Keb. Lux atau mewah
2.Permintaan inelastic E < 1 %  Q < %  P Keb. Primer/pokok
3.Permintaan uniter/normal E = 1 %  Q = %  P Keb. Sekunder
4.Permintaan elastis E= %  Q , %  P Keb. Dunia (gandum,
sempruna =0 minyak)
5. Permintaan inelastis E=0 % Q = 0, %  Keb. Tanah, air minum
Sempurna P dsb.
Besarnya koefisien elastisitas dapat bernialai negatif dan psoitif, nntuk menyatakan sifat elastisitasnya tanda
minus (–) diabaikan. Dan hasil perhitungan elastisitas permintaan yang selalu negatif (–), disebabkan karena
berlakunya hukum permintaan (Jika harga naik, permntaan turun dan jika harga turun permintaa naik)

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan dan elastisitas harga penawaran

No. Elastisitas harga permintaan No. Elastisitas harga penawaran


1. Tersedianya barang substitusi 1. Jenis produk yang dihasilkan
2. Pokok tidaknya suatu barang terhadap 2. Sifat perubahan biaya produksi
kebutuhan manusia
3. Proporsi (persentase) kenaikan harga 3. Banyak sedikitnya barang yang
terhadap pendapatan konsumen diperdagangkan
4. Jangka waktu 4. Jangka waktu

8. Hubungan antara elastisitas permintaan, harga barang dan Penerimaan Total (Total Revenue / TR) dan
Penerimaan Marjinal (Marginal Revenue/MR)

Elastistas Harga barang Penerimaan Total Penerimaan Marjinal


No.
permintaan (Ed) (P) (TR) (MR)
1. Elastis Naik Turun Positif
2. Elastis Turun Naik Positif
3. Inelastis Naik Naik Negatif
4. Inelastis Turun Turun Negatif
5. Uniter Elastis Naik Tidak berubah Nol
6. Uniter Elastis Turun Tidak Berubah Nol

9. Cara Smart/praktis menentukan besarnya elastisitas, tanpa mencari turunan Q atau Q’, yaitu :
a. Jika persamaan fungsi menunjukkan P = a – bQ (fungsi permintaan) dan P = a + bQ (fungsi penawaran)
maka rumus elastisitas :
P
E=
P-a
b. Jika persamaan fungsi menunjukkan Q = a – bP (fungsi permintaan) dan Q = a + bP (fungsi penawaran),
maka rumus Elastisitasnya :
bP
E=
Q
c. Jika persamaan fungsi menunjukkan P = aQ2 + bQ + c maka rumus elastisitasnya :
P
E
2
2aQ  bQ

10. Garfik Elastisitas


Inelastis sempurna
Inelastis

Uniter

Elastis
21

Elastis sempurna

J. ELASTISITAS SILANG (CROSS ELASTICITY)

Elastisitas silang (Exy) adalah pengaruh perubahan harga barang X terhadap perubahan jumlah barang Y yang
diminta. Untuk menentukan besarnya Elastisitas silang dirumuskan sebagai berikut :

% perubahan jumlah barang Y yang diminta ΔQ y Px


Exy= Atau E xy= x
% perubahan harga barang X ΔP x Qy
Keterangan :
Qy = Jumlah barang Y yang diminya
Px = Harga barang X

Elastisitas silang hanya berlaku untuk 2 macam barang :


a. untuk barang komplementer, elastisitas silang bersifat negatif
Jika harga barang X mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan barang Y mengalami penurunan, dan
sebaliknya jika harga barang X mengalami penurunan, maka jumlah permintaan barang Y mengalami kenaikan.
b. untuk barang subtitusi, elastisitas silang bersifat positif.
Jika harga barang X mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan barang Y mengalami kenaikan, dan
sebaliknya jika harga barang X mengalami penurunan, maka jumlah permintaan barang Y mengalami penurunan.

K. ELASTISITAS PENDAPATAN (INCOME ELASTICITY)

Elastisitas Pendapatan (Ey) adalah Pengaruh perubahan pendapatan terhadap jumlah barang yang diminta. Untuk
menentukan besarnya Elastisitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut :

ΔQ Y Keterangan :
E= x Q = Jumlah barang yang diminta
ΔY Q Y = Pendapatan konsumen

Elastisitas pendapatan hanya berlaku untuk 2 macam barang :


a. untuk barang inferior (bermutu rendah), elastisitas pendapatan bersifat negatif
Jika pendapatan seseorang mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan barang inferior mengalami penurunan,
dan sebaliknya jika pendapatan seseorang mengalami penurunan, maka jumlah permintaan barang inferior
mengalami kenaikan.
b. untuk barang superior (bermutu tinggi), elastisitas pendapatan bersifat positif.
Jika pendapatan seseorang mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan barang superior mengalami kenaikan,
dan sebaliknya jika pendapatan seseorang mengalami penurunan, maka jumlah permintaan barang superior
mengalami penurunan.

L. PASAR ATAU STRUKTUR PASAR


Pasar adalah hubungan keseluruhan dari permintaan dengan penawaran terhadap barang atau jasa. Dilihat dari
hubungan antar pembeli dan penjual, pasar dibedakan menjadi :
1. Pasar persaingan sempurna (Perfect Competation) Adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan banyak
pembeli untuk memperdagangkan barang yang homogen.
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna diantaranya :
a. Jumlah penjual dan pembeli sangat banyak
b. Barang yang dijual bersifat homogen
c. Terdapat kebebasan keluar masuk pasar, baik bagi pembeli maupun penjual (Free entry and Exit)
d. Ada mobilitas barang, sehingga pembeli dapat memperoleh barang dalam jumlah berapapun
e. Penjual dan pembeli memahami keadaan pasar yang sebenarnya.
f. Produsen/penjual dan konsumen tidak dapat menentukan harga pasar (price taker), tetapi sebagai pengambil
harga (price taker) atau Perusahaan menerima harga yang ditentukan oleh pasar (price taker)
g. Kurva permintaan yang dihadapi seorang produsen adalah garis lurus horizontal, artinya harga cenderung
stabil walaupun jumlah barang yang terjual mengalami perubahan, sehingga kurva permintaan sama dengan
kurva Penerimaan Rata-rata (Average Revenue = AR) dan Kurva Penerimaan Marjinal (Marginal Revenue =
MR). Sedangkan kurva permintaan pasarnya melereng dari kiri atas ke kanan bawah atau memiliki Slope
Negative.
Kurva Permintaan Pasar Kurva Permintaan di Perusahaan
Harga (P) Harga (P)
S

P = D = AR = MR

Kuantitas (Q) Kuantitas (Q)


h. Kurva penawaran pada pasar persaingan sempurna sama dengan kurva biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
dan dimulai dari titik minimum kurva AVC ke atas serta memotong kurva AC di titik minimum.
22

Dalam jangka pendek perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dapat memperoleh laba/keuntungan atau
dapat menderita keurgian. Namun dalam jangka panjang tiap perusahaan hanya memperoleh laba normal
(Normal Profit). Laba normal adalah suatu tingkat keuntungan yang dianggap cukup lumayan besar bagi
perusahaan-perusahaan yang sudah ada dalam industri, sehingga mereka tidak ingin keluar dari industri atau
pasar.

Keseimbangan perusahaan dalam jangka pendek atau Keuntungan Maksimum pada pasar Persaingan
sempurna
Harga MC = S
Keterangan :

1. Kurva permintaan sama atau berimpit


AC
dengan kurva harga (P), AR dan MR
2. Harga pasar berbentuk saat MC
P1 B P=AR=MR=D
memotong MR, yaitu setinggi OP1
3. TR = OQ1BP1
4. TC = OQ1CP2
P2 A 5. Keuntungan maksimum sebesar P1P2AB
dengan jumlah output OQ1 dan harga OP1
6. Kurva MC selalu memotong kurva AC
minimum (Biaya produksi terendah)
0 Q1 Output

Keseimbangan perusahaan dalam jangka panjang atau Laba Normal pada pasar Persaingan sempurna
Harga MC = S
Keterangan :

AC 1. Kurva permintaan sama atau berimpit


dengan kurva harga (P), AR dan MR
P1 B P=AR=MR=D2. Harga pasar berbentuk saat MC memotong
MR, yaitu setinggi OP1
3. Laba normal adalah titik singgung kurva D
dengan kurva AC di titik minimum
4. TR = TC, yaitu sebesar OQ1BP1
5. Keseimbangan perusahaan dalam jangka
0 Q1 Output panjang : P = D = MR = AR = MC = AC

2. Pasar persaingan tidak semuprna Adalah pasar dimana syarat-syarat pasar persaingan sempurna tidak
terpenuhi. Pasar persaingan tidak sempurna, terdiri dari :
a. Pasar Monopoli adalah Pasar yang terdapat satu pihak penjual yang menguasai pasaran
Ciri-ciri pasar monopoli antara lain :
1) Di dalam pasar hanya terdapat satu penjual/produsen
2) Jenis barang yang diproduksi tidak ada barang penggantinya (no substituties) yang mirip.
3) Adanya hambatan atau rintangan (barriers) bagi perusahaan baru yang akan masuk ke dalam pasar
monopoli.
4) Penjual ini tidak memengaruhi harga serta output dari produk lain yang dijual dalam perekonomian.
5) Perusahaan mempunyai kekuatan untuk menetapkan harga jual barang (price maker / price setter)
sehingga dalam pasar monopoli sering terjadi eksploitasi konsumen, yakni penetapan harga yang tinggi
atau memiliki daya monopoli (Monopoly power)
6) Kurva permintaan yang dihadapi monopolis adalah juga kurva permintaan pasar / industry, yakni melereng
dari kiri atas ke kanan bawah
Dalam pasar monopoli perusahaan dapat melakukan Diskriminasi Harga, dengan syarat-syarat :
1) Barang tidak dapat dipindahkan dari satu pasar ke pasar lain
2) Sifat barang atau jasa itu memungkinkan dilakukan diskriminasi harga atau barang yang diproduksikan
dapat dijual di dua pasar yang berbeda
3) Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing-masing pasar haruslah sangat berbeda
4) Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi tambahan keuntungan yang
diperoleh
5) Produsen dapat mengeksploitir beberapa sikap tidak rasional konsumen
6) Biaya yang dikeluarkan tidak melebihi keuntungan tambahan yang diperoleh
7) Cirri pembeli di suatu pasar berbeda dengan di pasar lainnya

Keseimbangan perusahaan dalam jangka panjang atau Keuntungan maksimum (Laba super normal) pada
pasar Monopoli
Harga MC
Keterangan :

1. Kurva permintaan sama dengan kurva AR


AC atau D = AR
P1 B 2. Harga berbentuk saat MC memotong MR,
yaitu setinggi OP1
3. TR = OQ1BP1
A 4. TC = OQ1AP2
5. Keuntungan maksimum / Laba Normal
sebesar P1P2AB dengan jumlah output OQ1
dan harga OP1
23
P2

MR AR = D
0 Q1 Output

Sedangkan Monopoli Alamiah adalah perusahaan yang terus menerus menikmati skala ekonomi hingga pada
tingkat produksi yang sangat banyak jumlahnya, yang berarti Average Cost (AC) terus menerus menurun
hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.
Dalam jangka pendek monopolis bisa memperoleh laba/keuntungan atau dapat menderita keurgian. Namun
dalam jangka panjang monopolis akan memperoleh laba super normal (Super Normal Profit).
Untuk mengurangi keburukan pasar monopoli, pemerintah membuat kebijakan, diantaranya :
1) Melakukan pengaturan/penetapan harga maksimum (ceiling price)
2) Pengenaan pajak kepada monopolis
3) Pengaturan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha yang tidak sehat (UU anti Monopoli, yaitu
UU NOmor 5 tahun 1999)

b. Pasar Duopoli adalah Pasar yang terdapat dua pihak penjual yang menguasai
Ciri-ciri pasar duopoli antara lain :
1) Terdapat dua penjual yang menguasasi
2) Terdapat rintangan untuk memasuki industri duopoli.
3) Keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan akan dipertimbangkan oleh perusahaan yang lain
dalam industri.

c. Pasar Oligopoli adalah Suatu pasar yang didalamnya terdapat beberapa penjual menguasai (3 – 10 penjual /
produsen)
Ciri-ciri pasar oligopoli antara lain :
1) Terdapat sedikit penjual (3 sampai dengan 10) yang menjual produk substitusi, artinya yang
mempunyai kurva permintaan dengan elastisitas silang(cros selasticity of demand) yang tinggi.
2) Barang yang dihasilkan adalah barang diferensial atau homogen
3) Terdapat rintangan untuk memasuki industri oligopoly. Hal ini karena perusahaan yang ada dalam pasar
hanya sedikit.
4) Keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan harus dipertimbangkan oleh perusahaan yang lain
dalam industri.
5) Terjadi persaingan non harga
6) Kurva permintaan pasar berbentuk patah (Kinked Demand Curve).
7) CR 4 melebihi 40% atau CR4 > 40

Kurva Permintaan Patah adalah kurva yang dihadapi setiap perusahaan oligopoly yang berbentuk bengkok,
karena apabila suatu perusahaan menurunkan harga, perusahaan lainnya akan mengikutinya, sebagai
akibatnya permintaan tidak mengalami peningkatan yang besar.

Bentuk Kurva Permintaan Perusahaan Oligopoli sebagai berikut :


P
Keterangan :

1. Kurva permintaan yang patah dari D ke D1,


P dan kurva permintaan bagian atas lebih
D elastic dan bagian bawah lebih inelastic
2. Kurva MR juga patah dari MR ke MR1, dan
D1 kurva PR di bagian atas lebih elastic dan
MR bagian bawah lebih inelastis
0 Q MR1
Dengan demikian di dalam pasar oligopoly, penurunan harga dari suatu perusahaan cenderung akan diikuti
oleh perusahaan yang lainnya agar mereka tidak kehilangan langganan. Tetapi apabila perusahaan menaikkan
harga, maka perusahaan yang lainnya tidak akan menaikkan harga, agar tidak kehilangan langganannya.
Sedangkan Kurva Marginal Revenue (MR) dan Kurva Permintaan sebelum terjadi patah lebih elastis atau
sangat elastis, sedangkan setelah terjadi patah, kurvanya lebih inelastis atau sangat inelastis..
Kekuatan industri oligopoli (Oligopoly Power) dapat diukur dengan perhitungan Rasio Konsentrasi
(Concentration Ratio), artinya rasio yang mengukur seberapa besar output atau pangsa pasar dikuasai oleh
perusahaan yang dominan/besar (4 sampai dengan 6 perusahaan). Jika Konsentrasi rasio empat perusahaan
(CR 4) adalah 60%, artinya 60% output/pangsa pasar dalam industri dikuasai oleh 4 perusahaan industri
tersebut. Perusahaan / industri berada dalam oligopoli apabila CR 4 melebihi 40% atau CR4 > 40.

d. Pasar Persaingan Monopolistis adalah Pasar terdapat banyak penjual dalam suatu jenis barang tertentu,
tetapi tiap penjual mempunyai ciri barang yang berbeda (differensiasi produk).
Differensiasi produk adalah kebijakan perusahaan yang pada dasarnya mengeluarkan suatu jenis barang,
tetapi dapat dibedakan dari segi merek, mutu, ukuran, warna, tehnologi, bentuk, kandungan bahan mentah dan
pengemasan yang berlainan.
Ciri-ciri pasar Monopolistis antara lain :
1) Terdapat banyak penjual
2) Barangnya bersifat berbeda corak/diferensiasi (merk, mutu, ukuran, bentuk, model, warna,
24
kemasan/bungkus, pelayanan penjualan dan tehnologi)
3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
4) Masuk ke dalam industri relatif mudah
5) Persaingan mempromosi penjualan sangat aktif
Pasar persaingan monopolistik mirip dengan pasar persaingan sempurna, perusahaan mungkin dapat
memperoleh laba atau menderita rugi, tetapi perusahaan mudah untuk masuk atau keluar dalam industri
(Free entry and Exit), sehingga dalam jangka panjang perusahaan hanya memperoleh laba normal.
Bentuk Kurva keseimbangan perusahaan pada pasar monopolistis sama dengan kurva pada pasar monopoli,
hanya dalam pasar monopolistis kurva permintaan (D), AR dan MR lebih elastis atau sangat elastis. Semakin
banyak perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis, maka semakin elastis atau datar kurva
permintaannya

M. KEBAIKAN DAN KEBURUKAN TIAP BENTUK PASAR


1. Pasar Persaingan Sempurna
KEBAIKAN KEBURUKAN
1. Pembeli sangat mengetahui harga pasar 1. Hanya terdapat satu atau dua
sehingga sangat kecil terjadi kerugian atau industri/pasar yang mendekati persaingan
kekecewaan sempurna, sedang sector yang lain banyak
ketidaksempurnaan
2. Konsumen merasa sejahtera, karena 2. Terdapat factor eksternal yang tidak
bebas memasuki pasar diperhitungkan dalam posisi kesejahteraan
optimum konsumen
3. Terdapat persaingan murni, karena barang 3. Tidak ada barang subtitusi karena bersifat
yang diperjual-belikan homogen homogen
4. Harga cenderung stabil karena keadaan
pasar dapat diketahui sebelumnya
5. Mudah memilih atau menentukan barang
yang diperjual- belikan
6. Barang yang diproduksi dapat diperoleh
dengan ongkos yang serendah-rendahnya

2. Pasar Monopoli
KEBAIKAN KEBURUKAN
1. Industri-industri yang berkembang banyak 1. Timbul ketidakadilan karena keuntungan
yang bersifat monopoli banyak dinikmati oleh produsen
2. Mendorong untuk adanya inovasi baru 2. Tidak efisiensinya biaya produksi, karena
agar tetap terjaga monopolinya perusahaan monopoli tidak memanfaatkan
secara penuh penghematan ongkos produksi
atau sering disebut timbulnya pemborosan.
3. Tidak akan mungkin timbul 3. Konsumen merasa berat karena harus
perusahaan-perusahaan yang kecil membeli barang dengan harga sangat tinggi
sehingga perusahaan monopoli akan oleh perusahaan monopoli
semakin besar
4. Adanya unsure eksploitasi terhadap konsumen
dan pemilik faktor-faktor produksi

3. Pasar Duopoli dan Oligopoli


KEBAIKAN KEBURUKAN
1. Industri-industri oligopoly bisa 1. Kemungkinan adanya keuntungan yang
mengadakan inovasi dan penerapan terlalu besar (excess profit) yang dinikmati
teknologi baru yang paling pesat produsen.
2. Terdorong untuk berlomba penemuan 2. Tidak efisiensi produksi karena setiap
proses produksi baru dan penurunan produsen tidak beroperasi pada biaya rata-rata
ongkos produksi yang minimum
3. Lebih mampu menyediakan dana untuk 3. Kemungkinan adanya eksploitasi
pengembangan dan penelitian konsumen maupun buruh
4. Terdapat kenaikan harga (inflasi) yang
merugikan masyarakat secara makro

4. Pasar Monopolistis
KEBAIKAN KEBURUKAN
1. Konsumen memiliki banyak pilihan 1. Tidak efisiennya produksi karena
barang produsen tidak berproduks i dengan
biaya rata-rat a (AC) yang minimum.
2. Produsen dapat menentukan harga sendiri- 2. Terlalu banyak perusahaan kecil
sendiri dalam satu pasar karena tidak ada
persaingan.
3. Masing-masing monopolistik mempunyai 3. Konsumen masih harus membayar harga
keuntungan sendiri-sendiri karena produk yang lebih tinggi dari biaya
memiliki pasar (konsumen) sendiri- sendiri produksi untuk menghasilkan produk
tersebut, atau Plebih besar dari MC
25

N. PASAR FAKTOR PRODUKSI ATAU PASAR INPUT


Pasar Faktor produksi / pasar input adalah pasar yang memperjualbelikan faktor-faktor produksi, baik factor produksi
alam, tenaga kerja, modal dan pengusaha.
1. Pasar tanah (Sumber Daya Alam) adalah Pasar yang menghubungkan penjual dengan pembeli tanah untuk
melakukan transaksi perdagangan. PemilikTanah menerima imbalan jasa berupa sewa
Teori sewa tanah :
a. Menurut David Ricardo. Tinggi rendahnya sewa tanah akan ditentukan oleh kesuburan tanahKarena
membedakan kesuburan tanah, maka teori ini disbeut juga “Teori Differensial”
b. Menurut Von Thuen. Tinggi rendahnya sewa tanah selain ditentukan oleh perbedaan kesuburan tanah juga
sangat ditentukan oleh jauh dekatnya (letak) tanah dengan pasar.

2. Pasar Tenaga Kerja (Sumber Daya Manusia) adalah pasar yang menghubungkan penjual dan pembeli tenaga
kerja untuk melakukan transaksi perdagangan. Tenaga kerja akan memperoleh upah/gaji
Upah uang / upah nominal adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai
pembayaran atas tenaga fisik atau non fisik yang digunakan dalam proses produksi. Atau Upah nominal adalah
nilai dalam bentuk uang yang diterima pekerja sebagai imbalan melakukan suatu pekerjaan
Upah Riil adalah tingkat upah para pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-
barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. Atau Upah Riil adalah
kemampuan upah yang diterima pekerja untuk membeli barang dan jasa. Upah riil ditentukan berdasarkan pada
tingkat harga yang berlaku pada tahun dasar.
Teori upah / gaji :
a. Menurut David Ricardo (Teori Upah Alami), Besarnya upah buruh sama dengan biaya hidup minimum buruh
besar keluarganya
b. Menurut J.S. Mill (teori Dana Upah), Besranya upah akan ditentukan oleh dana upah yang tersedia dan
jumlah buruh.
c. Menurut Von Thunen (Teori Upah Ethis), Besarnya upah akan bergantung pada besarnya biaya pemeliharaan
hidup dan besarnya produktivitas kerja buruh
d. Menurut Karl Mark (Teori Upah Lebih), Tenaga kerha memiliki nilai tukar dan nilai pakai bagi pengusaha.
Pengusaha harus membayar nilai tukarnya untuk mendapatkan nilai pakainya. Kelebihan nilai pakai atas nilai
tukar ini disebut nilali lebih.

3. Pasar Modal (Sumber Daya Modal) adalah pasar yang menghubungkan antara penjual dan pembeli modal uang
untuk melakukan transaksi perdagangan. Pemilik modal akan menerima pendapatan berupa bunga modal
Teori bunga modal :
a. Menurut J.B. say (Teori Produktivitas)
Bung amodal merupakan kontra prestasi karena modal itu dapat menghasilkan suatu produk/barang.
b. Menurut Nassau W. Senior (teori Abstinence / penghematan)
Bung amodal merupakan balas jasa kepada pemiliknya karena ia telah melakukan penghematan (tidak
berkonsumsi) membentuk modal
c. Menurut Von Bohn Bawerk (Teori Agio / Time Preference)
Bunga modal ini berdasarkan pada nilai uang. Nilai uang akan senantiasa turun . maka bunga modal ini
dimaksudkan agar nilai uang yang dikembalikan tetap sama dengan nilai uang tersebut pada saat dipinjamkan

4. Kewirausahaan / pengusaha. Pengusaha akan memperileh balas jasa berupa keuntungan / laba.
Teori Laba Pengusaha :
1) Menurut J.B. Say. Laba pengusaha akan ditentukan oleh keahlian dalam memimpin perusanaan dan resiko
yang akan ditanggungnya
2) Menurut J. Schumpeter. Laba pengusaha merupakan balsa jasa karen a kemampuan pengusaha dalam
mengadakan kombinasi baru dalam proses produksinya :
a. Penggunaan teknik produksi yang baru
b. Penemuan bahan dasar yang baru
c. Pembukaan daerah pemasaran yang baru
d. Penggunaan manajemen yang baru
e. Penggunaan teknik pemasaran yang baru

O. KEGAGALAN PASAR
Dalam mekanisme pasar terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan yaitu :
KEBAIKAN MEKANISME PASAR KELEMAHAN MEKANISME PASAR
1. Pasar dapat memberi informasi yang 1. Kebebasan yang tidak terbatas menindas
lebih tepat golongan-golongan tertentu
2. Pasar memberi perangsang untuk 2. Kegiatan ekonomi sangat tidak stabil
mengembangkan kegiatan usaha keadaannya
3. Pasar memberi perangsang untuk 3. Sistem pasar / liberal dapat menimbulkan
memperoleh keahlian modern monopoli
4. Pasar menggalakkan penggunaan barang 4. Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan
dan faktor produksi secara efisien beberapa jenis barang secara efisien
5. Pasar memberikan kebebasan yang 5. Kegiatan konsumen dan produsen mungkin
tinggi kepada masyarakat untuk melakukan menimbulkan Eksternalitas yang merugikan
kegiatan ekonomi

Sedangkan Kegagalan Pasar adalah ketidakmampuan dari suatu perekonomian pasar untuk berfungsi secara efisien
26
dan menimbulkan keteguhan dalam kegiatan dan pertumbuhan ekonomi. Kegagalan ini mendorong pemerintah
untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Untuk itu pemerintah perlu adanya campur tangan dalam meningkatkan
kegiatan ekonomi, diantaranya :
1. Menjamin agar kesamaan hak untuk setiap individu tetap wujud
dan penindasan dapat dihindarkan
2. Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami
perkembangan yang teratur dan stabil serta mengurangi imperfect information atau informasi pasar yang tidak
sumpurna
3. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahan-
perusahaan besar yang dapat mempengaruhi pasar agar mereka tidak menjalankan praktik-praktik monopoli yang
merugikan
4. Menyediakan ”Barang Bersama / Barang Publik”, yaitu
barang yang penggunaannya dilakukan secara bersama. Jalan raya, siaran radio dan televisi, kegiatan dan bantuan
polisi, jasa pengamat cuaca, yang penggunaannya dilakukan secara kolektif oleh masyarakat untuk mempertinggi
kesejahteraan sosial masyarakat, atau juga disebut sebagai Barang Altruisme, yakni barang yang dapat
digunakan untuk kepentingan orang banyak.
5. Mengawasi agar ”eksternalitas” kegiatan ekonomi yang
merugikan masyarakat dihindari atau dikurangi masalahnya. Eksternalitas adalah akibat sampingan (baik atau
buruk) yang ditimbulkan oleh kegiatan mengkonsumsi atau memproduksi
27
BAB IV
PENDAPATAN NASIONAL, INDEKS HARGA DAN INFLASI

KOMPETENSI INDIKATOR
2. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang Mendeskripsikan ekonomi mikro dan ekonomi
ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB), Produk makro atau masalah yang dihadapi pemerintah di
Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan bidang ekonomi.
Nasional (PN), inflasi konsumsi dan investasi, Mendeskripsikan konsep PDB, PDB harga berlaku,
uang dan Perbankan. PDB harga konstan, pendapatan nasional, atau
pendapatan perkapita
Mendeskripsikan indeks harga atau inflasi
berdasarkan data atau grafik

A. KONSEP PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL


Pendapatan Nasional (National Income) adalah keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam waktu satu tahun. Istilah yang sering digunakan dalam pendapatan nasional adalah Produk Dostik Bruto (PDB)
atau Gross Domestic Product (GDP) dan Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP).
Ada tiga metode dalam perhitungan Pendapatan Nasional, yaitu :
1. Komponen Pendapatan Nasional / Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Metode Produksi atau Pendekatan Produksi (Produck Approach) adalah dengan menjumlahkan
nilai tambah semua barang-barang dan jasa-jasa tersebut dijumlahkan. Jadi komponen pendapatan nasional
dari sisi produksi, yaitu : macam produk, jumlah produk yang terjual dari berbagai macam produk, dan
harga jual produk.
Rumus :
PN = (P1Q1) + (P2Q2) + …. + (PnQn) Atau PN =  PnQn

dimana : PN = Pendapatan Nasional


Pn = Harga jual suatu produk
Qn = Hasil produksi
Metode produksi dapat digunakan untuk menghindari penghitungan ganda (double counting) di dalam
menghitung pendapatan nasional. Dan besarnya nilai tambah adalah sebesar nilai produk jadi akhir dari
barang yang siap untuk dijual.

2. Metode Pengeluaran atau Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) adalah dengan


menjumlahkan pengeluaran atau expenditure dari masing-masing sektor dalam perekonomian, yaitu :
Pengeluaran konsumsi (C), Pengeluaran Investasi (I), Pengeluaran pembelian pemerintah (G), dan Ekspor
(X), Impor (M) atau Expor netto (X-M).
Rumus : PN = C + I + G + (X – M)

3. Metode Pendapatan atau Pendekatan Pendapatan (Income Approach) adalah dengan menjumlahkan
pendapatan yang diterima oleh faktor produksi, yang terdiri dari sewa (rent), upah dan gaji (wage and
salary), bunga (interest), dan laba (profit).
Rumus : PN = r + w + i + p

2. Kegiatan Ekonomi yang tidak termasuk dalam Pendapatan Nasional


Kegiatan ekonomi yang tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional adalah Pendapatan
Pribadi, yakni semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu
kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu Negara, diantaranya :
a) pembayaran uang pensiun kepada pegawai pemerintah yang tidak bekerja lagi
b) bantuan kepada orang-orang cacat, veteran dan berbagai bea siswa yang diberikan pemerintah
c) pendapatan bunga atas utang negara dan bunga atas pinjaman untuk konsumsi
d) sumbangan bencana alam
e) bantuan-bantuan yang diberikan kepada para penganggur
f) petani yang menanam tanaman ganja
g) ibu rumah tangga yang mengerjakan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumah tangga
3. Konsep dan cara perhitungan pendapatan nasional
Dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara dikenal beberapa konsep pendapatan nasional, yaitu :
1.GDP (Gross Domestic Product = Produk Domestik Bruto) adalah jumlah seluruh produksi yang
dihasilkan masyarakat, baik masyarakat asing yang berada di dalam negeri, maupun masyarakat nasional
dalam waktu satu tahun.
PDB = Nilai barang/jasa yang dihasilkan DN + Barang/jasa yang dihasilkan warga Asing di DN atau
PDB = PNB – Pendapatan Faktor Produksi Netto dari Luar Negeri
2.NDP (Nett Domestic Product = Produk Domestik Bersih) adalah GDP setelah dikurangi dengan
penyusutan dan perbaikan barang modal
3.GNP (Gross National Product = Produk Nasional Bruto) adalah jumlah seluruh produk yang dihasilkan
oleh masyarakat suatu negara tanpa menghitung produk yang dihasilkan oleh masyarakat asing di dalam
negeri dalam waktu satu tahun.
PNB = Nilai barang dan jasa yang dihasilkan DN + Barang/jasa yang dihasilkan warga DN di Luar
Negeri atau PNB = PDB – Pendapatan Faktor Produksi Netto Luar Negeri.
28
Untuk negara berkembang besarnya PDB > PNB dan untuk negara maju PNB > PDB
4.NNP (Nett National Product = Produk Nasional Bersih) adalah GNP setelah dikurangi dengan penyusutan
dan perbaikan barang modal.
5.NNI (Nett National Income = Pendapatan Nasional Bersih) adalah NNP setelah dikurangi dengan pajak
tidak langsung, yang merupakan pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan balas jasa yang diterima
para pemilik faktor produksi.
6.PI (Personal Income = Pendapatan Perseorangan) adalah NNI dikurangi dengan dana sosial, pajak
perusahaan, laba yang ditahan dan ditambah transfer payment pemerintah, yang merupakan pandapatan
yang diterima oleh masyarakat atau rumah tangga.
7.DI (Disposible Income = Pendapatan yang siap dibelanjakan) adalah pendapatan yang benar-benar
diterima oleh masyarakat dan siap untuk dibelanjakan. Besarnya DI yaitu PI setelah dikurangi dengan pajak
langsung/pajak personal/pajak perseorangan. DI dipergunakan untuk dua sektor, yaitu :Saving (tabungan)
Compsumtion (konsumsi)
Untuk memberikan gambaran tentang perhitungan pendapatan nasional, di bawah ini diberikan contoh cara
menghitung pendapatan nasional dalam suatu negara. Angka berikut hanya merupakan contoh saja, agar
memudahkan cara berpikir. (Dalam milyar Rupiah)
GDP (Gross Domestic Product) atau PDB Rp 156.000,00
Produk yang dihasilkan masy. Asing di dalam negeri Rp 26.000,00 -
Rp 130.000,00
Produk yang dihasilkan masy. Nasional di luar negeri Rp 10.000,00 +
GNP (Gross National Product) atau PNB Rp 140.000,00
Penyusutan dan penggantian barang modal Rp 15.000,00 -
NNP (Nett National Product) Rp 125.000,00
Pajak tidak langsung Rp 22.000,00
-
NNI (Nett National Income) atau NI (National Income) Rp 103.000,00
Dana sosial Rp 3.000,00
Laba yang ditahan Rp 6.000,00
Pajak perusahaan/perseroan Rp 12.000,00 +
Rp 21.000,00 -
Rp 82.000,00
Transfer pemerintah (Pembayaran pindahan pemerintah) Rp 8.000,00
+
PI (Personal Income) Rp 90.000,00
Pajak langsung Rp 4.000,00 -
DI (Disposible Income) Rp 86.000,00
Tabungan (saving) Rp 15.000,00 -
Pengeluaran konsumsi perseorangan Rp 71.000,00

B. PENDAPATAN NASIONAL NOMINAL DAN PENDAPATAN NASIONAL RIIL


Pendapatan nasional atas dasar harga yang berlaku (Pendapatan Nasional Nominal) adalah nilai barang
atau jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun yang dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
Sedangkan Pendapatan nasional atas dasar harga konstan (Pendapatan Nasional Riil/Nyata) adalah nilai barang
dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun yang dinilai menurut harga konstan atau harga pada suatu
tahun tertentu (tahun dasar) yang selanjutnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-
tahun berikutnya. Dan pendapatan nasional riil sudah memperhitungkan unsur inflasi atau sudah dikeluarkan unsur
inflasi, sehingga mencerminkan kenaikan produksi yang nyata.
Contoh :
1. Pendapatan Nasional Nominal atau GDP nominal
Pendapatan (Y) atau GDP tahun 2014 menurut harga yang berlaku, dengan cara :
GDP tahun 2014 yang dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 2014 itu juga, yakni
jumlah produksinya Q2014 dikalikan dengan tingkat harganya P2014.
2. Pendapatan Nasioal Riil atau GDP riil
Pendapatan (Y) atau GDP tahun 2014 menurut harga konstan tahun 2010 :
GDP tahun 2014 yang dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 2010, yakni jumlah
produksinya Q2014 dikalikan dengan tingkat harganya P2010.

Pendapatan Nasional Bruto (PNB atau GNP) Riil atau Produk Domestik Bruto (PDB atau GDP) Riil dihitung
dengan rumus :
Indeks Harga t o
PNB Riil t n = x PNB Nominal tn
Indeks Harga t n PNB Riil tn = PNB Riil pada tahun n

IH to = Indeks harga/deflator pada tahun


Indeks Harga t o
PDB Riil t n = x PDB Nominal dasar
Indeks Harga t n
tn
GDP Riil juga dapat dihitung dengan rumus :
GDP Nominal t n GDP Riil t n =
GDP Riil t n = Atau
GDP Deflator t n GDP Nominal t n
100% + Inflasi t n
Sedangkan GDP Deflator atau Harga GDP atau Faktor Penyesuaian GDP merupakan perbandingan antara GDP
Nominal dengan GDP riil. Untuk menentukan besarnya GDP Deflator dengan rumus :
29
GDP Nominal t n GDP Deflator tn =
GDP Deflator tn = x Atau
GDP Riil t n Indeks Harga pada GDP Nominal t n
x 100%
Indeks Harga pada GDP Riil t n
Dan
GDP Nominal t n
Indeks Harga tn = x 100
GDP Riil t n

Contoh :
Negara “Ngalengka” memproduksi kain dan jagung yang dipublikasikan dalam data makro ekonomi. Table berikut
mendeskripsikan data kain dalam satuan meter, jagung dalam satuan kilogram dan harga dalam rupiah.
Tahun 2014 Tahun 2015
Macam
Kuantitas Harg Kuantitas Harga
barang
a
Kain 500 2.000 900 3.000
Jagung 2.000 1.000 3.000 2.000

Berdasarkan pada data di atas, dapat dihitung sebagai berikut :


1. Perhitungan Pertumbuhan GDP Nominal 2015 :
GDP Nominal tahun 2014 = (500 x 2000) + (2000 x 1000) = Rp 3.000.000,00
GDP Nominal tahun 2015 = (900 x 3000) + (3000 x 2000) = Rp 8.700.000,00
GDP Nominal 2015 – GDP Nominal 2014
Pertumbuhan GDP Nominal 2015 = x 100%
GDP Nominal 2014
8.700.000−3.000 .000
Pertumbuhan GDP Nominal 2015 = x 100 % = 190%
3.000.000

2. Perhitungan Pertumbuhan GDP Riil 2015 :


GDP Riil tahun 2014 = (500 x 2000) + (2000 x 1000) = Rp 3.000.000,00
GDP Riil tahun 2015 = (900 x 2000) + (3000 x 1000) = Rp 4.800.000,00
GDP Riil 2015 – GDP Riil 2014
Pertumbuhan GDP Riil 2015 = x 100%
GDP Rii 2014
4.800 .000−3.000 .000
Pertumbuhan GDP Riil 2015 = x 100 % = 60%
3.000.000

3. Perhitungan GDP Deflator 2015 :


GDP Nominal 2015
GDP Deflator 2015 = x 100%
GDP Riil 2015
8.700.000
GDP Deflator 2015 = x 100% = 181,25%
4.800.000
Atau
8.700.000
Indeks harga pada GDP Nominal = x 100 = 290
3.000.000
4.800 .000
Indeks harga pada GDP Riil = x 100 = 160
3.000.000
290
GDP Deflator 2015 = x 100% = 181,25%
160
4. Perhitungan GDP Riil 2015 :
GDP Nominal 2015 8.700.000
GDP Riil 2015 = = = Rp 4.800.000,00
GDP Deflator 2015 181,25%
Atau
GDP Nominal t n 8.700.000
Indeks Harga tn = x 100 = x 100 = 181,25 (Harga Naik / Inflasi 81,25%)
GDP Riil t n 4.800.000
GDP Nominal 2015 8.700.000
Sehingga GDP Riil 2015 = = = Rp 4.800.000,00
100% + Inflasi tn 100% + 81,25%

C. DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL


Distribusi pendapatan nasional merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi rendahnya kesejahteraan atau
kemakmuran suatu Negara. Untuk mengetahui tingkat pemerataan distribusi pendapatan suatu Negara dapat diketahui
dari grafik yang dinamakan Kurva Lorenz, artinya kurva yang menggambarkan hubungan antara distribusi jumlah
penduduk dengan distribusi pendapatan. Sedangkan indicator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan adalah Koefisien Gini atau Indeks Gini.
Untuk lebih jelasnya perhatikan kurva Lorenz berikut ini.
E A
Keterangan :
% Pendapatan

1. Semakin besar indeks gini, semakin timpang (tidak


merata) distribusi pendapatannya
2. Semakin kecil indeks gini, semakin merata distribusi
pendapatannya
3. Kurva Lorenz ditunjukkan garis lengkung OA
4. OA merupakan garis kemerataan sempurna
30
B B

O D
% Penduduk
Kriteria nilai Indeks Gini atau Koefisien Gini sebagai berikut :
a. Kurang dari 0,4 atau 40%, tingkat ketimpangannya rendah
b. Antara 0,4 (40%) sampai dengan 0,5 (50%), tingkat ketimpangannya sedang
c. Lebih besar dari 0,5 atau 50%, tingkat ketimpangannya tinggi

Untuk mengukur pemerataan pendapatan suatu negara, Bank Dunia membagi penduduk menjadi 3 (tiga) kelompok,
yaitu :
1. Kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah
2. Kelompok 40% penduduk berpendapatan menengah
3. Kelompok 40% penduduk berpendapatan tinggi
Ketidakmerataan sebaran pendapatan suatu negara ditentukan besarnya persentase pendapatan yang dinikmati
kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kurang dari 12%, disebut tingkat ketidakmerataan
pendapatan Tinggi
2. 12% sampai 17%, disebut tingkat ketidakmerataan
pendapatan Sedang
3. Lebih dari 17%, disebut tingkat ketidakmerataan pendapatan
Rendah

D. MANFAAT MEMPELAJARI PENDAPATAN NASIONAL


1. Untuk mengetahui struktur perekonomian suatu negara, apakah agraris, industri dan sebagainya.
2. Untuk mengetahui kemajuan ekonomi atau perkembangan perekonomian dari tahun ke tahun, apakah
mengalami kemajuan, kemunduran atau tetap.
3. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran masyarakat setelah dibandingkan dengan jumlah penduduk, yaitu
tentang pendapatan perkapitanya.
4. Untuk membandingkan perekonomian antar negara di dunia.
5. Sebagai pedoman bagi pemerintah untuk mengambil kebijaksanaan yang berkaitan dengan perencanaan
pembangunan ekonomi nasional.
6. Untuk mengetahui penggunaan pendapatan masyarakat
7. Sebagai pedoman untuk melaksanakan pembangunan

E. PENDAPATAN PERKAPITA.
Pendapatan Perkapita adalah Pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk dalam suatu Negara selama kurun
waktu 1 tahun, atau ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk.
Pendapatan perkapita dapat dihitung sebagai berikut :
PDB per kapita = GNP atau PNB tahun t
Atau PNB per kapita =
GDP atau PDB tahun t Jumlah Penduduk tahun t
TinggiPenduduk
Jumlah rendahnya tahun
PDB tatau PNB dan Pendapatan perkapita suatu Negara oleh Bank Dunia dikelompokkan ke
dalam 4 kelompok berdasarkan pendapatan perkapita, yaitu :
a. Kelompok Negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu Negara-negara yang memiliki PNB
perkapita sekitar $ 1.035 atau kurang
b. Kelompok Negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income economies), yaitu Negara-negara
yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 1.036 sampai dengan $ 4.085
c. Kelompok Negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income economies), yaitu Negara-negara
yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 4.086 sampai dengan $ 12.615
d. Kelompok Negara berpendapatan tinggi (hight income economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai
PNB perkapita sekitar $ 12.616 atau lebih

Pendapatan per kapita suatu negara dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau dalam dolar Amerika
Serikat. Dengan cara demikian kita dapat membandingkan pendapatan per kapita suatu negara dengan negara lain,
terutama negara-negara sekitar yang berdekatan, misalnya Indonesia di antara negara-negara ASEAN. Perbandingan
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kedudukan negara yang bersangkutan di antara negara-negara lain.
Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, pendapatan perkapita Indonesia sangat jauh dibandingkan Malaysia
dan Singapura. Malaysia tiga kali lipat di atas Indonesia, Sementara Singapura, lebih dari 11 kali lipat. "Pendapatan per
kapita Indonesia pada tahun 2014 sebesar US$ 4.700. Sedangkan Malaysia US$ 13.000 dan Singapura US$ 55.000
per tahun."
Berikut adalah daftar 10 negara terkaya di dunia berdasarkan PDB per kapita yang dilansir Bank Dunia tahun
2014:
No. Negara PDB Perkapita 2013
1. Luxsemburg US $ 111.162
2. Norwegia US $ 100.819
3. Qatar US $ 93.352
31
4. Macau SAR (Tiongkok) US $ 91.376
5. Swiss US $ 80.528
6. Australia US $ 67.468
7. Denmark US $ 58.930
8. Swedia US $ 58.164
9. Singapura US $ 55.182
10 Amerika Serikat US $ 53.143
sumber:VIVAnews.com

F. INDEKS HARGA
1. Pengertian Angka Indeks (Indeks Harga)
Angka indeks merupakan suatu ukuran statistik yang menunjukkan perubahan suatu variabel atau
sekumpulan variabel yang berhubungan satu sama lain pada waktu atau tempat yang sama atau
berlainan. Angka indeks adalah angka relatif yang diyatakan dalam persentase. Biasanya untuk
kesederhanaan bentuk persentase bisa dihilangkan.
Ada tiga kemungkinan dalam perhitungan indeks harga, yaitu :
a. Jika Indeks harga > 1 atau 100%, berarti harga mengalami kenaikan
b. Jika Indeks harga < 1 atau 100%, berarti harga mengalami penurunan
c. Jika Indeks harga = 1 atau 100%, berarti harga tetap (tidak naik dan tidak turun)
Contoh:
Bila harga barang tahun 2014 Rp, 8000,00 per kilogram, kemudian pad tahun 2015 menjadi Rp. 10.000,00 per
kilogram, maka indeks harga barang tersebut pada tahun 2015 adalah sebagai berikut.
10 .000
x 100 %=125 %
Indeks Harga 2015 = 8 .000
Jadi harga barang pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 25%.

2. Tujuan Indeks Harga


Penyusunan angka indeks bertujuan untuk mengukur perubahan atau membandingkan perubahan antara
variabelvariabel ekonomi dan sosial. Dalam menyusun angka indeks perlu dirumuskan tentang apa yang akan diukur,
bagaimana cara mengukur, dan untuk apa pengukuran tersebut dilakukan.
Sedangkan Peranan indeks harga dalam ekonomi antara lain sebagai berikut.
a. Indeks harga merupakan petunjuk atau barometer dari kondisi ekonomi umum. Hal ini mengandung maksud
sebagai berikut.
- Indeks harga grosir dapat menggambarkan secara tepat tentang tren perdagangan.
- Indeks harga diterima petani dapat menggambarkan kemakmuran di bidang agraria.
b. Indeks harga umum merupakan pedoman bagi kebijakan dan administrasi perusahaan.
c. Indeks harga dapat dipergunakan sebagai deflator, maksudnya bahwa pengaruh perubahan harga dapat dihilangkan
dengan cara membagi nilai tertentu dengan indeks harga yang sesuai. Proses ini dinamakan proses deflasi dan
pembaginya disebut deflator.
d. Indeks harga dapat dipakai sebagai pedoman bagi pembelian barang-barang. Maksudnya ialah harga barang yang
dibeli dapat dibandingkan dengan indeks harga eceran atau indeks harga grosir agar dapat diukur efisiensi
pembelian barangbarang yang bersangkutan.
e. Indeks harga barang-barang konsumsi merupakan pedoman untuk mengatur gaji buruh atau menyesuaikan kenaikan
gaji buruh pada masa inflasi.

3. Metode Perhitungan Indeks harga


a. Indeks Harga tidak Tertimbang dengan Metode Agregatif Sederhana.
Rumus :
Dimana :
IA = Indeks harga yang tidak ditimbang
Pn = harga yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
b. Indeks Jumlah tidak Tertimbang dengan Metode Agregatif Sederhana.
Rumus :
Dimana :
IA = Indeks Jumlah yang tidak ditimbang
Qn = Jumlah yang dihitung angka indeksnya
Qo = Jumlah pada tahun dasar
c. Angka Indeks Tertimbang
1) Metode agregatif sederhana
Rumus:
Dimana
IA = Indeks harga yang ditimbang
Pn = Nilai yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
W = Faktor penimbang
2) Metode Laspeyres
Angka indeks Laspeyers adalah angka indeks yang ditimbang dengan faktor penimbangnya kuantitas
tahun dasar (Qo)
Rumus: Dimana :
IL = Angka Indeks Laspeyres
32
Pn = Harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Qo = Kuantitas pada tahun dasar
3) Metode Paasche
Angka indeks Paasche adalah angka indeks yang tertimbang dengan faktor penimbang kuantitas tahun n
(tahun yang dihitung angka indeksnya) atau Qn
Rumus: Dimana:
IP = Angka Indeks Paasche
Pn = Harga tahun yang dihitung angka
indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Qn = Kuantitas tahun yang dihitung angka
indeksnya
4) Metode Drobisch and Bowley
Rumus:
Dimana:
ID = Angka indeks Drosbich
IL = Angka indeks Laspeyres
IP = Angka indeks Paasche
5) Metode Irving Fisher
Penghitungan angka indeks dengan Metode Irving Fisher merupakan angka indeks yang ideal. Irving
Fisher menghitung indeks kompromi dengan cara mencari rata-rata ukur dari indeks Laspeyres dan indeks
Paasche.
Rumus:
Dimana:
IF = Angka indeks Irving Fisher
IL = Angka indeks Laspeyres
IP = Angka indeks Paasche
6) Metode Marshal Edgewarth
Adalah angka indeks yang menggunakan jumlah kuantitas tahun dasar (Qo) dan kuantitas tahun yang
akan ditentukan angka indeksnya (Qn) sebagai penimbang. Menurut metode ini, angka indeks ditimbang
dihitung dengan cara menggabungkan kuantitas tahun dasar dan kuantitas tahun n, kemudian
mengalikannya dengan harga pada tahun dasar atau harga pada tahun n.
Rumus:
Dimana:
IM = Angka indeks Marshal Edgewarth
Qo = Jumlah pada tahun dasar
Qn = Jumlah tahun yang dihitung angka
indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Pn = Harga tahun yang dihitung angka
indeksnya
7) Metode Walsh
Adalah angka indeks yang menggunakan akar dari hasil kali antara kuantitas tahun dasar (Qo) dan kuantitas
tahun yang akan ditentukan angka indeksnya (Qn) sebagai penimbang.
Rumus : Dimana:
IW = Angka indeks Walsh
∑ (Pn √ (Qn x Qo ) Qo = Jumlah pada tahun dasar
IW =
∑ (Po √ (Qn x Qo ) Qn = Jumlah tahun yang dihitung angka
indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Pn = Harga tahun yang dihitung angka
indeksnya

d. Angka indeks rantai


Angka indeks rantai adalah perhitungan angka indeks dengan menggunakan tahun sebelumnya sebagai tahun
dasar. Misalnya menghitung angka indeks tahun 2013 tahun dasarnya 2012, angka indeks tahun 2014 tahun
dasarnya 2013, angka indeks tahun 2015 tahun dasarnya 2014, dan seterusnya.
Contohnya :
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Harga Rp Rp Rp Rp Rp
500,00 600,00 700,00 800,00 900,00
Indeks rantai dapat dihitung sebagai berikut :
500
- Indeks tahun 2011 = x 100 = 100,00
500
600
- Indeks tahun 2012 = x 100 = 120,00
500
700
- Indeks tahun 2013 = x 100 = 116,67
600
800
- Indeks tahun 2014 = x 100 = 114,29
700
33
900
- Indeks tahun 2015 = x 100 = 112,50
800

G. INFLASI
1. Inflasi dan Laju inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum (price level) cenderung naik. Dan Inflasi
Inersial adalah laju inflasi yang diharapkan (Expected)akan terjadi dan mendasari kontrak atau perjanjian
informal.
Laju inflasi adalah kenaikan atau penurunan inflasi dari periode ke periode atau dari tahun ke tahun.
Untuk menentukan laju infasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Indeks Harga Periode ini - Indeks Harga Periode lalu
x 100%
Laju Inflasi = Indeks Harga Periode Lalu

2. Jenis-jenis inflasi
a. Inflasi ringan, inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan perekonomian suatu Negara dan
masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan)
b. Inflasi sedang, inflasi atnara 10% - 30% per tahun (Belum membahayakan, tetapi sudah menurunkan
kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap)
c. Inflasi berat, inflasi antara 30% - 100% per tahun (Sudah mengacaukan perekonomian karena orang cenderung
enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang)
d. Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, inflasi di atas 100% per tahun (Mengacaukan kegiatan perekonomian
suatu Negara dan sulit untuk dikendalikan / diatasi)
3. Sebab-sebab timbulnya inflasi.
1. Kenaikan permintaan melebihi penawaran atau di atas kemampuan berproduksi (Demand Pull Inflation)
2. Kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation)
3. Meningkatnya jumlah uang yang berdar dalam masyarakat
4. Berkurangnya jumlah barang di pasaran
5. Inflasi dari luar negeri (imported inflation)
6. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
4. Cara Mengatasi Inflasi.
a. Kebijakan Moneter artinya mempengaruhi atau mengurangi jumlah uang yang beredar (Kebijakan
Moneter Kontraktif)
a. Politik diskonto atau suku bunga (Discount Policy), menaikkan suku bunga
b. Politik pasar terbuka (Open market policy), menjual surat-surat berharga
c. Politik pagu kredit atau pembatasan kredit (Plafon credit policy), membatasi pemberian pinjaman
d. Politik cadangan kas atau giro wajib minimum (cash ratio poticy), menaikkan cadangan kas
e. Politik uang ketat (Tight money policy), mengurangi jumlah uang yang beredar
b. Kebijakan Fiskal artinya kebijakan mengatur pendapatan dan pengeluaran negara (APBN) atau
Kebijakan fiskal kontraktif
1) Mengurangi pengeluaran negara
2) Penghematan pengeluaran pemerintah (disesuaikan dengan rencana)
3) Pengurangan utang luar negeri
4) Menaikkan atau mengefektifkan pajak
c. Kebijakan non moneter dan non fiskal
1) Peningkatan produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran
2) Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi
3) Pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum
5. Deflasi
Deflasi merupakan suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum mengalami penurunan. Keadaan harga
barang dapat mengalami kenaikan dan penurunan, dimana ternyata dari hasil perhitungan diketahui bahwa
sebagian besar barang mengalami penurunan harga dan sebagian yang lain mengalami kenaikan, maka terjadi
deflasi.
6. Dampak inflasi terhadap perekonomian
a. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya minat
menabung.
b. Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang, karena harga barang mengalami
kenaikan.
c. Jika terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran, karena pemerintah
berusaha untuk menekan harga.
d. Masyarakat akan cenderung untuk menyimpan barang daripada menyimpan uang.
e. Nilai mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.
Pihak yang diuntungkan dan dirugikan dengan inflasi :
Pihak yang Untung Pihak yang Rugi
1. Eksportir atau Penjual 1. Importir atau pembeli
2. Debitur / pihak yang memiliki utang 2. Kreditur / pihak yang memiliki piutang
3. Speklulan / berani berspekulasi 3. Berpenghasilan tetap
4. Berpenghasilan tinggi/besar 4. Berpenghasilan rendah / miskin
7. Kurva Phillips
Kurva Phillips adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
34
Sifat umum dari kurva Phillips adalah pada mulanya penurunannya adalah sangat curam, tetapi semakin lama ia
semakin bertambah landai :
a. Apabila tingkat pengangguran sangat rendah, tingkat upah semakin cepat kenaikannya. Atau semakin
rendah pengangguran, maka semakin tinggi tingkat inflasi.
b. Apabila tingkat pengangguran relative tinggi, kenaikan upah relative lambat berlakunya. Atausemakin
tinggi pengangguran, maka semakin rendah tingkat inflasi.

Kurva Phillips dibedakan menjadi 2, yaitu :


a. Kurva Phillips Jangka Pendek (Short Run Phillips Curve)
Tenaga kerja merupakan input tetap dan dalam jangka pendek jumlahnya tidak mudah ditambah, sehingga
dalam jangka pendek pengangguran tidak mudah untuk di atasi.
Gambar Kurva Phillips jangka pendek sebagai berikut :

7 Keterangan :

5 1. Kurva Phillips melereng dari kiri atas ke


Tingkat Inflasi (%)

kanan bawah
2. Makin banyak pengangguran, makin
3 rendah tingkat inflasi
3. Makin sedikit pengangguran, makin
SPC
tinggi tingkat inflasi
1
4. SPC = Short Run Phillips Curve (Kurva
Phillips Jangka Pendek
0 2 3 5 10
Tingkat Pengangguran (%)

b. Kurva Phillips Jangka Panjang (Long Run Phillips Curve)


Menurut Kaum Klasik, dalam jangka panjang perekonomian berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh
(Full Employment), sehingga bentuk kurva Phillips tegak lurus, dan peningkatan permintaan agregat
(Aggregate Demand = AD) hanya akan menyebabkan inflasi serta dalam jangka panjang tidak akan ada
Trade Off (harga yang harus dibayar) antara inflasi dengan pengangguran.
Gambar Kurva Phillpis Jangka Panjang sebagai berikut :
AS (Penawaran Agregate) atau
LPC (Long Run Phillips Curve)

F2
Tingkat Inflasi (%)

F1
AD2
Fo
AD1

ADo
0 Yo
Tingkat Pengangguran (%)

Berkaitan dengan hubungan antara inflasi dengan pengangguran, maka Laju inflasi dapat dirumuskan :
Laju Inflasi = Tingkat Kenaikan Upah – Tingkat Kenaikan Produktivitas
35

BAB VI
UANG, BANK DAN OJK

KOMPETENSI INDIKATOR
2. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi, Mendeskripsikan konsep dan teori uang,
Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik perbankan, atau kebijakan pemerintah di
Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Nasional (PN), bidang moneter.
inflasi konsumsi dan investasi, uang dan Perbankan.

A. UANG

1. Pengertian Uang
Uang, yaitu: alat untuk mempermudah pertukaran. (Money was made to facility business transaction), yang secara
umum dapat diterima di dalam bentuk pembelian barang-barang atau jasa-jasa serta untuk pembayaran utang.
Alat pertukaran yang dapat disebut sebagai uang, harus memiliki syarat-syarat (kriteria) sebagai berikut:
a. Digemari atau diterima oleh umum (acceptability)
b. Mudah disimpan dan dipindahtangankan (Portability)
c. Tahan lama dan tidak lekas rusak (durability)
d. Dapat dibagi-bagi dan tidak mengurangi nilainya (devisibility)
e. Mempunyai nilai yang stabil atau tetap (stability of value)
f. Jumlahnya memenuhi kebutuhan (uniformity)
2. Fungsi Uang
Fungsi uang dibagi menjadi dua macam, yaitu fungsi asli dan fungsi turunan
a. Fungsi asli atau fungsi primer, meliputi : Sebagai alat tukar umum (medium of exchange dan Sebagai satuan
hitung (unit of account)
b. Fungsi turunan atau fungsi sekunder, meliputi : Sebagai alat pembayaran (means of payment), Sebagai standar
pembayaran utang (standar of defered payment), Penimbun kekayaan, Sebagai alat pembentukan modal dan
pemindahan modal (transfer of value), dan Sebagai ukuran harga atau pengukur nilai (standard of value)
3. Ciri-ciri uang
Uang rupiah memiliki ciri-ciri khusus dan umum agar uang tersebut tidak dipalsukan dan bisa dikenali sebagai uang
asli.
Adapun ciri-ciri uang rupiah dibedakan menjadi ciri umum dan ciri khusus, yaitu sebagai berikut.
a. Ciri-Ciri Umum Uang
Ciri umum Rupiah kertas sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit memuat:
1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;
2) frasa ”Negara Kesatuan Republik Indonesia”;
3) sebutan pecahan dalam angka dan huruf sebagai nilai nominalnya;
4) tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia;
5) nomor seri pecahan;
6) teks ”DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN
NILAI …”; dan
7) tahun emisi dan tahun cetak.

Ciri umum Rupiah logam sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit memuat:
1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;
2) frasa ”Republik Indonesia”;
3) sebutan pecahan dalam angka sebagai nilai nominalnya; dan
4) tahun emisi.
b. Ciri-Ciri Khusus Uang
Setiap pecahan Rupiah selain memiliki cirri umum juga memiliki ciri khusus sebagai pengaman yang
terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak. Dan bersifat terbuka, semi tertutup, dan tertutup.
4. Jenis-jenis uang
a. Berdasarkan bahan (material), uang dibedakan menjadi ; Uang logam dan Uang kertas merupakan uang
fiduaciry (uang kepercayaan)
b. Berdasarkan Lembaga atau badan pembuatnya, uang dibedakan menjadi : Uang kartal (uang kertas dan
uang logam) dan Uang giral (cek, giro, atau surat perintah pembayaran lainnya/telegrafic transfer)
c. Berdasarkan Nilainya, Uang dibedakan menjadi : Uang bernilai penuh (full bodied money) dan Uang yang
tidak bernilai tidak penuh (representative full bodied money ) atau Uang bertanda (Token money) ,
d. Berdasarkan Kawasan / Daerah berlakunya, uang dibedakan menjadi : Uang domestic dan Uang
Internasional

5. Permintaan dan Penawaran Uang


a. Permintaan Uang (Demand of money)
Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk melakukan transaksi
dalam perdagangan atau tujuan tertentu.Permintaan uang datang dari 4 pihak, yaitu : pihak perseorangan /
konsumen, pihak pengusaha / produsen, pihak investor / penanam modal dan pihak pemerintah (dapat bertindak
sebagai produsen, konsumen dan pengatur)
Dalam analisis JM Keynes, masyarakat memegang uang atau permintaan uang, untuk memenuhi tiga keinginan,
yaitu :
36
a. Permintaan uang untuk tujuan Transaksi, Dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
b. Permintaan uang untuk tujuan Berjaga-jaga
c. Permintaan uang untuk tujuan Spekulasi Dipengaruhi oleh tingkat bunga
b. Penawaran Uang(Supply of money)
Penawaran uang adalah sejumlah uang tertentu yang disediakan oleh pemerintah atau bank untuk dapat dimiliki
oleh masyarakat. Penawaran uang dapat mempengaruhi tingkat harga, tingkat bunga dan tingkat kegiatan
ekonomi suatu Negara. Oleh karena itu pertambahan penawaran uang dalam perekonomian perlu dikendalikan.
Tugas tersebut dipegang oleh Bank Sentral.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran uang.
Faktor yang mempengaruhi penawaran uang
Faktor yang mempengaruhi permintaan uang
atau Jumlah Uang yang Beredar (JUB)
1. Alasan transaksi (transaction motive) 1. Tingkat pendapatan
2. Alasan berjaga-jaga (precautionary motive) 2. Tingkat suku bunga
3. Alasan spekulasi (speculative motive) 3. Selera masyarakat
4. Tingkat harga barang 4. Sistem pembayaran dan kebijakan moneter
5. Tingkat suku bunga 5. Tingkat harga barang
6. Ekspektasi (perkiraan /ramalan masa yad) 6. Jenis kekayaan yang dimiliki masyarakat

6. Teori Kuantitas Uang


Teori kuantitas uang merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung antara perubahan jumlah uang
yang beredar dengan perubahan harga barang. Hubungan tersebut dapat dikemukakan bahwa harga barang berbanding
lurus dengan jumlah uang yang beredar. Teori kuantitas tersebut dikemukakan oleh Irving fisher (persamaan
pertukaran), dengan rumus sebagai berikut:
MV=PT M1 V1 + M2 V2 = P T
Dan

Dimana
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
M1 = Jumlah uang kartal yang beredar
M2 – Jumlah uang Giral yang beredar
V = velocity of circulation (kecepatan peredaran uang)
P = price (tingkat harga rata-rata barang)
T= trade (jumlah barang yang diperdagangkan)

Dari persamaan tersebut dapat diketahui hal berikut.


1. Apabila terdapat perubahan pada M atau V, maka akan mengakibatkan perubahan yang sebanding terhadap P.
2. Apabila terdapat perubahan terhadap T, maka akan terjadi perubahan yang sebaliknya terhadap P.

Kecepatan laju peredaran uang ditentukan oleh:


a. kebiasaan pembelajnaan konsumen,
b. frekuensi pembayaran pendapatan,
c. praktek-praktek bank, dan
d. keadaan psikologi umum.
Dengan berkembangnya usaha,untuk menghitung pendapatan nasional (yang belum dilakukan pada waktu teori
kuantitas diperkenalkan) para ahli ekonomi mulai tertarik pada hubungan antara perubahan jumlah uang yang beredar
dengan pendapatan nasional dan harga-harga. Oleh karena itu, persamaan pertukaran dapat dinyatakan sebagai
berikut.
MVy = Y

Keterangan:
M =jumlah uang yang beredar
Vy= kelajuan/kecepatan peredaran uang
Y =pendapatan nasional (PDB atauPNB)

7. Nilai Uang
a. Nilai nominal nilai yang berdasarkan pada tulisan yang tertera pada uang.
b. Nilai intrinsik yaitu nilai yang berdasarkan pada bahan yang digunakan untuk membuat uang.
c. Nilai Internal, nilai yang diukur dengan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan sejumlah barang dan jasa.
d. Nilai Eksternal yaitu nilai yang diukur dengan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan sejumlah mata uang
luar negeri atau uang asing.

8. Uang yang beredar dalam masyarakat dan Uang inti


a. Uang yang beredar adalah mata uang dalam peredaran atau seluruh jumlah mata uang yang telah diedarkan
oleh bank sentral ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan dan badan pemerintah
(M1)
Sedangkan dalam arti luas uang yang beredar (M2) adalah :
A. mata uang dalam peredaran / uang kartal (uang kertas dan uang logam)
B. uang giral (cek dan giro)
C. uang kuasi (near money / hampir uang), yang terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan rekening
(tabungan) valuta asing milik swasta domestic
37
b. Uang inti (reserve money) merupakan inti dari proses penciptaan uang, baik bagi penciptaan uang kartal
maupun uang giral. Tanpa ada uang inti, tidak akan ada uang kartal maupun uang giral.
Jadi uang inti dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. saldo rekening korang (giro) milik bank-bank umum atau masyarakat pada Bank Indonesia dan
b. uang tunai yang dipegang baik bank-bank umum maupun oleh masyarakat umum

9. Sistem Standar Moneter


Standar moneter adalah sistem moneter yang didasarkan atas standar nilai uang, termasuk di dalamnya peraturan
tentang cirri-ciri / sifat-sifat dari uang, pengaturan tentang jumlah uang yang beredar (baik logam maupun kertas),
ekspor-impor logam mulia serta fasilitas bank dalam hubungannya dengan demand deposit (simpanan yang setiap
saat dapat diambil)
Standar uang dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Standar kertas adalah sitem keuangan dimana uang kertas berlaku sebagai alat tukar/ alat pembayaran yang
sah dan tak terbatas, akan tetapi tidak ditukarkan dengan emas dan perak pada bank sirkulasi.
b. Standar logam (Metalisme)
Standar logam (metalisme) dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Monometalisme = stau logam, berupa :
Standar tunggal : suatu negara menggunakan standar uangnya berupa satu buah logam mulia, dapat emas
saja maupun perak saja.
b) Bimetalisme = dua logam berupa :
a. Standar Kembar: adalah standar uang yang menggunakan dua logam mulia (emas dan perak)
secara bersama-sama sebagai standar uangnya. Dalam standar ini akan berlaku dua
macam perbandingan emas dan perak , yaitu :
 perbadningan menruut pemerntah, dalam bentuk uang
 perbamdingan menurut pasar, dalam bentuk batangan emas.
b. Standar Paralel : adalah standar uang yang menggunakan dua logam mulia (emas dan perak)
secara bersama-sama sebagai standar uangnya, ettapi perbandingan yang berlaku
hanya satu macam yaitu menurut psar saja.
c. Standar Pincang: adalah standar uang yang mengguankan emas sebagai stadnar uang dan perak
seabgai alat bayarnya.
Jika suatu negara menggunakan standar kembar atau bimatalisme, maka dalam negara tersebut akan
berlaku HUKUM GRESHAM, yang berbunyi : “Bad money always drives out good money from
circulation” artinya : “uang yang jelek akan mengusir uang yang baik dari peredaran”.
Syarat berlakunya Hukum Gresham :
(1) Negara yang menggunakan standar kembar.
(2) Bank Sentral memperjualbelikan logam mulia baik berupa emas maupun perak.
(3) Masyarakat diberikan kebebasan untuk menempa maupun melebur uang emas maupun
perak.
(4) Perbandingan emas dan perak menurut pemerintah dan pasar berbeda.

10. Unsur Pengaman Uang Rupiah


Berdasarkan Pasal 8 UU Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, disebutkan bahwa Desain Rupiah meliputi ciri,
tanda tertentu, ukuran, dan unsur pengaman. Yang dimaksud dengan “tanda tertentu” mencakup warna, gambar,
ukuran, besar, bahan rupiah, dan tanda lainnya. Dan yang dimaksud dengan “unsur pengaman” termasuk di
dalamnya ciri atau tanda yang dapat dipergunakan oleh tunanetra. Nah sekarang akan diuraikan hal yang berkaitan
dengan unsur pengaman uang ripuah.
1. Keaslian uang Rupiah dapat dikenali melalui berikut:
1) bahan yang digunakan;
2) disain dan ukuran;
3) teknik cetak.
2. Unsur pengaman (Security Features) uang Rupiah dibuat pada bahan uang dan teknik cetak uang. Dijelaskan
sebagai berikut.
1) Bahan Uang
Bahan uang bisa dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a) Warna uang terlihat terang dan jelas.
b) Terdapat Benang Pengaman, yang ditanam pada kertas uang dan tampak sebagai suatu garis melintang
atau berbentuk anyaman yang dapat berubah warna bila dilihat dari sudut pandang tertentu.
c) Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000 dan Rp 10.000 (Desain Lama), di sudut kanan
bawah terdapat Optically Variable Ink (OVI), yaitu berupa logo BI dalam bidang tertentu yang dicetak
dengan tinta khusus yang akan berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
d) Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000 dan Rp 10.000 (Desain Baru) terdapat Cetak
Pelangi (Rainbow Printing), yaitu cetak pelangi dalam bidang tertentu yang akan berubah warna apabila
dilihat dari sudut pandang tertentu.
e) Pada setiap uang terdapat Tanda Air (Watermark), yaitu suatu gambar tertentu yang akan terlihat bila
diterawangkan ke arah cahaya, umumnya berupa Gambar Pahlawan.
f) Pada setiap uang kertas terdapat Gambar Saling Isi (RECTOVERSO), yaitu Logo BI yang akan terlihat
secara utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya

2) Teknik Cetak Uang


Teknik cetak uang ada dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Tehnik Cetak Khusus, yakti Pada angka nominal, huruf terbilang, gambar utama dan Lambang
Negara Burung Garuda pada bagian ini akan terasa kasar bila diraba.
38
b) Kode Tunanetra, yakni Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi tunanetra. Pada uang kertas Rp
100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000 dan Rp 2.000 terletak pada bagian muka uang di atas tulisan
Bank Indonesia.

11. Tingkatan Security Features (Unsur Pengaman)


Adapun unsur pengaman uang terdiri atas tiga level, yaitu sebagai berikut.
1) Level 1 (Overt) yakni Diperuntukkan bagi orang awam dan dapat diidentifikasi secara langsung dengan
Panca Indera (Peraba dan Pengelihatan)
2) Level 2 (Overt dan Covert) yakni Diperuntukkan bagi profesional dan dapat diidentifikasi secara langsung
dengan bantuan peralatan (loupe dan sinar ultra violet).
3) Level 3 (Covert) yakni Diperuntukkan bagi Bank Sentral dan hanya dapat diidentifikasi dengan
menggunakan peralatan khusus.

12. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Muka


Selain unsur pengaman uang berdasarkan tingkatan security juga terdapat unsur pengaman lain pada bagian muka,
yaitu sebagai berikut.
1) Terasa kasar bila diraba (Lambang Negara Ri), yaitu Gambar Burung Garuda, dicetak timbul dan terasa
kasar apabila diraba.
2) Gambar tersembunyi (latent image), yaitu tulisan BI dalam bingkai persegi panjang berbentuk ornamen yang
dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.
3) Miniteks, yaitu Tulisan Bank Indonesia yang berbentuk garis melengkung dengan ukuran teks dan warna
berbeda yang dapat dibaca tanpa bantuan kaca pembesar.
4) Gambar Saling Isi (Rectoverso), yaitu gambar logo BI yang akan terlihat utuh apabila diterawangkan ke arah
cahaya.
5) Kode Tunanetra (Blind Code), yaitu Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi tunanetra berbentuk
dua lingkaran
6) Mikroteks, yaitu Tulisan BI berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan bantuan kaca pembesar.
7) Tinta Berubah Warna–Optical Variable Ink (OVI), yaitu tinta OVI Logo BI akan berubah dari warna kuning
keemasan menjadi hijau apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
8) Tanda Air (Watermark), yaitu Tanda air gambar Pahlawan Nasional W.R. Supratman akan terlihat dari
kedua belah bagian uang apabila diterawangkan ke arah cahaya.
9) Pigmen Berubah Warna (Irisafe), yaitu Jenis pigmen tertentu berbentuk dua garis tanpa celah akan berubah
warna dari merah tembaga menjadi hijau, dan warna biru berubah menjadi kuning keemasan apabila dilihat
dari sudut pandang tertentu.
10) Cetak Pelangi (Rainbow Printing), yaitu bidang dengan bentuk tertentu yang akan berubah warna apabila
dilihat dari sudut pandang tertentu.

13. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Belakang


Adapun unsur pengaman lain pada bagian belakang, yaitu sebagai berikut.
1) Nomor Seri–(Serial Number), yaitu terdiri atas tiga huruf dan enam angka berukuran tidak simetris yang akan
memendar di bawah sinar ultra-violet dari warna hitam menjadi warna hijau dan dari warna merah menjadi
warna oranye.
2) Tinta Tampak (Visible Ink), yaitu tinta gambar kepulauan Indonesia dan beberapa bagian di sekitarnya akan
memendar di bawah sinar ultra violet.
3) Miniteks, yaitu tulisan berukuran kecil yang dapat dibaca dengan kasat mata maupun menggunakan kaca
pembesar.
4) Inta Tidak Tampak-Invisible Ink, yaitu gambar siluet Gedung MPR/DPR yang akan memendar kemerah
merahan di bawah sinar ultra violet dan pada uang dengan Angka nominal 100000 yang akan memendar
Hijau Kekuningan di bawah sinar ultra violet.

14. Pengelolaan Uang Rupiah oleh BI


Dalam kegiatan perekonomian yang berkaitan dengan penggunaan uang rupiah, semuanya diatur oleh
pemerintah melalui Bank Indonesia. Uang Rupiah perlu dikelola dengan baik untuk menjaga kelancaran sistem
permbayaran dan dapat menjaga kestabilan nilai rupiah. Tahukah kamu pengelolaan rupiah? Berdasarkan UU Nomor
Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang Pasal 1 disebutkan bahwa Pengelolaan Rupiah adalah suatu kegiatan yang
mencakup Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan, serta Pemusnahan
Rupiah yang dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
Dari definisi tersebut, maka dapat diuraikan kegiatan pengelolaan uang rupiah sebagai berikut :
a. Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan menetapkan besarnya jumlah dan jenis pecahan berdasarkan
perkiraan kebutuhan Rupiah dalam periode tertentu.
b. Pencetakan adalah suatu rangkaian kegiatan mencetak Rupiah.
c. Pengeluaran adalah suatu rangkaian kegiatan menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Pengedaran adalah suatu rangkaian kegiatan mengedarkan atau mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
e. Pencabutan dan Penarikan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat
pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
f. Pemusnahan adalah suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur, atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga
tidak menyerupai Rupiah.
Kriteria Rupiah yang dimusnahkan berupa:
1) Rupiah yang tidak layak edar;
2) Rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis
39
dan/atau kurang diminati oleh masyarakat; dan/atau
3) Rupiah yang sudah tidak berlaku.

Berkaitan dengan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia, penggunaan uang rupiah dalam kegiatan
perekonomian diatur pada Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 2011, yaitu sebagai berikut.
a. Rupiah wajib digunakan dalam:
1) setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
2) penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
3) transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Kewajiban tersebut tidak berlaku bagi:
1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
3) transaksi perdagangan internasional;
4) simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau
5) transaksi pembiayaan internasional.

Karena melihat peran uang yang sangat penting, uang harus dikelola dan dibuat sedemikian rupa agar sulit
ditiru atau dipalsukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Di sinilah peran otoritas yang profesional sangat
diperlukan untuk menentukan ciri, desain, dan bahan baku Rupiah.
Kejahatan terhadap Mata Uang, terutama pemalsuan uang, dewasa ini semakin merajalela dalam skala yang
besar dan sangat merisaukan, terutama dalam hal dampak yang ditimbulkan oleh kejahatan pemalsuan uang yang
dapat mengancam kondisi moneter dan perekonomian nasional. Pemalsuan uang dewasa ini ternyata juga
menimbulkan kejahatan lainnya seperti terorisme, kejahatan politik, pencucian uang (money laundring), pembalakan
kayu secara liar (illegal logging), dan perdagangan orang (human trafficking), baik yang dilakukan secara
perseorangan, terorganisasi, maupun yang dilakukan lintas negara. Bahkan, modus dan bentuk kejahata
terhadap Mata Uang semakin berkembang.
Dengan mempertimbangkan dasar pemikiran tersebut, perlu diatur macam dan harga Mata Uang, termasuk
sanksi dalam suatu undang-undang karena hal itu merupakan suatu kebutuhan yang mendasar.
Berdasarkan Pasal 23 sampai dengan 27 UU Nomor 7 Tahun 2011, diatur tentang larangan dalam mata uang
rupiah, di antaranya sebagai berikut.
a. Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai
pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi
keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas
keaslian Rupiah
b. Ketentuan tersebut dikecualikan untuk pembayaran atau untuk penyelesaian kewajiban dalam valuta asing yang
telah diperjanjikan secara tertulis.
c. Setiap orang dilarang meniru Rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan/atau promosi dengan memberi kata
spesimen.
d. Setiap orang dilarang menyebarkan atau mengedarkan Rupiah Tiruan.
e. Setiap orang dilarang memalsu Rupiah.
f. Setiap orang dilarang menyimpan secara fisik dengan cara apa pun yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu.
g. Setiap orang dilarang mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah
Palsu.
h. Setiap orang dilarang membawa atau memasukkan Rupiah Palsu ke dalam dan/atau ke luar Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
i. Setiap orang dilarang mengimpor atau mengekspor Rupiah Palsu.
j. Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau
mendistribusikan mesin, peralatan, alat cetak, pelat cetak, atau alat lain yang digunakan atau dimaksudkan untuk
membuat Rupiah Palsu.
k. Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau
mendistribusikan bahan baku Rupiah yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah Palsu.

15. Beberapa Istilah Tentang Uang


a. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus
atau terjadi penurunan nilai uang dalam negeri.
b. Deflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat peristiwa penurunan harga barang umum secara terus menerus
atau terjadi peningkatan nilai uang.
c. Devaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam
negeri terhadap mata uang asing. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah ekspor ke luar negeri dan
membatasi jumlah impor serta menambah devisa negara.
d. Revaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai mata uang di
dalam negeri terhadap mata uang asing.
e. Apresiai adalah suatu proses peningkatan nilai mata uang dalam negeri yang disebabkan oleh adanya
mekanisme perdagangan.
f. Depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang dalam negeri yang disebabkan adanya mekanisme
pedagangan.
g. Sanering adalah kebijaksanaan pemerintan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat
dengan cara memotong uang (nilai mata uang). Cara ini dilakukan bila berbagai cara untuk menjaga kestabilan
nilai mata iang tidak membawa hasil.
h. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya.

B. BANK
40
1. Pengertian Bank
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam menjalankan fungsinya bank harus memperhatikan :
a. Likuiditas artinya kemampuan bank untuk melunasi kewajiban sewaktu-waktu atau saat jatuh tempo atau
dapat melunasinya dalam jangka pendek
b. Solvabilitas artinya kemampuan bank untuk memenuhi seluruh kewajibannya bila bank tersebut bubar, atau
dapat melunasinya dalam jangka pendek maupun jangka panjang
c. Rentabilitas artinya kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan atau laba agar dapat terjaga
kontinuitasnya.
d. Soliditas artinya Kemampuan bank untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat, sehingga menunjukkan
bahwa bank tersebut dalam kondisi sehat

2. Fungsi Bank
Berdasarkan pasal 3 UU No. 7 tahun 1992 Jo UU No. 10 tahun 1998, fungsi utama perbankan di Indonesia dalam
melakukan kegiatannya adalah :
a. Menghimpun dana (Funding) dalam bentuk : Simpanan Giro (Demand Deposit), Simpanan Tabungan
(Saving Deposit), dan Simpanan deposito (Time Deposit),
b. Menyalurkan dana (Lending) atau menjual dana yang dihimpun dari masyarakat, dalam bentuk : Kredit
investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit profesi
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya

3. Jenis Bank
a. Dilihat dari Segi Fungsi
1) Bank umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b . Dilihat dari Segi Kepemilikan
1) Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendiriannya maupun modal bank ini
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungannya dimiliki oleh pemerintah pula.
Contoh bank milik pemerintah adalah Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).
2) Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional, sehingga keuntungannya menjadi milik swasta pula. Contoh bank milik
swasta nasional antara lain Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Mega, Bank Danamon, Bank
Bumi Putra, Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, dan Bank Universal.
3) Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi. Contoh bank milik koperasi adalah Bank Umum Koperasi Indonesia
(Bukopin).
4) Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, atau seluruh sahamnya dimiliki
oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank milik asing antara lain ABN AMRO Bank, American
Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Hongkong Bank,
dan Deutsche Bank.
5) Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional dan secara mayoritas sahamnya dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank
campuran adalah Bank Finconesia, Bank Merincorp, Bank PDFCI, Bank Sakura Swadarma, Ing
Bank, Inter Pacifik Bank, dan Mitsubishi Buana Bank.
c. Dilihat dari Segi Status
1) Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar
negeri, travellers cheque, dan pembayaran L/C. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ditentukan
oleh Bank Indonesia.
2) Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi yang berhubungan dengan
luar negeri.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat) Hampir semua bank yang ada di Indonesia
berdasarkan prinsip kerja konvensional. Bank konvensional mendapatkan keuntungan dengan cara
menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito.
Harga untuk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga. Sedangkan
penetapan keuntungan untuk jasa bank lainnya ditetapkan biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam). Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan
bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianut. Bank syariah tidak melaksanakan sistem
bunga, sedangkan bank konvensional dengan sistem bunga. Bagi bank syariah penentuan harga
atau pencarian keuntungan didasarkan pada prinsip bagi hasil.

5. Bank Umum
Bank umum merupakan yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
41
Kegiatan usaha bank umum antara lain :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan dan lainnya
2. Memberikan kredit dan menerbitkan surat pengakuan utang
3. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah
5. Menempatkan dan meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan sarana komunikasi
seperti surat maupun dengan wesel, cek, atau sarana lainnya
6. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga
7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga
8. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
9. Melakukan penempatan dana kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek
10. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat
11. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain dengan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Selain kegiatan di atas, bank umum dapat pula melakukan kegiatan berikut :
1. Kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
2. Kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti : sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
3. Kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku

6. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Usaha bank perkreditan rakyat, meliputi hal berikut.
1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berkangka, sertifikat deposito
dan atau tabungan pada bank lain.
Dalam menjalankan kegiatannya, BPR dilarang melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Menerima simpanan berupa giro, ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
3. Melakukan penyertaan modal
4. Melakukan perasuransian
5. Melaksanakan usaha lain di luar usaha yang telah ditetapkan oleh undang-undang

7. Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatannya dengan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembayaran kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah Islam.
Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung
unsur:
d. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang
sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-
meminjam yang mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi
pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);
e. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-
untungan;
f. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak
dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
g. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
h. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.

Dalam melakukan kegiatan Bank Syariah memiliki prinsip antara lain :


a. Mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil atau penyertaan modal)
Mudharabah adalah Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai penyedia modal
dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan
keahlian
b. Murabahah (Pembiayaan dengan prinsip jual beli barang dengan marjin)
Murabahah adalah Akad Pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
42
c. Musyarakah (Pembiayaan berdasarkan prinsip kemitraan)
Musyarakah adalah Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-
masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing
d. Ijarah (Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa)
Ijarah adalah Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang
atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Yang
dimaksud dengan “Akad ijarah muntahiya bittamlik” adalah Akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang.
e. Wadi’ah (Prinsip titipan)
Wadi’ah adalah Akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak
yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau
uang.
f. Salam (Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dengan pembayaran dilakukan di muka)
Salam adalah Akad Pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilakukan
terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
g. Istishna’ (Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dengan pesanan)
Istishna’ adalah Akad Pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau
pembuat (shani’).
h. Qardh (Pinjaman uang)
Qardh adalah Akad pinjaman dana kepada Nasabah dengan ketentuan bahwa Nasabah wajib mengembalikan
dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
i. Hiwalah (Pengambilalihan utang piutang)
Hawalah adalah Akad pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung
atau membayar.
j. Kafalah (Penjaminan)
Kafalah adalah Akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak lain, di mana pemberi
jaminan (kafil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali utang yang menjadi hak penerima jaminan
(makful).
k. Rahn (Pelimpahan/gadai)
Rahn adalah pelimpahan atas suatu kekuasaan (barang) oleh nasabah kepada bank untuk memperoleh
sejumlah dana (uang) dan oleh karenanya bank berhak atas sejumlah imbalan
l. Wakalah (Perwakilan)
Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan (pekerjaan) dari nasabah kepada bank dan atas jasanya tersebut bank
berhak meminta imbalan tertentu. Contoh : pembukaan L/C dan Transfer uang.

C. BANK SENTRAL ATAU BANK INDONESIA

1. Pengertian
Bank sentral di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia. Menurut UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen bebas dari campur tangan pemerintah
dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut.

2. Fungsi dan Tugas Bank Sentral / Bank Indonesia


Fungsi Bank Sentral adalah sebagai bank dari pemerintah dan sebagai bank dari bank umum (banker's bank),
sekaligus untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Adapun tugas pokok bank sentral tercantum dalam tiga pilar utama BI, antara lain :
1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3) Mengatur dan mengawasi bank
Tugas BI dilaksanakan melalui empat sektor, yaitu : Sektor moneter, Sektor Perbankan, Sektor Sistem
Pembayaran dan Sektor Manajemen Intern

3. Wewenang Bank Sentral / Bank Indonesia


Kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia selaku bank sentral tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan tugas
Bank Indonesia.
1. Dalam rangka melaksanakan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, BI memiliki
kewenangan:
a. menetapkan sasaran-sasaran moneter, dengan memperhatikan sasaran laju inflasi
b. melakukan pengendalian moneter, dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter
(operasi pasar terbuka, fasilitas diskonto, penetapan giro wajib minimum, dan imbauan).
2. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI diberi
kewenangan:
a. Menetapkan penggunaan alat pembayaran, meliputi : mengeluarkan, mengedarkan, menarik, dan
memusnahkan uang rupiah, termasuk menetapkan macam, harga, ciri uang, bahan yang digunakan, serta
tanggal mulai berlakunya.
b. Mengatur dan menyelenggarakan sistem pembayaran meliputi kewenangan memberikan izin kepada
pihak lain untuk menyelenggarakan jasa sistem pembayaran, mengatur sistem kliring dan
menyelenggarakan kliring antar bank serta menyelenggarakan penyelesaian akhir (setelmen) transaksi
pembayaran antarbank.
43
3. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, BI memiliki kewenangan:
a. memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank
b. menetapkan peraturan di bidang perbankan
c. melaksanakan pengawasan bank baik secara langsung maupun tidak langsung
d. mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundangan.
Berdasarkan UU No 21 tahun 2011 tentang OJK, maka mulai 31 Desember 2013 Tugas pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.

4. Independensi Bank Indonesia


Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia memiliki lima indepensi, yaitu:
1. Independensi Kelembagaan(Institutional Independence)
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bebas dari campur tangan pemerintah dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya.
2. Independensi Sasaran Akhir(Goal Independence)
Bank Indonesia dalam menetapkan sasaran akhir kebijakan moneter yaitu sasaran inflasi mempunyai tingkat
independensi yang rendah, karena harus berkoordinasi dengan pemerintah.
3. Independensi Instrumen(Instrument Independence)
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan sendiri sasaran-sasaran moneter dan melaksanakan
pengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumen moneter yang lazim digunakan.
4. IndependensiPersonal (Personal Independence)
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun dan
dari pihak mana pun.
5. Independensi Keuangan(Financial Independence)
Dewan Gubernur berwenang menetapkan anggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi anggaran kegiatan
operasional, anggaran kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan perbankan.

5. Organisasi Bank Sentral


Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur.
Dewan Gubernur terdiri atas:
1. Gubernur (sebagai ketua)
2. Deputi Gubernur Senior (sebagai wakil ketua)
3. Deputi Gubernur, minimal empat orang dan maksimal tujuh orang (sebagai anggota)
Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan maksimal lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuk satu
kali masa jabatan berikutnya. Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan DPR.
Pada organisasi bank sentral umumnya terdapat tiga badan yang memiliki kewenangan tertinggi:
1. Badan Pembuat Kebijakan (Policy Making Unit) = Dewan Gubernur
2. Badan Pelaksana Kebijakan (Executing Unit) = Angota Dewan Gubernur
3. Badan Pengawas (Supervisory Unit) = dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

6. Stabilitas Sistem Keuangan


Stabilitas Sistem keuangan adalah stabilitas lembaga keuangan dan pasar keuangan yang membentuk sistem
keuangan, sedangkan Stabilitas moneter terkait dengan stabilitas tingkat harga secara umum (inflasi)
Stabilitas lembaga dan pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan selalu dijaga oleh Bank Indonesia.
Stabilitas pasar keuangan adalah minimalnya volatilitas harga yang dapat mengganggu perekonomian.
Stabilitas Sistem Keuangan bertujuan untuk :
1. Menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi deposan dan investor
2. Meningkatkan efisiensi intermediasi keuangan
3. Meningkatkan fungsi pasar keuangan dan memperbaiki alokasi sumber daya
4. Mengembangkan sistem keuangan yang sehat dan transparansi
5. Mengurangi gejolak dan risiko sistemik
Lima Pilar Utama Stabilitas Sistem Keuangan, yakni :
1. Lingkungan makro-ekonomi yang stabil ;
2. Kerangka pengawasan prudensial yang sehat;
3. Lembaga keuangan yang dikelola dengan baik;
4. Pasar keuangan yang beroperasi secara efisien dan lancar; dan
5. Sistem pembayaran yang aman dan lancar.

D. LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
1. Sejarah Lembaga Penjamin Simpanan
a. Tahun 1997 , likuidasi 16 bank yang diikuti dengan krisis moneter dan perbankan pada tahun 1998 telah
mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan di Indonesia menurun, sehingga
terjadi penarikan dana masyarakat dari sistem perbankan (bank runs)
b. Pemerintah memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat
(Blanket Guarantee)
c. Sejak 1998 hingga Februari 2004 program penjaminan Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN).
d. pada 27 Februari 2004, pelaksanaan program penjaminan Pemerintah dialihkan ke Menteri Keuangan, dan
Menteri Keuangan membentuk Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah (UP3)
44
e. membebani anggaran negara dan dapat menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari pengelola bank
maupun dari masyarakat
f. Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
g. efektif sejak tanggal 22 September 2005, dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi

2. Fungsi dan Tugas LPS


Fungsi LPS diantaranya :
1. menjamin simpanan nasabah penyimpan
2. turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannnya
Sedangkan Tugas LPS diantaranya :
1. merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan
2. melaksanakan penjaminan simpanan
3. merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan
4. merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak
sistemik
5. melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik

3. Wewenang LPS
1. menetapkan dan memungut premi penjaminan
2. menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama
kali menjadi peserta
3. melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
4. mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank,
laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank
5. melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data
tersebut pada angka 4
6. menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim
7. menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk
bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu
8. melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang
penjaminan simpanan
9. menjatuhkan sanksi administrative

4. Kepesertaan LPS
1. Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara
Republik Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan
2. Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum
(termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan
dalam wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat, baik bank konvensional maupun bank
berdasarkan prinsip syariah
3. Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang
melakukan kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam Penjaminan
5. Simpanan yang dijamin LPS
1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah
3. Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari
masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain
4. Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal
pencabutan izin usaha Bank, diantaranya :
a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen
bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip syariah;
b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen
bunga;
c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto yang tercatat
pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki komponen diskonto
5. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah
hasil penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik rekening tunggal
maupun rekening gabungan (joint account)
6. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang
diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorata dengan
jumlah pemilik rekening
7. Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening
gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal.
8. Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara
tertulis diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut diperhitungkan
sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan
9. Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah
pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar
6. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank
45
1. seluruhnya, sejak tanggal 22 September 2005 sampai dengan
21 Maret 2006
2. paling tinggi sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah),
sejak tanggal 22 Maret 2006 sampai dengan 21 September 2006
3. paling tinggi sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah),
sejak tanggal 22 September 2006 sampai dengan 21 Maret 2007
4. paling tinggi sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
sejak tanggal 22 Maret 2007
5. paling tinggi sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah),
sejak tanggal 13 Oktober 2008

7. Klaim Penjaminan.
1. LPS mengumumkan tanggal pengajuan klaim atas Simpanan
yang layak dibayar pada sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian yang berperedaran luas
2. Pengumuman tanggal pengajuan klaim dilakukan secara
bertahap berdasarkan hasil rekonsiliasi dan verifikasi yang telah diselesaikan, dengan ketentuan:
a. Pengumuman tahap pertama dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah rekonsiliasi dan verifikasi
dimulai;
b. Pengumuman tahap terakhir dilakukan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak izin
usaha bank dicabut.
3. Pengumuman tersebut juga memuat syarat dan tata cara
pengajuan klaim atas simpanan yang layak dibayar.
4. Klaim atas Simpanan yang dijamin diajukan oleh Nasabah
Penyimpan kepada LPS sesuai pengumuman.
5. Pengajuan klaim penjaminan wajib dilakukan nasabah
penyimpan paling lambat 5 (lima) tahun sejak izin usaha bank dicabut.
6. Dalam hal nasabah penyimpan tidak mengajukan klaim
penjaminan atas simpanannya, maka hak nasabah penyimpan untuk memperoleh pembayaran klaim dari LPS
menjadi hilang.
7. Nasabah penyimpan yang hilang haknya untuk memperoleh
pembayaran klaim penjaminan dari LPS diperlakukan sama dengan nasabah penyimpan yang simpanannya
tidak dijamin, dan diselesaikan berdasarkan mekanisme likuidasi.

E. LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB) ATAU INDUSTRI KEUANGAN NON BANK (IKNB)
1. Pengertian LKBB atau INKB
Sebagaimana bank, Lembaga Keuangan bukan bank ini juga berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur dana dari
dan ke masyarakat, maksudnya adalah untuk menunjang pengembangan pasar uang dan pasar modal serta
membantu permodalan perusahaan perusahaan. LKBB didrikan atas dasar Surat Keputusan Menteri Keuangan
No. KEP-792/MK/IV/12/1970 tanggal 7 Desember 1970 tentang Lembaga Keuangan, yang telah diubah dan
titambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 562/KMK.011/1982 tanggal 1 September 1982
tentang Perubahan dan Tambahan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-38/MK/IV/1972 tanggal 18
Januari 1972. LKBB atau INKB adalah semua badan selain bank yang melakukan kegiatan di bidang keuangan
yang secara langsung ataupun tidak langsung menghimpun dana, terutama dengan jalan mengeluarkan kertas
berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan

2. Fungsi LKBB atau INKB


Sebagai lembaga keuangan yang tidak diijinkan menghimpun dana dalam bentuk tabungan, maka fungsi LKBB
adalah mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkannya untuk membiayai kegiaatn investasi dan atau
konsumsi individu perusahaan. Lembaga keuangan berkembang sejak tahun 1972, dengan tujuan untuk
mendorong perkembangan pasar modal serta membantu permodalan perusahaan-perusahaan golongan ekonomi
lemah.
Fungsi lembaga keuangan bukan bank, antara lain, sebagai berikut:
a. menampung tenaga kerja;
b. meningkatkan taraf hidup rakyat;
c. memeratakan pendapatan;
d. meningkatkan produksi;
e. memberikan pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang berpendapatan rendah, agar mereka tidak terjerat
rentenir atau pelepasan uang;
f. membiayai pembangunan industri dan memperlancar pembangunan ekonomi lewat pembangunan pasar uang
dan pasar modal.

3. Jenis LKBB
Menurut jenisnya, lembaga keuangan bukan bank dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Asuransi, adalah perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung membayar
sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga.
b. Dana Pensiun, adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun
c. Lembaga Pembiayaan, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana atau barang modal.
Lembaga Pembiayaan meliputi:
46
1. Perusahaan Pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna
Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.
Contoh :
- Perusahaan pembiayaan yang terutama membiayai kendaraan bermotor misalnya : PT Federal
International Finance (FIF), PT Bussan Auto Finance (BAF), PT Adira Dinamika Multi Finance
(ADMF), PT Astra Sedaya Finance (ACC), PT BCA Finance, PT Mega Central Finance (MCF), PT
Bima Multifinance, PT Trust Finance Indonesia, PT Bentara Sinergies Multifinance (BESS Finance).
- Perusahaan pembiayaan yang terutama membiayai mesin dan alat-alat berat misalnya : PT Chandra
Sakti Utama Leasing (CSUL Finance), PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF)
- Perusahaan pembiayaan yang terutama membiayai peralatan elektronik dan rumah tangga
misalnya : PT Adira Quantum Multifinance
2. Perusahaan Modal Ventura, adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu
tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan atau
pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha, dan
3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur. Contoh : PT Sarana Multigriya
Finansial (Persero), atau biasanya disingkat PT SMF (Persero) adalah satu-satunya Perusahaan
Pembiayaan Sekunder Perumahan yang didirikan di Indonesia.
d. Lembaga Keuangan lainnya, artinya Industri Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (Khusus) berisi beberapa
lembaga atau perusahaan yang dibentuk atau didirikan untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang bersifat
khusus, umumnya berkaitan dengan upaya mendukung program pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat.
Lembaga atau perusahaan jasa keuangan tersebut adalah:
1. Lembaga atau Perusahaan Penjaminan Kredit
2. Perusahaan Penjaminan Infrastruktur
3. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
4. Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan
5. Perusahaan Pegadaian
6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
7. Lembaga Keuangan Mikro

F. PRINSIP USAHA BANK, PRODUK PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN


1. Prinsip Kegiatan Usaha Bank
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perbankan di Indonesia berpegang pada prinsip :
a. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)
b. Prinsip kepercayaan (fiduciary principle)
c. Prinsip kerahasiaan (confidential principle)
d. Prinsip mengenal nasabah (know your costumer principle)

2. Prinsip kegiatan usaha LKBB


Kegiatan usaha yang dilakukan olrh lembaga keuangan bukan bank adalah sebagaiberikut.
a.    Menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga
b.    Memberikan kredit jangka menengan dan panjang kepada perusahaan atau proyek yang dimiliki oleh pemerintah
maupun swasta.
c.    Menjadi perantara bagi perusahaan-perusahaan Indonesia dan badan hukum pemerintah untuk mendapatkan
kredit dari dalam maupun luar negri.
d.    Melakukkan penyertaan modal di perusahaan-perusahaan dan penjualan saham-saham di pasar modal.
e.    Melakukkan usaha lain di bidang keuangan setelah mendapat persetujuan Mentri Keuangan.
f.     Menjadi perantara bagi perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan tenaga ahli di bidang keuangan.

LKBB diharapkan dapat merangsang penyertaan modal swasta dan memperluas sumber-sumber pembiayaan bagi
kegiatan dunia usaha. LKBB dapat bertindak pula sebagai penggerak, perantara atau penanggung setiap pengeluaran
dan penukaran saham-saham, surat-surat utang, obligasi dan surat berharga lainnya.

3. Produk Perbankan
Sesuai dengan pengertian bank, maka produk perbankan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kredit Pasif (Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan) yang berupa hal berikut ini : Giro,Deposito
berjangka, Sertifikat deposito, Tabungan dan Surat berharga
b. Kredit aktif (Menyalurkan kepada masyarakat atau melayani pemberian kredit kepada masyarakat, baik kredit
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang), diantaranya : Kredit Rekening Koran (R/K), Kredit
Reimburs (Letter of Credit), Kredit aksep, Kredit documenter,dan Kredit dengan jaminan surat-surat berharga,
c. Memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, baik lalu lintas pembayaran dalam negeri dan pembayaran
intenasional

4. Produk Perbankan Syariah


Bank syariah juga memiliki produk perbankan yang ditawarkan kepada para nasabah. Namun, produk perbankan
syariah berbeda dengan bank konvensional. Hal ini karena bank syariah lebih menggunakan pondasi nilai-nilai Islam
dengan memasukkan beragam ajaran Islam dalam perbankan syariah.
a. Al-Wadiah (Tabungan atau simpanan yang sewaktu-waktu dapat diambil)
b. Deposito mudharabah (simpanan dana di bank atau menabung dalam jangka waktu tertentu)
c. Ba’I al-murabahah (jenis produk ba’I al-murabahah digunakan ketika konsumen mengajukan pinjaman konsumsi
kepada pihak perbankan)
47
d. Ar-Rahn (Pegadaian)
e. Al-Qardh (produk yang ditawarkan oleh bank tanpa tujuan komersial)

5. Produk Lembaga Keuangan Bukan Bank


Seperti bank, lembaga keuangan bukan bank juga memiliki produk-produk tertentu dalam kegiatannya, diantaranya,
sebagai berikut :
a. Perusahaan pembiayaan (financing), adalah perusahaan yang aktivitas usahanya membantu dalam hal
pembiayaan, khususnya skala ritel.
b. Perusahaan sewa-guna (leasing), adalah pembelian secara angsuran, namun sebelum angsurannya selesai
(lunas), hak barang yang diperjualbelikan masih dimiliki oleh penjual
c. Perusahaan anjak piutang (factoring), adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian dan pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri
d. Perusahaan pegadaian, adalah suatu usaha yang memberikan pinjaman bagi nasabah dengan jaminan barang
bergerak
e. Perusahaan kartu kredit, adalah perusahaan yang menerbitkan kartu yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran atau transaksi barang dan jasa atau menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan atau untuk
menarik uang tunai
f. Perusahaan asuransi, adalah perusahaan yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan resiko atas
kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum pada  pihak  ketiga karena peristiwa ketidakpastian
g. Perusahaan penyelenggaraan dana pensiun, adalah lembaga yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
pegawai beserta keluarganya melalui asuransi sosial yang ditentukan dalam perundang-undangan
h. Bursa efek, adalah tempat bertemunya pihak yang menawarkan dana dan pihak yang memerlukan dana
jangka panjang dan tempat diperdagangkannya efek-efek atau surat-surat berharga
i. Koperasi simpan pinjam, adalah koperasi yang usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan
meminjamkan kembali kepada anggota atau masyarakat dengan jasa bunga yang ringan
j. Lembaga Keuangan Mikro (LKM), adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala
mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan. LKM bisa berbentuk kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. (UU Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro (LKM).
Kegiatan Usaha LKM
1. Kegiatan usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui
Pinjaman atau Pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
Simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha.
2. Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dapat dilakukan secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah.
Tujuan LKM:
1. Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat;
2. Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas masyarakat; dan
3. Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat miskin
dan/atau berpenghasilan rendah

G. KREDIT
a. Pengertian
Kata kredit bersal dari bahasa latin Credere yang artinya kepercayaan. Dalam masyarakat kata tersebut sering
disamakan dengan pinjaman, artinya bila seseorang mendapat kredit berarti mendapat pinjaman. Dengan
demikian kredit dapat diartikan sebagai tiap-tiap perjanjian suatu jasa (prestasi) dan adanya balas jasa (kontra
prestasi) di masa yang akan datang.
Kredibilitas adalah layak atau tidaknya seseorang untuk memperoleh kredit. Kredibilitas tersebut harus memenuhi
lima syarat yang biasa dikenal dengan istilah 5C, yaitu sebagai berikut : Character, Capital, Capacity,
Collateral dan Condition of Economic.

b. Jenis-jenis Kredit.
Kredit yang masih diberlakukan sampai dengan saat ini diantaranya adalah :
1. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (BLBI, diantaranya : Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit kepada
Koperasi (KUD), Kredit kepada Bulog untuk pengadaan pangan dan gula, dan Kredit investasi yang
diberikan oleh bank-bank pembangunan dan LKBB
2. Kredit yang tidak ditunjang oleh Kredit Likuiditas Bank Indonesia, diantaranya : Kredit Usaha Kecil
(KUK), Kredit ekspor, Kredit Kepada Kontarktor Nasional, Kredit Produksi, Impor dan Penyaluran Pupuk
dan Obat Hama untuk BIMAS, Kredit Investasi Kecil (Kredit Modal Kerja Permanen), Kredit Investasi
(Kredit modal Kerja sampai dengan Rp 75.000.000,00), Kredit kepada Guru, Kredit Mahasiswa Indonesia
dan Kredit Asrama Mahasiswa
c. Kebaikan dan keburukan kredit.
Kredit mempunyai beberapa kebaikan, diantaranya sebagai berikut.
1. meningkatkan produktivitas
2. memperlancar konsumsi barang atau jasa
3. memperlancar tukar menukar atau perdagangan
4. memperlancar arus peredaran uang dan barang
Keburukan kredit antara lain sebagai berikut.
48
1. Produk yang dihasilkan akan mengalami kelebihan (over production), sehingga dapat menjatuhkan harga
barang.
2. Timbul spekulasi dalam perdagangan, sehingga membawa akibat yang tidak baik.
3. Dapat menimbulkan inflai (kenaikan harga barang), karena meningkatkan jumlah uang yang beredar.
4. Kredit konsumtif dapat mendorong masyarakat untuk hidup melebihi kemampuannya.
5. Kredit produktif memberi kesempatan kepada orang-orang atau badan mendirikan badan usaha untuk
mencoba-coba atau secara ekonomis tidak dapat dipertanggung jawabkan, sehinga mengakibatkan kegagalan
atau jatuh pailit.

H. OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)


1. Pengertian
Menurut UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan pada Bab I Pasal 1, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
Undang- Undang ini. Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di
dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional
sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional,
antara lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan,
dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan wewenangnya berlandaskan asas-asas sebagai berikut:
1. Asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Asas kepastian hukum, yakni asas dalam Negara hokum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
3. Asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum;
4. Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
5. Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang
Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. Asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan
yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; dan
7. Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

2. Tujuan, Fungsi dan Tugas OJK


OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b. mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
c. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.
OJK berfungsi menyelenggarakan system pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:


a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya atau Industri Keuangan Non Bank.
Berdasarkan UU Nomor 21 tahun 2011, tugas mengatur dan mengawasi Bank yang semula dilakukan oleh
Bank Indonesia, pasar modal dan Industri keuangan non bank yang semula dilakukan oleh Bapepam
Lambaga Keuangan, mulai 1 Januari 2014 menjadi kewenangan OJK.

3. Wewenang OJK
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan, OJK mempunyai wewenang:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan,
kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank; dan
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di
bidang jasa;
b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum
pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan
5. standar akuntansi bank;
49
c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati- hatian bank, meliputi:
1. manajemen risiko;
2. tata kelola bank;
3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan;
d. pemeriksaan bank.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:


a. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
b. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
c. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
d. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
e. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
f. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan
dan pihak tertentu;
g. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;
h. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan
kekayaan dan kewajiban; dan
i. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:


a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap
Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
e. melakukan penunjukan pengelola statuter;
f. menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan; dan
h. memberikan dan/atau mencabut:
1. izin usaha;
2. izin orang perseorangan;
3. efektifnya pernyataan pendaftaran;
4. surat tanda terdaftar;
5. persetujuan melakukan kegiatan usaha;
6. pengesahan;
7. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
8. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan.
50
BAB VII
SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN

KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN


16. Mendeskripsikan sistem pembayaran dan alat Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran
pembayaran  Sistem pembayaran dan Alat Pembayaran
 Alat Pembayaran non tunai

A. SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN


1. Sistem Pembayaran
Kita sering melakukan transaksi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bagaimanakah cara kamu
melakukan pembayaran terhadap transaksi yang kamu lakukan? Biasanya, sistem pembayaran yang kita lakukan
terhadap transaksi kita sehari-hari cukup mudah dan sederhana, yakni dengan menyerahkan uang tunai dan kita
menerima barang. Namun, sebenarnya sistem pembayaran memiliki definisi tertentu. Sebelum memahami
pengertian sistem pembayaran, lebih baik kamu mengetahui arti tentang pembayaran.
Pembayaran adalah perpindahan nilai antara dua belah pihak (secara sederhana kita memakai istilah pembeli
dan penjual), dimana secara bersamaan terjadi perpindahan barang dan jasa. Maka, proses pembayaran antara
kedua belah pihak dalam kegiatan ekonomi digambarkan sebagai berikut.

Gambar 6.2 Kegiatan pemindahan kepemilikan barang/jasa


Sumber : Bank Indonesia

Dalam Pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, disebutkan pengertian sistem
pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan
untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi. Adapun pengertian umum mengenai sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan
pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Dengan demikian, apabila kita berbicara mengenai
sistem pembayaran berarti kita berbicara tentang alat pembayaran, prosedur perbankan sehubungan dengan
pembayaran dan juga sistem transfer dana antarbank yang dipakai dalam proses pembayaran.
Bagaimanakah instrumen dalam sistem pembayaran?
Secara garis besar, sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem pembayaran tunai dan sistem
pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen
yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam
bentuk fisik uang kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrumen yang
digunakan berupa alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang
elektronik.
a. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai sudah dilakukan sejak ditemukannya uang sebagai alat pembayaran tunai.
Sistem pembayaran tunai biasanya terjadi di antara kedua belah pihak, baik individu, kelompok, lembaga,
maupun negara. Sistem pembayaran tunai sudah sering terjadi setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari,
seperti kamu membeli buku tulis di toko buku, ayahmu membeli keperluan kantor, dan ibumu membeli
kebutuhan harian di pasar.

b. Sistem Pembayaran Non Tunai


Sistem pembayaran nontunai melibatkan lembaga perantara agar dana tersebut dapat benar-benar efektif
berpindah dari pihak yang menyerahkan ke pihak penerima. Jika kedua pihak yang terlibat merupakan
nasabah pada bank yang sama, proses perpindahan dana lebih sederhana. Bank tersebut cukup melakukan
proses pemindahbukuan dari rekening yang satu ke rekening lainnya. Namun, tidak demikian halnya jika
kedua pihak merupakan nasabah bank pada bank yang berbeda. Untuk hal tersebut diperlukan suatu lembaga
lain yang dikenal sebagai lembaga kliring yang mengakomodir transaksi antarbank tersebut.
Implikasi dari suatu transaksi pembayaran adalah adanya pihak yang harus membayar dan pihak
penerima pembayaran. Dalam transaksi non-tunai, pihak yang bertransaksi biasanya menggunakan jasa
lembaga perantara seperti bank untuk melakukan pembayaran lewat mekanisme kliring antarbank dan
menggunakan warkat bank seperti cek dan bilyet giro sebagai instrumen pembayaran nontunai.
Dalam transaksi seperti ini salah satu faktor penting dalam mekanisme operasional yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana mekanisme settlement dilakukan. Settlement adalah proses terjadinya
perpindahan nilai uang yang dilakukan dengan mendebit rekening pihak pembayar dan mengkredit rekening
pihak penerima. Dengan dilakukannya settlement maka transaksi tersebut akan bersifat final
dan irrevocable (tidak dapat dibatalkan).
Dalam sebuah sistem pastilah terdapat komponen atau unsur-unsur. Komponen-komponen yang membangun
sebuah sistem pembayaran terdiri atas sebagai berikut.
a.    Regulator berwenang mengatur aturan main, ketentuan, dan kebijakan yang mengikat seluruh komponen
sistem pembayaran.
b. Penyelenggara adalah lembaga yang memastikan penyelesaian akhir dari seluruh transaksi yang terjadi di
penggunanya.
c. Infrastrukur adalah sarana fisik yang mendukung operasional sistem pembayaran.
51
d. Instrumen adalah alat pembayaran baik tunai maupun non-tunai yang disepakati oleh para pengguna
dalam melakukan transaksi.
e. Pengguna adalah konsumen yang memanfaatkan sistem pembayaran.
Sebagai suatu sistem, sistem pembayaran terdiri atas beberapa subsistem, yang secara garis besar disebutkan
dalam materi Pengantar Sistem Pembayaran, yaitu sebagai berikut.
a. Kebijakan
b. Kelembagaan
c. Alat Pembayaran
d. Mekanisme Operasional
e. Infrastruktur Teknis
f. Perangkat Hukum
Saat ini sistem pembayaran di Indonesia diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan pihak di luar Bank
Indonesia atau industri sistem pembayaran. Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI merupakan system
pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, sementara APMK, uang elektronik, dan kegiatan usaha
pengiriman uang (KUPU) atau transfer dana diselenggarakan oleh industri sistem pembayaran, baik berupa bank
maupun lembaga selain bank.
Sistem pembayaran yang berlaku di Indonesia tersebut, biasanya diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu sistem
pembayaran nilai besar (high value payment system) dan sistem pembayaran nilai kecil/retail (retail payment
system).
a. Sistem Pembayaran Nilai Besar (High Value Payment System)
Nilai besar, diselenggarakan oleh Bank Indonesia, yaitu terdiri atas Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI.
1) Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik antarpeserta dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.
2) Bank Indonesia Scripless Securities Settlement (BI-SSSS)
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan
penatausahaan surat berharga secara elektronik. Dalam kegiatan setelmen, BI-SSSS terhubung langsung
dengan BI-RTGS secara seamless. 
b. Sistem Pembayaran Nilai Kecil/Retail (Retail Payment System)
Nilai kecil, berupa instrumen pembayaran elektronis, diselenggarakan oleh industri (Bank dan non-Bank),
yaitu terdiri atas sebagai berikut.
1) Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), yaitu terdiri atas sebagai berikut.
a) Kartu kredit
b) Kartu ATM/Debit
c) Kartu prabayar (prepaid)
d) Uang elektronik (e-money)
2) Kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU), diselenggarakan oleh industri (bank dan non-bank)
3) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
SKN merupakan sistem kliring antarbank untuk alat pembayaran cek, bilyet giro, nota debet lainnya dan
transfer kredit antarbank.
Point 1 dan 2 diselenggarakan oleh industri sedangkan point 3 diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Penyelenggara sistem pembayaran non-bank saat ini terdiri atas institusi jasa keuangan, koperasi, dan
institusi penyedia jasa telekomunikasi. Selain hal-hal di atas, masih terdapat instrumen pembayaran lain, yaitu e-
wallet. Beberapa contoh yang termasuk dalam kategori e-wallet adalah PayPal, Doku, Rakuten, dan RekBer.
Kategori e-wallet belum diatur oleh Bank Indonesia meskipun sudah banyak masyarakat yang menggunakan
instrumen e-wallet.

2. Alat Pembayaran
Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal
dengan uang.  Hingga saat ini, uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di
masyarakat. Selanjutnya, alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat
pembayaran nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya, cek dan bilyet
giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paper less seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran
memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).
Untuk memperlancar berkembangnya kegiatan ekonomi, pembayaran atas transaksi keuangan digunakan
suatu alat pembayaran, yang terdiri atas sebagai berikut.
a. Alat Pembayaran Tunai
Alat pembayaran tunai kita kenal dalam bentuk uang kertas dan uang logam. Berbagai jenis uang kertas dan
uang logam dikeluarkan oleh pemerintah dari tahun ke tahun, ada yang ditarik dari peredaran dan diganti
dengan bentuk atau model baru. Alat pembayaran tunai adalah alat pembayaran dengan memakai uang kartal
(uang kertas dan logam), yang terdiri atas uang dengan nilai nominal Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000,
Rp2000, Rp5000, Rp10000, Rp20000, Rp50000, dan Rp100000.
Alat pembayaran tunai berupa uang kartal tersebut masih berperan penting dalam lalu lintas pembayaran
dalam transaksi sehari-hari yang tentu saja bernilai kecil. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini,
pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding uang giral.

b. Alat Pembayaran Nontunai


Alat pembayaran nontunai adalah alat pembayaran dengan tidak memakai uang kartal (uang kertas dan
logam), yang terdiri atas paper based (cek/BG), APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu), dan uang
elektronik. Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Kenyataan
ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga
selain bank (LSB), baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian
52
akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai
dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement),
dan sistem kliring.
Apabila masyarakat melakukan pembayaran nontunai ia akan menggunakan alat pembayaran nontunai.
Adapun pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan uang tunai yang
beredar melainkan menggunakan cek atau bilyet giro (BG) dan alat pembayaran menggunakan kartu (ATM,
kartu kredit, kertu debit, prabayar). 

3. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran


Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan sistem
pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal. Dalam Pasal 8 UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia disebutkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Tugas Bank Indonesia tersebut, ditentukan dalam Pasal 15 Nomor 23 Tahun 1999, bahwa dalam
rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melakukan hal-
hal berikut.
a. melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran;
b. mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya;
c. menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Tugas Bank Indonesia mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran tersebut berkaitan dengan dua
tugas pokok lainnya, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan mengawasi
bank. Ketiga tugas pokok Bank Indonesia ini mempunyai keterkaitan dalam mencapai tujuan Bank Indonesia
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
dilakukan Bank Indonesia antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Efektivitas
pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal yang
merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem
pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal memerlukan sistem perbankan yang sehat yang merupakan
sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan mengawasi bank. Selanjutnya, sistem perbankan yang sehat akan
mendukung pengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter terutama dilakukan melalui sistem
perbankan.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia. Oleh
karena itu, dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem
pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan akses, dan perlindungan konsumen.
Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran sistem
pembayaran diartikan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi yang
layak edar atau biasa disebut  clean money policy. Empat prinsip kebijakan dalam sistem pembayaran tersebut
harus dijaga oleh Bank Indonesia agar tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia
tercapai.
Tujuan Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sebagaimana diamanatkan Undang-
Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu didukung oleh
pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu
didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi, semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar
pula transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical. Apabila kebijakan moneter berjalan lancar,
muaranya adalah stabilitas nilai tukar.
Tujuan utama Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi
sistem pembayaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran terdiri
atas sebagai berikut.
a. Peran Bank Indonesia sebagai Operator
b. Peran Bank Indonesia sebagai Regulator
c. Peran Bank Indonesia sebagai Fasilitator
d. Peran Bank Indonesia sebagai Development Coordinator
e. Peran Bank Indonesia sebagai Pengguna

4. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nontunai oleh Bank Indonesia


Jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik dalam proses
pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat
berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia
melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS
adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dalam rangka mitigasi risiko dalam
pembayaran nasional, Bank Indonesia telah mengembangkan sistem setelmen (sistem penyelesaian transaksi),
yaitu Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Securities Settlement
System (BI-SSSS) dan Sistem Kliring Nasional (SKN). Ikuti pembahasan selanjutnya berikut.
a. BI sebagai Penyelenggara BI-RTGS
Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam
pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang
termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar, yaitu transaksi Rp.100 juta ke
atas dan bersifat segera (urgent).
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement merupakan suatu sistem transfer dana elektronik antarpeserta
dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.
Adapun manfaat BI-RTGS, yaitu sebagai berikut.
1) Mengurangi resiko penyelesaian akhir (settlement).
2) Sarana transfer dana antarpeserta yang lebih cepat, efisien, aman, dan handal.
53
3) Meningkatkan kepastian penyelesaian akhir.
4) Menyediakan informasi rekening peserta real time.
5) Meningkatkan efektivitas pengelolaan dana oleh bank.
Melihat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, sudah barang tentu harus dijaga
kontinuitas dan stabilitasnya. Bila sesaat saja sistem BI-RTGS ini ngadat atau mengalami gangguan jelas
akan sangat menganggu kelancaran dan stabilitas sistem keuangan di dalam negeri. Hal itu belum
memperhitungkan dampak material dan nonmaterial dari macetnya sistem BI-RTGS tadi. Untuk itulah BI
sangat peduli menjaga stabilitas BI-RTGS yang dikategorikan sebagai Systemically Important Payment
System (SIPS). SIPS  adalah sistem yang memproses transaksi pembayaran bernilai besar dan bersifat
mendesak (urgent). Maka, wajar saja apabila Bank Indonesia sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan
mengelola risiko, desain, kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain
SIPS dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang digunakan oleh
masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalam kategori SWIPS ini. BI  juga peduli dengan
SWIPS karena sifat sistem yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Apabila   terjadi gangguan maka
kepentingan masyarakat untuk melakukan pembayaran akan terganggu pula, termasuk kepercayaan terhadap
sistem dan alat-alat pembayaran yang diproses dalam sistem.

b. BI sebagai Penyelenggara SKN – BI


Salah satu mekanisme dalam sistem pembayaran adalah kliring. Apakah kliring itu? Kliring adalah
pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarpeserta kliring baik atas nama peserta maupun atas
nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
SKN merupakan sistem kliring antarbank untuk alat pembayaran cek, Bilyet Giro, nota debet lainnya dan
transfer kredit antar bank. SKNBI adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang meliputi Kliring
Debet dan Kliring Kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
Kliring ada dua jenis, yaitu kliring debet dan kliring kredit.
1) Kliring debet
Kliring debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet, menggunakan Cek, Bilyet Giro, Nota
Debet dan Warkat Debet lain (Traveller Cheque).
2) Kliring Kredit
Kliring Kredit adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer kredit, Data Keuangan Elektronik.
Adapun struktur organisasi SKNBI, yaitu sebagai berikut.
1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN) adalah Penyelenggara SKNBI dalam hal ini Kantor Pusat Bank
Indonesia (BI)
2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) adalah Kantor BI daerah dan atau Bank lain yang ditunjuk dan telah
mendapat persetujuan dari BI sebagai penyelenggara kliring lokal Selain BI
3. Peserta Kliring adalah Bank Umum (konvensional atau syariah)
Setiap Bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring, kecuali BPR
(Bank Perkreditan Rakyat), Kantor Bank yang akan menjadi peserta wajib menyediakan perangkat kliring,
antara lain meliputi perangkat Terminal Pusat Kliring dan jaringan komunikasi data baik main maupun back
up untuk menjamin kelancaran kepada nasabah dalam bertransaksi.
c. BI Sebagai Penyelenggara BI-SSSS
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan
surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem Bank
Indonesia - Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS). BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank
Indonesia dengan sistem penatausahaan Surat Berharga.
BI-SSSS menatausahakan terhadap kegiatan transaksi berikut.
1) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2) Surat Berharga Negara (SBN), yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN).
3) Transaksi Operasi Pasar Terbuka (OPT) lainnya seperti FASBI, Fine Tune Operation dan transaksi
repo/reverse repo dengan Bank Indonesia yang menggunakan underlying SBI dan SBSN.
Kegiatan transaksi dan penatausahaan dilakukan dalam satu sistem yang terintegrasi dan terhubung langsung
(on-line) antara Bank Indonesia dengan para pelaku pasar.  Selain itu, BI-SSSS mencakup juga sistem
informasi antar peserta dan penyelenggara BI-SSSS, sistem setelmen surat berharga dan sistem
penatausahaan surat berharga. Dalam kegiatan setelmen, BI-SSSS terhubung langsung dengan BI-RTGS
secara seamless.

B. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI


Perkembangan alat pembayaran saat ini dapat dikatakan telah berkembang sangat pesat dan maju. Dalam alat
pembayaran, selain uang yang masih menjadi alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat, terdapat pula alat
pembayaran nontunai. Contoh alat pembayaran yang telah dikenal berbasis kertas seperti cek dan bilyet giro atau alat
pembayaran menggunakan kartu (APMK), seperti kartu kredit dan kartu ATM/debet. Adapun untuk sistem transfer, telah
dilakukan pengembangan sistem transfer dana secara berkesinambungan oleh Bank Indonesia, sehingga saat ini telah
tersedia sistem BI-RTGS dan sistem Kliring Nasional. Sebagian materi alat pembayaran nontunai telah dibahas di depan.
Berikut kita akan membahasnya terutama mengenali alat-alat yang digunakan dalam sistem pembayaran nontunai agar
kita bisa menggunakannya sebagai kemudahan dalam bertransaksi.
1. Pengertian Alat Pembayaran Nontunai
Pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan uang tunai yang beredar
melainkan menggunakan cek atau bilyet giro (BG) dan alat pembayaran menggunakan kartu (ATM, kartu kredit,
kertu debit, prabayar). Hal ini terlihat pada ketersediaan jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun
lembaga selain bank. Transaksi pebayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indnesia melalui
sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring.
54
Pembayaran menggunakan kartu sudah banyak yang menggunakan mulai dari anak anak, remaja, dewasa,
hingga tua. Dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pelayan toko, pengusaha, karyawan hingga pejabat sudah
menggunakannya. Kartu ATM, kartu debit dan kartu debit memang praktis, mudah dibawa tanpa memakan
tempat di dompet kita karena bentuknya kecil dan sangat tipis. Masyarakat sudah mulai meninggalkan kebiasaan
memegang uang tunai dan memilih bertransaksi nontunai (melalui bank) seperti contoh pengambilan gaji pegawai
saat ini sudah melalui ATM, pembayaran uang kuliah, pemberian uang jajan bulanan kepada anak, hingga untuk
belanja online.

2. Jenis-Jenis Alat Pembayaran Nontunai


Jenis alat pembayaran non tunai terdiri atas sebagai berikut.
a. Paper Based (Cek/BG)
Adakah yang mengenal paper based? Apakah paper based itu? Paper Based (Cek/BG) adalah pembayaran
dengan menggunakan surat perintah kepadan bank untuk melakukan pembayaran atas transaksi keuangan.
Adapun cek dan BG didefinisikan sebagai berikut.
1) Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang tercantum dalam cek.  
Penarikan cek dapat dilakukan baik "atas nama" maupun "atas unjuk" dan merupakan surat berharga
yang dapat diperdagangkan (negotiable paper).
2) Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.
Cek dan Bilyet Giro diberikan kepada nasabah yang memiliki simpanan di bank, khususnya simpanan dalam
bentuk rekening giro. Walaupun secara fisik Cek dan BG terlihat sama, namun pada dasarnya terdapat
beberapa perbedaan antara Cek dan BG, seperti  pencairan Cek dapat dilakukan secara tunai atau melalui
pemindahbukuan sementara BG hanya dapat dicairkan dengan pemindahbukuan. Selain itu Cek, khususnya
Cek atas unjuk dapat dipindahtangankan sementara Bilyet Giro tidak dapat dipindahtangankan.
Cek dan Bilyet Giro (BG) merupakan alat pembayaran paling lama yang digunakan oleh masyarakat
Indonesia. Cek telah diatur dalam KUHD, sementara BG pertama kali diatur tahun 1972 dalam Surat Edaran
Bank Indonesia. Penggunaan Cek dan BG untuk pembayaran umumnya dilakukan oleh pelaku usaha dalam
mendukung kelancaran transaksi bisnisnya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan nasabah individu
menggunakan Cek dan BG dalam melakukan pembayaran.

b. APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)


APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) adalah alat pembayaran yang berupa kartu kredit, kartu
ATM, dan kartu debet
Adapun karakteristik Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), antara lain, sebagai berikut.
1) Kartu Kredit
Kartu Kredit merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip “buy now pay later”, dimana pada saat
transaksi kewajiban pemegang kartu ditalangi terlebih dahulu oleh penerbit Kartu Kredit. Pemegang kartu
dapat melunasi pembayaran berdasarkan waktu yang disepakati antara pemegang kartu dan penerbit. Saat
ini fasilitas yang ditawarkan bagi pengguna Kartu Kredit sangat beragam, mulai dari diskon di merchant,
point rewards yang dapat digunakan untuk berbelanja, sampai dengan pembelian barang dengan bunga
cicilan 0%.
Kartu Kredit adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan
dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi
terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu yang disepakati dengan pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan
pembayaran secara angsuran.
Adapun karakteristik kartu kredit, yaitu sebagai berikut.
a) Kemudahan berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai
b) Dapat melakukan tarik tunai (cash advance).
c) Dana transaksi berasal dari fasilitas pinjaman (kredit) yang diberikan penerbit kartu
d) Dikenakan bunga jika membayar setelah jatuh tempo atau secara angsuran.
e) Persyaratan kepemilikan (antara lain minimum usia dan pendapatan) mengacu kepada ketentuan
Bank Indonesia maupun ketentuan APMK.

2) Kartu ATM (Authomatic Teller Mechine)


Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal kartu pembayaran. Kartu pembayaran yang saat ini
paling diminati oleh masyarakat adalah Kartu ATM/Debet. Kartu ATM adalah alat pembayaran
menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana
dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan
pemegang kartu pada Bank atau Lembaga Selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kartu ATM (Authomatic Teller Mechine) atau Anjungan Tunai Mandiri, memiliki karakteristik berikut.
a) Kemudahan bertransaksi via ATM antara lain, tarik tunai, cek saldo, transfer antarrekening atau
antarbank (termasuk untuk pembayaran kepada biller).
b) Dana transaksi berasal dari rekening simpanan pemegang dan akan berkurang secara otomatis
c) Persyaratan kepemilikan harus memiliki rekening simpanan di bank penerbit.

3) Kartu Debet
Kartu Debet adalah pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan,
dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan
55
pemegang kartu pada bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kartu debet, memiliki karakteristik sebagai berikut.
a) Kemudahan berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai
b) Dana untuk transaksi berasal dari rekening simpanan dan akan berkurang secara otomatis
c) Persyaratan kepemilikan harus memilki rekening simpanan di bank penerbit

4) Uang Elektronik
Uang Elektronik (electronic money) adalah uang yang digunakan dalam transaksi Internet dengan
cara elektronik . Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer (seperti internet  dan
sistem penyimpanan harga digital). Electronic Funds Transfer (EFT) adalah sebuah contoh uang
elektronik.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/1/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik
(Electronic Money), Uang Elektronik harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yaitu :
a)    diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh   pemegang kepada  penerbit;
b)    nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;
c)    digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan  merupakan  penerbit uang
elektonik tersebut;
d)    dan nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam
melakukan transaksi transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai. Uang elektronik sangat
applicable untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi, seperti: transportasi,
parkir, tol, fast food, dan sebagainya. 
Perbedaan mendasar antara uang elektronik dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
adalah uang elektronik bersifat prabayar (prepaid) sedangkan APMK bersifat akses.
56
BAB IX
KETENAGAKERJAAN, PENGANGGURAN
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KOMPETENSI INDIKATOR
3. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan Mendeskripsikan ketenagakerjaan,
dampaknya terhadap pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
APBN dan APBD, perekonomian terbuka, ekonomi, pengangguran atau dampaknya
mengenal pasar modal. berdasarkan data atau grafik

A. KESEMPATAN KERJA
1. Dalam arti sempit, kesempatan kerja adalah banyak sedikitnya tenaga kerja yang mempunyai kesempatan untuk
bekerja.
2. Dalam arti luas, kesempatan kerja adalah banyak sedikitnya faktor-faktor produksi yang mungkin dapat ikut
dalam proses produksi.
Banyak sedikitnya tenaga kerja dan aktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi, sehingga mereka memiliki
kesempatan kerja akan berkaitan dengan hal-hal berikut ini : Angkatan kerja, Penduduk usia kerja, Bekerja, Jumlah
Jam Kerja, Jenis Pekerjaan / Jabatan,Lapangan Usaha / Lapangan Pekerjaan, Penduduk yang berkerja, Upah Buruh,
Upah pekerja dan kebutuhan fisik minimum, dan Produktivitas tenaga kerja.
Perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dinyatakan dalam Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), yang dapat dihitung dengan rumus :
Angkatan Kerja
TPAK = x 100%
Penduduk Berusia 15 – 64 tahun

B. PENGANGGURAN
Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu
usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja / mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja.
Tingkat pengangguran dihitung dengan rumus :

Jumlah Pengangguran
Tingkat Pengangguran = x 100%
Jumlah Angkatan Kerja

Pengangguran yang terjadi pada suatu negara, disebabkan oleh beberapa jenis,diantaranya :
1. Pengangguran Ketidakcakapan adalah pengangguran yang terjadi karena seseorang mempunyai cacat
fisik atau jasmani, sehingga dalam dunia perusahaan mereka sulit untuk diterima menjadi pekerja/karyawan.
2. Pengangguran Musiman adalah pengangguran yang biasa terjadi pada sektor pertanian, misalnya pada
musim paceklik. Pada musim ini banyak pekerja atau petani yang menganggur, karena musimnya yang tidak
menguntungkan bagi petani.
3. Pengangguran Friksional (peralihan) adalah pengangguran yang terjadi karena penawaran tenaga kerja lebih
banyak dari pada permintaan tenaga kerja atau tenaga kerja yang sudah bekerja tetapi menginginkan pindah
pekerjaan lain, sehingga belum mendapatkan tempat pekerjaan yang baru. Kelebihan tersebut menimbulkan
adanya pengangguran.
4. Pengangguran karena upah terlalu tinggi artinya pengangguran yang terjadi karena para pekerja atau pencari kerja
menginginkan adanya upah atau gaji terlalu tinggi, sehingga para pengusaha tidak mampu untuk memenuhi
keinginan tersebut, sehingga menimbulkan adanya pengangguran.
5. Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang terjadi karena terdapat kelebihan faktor produksi, khususnya
faktor produksi tenaga kerja. Bila suatu perusahaan atau pengusaha terjadi kelebihan semacam ini, maka akan
terdapat pengangguran faktor produksi tersebut, sehingga menimbulkan adanya pengangguran.
6. Pengangguran Voluntary adalah pengangguran karena seseorang secara sukarela tidak mau bekerja.
7. Pengangguran Tehnologi adalah pengangguran karena adanya pergantian tenaga manusia dengan tenaga mesin
C. CARA-CARA MENGATASI PENGANGGURAN

Kenyataan menunjukkan bahwa masalah pengangguran merupakan masalah yang sangat buruk efeknya atau
dampaknya pada aktivitas perekonomian masyarakat, baik kegiatan produksi, distribusi maupun konsumsi. Dan oleh
sebab itu secara terus menerus usaha-usaha harus dilakukan untuk mengatasi pengangguran.
Adapun cara-cara untuk mengatasi pegangguran antara lain :
a. Memperluas kesempatan kerja, dengan membuka lapangan kerja baru, baik dibidang pertanian, bidang industri,
bidang perdagangan maupun bidang jasa.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga para lulusan sudah siap pakai untuk menjadi tenaga yang trampil.
c. Meningkatkan kualitas tenaga kerja, dengan memberikan pendidikan ketrampilan melalui pendidikan formal
dan non formal.
d. Memberikan kesempatan kerja ke luar negeri, melalui penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
e. Mendorong tumbuh berkembangnya usaha-usaha atau industri rumah tangga.
f. Memberikan peranan KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan sebab-sebab terjadinya pengangguran, maka cara mengatasinya dapat diuraikan sebagai berikut :
No. Jenis Pengangguran Cara Mengatasi Pengangguran
1. Ketidakcakapan Memberikan ketrampilan yang sesuai dengan konidi fisiknya
2. Musiman Pemberian informasi yang jelas tentang adanya lowongan kerja
57
pada bidang lain dan melatih seseorang pada masa menunggu
musim tertentu
3. Friksional Mengusahakan informasi yang lengkap tentang permintaan dan
penawaran tenaga kerja, sehingga mempermudah dalam
pengambilan keputusan
4. Upah terlalu tinggi Memberikan pemahaman tentang kondisi ekonomi suatu usaha
atau perusahaan, sehingga tidak terlalu menimbulkan tuntutan
5. Struktural Memindahkan tenaga kerja dari tempat yang tidak membutuhkan
ke tempat yang membutuhkan, meningkatkan mobilitas tenaga
kerja, dan mendirikan industri padat karya
6. Tehnologi Meningkatkan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja agar
memiliki pengetahuan sesuai yang diinginkan, serta
meningkatkan pengatahuan tentang perkembangan tehnologi
7. Siklis / Konjungtur Peningkatan daya beli masyarakat, mengadakan proyek umum
seperti membangun jalan, jembatan, irigasi dan kegiatan lainnya

D. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

a. Perbedaan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi


Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkatdalam jangka panjang. Petumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indicator keberhasilan
pembangunan
Sedangkan Pembangunan Ekonomi (Economic Development) adalah pertumbuhan ekonomi yang
diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi dan corak kegiatan ekonomi atau Usaha
meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil
melalui penanaman modal, penggunaan tehnologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan,
penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Secara spesifik perbedaan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah :
PERTUMBUHAN EKONOMI PEMBANGUNAN EKONOMI
1. Kenaikan jumlah hasil produksi barang dan 1. Kenaikan kualitas hasil produksi barang dan
jasa jasa
2. Kenaikan jumlah GNP dari tahun ke tahun 2. Kenaikan jumlah GNP dari tahun ke tahun
dan tidak memperhatikan apakah persentase lebih besar pada persentase kenaikan
kenaikannya lebih besar atau lebih kecil jumlah penduduk
dari pada persentase kenaikan jumlah
penduduk
3. Kenaikan GNP tidak disertai perubahan 3. Kenaikan GNP disertai perubahan struktur
struktur ekonomi dan perkembangan iptek ekonomi dan perkembangan iptek
4. Kenaikan GNP tidak disertai peningkatan 4. Kenaikan GNP disertai peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pemerataan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan
distribusi pendapatan distribusi pendapatan
5. Peningkatan Pendapatan Nasional dan 5. Peningkatan kemakmuran
Pendapatan Perkapita

Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan rumus :

ΔGNP
×100 %
Pertumbuhan Ekonomi tahun t = GNP to

dimana : Simbol ∆ : perubahan, yang diperoleh dari (GNP tahun ini – GNP tahun lalu)
GNPto : GNP sebelum berubah (GNP tahun lalu)
Contoh :
GNP tahun 2014 sebesar Rp 800,00 Trilyun dan GNP tahun 2015 sebesar Rp 900,00 trilyun, maka besarnya
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah :
900−800
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi tahun 2015 = 800 x 100% = 12,5%
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi negara
berkembang
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
2. Jumlah dan Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja
3. Barang-barang Modal dan Tingkat Tehnologi
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
5. Luas Pasar sebagai Sumber Pertumbuhan
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Pembangunan ekonomi antara lain :
1. Sumber-sumber ekonomi yang produktif
2. Pendapatan nasional atau produksi nasional
3. Tingkat konsumsi potensial
58
E. TEORI-TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikam yang telah lama dibahas oleh ahli-ahli ekonomi.
Beberapa faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi :
1. Tanah dan kekayaan alam
2. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
3. Barang-barang modal dan tehnologi
4. Manajemen
5. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
6. Sistem sosial dan sikap masyarakat
7. Luas pasar

Berikut ini diuraikan teori-teori pertumbuhan ekonomi dari pemikiran ekonomi, yaitu :
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Aliran Merkantilisme.
Pertumbuhan ekonomi atau perkembangan ekonomi suatu negara menurut kaum Merkantilis
ditentukan oleh peningkatan perdagangan internasional dan penambahan pemasaran hasil industri serta
surplus neraca perdagangan sehingga selalu meningkatkan ekspor barang hasil industri. Dan melarang ekspor
logam mulia (emas), sebab logam mulia atau emas menurut aliran merkantilisme merupakan tanda kekayaan
suatu negara.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Aliran Klasik
a. Adam Smith
Adam Smith mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul ”An Inquiry
Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” atau dengan ringkas The Wealth of Nations tahun
1776. Menurut Adam Smith, ada empat factor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : Jumlah
penduduk, Jumlah stok barang-barang modal, Luas tanah dan kekayaan alam, dan Tingkat tehnologi yang
digunakan serta adanya spesialisasi dan pembagian kerja internasional.
b. David Recardo
David Recardo mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul ”The
Principles of Political Economy and Taxation”. Menurut David Recardo pertumbuhan ekonomi suatu
Negara ditentukan oleh pertumbuhan penduduk. Dengan bertambahnya penduduk akan menambah tenaga
kerja dan akan membutuhkan tanah atau alam.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
a. Joseph Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi dan para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat perbaruan atau inovasi
dalam ekonomi, sehingga tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara terjadi jika para pengusaha terus
menerus mengadakan inovasi dan mampu pengadakan kombinasi baru atas investasinya atau proses
produksinya, diantaranya :
a. Penggunaan teknik produksi yang baru
b. Penemuan bahan dasar yang baru
c. Pembukaan daerah pemasaran yang baru
d. Penggunaan manajemen yang baru
e. Penggunaan teknik pemasaran yang baru,
b. Harrod – Domar
Dalam analisis teori pertumbuhan ekonomi Menurut Teori Harrod – Domar, bertujuan untuk menjelaskan
syarat yang harus dipenuhi supaya perekonomian dapat mencapai Pertumbuhan yang teguh (Steady
Growth) dalam jangka panjang. Asusmsi yang digunakan oleh Harrod-Domar dapat teori pertumbuhan
ekonomi ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
- Tahap awal perekonomian telah mencapai tingkat full employment
- Perekonomian terdiri dari sektor rumah tangga (konsumen) dan sektor perusahaan
(produsen)
- Fungsi tabungan dimulai dari titik nol, sehingga besarnya tabungan proporsional
dengan pendapatan
- Hasrat menabung batas (Marginal Propencity to save) besarnya tetap
Sehingga menurut Harrod – Domar pertumbuhan ekonomi yang teguh akan mencapai kapasitas penuh (full
capacity) dalam jangka panjang.
c. Sollow Swan
Menurut teori Sollow – Swan, ada 4 anggapan dasar dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi, yaitu :
- Tenaga kerja (Penduduk) tumbuh dengan laju tertenti
- Fungsi produksi Q = f (K,L) berlaku bagi setiap periode (K : Kapital, L : Labour)
- Adanya kecenderungan menabung dari masyarakat
- Semua tabungan masyarakat diinvestasikan
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Aliran Historis
a. Friederich List (1789 – 18456)
Menurut Friederich List perkembangan ekonomi ditinjau dari tehnik berproduksi sebagai sumber
penghidupan.Tahapan pertumbuhan ekonominya antara lain :Masa berburu atau mengembara, Masa
beternak atau bertani, Masa bertani dan kerajinan, Masa kerajinan Industri dan Perdagangan. Buku
hasil karyanya berjudul Das Nationale System der Politischen Oekonomie (1840).
b. Bruno Hildebrand (1812 – 1878)
Menurut Bruno Hildebrand, perkembangan ekonomi ditinjau dari cara pertukaran (tukar-menukar) yang
digunakan dalam masyarakat.Tahap pertumbuhan ekonominya : Masa Pertukaran dengan natura (barter),
Masa pertukaran dengan uang dan Masa pertukaran dengan kredit/giral.
59
Pendapatnya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Die National Ekonomie der gegenwart und Zukunfit
(1848).
c. Karl Bucher (1847 – 1930)
Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi ditinjau dari jarak antara produsen dengan konsumenTahap
pertumbuhan ekonominya antara lain : Rumah tangga tertutup, Rumah tangga kota, Rumah tangga
bangsa dan Rumah tangga dunia.
d. Werner Sombart (1863 – 1941)
Menurut Werner Sombart, perkembangan ekonomi ditinjau dari susunan organisasi dan idiologi
masyarakat.Tahapan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut : Zaman perekonomian tertutup, Zaman
perekonomian Kerajian dan pertukangan, Zaman perekonomian Kapitalis (Kapitalis purba, madya,
raya dan akhir)
Karyanya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Der Moderne Kapitalismus (1927),
e. W.W. Rostow
W.W. Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic Growth membagi pertumbuhan ekonomi
menjadi lima tahap atas dasar kemajuan tingkat teknologi.
Kelima tahap itu adalah : Masayarakat tradisional, Prasyarat lepas landas, Lepas landas, Gerakan
kearah kedewasaan dan tahap konsumsi tinggi.

i. KARAKTERISTIK NEGARA-NEGARA BERKEMBANG


Karakteristik pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah:
1. Tingkat pendidikan yang rendah, sehingga pengetahuan yangdiperolehsedikit
2. Pertanian Tradisional
3. Taraf hidup yang rendah
4. Produktivitas yang rendah
5. Kekurangan modal dan tenaga ahli
6. Laju pertambahan penduduk yang tinggi atau perkembangan penduduk pesat
7. Masalah menciptakan kesempatan kerja dan pengangguran
8. Ketergantungan pada sektor pertanian
9. Kemalasandanketidakdisiplinanseseorang.
10. Sikap yang tidak mendorong berproduksi.
60
BAB X
APBN, APBD DAN PAJAK

KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN


17. Menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan APBN APBN dan APBD
dan APBD  Pengertian, fungsi, tujuan APBN dan APBD
18. Mengidentifikasi sumber-sumber penerimaan Sumber APBN dan APBD
pemerintah pusat dan pemerintah daerah  Sumber APBN
 Sumber APBD
 Pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian
19. Mendeskripsikan kebijakan pemerintah di Kebijakan Fiskal
bidang fiskal  Arti kebijakan fiskal
 Kebijakan fiskal (ekspansif dan kontraktif)
 Perpajakan
 Pajak dan pungutan resmi lainnya
 Menghitung pajak penghasilan, pajak bumi dan
bangunan
20. Mengidentifikasi jenis-jenis pengeluaran Pengeluaran Pemerintah
pemerintah pusat dan pemerintah daerah  Pengeluaran pemerintah pusat
 Pengeluaran pemerintah daerah
 Perbedaan pengeluaran pemerintah pusat dan
pemerintah daerah

A. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

1. Pengertian APBN
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (1), (2) dan (3), setiap tahun Presiden mengajukan RAPBN untuk dibahas
bersama DPR. Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) juga
dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat secara rinci tentang sumber-sumber penerimaan negara dan
alokasi pengeluarannya dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun.
Penyusunan APBN didasarkan asas berimbang dan dinamis, artinya di sektor penerimaan negara selalu
diusahakan peningkatannya dan di sektor pengeluarannya diusahakan penghematan rutin serta lebih mengarahkan
dana pembangunan kepada kegiatan yang menunjang peningkatan produksi nasional, yang mana besarnya
pengeluaran (belanja) seimbang dengan penerimaannya.
Secara rinci penyusunan APBN didasarkan :
a. Asas berimbang dan dinamis penerimaan-pengeluaran
b. Tabungan/Saving selalu meningkat
c. Peningkatan pendapatan pajak, secara : intensif dan ektensif
d. Prioritas pengeluaran rutin yang penting
e. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia secara maksimal.

3. Fungsi dan tujuan APBN


Berdasarkan pasal 3 ayat 4 UU nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, dijelaskan bahwa APBN/APBD
mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
a. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. Atau
dengan kata lain Fungsi alokasi, yaitu APBN dapat menunjukkan sasaran dan prioritas pembangunan dan
untuk mengalokasikan faltor-faktor produksi yang tersedia di dalam masyarakat, sehingga kebutuhan
masyarakat akan Public Goods atau Kebutuhan umum akan terpenuhi
e. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan. Atau dengan kata lain Fungsi distribusi, yaitu APBN dapat menunjukkan pembagian dana pada
berbagai sektor
f. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Atau dengan kata lain Fungsi stabilisasi, yaitu
APBN diharapkan dapat menjaga kestabilan arus uang dan arus barang dan untuk terpeliharanya tingkat
kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup
memadai.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan
dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara. Sedangkan tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran
negara dalam melaksanakan kegiatan kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam
61
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat. Dan sekaligus dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengendali inflasi

4. Sumber-sumber Penerimaan Negara dan Jenis-Jenis Pengeluaran Negara


Berdasarkan pasal 11 UU nomor 17 tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBN, dijelaskan sebagai
berikut :
(1) APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.
(2) APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
(3) Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.
(4) Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyeleng-garaan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
(5) Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Sumber-sumber Penerimaan Negara dan Pengeluaran Negara

SUMBER PENERIMAAN NEGARA


A. PENDAPATAN NEGARA
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI
1 . Penerimaan Perpajakan
a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri
1 ) Pendapatan Pajak Penghasilan
a) Pendapatan PPh Migas
b) Pendapatan PPh Nonmigas
2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai
3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
5) Pendapatan Cukai
6) Pendapatan Pajak Lainnya
b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
1 ) Pendapatan Bea masuk
2) Pendapatan Bea keluar
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. Penerimaan Sumber Daya Alam
1 ) Penerimaan Sumber Daya Alam Migas
a) Pendapatan Minyak Bumi
b) Pendapatan Gas Bumi
2) Penerimaan Sumber Daya Alam Non migas
a) Pendapatan Pertambangan Minerba
b) Pendapatan Kehutanan
c) Pendapatan Perikanan
d) Pendapatan Panas Bumi
b. Pendapatan Bagian Laba BUMN
1) Perbankan
2) Non Perbankan
c. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lainnya
d. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
II. PENERIMAAN HIBAH

JENIS BELANJA NEGARA ATAU PENGELUARAN NEGARA


B. BELANJA NEGARA
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT
1 . Belanja Kementerian Negara/Lembaga
2. Belanja Non Kementerian Negara/Lembaga
- Program Pengelolaan Utang Negara
- Program Pengelolaan Subsidi
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
A. Transfer ke Daerah
a. Dana Perimbangan
1) Dana Bagi Hasil (DBH)
a) DBH Pajak
b) DBH Sumber Daya Alam
2) Dana Alokasi Umum (DAU)
3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
b. Dana Otonomi Khusus
1) Dana Otsus
a) Dana Otsus Prov. Papua dan Prov. Papua Barat)
b) Dana Otsus Provinsi Aceh
2) Dana tambahan Otsus Infrastruktur (Provinsi Papua & Provinsi Papua
Barat)
c. Dana Keistimewaan DIY
d. Dana Transfer Lainnya
1) Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD
62
2) Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD
3) Dana Bantuan Operasional Sekolah
4) Dana Insentif Daerah
5) Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
B. Dana Desa

C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS (DIFISIT) ANGGARAN (A – B)
% defisit terhadap PDB

E. PEMBIAYAAN (I + II)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
1 . Perbankan Dalam Negeri
a. Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman
b. Saldo Anggaran Lebih
2. Nonperbankan Dalam Negeri
a. Hasil Pengelolaan Aset
b. Dana Investasi Pemerintah
i. Penerimaan Kembali Investasi
ii. Penyertaan Modal Negara
iii. Dana Bergulir
c. Cadangan Dana Pembiayaan untuk Pengembangan Pendidikan Nasional
d. Kewajiban Penjaminan
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
1 . Penarikan Pinjaman LN (bruto)
a. Pinjaman Program
b. Pinjaman Proyek
i. Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat
- Kementerian Negara/Lembaga
- Diterushibahkan (on-granting )
ii. Penerimaan Penerusan Pinjaman
2. Penerusan Pinjaman (SLA)
3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN

Sumber : Kementrian Keuangan 2014

Sedangkan tabungan Negara atau pemerintah dapat dihitung sebagai berikut :

Tabungan Pemerintah = Penerimaan Dalam Negeri – Pengeluaran


Rutin

Semakin tinggi tabungan pemerintah atau Negara maka akan dapat meningkatkan investasi atau penanaman
modal untuk usaha sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lancar atau dengan kata lain APBN
menunjukkan surplus. Dan Keseimbangan primer adalah total penerimaan atau pendapatan Negara dikurangi belanja dalam
APBN tanpa menghitung pembayaran bunga utang. Jika berada dalam kondisi defisit, penerimaan negara tidak bisa
menutup pengeluaran sehingga membayar bunga utang sudah menggunakan pokok utang baru.
5. Mekanisme penyusunan APBN
Berdasarkan pasal 15 UU nomor 17 tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBN, dijelaskan proses
penyusunan APBN sebagai berikut :
(1) Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang
mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
(4) Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undangundang tentang APBN
dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja.
(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang, Pemerintah Pusat dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

Proses penyusunan APBN secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.


63

6. Pengaruh APBN terhadap perekonomian


1. Dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maksudnya dapat mengetahui besarnya GNP dari
tahun ke tahun.
2. Dapat menciptakan kestabilan keuangan atau moneter negara, sebabnya dapat mengatur jumlah uang yang
beredar di masyarakat.
3. Dapat menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan industri-industri dalam negeri.
4. Dapat memperlancar Distribusi pendapatan, maksudnya dapat mengetahui sumber penerimaan dan
penggunaan untuk belanja pegawai dan belanja barang serta yang lainnya.
5. Dapat memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyek-proyek negara dan investasi
negara, sehingga dapat membuka lapangan kerja yang baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan APBN, dapat diketahui arah, tujuan, serta prioritas pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan.
Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, peningkatan sumber daya manusia akan
meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi. Pada gilirannya akan terbentuk tabungan masyarakat
sehingga meningkatkan investasi yang menyebabkan semakin banyak barang dan jasa yang tersedia bagi
masyarakat. Penyusunan APBN dapat juga mempengaruhi inflasi/deflasi yang akan terjadi dimasyarakat

B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

1. Pengertian APBD
Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga dapat diartikan
sebagai suatu rencana kerja pemerintah daerah, yang mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran daerah selama
satu tahun yang dinyatakan dalam satuan uang dan yang disetujui oleh DPRD.
2. Fungsi dan Tujuan APBD
Fungsi dan tujuan APBD sama dengan fungsi dan tujuan APBN, hanya perbedaannya ruang lingkup APBD terbatas
pada wilayah daerah dan pelaksanaannya diserahkan kepada kepala daerah sesuai dengan semangat otonomi
daerah.
Dalam APBD akan tercermin pendapatan asli daerah (PAD) maupun pendapatan yang diperoleh dari pemerintah
pusat yang berupa dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
3. Sumber-sumber penerimaan daerah dan Jenis-jenis pengeluaran daerah
Berdasarkan pasal 16 UU nomor 17 tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBD, dijelaskan sebagai
berikut :
(1) APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah.
(2) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
(3) Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
(4) Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Sumber-sumber Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah dapat disajikan sebagai berikut :
Sumber-sumber Penerimaan Daerah atau Pendapatan Daerah
1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Pengelolaan Kekayaan Daerah (Laba Perusahaan Daerah)
d. Penerimaan lain-lain yang sah
3. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi hasil pajak (PBB desa dan kota, Cukai tembakau) dan bukan pajak (SDA
b. Dana Alokasi Umum (DAU) dari Pemerintah Pusat
64
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat
d. Dana Desa
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah (Dana BOS, Tunjangan Profesi Guru, Dana
Otonomi Khusus, Dana Insentif Daerah, Dana Bagi Hasil dari Provinsi dan Dana
Transfer lainnya)

Jenis Pengeluaran Pemerintah Daerah atau Belanja Daerah


1. Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawao
b. Belanja Bunga
c. Belanja Subsidi
d. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
e. Belanja Bagi hasil pajak
f. Belanja Bantuan Keuangan
g. Belanja tidak Terduga
2. Belanja Langsung
a. Belanja Urusan Pemerintah Daerah
b. Belanja Pegawai
c. Belanja Barang dan Jasa
d. Belanja Modal
e. Surplus atau Defisit APBD
3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Pembiayaan
b. Pengeluaran Pembiayaan
c. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) tahun berjalan
Sumber : Permendagri Nomor 37 tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD
4. Mekanisme penyusunan APBD
Berdasarkan pasal 20 UU nomor 17 tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBD, dijelaskan sebagai
berikut :
(1) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan undangundang yang
mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
(3) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
(4) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan
selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja.
(6) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan, untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah
Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
Proses penyusunan APBD secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

5. Pengaruh APBD terhadap perekonomian


Pengaruh APBD terhadap perekonomian sama dengan pengaruh APBN terhadap perekonomian, hanya
perbedaannya ruang lingkup APBD terbatas pada wilayah daerah dan pelaksanaannya diserahkan kepada kepala
daerah sesuai dengan semangat otonomi daerah.

C. KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG FISKAL

Kebijakan Fiskal atau Kebijakan Anggaran adalah kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan pendapatan
dan pengeluaran Negara atau APBN, agar sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan pada gilirannya
akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Kebijakan Fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah pengeluaran negara sehingga
meningkatkan investasi dan menciptakan suatu kegiatan ekonomi dengan penggunaan tenaga kerja yang
tinggi/penuh tanpa inflasi dan selalu mengalami pertumbuhan yang memuaskan.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah penerimaan negara dengan
peningkatan pajak / mengefektifkan pajak atau mengurangi pengeluaran negara sehingga inflasi dapat teratasi.
65

D. PERPAJAKAN

1. Pengertian pajak
Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian dapat dsimpulkan bahwa pajak :
a. Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara
b. Bersifat memaksa
c. Berdasarkan Undang-undang
d. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung
e. Untuk penyelenggaraan negara dan kemakmuran rakyat
Dasar pemungutan pajak adalah UUD 1945 pasal 23A: “Pajak dan pengutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang.”

2. Fungsi dan manfaat pajak serta hubungannya dengan APBN


a. Fungsi pajak
1) Fungsi budgeter, yaitu Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran- pengeluarannya.
2) Fungsi alokasi, yaitu pajak harus digunakan sebagai sumber dana untuk
pembiayaan pembangunan di segala bidang
3) Fungsi distribusi, yaitu pajak dijadikan sebagai alat pemerataan pendapatan
4) Fungsi regulasi/stabilisasi, yaitu Pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
b. Manfaat pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara, tanpa pajak sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat
dilaksanakan. Penggunaan uang pajak mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas,
kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan
masyarakat, mensubsidi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan juga membayar utang negara ke luar
negeri., membantu UMKM baik dalam hal pembinaan dan modal.dengan demikian peranan penerimaan pajak
bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan
pembangunan.
Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi
pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang
mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajaknnya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya
fungsi redistribusi pendapatan, sehingga kesenjangan ekonomi dan sosial dapat dikurangi secara maksimal.
c. Pajak hubungannya dengan APBN
Penerimaan pajak pusat merupakan sumber penerimaan paling utama dalam APBN, penyelenggaraan negara
dan pemerintahan baik dalam pembiayaan pengeluaran rutin maupun pembiayaan pembengunan sangat
tergantung kesadaran masyarakat akan kewajiban dalam membayar pajak. Selain pajak pusat, juga terdapat
Pajak Daerah antara lain Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Pembangunan I, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak
Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
merupakan sumber penerimaan APBD.
Hasil Pajak dialokasikan untuk :
1. Pembangunan infrastruktur, meliputi : Perhubungan, Pemukiman, Irigasi, Energi dan lainnya
2. Meringankan Beban dan Menyejahterakan Rakyat , meliputi : Layanan Pendidikan , Penanggulangan
Kemiskinan , Layanan kesehatan, Ketahanan pangan dan Subsidi
3. Mewujudkan Suasana Aman Dan Tenteram Dan Kepastian Hukum Bagi Kehidupan Rakyat Dan Dunia
Usaha, meliputi : Ketahanan Negara, Keamanan dan Ketertiban
3. Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya
Selain pajak, penerimaan pemerintah lainnya (bea ekspor dan impor, retribusi, bea meterai, sumbangan wajib,
cukai, dan lain-lain) merupakan sumber pendapatan negara atau daerah.
1. Retribusi adalah iuran rakyat yang disetorkan melalui kas negara atas dasar pembangunan tertentu dari jasa
atau barang milik negara yang digunakan oleh orang-orang tertentu.
2. Cukai adalah iuran rakyat atas pemakaian barang-barang tertentu, seperti minyak tanah, bensin, minuman
keras, rokok atau tembakau.
3. Bea Masuk adalah bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean
Indonesia dengan maksud untuk dikonsumsi di dalam negeri. Sedangkan bea keluar adalah bea yang
dikenakan atas barang-barang yang akan dikeluarkan dari wilayah pabean Indonesia dengan maksud barang
tersebut akan diekspor ke luar negeri.
4. Sumbangan adalah iuran orang-orang atau golongan orang tertentu yang harus diberikan kepada negara
untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran negara yang karena sifatnya tidak memberikan prestasi kepada
umum, dan pengeluarannya tidak dapat diambil dari kas negara.
Perbedaan antara pajak dan pungutan resmi lainnya, sebagai berikut:
Dilihat Dari Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Imbalan jasa (kompensasi) Tidak diterima secara langsung Diterima secara langsung
Dasar pemungutan Undang-Undang Peraturan Pemerintah, Keputusan
66
Menteri, dsb.
Cara perhitungan Sendiri oleh wajib pajak Oleh aparatur negara
Jatuh tempo Sesuai dengan tahun pajak Sesuai dengan pemakaian
Sanksi Sesuai yang tercantum dalam Sesuai dengan kebijaksanaan
UU pemerintah
Surat ketetapan pajak (kohir) Ada Tidak ada
Sifat pungutan Memaksa Sesuai kebijakan pemerintah

4. Asas pemungutan pajak


Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The Four Maxims", asas
pemungutan pajak adalah sebagai berikut.
a. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak.
Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
b. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus
berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
c. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau
asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik),
misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
d. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak
diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak.

5. Jenis-jenis pajak atau Penggolongan Pajak


a. Menurut Lembaga Pemungutnya atau Cara Pemungutannya
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Pen-jualan
atas Barang Mewah, (PPn.BM) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
a. Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok
b. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air tanah, Pajak Sarang
Burung Walet, PBB Pedesaan dan Perkotaan, dan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
(BPHTB)
b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c. Menurut Golongannya atau Siapa yang Memungut Pajak
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan, PBB, Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak
Kekayaan, Pajak Perseroan dan sebagainya
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibeban-kan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang mewah, Pajak Ekspor, Pajak Impor
(Bea Masuk), Pajak Tontonan, Pajak Reklame dan sebagainya

6. Sistem pemungutan pajak di Indonesia


1. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan
Wajib Pajak yang ber-sangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Sedangkan tarif pajak terdiri atas :
1. Tarif pajak proporsional (sebanding) Yaitu tarif pajak dengan menggunakan persentase yang tetap untuk setiap
dasar pengenaan pajak.
2. Tarif pajak degresif (menurun) Yaitu tarif pajak dengan menggunakan presentase yang menurun untuk setiap
dasar pengenaan pajak.
3. Tarif pajak konstan (tetap) Yaitu tarif pajak yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak.
4. Tarif pajak progesif (menaik) Yaitu tarif pajak dengan persentase yang semakin menaik/meningkat untuk dasar
setiap pengenaan pajak

7. Alur administrasi perpajakan di Indonesia


Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Perpajakan sangat berkaitan dengan hak dan
kewajiban wajib pajak. Untuk memudahkan dalam memahami kewajiban maupun hak wajib pajak, maka
67
diperlukan pemahaman ketentuan formal maupun material perpajakan. Ketentuan formal diatur dalam UU
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), sementara ketentuan material diatur dalam UU PPh maupun
UU PPN/PPn BM. Sehingga secara administratif kewajiban mupun hak wajib pajak antara lain :
a. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dengan
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
b. Menghitung besarnya pajak terutang
c. Memotong atau memungut pajak pihak lain
d. Melakukan pembayaran atas pajak yang terutang atau
atas pajak yang telah dipotong/dipungut
e. Melaporkan pajak yang terutang
f. Menyelenggarakan pembukuan
g. Kewajiban sebagai wajib pajak apabila yang
bersangkutang dilakukan pemeriksaan pajak
h. Meminta kembali lebih bayar pembayaran pajak
i. Pengajuan pembetulan ketetapan pajak
j. Mengajukan keberatan atau banding atas ketetapan pajak
k. Mengajukan pengurangan/penghapusan sanksi
administratif
l. Pengajuan pembatalan ketetapan pajak
m. Mengajukan penghapusan NPWP
Undang-undang KUP antara lain mengatur tata cara pendaftaran, tata cara penghapusan, tata cara pembayaran ,
dan tata cara keberatan. UU PPh dan UU PPN/PPn BM antara lain mengatur penghitungan, pemotongan dan
pemungutan pajak dan besarnya taif pajak.

8. Cara Menghitung Pajak


Sistem perpajakan adalah cara yang digunakan oleh pemerintah untuk memungut atau menarik pajak dari rakyat
dalam rangka membiayai pembangunan dan pengeluaran pemerintah lainnya.
Sedangkan Subjek pajak adalah pihak – pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak dan yang
dimaksud dengan objek pajak yaitu sesuatu yang dikenakan pajak atau dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan
pajak.
Sistem Perpajakan di Indonesia diatur sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang ini berisi Sebelas bab, yaitu :
1. Bab I Tentang Pengertian dasar yang berkaitan dengan Pajak dan Perhitungan pajak.
2. Bab II Tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Surat
Pemberitahuan dan Tata Cara Pembayaran Pajak.
3. Bab III tentang Penetapan dan Ketetapan Pajak
4. Bab IV tentang Penagihan Pajak
5. Bab V tentang Keberatan dan Banding
6. Bab VI tentang Pembukuan dan Pemeriksaan
7. Bab VII tentang Ketentuan Khusus
8. Bab VIII tentang Ketentuan Pidana
9. Bab IX tentang Penyidikan
10. Bab X tentang Ketentuan Peralihan
11. Bab XI tentang Ketentuan Penutup

b. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.


Pengertian
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan (subyek pajak) atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Sedangkan penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun

Besarnya Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan PKP (Penghasilan Kena Pajak) dan PKP =
Penghasilan persih pertahun – Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Berdasarkan Pasal 7 UU Nomor 36 tahun 2008, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, dan berdasarkan
Peraturan Meneri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), tertanggal 8 Juli 2015, yaitu:
1) Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) pertahun
atau Rp 3.000.000,00 perbulan
2) Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) pertahun atau Rp
250.000,00 perbulan
3) Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) sebesar Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) pertahun atau Rp
3.000.000,00 perbulan, dan
4) Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga sebesar Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) pertahun atau Rp 250.000,00 perbulan
Ketentuan atau Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015
68

Secara terperinci besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dapat disajikan berikut ini :
No Status Jumlah
1 WP Tidak Kawin + 0 Tanggungan (TK/0) Rp 36.000.000,00
2 WP Tidak Kawin + 1 Tanggungan (TK/1) Rp 39.000.000,00
3 WP Tidak Kawin + 2 Tanggungan (TK/2) Rp 42.000.000,00
4 WP Tidak Kawin + 3 Tanggungan (TK/3) Rp 45.000.000,00
5 WP Kawin + 0 Tanggungan (K/0) Rp 39.000.000,00
6 WP Kawin + 1 Tanggungan (K/1) Rp 42.000.000,00
7 WP Kawin + 2 Tanggungan (K/2) Rp 45.000.000,00
8 WP Kawin + 3 Tanggungan (K/3) Rp 48.000.000,00
9 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 0 Tanggungan (K/I/0) Rp 75.000.000,00
10 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 1 Tanggungan (K/I/1) Rp 78.000.000,00
11 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 2 Tanggungan (K/I/2) Rp 81.000.000,00
12 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 3 Tanggungan (K/I/3) Rp 84.000.000,00

Tarif Pajak Penghasilan


1) Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam negeri adalah :
Tarif Pajak
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Ber NPWP Tidak ber NPWP
1. Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5% 6%
2. Di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan 15 % 18 %
Rp 250.000.000,00
3. Di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan 25 % 30 %
Rp 500.000.000,00
4. Di atas Rp 500.000.000,00 30 % 36 %
Keterangan :
Bagi wajib pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dikenakan tarif 20% lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 17

Contoh 1 :
Penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi, Jumlah Penghasilan Kena Pajak
Rp600.000.000,00. Maka Pajak Penghasilan yang terutang:
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00
30% x Rp 100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 (+)
Jumlah Pajak terutang = Rp125.000.000,00

Contoh 2 :
Pak Chandra sebagai karyawan di sebuah Perusahaan, penghasilan neto setiap bulannya Rp
10.000.000,00. Pak Chandra sudah beristeri tidak bekerja dan mempunyai 4 anak.
Berapakah pajak terutang setiap bulannya ?
Jawab:
Penghasilan neto 12 bulan x Rp 10.000.000,00 = Rp 120.000.000,00
PTKP - wajib pajak Rp 36.000.000,00
- isteri Rp 3.000.000,00
- anak (maks 3)
3 x Rp 3.000.000,00 Rp 9.000.000,00 +

= Rp 48.000.000,00 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp 72.000.000,00
===============
Jadi, PPh terutang pertahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 22.000.000,00 = Rp 3.300.000,00 +
= Rp 5.800.000,00
=============
Pajak penghasilan perbulan = Rp 5.800.000,00 : 12 = Rp 483.333,33

a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah : 28% (dua puluh delapan persen) pada
tahun 2009 dan 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010 dengan
diskon 50% untuk penghasilan kena pajak kurang dari Rp 50 milyar
Contoh :
69
Koperasi Unit Desa “gonjang ganjing” bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun 2010 memiliki
penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp 500.000.000,- dan seluruh biaya-biaya yang berkaitan
dengan usaha (sesuai ketentuan perpajakan) sebesar Rp 425.000.000
Perhitungan pajak penghasilan sebagai berikut :
• Peredaran usaha/ penjualan : Rp 500.000.000
• Harga Pokok Penjualan : Rp 0–
• Laba usaha : Rp 500.000.000
• Beban usaha : Rp 425.000.000 –
• Penghasilan neto : Rp 75.000.000
• Penghasilan/beban luar usaha : Rp 0–
• Penghasilan Kena Pajak : Rp 75.000.000
============
Pajak Penghasilan = 25% x 50% x Rp 75.000.000 = Rp 9.375.000,00

Sehubungan dengan wajib pajak badan juga diatur oleh Pemerintah dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
a. Peredaran Bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet
atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya
b. Objek Pajaknya adalah Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan
peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, serta besarnya
Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)
c. Jenis usaha yang dikenakan atas peraturan ini diantaranya usaha dagang, industri, dan jasa,
seperti misalnya toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah
makan, salon, dan usaha lainnya.
d. Subjek Pajaknya adalah Orang pribadi dan Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), yang
menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar
dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.
Pengertian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau jasa kena
pajak di dalam daerah pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang pribadi, perusahaan, maupun pemerintah
yang mengkonsumsi barang kena pajak atau jasa kena pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang
dan jasa adalah barang kena pajak atau jasa kena pajak , kecuali ditentukan lain oleh UU PPN

Tarif PPN dan PPn BM


Menurut Pasal 7 UU nomor 42 tahun 2009, tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah :
(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
(2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak.
(3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen)
dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sedangkan Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM), menurut Pasal 8, adalah:
(1) Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serendah-rendahnya 10% (sepuluh persen) dan setinggi-
tingginya 200% (dua ratus persen).
(2) Ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen).
(3) Ketentuan mengenai kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dikenai Pajak Penjualan
atas Barang Mewah dengan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
(4) Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

d. Pajak Bumi dan Bangunan (UU nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah/PDRD Pasal 77 sampai dengan Pasal 81)
1. Pengertian
Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 pada bulan September 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Atas dasar tersebut pemerintah mengalihkan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan(PBB-P2) menjadi Pajak Daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Mulai tanggal 1 Januari 2014 PBB
Perdesaan dan Perkotaan merupakan Pajak Daerah Kabupaten/ Kota. Sedangkan untuk PBB Perkebunan,
Perhutanan, Pertambangan masih tetap merupakan Pajak Pusat.

2. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


70
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atasBangunan. Dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,dan/atau memperoleh manfaat atas
Bangunan.

3. Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Berdasarkan Pasal 77 UU Nomor 28 tahun 2009 disebutkan bahwa Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman
serta laut wilayah kabupaten/kota. Dan Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalam dan/atau laut.
Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah: jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks
Bangunan tersebut; jalan tol; kolam renang; pagar mewah; tempat olahraga; galangan kapal, dermaga;
taman mewah; tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan menara.

Sedangkan Berdasarkan pasal 77 ayat 3 UU Nomor 28 tahun 2009 dijelaskan bahwa Objek Pajak
yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang:
1) digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;
2) digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
misalnya untuk kepentingan masjid, gereja, vihara, rumah sakit, pesantren/madrasah, panti asuhan,
museum, candi dan sebagainya
3) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
4) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang
dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
5) digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan
6) digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan. Misalnya untuk PBB, ASEAN, dan lain-lain

4. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Berdasarkan pasal 80 UU nomor 28 tahun 2009 Tarif PBB-P2 yang dikenakan pada obyek pajak adalah
paling tinggi 0,3% dari nilai jual obyek kena pajak dan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
ditetapkan paling rendah sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. Dan
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Sedangkan Dasar pengenaan PBB-P2 antara lain :
1. Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP).
2. Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya dan Penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh
Kepala Daerah.
3. Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak

Jadi Besarnya PBB-P2 dapat dihitung dengan rumus :

PBB = Tarif x (NJOP – NJOPTKP)

Contoh :
Tuan Fatah memiliki Objek pajak yang berkaitan dengan tanah dan bangunan : Tanah seluas 400 m 2 dengan
Nilai Jualnya Rp 500.000,00 per m2, Rumah seluas 300 m2 dengan Nilai jualnya Rp 600.000,00 per m2.
Hitunglah besarnya PBB yang terutang jika diketahui besarnya NJOPTKP Rp 10.000.000,00 dan tarif yang
dikenakan sebesar 0,1%.
Jawab :
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Tanah : 400 x Rp 500.000,00 = Rp 200.000.000,00
Bangunan : 300 x Rp 600.000,00 = Rp 180.000.000,00 +
= Rp 380.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak = Rp 10.000.000,00 –
NJOP untuk Penghitungan PBB = Rp 370.000.000,00
===============
PBB Terutang = 0,1% x Rp 370.000.000,00 = Rp 370.000,00

e. Peraturan pemerintah RI Nomor 24 tahun 2000 Tentang Bea Meterai


Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris,
serta kuitansi pembayaran, surat berharga dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah
71
tertentu sesuai dengan ketentuan. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, besarnya bea meterai sebagai
berikut:
a. Surat perjanjian, akta notaris, akta PPAT, surat lamaran sebesar Rp 6.000,00
b. Dokumen nominal Rp 250.000,00 – Rp 1.000.000,00 sebesar Rp 3.000,00
Lebih dari Rp 1.000.000,00 sebesar Rp 6.000,00
c. Cek dan bilyet giro sebesar Rp 3.000,00

9. Tantangan pemungutan pajak


Peran vital Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai instansi yang diamanahi tugas penghimpun penerimaan
negara harus berhadapan dengan realita masih rendahnya kesadaran partisipasi masyarakat mengenai perpajakan,
artinya belum sebanding antara besarnya jumlah penduduk dengan Wajib Pajak yang masih rendah. Padahal
penerimaan pajak banyak dialokasikan untuk fasilitas umum yang banyak dinikmati oleh seluruh jumlah
penduduk.
Terkadang, masyarakat banyak yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bukan karena mereka
enggan berurusan dengan pajak, tapi justru karena mereka belum paham dan kebingungan ihwal apa yang harus
mereka lakukan terkait kewajiban perpajakan. Dan ada banyak sekali masyarakat yang berpenghasilan diatas
Panghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp. 36 Juta/ Tahun yang dapat menjadi target sosialisasi. Menilik kepada
situasi ini, sosialiasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus kian gencar dijalankan hingga ke jajaran yang
terdekat dengan masyarakat serta dengan melibatkan unsur pemerintahan lokal sebagai pendukung. Sosialisasi
secara umum dapat dibedakan menjadi sosialisasi langsung kepada sasaran dan ada juga dengan cara yang
kooperatif positif. Cara yang kedua ini adalah dengan menjadikan NPWP sebagai unsur pokok setiap pemenuhan
kewajiban administratif publik yang dilakukan masyarakat. Sehingga masyarakat akan tergerak untuk
mendaftarkan diri mendapatkan NPWP. Khususnya mereka yang berpenghasilan bersih di atas PTKP.
Secara garis besar tantangan pemungutan pajak diantaranya :
a. Rendahnya penerimaan pajak
b. Masih rendahnya/sedikitnya badan usaha atau perusahaan yang menyerahkan SPT (Surat Pemberitahuan
Tahunan tentang pajak yang terutang)
c. Ketidakmampuan pemerintah dalam mendata dan memungut pajak
d. Penyelewengan pajak yang dilakukan oleh oknum pemerintahan
e. Rendahnya Partisipasi masyarakat dalam membayar pajak
f. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dan penggunaan pajak
g. Perlunya peningkatkan Kesadaran wajib pajak dan akuntabilitas dalam pengelolaan pajak
h. Kebijakan pajak yang mengedepankan sisi penerimaan dan kurang memperhatikan sisi pembelanjaan
i. Perlunya peningkatan layanan dan fasilitas yang memadai sebagai balasan dalam pembayaran pajak
j. Pajak masih dikelola oleh birokrasi yang tertutup, korup, elitis dan tehnokratif
k. Kebijakan pajak yang masih timpang artinya mereka masyarakat yang miskin membayar pajak yang lebih
besar dari pada yang kaya
l. Upaya reformasi perpajakan, artinya pajak harus lebih transparan dan bertanggung jawab
m. Pajak harus jadi instrument pertumbuhan dan keadilan
n. Orang super kaya harus dikenai pajak yang lebih tinggi
o. Perlunya peningkatan dalam pembayaran pajak dan pengawasan pajak, karena uang pajak adalah uang kita
bersama
72
BAB XII
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KOMPETENSI INDIKATOR
3. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya Mendeskripsikan perdagangan internasional
terhadap pembangunan ekonomi, APBN dan APBD, valuta asing, neraca pembayaran atau devisa
perekonomian terbuka, mengenal pasar modal.

A. PENDAGANGAN INTERNASIONAL.

1. Pengertian, Faktor- faktor yang menyebabkan dan Manfaat Perdagangan Internasional.


Perdagangan Internasional (International Trade) adalah kegiatan transaksi dagang antara negara yang satu
dengan negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa, dan dilakukan melewati batas daerah suatu
negara. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan dagang dengan Perancis, Jepang, China, Amerika Serkat,
Singapura, Malaysia dan lain-lain.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional antara lain
1. Adanya perbedaan sumber alam
2. Adanya perbedaan faktor produksi.
3. Tidak semua negara mempunyai kondisi ekonomis yang sama.
4. Tidak semua negara dapat memproduksi sendiri suatu barang.
5. Adanya motif keuntungan dalam perdagangan.
6.Adanya persaingan antar pengusaha dan antar bangsa dalam hal perdagangan.

2. Teori Perdagangan Internasional


a. Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu sistem tentang kebijaksanaan ekonomi yang dianut dan dipraktekkan oleh
sekelompok negarawan Eropa pada abad-abad keenam beals dan tujuh belas. Kebijaksanaan Merkantilisme
berpusat pada dua ide pokok.
1. Penumpukan logam mulia (emas)
2. Hasrat yang besar untuk mencapai dan mempertahabkan kelebihan nilai ekspor atas nilai impor.
Tujuan utama Merkantilisme adalah : pembentukan negara nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran
nasional, untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan suatu negara. Pelopornya adalah Sir Josiah
child, Thomas Mun, Jean Bodin dan Van Hornich Colbert.

b. Teori Kaum Klasik


Asumsi (anggapan) yang dipakai kaum klasik dalam Teori Perdagangan Internasional :
a. Dua barang dan dua negara
b. Tidak ada perubahan teknologi
c. Teori nilai atas dasar tenaga kerja
d. Ongkos produksi yang konstan
e. Ongkos transportasi diabaikan (= nol)
f. Kebebasan bergerak faktor-faktor produksi di dalam negeri, tetapi tidak dapat berpindah melalui batas
negara
g. Persaingan sempurna di pasar barang maupun pasar faktor produksi
h. Distribusi pendapatan tidak berubah

1. Adam Smith (Teori Keuntungan Mutlak)


Untuk menunjukkan kelebihan perdagnagn bebas atas perdagangan campur tangan pemerintah, Adam
Smith mengemukakan idenya tentang :
a. Pembagian kerja internasional
b. Spesialisasi internasional
Keuntungan mutlak adalah keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang
dibutuhkan untuk membuat barang-barang tersebut.Atau singkatnya Keuntungan mutlak ditunjukkan oleh
satu negara unggul satu jenis produk.

Contoh :
Hari kerja per satuan output
Negara Dasar tukar dalam negeri
Rempah-rempah Permadani
Indonesia 400 kg/hari 200 unit/hari 1 perm = 2 kg rempah-rempah
Persia 200 kg/hari 800 unit/hari 1 perm = 0,25 kg rempah-rempah

Persia secara mutlak lebih efisien dalam produksi Permadani, sedangkan Indonesia secara mutlak lebih
efiesien dalam produksi Rempah-Rempah, sehingga Persia berspesialisasi pada produksi Permadani dan
Indonesia berspesialisasi pada produksi Rempah – Rempah.
Oleh karena itu, Indonesia akan mengekspor rempah-rempah ke Persia dan Persia akan mengekspor
permadani ke Indonesia.

2. David Ricardo (Teori Keuntungan Komparatif)


David Ricardo membedakan dua keadaan :
a. Perdagangan dalam negeri
b. Perdagangan luar negeri
73
Untuk perdagangan dalam negeri berlaku prinsip keuntungan/ongkos mutlak (Adam Smith).
Perdagangan luar negeri, di lain pihak, tidak mungkin dilakukan atas dasar/ongkos mutlak. Menurut
Ricardo dalam perdagangan internasional dasar tukar ditentukan oleh ongkos komparatif (biaya yang
paling murah di negara yang bersangkutan). Atau singkatnya Keuntungan Kmparatif ditunjukkan oleh
satu negara unggul kedua jenis produk.
Contoh :
Hari kerja per satuan output
Negara Dasar tukar dalam negeri
Rempah-rempah Permadani
Indonesia 300 kg/hari 200 unit/hari 1 perm = 1,5 kg rempah-rempah
Persia 400 kg/hari 800 unit/hari 1 perm = 0,5 kg rempah-rempah

Dari contoh tersebut Persia memiliki keunggulan mutlak untuk kedua jenis produk tersebut, tetapi
keuntungan tertingginya pada produksi permadani. Dan Indonesia memiliki kelemahan mutlak untuk
kedua jenis produk, tetapi kelemahan terkecilnya pada produk rempah-rempah. Jika kedua negara
mengadakan perdagangan, maka kedua negara tetap mendapatkan keuntungan , yakni :
1. Di Persia 1 unit permadani = 0,5 kg rempah-rempah, dan di Indonesia 1 unit permadani = 1,5 kg
rempah-rempah, jika kedua negara berdagang, maka Persia akan mendapatkan keuntungan 1 kg
rempah-rempah.
2. Di Indonesia 1 kg rempah-rempah = 2/3 unit permadani dan di Persia 1 kg rempah-rempah = 2 unit
permadani. Jika kedua negara berdagang, maka Indonesia akan mendapatkan keuntungan 1 1/3
permadani.

B. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL


1. Politik Proteksi.
Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant
industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor. Tujuan Kebijakan proteksi adalah :
- Memaksimalkan produksi dalam negeri
- Memperluas lapangan kerja
- Memelihana tradisi nasional
- Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi andalan
- Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada negara lain.
Kebijakan Proteksi dapat dilakukan melalui
1. Tarif dan Bea masuk.
Tarif adalah suatu pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean (costum area). Dan barang-
barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk. Dengan pengenaan bea masuk yang besar atas
barang-barang dan luar negeri, mempunyai maksud untuk proteksi atas industri dalam negeri dan untuk
memperoleh pendapatan negara. Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan
prosentase tertentu dari harga barang yang diimpor tersebut. Akibat dan pengenaan tarif, sebagai
berikut :Harga barang naik, Produksi dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar turun, dan
Impor barang turun
Ada tiga macam penentuan Tarif, atau bea masuk, yaitu :
a. Bea ekspor (export duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut
menuju negara lain (diluar costum area)
b. Bea transito (transit duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang
melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain .
c. Bea impor (import duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang
masuk dalam suatu negara ( tom area)
2. Pelarangan impor.
Pelarangan impor adalah kebijakan pemerintah untuk melarang masuknya barang-barang dari luar negeri,
dengan tujuan untuk melindungi produksi dalam negeri dan meningkatkan produksi dalam negeri.Akibat
Kebijakan pelarangan impor sebagai berikut :Harga barang naik, Produksi dalam negeri meningkat, dan
Jumlah barang di pasar turun.

3. Kuota atau pembatasan impor


Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari luar negeri. Akibat
kuota serbagai berikut :Harga barang naik, Produksi dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar
turun, dan Impor barang turun

4. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya produksi perunit barang
produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri dapat menjual barangnya yang lebih murah dan bisa
bersaing dengan barang impor. Dampak kebijakan subsidi sebagai berikut :Harga barang di pasar tetap,
Produksi dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar tetap dan Impor barang turun.

5. Dumping
Dumping adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan diskriminasi harga, yakni produsen menjual barang
di luar negeri lebih murah dan pada di dalam negeri.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu :
- Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar dan pada luar negeri, sehingga kurva permintaan di
dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
- Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat membeli barang
dan luar negeri.
74
2. Politik Dagang Bebas (Free Trade)
Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas antar negara. Pihak-
pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan
memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi dalam memproduksi barang dimana suatu negara memiliki
keunggulan komparatif.

C. PEMBAYARAN INTERNASIONAL
1. Cara Pembayaran Internasional.
a. Kompensasi Pribadi atau Private Compensation.
Adalah cara pembayaran dengan mengalihkan penyelesaian utang piutang pada seorang penduduk dalam
satu negara dimana penduduk tersebut tinggal.
b. Pembayaran Tunai (Cash Payment) atau Pembayaran dimuka
adalah pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan uang tunai atau cek, dan pembayaran tersebut
dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan atau menunggu diterimanya kabar bahwa barang yang
telah dipesan dikapalkan oleh eksportir.
c. Pembayaran dengan Surat Wesel Dagang atau Commercial bill of exchange atau Commercial draft
atau Trade bill.
Adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara eksportir menarik surat wesel atas importir sejumlah
harga barang-barang beserta biaya-biaya pengirimannya. Yang dimaksud dengan wesel adalah surat
perintah pembayaran dari seseorang (penarik wesel) yang ditujukan kepada orang lain (yang kena tarik)
untuk membayar sejumlah uang tertentu (nilai nominal wesel) kepada seseorang yang ditunjuk dalam
surat wesel (pemegang wesel) pada tanggal yang sudah ditentukan (hari jatuh tempo).

d. Pembayaran dengan Letter of Credit (L/C)


adalah surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembelian sejumlah barang dimana bank sendiri
yang mengakseptir (menyetujui) dan membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Sedangkan transaksi yang menggunakan fasilitas L/C terdiri dari :
- L/C biasa, artinya L/C dimana seorang importir bisa langsung membayar sesuai dengan harga barang
melalui bank yang ditunjuk
- Merchant L/C, artinya L/C dimana seorang importir dapat memasukkan barang terlebih dahulu
dengan melakukan pembayaran sebagian, sedangkan sisanya dibayar kemudian
- Indutrial L/C, artinya import banang-barang industri atau barang modal secara cepat dan tidak dipakai
untuk barang konsumsi.
- Red Clause L/C, artinya L/C yang mencantumkan instruksi kepada Advising Bank (bank yang
ditunjuk) untuk melaksanakan pembayaran sebagian dari jumlah L/C kepada eksportin sebelum
mengapalkan barang-barang ekspor.
- Usance L/C artinya L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan tenggang waktu tertentu,
misalnya 1 bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah penunjukan dokumen
e. Pembayaran kemudian atau Rekening Terbuka (Open Account).
Adalah cara membiayai transaksi perdagangan internasional dimana eksportir mengirimkan barang
krpada importir tanpa adanya dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran, Pembayaran dilakukan
setelah barang tersebut laku dijual atau sesudah satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal
pengiriman, atau sesuai dengan penjanjian yang mereka sepakati bersama.

2. Neraca Perdagangan (Balance of Trade)


Neraca Perdagangan (Balance of Trade) adalah selisih antara nilai ekspor dan nilai impor barang. Neraca
perdagangan Indonesia umumnya mengalami surplus, yang berarti nilai ekspor lebih besar dari nilai impor.
Dalam neraca perdagangan akan dapat mempengaruhi kurs valuta asing, yaitu :
1. Neraca Perdagangan aktif/surplus, menunjukkan nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor, sehingga kurs
valuta asing mengalami penurunan atau mata uang dalam negeri mengalami apresiasi
2. Neraca Perdagangan pasif/defisit, menunjukkan nilai ekspor lebih kecil dari pada nilai impor, sehingga kurs
valuta asing mengalami kenaikan atau mata uang dalam negeri mengalami depresiasi

3. Neraca Pembayaran (Balance of Payment)


Neraca Pembayaran adalah catatan (dokumen) sistematis yang mengikhtisarkan seluruh transaksi ekonomi
antara penduduk (resident) suatu negara, dengan penduduk negana lain selama masa tertentu (1 tahun). Dan
untuk menyusun neraca pembayaran luar negeri atau neraca pembayaran internasional, perlu dibedakan antara
transaksi debit dengan transaksi kredit.
1. Transaksi Debit adalah transaksi yang menimbulkan bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara
yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara
lain.
2. Transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan bertambahnya hak bagi penduduk negara yang
mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain.

4. Komponen Neraca Pembayaran


Berdasarkan Neraca pembayaran di atas, diketahui bahwa neraca tersebut dibagi ke dalam beberapa transaksi
ekonomi internasional. Secara garis besar transaksi ekonomi internasional (luar negeri) atau pos-pos dasar suatu
negara dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Transaksi dagang (Trade account)
2. Transaksi Pendapatan modal (ncome on investment)
3. Transaksi-transaksi unilateral (Unilateral Transaction)
4. Transaksi Penanaman Modal Langsung ( Direct Investment)
75
5. Transaksi Utang-piutang jangka panjang (Long term Loan)
6. Transaksi Utang-piutang jangka pendek (Short term capital)
7. Transaksi Lalu Lintas Moneter (Monetary acomodating)

5. Pos-pos di debit dan di kredit dalam neraca pembayaran


Dalam transaksi internasional terdapat suatu transaksi yang harus dicatat pada sisi debit dan dicatat pada sisi
kredit. Pos-pos yang di debit dan pos-pos yang di kredit dalam neraca pembayaran

Transaksi Debit Transaksi Kredit


1. Neraca barang 1. Neraca barang
- Impor barang dari Negara lain - Ekspor barang ke Negara lain
2. Neraca jasa 2. Neraca jasa
- Pembayaran jasa ke penduduk LN - Penerimaan jasa dari penduduk LN
- Pembayaran biaya pariwisata ke LN - Penerimaan pariwisata dari LN
3. Neraca Hasil Modal 3. Neraca Hasil Modal
- Pembayaran bunga dan deviden - Penerimaan bunga dan deviden
4. Neraca Modal 4. Neraca Modal
- Kredit yang diberikan ke LN dan - Kredit yang diproleh dari LN dan
Pembayaran cicilan utang Penerimaan cicilan utang
5. Neraca Utang Piutang jangka panjang 5. Neraca Utang Piutang jangka panjang
- Pembelian obligasi dari LN - Penjualan obligasi ke LN

6. Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran.


Dalam neraca pembayaran kemungkinan terjadi surplus dan kemungkinan terjadi defisit, yakni :
1. Defisit, apabila jumlah ekspor lebih kecil dari pada impor
2. Surplus, apabila jumlah ekspor lebih besar dari pada impor.
Defisit atau surplus yang terjadi pada suatu negara yang mempunyai neraca pembayaran dikarenakan oleh :
1. Stok Nasional, maksudnya Jika terjadi penurunan stok nasional berarti defisit, dan jika terjadi kenaikan
stok nasional berarti surplus.
2. Pinjaman akomodatif, maksudnya Pinjaman yang masuk karena berkaitan dengan adanya kelebihan
impor berarti merupakan bagian dan defisit. Sedangkan Pinjaman yang masuk atas kemauannya sendiri
(pinjaman otonam) tidak mempengaruhi defisit.
3. Defisit total adalah besarnya penurunan stok nasional ditambah pinjaman akomodatif
4. Surplus total adalah besarnya kenaikan stok nasional ditambah pinjaman akomodatif.
Sedangkan dampak neraca pembayaran terhadap kegiatan ekonomi suatu negara antara lain :
1. Perubahan terhadap Kurs Devisa.
2. Perubahan terhadap harga.
3. Perubahan terhadap tingkat pendapatan.
4. Perubahan terhadap tingkat bunga

D. SISTEM KURS VALUTA ASING.


Kurs Valuta Asing adalah jumlah satuan mata uang yang harus diserahkan untuk mendapatkan satu satuan mata uang
asing atau nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
Terdapat dua macam kurs valuta asing, yaitu :
1. Kurs Jual, artinya menukar uang dalam negeri dengan uang asing, dengan cara dibagi.
2. Kurs Beli, artinya menukar uang asing dengan uang dalam negeri, dengan cara dikalikan

Sedangkan system kurs valuta asing dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :


1. Sistem standar emas (Gold Standart System) atau sistem kurs tetap (Fixed rate system).
Sistem standar emas (Gold Standard) mulai digunakan di Inggris tahun 1870, dimana masing-masing mata uang
memiliki kandungan emas tertentu. Sebagai contoh £ 1 mengandung 4 gram emas, sedangkan US $ 1
mengandung 2 gram emas, maka £ 1 dapat dibuat kurs dengan US dollar sebesar $ 2 atau US $ 1 = £ 0,5. Dalam
sistem standar emas kurs valuta asing relatif stabil, dapat berubah disekitar titik paritas arta yasa dan dibatasi oleh
titik ekspor emas dan titik impor emas.
Dan penggunaan sistem ini terdiri dan empat macam kurs valuta asing, yaitu :
a) Kurs paritas arta yasa (Mint Parity), adalah kurs yang menunjukkan perbandingan kandungan emas yang
diperoleh dengan menukarkan satu satuan uang suatu negara dengan satu satuan uang negara lain.
b) Kurs titik ekspor emas (Gold Export Point) adalah kurs valuta asing tertinggi yang terjadi dalam sistem
standar emas
c) Kurs titik impor emas (Gold Import Point) adalah kurs valuta asing terendah yang terjadi dalam sistem
standar emas.
d) Kurs valuta asing yang terjadi adalah kurs yang bergernak naik atau turun di sekitar kurs paritas arta yasa.
2. Sistem Kurs Mengambang / Sistem Kurs Bebas (Floating Exchange Rate System)
Sistem kurs mengambang adalah suatu sistem devisa dimana kurs suatu mata uang
dengan mata uang yang lain dibiarkan untuk ditentukan secara bebas oleh tarik
menarik kekuatan pasar. Pada sistem ini keterkaitan sistem harga antan negara
terbentuk, karena kurs beban dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menentukan nilai mata uang dalam negeri yang dinyatakan dalam emas,
Ada dua macam sistem kurs mengambang, yaitu :
a. Sistem kurs mengambang yang murni (Clean Float), adalah sistem kurs ,mengambang
tanpa adanya campur tangan pemerintah (intervensi pemerintah). Pemerintah tidak berusaha untuk
76
menstabilkan kurs valuta asing.
b. Sistem kurs mengambang kurang murni (Dirty Float atau Managed Floating Exchange
Rate), adalah sistem kurs mengambang yang masih diintervensi oleh pemerintah atau penguasa moneter
melalui pasar. Pemerintah secara aktif melakukan upaya untuk menstabilkan kurs valuta asing.
3. Sistem Kurs Tambatan (Paged Rate System).
Dalam sistem kurs tambatan, mata uang yang dipergunakan dalam negeri merupakan mata uang yang tidak
konvertabel terhadap emas. Seperti halnya dalam sistem pengawasan devisa, kurs valurta asing ditetapkan oleh
pemerintah dan kuota valuta asing (Exchange Quota) tidak dipergunakan.
Suatu negara menggunakan sistem kurs tambatan apabila memenuhi syarat-syarat pokok sebagai berikut :
a. Mata uang dalam negeri tidak konvertabel terhadap emas
b. Tidak ada pembatasan mengenai penggunaan valuta asing
c. Kurs valuta asing ditentukan oleh pemerintah
4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali atau kurs yang distabilkan (Managed Float / Dirty Float)
Pada tahun 1972 sistem Bretton Woods mulai tidak berfungsi lagi, maka sistem moneter internasional yang
digunakan oleh sebagian besar negara dunia sampai saat ini adalah Sistem Kurs Mengambang Terkendali. Dalam
sistem ini pemerintah atau bank sentral tidak menetapkan secara tegas perbandingan mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing. Jadi penentuan kurs diserahkan pada kekuatan pasar. Namun bank sentral akan tetap
melakukan pengawasan untuk mengatasi perubahan-perubahan yang mendadak dan yang dapat menguncangkan
stabilitas perekonomian.

E. DEVISA ATAU ALAT PEMBAYARAN INTERNASIONAL.


Untuk melakukan pembayaran ke luar negeri dari adanya transaksi internasional diperlukan suatu alat
pembayaran internasional atau alat pembayaran luar negeri, yang disebut dengan Devisa.
Fungsi Devisa, diantaranya :
a. Alat Tukar Internasional
b. Alat pembayaran utang luar negeri
c. Alat stabilisasi mata uang suatu Negara
d. Alat ukur kemampuan Negara dalam melakukan
transaksi internasional
Devisa dapat diperoleh dengan dua sumber, yaitu :
1. Devisa umun adalah devisa yang diperoleh dari hasil ekspor barang atau dari penjualan jasa, dan transfer. Tingkat
kurs devisa umum ditentukan oleh penawaran dan permintaan valuta asing di pasar valuta asing. Contoh :
Penerimaan hasil minyak dan gas bumi, ekspor barang hasil pertanian, ekspor barang hasil industri, jasa
pengangkutan ke luar negeri, penerimaan bunga obligasi asing, pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar
negeri dan sebagainya,
2. Devisa kredit adalah devisa yang berasal dari kredit atau pinjaman luar negeri. Tingkat kurs devisa kredit
ditentukan oleh Pemerintah, yang bertindak sebagai debitur, bukan oleh permintaan dan penawaran valuta asing di
pasar valuta asing. Contoh : Bantuan atau pinjaman luar negeri, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Sedangkan terjadinya permintaan dan penawaran valuta asing berasal dari :
Permintaan Valuta Asing Penawaran Valuta Asing
1. Importir, karena seorang importir dalam 1. Eksportir, karena eksportir selalu menerima
melakukan pembayaran atas suatu pembayaran atas transaksi perdagangan
transaksinya dengan menggunakan mata
uang asing
2. Pemerintah yang akan melakukan 2. Valuta asing dari kredit luar negeri yang
pembayaran ke luar negeri untuk barang- disalurkan ke pasar valuta
barang yang diimpor
3. Para investor dalam negeri yang memerlukan 3. Wisatawan-wisatawan mancanegara
valuta asing untuk menyelesaikan kewajiban-
kewajiban luar negeri yang timbul dari
transaksi pembelian surat berharga penduduk
negara lain atau transaksi pemberian pinjaman
kepada penduduk negara lain.
4. Wisatawan-wisatawan dalam negeri yang 4. Menerima pinjaman dari luar negeri
akan melawat ke luar negeri
5. Perusahaan-perusahaan asing yang harus 5. Investor asing yang menanamkan modalnya
membayar deviden yang dibagikan kepada di dalam negeri dan lain-lain
para pemegang saham di luar negeri

Tujuan penggunaan devisa adalah untuk mengukur kemampuan suatu Negara dalam transaksi internasional melalui
cadangan devisa, makin besar kemampuan suatu Negara dalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan
internasional, makin kuat pula nilai mata uang Negara tersebut.
a. Membayar impor barang-barang dan jasa
b. Pembiayaan kedutaan-kedutaan, konsulat, atase (perwakilan di luar negeri)
c. Pembiayaan perjalanan dinas dan kunjungan pejabat ke luar negeri
d. Pengiriman kontingen kesenian/kebudayaan dan olah raga ke luar negeri
e. Membayar pokok hutang, cicilan hutang, dan bunga atas pinjaman luar negeri
f. Membantu negara lain yang kekurangan dana dan negara yang dilanda bencana alam

F. KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL


1. Bentuk Kerjasama Ekonomi Internasional.
77
1. Kerjasama ekonomi bilateral adalah kerjasama ekonomi yang melibatkan dua negara dan bersifat saling
membantu. Contoh Kerjasama ekonomi antara Indonesia dengan Malaysia, Indonesia dengan Inggris, Indonesia
dengan Amerika Indonesia dengan Australia, dan sebagainya.
2. Kerjasama Ekonomi Regional adalah kerjasama ekonomi diantara beberapa negara yang berada di kawasan
tertentu. Contoh : ASEAN, MEE, EFTA, APEC, AFTA dan sebagainya
3. Kerjasama Ekonomi Multilateral / Internasional adalah kerjasama ekonomi yang melibatkan banyak negara dan
tidak terikat oleh batas region atau wilayah atau kawasan negara tertentu.
Contoh : Kerjasama antara Indonesia, Jerman, Perancis, Jepang, Inggris, Korea, China, Rusia, Singapura, dan
sebagainya
4. Kerjasama Ekonomi Antar Regional yaitu kerjasama ekonomi diantara dua kelompok kerjasama ekonomi
regional.
Contoh : Kerjasama antara MEE dengan ASEAN.
2. Badan-badan kerjasama Ekonomi Regional.
1. ASEAN (Assiciation of South East Asian Nations) atau dan bea cukai yang tinggi yang ternyata
Persatuan negara-negara Asia Tenggara.ASEAN menghambat ekspor impor antar negara.
merupakan suatu kerjasama negara-negara untuk Prinsip yang mendasari terbentuknya GATT
kestabilan politik, ekonomi dan sosial budaya. ASEAN adalah :
didirikan tanggal 8 Agustus 1967, dengan tujuan : - Asas The Most Favourite Nation atau Non
- Mempercepat proses pertumbuhan ekonomi, sosial dan Diskriminasi, artinya bahwa setiap fasilitas
kebudayaan Asia Tenggara umumnya dan anggota pada (terutama keringanan bea masuk bagi barang
khususnya tertentu) yang diberikan kepada suatu negara
- Mewujudkan terciptanya perdamaian dan kestabilan di ka- anggota harus diberikan pula kepada semua negara
wasan Asia Tenggara anggota GATT lainnya.
- Menciptakan kerjasama yang aktif dalam bidang sosial, - Asas Resiprositas (saling menguntungkan), artinya
ekonomi dan kebudayaan apabila negara anggota lain memberikan
2. EEC (European Economic Community) atau MEE keringanan, maka sebagai imbalannya negara
(Masyarakat Ekonomi Eropa) EEC adalah suatu tersebut juga harus memberikan keringanan kepada
kerjasama antara negara Eropa untuk menciptakan negara yang pertama tadi.
keselarasan anggota-anggotanya dalam hal ekonomi, 5. IFC (International Finance Corporation) atau
sosial dan kestabilan politik di Eropa. Badan Keuangan Internasional.
EEC didirikan pada tanggal 1 Januari 1958 oleh 9 IFC didirikan pada tanggal 24 Juli 1956 bertugas
negara dengan tujuan untuk bekerja ke arah memberikan pinjaman kepada pengusaha swasta
pengembangan aktivitas ekonomi, yang serasi, ekspansi dan membantu mengalihkan investasi luar negeri
berkesimambungan dan seimbang, pemantapan ke negara-negara sedang berkembang, Sedangkan
stabilitas, memacu peningkatan standar kehidupan dan tugasnnya adalah memupuk perkembangan
ikatan lebih erat di antara sesama anggotanya. ekonomi dinegara-negara anggota, terutama
memberikan kredit jangka panjang kepada
3. Badan Kerjasama Ekonomi Internasional. pengusaha swasta tanpa jaminan dan pemerintah.
1. IMF (International Monetary Fund) atau Dana Moneter 6. IDA (International Development Association) atau
Internasional. Perhimpunan Pembangunan Internasional.
Badan ini lahir pada tanggal 27 Desember 1945 setelah IDA didirikan tahun 1960 di Washington DC,
diadakan Konferensi di Bretton Woods, Amerika. Amerika Serikat, dengan tujuan untuk mendorong
Dengan maksud untuk melancarkan kembali moneter kemajuan ekonomi negara-negara yang sedang
internasional yang meliputi Penetapan kurs devisa, berkembang dan memberi pinjaman dengan syarat
pemeliharaan kurs devisa, membantu negara anggota pinjaman yang ringan.
dalam menghadapi kesulitan neraca pembayaran, 7. UNCTAD (United Nations Conference on Trade
memberi saran pencegahan inflasi dan sebagainya. and Development) atau Konferensi PEB tentang
2. IBRD (International Bank for Reconstruction and perdagangan dan Pembangunan. UNCTAD
Development) atau World Bank (Bank Dunia) didirikan dengan maksud untuk mengusahakan
IBRD atau Bank Dunia didirikan pada tanggal 27 kemajuan perdagangan dunia dan mengatur
Desember 1945 dengan tujuan untuk membantu komoditi, hasil industri, pengalihan teknologi,
pembiayaan usaha-usaha pembangunan dan perkapalan dan lain-lain. Dan untuk menyalurkan
perkembangan negara-negara anggotanya dengan me- serta melancarkan perundingan internasional
mudahkan penanaman modal untuk tujuan yang mengenai ekspor impor antara negara industri
produktif. Atau singkatnya IBRD bertugas untuk dengan negara yang sedang berkembang, yang
menangani masalah investasi internasional. sering disebut ‘Dialog Utara Selatan’
3. ITO (International Trade Organisation) atau Organisasi 8. ILO (International Labour Organisation) atau
Pendagangan Internasional, atau WTO (World Trade Organisasi Buruh Sedunia.
Onganisation) Merupakan organisasi Perdagangan yang ILLO didirikan dengan tujuan untuk menciptakan
bertujuan untuk memajukan perdagangan internasional perdamaian melalui keadilan sosial, perbaikan
agar tercipta suasana yang dapat membatasi atau nasib buruh, stabilitas ekonomi sosial dan
mengadakan peraturan yang bersifat menghambat menyusun hukum perburuhan.
kelancaran pertukaran barang-barang internasional, dan 9. FAO (Food and Agricultural Organization) atau
berusaha untuk meningkatkan volume perdagangan Organisasi Makanan dan Pertanian.
dunia dengan cara meliberalisasikan perdagangan Badan ini didirikan tanggal 16 Oktober 1945
internasional. dengan tujuan untuk memajukan pertanian,
4. GATT (General Egreement on Tariff and Trade) atau peternakan, perikanan, kehutanan, pengairan,
Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan. sistem bercocok tanam dan lain-lain.
Didirikan atas dasar perjanjian di Jenewa, Swiss. 10. UNDP (United Nations Development Program)
Merupakan persetujuan internasional dengan maksud atau Program Pengembangan PBB.
untuk mengurangi atau menghilangkan rintangan- UNDP merupakan suatu badan yang memberikan
rintangan perdagangan internasional, khususnya tarif sumbangan untuk membiayai survey jalan di
78
Indonesia, dan menangani program pengalihan a. Program yang berkaitan dengan upaya
teknologi. liberalisasi perdagangan (Trade Liberalizatin)
11. UNIDO (United Nations Industrial Development b. Program yang memberikan perhatian terhadap
Organization) atau Organisasi pengembangan Industri upaya untuk memperlancar kegiatan
PBB. perdagangan dan investasi (Trade and
UNIDO didirikan dengan tujuan untuk pengembangan Investment Facilitation Program)
industri seperti pembukaan lapangan baru dibidang c. Program kerjasama pembangunan (Development
industri, perbaikan sistem industri yang masih ada dan Cooperation Program) diantaranya termasuk
lain-lain. program bantuan tehnik.
12. APO (Asian Productivity Organization) 18. AFTA (Asean Free Trade Area) atau Kawasan
Didirikan pada tahun 1961 dengan maksud : Pendagangan Bebas Iysia Tenggara.
- untuk meningkatkan peranan produktifitas dan AFTA menupakan organisasi pendagangan bebas
pengembangan ekonomi ASEAN dengan mak sud untuk mengantisipasi
- untuk meningkatkan usaha-usaha di bidang kegiatan dalam menghadapi era perdagangan be bas dunia.
tertentu khususnya pertanian dan perindustrian 19. EFTA (European Free Trade Association) atau
13. ADB (Asian Development Bank) atau Bank Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa.
Pembangunan Asia. Tujuan didirikannya ADB adalah Badan ini bertujuan untuk bekerjasama dalam
meminjamkan dana dan memberikan bantuan teknik perdagangan dan pajak untuk barang-barang
kepada negara-negara yang sedang berkembang. industri.
14. OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) 20. NAFTA (North American Free Trade Agreement)
atau Organisasi negara-negara Pengekspor Minyak. atau Persetujuan Perdagangan Bebas Amerika
OPEC didirikan pada tahun 1960, dengan tujuan Utara. Badan ini didirikan untuk memajukan dan
- menghimpun negara-negara penghasil dan meningkatkan perdagangan di kawasan Amerika
pengekspor minyak Utara. Perjanjian perdagangan bebas tersebut
- menjaga kestabilan harga minyak dilakukan dengan cara menghilangkan atau
- menghindarkan persaingan antara negara penghasil mengurangi hambatan-hambatan di bidang
minyak perdagangan, baik dalam bentuk hambatan tarif
- berusaha untuk memenuhi kebutuhan minyak di maupun nontarif.
seluruh dunia 21. IDB (Islamic Development Bank) atau Bank
15. CGI (Consulative Group on Indonesia) Pembangunan Islam.
Merupakan kelompok beberapa negara yang memberi IDB didirikan tanggal 23 April 1975, dengan tugas
bantuan kepada Indonesia, dengan syarat tanpa Belanda utama untuk membantu negara-negara anggota,
di dalamnya. CGI didirikan sebagai pengganti IGGI yaitu negara-negara Islam dalam meningkatkan
pada bulan Maret tahun 1992. pembangunan dibidang ekonomi dan sosial. Iuran
16. OECD (Organization for Economic Cooperation and dan setonan anggota IDB dinyatakan dalam satuah
Development) atau kerjasama ekonomi antar negara ID (Islamic Dinars).
berkembang. OECD bermaksud untuk mempenjuangkan 22. ASEM (Asia Europe Meeting)
kestabilan ekonomi anggota-anggotanya dan juga ASEM merupakan forum kerjasama negara Asia
membantu negara-negara berkembang dan Eropa untuk memelihara perdamaian secara
17. APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) global, stabilitas dan kemakmuran yang bertujuan
APEC didirikan pada bulan November 1989 yang untuk memajukan kegiatan perdagangan dan
merupakan gabungan negara-negara Asia Pasifik / investasi lebih besar antara dua kawasan melihat
Selatan (negara sedang berkembang) dengan tujuan liberalisasi perdagangan dan investasi serta
untuk memperbaiki dan meningkatkan keadaan ekonomi fasilitasi di antara negara anggota. Kerjasama
negara anggotanya. ASEM ini berdiri tahun 1996, oleh 25 negara.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kerjasama APEC
dewasa ini mencakup 3 program kegiatan utama, yaitu :
79
BAB XIII
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
KOMPETENSI INDIKATOR
4. Memahami penyusunan siklus akuntansi Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem
perusahaan jasa. informasi, persamaan akuntansi atau mencatat
mekanisme debit dan kredit.
Mencatat transaksi ke dalam jurnal umum atau buku
besar berdasarkan transaksi/dokumen.
Membuat jurnal penyesuaian dan atau kertas kerja
perusahaan jasa.
Membuat laporan keuangan perusahaan jasa

Pada dasarnya akuntansi berkembang dari sistem tata buku berpasangan (double entry system) yang
pertama kali diperkenalkan di Italia pada tahun 1494. Seorang ahli ilmu pasti berkebangsaan Italia, Lucas Paciolo
yang menerbitkan buku berjudul Summa de Aritmatica, Geometria, Proportioni et Proportionalita. Pada salah
satu bagian buku tersebut berisi tentang pengetahuan akuntansi dengan judul Tractatus de computis et
scriptorio. Oleh karena Lucas Paciolo merupakan orang pertama yang menulis pengetahuan akuntansi, maka para
penganutnya menamakannya Bapak Akuntansi (The father of Accounting).
Sekitar pertengahan abad ke 18 sampai abad ke 19, setelah terjadi revolusi industri, muncul perkembangan di
berbagai bidang, baik sosial, ekonomi, maupun perdagangan. Nah, dari kejadian tersebut akhirnya akuntansi tidak
hanya berkembang di Eropa, tetapi juga sampai di daratan Amerika yang terkenal dengan sistem Anglo Saxon.

A. DEFINISI AKUNTANSI

Akuntansi sering disebut sebagai ”Bahasa Bisnis” atau ”Bahasa Pengambilan Keputusan” , karena semakin kita
dapat memahami dan menguasai ilmu akuntansi, maka akan semakin baik pulan untuk menangani dunia usaha, dan
dapat menangani berbagai aspek keuangan suatu perusahaan
Menurut American Accounting Association (AAA) Lembaga yang paling bertanggung jawab atas
pengembangan akuntansi d Amerika Serikat, Accounting is the process of identifying, measuring, and
communicating economic information to permit information judgment and decision by users of the information.
(Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi, yang
memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan
informasi keuangan tersebut).
Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Akuntansi sebagai suatu seni
pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu, yang dinyatakan dalam uang, transaksi dan
peristiwa paling tidak mengenai karakter keuangan dan penafsiran hasilnya. Atau Akuntansi sebagai aktivitas jasa
yang berfungsi untuk menghasilkan informasi yang bersifat angka, terutama tentang finansial, dari suatu unit entitas
ekonomi, yang dimaksudkan untuk dapat berguna sebelum pengambilan keputusan ekonomi, dalam menentukan
pilihan yang dianggap memiliki dasar yang kuat dibandingkan jika mengambil pilihan yang lain.
Menurut Weygandt, Kimmel dan Kieso, Accounting is an information system that identifies, records, and
communicates the economic events of an organization to interested users.(Akuntansi adalah sebuah sistem
informasi yang meliputi identifikasi, pencatatan dan pengkomunikasian transaksi ekonomi dari sebuah organisasi
yang berguna untuk pemakai)
Dari pengertian akuntansi di atas dapat disimpulkan bahwa Akuntansi adalah sebagai suatu proses
pencatatan, penggolongan/pengklasifikasian, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan dari transaksi keuangan
suatu organisasi untuk pengambilan keputusan bagi para pemakai informasi keuangan tersebut.

B. KARAKTERISTIK KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI

Karakteristik kualitas Informasi akuntansi merupakan ciri khas yang membuat informasi akuntansi berguna bagi
pengguna atau pemakai informasi tersebut. Informasi akuntansi yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat
berikut ini :
1. Dapat dipahami (Undertandability), artinya laporan keuangan dpat dengan mudah untuk segera dipahami oleh
pemakai
2. Relevan (Relevance), artinya laporan keuangan harus sesuai dengan tujuan operasi perusahaan dan memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
3. Materialitas (Materiality), artinya Suatu laporan atau fakta dipandang material kalau kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan analisa keadaan lain sebagai bahan pertimbangan pelengkap.
4. Keandalan (Reliability), artinya informasi laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur ( Faithful
Representation).
5. Penyajian Jujur (Faithful Representation), artinya informasi akuntansi harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
6. Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form), artinya jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan
dengan jujur, maka transaksi perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan
hanya bentuk hukumnya.
80
7. Netralitas (Neutrality), artinya informasi akuntansi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
8. Pertimbangan Sehat (Prudence), artinya Informasi yang disajikan mengandung unsure kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian.
9. Kelengkapan (Completeness), artinya informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas
dan biaya.
10. Dapat Dibandingkan (Comparability), artinya Informasi akuntansi harus dapat dibandingkan dengan laporan
periode sebelumnya dan dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

C. PROSES AKUNTANSI

Tahapan di dalam proses akuntansi meliputi sebagai berikut :


a. Tahap pencatatan dan penggolongan meliputi kegiatan :
1. Penyusunan atau pembuatan bukti – bukti pembukuan atau bukti
transaksi, baik transakai internal maupun transaksi eksternal.
2. Pencatatan ke dalam jurnal (Journal), baik ke dalam jurnal
umum maupun ke dalam jurnal khusus
3. Posting atau pencatatan ke buku besar (Posting), baik ke buku
besar utama maupun buku besar pembantu
b. Tahap pengikhtisaran / peringkasan meliputi kegiatan :
1. Penyusunan neraca saldo (Trial Balance), yang datanya bersumber dari saldo-saldo yang ada pada buku besar
2. Penyusunan jurnal penyesuaian (Adjustment Journal), untuk menyesuaikan dengan keadaan atau fakta yang
sebenarnya pada akhir periode, dan penyusunan kertas kerja/neraca lajur, yang bertujuan untuk
mempermudah penyusunan laporan keuangan
3. Pembuatan jurnal penutup (Closing Entry), dibuat untuk mengetahui besarnya laba atau rugi suatu perusahaan
dan sekaligus untuk menutup perkiraan atau akun yang bersifats sementara (Temporary account)
4. Pembuatan necara saldo setelah penutupan (Post Closing Trial Balance), dipergunakan untuk mengecek
kembali pencatatan yang akan dilakukan pada periode berikutnya
5. Penyusunan jurnal pembalik (Reversing Entry), dipergunakan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan
pencatatan pada periode akuntansi berikutnya
c. Tahap pelaporan dan penganalisaan meliputi kegiatan :
1. Penyusunan laporan keuangan (Financial Statement), yang terdiri dari Laporan Laba/Rugi, Laporan
Perubahan Modal, Neraca dan Laporan Arus Kas
2. Pembuatan analisa laporan keuangan (Financial Statement Analysis), digunakan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, baik untuk perkembangan usaha maupun untuk penambahan investasi.

D. KENGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BAGI PEMAKAI

Informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan memiliki Kegunaan yaitu :
1. sebagai alat perencanaan, pengendalian kegiatan perusahaan dan dasar pembuatan keputusan bagi pimpinan
2. sebagai laporan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak di luar perusahaan.
Sedangkan Pihak-pihak yang memerlukan informasi akuntansi antara lain :
a. Pihak intern atau Pimpinan perusahaan (Manajer)
b. Pihak ekstern perusahaan, terdiri dari :
1. Investor atau calon investor
2. Karyawan
3. Pemberi Pinjaman (Bank)
4. Pemasok atau Kreditur lainnya
5. Pelanggan
6. Pemerintah
7. Masyarakat

E. BIDANG SPESIALISASI AKUNTANSI

Bidang-bidang akuntansi meliputi :


a. Akuntansi keuangan atau akuntansi umum (Financial Accounting) adalah akuntansi yang kegiatannya sejak dari
pencatatan transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan pihak di luar perusahaan,
seperti investor, kreditur, pemerintahdan lain sebagainya.
b. Akuntansi manajemem (Management Accounting) adalah akuntansi yang meliputi segala kegiatan di dalam
perusahaan dan membantu manajemen perusahaan, untuk pertimbangan pengambilan keputusan
c. Akuntansi Biaya (Cost Accounting) adalah akuntansi yang kegiatan utamanya ditujukan untuk menghitung biaya-
biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan (pabrik) atau perusahaan industri.
d. Akuntansi pemeriksaan (Auditing) adalah akuntansi yang berhubungan dengan pemeriksaan bebas atas akuntansi
umum, yang biasanya dikerjakan oleh akuntan public
e. Akuntansi perpajakan (Tax Accounting) adalah akuntansi yang berkaitan dengan masalah perpajakan, seperti
pengisian SPT, perhitungan PPh, PPN dan sebagainya. Dengan tujuan untuk memenuhi peraturan perpajakan
yang berlaku dan untuk menekan pajak seminimal mungkin.
f. Akuntansi Anggaran (Budgetting) adalah akuntansi yang menyajikan kegiatan keuangan untuk jangka waktu
tertentu dilengkapi sistem penganalisaan dan pengawasannya
81
g. Sistem akuntansi(Accounting System) adalah akuntansi yang berhubungan dengan prosedur akuntansi dan
peralatannya serta penentuan langkah dalam pengumpulan dan pelaporan data keuangan
h. Akluntansi Pemerintahan (Government Accounting) adalah akuntansi yang kegiatannya diarahkan pada transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan.

F. BIDANG GARAPAN / PROFESI AKUNTANSI

Jabatan-jabatan dalam lapangan akuntansi dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang. Berdasarkan lingkup
kegiatan dan bidang garapannya, profesi akuntansi terdiri dari :
1. Akuntan Publik adalah akuntan yang kegiatannya memberikan jasa untuk kepentingan perusahaan dengan
sejumlah pembayaran tertentu, yang juga disebut akuntan ekstern
2. Akuntan Pemerintah adalah akuntan yang bekerja sebagai pemeriksa atau auditor untuk pemerintah atau Negara
3. Akuntan Pendidik adalah akuntan yang bekerja sebagai pengajar atau dosen di perguruan tinggi
4. Akuntan Intern atau akuntan Perusahaan adalah akuntan yang bekerja dalam perusahaan dan bertugas khusus di
bidang akuntansi intern untuk membantu pengelola perusahaan.

G. ETIKA PROFESI AKUNTAN

Etika Profesi Akuntan adalah kode etik seorang akuntansi yang diperlukan untuk mengatur perilaku anggotanya
dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika professional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut
dengan istilah Kode Etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan.
Prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia antara lain :
1. Tanggung jawab Profesi
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan.
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis

H. DASAR HUKUM PELAKSANAAN AKUNTANSI

Penyelenggaraan pembukuan di Indonesia yang merupakan kewajiban bagi suatu perusahaan harus berpedoman pada
suatu dasar hokum atau kerangka dasar, yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kerangka dasar ini
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal.
Kerangka dasar SAK yang mendasari laporan keuangan membahas antara lain :
1. Tujuan laporan keuangan
2. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan
3. Definisi, pengakuan dan pengkuruan unsure-unsur yang membentuk laporankeuangan, dan
4. konsep modal serta pemeliharaan modal.
Tujuan penyusunan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1. komite penyusunan SAK dalam pelaksanaan tugasnya
2. penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam SAK
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, dan
4. para pemakai laopran keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan SAK

I. KONSEP DASAR AKUNTANSI

Secara umum konsep dasar akuntansi yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan yang
ditujukan bagi para pemakai informasi akuntansi diantaranya sebagai berikut :
1. Konsep Kesatuan Usaha (Bussines Entity), artinya laporan keuangan digunakan baik, oleh suatu organisasi atau
bagian dari organisasi yang berdiri sendiri maupun terpisah dari organisasi lain atau individu lain.
2. Konsep Pengukuran Uang atau Uang sebagai Alat Ukur (Money Measurement Concept), artinya uang merupakan
alat ukur umum dan paling tepat dalam aktivitas ekonomi dan menjadi dasar yang tepat pula bagi pengukuran
analisis akuntansi.
3. Konsep Kelangsungan Usaha (Going Concern), artinya laporan keuangan dibuat oleh suatu unit ekonomi yang
diasumsikan akan terus-menerus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan.
4. Konsep Dua Aspek Akuntansi / Berpasangan (Double entry Bookeeping), artinya aspek berhubungan dengan
penerimaan atas suatu manfaat tertentu dan aspek yang berhubungan dengan pemberian atas manfaat tersebut.
5. Konsep Harga Perolehan (Cost), artinya harta atau jasa yang dibeli atau diperoleh harus dicatat atas dasar
biaya yang sesungguhnya, yakni harga beli ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembelian harta
tersebut sampai harta tersebut siap untuk digunakan
6. Konsep Periode Akuntansi (Accounting Period), artinya Kegiatan atau akuntansi suatu perusahaan akan tetap ada
selama jangka waktu yang lama dan tidak ditentukan.
7. Konsep Pembandingan pengeluaran beban dengan penghasilan (Matching Concept), artinya Dalam laporan
keuangan, pengeluaran beban yang diakui dalam laporan laba rugi berlandaskan atas dasar hubungan langsung
antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.
82
8. Konsep Upaya dan Hasil (Effort and Accomplishment), artinya Secara konseptual, pendapatan timbul karena
biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya, artinya pendapatan sudah dapat diakui meskipun belum
terealisasi karena adanya pengeluaran atau upaya entitas dalam melakukan kegiatan produktifnya.

J. UNSUR-UNSUR NERACA DAN LAPORAN LABA-RUGI

1. Unsur Neraca.
Neraca adalah laporan yang meunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode, posisi keuangan yang
dimaksud terdiri atas Aktiva (Harta), Kewajiban (Utang) dan Ekuitas (Modal). Pos-pos ini didefinisikan sebagai
berikut :
a. Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharkan akan diperoleh perusahaan.
b. Kewajiban adalah utang perusahaan di masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi
c. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
2. Unsur Laporan Rugi – Laba
Laporan Rugi laba adalah laporan yang menunjukkan kinerja perusahaan, yakni tentang besarnya pendapatan
(penghasilan) dan beban pada akhir periode akuntansi.
Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut :
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
b. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

K. SUMBER PENCATATAN AKUNTANSI

Transaksi keuangan adalah kejadian-kejadian menyangkut organisasi yang diukur dengan sejumlah uang dan
dicatat dalam akuntansi. Transaksi keuangan merupakan sumber pencatatan akuntansi. Akibat dari suatu
transaksi langsung pengaruhnya dapat ditunjukkan dalam posisi keuangan (neraca) atau pencatatan ke dalam
persamaan akuntansi.
Dokumen sumber yang merupakan bukti pencatatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1 . bukti pencatatan intern atau transaksi internal, adalah bukti pencatatan yang dibuat perusahaan untuk
kepentingan perusahaan sendiri dan tidak berhubungan dengan pihak luar perusahaan, dan biasanya berbentuk
memo. Misalnya: penyusutan aktiva tetap, pemakaian perlengkapan, penggunaan bahan baku,
pengambilan barang, dan
2 . bukti pencatatan ekstern atau transaksi eksternal, adalah bukti pencatatan yang terjadi antara perusahaan
dengan pihak di luar perusahaan. Misalnya: faktur, nota, cek, kuitansi, dan sebagainya.

L. KLASIFIKASI AKUN ATAU REKENING ATAU PERKIRAAN

1. Pengertian Akun atau Rekening


Akun atau Rekening atau perkiraan (account) adalah daftar tempat mencatat perubahan aktiva, kewajiban, modal,
pendapatan dan beban dari transaksi keuangan. Jumlah akun yang perlu diadakan dalam pembukuan suatu
perusahaan tergantung pada kebutuhan, kumpulan akun yang digunakan suatu perusahaan disebut buku besar atau
ledger. Dan dalam akun buku besar disusun dengan urutan tertentu, yaitu akun neraca (akun harta, utang dan Modal)
disusun paling depan, kemudian akun nominal (pendapatan dan beban)
2. Klasifikasi Akun atau Rekening
Pada dasarnya akun atau rekening diklasifikasikan menjadi dua, yaitu akun riil (neraca) dan akun nominal (laba
rugi).
a. Akun riil (neraca) adalah akun yang pada akhir periode dilaporkan dalam laporan neraca. Akun ini
meliputi akun aktiva, kewajiban, dan ekuitas (modal).
1) Akun atau Rekening aktiva atau harta (Assets)
Harta perusahaan yang terdapat dalam akun meliputi aktiva lancar atau harta lancar, investasi jangka panjang,
aktiva tetap atau harta tetap, dan aktiva/harta tidak berwujud.
a) Aktiva lancar (current account) yaitu aktiva yang mudah dicairkan dan habis dipakai dalam satu
periode akuntansi.
Contoh nama akun aktiva lancar : kas, piutang usaha, surat- surat berharga, perlengkapan, asuransi
dibayar di muka, sewa dibayar di muka, dan sebagainya.
b )Investasi jangka panjang (long term investment) adalah investasi yang dilakukan perusahaan dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun.
Contoh nama akun investasi jangka panjang : investasi saham dan investasi obligasi.
d) Aktiva tidak berwujud (intangible asset) adalah aktiva yang berupa hak-hak istimewa yang dapat
menguntungkan perusahaan.
Contoh nama akun aktiva tidak berujud : goodwill, hak paten, hak cipta, dan sebagainya.
c) Aktiva tetap (fixed asset) adalah aktiva berwujud yang digunakan perusahaan dengan maksud untuk
tidak dijual dalam operasi normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.
Contoh nama akun aktiva tetap : peralatan, tanah, gedung, kendaraan, mesin, dan sebagainya.
83
2) Akun Liabilitas atau kewajiban atau utang (Liability)
Akun kewajiban atau utang dikelompokkan menjadi utang lancar dan utang jangka panjang.
a) Utang lancar (current liability) adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu kurang
dari 1 tahun.
Contoh nama akun utang lancar : utang usaha, utang gaji, beban yang terutang, pendapatan diterima di
muka, dan sebagainya.
b ) Utang jangka panjang (long term liability) adalah kewajiban kepada pihak lain atau kreditur
yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Contoh nama akun utang jangka panjang : utang obligasi, utang hipotik, KIK, dan KMKP.
3) Akun ekuitas (modal)
Ekuitas atau modal adalah bagian hak pemilik terhadap kekayaan perusahaan, yaitu selisih antara harta
dikurangi dengan utang.
Contoh nama akun modal : modal Ani, modal Tono, dan modal Budi.

b . Akun nominal (laba/rugi) adalah akun yang pada akhir periode dilaporkan dalam laporan laba/rugi.
Akun ini meliputi akun pendapatan dan beban.
1) Akun pendapatan atau penghasilan
Pendapatan adalah hasil bruto yang diterima perusahaan dalam melakukan operasionalnya. Pendapatan dapat
digolongkan ke dalam pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha. Contoh pendapatan usaha
adalah pendapatan jasa, penjualan barang dagangan, sedangkan pendapatan di luar usaha seperti pendapatan
bunga, pendapatan dari laba penjualan aktiva tetap dan sebagainya
2) Akun beban
Beban adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dan yang harus diakui selama usaha untuk
memperoleh pendapatan. Beban dapat digolongkan menjadi beban usaha contohnya beban gaji, beban
sewa, beban listrik, beban air, beban perlengkapan, beban penyusutan gedung, dan beban di luar usaha
contohnya beban bunga, Rugi Penjualan aktiva dan sebagainya.

3. Kode Akun/Rekening
Pemberian nomor kode rekening dalam pencatatan transaksi keuangan sangat diperlukan. Adapun kegunaan
pemberian kode rekening antara lain:
a. menyediakan identifikasi ringkas,
b . mempermudah pencarian rekening yang diinginkan,
c. mempermudah pencatatan dan penyimpanan data,
d. mempermudah untuk melakukan proses selanjutnya.
Penyusunan nomor kode rekening tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan unit usaha (perusahaan) yang
bersangkutan. Pemberian nomor kode rekening dalam suatu perusahaan dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu
sebagai berikut.
1) Sistem Numerial (Numerical)
Sistem numerial adalah pemberian nomor kode rekening dengan menggunakan angka.
2) Sistem Desimal
Sistem decimal adalah pemberian kode rekening dengan menggunakan dasar angka sepuluh digit, yaitu angka 0
sampai dengan 9.
3) Sistem Mnemonic
Sistem mnemonic adalah pemberian kode dengan menggunakan huruf.
4) Sistem Kombinasi huruf dan angka
Pada system ini setiap rekening atau perkiraan diberi kode dengan menggunakan huruf dan angka/nomor.

M. PERSAMAAN AKUNTANSI

1. Prinsip Keseimbangan antara Aktiva dan Pasiva.


Setiap transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan, dicatat dengan menggunakan sistem berpasangan dan
menggunakan prinsip keseimbangan antara aktiva dengan pasiva, artinya jumlah kekayaan harus sesuai dengan
hak atas kekayaan perusahaan tersebut, sehingga persamaan akuntansinya adalah :

AKTIVA = PASIVA
Pasiva dibagi menjadi dua, yaitu hak dari para kreditur (Kewajiban) dan Hak dari Pemilik perusahaan (Ekuitas),
sehingga harta bisa berasal dari pemilik perusahaan yang disebut modal dan bias juga berasal dari pinjaman (dari
luar perusahaa) yang disebut Kewajiban / Utang. Jadi Persamaan akuntansinya berubah menjadi :
ASET/AKTIVA = LIABILITAS/KEWAJIBAN +
atau HARTA = UTANG + MODAL
EKUITAS

2. Pengaruh Transaksi Keuangan terhadap Persamaan Akuntansi.


Pencatatan transaksi ke dalam persamaan akuntansi dapat dilakukan sebagai berikut :
Pencatatan
Transaksi
Akun Harta Akun Utang Akun Modal
a. Adanya Investasi awal pemilik Bertambah - Bertambah
b. Pembelian aktiva secara tunai Bertambah/Berkurang - -
c. Pembelian aktiva secara kredit Bertambah Bertambah -
d. Penerimaan pendapatan tunai / kredit Bertambah - Bertambah
84
e. Pembayaran biaya atau beban Berkurang - Berkurang
f. Pengambilan uang tunai untuk pribadi Berkurang - Berkurang
g. Pembayaran / pelunasan utang Berkurang Berkurang
Sedangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi besarnya modal suatu perusahaan dalam pencatatan persamaan
akuntansi, antara lain :
a. Adanya laba atau rugi perusahaan, Laba akan menambah modal dan Rugi akan mengurangi modal
b. Adanya pendapatan yang diterima perusahaan, akan menambah modal
c. Adanya beban yang dikeluarkan perusahaan, akan mengurangi modal
d. Adanya pengambilan untuk keperluan pribadi (Prive), akan mengurangi modal
e. Adanya investasi tambahan dari pemilik atau dari sumbangan (donasi), akan menambah modal

N. LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATEMENT)

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas
(usaha). Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan
aurs kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pemuatan
keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang mepiluti : Aset (harta), Liabilitas (Utang), Ekuitas (Modal), Pendapatan dan Beban termasuk keuntungan
dan kerugian, Kontribusi dari dan Distribusi kepada pemilik dalam kegiatannya sebagai pemilik, dan arus kas.
Sedangkan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, terdiri dari :
a. Asas Accrual Basic (Dasar Akrual)
Berdasarkan asas ini, perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali arus kas.
Menurut dasar ini, aktiva, kewajiban, ekuiti (modal), penghasilan, dan beban diakui pada saat kejadian.
Penyusunan laporan keuangan bukan didasarkan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, dan dicatat
serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.
b. Asas Cash Basic (Dasar Tunai)
Dasar tunai mempunyai maksud bahwa pendapatan dan biaya diakui pada saat penerimaan atau pengeluaran
uang kas. Pengggunaan dasar ini biasanya dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjual barang
secara angsuran, artinya pengakuan terhadap perubahan kekayaan didasarkan pada mutasi kas.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 1) Per 1 Juni 2012, Laporan keuangan lengkap
terdiri dari komponen-komponen berikut ini :
1. Laporan posisi keuangan (Neraca atau Balance Sheet) pada akhir periode adalah laporan yang menunjukkan
keadaan keuangan atau possisi keuangan suatu perusahaan pada akhir periode. Posisi keuangan yang dimaksud
terdiri atas jumlah aktiva, kewajiban dan modal. Penyusunan neraca harus diurutkan sesuai dengan tingkat
likuiditasnya atau tingkat kelancarannya. Rekening yang lancar harus didahulukan penyusunannya dan rekening
yang kurang lancar disusun di bawahnya.
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement) komprehensip selama periode adalah laporan yang menunjukkan
pendapatan dan beban dari suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi. Laporan laba-rugi perusahaan
disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian
secara wajar.
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Capital Statement) selama periode adalah laporan yang menunjukkan sebab-
sebab adanya perubahan modal, dari modal awal sampai dengan modal akhir periode.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) selama periode adalah laporan yang menunjukkan arus masuk dan
arus keluar tentang kas dan setara dengan kas. Kas merupakan uang tunai atau saldo kas dan rekening giro,
sedangkan setara kas merupakan investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan, dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komprehensip, yang disajikan ketika entitas menerapkan
kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 1) Per 1 Juli 2009, Laporan keuangan lengkap terdiri
dari komponen-komponen berikut ini :
1. Neraca (Balance Sheet)
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Capital Statement)
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
5. Catatan atas laporan keuangan

Laporan arus kas harus menyajikan tiga aktivitas kas, yaitu :


a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.
ARUS KAS MASUK ARUS KAS KELUAR
- Penjualan barang dagangan - Pembayaran pembelian barang
- Pendapatan dari jasa dagangan
- Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan - Pembayaran untuk beban operasi (gaji, sewa,
pendapatan lain asuransi, listrik, telepon, air dsb)
- Pendapatan bunga asset yang menghasilkan (bunga) - Pembayaran untuk pembelian kepada supplier di
85
- Pendapatan ekuitas surat berharga luar persediaan
(deviden) - Pembayaran kepada pemberi pinjaman (bunga)
- Pembayaran untuk pajak

b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi
lain yang tidak termasuk setara kas
ARUS KAS MASUK ARUS KAS KELUAR
- Penjualan aktiiva jangka panjang (property, pabrik, - Pembelian aktiva jangka panjang (aktiva tetap,
tanah, bangunan, peralatan, aktiva tak berujud, aktiva tak berujud, dan aktiva jangka panjang lain
dsb) termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi
- Penjualan surat utang atau ekuitas perusahaan lain dan aktiva tetap yang dibangun sendiri)
(kecuali surat berharga yang diperlakukan sebagai - Pembelian surat utang dan ekuitas perusahaan lain
setara kas) (kecuali trading securities)
- Pengembalian dari pokok pinjaman kepada pihak - Pinjaman kepada pihak lain
ketiga

c. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan
ARUS KAS MASUK ARUS KAS KELUAR
- Hasil Dari pinjaman - Pelunasan pokok pinjaman
- Hasil dari penerbitan saham ekuitas - Pembelian kembali saham perusahaan sendiri
sendiri - Pembayaran deviden
- Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman,
wesel, hipotik dan pinjaman lainnya

O. MEKANISME DEBIT DAN KREDIT

Bukti pencatatan yang ada dalam suatu perusahaan antara lain : Faktur, Kuitansi, Cek, Nota kontan, Nota
Debit , Nota Kredit, dan Memo tersebut dianalisis untuk mengetahui rekening yang dicatat sebelah debit dan rekening
yang dicatat sebelah kredit.
Pencatatan transaksi ke sebelah debit dan kredit berarti menunjukkan adanya penambahan atau pengurangan
terhadap rekening atau perkiraan atau akun. Untuk lebih mengetahui analisis transaksi terhadap perubahan suatu
rekening, dapat disajikan daftar atau tabel berikut ini.
Akun/Rekening / Perkiraan Bertambah dicatat Berkurang dicatat Saldo normal
1. Aset/Aktiva atau Harta Debit Kredit Debit
2. Akumulasi penyusutan aktiva tetap Kredit Debit Kredit
3. Liabilitas/Kewajiban atau utang Kredit Debit Kredit
4. Modal atau Ekuitas Kredit Debit Kredit
5. Pengambilan prive pemilik Debit Kredit Debit
6. Pendapatan Kredit Debit Kredit
7. Beban atau biaya Debit Kredit Debit

Jadi berdasarkan analisis pengaruh transaksi keuangan ke dalam suatu rekening atau perkiraan, maka dengan
pertolongan bentuk rekening huruf T yang sederhana, cara mendebit atau mengkredit adalah sebagai berikut :

D Aset/Aktiva K D Liabilitas/Kewajiban K D Ekuitas/Modal K

+ - - + - +

D Pendapatan K D Beban K

- + + -

P. JURNAL (JOURNAL)

Jurnal adalah pencatatan tentang pendebitan dan pengkreditan secara kronologis dari transaksi keuangan beserta
penjelasan yang diperlukan. Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum dibukukan ke dalam Buku
Besar, harus dicatat dahulud alam jurnal. Oleh karena itu jurnal sering disebut sebagai buku catatan pertama (Book of
Original Entry)

Fungsi Jurnal antara lain :


1. Fungsi mencatat artinya jurnal digunakan untuk mencatat setiap terjadi transaksi keuangan, baik yang bersifat
transaksi internal maupun transaksi eksternal
2. Fungsi Historis artinya jurnal digunakan untuk mencatat transaksi keuangan sesuai dengan urutan kejadian
(kronologis), tanggal yang lebih dahulu harus dicatat, kemudian mencatat transaksi pada tanggal berikutnya
3. Fungsi Analisis artinya jurnal merupakan hasil analisis dari petugas akuntansi, baik yang akan dicatat ke sebelah
debit maupun yang akan dicatat ke sebelah kredit.
86
4. Fungsi Instruktif artinya jurnal bersifat memerintah untuk melakukan pencatatan akuntansi berikutnya atau
posting ke buku besar
5. Fungsi Informatif artinya jurnal dapat memberikan keterangan secara jelas, sehingga dalam jurnal ada
keterangan atas pencatatan suatu transaksi.
Bentuk Jurnal :
JURNAL UMUM Halaman ………
Tgl. Keterangan Ref. Debit Kredit
Akun/Rekening yang di debit - Rp
Akun/Rekening yang dikredit - xxxxxxx Rp
Keterangan : xxxxxxx
……………………………..

Contoh:
Perusahaan ABADI JAYA, Semarang milik Tuan Aqila melakukan transaksi yang terjadi dalam bulan Desember
2014 adalah sebagai berikut.
Desember 1 Tuan Aqila melakukan investasi tambahan melalui rekening di bank atas nama
perusahaan dan menyetor kas sebesar Rp150.000.000,00.
Desember 2 Dibayar sewa gedung untuk 1 tahun sebesar Rp 3.000.000,00 mulai bulan Desember 2014
sampai dengan November 2014.

Pencatatan ke dalam jurnal umum tampak sebagai berikut :


Jurnal Umum Hal. 1
Tgl. Keterangan Ref. Debit Kredit
2014
Des 1 Kas Rp150.000.000 00
Modal Tuan Aqila Rp150.000.00 00
0
Mencatat Investasi awal pemilik
Des 2 Sewa dibayar di muka Rp 3.000.000 00
Kas Rp 3.000.000 00
Mencatat pembayaran sewa untuk
1 Tahun

Q. BUKU BESAR (LEDGER)

Pada umumnya, bentuk buku besar yang digunakan terdiri atas empat macam.
a. Bentuk T Sederhana
Bentuk buku besar ini merupakan bentuk yang paling sederhana, di mana sebelah kiri menyatakan sisi
debit dan sisi kanan menyatakan sisi kredit.

D Nama Akun K

b . Bentuk Skontro atau Dua Kolom


Bentuk skontro berarti sebelah-menyebelah, yaitu sebelah debit dan sebelah kredit. Bentuk ini mempunyai
kolom keterangan yang terletak di sebelah debit dan kredit.
D Nama Akun No. Akun K
Re Re
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
f f

c. Bentuk Saldo Tunggal atau Tiga Kolom


Bentuk ini digunakan apabila memerlukan penjelasan yang banyak, baik untuk transaksi debit maupun kredit.
Dengan menggunakan bentuk saldo tunggal, kita dapat mengetahui informasi saldo setiap saat.
Nama Akun No. Akun
Saldo
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit
D/K Jumlah

d. Bentuk Saldo Rangkap atau Empat Kolom


Bentuk ini serupa dengan bentuk saldo tunggal, hanya saja kolom saldo pada bentuk saldo rangkap dibagi menjadi
dua kolom yaitu kolom debit dan kolom kredit. Sementara untuk saldo disesuaikan dengan sifat masing-masing akun.
Nama Akun No. Akun
Saldo
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit
Debit Kredit
87

R. PENCATATAN KE BUKU BESAR (POSTING)

Setelah pencatatan transaksi pertama dalam jurnal, langkah selanjutnya melakukan pencatatan ke dalam buku
besar dengan jalan memindahkan kolom debit jurnal ke buku besar sebelah debit dan kolom kredit jurnal ke
buku besar sebelah kredit. Proses memindahkan catatan dari jurnal yang telah dibuat ke dalam buku besar
disebut dengan posting. Sebelum melakukan posting dari jurnal, terlebih dahulu apabila terdapat saldo awal sebelum
memulai kegiatan akuntansi, dilakukan pencatatan saldo-saldo akun buku besar pada awal periode ke akun buku besar
yang sesuai.
Proses pemindahan dari jurnal ke buku besar (posting) dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Tanggal jurnal dipindahkan pada kolom tanggal buku besar.
2. Halaman jurnal dipindahkan pada kolom ref buku besar dengan menuliskan JU. Misalnya JU.1 berarti posting
buku besar berasal dari jurnal umum halaman satu.
3. Jumlah pada jurnal dipindahkan ke buku besar sesuai dengan rekening yang bersangkutan. Jumlah debit
jurnal ditempatkan pada debit buku besar dan jumlah kredit jurnal ditempatkan pada kredit buku besar
4. Kolom ref jurnal diisi dengan nomor kode rekening buku besar yang digunakan.
Langkah-langkah posting (buku besar bentuk saldo tunggal) secara nyata tampak pada ilustrasi berikut ini.
JURNAL UMUM Hal . 1
Tgl. Keterangan Ref. Debit Kredit
2014
Juli 2 Perlengkapan kantor 104 Rp 500.000 0
Utang usaha 201 0 Rp 500.000 00
Mencatat pembelian perlengkapan

4
1 Perlengkapan kantor No. 104
2
3 Saldo
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit
D/K Jumlah
2014
Juli 2 JU. Rp 500.000 00 D Rp 500.000 00
1 2 4
3

Utang usaha No. 201


1 Saldo
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit
D/K Jumlah
2014
Juli 2 JU.1 Rp 500.000 00 K Rp 500.000 00

S. NERACA SALDO ATAU DAFTAR SISA (TRIAL BALANCE)

Neraca Saldo atau daftar sisa adalah laporan tentang saldo-saldo semua perkiraan yang terdapat pada buku
besar. Jumlah angka yang terdapat dalam neraca sisa merupakan saldo normal tiap perkiraan buku besar, yakni :
1. Akun atau Rekening Aktiva / Harta bersaldo normal debit, tetapi untuk Rekening Akumulasi penyusutan aktiva
tetap bersaldo normal kredit
2. Akun atau Rekening Kewajiban / Utang bersaldo normal kredit
3. Akun atau Rekening Ekuitas / Modal bersaldo normal kredit, tetapi untuk rekening Prive bersaldo normal debit
4. Akun atau Rekening Pendapatan bersaldo normal kredit
5. Akun atau Rekening Beban bersaldo normal debit

T. JURNAL PENYESUAIAN (ADJUSTMENT JOURNAL)

Jurnal penyesuaian (Adjustment journal) adalah penyesuaian tentang catatan-catatan atau fakta yang sebenarnya
pada akhir periode. Jurnal penyesuaian disusun berdasarkan data dari neraca saldo dan data penyesuaian atau
keterangan penyesuaian akhir periode, sehingga tanggal penyusunan ayat jurnal penyesuaian (AJP) adalah akhir
periode, biasanya tanggal 31 Desember. Saldo-saldo di dalam neraca saldo yang memerlukan jurnal penyesuaian
antara lain sebagai berikut :
No Macam Penyesuaian Jurnal Penyesuaian
a. Pemakaian perlengkapan (Jumlah yang disesuai Beban perlengkapan Rp. xxx
kan adalah jumlah yang terpakai) Perlengkapan Rp. xxx
b. Piutang pendapatan/pendapatan yang masih harus Piutang …… Rp. xxx
diterima Pendapatan ….. Rp. xxx
c. Utang beban/beban yang masih harus dibayar Beban .… .. Rp. xxx
Utang .…… Rp. xxx
d. Utang pendapatan/pendapatan diterima di muka
88
1) Saat penerimaan dicatat sebagai Utang atau .... diterima di muka Rp. xxx
Kewajiban Pendapatan .… Rp. xxx
(jumlah Yang disesuaikan adalah jumlah
yang sudah terlampaui atau jumlah yang
sudah menjadi pendapatan atau jumlah yang
sudah kadaluarsa)
2) Saat penerimaan dicatat sebagai pendapatan Pendapatan .… Rp. xxx
(jumlah yang disesuaikan adalah jumlah .... diterima di muka Rp. xxx
yang belum terlampaui atau jumlah yang
belum menjadi pendapatan atau belum
kadaluarsa)
e. Beban dibayar di muka
1) Saat pembayaran dicatat sebagai harta Beban .… Rp. xxx
(jumlah Yang disesuaikan adalah jumlah .... dibayar di muka Rp. xxx
yang sudah terlampaui atau jumlah yang
sudah menjadi beban atau jumlah yang sudah
kadaluarsa)
2) Saat pembayaran dicatat sebagai beban .... dibayar di muka Rp. xxx
(jumlah Yang disesuaikan adalah jumlah yang Beban .… Rp. xxx
belum terlampaui atau jumlah yang belum
menjadi beban atau belum kadaluarsa)
f. Kerugian piutang/piutang yang tidak tertagih Beban kerugian piutang Rp. xxx
Cadangan kerugian piutang Rp. xxx
g. Penyusutan aktiva tetap Beban penyusutan .… Rp. xxx
Akumulasi penyusutan..… Rp. xxx

U. NERACA LAJUR ATAU KERTAS KERJA (WORK SHEET)

Neraca lajur atau kertas kerja adalah suatu kertas berkolom-kolom atau berlajur-lajur yang direncanakan secara
khusus untuk menghimpun semua data akuntansi yang dibutuhkan pada saat perusahaan akan menyusun laporan
keuangan dengan cara yang sistematis. Kertas kerja yang biasa digunakan adalah kertas kerja dengan bentuk 10
kolom, yakni kolom Neraca Saldo, Ayat Penyesuaian, Neraca saldo disesuaikan, Rugi-Laba dan Neraca.
Tujuan Penyusunan neraca lajur diantaranya :
a. Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan
b. Untuk menggolongkan dan meringkas informasi dari neraca saldo dan data penyesuaian, sehingga
merupakan persiapan sebelum disusun laporan keuangan yang formal
c. Untuk mempermudah menemukan kesalahan yang mungkin dilakukan dalam membuat jurnal
penyesuaian.
Bentuk neraca lajur yang lazim digunakan dalam praktik suatu perusahaan adalah bentuk 10 kolom, yaitu :
Perusahaan ………………………..
Kertas Kerja
Per 31 Desember 20…..
Nama NS AP NSD L/R Neraca
Akun/Perkiraan D K D K D K D K D K

V. JURNAL PENUTUP (CLOSING ENTRY)

Jurnal Penutup adalah ayat jurnal untuk mengenolkan saldo perkiraan sementara, jika perusahaan ingin mengetahui
laba atau rugi usaha selama satu periode. Sumber penyusunan ayat jurnal penutup berasal dari kertas kerja kolom
Laba–Rugi.
Prosedur penyusunan jurnal penutup dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
Menutup akun Jurnal Penutup
1. Akun Pendapatan Pendapatan Rp xxx
Ikhtisar L/R Rp xxx
2. Akun Beban Ikhtisar L/R Rp xxx
Beban-beban Rp xxx
3. Akun Ikhitsar L/R
a. Jika diperoleh laba, Ikhtisar L/R Rp xxx
Laba diperoleh apabila Ikhtisar L/R K > Modal pemilik Rp xxx
D
b. Jika diderita rugi, Modal pemilik Rp xxx
Rugi diderita apabila Ikhtisar L/R D > K Ikhtisar L/R Rp xxx
4. Akun Pengambilan prive Modal pemilik Rp xxx
Prive pemilik Rp xxx

W. MELAKUKAN PENUTUPAN BUKU BESAR


89
Pada akhir periode angka-angka yang terdapat pada saldo debit dan saldo kredit Akun buku besar akan ditutup
dengan cara memindahbukukan (posting) dari jurnal penyesuaian dan jurnal penutup sesuai dengan akun buku besar
yang digunakan. Setelah jurnal penyesuaian dan jurnal penutup dibukukan maka akun nominal akan seimbang atau
bersaldo nol, sedangkan akun riil (akun harta, utang dan modal) masig tetap bersaldo dan saldo tersebut sebagai dasar
dalam menyusun neraca saldo setelah penutupan.

X. NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN BUKU (AFTER CLOSING TRIAL BALANCE)

Setelah dibuat ayat jurnal penutup dan postingnya, tahap berikutnya dalam siklus akuntansi adalah menyusun neraca
saldo setelah penutupan. Neraca Saldo Setelah Penutupan Buku adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo rekening
buku besar setelah perusahaan melakukan penutupan buku, tujuannya supaya aktiva/harta, kewajiban/utang dan modal
selalu dalam keadaan seimbang, sebelum perusahaan memulai pencatatan pada tahun atau periode berikutnya.

Y. JURNAL PEMBALIK (REVERSING ENTRY)

Jurnal Pembalik (Reversing Entry) adalah jurnal kebalikan dari jurnal penyesuaian yang dilakukan pada awal
periode berikutnya. Akan tetap tidak berarti semua jurnal penyesuaian dilakukan penyusunan jurnal pembalik.
Bentuk Jurnal penyesuaian yang dibuat jurnal pembalik sebagai berikut :
Jurnal penyesuaian
Bentuk Jurnal penyesuaian Jurnal pembalik yang dibuat
tentang
1. Utang beban Beban ........ Rp xxx Utang .......... Rp xxx
Utang ......... Rp xxx Beban .......... Rp
xxx
2. Piutang pendapatan Piutang ....... Rp xxx Pendapatan..... .... Rp xxx
Pendapatan ......... Rp xxx Piutang ......... Rp
xxx
3. Beban dibayar di muka ........ dibayar di muka Rp xxx Beban..... ..... Rp xxx
saat membayar dicatat Beban ......... Rp ......... dibayar di muka Rp
sebagai beban xxx xxx
4. Pendapatan diterima di Pendapatan ......... Rp xxx ......... diterima di muka Rp xxx
muka saat Menerima ...... diterima di muka Rp Pendapatan ......... Rp
dicatat sebagai xxx xxx
pendapatan
90
BAB XIV
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
KOMPETENSI INDIKATOR
5. Memahami penyusunan siklus akuntansi Mencatat jurnal khusus, buku besar utama, atau
perusahaan dagang dan penutupan siklus buku besar pembantu perusahaan dagang.
akuntansi perusahaan dagang. Menghitung harga pokok penjualan berdasarkan data

Membuat jurnal penyesuaian dan atau kertas kerja


perusahaan dagang.
Mendeskripsikan laporan keuangan serta
Perhitungannya
Mencatat jurnal penutup, posting ke jurnal penutup
ke buku besar atau neraca saldo setelah penutupan

A. PENGERTIAN PERUSAHAAN DAGANG


Perusahaan dagang adalah perusahaan yang bergerak dibidang membeli barang dagangan dan menjualnya
kembali tanpa merubah bentuk dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (laba).
Sedangkan barang dagangan (merchandise inventory) adalah barang yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli dan
menjual barang dagangan tanpa merubah barang.

B. PERBEDAAN ANTARA PERUSAHAAN DAGANG DAN PERUSAHAAN JASA.


No Ditinjau dari segi Perusahaan dagang Perusahaan Jasa
1 Kegiatannya Membeli dan menjual barang Memberikan pelayanan jasa
dagangan
2 Pendapatannya Hasil penjualan barang dagang Hasil penjualan jasa
3 Bahan operasionalnya Beban penjualan dan beban Beban usaha dan beban luar
administrasi umum usaha

C. AKUN – AKUN KHUSUS YANG DIJUMPAI DALAM PERUSAHAAN DAGANG


Dalam perusahaan dagang, akun-akun yang biasanya dijumpai antara lain :
a. Akun Pembelian adalah akun yang digunakan untuk membeli barang dagangan baik secara tunai maupun
secara kredit.
b. Akun Penjualan adalah akun yang digunakan untuk menjual barang dagangan baik secara tunai maupun
secara kredit.
c. Akun Retur pembelian dan pengurangan harga adalah akun untuk mengembalikan sebagian barang yang telah
dibeli kepada penjual karena rusak atau tidak sesuai dengan pesanan.
d. Akun Retur penjualan dan pengurangan harga adalah akun untuk menerima kembali sebagian barang yang
telah dijual dari pembeli karena rusak atau tidak sesuai dengan pesanan.
e. Akun Utang dagang adalah akun untuk mencatat timbulnya utang dagang dan pelunasan kewajiban atas
pembelian secara kredit.
f.Akun Piutang dagang adalah akun untuk mencatat timbulnya piutang dagang dan penerimaan pelunasan piutang
atas penjualan secara kredit.
g. Akun Potongan pembelian adalah akun untuk mencatat potongan yang diterima pembeli karena melunasi
utang dalam masa potongan.
h. Akun Potongan penjualan adalah akun untuk mencatat potongan yang diberikan oleh penjual karena
menerima pelunasan piutang dalam masa potongan
i. Akun Beban angkut pembelian adalah akun untuk mencatat timbulnya beban angkut yang ditanggung pembeli.
j. Akun Beban angkut penjualan adalah akun untuk mencatat beban angkut untuk mengirim barang yang
ditanggung oleh penjual.

D. SYARAT PENYERAHAN BARANG DAN SYARAT PEMBAYARAN BARANG


Barang dagangan yang diserahkan kepada pembeli atau konsumen dapat dilakukan dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. FOB Shipping Point (franco gudang penjual) artinya beban angkut barang sejak dari gudang penjualan sampai
dengan gudang pembelian menjadi tanggungjawab pembeli.
b. FOB Distinationt Point (franco gudang pembeli) artinya beban angkutan barang sejak dari gudang sampai
dengan gudang pembeli menjadi tanggungjawab penjual.
Sedangkan syarat pembayaran barang dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Tunai atau kontan artinya pembayaran dilakukan saat terjadi transaksi.
b. n/30 artinya pembayaran dilakukan paling lambat 30 hari setelah terjadinya transaksi.
c. n/EOM (End of Month) artinya pembayaran dilakukan paling lambat akhir bulan.
d. n/10 EOM artinya pembayaran dilakukan paling lambat 10 hari setelah akhir bulan.
e. 2/10,n/30 artinya bila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari atau kurang setelah tanggal transaksi,
terdapat potongan 2%, jangka waktu kredit 30 hari.

E. PENCATATAN TRANSAKSI DALAM PERUSAHAAN DAGANG.


Ada 2 metode pencatatan traksaksi yang berhubungan dengan perusahaan dagang, yaitu :
91
a. Metode phisik atau periodik, artinya pencatatan yang berkaitan dengan barang
dagangan tidak dilakukan secara kontinve, sehingga persediaan barang dagangan akhirnya dihitung secara fisik
yang ada digudang.
Pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum sebagai berikut :

No Transaksi Jurnal Umum


1. Pembelian barang dagangan Pembelian Rp. xxx
Kas/ Utang dagang Rp. xxx
2. Pengiriman kembali barang dagangan Kas/Utang dagang Rp. xxx
yang telah dibeli (retur pembelian) Retur pembelian dan PH Rp. xxx
3. Penjualan barang dagangan Kas/Piutang dagang Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
4. Penerimaan kembali barang yang telah Retur penjualan dan PH Rp. xxx
dijual (retur penjualan) Kas/Piutang dagang Rp. xxx
5. Pembayaran biaya angkut barang yang Beban angkut pembelian Rp. xxx
dibeli Kas Rp. xxx
6. Pembayaran beban angkut barang yang Beban angkut penjualan Rp. xxx
dijual Kas Rp. xxx
7. Pembayaran utang dagang tanpa adanya Utang dagang Rp. xxx
potongan Kas Rp. xxx
8. Pembayaran utang dagang dengan Utang dagang Rp. xxx
adanya potongan Kas Rp. xxx
Potongan pembelian Rp. xxx
9. Penerimaan pelunasan piutang tanpa Kas Rp. xxx
potongan Piutang dagang Rp. xxx
10. Penerimaan pelunasan piutang dengan Kas Rp. xxx
potongan Potongan penjualan Rp. xxx
Piutang dagang Rp. xxx

b. Metode perpetual atau permanen terus-menerus, artinya pencatatan yang


berkaitan dengan barang dagangan dilakukan secara kontinve, sehingga bila terjadi pembelian akan
menambah persediaan barang dagangan dan bila terjadi penjualan akan mengurangi persediaan barang
dagangan.
Pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum sebagai berikut :

No Transaksi Jurnal Umum

1. Pembelian barang dagangan Persediaan barang dagangan Rp. xxx


Kas / Utang dagang Rp. xxx
2. Pengiriman kembali barang dagangan Kas / Utang dagang Rp. xxx
yang telah dibeli (retur pembelian) Persediaan barang dagangan Rp. xxx
3. Penjualan barang dagangan Kas/Piutang dagang Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
Harga pokok penjualan Rp. xxx
Persediaan barang dagangan Rp. xxx
4. Penerimaan kembali barang yang telah Retur penjualan dan PH Rp. xxx
dijual (retur penjualan) Kas/Piutang dagang Rp. xxx
Persediaan barang dagangan Rp. xxx
Harga pokok penjualan Rp. xxx
5. Pembayaran biaya angkut barang yang Persediaan barang dagangan Rp. xxx
dibeli Kas Rp. xxx
6. Pembayaran beban angkut barang yang Beban angkut penjualan Rp. xxx
dijual Kas Rp. xxx
7. Pembayaran hutang dagang tanpa Utang dagang Rp. xxx
adanya potongan Kas Rp. xxx
8. Pembayaran utang dagang dengan Utang dagang Rp. xxx
adanya potongan Kas Rp. xxx
Persediaan brg dagangan Rp. xxx
9. Penerimaan pelunasan piutang tanpa Kas Rp. xxx
potongan Piutang dagang Rp. xxx
10. Penerimaan pelunasan piutang dengan Kas Rp. xxx
potongan Potongan penjualan Rp. xxx
Piutang dagang Rp. xxx

F. JURNAL KHUSUS

Jurnal khususadalah jurnal yang dirancang secara khusus untuk mencatat transaksi yang bersifat sama dan sering
terjadi atau berulang-ulang, dengan tujuan agara dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Jurnal khusus (Special Journal) yang biasa digunakan dalam akutansi perusahaan dagang ada 4 macam:
a. Jurnal Penerimaan Kas (JKM), untuk mencatat transaksi penerimaan kas.
92
b. Jurnal Pengeluaran Kas (JKK), untuk mencatat transaksi pengeluaran kas.
c. Jurnal Pembelian (JB), untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan dan aktiva lain secara kredit.
d. Jurnal penjualan (JP), untuk mencatat transaksi penjualan barang dagangan secara kredit.
Disamping keempat jurnal khusus tersebut, perusahaan dagang harus tetap mempuyai Jurnal Umum untuk mencatat
transaksi yang tidak dapat ditampung dalam jurnal khusus yang tersedia.
Pencatatan transaksi ke dalam jurnal khusus dapat dilakukan sebagai berikut :

Pencatatan
Jurnal Khusus
Akun didebit Akun dikredit
1. Jurnal penerimaan kas Kas dan Potongan Penjualan Penjualan, Piutang dagang,
Serba-serbi / rekening lain
(Pendapatan, Retur pembelian,
utang bank dan sebagainya)
2. Jurnal pengeluaran kas Pembelian, Utang dagang, Serba- Kas dan Potongan Pembelian
serbi / rekening lain (Beban,
Perlengkapan, Peralatan, retur
penjualan dsb)
3. Jurnal pembelian Pembelian, Serba-serbi / rekening Utang dagang
lain (Perlengkapan, Peralatan
dan aktiva lainnya)
4. Jurnal penjualan Piutang dagang Penjualan
5. Jurnal umum / memorial Utang dagang, Retur penjualan, Piutang dagang, Retur pembelian
dan Akun lain yang perlu didebit dan Akun lain yang perlu
dikredit

G. BUKU BESAR PEMBANTU


Buku besar pembantu merupakan pencatatan secara rinci nama–nama pelanggan beserta jumlahnya. Selanjutnya buku
besar utama merupakan perkiraan kontrol atau perkiraan pengendali dan buku besar pembantu merupakan rincian dari
perkiraan kontrol. Bentuk buku pembantu sama dengan bentuk buku besar utama.
Terdapat tiga macam buku besar pembantu dalam perusahaan dagang, antara lain :
a. Buku besar pembantu piutang, adalah buku tempat mencatat rincian piutang
perusahaan menurut nama pelanggan atau debitur. Sumber pencatatan buku pembantu piutang berasal dari bukti
transaksi yang berkaitan dengan piutang dan dapat berasal dari Jurnal Penjualan, Jurnal Umum dan Jurnal
Penerimaan Kas
b. Buku besar pembantu utang, adalah buku tempat mencatat rincian utang
perusahaan menurut nama kreditur. Sumber pencatatan buku pembantu utang berasal dari bukti transaksi yang
berkaitan dengan utang dan dapat berasal dari Jurnal Penmbelian, Jurnal Umum dan Jurnal Pengeluaran Kas
c. Buku besar pembantu persediaan, adalah buku tempat mencatat secara rinci
persediaan barang dagangan, baik jenis, jumlah, harga per unit, maupun harga pokok secara keseluruhan. Sumber
pencatatan buku pembantu persediaan berasal dari bukti transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dan
dapat berasal dari Jurnal Penjualan, Jurnal pembelian, Jurnal Penerimaan Kas, Jurnal Pengeluaran Kas dan Jurnal
Umum

H. JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG


Untuk menyusun jurnal penyesuaian perusahaan dagang sama dengan penyusunan jurnal penyesuaian perusahaan
jasa, hanya dalam perusahaan dagang masih terdapat jurnal penyesuaian untuk Persediaan Barang Dagangan, yang
dapat disusun sebagai berikut :

No Macam Penyesuaian Jurnal Penyesuaian

a. Pemakaian perlengkapan (Jumlah yang disesuai Beban perlengkapan Rp. xxx


kan adalah jumlah yang terpakai) Perlengkapan Rp. xxx
b. Piutang pendapatan/pendapatan yang masih harus Piutang …… Rp. xxx
diterima Pendapatan ….. Rp. xxx
c. Utang beban/beban yang masih harus dibayar Beban .… .. Rp. xxx
Utang .…… Rp. xxx
d. Utang pendapatan/pendapatan diterima di muka
1) Saat penerimaan dicatat sebagai utang (jumlah .... diterima di muka Rp. xxx
yang disesuaikan adalah jumlah yang sudah Pendapatan .… Rp. xxx
terlampaui)
2) Saat penerimaan dicatat sebagai pendapatan Pendapatan .… Rp. xxx
(jumlah yang disesuaikan adalah jumlah yang .... diterima di muka Rp. xxx
belum terlampaui)
e. Beban dibayar di muka
1) Saat pembayaran dicatat sebagai harta (jumlah Beban .… Rp. xxx
yang disesuaikan adalah jumlah yang sudah .... dibayar di muka Rp. xxx
terlampaui)
2) Saat pembayaran dicatat sebagai beban .... dibayar di muka Rp. xxx
(jumlah Yang disesuaikan adalah jumlah yang Beban .… Rp. xxx
belum terlampaui)
93
f. Kerugian piutang/piutang yang tidak tertagih Beban kerugian piutang Rp. xxx
Cadangan kerugian piutang Rp. xxx
g. Penyusutan aktiva tetap Beban penyusutan AT Rp. xxx
Akumulasi penyusutan AT Rp. xxx
h. Persediaan Barang Dagangan
1) Metode/Pendekatan Ikhtisar L/R Ikhtisar L/R Rp. xxx
Persed.barang dagangan (awal) Rp. xxx
Persed.barang dagangan (akhir) Rp. xxx
Ikhtisar L/R Rp. xxx
2) Metode/Pendekatan Harga pokok penjualan Harga pokok penjualan Rp. xxx
Persed.barang dagangan (awal) Rp. xxx
Pembelian Rp. xxx
Beban angkut pembelian Rp. xxx
Persed.barang dagangan (akhir) Rp. xxx
Retur pembelian dan PH Rp. xxx
Potongan pembelian Rp. xxx
Harga pokok penjualan Rp. xxx

I. KERTAS KERJA PERUSAHAAN DAGANG UNTUK AKUN IKHTISAR R/L DAN AKUN HARGA POKOK
PENJUALAN

Salah satu dari jurnal penyesuaian adalah jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagangan. Untuk membuat
jurnal penyesuaian dapat menggunakan dua metode, yaitu metode ikhtisar laba/rugi dan metode harga pokok
penjualan, maka dalam pencatatannya dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Untuk Akun Ikhtisar Laba/Rugi
Jumlah akun ikhtisar laba/rugi pada kolom ayat penyesuaian harus dipindahkan ke kolom neraca saldo
disesuaikan dan kolom laba/rugi sebelah debit (tersendiri) dan sebelah kredit (tersendiri) sesuai dengan jumlahnya
masing–masing.
NS AP NSD L/R Neraca
Nama Perkiraan
D K D K D K D K D K
Ikhtisar laba/rugi – – Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx – –

b. Untuk Akun Harga Pokok Penjualan


Jumlah akun harga pokok penjualan sebelah debit dan kredir pada kolom ayat penyesuaian, dicari selisihnya.
Selisih (saldo) tersebut dipindahkan ke kolom neraca saldo disesuaikan dan kolom laba/rugi sebelah debit.
NS AP NSD L/R Neraca
Nama Perkiraan
D K D K D K D K D K
Harga pokok penj. – – Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx – Rp.xxx – – –
J. LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG

Laporan keungan (financial statement) adalah hasil akhir dari akuntansi yang merupakan suatu ringkasan transaksi
keuangan. Laporan keuangan disajikan dengan maksud memberikan informasi mengenai posisi harta, utang, dan
modal yang terjadi dalam rumah tangga perusahaan dan membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan. Pada
umumnya laporan keuangan meliputi laporan laba/rugi, laporan perubahan modal, dan neraca.

1. Laporan Laba/Rugi (Income Statement)


Laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan dan beban pada akhir periode akuntansi.
Penyajian laporan laba/rugi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tahap langsung (single step) dan bentuk
bertahap (multiple step).
Penyajian laporan laba/rugi secara singkat sebagai berikut :
PD ________________________
Laporan laba/Rugi
untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 200___
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Penjualan Rp…………….
Retur penjualan dan Potongan penjualan Rp …………… -
Penjualan bersih Rp ……………
Harga Pokok Penjualan Rp ……….... -
Laba kotor Rp ……………
Beban Usaha (Beban penjualan& Beban admi. dan umum) Rp …………… -
Laba usaha Rp ……………
Pendapatan di luar usaha Rp …………… +
Rp ……………
Beban di luar usaha Rp …………… -
Laba bersih sebelum pajak Rp ……………
Pajak penghasilan Rp …………… -
Laba bersih setelah pajak Rp ……………
94
===========
2. Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)
Laporan perubahan modal adalah laporan yang menunjukkan adanya perubahan modal. Hal-hal yang
diperhitungkan dalam penyusunan laporan perubahan modal adalah sebagai berikut :
a. Besar modal awal periode
b. Besar laba atau rugi usaha
c. Besar pengambilan pribadi pemilik atau prive
d. Besar investasi tambahan dari pemilik
e. Besar modal akhir periode
Laporan perubahan modal hanya lazim berlaku dibuat pada perusahaan perseorangan, persekutuan, atau firma,
sedangkan untuk perusahaan berbentuk perseorangan terbatas (PT) istilahnya adalahlaporan laba ditahan atau
Return Earning Statement.

3. Neraca (Balance Sheet)


Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode, yaitu laporan tentang
besarnya harta, utang, dan modal perusahaan. Penyusunan laporan necara pada perusahaan dagang caranya sama
seperti menyusun laporan neraca dalam perusahaan jasa dan disusun sesuai dengan tingkat likuiditasnya
Ada dua cara menghitung Laba / Rugi dalam Akuntansi :
1. Pendapatan terdiri dari :
2.
a. Penjualan
Modal awal Rp ............... b. Pendapatan lain-lain
Beban terdiri dari :
Laba bersih Rp ............... +
a. Retur penjualan dan Potongan penjualan
Rp ............... b. Harga pokok penjualan
c. Beban penjualan
d. Beban administrasi
Prive pemilik Rp ............... – e. Beban lain-lain
K. PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN (Cost of Goods Sold)
Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) adalah harga pokok dari barang-barang yang telah laku dijual
selama periode tertentu.
Dalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan unsur-unsurnya :
a. Persediaan Barang Dagangan awal (+)
b. Pembelian (+)
c. Beban angkut pembelian (+)
d. Retur pembelian dan Pengurangan harga (–) Pembelian bersih
e. Potongan pembelian (–)
f. Persediaan Barang Dagangan akhir (–)

Contoh : Jawab :

Diketahui data akuntansi per 31 Desember 2007 Persediaan barang dagangan (awal)Rp 15.000.000,00 (+)
sebagai berikut :
Pembelian Rp 75.000.000,00 (+)
Persediaan barang dagangan (awal)Rp 15.000.000,00
Retur pembelian dan PH Rp 1.500.000,00 (–)
Pembelian Rp 75.000.000,00
Potongan pembelian Rp 2.500.000,00 (–)
Retur pembelian dan PH Rp 1.500.000,00
Beban angkut pembelian Rp 1.000.000,00 (+)
L. JURNAL PENUTUP (CLOSING ENTRY)
Jurnal Penutup adalah ayat jurnal untuk mengenolkan saldo perkiraan sementara, jika perusahaan ingin mengetahui
laba atau rugi usaha selama satu periode. Sumber penyusunan ayat jurnal penutup berasal dari kertas kerja kolom
rugi–laba.
Prosedur penyusunan jurnal penutup dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
Menutup akun Jurnal Penutup
1. Pendapatan Pendapatan Rp xxx
Ikhtisar L/R Rp xxx
2. Beban Ikhtisar L/R Rp xxx
Beban-beban Rp xxx
3. a. Ikhtisar Laba Rugi jika diperoleh laba Ikhtisar L/R Rp xxx
Laba diperoleh apabila Ikhtisar L/R K > D Modal pemilik Rp xxx
b. Ikhtisar Laba Rugi jika diderita rugi Modal pemilik Rp xxx
Laba diperoleh apabila Ikhtisar L/R D > K Ikhtisar L/R Rp xxx
4. Pengambilan prive Modal pemilik Rp xxx
Prive pemilik Rp xxx

M. NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN BUKU(AFTERCLOSINGTRIALBALANCE)


Tahap yang harus dilalui dalam siklus akuntansi setelah dibuat ayat jurnal penutup dan postingnya adalah
menyusun neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo setelah penutupan adalah suatu daftar yang berisi
saldo-saldo rekening buku besar setelah perusahaan melakukan penutupan buku,yang tujuannya supaya
95
aktiva/harta, kewajiban/utang, dan modal selalu dalam keadaan seimbang, sebelum perusahaan memulai
pencatatan pada tahun atau periode berikutnya.

N. JURNAL PEMBALIK
Jurnal Pembalik (Reversing Entry) adalah jurnal kebalikan dari jurnal penyesuaian yang dilakukan pada awal
periode berikutnya. Akan tetap tidak berarti semua jurnal penyesuaian dilakukan penyusunan jurnal pembalik.
Bentuk Jurnal penyesuaian yang dibuat jurnal pembalik sebagai berikut

Jurnal penyesuaian tentang Bentuk Jurnal penyesuaian Jurnal pembalik yang dibuat

1. Utang beban Beban ........ Rp xxx Utang .......... Rp xxx


Utang ......... Rp xxx Beban .......... Rp xxx
2. Piutang pendapatan Piutang ....... Rp xxx Pendapatan..... .... Rp xxx
Pendapatan ......... Rp xxx Piutang ......... Rp xxx
3. Beban dibayar di muka ........ dibayar di muka Rp xxx Beban..... ..... Rp xxx
saat membayar dicatat Beban ......... Rp ......... dibayar di muka Rp xxx
sebagai beban xxx
4. Pendapatan diterima di Pendapatan ......... Rp xxx ......... diterima di muka Rp xxx
muka saat Menerima ...... diterima di muka Rp xxx Pendapatan ......... Rp xxx
dicatat sebagai
pendapatan
96
BAB XV
MANAJEMEN DAN BADAN USAHA
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
KOMPETENSI INDIKATOR
6. Memahami manajemen badan usaha dalam Mendeskripsikan manajemen dan badan
perekonomian nasional, pengelolaan koperasi dan usaha.
kewirausahaan.

A. MANAJEMEN UMUM

a. Manajemen sebagai Ilmu.


Mengenai batasan manajemen, di bawah ini diutarakan beberapa ahli dari Sarjana Indonesia, diantaranya :
1. Prof. Dr. Mr. S Prajudi Atmosudirdjo. Manajemen adalah menyelenggarakan sesuatu dengan menggerakkcan
orang-orang, uang, mesin-mesin, dan alat-alat sesuai denagan kebutuhan.
2. Dr. Sondang P Siagian, MPA. Manajemen adalah kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
3. Drs. Karnadi Wargasasmita. Manajemen adalah mengatur, mengurus, memimpin; mengawasi pekerjaan-
pekerjaan ke arah tujuan usaha
4. Drs. The Liang Gie. Manajemen adalah proses yang menggerakkan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama
manusia, sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai.
Beberapa definisi manajemen yang dikemukakan oleh sarjana-sar.jana Barat, antara lain :
1. Webster’s Dictionary. Manajemen adalah tindakan mengendalikan, kecakapan dalam menjuruskan admisistrasi
(Management is the act of managing, skill in directing administration)
2. Harold Koontz dart O’Donnell. Manajemen adalah penyelesaian pekerjaan melalui kegiatan-kegiatan dari pada
orang lain. (Management is getting thing done through the effort of other people)
3. John D Millet. Manajemen adalah proses pembimbingan dan penyediaan fasilitas-fasilitas kerja terhadap orang-
orang yang tergabung dalam suatu organisasi resmi untuk mencapai suatu tujuan. (Management is the process of
dircting and fasilitating the work of people organized in formal groups to achieve a desired goal).
4. George R Terry. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan
kegiatan orang lain. (Management is the accomplishing of a predetermined objective through the effort of other
people )
5. Frederick Winslow Taylor.
Beliau mengemukakan empat prinsip manajemen penting, yaitu :
a.pengembangan metode kerja terbaik
b.pemilihan serta pengembangan pekerja-pekerja
c.usaha menghubungkan metode kerja terbaik dengan pekerja yang terpilih dan terlatih
d.adanya kerjasama antara manajer dan non manajer, kerjasama mana melalui pembagian kerja,
dan tanggung jawab manajer untuk merencanakan pekerjaan.
6. Henry Fayol.
Ia menekankan pada pandangannya tentang manajemen sebagai suatu hal yang terdiri dari fungsi-fungsi.
7. James A.F. Stoner
James AF Stoner mendefinisikan manajemen sebagai berikut.
1) Dilihat dari segi ilmu pengetahuan, manajemen merupakan perpaduan antara teori, metodologi, dan
perangkat-perangkat ilmiah lainnya yang berlaku universal. Cara pendekatannya adalah scientific. Dari sini
muncul cabang-cabang keilmuan seperti manajemen personalia, manajemen produksi, manajemen
keuangan, manajemen pemasaran, dan sebagainya.
2) Dilihat dari segi seni, manajemen lebih menitikberatkan pada peranan manusia sebagai pelaku manajemen.
Cara pendekatannya adalah profesional. Manajemen sebagai seni mengatur ruang dan organisasi.
Penerapannya dengan situasi lingkungan sosial, budaya, politik, dan sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat tertentu.
3) Dilihat dari segi proses, manajemen adalah proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (leading), dan pengawasan (controlling), yaitu upaya penggunaan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8. Mary Parker Follet
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, yang berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi

8. Ricky W. Griffin
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ‘Manajemen adalah suatu seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu atau sebelumnya.’

b. Unsur-unsur Manajemen
Unsur manajemen (tools of manajemen) tersebut terdapat 6 unsur, yaitu
1. Man (Tenaga Kerja Manusia)
2. Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
3. Mathodes (Cara kerja atau sistem kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan)
97
4. Materials (Bahan-bahan yang diperlukan)
5. Machines (Mesin-mesin yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
6. Market (Pasar atau pemasaran sebagai tempat untuk memperjualbelikan hasil produksi)

c. Tingkatan Manajemen
Menurut tingkatannya manajemen dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan yang dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Top Management (Manajemen Puncak)

2. Middle Management (Manajemen Menengah)

3. First Line Management atau Lower Management (Manajemen Bawah)

1) Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional,
merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-
manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
2) Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di antara
manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3) Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan
kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen
adalah Direktur, Wakil Direktur, Presiden Direktur, General Manager, CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief
Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

d. Peran Manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh
manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1) Peran antar pribadi, yaitu melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini
meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2) Peran informasional, meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru
bicara.
3) Peran pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber
daya, dan perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah
berinteraksi dengan orang lain.

e. Ketrampilan seorang Manajer


Menurut Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga
keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi
kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana
kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang
kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan
konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau
keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang
persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan
bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas,
menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan
teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program
komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Apabila digambarkan dalam bentuk bagan, ketrampilan seorang manajer sebagai berikut :

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki
manajer, yaitu :
98
1. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang
dimilikinya secara bijaksana.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya.
Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok
manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
p. Manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikannya.
q. Manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif
yang dianggap paling baik.
r. Manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

B. PRINSIP DAN FUNGSI MANAJEMEN

a. Prinsip Manajemen
Prinsip Manajemen adalah suatu dalil umum yang dapat disimpulkan dari proses menggerakkan orang-orang dan
menggerakkan fasilitas-fasilitas, yang berlaku sebagai dasar petunjuk bagi seseorang dalam melakukan perbuatan-
perbuatan atau menjalankan tindakannya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
Satu-satunya yang membahas mengenai prinsip-prinsip manajemen adalah Henry Fayol terdapat 14 prinsip,
diantaranya : Pembagian Kerja (Disition of Labour), Kekuasaan (wewenang) dan tanggung jawab (Authority and
Responsibility), Disiplin (Dicipline), Kesatuan perintah (unity of command), Kesatuan Arah (Unity of Direction),
Kepentingan individu harus berada di bawah kepentingan umum ( Subordinate of individual interest to general
interest), Pembayaran upah yang adil (remuneration of personal), Pemusatan (Sentralisation), Rantai Skala atau Scalar
Chain (line of authority), Tata tertib (order), Keadilan (equity), Stabilitas pegawai (Stability 0f tenure of personal),
Inisiatif (initiative), dan Jiwa kesatuan (Esprits de corps)

b. Fungsi-Fungsi Manajemen.

No Nama Ahli Judul Buku Fungsi-fungsi manajemen

1. Henry Fayol General And Industrial 1. Planning (perencanaan)


Management 2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Commanding (Pemberian Komando)
4. Coordinating (Pengkoordinasian)
5. Controlling (Pengawasan)
2. Harold Koontz dan Principles of Management 1. Planning (perencanaan)
O’Donnel 2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Staffing (Penempatan Tenaga kerja)
4. Directing (Pemberian pengarahan)
5. Controlling (Pengawasan)
3. George R Terry Principle of Management 1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Actuating (Penggerakan)
4. Controlling (Pengawasan)
4. Dr. Sondang P Siagian Filsafat Administrasi 1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Motivating (Pemberian motivasi)
4. Controlling (Pengawasan)
5. Evaluating (Penilaian)
5. Drs. The Liang Gie Ilmu Administrasi 1. Perencanaan
2. Pembuatan Keputusan
3. Pembimbingan
4. Pengkoordinasian
5. Pengendalian

C. URAIAN SINGKAT TENTANG FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN.


Untuk lebih memberikan gambaran yang jelas tentang fungsi manajemen, di bawah ini diuraikan fungsi manajemen
menurut GR Terry yang terdiri dari : Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
1. Planning (Perencanaan) adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha menghubung-hubungkan antara fakta yang satu
dengan yang lain, kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk
masa. yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Atau dengan kata
lain Perencanaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan waktu untuk mencapai tujuan
Suatu rencana yang baik harus berpedoman pada 5 W dan 1 H, yaitu :
a. What, artinya tindakan apa yang hars dikerjakan.
b. Why, artinya apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan
c. Where, artinya dimanakah tindakan itu dilaksanakan
d. When, artinya kapan tindakan itu dilaksanakan
e. Who, artinya siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu
99
f. How, artinya bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu.
2. Organizing (Pengorganisasian) adalah mengalokasikan seluruh pekenjaan yang harus dilaksanakan antara
kelompok kerja dan menetapkan wewenang relatif serta tanggung jawab masing-masing individu, yang
bertanggung jawab atas setiap komponen kerja dan menyediakan lingkungan keria yang tepat dan sesuai. Atau
dengan kata lain Pengorganisasian adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengatur manusia atau
karyawan atau pegawai.
Struktur Onganisasi
Dalam penyusunan struktur organisasi dikenal beberapa jenis hubungan, yaitu :
a. Struktur organisasi. garis (line relation)
Merupakan struktur organisani yang paling sederhana dan yang paling tua. Dalam struktur organisasi garis ini
aliran tugas dan tanggungjawab terlihat dengan jelas dengan arah vertilkal, artinya wewenang mengalir dari
atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab dari bawab ke atas.
b. Struktur organisasi fungsional atau staf (Staff relation)
Organisasi fungsional atau staf bermula diciptakan oleh FW Taylor, dimana segelintir pimpinan tidak
mempunyai bawahan yang jelas, sebab setiap atasan berwenang memberi komando kepada setiap bawahan,
sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut.
c. Struktur organisasi Garis dan Staf
Pada bentuk organisasi garis dan staf, terdapat satu atau beberapa orang staf. Staf yaitu orang yang ahli dalam
bidang tertentu, yang tugasnya memberi nasehat dan saran dalam bidangnya kepada pimpinan di dalam
organisasi tersebut.
3. Actuating (Penggerakan) adalah menempatkan semua anggota dari pada kelompok agar kerja secara sadar untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi. Atau dengan kata
lain Penggerakan artinya kegiatan yang berhubungan dengan memotivasi atau memberi semangat kepada
karyawan atau pegawai
4. Controlling (Pengawasan) adalah proses penentuan apa yang akan dicapai (standard), apa yang sedang
dihasilkan (pelaksanaan), menilai pelaksanaan dan bilamana perlu mengambil tindakan korektif sehingga
pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana, yaitu sesuai dengan standard. Atau dengan kata lain Pengawasan
adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengendalikan atau mengawasi setiap pekerjaan serta melakukan
tindakan koreksi.

D. BIDANG-BIDANG MANAJEMEN
a. Manajemen Produksi adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial seperti planning (perencanaan),
Organizing (Pengorganisasian), actuaiting (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan), terhadap sistem-sistem
produksi dengan tujuan agar produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
b. Manajemen Pemasaran(Marketing Management) adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan
penciptaan dan penyerahan barang atau jasa kepada konsumen atau masyarakat, agar dapat memperluas pasar bagi
kemajuan suatu perusahaan ataupun industri.
c. Manajemen Personalia atau Manajomen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah seni dan ilmu dalam
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam hal pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan terhadap sumber daya manusia secara terpadu untuk mencapai
tujuan organisasi.
d. Manajemen Keuangan adalah aktivitas dari pada fungsi manajemen untuk menyediakan segala kebutuhan
finansial yang berkaitan dengan operasional perusahaan dan organisasi.
e. Manajemen Admintstrasi/Akuntansi adalah cara mengajukan informasi mengenai administrasi atau akuntansi
sedemikian rupa sehingga dapat membantu manajemen dalam menentukan garis-garis kebijaksanaan dan
operasional sehari-hari dari pada suatu usaha.

E. BADAN USAHA.
a. Pengertian Badan Usaha.
Dari uraian di atas lebih lanjut pengertian badan usaha dengan perusahaan dapat dikemukakan di bawah ini :
1. Badan Usaha adalah suatu kesatuan yuridis ekonomis yang medirikan usaha untuk mencari keuntungan.
2. Perusahaan adalah suatu kesatuan teknis dan tempat proses untuk memproduksi barang dan jasa secara efektif
dan efisien.

b. Jenis Badan Usaha.


Ditinjau dari lapangan usahanya, badan usaha digolongkan menjadi lima jenis, yaitu :
1. Badan Usaha Ekstraktif adalah badan usaha yang kegiatannya mengambil hasil alam secara langsung,
sehingga menimbulkan manfaat tertentu. Contohnya pertambangan, perikanan laut, penebangan kayu,
pendulangan emas atau intan, dan sebagainya.
2. Badan Usaha Agraris adalah badan usaha yang kegiatannya mengolah alam sehingga dapat memberikan
manfaat yang lebih banyak. Contohnya Pertanian, perikanan darat, peternakan, perkebunan dan
sebagainya.
3. Badan Usaha Industri adalah badan usaha yang kegiataanya mengolah dari bahan mentah menjadi barang
jadi yang siap untuk dikonsumsi. Cantohnya : perusahaan tekstil, meubelair, industri logam, kerajinan
tangan, assembling dan sebagainya.
4. Badan Usaha Perdagangan adalah badan usaha yang kegiatannya menyalurkan barang dari produsen
kepada konsumen, atau kegiatan pertukaran atau jualbeli. Contoh grosir, pedagang eceran, supermarket,
perusahaan ekspor impor dan sebagainya.
5. Badan usaha Jasa adalah badan usaha yang kegiatannya bergerak dalam bidang pemberian atau pelayanan
Jasa tertentu kepada konsumen. Contoh : salon, dokter, bengkel, notaris, ansuransi, bank, akuntan dan
sebagainya.
Ditinjau dari pemilikan modal, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
100
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang modalnya milik negara, yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN bergerak disektor-sektor yang menguasai hajat hidup
orang banyak. Contoh : Perjan, Perum dan Persero.
2. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh swasta,
dapat berbentuk perseorangan maupun persekutuan. Contoh: Firma, Persekutuan Komanditer, Perseroan
Terbatas, Koperasi dan sebagainya.
3. Badan Usaha Campuran adalah badan usaha yang modalnya sebagian milik pemerintah dan sebagian
milik swasta. Contohnya PERSERO. Modal yang dimiliki oleh badan usaha ini adalah 51% atau lebih
dimiliki pemerintah dan paling banyak 49% dimiliki oleh swasta atau investor. Contoh : PT Telkom, PT
Garuda, PT BNI 1946, PT Jakarta LLoyd dan sebagainya.
4. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh
pemerintah daerah. Contoh: Bank Jateng, Bank Jabar, dan PDAM.
5. Koperasi merupakan badan usaha yang modalnya dimiliki oleh anggota di dalam menjalankan usaha,
yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan
nilai dan prinsip Koperasi.

c. Bentuk dan Fungsi Badan Usaha


Bentuk badan usaha menurut yuridis ekonomis atau menurut bentuk hukumnya dibedakan menjadi 7 macam,
yaitu :
1. Badan Usaha Perseorangan
Badan usaha perseorangan adalah suatu bentuk badan usaha yang hanya didirikan oleh seorang, modalnya
dart seorang dan ia sendiri yang memimpin dan bertanggung jawab atas segala pekerjaan dengan tujuan
untuk mendapat laba.
Kebaikan badan usaha perseorangan antara lain :
a) Organisasinya yang mudah (ease of organization), karena aktivitas relatif terbatas dan perusahaan
repatif kecil.
b) Kebebasan bergerak (freedom of action). Pemilik mempunyai kebebasan yang luas, karena setiap
keputusannya merupakan kata terakhir.
c) Keuntungan jatuh pada seorang (retention of all profits)
d) Pajaknya rendah (low tales)
e) Rahasia perusahaan lebih terjamin (secrecy), karena umunnya pengusaha sendiri yang menjalankan
tugas-tugas penting.
f) Ongkos organisasinya rendah (law organization cost).
g) Dapat mengambil keputusan dengan cepat, karena tanpa menunggu persetujuan orang lain.
h) Keuntungan yang besar akan menambah dorongan dan semaagat bagi pimpinan

Keburukan badan usaha perseorangan :


a) Tanggung jawab pimpinam tidak terbatas (unlimited liability)
b) Besarnya modal terbatas (limitazian on capital)
c) Kelangsungan hidup atau kontinuitas tidak terjamin (lack of continuity)
d) Kecakapan pimpinan yang terbatas, karena bila pimpinan tidak cakap, maka akan mengalami
kemunduran
e) Kerugian akan ditanggung sendiri
2. Badan Usaha Firma
Firma adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk mendirikan dan menjalankan suatu perusahaan di
bawah nama bersama, dan masing-masing sekutu atau anggota memiliki tanggungjawab yang sama
terhadap perusahaan. Tanggung jawab sekutu tidak terbatas sehingga tidak ada pemisahan antara
kekayaan perusahaan dengan kekayaan pribadi atau prive. Apabila perusahaan menderita kerugian, maka
seluruh kekayaan pribadinya dapat dijaminkan untuk menutup kerugian firma.
Kebaikan Firma diantaranya :
a) Kebutuhan akan modal lebih mudah terpenuhi
b) Pengelolaan perusahaan dapat dibagi-bagi sesuai dengan keahlian masing-masing sekutu
c) Setiap resiko dipikul bersama-sama sehingga dirasakan tidak terlalu berat
d) Keputusan yang diambil lebih baik karena berdasarkan pertimbangan lebih dari seorang
e) Kemampuan untuk mencari kredit lebih besar, karena lebih dipercaya pihak ketiga (bank)
Sedangkan keburukan firma antara lain :
a) Terdapat kemungkinan timbulnya perselisihan patam diantara para pemilik atau pendiri
b) Keputusan yang diambil kurang cepat, karena harus menunggu musaywarah
c) Akibat tindakan seorang anggota, akan menyebabkan terlibatnya anggota yang lain
d) Perusahaan dikatakan bubar apabila salah seorang anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia.
3. Badan Usaha Persekutuan Komanditer
Persekutuan komanditer atau CV (Commanditaire Venootschaft) adalah Persekutuan dua orang atau lebih
untuk mendirikan usaha dimana satu atau beberapa orang sebagai sekutu yang hanya menyerahkan modal
dan sekutu lainnya yang menjalankan perusahaan. Jadi dalam persekutuan komanditer dikenal dua sekutu,
yaitu :
a. Sekutu aktif atau sekutu bekerja atua sekutu komplementer, yaitu sekutu yang berhak memimpin
perusahaan
b. Sekutu pasif atau sekutu tidak bekerja atau sekutu komanditer (sleeping partner) yaitu sekutu yang
hanya menyerahkan madalnya saja.
4. Badan Usaha Perseroan Terbatas (PT)
Berdasarkan UU NOmor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Terbatas (Limited
Company) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
101
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalarn saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya. Atau suatu
persekutuan yang mamperoleh modal dengan mengeluarkan sero atau saham, dimana tiap orang dapat
memiliki satu atau lebih saham, serta bertanggungjawab sebesar modal yang diserahkan.
Mendirikan PT harus dengan akta notaris dan harus ada ijin (persetujuan dari Menteri Kehakiman dan PT
tersebut harus diumumkan dalam berita negara (Lembaran Berita Negara), sehingga PT berbentuk Badan
Hukum. Menurut Pasal 8 UU NOmor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), Dalam akte
pendiriannya harus memuat :
a. Anggaran dasar PT
Dalam Anggaran Dasar PT harus memuat sekrang-kurangnya :
1) nama dan tempat kedudukan Perseroan;
2) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
3) jangka waktu berdirinya Perseroan;
4) besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
5) jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-
hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;
6) nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
7) penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
8) tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
9) tata cara penggunann laba dan pembagian dividen.
b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri
perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan
Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi
dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;
d. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai
nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.
Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, pendiri bersama-
sama mengajukan Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri harus diajukan kepada Menteri
paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi
keterangan mengenai dokumen pendukung. Permohonan dilakukan melalui jasa teknologi informasi
sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang
memuat sekurang-kurangnya:
a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;
b. jangka waktu berdirinya Perseroan;
c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
d. jurnlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. alamat lengltap Perseroan.

Modal yang disebutkan dalam anggaran dasar Perseroan berdasarkan UU Nomor 40 tahun 2003 pasal 31,
32 dan 33 terdiri dari :
a. Modal Statuter yaitu modal yang tecantum dalam neraca PT dengan terdiri atas seluruh nilai nominal
dan merupakan modal dasar perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
b. Modal yang ditempatkan dan disetor penuh yaitu sebanyak minimal 25% dari modal statuter atau
modal dasar harus sudah terjual dan disetor ke kas Perseroan

Dalam PT ada tiga badan yang menentukan kelancaran jalannya kehidupan PT atau disebut juga sebagai
Organ Perseroan, yaitu :
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang dan/atau anggaran dasar. RUPS mempunyai kekuasaan tertinggi dalam PT. RUPS inilah
yang berhak memilih dan mengangkat serta menetapkan gaji Direksi maupun Dewan Komisaris.
b. Direksi (Direktur Utama) adalah Organ Perseroan yang benwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan , tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar. Direksi inilah yang memimpin dan bertanggungjawab atas jalannya PT.
c. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Dewan
Komisaris dipilih para pesero (biasanya pesero yang memiliki sero terbanyak).

Kebaikan Perseroan Terbatas, antara lain :


- Tanggung jawab pesero terbatas
- Kebutuhan akan pengembangan modal mudah dipenuhi
- Kontinuitas kehidupan PT lebih terjamin
- Lebih dipercaya pihak ketiga dalam hal kredit
- Efisiensi dibidang kepemimpinan
- Lebih mampu memperhatikan nasib buruh dan kanyawan.

Sedangkan keburukan Perseroan Terbatas antara lain :


- Perhatian pesero terhadap PT kurang
- Biaya dalam PT lebih besar (biaya pendirian, biaya organisasi. dan biaya pajak perseroan)
- Memimpin PT lebih sulit dari pada perusahaan bentuk lain.
102

5. Badan Usaha Koperasi.


Sesuai dengan UU nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Bab I Pasal 1, Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
6. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
maka Badan Usaha Milik Negara digolongkan ke dalam dua bentuk usaha Negara, yaitu :
a. Perusahaan Umum (PERUM) atau Public Corporation, adalah BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Contoh : Perum Husada Bakti, Perum Pegadaian, Perum Pelayaran, Perum Peruri, Perum Damri,
Perum Perhutani dan sebagainya.
Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang  dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Untuk mendukung kegiatan
dalam rangka mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perum dapat melakukan penyertaan modal
dalam badan usaha lain.
Ciri-ciri Perusahaan Umum antara lain :
1) melayani kepentingan umum .
2) umumnya bergerak dibidang jasa vital (public utility)
3) dibenarkan memupuk keuntungan
4) berstatus badan hukum
5) mempunyai nama dam kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak seperti perusahaan swasta
6) hubungan hukumnya diatus secara hubungan hukum pendata
7) modal seluruhnya dimiliki oleh negara dan kekayaan negara yang dipisahkan
8) dipimpin oleh seorang Direksi
9) pegawainya adalah pegawai perusahaan negara
10) laporan tahunan perusahaan, disampaikan kepada pemenintah

b. Perusahaan Perseroan (PERSERO) atau Public State Company, adalah BUMN yang berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima
puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan. Contoh : PT. Telkom, PT. Pos Indonesia, PT. KAI, PT. Semen Gresik, PT.
BRI, PT. Bank Mandiri, PT Danareksa, PT. Sang Hyang Seri, PT. BNI, PT. Jasa Marga, PT. Wika
dan sebagainya.
Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah :
1) menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat;
2) mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Ciri-ciri Perusahaan Perseroan antana lain :
1) memupuk keuntungan (profitability)
2) sebagai badan hukum perdata (yang berbentuk PT)
3) hubungan usahanya diatur menurut hukum perdata
4) modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan negara yang dipisahkan (dimungkinkan
joint dengan swasta nasional/asing)
5) tidak memiliki fasilitas-fasilitas negara
6) dipimpin oleh seorang Direksi
7) status pegawainya sebagai pegawai perusahaan swasta
8) peranan pemerintah sebagai pemegang saham

Berdasarkan pasal 2 UU Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, dijelaskan maksud dan tujuan BUMN
adalah :
a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan
negara pada khususnya;
b. mengejar keuntungan;
c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan
koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.
7. Badan Usaha Perusahaan Daerah.
Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan, baik
yang didirikan oleh Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten / Kota. Perusahaan daerah
bergerak di bidang usaha umum yang menguasai hajat hidup orang banyak. Contoh : PDAM, PD Sari
Petojo Solo, PD Pasar Jaya Jakarta dan sebagainya.

F. PERAN BADAN USAHA


2. Peran BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran sebagai berikut :
103
a. Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber penghasilan
negara.
b. Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yang menguasai hajat hidup
orang banyak.
c. Melayani kepentingan umum atau pelayanan kepada masyarakat.
d. Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama mencari
keuntungan, tetapi dibenarkan untuk memupuk keuntungan.
e. Merupakan salah satu stabilisator perekonomian negara.
f. Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi serta terjaminnya
prinsip-prinsip ekonomi.
3. Peran BUMS
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) memiliki peran sebagai berikut :
a. Bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan membagikan keuntungan tersebut
b. Sebagai lembaga ekonomi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan menciptaken barang dan jasa yang dibu-tuhkan oleh masyarakat
c. Sebagai salah satu dinamisator dalam kehidupan perekonomian masyarakat
d. Sebagai pengelola dan pengolah sumber daya, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia
e. Sebagai partner kerja pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Peran Koperasi
Koperasi memiliki peran sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu lembaga perekonomian masyarakat.
b. Sebagai tulang punggung perekonomian negara.
c. Sebagai dinamisator dan stabilisator perekonomian masyarakat dan negara.
d. Sebagai lembaga produktif untuk memberikan pelayanan kepada anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
e. Sebagai lembaga ekonomi untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam
masyarakat.
f. Sebagai partner kerja pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan di
bidang ekonomi dan koperasi.

G. PENGGABUNGAN BADAN USAHA.

Kombinasi badan usaha sering dibedakan menjedi dua jenis, yaitu:


a. Kombinasi vertikal adalah gabungan beberapa badan usaha yang bekerja pada tingkat yang berbeda-beda dalam
proses produksi suatu barang yang sifat produksinya berurutan. Misalnya : Untuk memproduksi kain, terdapat
beberapa badan usaha seperti petani kapas, pengangkutan kapas, pemintalan, pertenunan dan penyempurnaan
kain.
b. Kombinasi Horisontal adalah gabungan dari beberapa badan usaha yang bekerja dalam tingkat yang sama dalam
proses produksi barang atau gabungan dan beberapa badan usaha yang memproduksi atau menjual barang yang
bersifat sama. Misal : Toko Sepatu bekerjasama atau bergabung dengan Toko Sepatu yang lainnya, Produsen
Batik dengan Produsen Batik lainnya, dan sebagainya.
c. Kombinasi Paralelisasi adalah gabungan dari beberapa badan usaha yang bekerja dalam tingkat yang sama
dalam proses produksi barang atau gabungan dan beberapa badan usaha yang memproduksi atau menjual barang
yang berlainan.
Misalnya : penggabungan antara pabrik sabun cuci dengan pabrik sabun mandi, antara pabrik sikat gigi
dengan pabrik pasta gigi, dan sebagainya.

Sedangkan bentuk kerjasama atau penggabungan badan usaha diantaranya adalah


a. Kartel adalah bentuk kerjasama antara beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sama,
dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan, memperkecil kondisi persaingan dan memperluas atau
menguasai pasar.
Beberapa bentuk kartel antara lain :
1. Kartel harga yaitu kesepakatan mengenai tingkat harga dimana setiap pengusaha tidak boleh menjual
hasil produksinya dibawah harga minimum yang telah disepakati
2. Kartel syarat yaitu kesepakatan mengenai syarat – syarat yang seragam dalam hal penyerahan,
pembayaran dan pengepakan barang
3. Kartel rayon yaitu kesepakatan mengenai daerah penjualan tiap – tiap anggota kartel sehingga tidak
terjadi persaingan untuk memperebutkan daerah pemasaran
4. Kartel produksi yaitu kesepakatan mengenai jumlah maksimum hasil produksi tiap – tiap anggota dengan
tujuan pembatasan produk agar tidak terjadi produk yang melimpah yang mengakibatkan harga turun.
5. Kartel sindikat yaitu kesepakatan bahwa anggota kartel harus menyerahkan hasil produksinya kepada
badan usaha yang didirikan dengan satu harga.
6. Kartel pool yaitu kesepakatan bahwa keuntungan yang diperoleh anggota kartel dkumpulkan dalam kas
bersama kemudian dibagi sesuai perjanjian yang telah disepakati.
b. Trust adalah peleburan beberapa badan usaha menjadi sebuah perusahaan yang baru, sehingga diperoleh
kekuasaan yang besar dan monopoli.
Terdapat tiga macam bentuk Trust, yaitu :
1. Trust Vertikal, yaitu peleburan beberapa badan usaha yang memiliki usaha berurutan
2. Trust Horisontal, yaitu peleburan beberapa badan usaha yang memiliki usaha sama
3. Trust Paralel, yaitu peleburan beberapa badan usaha yang memiliki usaha berbeda
c. Holding Company adalah suatu PT yang besar yang menguasai sebagian besar sero atau saham perusahaan
104
lainnya, Secara yuridis badan usaha yang dikuasai tetap berdiri sendiri namun diatur dan dijalankan sesuai
dengan kebijakan PT yang menguasai
d. Concern
Sebenarnya consern sama halnya dengan Holding company yaitu memiliki sebagian besar saham-saham dari
beberapa badan usaha. Perbedaannya adalah bahwa holding company sering berbentuk PT, sedangkan
Concern sering dimiliki perseorangan, yaitu seorang hartawan yang mempunyai modal yang amat besar.
e. Corner dan Ring adalah penggabungan beberapa badan usaha dengan tujuan mencari keuntungan yang besan,
dengan cara menguasai penawaran barang untuk memperoleh monopoli dan menaikkan harga.
f. Syndikat adalah kerjasama sementara oleh beberapa badan usaha untuk menjual atau mengerjakan suatu
proses produksi.
g. Merger adalah penggabungan beberapa badan usaha dengan jalan meleburkan diri menjadi satu perusahaan
baru. Jadi merger identik dengan trust.
h. Joint Venture adalah penggabungan beberapa badan usaha untuk mendirikan satu bentuk usaha bersama
dengan modal bersama pula, dengan tujuan untuk menggali kekayaan alam dan mendidik tenaga ahli untuk
menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
i. Production Sharing adalah kerjasama bagi hasil antara pihak-pihak tertentu.
j. Waralaba (Franchise) adalah Sistem usaha yang tidak memakai modal sendiri, artinya untuk membuka usaha
dengan menggunakan investor lain (Franchisor)
105
BAB XVI
KOPERASI DAN KEWIRAUSAHAAN
KOMPETENSI INDIKATOR
6. Memahami manajemen, badan usaha dalam Mendeskripsikan cara pengembangan
perekonomian nasional, pengelolaan koperasi dan koperasi, koperasi sekolah atau
kewirausahaan. menghitung pembagian sisa hasil usaha
berdasarkan data.
Mendeskripsikan ciri-ciri, jiwa atau peran
wirausaha.

A. PENGEMBANGAN KOPERASI
a. Pengertian
Seperti telah dijelaskan di muka bahwa dalam UU nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Bab I Pasal 1,
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.Dalam Bab III, Pasal 4, disebutkan fungsi dan peran koperasi, antana lain:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat dan manusia
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan
koperasi sebagai sokogurunya
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
Menurut Pasal 6 UU nornor 25 tahun 1992 Bab IV, disebutkan bahwa syarat pembentukan koperasi antara lain:
a. Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang
b. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi.
Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi.. Orang-orang pembentuk
koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.
Dengan keanggotaan koperasi yang terdiri dari orang seorang dan badan hukum koperasi, maka terdapat empat
tingkatan dalam organisasi koperasi, yaitu :
1. Koperasi Primer adalah koperasi yang beranggotakan mininal 20 orang dan daerah kerjanya berada pada tingkat
kecamatan atau tingkat Desa.
2. Koperasi Pusat adalah koperasi yang anggotanya minimal 5 koperasi primer dan daerah kerjanya tingkat
Kabupaten atau Kotamadya
3. Koperasi Gabungan adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat dan daerah kerjanya berada pada
tingkat Propinsi atau daerah yang dipersemakan.
4. Koperasi Induk adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 Koperasi Gabungan dan daerah kerjanya berada pada
tingkat nasional.

b. Prinsip Koperasi
a. Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi sebagai berikut :
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2) Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
3) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5) Kemandirian.
b. Dalam mengembangkan Koperasi, maka koperasi melaksnakan pula Prinsip Koperasi sebagai berikut.
- Pendidikan Koperasi
- Kerjasama antar Koperasi

c. Pengelolaan Koperasi.
Pengelolaan koperasi sebaiknya berpedoman pada tiga sehat, yakni sehat organisasi, sehat usaha dan sehat mental.
Dalam Bab VI Pasal 21 sampai dengan pasal 40 tentang Perangkat Organisasi menurut UU nomor 25 tahun 1992,
disebutkan bahwa Perangkat organisasi koperasi terdiri dari :
1. Rapat anggota.
Rapat anggota merupakan pemegang kekuassan tertinggi dalam Koperasi. Rapat anggota menetapkan :
a) Anggaran dasar
b) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi
c) Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas
d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan
e) Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya
f) Pembagian sisa hasil usaha
g) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi
2. Pengurus (Ketua, Sekretaris dan Bendahara)
Menurut Pasal 30 UU nomor 25 tahun 1992 tentang Pengurus, disebutkan bahwa :
a) Pengurus bertugas :
- mengelola koperasi dan usahanya
- mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggsuran pendapatan dan belanja koperasi
- menyelenggarakan Rapat Anggota
- mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
106
- menyelenggarakan pembukuan keuangan dn inventaris secara tertib
- memelihara daftar buku anggota dan pengurus
b) Pengurus berwenang
- mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan
- memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan
ketentuan dalam Anggaran Dasar
- melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung
jawabnya dan Keputusan Rapat Anggota
3. Pengawas
Dalam pasal 39 UU nomor 25 tahun 1992 tentang Pengawas, ditetapkan sebagai berikut :
a) Pengawas bertugas
- melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi
- membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya
b) Pengawas berwenang
- meneliti catatan yang ada pada Koperasi
- mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
c) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga (Dekopin)

B. PENGEMBANGAN KOPERASI SEKOLAH

1. PENTINGNYA KOPERASI SEKOLAH


Koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya murid/siswa pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
sekolah-sekolah tempat pendidikan yang setaraf dengan itu. Dengan kata lain Koperasi sekolah adalah Koperasi
siswa. Menurut peraturan yang berlaku anggota koperasi harus orang yang sudah dewasa, akan tetapi koperasi
sekolah ternyata anggota-anggotanya belum dewasa. Oleh karena itu koperasi sekolah dimaksudkan untuk melatih
siswa dalam melakukan kegiatan ekonomi yang telah diijinkan dari pemerintah.

2. RUANG LINGKUP DAN LANDASAN HUKUM KOPERASI SEKOLAH


Ruang lingkup pembinaan koperasi sekolah meliputi beberapa hal, diantaranya :
a. peningkatan kesadaran berkoperasi serta langkah-langkah pembinaan dan penyuluhan untuk mengembangkan
koperasi sekolah.
b. Pembinaan fasilitas seperti ruang pemupukan modal, penyediaan kredit dengan syarat memadai untuk
pengadaan sarana, bantuan tenaga manajemen atau pengelolaan dan lain-lain
c. Peningkatan ketrampilan siswa dalam mengelola koperasi melalui latihan-latihan yang praktis, misalnya
Praktik Kerja Nyata yang berkaitan dengan pengorganisasian, yang nantinya diharapkan dapat menjadi kader
koperasi di masyarakat.
Sedangkan landasan hukum berdirinya koperasi sekolah yaitu :
a. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. 638/AKPTS/Men/1974
tentang ketentuan pokok mengenai Koperasi Sekolah
b. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0158/P/1984 dan Menteri
Koperasi nomor 51/M/KPTS/III/1984, tertanggal 22 Maret 1984
c. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5/U/1984, tentang Pendidikan Perkoperasian
d. UU No 25 tahun 1992 tentang Perkoprasian

3. CARA-CARA MENDIRIKAN KOPERASI SEKOLAH


Dalam rangka pendirian koperasi sekolah yang semula belum ada, perlu diketahui langkah-langkah untuk
mendirikannya dan hal-hal yang menyangkut pendirian koperasi sekolah tersebut.
Langkah-langkah atau Prosedur pembentukan koperasi sekolah, sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
2. Tahap pembentukan
3. Tahap Pengesahan
Apabila telah memenuhi syarat meka selambat-lambatnya dalam waktu 3 bulan dari tanggal pengajuan itu, akan
diterima surat pengakuan atau surat keputusan pengesahan dan akta pendirian koperasi sekolah dari Kantor Dinas
Koperasi
4. KEGIATAN USAHA KOPERASI SEKOLAH
1. Unit usaha pertokoan, meliputi pengadaan buku pelajaran, alat ttulis, seragam sekolah, serta
barang lain yang diperlukan siswa
2. Unit usaha simpan pinjam, yang bertujuan untuk melayani penabungan dan pinjaman uang guna
meringankan para siswa dan juga untuk menumbuhkan kegemaran menabung bagi siswa
3. Unit usaha Cafetaria (warung) sekolah, dimaksudkan untuk menampung siswa agar tidak keluar
dari lingkup sekolahan.
4. Unit usaha jasa lainnya, disesuaikan dengan perkembangan pertumbuhan kegiatan ekonomi
masyarakat, seperti foto copy, wartel, Warnet, menerima percetakan, Travel bus, bursa buku, penjahitan
pakaian seragam siswa, pengetikan dan penjilidan (Rental), pengoperasian gedung serba guna dan sebagainya.
5. MANFAAT KOPERASI SEKOLAH.
Sebagaimana tujuan koperasi yaitu untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,
maka Koperasi sekolah sangat bermanfaat bagi anggotanya, antara alain :
1. Dapat menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah
2. Dapat mendidik siswa untuk mandiri atau mampu mengurus dirinya sendiri
3. Dapat berlatih menjadi wiraswastawan di bidang perkoperasian
4. Membimbing para siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam menyelanggarakan koperasi sekolah
5. Dapat menanamkan disiplin, rasa tanggung jawab, setia kawan, dan gotong royong.
107

C. PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA

1. Pengertian dan cara menghitung pembangian SHU


Pendapatan koperasi selama satu tahun buku setelah dikurangi biaya-biaya disebut Sisa Hasil Usaha (SHU) Sisa
Hasil Usaha Koperasi dibagi sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang dan anggaran dasar koperasi.
Berdasarkan Pasal 45 UU Nomor 25 tahun 1992 tentang SHU, maka SHU yang diperoleh koperasi dibagi sesuai
dengan Anggaran Dasar Koperasi, yaitu :
SHU DARI ANGGOTA SHU DARI BUKAN ANGGOTA
1 Daba cadangan 1 Dana Cadangan
Anggota sebanding dengan jasa dan
2 2 Dana Pengurus
usaha
3 Dana Pengurus 3 Dana Pegawai / Karyawan
4 Dana pegawai / karyawan 4 Dana Pendidikan Koperasi
5 Dana Pendidikan Koperasi 5 Dana Sosial
6 Dana Sosial 6 Dana Pembangunan Daerah kerja
7 Dana Pembanguan Daerah kerja
Contoh :
Pada tahun 2012 koperasi “TERBIT” Solo memperoleh laba bersih Rp.17.500.000,00
Jumlah tersebut diperoleh dari :
Anggota Rp.15.000.000,00
Bukan anggota Rp. 2.500.000,00
Rp.17.500.000,00

Dalam anggaran dasar koperasi ditetapkan tentang pembagian sisa hasil usaha seperti berikut :

Sisa Hasil Usaha dari


Sisa Hasil Usaha dibagi untuk
Anggota Bukan Anggota
1. Bagian anggota :
1.1. Jasa Modal 25%
1.2. Jasa penjualan 25%
50%
2. Cadangan koperasi 20% 50%
3. Dana pengurus 10% 15%
4. Dana pendidikan 5% 10%
5. Dana pengembangan Daerah bekerja 5% 10%
6. Dana pegawai / karyawan 5% 10%
7. Dana sosial 5% 5%
100% 100%

Berdasarkan data atau keterangan di atas saudara diminta menyusun pembagian Sisa Hasil Usaha

Jawab :
Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi
Sisa Hasil Usaha dari
Sisa Hasil Usaha dibagi untuk
Anggota Bukan Anggota Total
1. Bagian anggota :
1.1. Jasa Modal Rp. 3.750.000,00 Rp. 3.750.000,00
1.2. Jasa penjualan Rp. 3.750.000,00 Rp. 3.750.000,00
Rp. 7.500.000,00 Rp. 7.500.000,00
2. Cadangan koperasi Rp. 3.000.000,00 Rp.1.250.000,00 Rp. 4.250.000,00
3. Dana pengurus Rp. 1.500.000,00 Rp. 375.000,00 Rp. 1.875.000,00
4. Dana pendidikan Rp. 750.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 1.000.000,00
5. Dana pembangunan Daerah kerja Rp. 750.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 1.000.000,00
6. Dana pegawai / karyawan Rp. 750.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 1.000.000,00
7. Dana sosial Rp. 750.000,00 Rp. 125.000,00 Rp. 875.000,00
Rp.15.000.000,00 Rp.2.500.000,00 Rp.17.500.000,00

2. Jasa Modal dan Jasa Anggota


a. Jasa Modal atau Jasa Simpanan
Yaitu jumlah bagian Sisa Hasil Usaha yang diterima anggota imbalan modalnya dalam koperasi
Perhitungannya :

Simpanan anggota ybs


Bagian anggota = Total simpanan anggota x Jasa
Contoh :
108
Anis adalah seorang anggota koperasi, modal Anis berupa : Simpanan pokok Rp.100.000,00, Simpanan wajib
Rp.150.000,00 dan Simpanan sukarela Rp.150.000,00
Apabila jumlah simpanan anggota Rp.4.000.000,00, hitunglah bagian jasa modal yang diterima Anis !
Jawab :
Rp . 250.000,00
Bagian anggota = Rp . 4.000.000,00
x Rp.3.750.000,00
= Rp.234.375,00
b. Jasa penjualan atau Jasa Anggota
Yaitu bagian SHU yang diterima anggota karena jasanya membeli dari koperasi sehingga koperasi itu
memperoleh laba
Penjualan kepada anggota ybs
Bagian anggota = Total penjualan kepada anggota x Jasa penjualan

Contoh :
Anggota koperasi yaitu Anis membeli dari koperasi Rp.1.000.000,00 dan total pembelian anggota dari koperasi
Rp.10.000.000,00 serta jasa penjualan sebesar Rp. 3.750.000,00. Hitunglah bagian jasa penjualan yang diterima
Anis !
Jawab :
Rp . 1.000.000,00
Bagian anggota = Rp . 10.000.000,00 x Rp 3.750.000,00
= Rp.375.000,00
Jadi seorang angota koperasi akan memperoleh pembagian SHU sebagai berikut :
1. Memperoleh jasa simpanan atau jasa modal
2.
2. Memperoleh jasa simpanan atau jasa modal, dan jasa penjualan / jasa anggota

D. KEWIRAUSAHAAN.
a. Pengertian wirausaha dan manfaat Wirausaha.
Kewirausahaan berasal dari kata ’wira’ yang berarti berani, utama, teladan, berbudi luhur. Dan ’usaha’ yang
berarti upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jadi wirausaha dapat diartikan suatu keberanian untuk
berupaya memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian definisi Kewirausahaan dapat dikemukakan sebagai suatu keberanian untuk melakukan upaya-
upaya memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang, atas dasar kemampuan dan keberanian yang
dimilikinya dengan cara memanfaatkan segala potensi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya
maupun bagi orang lain.
b. Peranan Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Menurut J Schumpeter menekankan pentingnya peranan wirausahawan dalam kegiatan ekonomi suatu negara,
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena para pengusaha merupakan golongan yang akan
terus menerus membuat perbaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi
memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggikan efisiensi dalam memproduksi suatu barang, memperluas
pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, dan
mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi efisiensi.
c. Ciri-ciri wirausaha.
1. Mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dalam menjalankan usahanya, untuk mengejar keuntungan
yang merupakan imbalan dari karyanya
2. Mempunyai daya kreasi, imajinasi dan kemampuan yang sangat tinggi untuk menyesuaikan diri dengan
kaadaan.
3. Mempunyai semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
4. Selalu mengutamakan efisiensi dan penghematan biaya
5. Mempunyai kemampuan untuk menarik bawahan dan partner usaha yang mempunyai kemampuan tinggi
6. Mempunysi cara analisis yang tepat, sistematis dan metodologis
7. Tidak konsumtif, selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh, baik untuk memperluan usaha
yang sudah ada atau menanamkannya pada usaha-usaha yang baru
8. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menilai kesempatan yang ada, dalam membawa teknik-teknik
baru dalam mengorganiseasi usaha-usahanya secara efektif dan efisien.
Sedangkan Menurut pendapat Bygrave, ciri-ciri atau karakteristik wirausahawan dikenal dengan istilah 10 D,
diantaranya : Dream (Visi ke depan), Decisiveness (Keputusan dengan cepat), Doers (Melaksanakan keputusan),
Determination (Penentuan / Kebulatan tekad), Dedication (Pengabdian), Devotion (Mencintai pekerjaan), Details
(Dapat memerinci), Destiny (Bertanggung jawab atas nasib usahanya), Dollars (Kekayaan) dan Distribute
(Membagi-bagi)

d. Sektor-sektor/bidang usaha yang bisa dimasuki.


1. Sektor ekonomi Formal adalah kegiatan-kegiatan usaha yang dikelola sedemikian rupa, sehingga kegiatannya
bersifat tetap atau menjadi tumpukan harapan pengelola
2. Sektor Ekonomi Informal adalah kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat sampingan dan biasanya tidak
berbentuk perusahaan serta biasanya berbentuk home industri (industri rumah tangga)
e. Konsep Wirausahawan profesional.
Seorang wirausahawan harus dapat menekuni setiap usahanya secara profesional, sehingga usaha yang didirikan
dapat berkembang dengan baik dan dapat menguntungkan semua pihak. Dan seorang wirausahawan haruslah
109
mampu melihat ke depan, melihat ke depan bukanlah melamun kosong, tetapi melihat, berfikir dengan penuh
perhitungan mencari pilihan berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Untuk itu diperlukan sorang
wirausahawan yang handal dan profesional, diantaranya memiliki konsep sebagai berikut :
a. Mengenal sangat dalam terhadap produknya f. Ramah dalam pelayanan
b. Yakin dan percaya terhadap produknya g. Santun dalam penampilan
c. Tidak berdebat dengan calon pelanggan h. Menciptakan transaksi
d. Memiliki jiwa antusias i. Memenuhi kebutuhan pelanggan
e. Komunikatif dalam negosiasi j. Jujur, berani dan mempunyai keberanian
Wirausahawan yang baik tidak membiarkan dirinya direncanakan oleh pihak lain, melainkan merencanakan
pengembangan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai