BAB I
INTI MASALAH EKONOMI, KEBUTUHAN,
KELANGKAAN DAN SISTEM EKONOMI
KOMPETENSI INDIKATOR
1. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya Mendeskripsikan kebutuhan manusia,
dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan sistem kelangkaan, atau masalah pokok ekonomi
ekonomi, konsep ekonomi dalam kaitannya dengan
Mendeskripsikan biaya peluang (hilangnya
kegiatan ekonomi konsumen dan produsen,
kesempatan pada tenaga kerja) atau sistem
permintaan, penawaran, harga keseimbangan, dan
ekonomi.
pasar.
B. KEBUTUHAN
1. Kebutuhan menurut insteSnsitasnya, dibedakan menjadi : Kebutuhan primer, Kebutuhan sekunder dan
Kebutuhan tersier
2. Kebutuhan menurut sifatnya, dibedakan menjadi ; Kebutuhan jasmani dan Kebutuhan rokhani
3. Kebutuhan menurut waktu penggunaannya, dibedakan menjadi : Kebutuhan sekarang dan Kebutuhan mendatang
4. Kebutuhan menurut subyeknya atau konsumennya, dibedakan menjadi ; Kebutuhan perseorangan (individu) dan
Kebutuhan masyarakat (sosial)
C. KELANGKAAN
Keadaan timpang antara kebutuhan manusia tidak terbatas, dihadapkan pada sarana atau alat yang terbatas
dinamakan kelangkaan (scarcity).
Barang dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya:
a. Menurut sifatnya, barang dibedakan menjadi : Barang ekonomi dan Barang bebas
b. Menurut fungsinya (tujuan penggunaannnya), barang dibedakan menjadi : Barang konsumsi dan Barang
produksi/barang modal
c. Menurut wujudnya, barang dibedakan menjadi : Barang konkrit/nyata/material dan Barang abstrak/immaterial
d. Menurut cara penggunaannya, barang dibedakan menjadi : Barang substitusi dan Barang komplementer
e. Menurut pengerjaannya, barang dapat dibedakan menjadi : Barang mentah/bahan mentah, Barang setengah
jadi dan Barang jadi
Menurut AL Meyers jenis-jenis kegunaan barang atau benda sebagai berikut :
a. Element Utility (faedah elemen)
b. Time Utility (faedah waktu)
c. Place utility (faedah tempat)
d. Form Utility (faedah bentuk)
e. Ownership utility (faedah hal milik)
Contoh barang giffen adalah Pakaian yang dijual oleh penjual pakaian bekas, apabila harga pakaian bekas
tersebut rendah/ turun permintaan akan barang tersebut turun juga karena asumsi di masyarakat dengan harga
yang rendah berarti mutu pakaian tersebut juga rendah dan sebaliknya apabila harganya naik/ tinggi berarti mutu
dari pakaian bekas tersebut juga tinggi / baik sehingga permintaan dari konsumen juga tinggi.
c. Barang superior : Barang yang bermutu tinggi, jika pendapatan naik permintaannya bertambah dan jika
pendapatan turu permintaannya berkurang
Laba-Rugi Akuntansi (Accounting Profit) adalah selisih antara seluruh pendapatan perusahaan (jumlah
pendapatan yang diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil penjualan output) dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan perusahaan (biaya usaha dan biaya di luar usaha yang merupakan biaya eksplisit).
Keuntungan Akuntansi = Pendapatan Total – Biaya total atau Biaya Eksplisit
Laba-Rugi Ekonomi (Economic Profit) adalah selisih antara pendapatan total (pendapatan usaha dan
pendapatan di luar usaha) dengan biaya sesungguhnya (biaya implisit dan biaya eksplisit)
Keuntungan Ekonomi = Pendapatan Total – Biaya Sesungguhnya
Contoh 1 :
Seorang lulusan SMA diterima di UGM. Yang bersangkutan juga sudah diterima untuk bekerja penuh waktu (full
time) di Toko A dengan gaji Rp 3.000.000,00 per bulan, di pabrik B dengan gaji Rp 3.250.000,00 per bulan, dan di
kantor C dengan gaji Rp 3.500.000,00 per bulan. Jika yang bersangkutan memutuskan untuk kuliah dan bukan
bekerja, maka biaya oportunitasnya sebesar Rp 3.500.000,00 perbulan
Contoh 2 :
Perusahaan melakukan pengambilan keputusan mengganti atau tetap memakai mesin yang sekarang digunakan. Jika
biaya operasi mesin lama Rp 100.000,00 perbulan, sedangkan biaya operasi mesin baru Rp 75.000,00 perbulan, maka
penghematan biaya Rp 25.000,00 perbulan tersebut merupakan biaya peluang atau biaya kesempatan bagi alternatif
biaya menggunakan mesin lama.
Contoh 3 :
Tn. Amir seorang karyawan perusahaan swasta di kota "Y" memperoleh gaji Rp 3.000.000,00 per bulan. Karena ingin
memiliki usaha sendiri dia berhenti dari perusahaan tempat bekerja dan mendirikan industri batu bata. Pendapatan dari
industri batu bata 1 bulan Rp 5.000.000,00, beli bahan Rp 1.500.000,00, upah karyawan Rp 2.000.000,00 dan biaya
lain-lain Rp 750.000,00. Berdasarkan contoh tersebut maka dapat ditentukan hal-hal berikut ini :
a. Biaya peluang / Biaya implicit sebesar Rp 3.000.000,00
b. Biaya eksplisit = Rp 1.500.000,00 + Rp 2.000.000,00 + Rp
750.000,00
= Rp 4.250.000,00
c. Biaya sesungguhnya = Rp 3.000.000,00 + Rp 4.250.000,00
= Rp 7.250.000,00
d. Laba-Rugi akuntansi = Rp 5.000.000,00 – Rp 4.250.000,00
Laba Akuntansi = Rp 750.000,00
e. Laba-Rugi ekonomi = Rp 5.000.000,00 – Rp 7.250.000,00
Rugi Ekonomi = Rp 2.250.000,00
E. METODE EKONOMI
1. Metode Induksi : Metode yang bermula dari kenyataan/fakta yang ada ,di masyarakat, dianalisa kemudian dibuat
kesimpulan ekonomi
2. Metode Deduksi : Metode yang bermula dari teori-teori / dalil-dalil umum yang telah ada lalu dianalisa kemudian
dibuat kesimpulan ekonomi.
3. Metode Sintesa : Metode yang menggunakan kenyataan dan teori secara bersama-sama untuk membuat
kesimpulan ekonomi.
G. HUKUM EKONOMI
Hukum ekonomi adalah hubungan / pertalian antara dua variabel ekonomi yang saling berkaitan.
Contoh : Hukum permintaan, hukum penawaraan, hukum Gresham, dan lain-lain
Ciri-ciri Hukum Ekonomi:
3
Hukum ekonomi berlaku jika keadaan yang lain tetap (Ceteris Paribus), dan keadaan tersebut adalah:
a. Pendapatan konsumen tetap
b. Selera konsumen tetap
c. Harga barang lain tetap
d. Praduga tentang harga tetap
e. Tidak ada barang pengganti /substitusi
Hubungan dalam hukum ekonomi ada dua macam, yaitu:
1. Hubungan Kausal (sebab akibat)
Adalah hubungan yang menerangkan bahwa perubahan suatu variabel akan menyebabkan perubahan variabel
yang lain (hubungan ini bersifat searah)
2. Hubungan Fungsional / Interdependence (saling mempengaruhi)
Adalah perubahan variabel ekonomi dimana perubahan suatu variabel ekonomi akan menyebabkan perubahan
variabel ekonomi yang lain, dan sebaliknya (hubungan ini berlaku secara timbal balik)
H. SISTEM EKONOMI
a. Sistem ekonomi tradisional
Masyarakat yang mempunyai sistem ekonomi tradisional adalah masyarakat yang belum ada pembagian kerja,
cara mendapatkan barang dengan “barter” (natura), belum mengenal uang sebagai alat pembayaran, produksi dan
distribusi terbentuk karena tradisi dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri/masyarakat.
Ciri-ciri Kebaikan Keburukan
1. Belum ada 1. Setiap masyarakat 1. Tidak ada kerjasama
pembagian kerja termotivasi untuk antar individu atau
2. Pertukaran dengan menjadi produsen masyarakat
sistem barter 2. Produksi tidak 2. Sulit
3. Jenis produksi ditujukan untuk mencari mempertemukan kedua
ditentukan sesuai dengan keuntungan belah pihak yang saling
kebutuhan 3. Dengan sistem membutuhkan
4. Hubungan pertukaran barter, 3. Jenis dan jumlah
masyarakat bersifat masyarakat cenderung barang yang diproduksi
kekeluargaan bertindak jujur sering tidak mencukupi
5. Bertumpu pada kebutuhan
sektor agraris 4. Sulit menetapkan
6. Keadaan ukuran dari barang yang
masyarakatnya masih dipertukarkan
statis, tradisional dan
msikin
Sedangkan ciri negatif dalam sistem perekonomian Indonesia yang harus dihindarkan diantaranya :
a. Sistem. free fight liberalism, yakni yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain.
b. Sistem etatisme, yakni negara serta aparatur ekonomi bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi dan
daya kreasi unit ekonomi di luar sektor negara
c. Monopoli, yakni pemusatan kekuasaan ekonomi pada satu kelompok.
5
BAB II
PERILAKU KONSUMEN DAN PERILAKU PRODUSEN
KOMPETENSI INDIKATOR
1.Memahami permasalahan ekonomi dalam Mendeskripsikan pola perilaku konsumen
kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dalam mencapai kepuasan maksimal dan pola
dan sistem ekonomi, konsep ekonomi dalam perilaku produsen dalam mencapai laba/ output
kaitannya dengan kegiatan ekonomi konsumen dan maksimal, atau peran konsumen dan produsen
produsen, permintaan, penawaran, harga
keseimbangan, dan pasar. Mendeskripsikan pelaku ekonomi atau
interaksinya dalam suatu perekonomian
(circular flow diagram)
4. Produktivitas
Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut :
1. Secara Ektensif yaitu menambah jumlah faktor produksinya.
6
2. Secara Intensif yaitu meningkatkan produktivitas setiap faktor produksi atau memaksimalkan faktor produksi
yang sudah ada.
3. Rasionalisasi yaitu mengeluarkan kebijaksanaan yang rasional yang mengarah pada efisiensi produksi agar
produktivitas optimal.
Rasionalisasi dapat ditempuh dengan jalan :
1. Mekanisasi Yaitu mengganti alat-alat produksi dengan mesin-mesin/ alat-alat yang serba modern.
2. Standardisasi yaitu dilakukan dengan membuat suatu standar/ ukuran dalam hal mutu, bentuk, ukuran dan
lain-lain terhadap suatu produk tertentu.
3. Spesialisasi/ pembagian kerja.
4. Menempatkan pekerja pada tempat yang sebenarnya (the right man on the right place)
300 A
PPC
100 B
Dari Gambar tersebut, sepanjang kurva PPC jumlah produksi maksimumya itu 1.000 unit dengan asumsi
sebagai berikut.
a. Jika suatu negara memilih kombinasi di titik A, artinya ia memilih kombinasi maksimum 1.000 unit yang
terdiri atas 300 unit barang Y dan barang X sebanyak 700 unit.
b. Jika ia memilih kombinasi di titik B berarti ia memilih kombinasi maksimum yang terdiri atas barang Y
sebesar 100 unit dan barang X sebesar 900 unit (sepanjang garis PPC kombinasinya maksimum 1.000
unit).
c. Menggesernya kurva PPC kekanan (menjauhi sumbu nol) berarti perekonomian mengalami pertumbuhan. Hal
ini bisa terjadi apabila pertumbuhan ekonomi diukur denganjumlah hasil produksi
RTP 5
RTK
4
1 a. Faktor Produksi
Pasar Input
7
Keterangan :
1. Aliran arus barang
a. RTK menawarkan Faktor produksi kepada RTP
b. RTP Menghasilkan barang / jasa untuk dijual kepada RTK
2. Aliran arus uang
a. Uang hasil penjualan barang / jasa
b. Uang untuk membeli atau membayar faktor produksi (sewa, upah, bunga dan laba)
3. Pasar hasil produksi / Pasar output
4. Pasar Faktor Produksi / Pasar Input
5. Hubungan antara RTP dengan RTK
2. Arus Kegiatan Ekonomi antara RTK, RTP, Pemerintah dan masyarakat luar negeri
Hubungan antara pelaku ekonomi dinyatakan dalam arus barang dan arus uang yang bertemu di pasar, maka arus
kegiatan ekonomi masyarakat dalam digambarkan dalam bentuk bagan berbentuk melingkar yang disebut circular
flow diagram berikut.
a. Peran Konsumen
1. Sebagai pemakai barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen
2. Sebagai penyedia faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja,
modal dan pengusaha)
3. Dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam rangka
melindungi konsumen
4. Memperlancar peredaran atau perputaran barang dan jasa
5. Dapat menaikkan harga faktor-faktor produksi, artinya dapat
menaikkan harga sewa, upah, bunga dan laba
b. Peran Produsen
1. Sebagai penghasil barang atau jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
2. Sebagai pemakai atau pengguna faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh konsumen
3. Dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam rangka meingkatkan produksinya
4. Memperlancar penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen
5. Dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga akan meningkatkan
kemakmuran bangsa
6. Sebagai pihak yang dapat meingkatkan inovasi-inovasi di bidang produksi barang atau
jasa
7. Melakukan pembayaran faktor-faktor produksi sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
1. UTILITAS KARDINAL
8
Utilitas Kardinal atau Kegunaan Kardinal adalah kepuasan absolut / mutlak yang diperoleh konsumen dari
mengkonsumsi suatu produk. Dan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan
secara kuantitatif, bisa dengan angka, uang atau menggunakan satuan lainnya.
Teori utilitas kardinal dikemukakan oleh tokoh dari aliran Austria yaitu Herman Henrich Gossen (1854), Stanley
Jevons (1871) dan Leon Walras (1894).
Dalam teori nilau guna (utilitas) kardinal, dapat dibedakan diantara dua pengertian, yaitu :
a. Nilai Guna Total atau Total Utility artinya jumlah
seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
b. Nilai Guna Marjinal atau Marginal Utility artinya
pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat perubahan penggunaan satu unit barang tertentu.
Atau dengan kata lain Marginal Utility adalah tambahan kepuasan karena bertambahnya mengkonsumsi satu
unit barang. Jadi Marginal Utility dapat dihitung dengan rumus :
∆ TU Atau
MU =
∆ X MU = TU’
Contoh 1 :
Berikut adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang dapat dikonsumsi oleh Konsumen
A dan tambahan kepuasan dari mengonsumsi barang tersebut.
Konsumsi Konsumsi
MUx MUy
Barang X Barang Y
1 40 1 36
2 36 2 34
3 32 3 32
4 28 4 30
5 24 5 28
6 20 6 26
7 16 7 24
8 12 8 22
Berapakah banyaknya barang X dan barang Y yang dikonsumsi agar kepuasan maksimal dapat dicapai, apabila
diketahui harga barang X adalah Rp 1.000,00 dan harga barang Y adalah Rp 1.000,00 serta pendapatan konsumen
A sebesar Rp 12.000,00?
Jawab :
MUx MUy
Untuk memenuhi kepuasan maksimal dipenuhi syarat : =
Px Py
Karena Px = Py, maka dilihat pada tabel yang besarnya MUx = MUy, dan kombinasi yang memungkinkan
adalah :
MUx Muy Batas anggaran (B = Px.X + Keterangan
Py.Y)
36 36 12.000 = 1.000(2) + 1.000(1) Masih terdapat sisa anggaran
32 32 12.000 = 1.000(3) + 1.000(3) Masih terdapat sisa anggaran
28 28 12.000 = 1.000(4) + 1.000(5) Masih terdapat sisa anggaran
24 24 12.000 = 1.000(5) + 1.000(7) Kepuasan Maksimal
Jadi kepuasan maksimal pada saat mengkonsumsi barang X sebanyak 5 dengan Total kepuasan 160 (40 + 36 + 32
+ 28 + 24) dan barang Y sebanyak 7 dengan Total kepuasan 210 (36 + 34 + 32 + 30 + 28 + 26 + 24).
Contoh 2 :
9
Andaikan kepuasan total seorang konsumen dari mengkonsumsi barang X dan barang Y dirumuskan oleh
persamaan TU = X3 Y2. Jika konsumen tersebut menyediakan anggaran sebesar Rp 4.000,00 untuk membeli
barang X dan barang Y, sedangkan harga barang X dan harga barang Y masing-masing sebesar Rp 150,00 dan Rp
200,00 per unit.
Hitunglah :
a. Besarnya barang X dan barang Y yang seharusnya ia beli agar kepuasannya maksimum
b. Besarnya kepuasan maksimumnya.
Jawab :
Diketahui :
- Budget Income (uang yang dimiliki) Rp 4.000,00
- Px = Rp 150,00 dan Py = Rp 200,00
- TU = X3 Y2
a. Perhitungan Besarnya barang X dan Y yang dikonsumsi agar kepuasannya maksimum.
Jika TU = X3 Y2, maka MUx = TU’x = 3X2 Y2 dan MUy = TU’y = 2X3 Y
Kepuasan maksimum :
MU x MU y
=
Px Py
3 X Y 2 X3 Y
2 2
=
150 200
3 X2 Y2 150
=
2 X3 Y 200
150
1,5 X-1 Y =
200
1,5 Y 150
=
X 200
300 Y = 150 X
Y = 0,5 X
Budget Income = Px.X + Py.Y
4.000 = 150 X + 200 (0,5 X)
4.000 = 150 X + 100 X
250 X = 4.000
X = 16 dan Y = 8
Jadi, kombinasi barang yang dikonsumsi untuk barang X = 16 unit dan barang Y = 8 unit.
2. UTILITAS ORDINAL
Utilitas Ordinal atau Kegunaan Ordinal adalah kepuasan yang diperoleh seorang konsumen dari penggunaan
sebuah produk yang diukur dengan suatu sekala relatif. Dan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat
dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi.
Teori utilitas Ordinal dikemukakan oleh JR Hicks dan RJ Allen (1934).
Menurut Pendekatan Utilitas Ordinal ini tingkat kepuasan seseorang dari mengkonsumsi barang atau jasa tidak
dapat dihitung dengan uang atau angka atau satuan lainnya tetapi dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah,
Ciri-ciri Pendekatan Ordinal:
1. Konsumen mempunyai pendapat tertentu yang berbeda-beda.
2. Kepuasaan maksimum dari barang-barang yang dikonsumsi selalu diusahakan konsumen.
3. Kepuasan konsumen atas suatu barang hanya dapat dibandingkan
4. Kepuasan konsumen tidak perlu diukur dan cukup untuk diketahui
5. Pola preferensi konsumen akan barang-barang konsumsi dinyatakan dalam peta/kurva indeferensi.
6. Kurva indeferensi yang semakin jauh dari titik nol menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Untuk menganalisis nilai guna tersebut digunakan beberapa analisis yaitu :
a. Kurva Indifferen (Indifference Curve)
Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumen antara dua macam barang, yang
memberikan tingkat kepuasan sama bagi konsumen. Kurva indiferen memiliki beberapa cirri atau sifat
antara lain:
a. kurva indiferen mempunyai kemiringan (slope) negative artinya miring dari kiri atas ke kanan bawah
b. kurva indiferen yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi
c. kurva indiferen tidak pernah saling berpotongan dengan kurva indiferen yang lain
d. kurva indiferen cembung ke titik asal atau titik origin (titik 0)
10
Perhatikan kurva indiference berikut ini :
Y
A
IC 3
E IC 2
IC 1
0 B X
Keterangan :
OX : jumlah konsumsi barang X
OY : jumlah konsumsi barang Y
AB : garis pendapatan (budget line) atau garis anggaran
IC 1 : kurva yang belum menunjukkan kepuasan optimum, karena masih ada sisa anggaaran
IC 2 : tingkat kepuasan konsumen (titik E) atau kurva keseimbangan konsumen
Kepuasan optimum konsumen bila seluruh anggaran yang dimiliki dapat dipakai untuk membeli barang
IC 3 : kurva yang semakin menunjukkan kepuasan optimum, tetapi anggaran tidak cukup
Sedangkan Marginal Rate of Substitution (Nilai tambahan barang pengganti) adalah berapa banyak
barang Y yang harus dkorbankan untuk menambah satu unit barang X demi menjaga tingkat
kepuasan yang sama. Sebagai contoh MRSxy = 2, berarti konsumen akan menyerahkan 2 unit barang Y
untuk mendapatkan 1 unit tambahan dari barang X.
100
50 Garis anggaran
250 0 500
Barang X (Pepsi)
Pengaruh/Efek Perubahan Pendapatan dan Harga pada Garis Anggaran
1) Perubahan Pendapatan
Perubahan pendapatan (asumsi harga barang tidak berubah) mengakibatkan garis anggaran bergeser
sejajar dari garis semula dan tidak mengubah kemiringannya.
Grafiknya :
Y Keterangan :
F B D X
Konsumsi barang X
2) Perubahan Harga
Perubahan harga pada suatu barang (asumsi pendapatan tidak berubah) mengakibatkan garis anggaran
bergeser dengan cara berotasi.
Grafiknya :
Y Keterangan :
A
AB : Garis anggaran semula
Konsumsi
Barang Y
AC : Garis anggaran setelah adanya
A
Keterangan :
AB : Garis anggaran
Y2 E
AC : Garis anggaran setelah harga
Y1 F
G H X naik menjadi X1
Y
AD : Garis anggaran setelah harga
0 X2 X1 DCXB
X naik lagi menjadi X2
Kurva Pendapatan Konsumen (income consumption curve) adalah kurva yang menggambarkan pengaruh
perubahan pendapatan dengan perubahan garis anggaran konsumen. Jika pendapatan konsumen bertambah,
maka garis anggaran konsumen akan bergeser sejajar ke arah kanan. Dan jika pendapatan konsumen
berkurang, maka garis anggaran akan bergeser sejajar ke arah kiri.
Gambar kurva pendapatan konsumen :
Y
Keterangan :
B1
AB : Garis anggaran
E
A1B1 : Garis anggaran setelah pendapatan
B bertambah
D
E : Kurva pendapatan konsumen
0 X X1 A A1 X
e. Kurva Engel
Kurva Engel adalah kurva yang menunjukkan kuantitas dari salah satu barang yang dibeli atau dikonsumsi
dengan pendapatan konsumen. Hubungan antara pendapatan dengan konsumsi adalah berbanding terbalik
seperti yang dikemukakan oleh sarjana ekonomi Jerman bernama “ENGEL” yang terkenal dengan HUKUM
ENGEL, berbunyi :“Semakin besar pendapatan, semakin kecil bagian pendapatan yang digunakan untuk
konsumsi, dan sebaliknya”
12
Kurva Engel untuk barang inferior (barang bermutu rendah) berbanding terbalik atau melereng dari kiri
atas ke kanan bawah. Dan Kurva Engel untuk barang Superior (barang bermutu tinggi) berbanding lurus
atau melereng dari kiri bawah ke kanan atas
Gambar Kurva Engel sebagai berikut :
Pendapatan (B)
Kurva Engel
B1
X
0 X X1 Barang yang dikonsumsi
f. Efek Penggantian dan Efek Pendapatan
Hubungan antara teori nilai guna dan teori permintaan individu dapat dikemukakan bahwa kalau harga naik
permintaan berkurang dan kalau harga turun permintaan bertambah (ceteris paribus), dapat juga dijelaskan
dengan menganalisis dua faktor, yaitu Efek Penggantian dan Efek Pendapatan :
1) Konsumen lebih banyak mengkonsumsi suatu barang dan mengurangi konsumsi barang yang lain (efek
substitusi/penggantian)
2) Penurunan harga menambah pendapatan riil konsumen dan kenaikan pendapatan riil konsumen akan
menambah konsumsi berbagai barang (efek pendapatan)
Jadi Kurva permintaan individu suatu barang diturunkan dari kurva harga konsumen (Price consumption
curve). Sedangkan kurva Engel suatu barang dapat diperoleh dengan cara menurunkan dari Kurva pendapatan
konsumen (income consumption curve)
Misal :Gabungan / kombinasi Faktor produksi Tenaga Kerja dan Modal untuk menghasilkan 1000 unit
produksi sebagai berikut :
Kombinasi Tenaga kerja Modal
A 1 6
B 2 3
C 3 2
D 6 1
c. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan produsenadalah pencapaian produksi yang maksimum dengan meminimumkan biaya produksi
pada kombinasi faktor produksi Modal dan Tenaga kerja.Keseimbangan produsen dicapai pada saat
kemiringan garis anggaran produsen/isocost sama atau bersinggungan dengan kurva isoquant
(produksi sama).
14
BAB III
PERMINTAAN, PENAWARAN, HARGA KESEIMBANGAN
DAN PASAR
KOMPETENSI INDIKATOR
1. Siswa mampu memahami permasalahan ekonomi Mendeskripsikan permintaan dan penawaran
dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, atau harga dan jumlah keseimbangan dengan
kelangkaan dan sistem ekonomi, konsep ekonomi tabel, grafik, atau perhitungan matematika.
dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi Mendeskripsikan pasar barang (pasar output)
konsumen dan produsen, konsep ekonomi dalam atau pasar faktor produksi (pasar input).
kaitannya dengan permintaan, penawaran, harga
keseimbangan, dan pasar.
Ada tiga macam barang dimana kurva permintaan yang menurun tidak berlaku, yaitu;
a. Barang giffen adalah barang inferior (barang bermutu rendah) yang efek pendapatannya lebih besar dari pada
efek substitusinya
b. Barang spekulasi adalah bila konsumen berhadap bahwa harga barang di masa mendatang akan mengalami
kenaikan, maka kenaikan harga sekarang justru diikuti dengan kenaikan permintaan
c. Barang prestise adalah kesediaan konsumen untuk membayar barang dengan harga yang lebih tinggi, karena
unsur prestise, misal pakaian bekas milik orang kenamaan, permataan bekas orang terkenal dan sebagainya.
Sedangkan jenis-jenis Permintaan konsumen terhadap barang dan jasa dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu
permintaan efektif, absolut, dan potensial. Ketiganya dijelaskan satu per satu berikut.
a. Permintaan Efektif (Effective Demand) adalah permintaan terhadap barang atau jasa yang dilakukan
disertai dengan daya beli yang dimiliki atau kemampuan untuk membeli
b. Permintaan Absolut (Absolute Demand) adalah permintaan yang tidak didukung oleh daya beli, tetapi
lebih merupakan angan-angan. Setiap orang dapat dipastikan mempunyai permintaan absolut.
c. Permintaan Potensial (Potential Demand) adalah permintaan yang didukung daya beli, tetapi belum
dilaksanakan.
B. KESEIMBANGAN PASAR
Keseimbangan pasar (Price Equillibrium) adalah harga yang terjadi apabila jumlah barang yang diminta sama
dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Rumus keseimbangan pasar adalah sebagai berikut.
15
Pd = Ps atau Qd = Qs
Keterangan :
Pd = P untuk fungsi permintaan Qd = Q untuk fungsi permintaan
Ps = P untuk fungsi penawaran Qs = Q untuk fungsi penawaran.
Contoh:
Fungsi permintaan P = 1000 – 20Q dan fungsi penawaran P = -600 + 20Q. Tentukan besarnya keseimbangan!
Jawab:
Pd = Ps 1000 - 20 Q = -600 + 20 Q
-40 Q = - 1600
Q = 40 unit
Jika Q = 40, maka P = 1000 - 20 (40) = 200. Jadi keseimbangan pasarnya : Q = 40 dan P = 200 atau (40,200).
Gambarnya:
P
1.000
D
200
0 30 40 50 Q
- 600
a. Grafik permintaan yang bergeser ke kanan dan grafik penawaran yang bergeser
ke kiri tampak sebagai berikut :
D1 S1
D E3 S
P E2
3
P
P
1
P
16
E1
E
S1
S D1
D
Q1 Q Q2 Q3
Keterangan :
No Sebelum perubahan Perubahan kuva permintaan Perubahan kurva penawaran
kurva permintaan dan ke kanan dari D – D1 ke kiri dari S – S1
penawaran
1. Harga pasar setinggi OP Harga pasar setinggi OP2 Harga pasar setinggi OP1
(harga naik dari P – P2) (harga naik dari P – P1)
2. Jumlah barang sebesar OQ Jumlah barang sebesar OQ3 Jumlah barang sebesar OQ1
(jumlah barang naik dari Q – (jumlah barang turun dari Q –
Q3) Q1)
3. Keseimbangan pasar di E Keseimbangan pasar di E2 Keseimbangan pasar di E1
Jika kurva permintaan dan penawaran mengalami perubahan semua, maka harga pasar setinggi
OP3, jumlah barang sebesar OQ2 dan keseimbangan pasar sebesar E 3
b. Grafik permintaan yang bergeser ke kiri dan grafik penawaran yang bergeser ke
kanan tampak sebagai berikut :
D S
D1 E S1
P E2
P E1
1 E3
P
2 S
P S1 D
3 D1
Q1 Q2 Q Q3
Keterangan :
Sebelum perubahan
Perubahan kuva permintaan Perubahan kurva penawaran
No kurva permintaan dan
ke kiri dari D – D1 ke kanan dari S – S1
penawaran
1. Harga pasar setinggi OP Harga pasar setinggi OP2 Harga pasar setinggi OP1
(harga turun dari P – P2) (harga turun dari P – P1)
2. Jumlah barang sebesar OQ Jumlah barang sebesar OQ1 Jumlah barang sebesar OQ3
(jumlah barang turun dari Q – (jumlah barang naik dari Q –
Q1) Q3)
3. Keseimbangan pasar di E Keseimbangan pasar di E1 Keseimbangan pasar di E2
Jika kurva permintaan dan penawaran mengalami perubahan semua, maka harga pasar setinggi
OP3, jumlah barang sebesar OQ2 dan keseimbangan pasar sebesar E 3
Berdasarkan contoh diatas maka pajak yang ditanggung konsumen perunit adalah :
Tk = 15 – 10 = Rp 5,00.
e. Pajak yang ditanggung produsen (tp)
Untuk pajak perunit : Dimana:
tp = beban pajak yang ditanggung produsen
tp = t - tk
t = besarnya pajak per unit
Untuk pajak keseluruhan :
tk = besarnya pajak yang ditanggung konsumen
tp = (t - tk ) Q1
Berdasarkan contoh di atas, maka pajak yang ditanggung produsen perunit adalah tp = 10 – 5 = Rp 5,00
f. Pajak yang diterima pemerintah (T)
T = QI x t Dimana Q1 = Jumlah keseimbangan setelah pajak
t = Besarnya pajak perunit
Berdasarkan contoh di atas maka Pajak yang diterima pemerintah :
T = 17,5 x 10 = Rp 175,00
2. Pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar
Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen dan konsumen, sehingga subsidi selalu
megurangi harga barang yang ditawarkan atau hanya mempengaruhi fungsi penawaran, sedang fungsi
permintaannya tetap.
Sehingga Rumusnya :
Pd = Ps - s
Contoh:
Fungsi permintaan ditunjukkan dengan P = 50 – 2Q, dan fungsi penawaran ditunjukkan dengan P = -30 + 2Q.
Terhadap barang tersebut Pemeintah memberi subsidi Rp 10,00 per unit. Tentukan Titik keseimbangan pasar
setelah subsidi
Jawab:
Keseimbangan setelah subsidi adalah :
Pd = Ps - s
50 – 2Q= -30 + 2 Q – 10
-4 Q = -90
Q = 22,5
Jika Q = 22,5 maka P = 50 – 2 (22,5) = 5
Jadi keseimbangan setelah subsidi adalah: P = 5 dan Q = 22,5 atau (22½, 5)
Pengaruh Subsidi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Bagian subsidi yang dinikmati konsumen (sk)
Subsidi konsumen perunit :
sk = P - PI Dimana:
Harga Pasar P E
P1
Harga Maksimum Excess demand
S D
0 Q1 Q Q2
KETERANGAN :
Sebelum ada Setelah ada Akibat
No. Kebijakan Tujuan
kebijakan kebijakan kebijakan
1. Harga 1. menurunkan harga OP : harga pasar OP1 : Harga pasar Harga pasar turun
Maksimum pasar OQ : jumlahOQ1 : jumlahKelebihan
2. melindungi konsumen barang penawaran permintaan
OQ2 : jumlah(Excess demand)
permintaan
2. Harga 1. menaikkan harga OP : harga pasar OP2 : Harga pasar Harga pasar turun
Minimum pasar OQ : jumlahOQ1 : jumlahKelebihan
2. melindungi produsen barang permintaan penawaran
OQ2 : jumlah(Excess supply)
penawaran
Gambar yang berhubungan dengan Golongan pembeli dan golongan penjual serta surplus konsumen dan
surplus produsen :
P Keterangan :
A S
AE : Pembeli super marjinal
E
ED : Pembeli sub marjinal
P1
BE : Penjual super marjinal
0 Q1 Q E : Pembeli/penjual marjinal
2. Suprlus Produsen
Surplus Produsen (Producers Surplus) atau Premi Produsen adalah pendapatan tambahan yang diperoleh
produsen dari penerimaan harga suatu barang yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang sebenarnya telah
dipersiapkan untuk ditawarkan. Atau dengan kata lain surplus produsen terjadi karena produsen bernai
menawarkan atau menjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang pasarnya. Surplus Produsen dihitung
dari Besarnya Penurunan harga yang berasal dari Harga Keseimbangan dikalikan dengan Besarnya
Jumlah Keseimbangan
Secara matematis surplus konsumen dapat dihitung dengan rumus :
Qe
Atau
1 a = Tingkat harga pada
SP = Q e P e – ∫ f (Q)dQ SP = Q x (P−a)
2
0
Contoh :
Diketahui fungsi penawaran suatu barang dari seorang produsen adalah Q = –45 + 3P. Hitunglah besarnya
keuntungan lebih atau surplus produsen, jika tingkat harga pasar setinggi P = 25.
Jawab :
Jika Q = –45 + 3P, maka P = 15 + 1/3 Q, dan jika P = 25, maka Q = 30
Surplus produsen :
Qe
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan dan elastisitas harga penawaran
8. Hubungan antara elastisitas permintaan, harga barang dan Penerimaan Total (Total Revenue / TR) dan
Penerimaan Marjinal (Marginal Revenue/MR)
9. Cara Smart/praktis menentukan besarnya elastisitas, tanpa mencari turunan Q atau Q’, yaitu :
a. Jika persamaan fungsi menunjukkan P = a – bQ (fungsi permintaan) dan P = a + bQ (fungsi penawaran)
maka rumus elastisitas :
P
E=
P-a
b. Jika persamaan fungsi menunjukkan Q = a – bP (fungsi permintaan) dan Q = a + bP (fungsi penawaran),
maka rumus Elastisitasnya :
bP
E=
Q
c. Jika persamaan fungsi menunjukkan P = aQ2 + bQ + c maka rumus elastisitasnya :
P
E
2
2aQ bQ
Uniter
Elastis
21
Elastis sempurna
Elastisitas silang (Exy) adalah pengaruh perubahan harga barang X terhadap perubahan jumlah barang Y yang
diminta. Untuk menentukan besarnya Elastisitas silang dirumuskan sebagai berikut :
Elastisitas Pendapatan (Ey) adalah Pengaruh perubahan pendapatan terhadap jumlah barang yang diminta. Untuk
menentukan besarnya Elastisitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut :
ΔQ Y Keterangan :
E= x Q = Jumlah barang yang diminta
ΔY Q Y = Pendapatan konsumen
P = D = AR = MR
Dalam jangka pendek perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dapat memperoleh laba/keuntungan atau
dapat menderita keurgian. Namun dalam jangka panjang tiap perusahaan hanya memperoleh laba normal
(Normal Profit). Laba normal adalah suatu tingkat keuntungan yang dianggap cukup lumayan besar bagi
perusahaan-perusahaan yang sudah ada dalam industri, sehingga mereka tidak ingin keluar dari industri atau
pasar.
Keseimbangan perusahaan dalam jangka pendek atau Keuntungan Maksimum pada pasar Persaingan
sempurna
Harga MC = S
Keterangan :
Keseimbangan perusahaan dalam jangka panjang atau Laba Normal pada pasar Persaingan sempurna
Harga MC = S
Keterangan :
2. Pasar persaingan tidak semuprna Adalah pasar dimana syarat-syarat pasar persaingan sempurna tidak
terpenuhi. Pasar persaingan tidak sempurna, terdiri dari :
a. Pasar Monopoli adalah Pasar yang terdapat satu pihak penjual yang menguasai pasaran
Ciri-ciri pasar monopoli antara lain :
1) Di dalam pasar hanya terdapat satu penjual/produsen
2) Jenis barang yang diproduksi tidak ada barang penggantinya (no substituties) yang mirip.
3) Adanya hambatan atau rintangan (barriers) bagi perusahaan baru yang akan masuk ke dalam pasar
monopoli.
4) Penjual ini tidak memengaruhi harga serta output dari produk lain yang dijual dalam perekonomian.
5) Perusahaan mempunyai kekuatan untuk menetapkan harga jual barang (price maker / price setter)
sehingga dalam pasar monopoli sering terjadi eksploitasi konsumen, yakni penetapan harga yang tinggi
atau memiliki daya monopoli (Monopoly power)
6) Kurva permintaan yang dihadapi monopolis adalah juga kurva permintaan pasar / industry, yakni melereng
dari kiri atas ke kanan bawah
Dalam pasar monopoli perusahaan dapat melakukan Diskriminasi Harga, dengan syarat-syarat :
1) Barang tidak dapat dipindahkan dari satu pasar ke pasar lain
2) Sifat barang atau jasa itu memungkinkan dilakukan diskriminasi harga atau barang yang diproduksikan
dapat dijual di dua pasar yang berbeda
3) Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing-masing pasar haruslah sangat berbeda
4) Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi tambahan keuntungan yang
diperoleh
5) Produsen dapat mengeksploitir beberapa sikap tidak rasional konsumen
6) Biaya yang dikeluarkan tidak melebihi keuntungan tambahan yang diperoleh
7) Cirri pembeli di suatu pasar berbeda dengan di pasar lainnya
Keseimbangan perusahaan dalam jangka panjang atau Keuntungan maksimum (Laba super normal) pada
pasar Monopoli
Harga MC
Keterangan :
MR AR = D
0 Q1 Output
Sedangkan Monopoli Alamiah adalah perusahaan yang terus menerus menikmati skala ekonomi hingga pada
tingkat produksi yang sangat banyak jumlahnya, yang berarti Average Cost (AC) terus menerus menurun
hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.
Dalam jangka pendek monopolis bisa memperoleh laba/keuntungan atau dapat menderita keurgian. Namun
dalam jangka panjang monopolis akan memperoleh laba super normal (Super Normal Profit).
Untuk mengurangi keburukan pasar monopoli, pemerintah membuat kebijakan, diantaranya :
1) Melakukan pengaturan/penetapan harga maksimum (ceiling price)
2) Pengenaan pajak kepada monopolis
3) Pengaturan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha yang tidak sehat (UU anti Monopoli, yaitu
UU NOmor 5 tahun 1999)
b. Pasar Duopoli adalah Pasar yang terdapat dua pihak penjual yang menguasai
Ciri-ciri pasar duopoli antara lain :
1) Terdapat dua penjual yang menguasasi
2) Terdapat rintangan untuk memasuki industri duopoli.
3) Keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan akan dipertimbangkan oleh perusahaan yang lain
dalam industri.
c. Pasar Oligopoli adalah Suatu pasar yang didalamnya terdapat beberapa penjual menguasai (3 – 10 penjual /
produsen)
Ciri-ciri pasar oligopoli antara lain :
1) Terdapat sedikit penjual (3 sampai dengan 10) yang menjual produk substitusi, artinya yang
mempunyai kurva permintaan dengan elastisitas silang(cros selasticity of demand) yang tinggi.
2) Barang yang dihasilkan adalah barang diferensial atau homogen
3) Terdapat rintangan untuk memasuki industri oligopoly. Hal ini karena perusahaan yang ada dalam pasar
hanya sedikit.
4) Keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan harus dipertimbangkan oleh perusahaan yang lain
dalam industri.
5) Terjadi persaingan non harga
6) Kurva permintaan pasar berbentuk patah (Kinked Demand Curve).
7) CR 4 melebihi 40% atau CR4 > 40
Kurva Permintaan Patah adalah kurva yang dihadapi setiap perusahaan oligopoly yang berbentuk bengkok,
karena apabila suatu perusahaan menurunkan harga, perusahaan lainnya akan mengikutinya, sebagai
akibatnya permintaan tidak mengalami peningkatan yang besar.
d. Pasar Persaingan Monopolistis adalah Pasar terdapat banyak penjual dalam suatu jenis barang tertentu,
tetapi tiap penjual mempunyai ciri barang yang berbeda (differensiasi produk).
Differensiasi produk adalah kebijakan perusahaan yang pada dasarnya mengeluarkan suatu jenis barang,
tetapi dapat dibedakan dari segi merek, mutu, ukuran, warna, tehnologi, bentuk, kandungan bahan mentah dan
pengemasan yang berlainan.
Ciri-ciri pasar Monopolistis antara lain :
1) Terdapat banyak penjual
2) Barangnya bersifat berbeda corak/diferensiasi (merk, mutu, ukuran, bentuk, model, warna,
24
kemasan/bungkus, pelayanan penjualan dan tehnologi)
3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
4) Masuk ke dalam industri relatif mudah
5) Persaingan mempromosi penjualan sangat aktif
Pasar persaingan monopolistik mirip dengan pasar persaingan sempurna, perusahaan mungkin dapat
memperoleh laba atau menderita rugi, tetapi perusahaan mudah untuk masuk atau keluar dalam industri
(Free entry and Exit), sehingga dalam jangka panjang perusahaan hanya memperoleh laba normal.
Bentuk Kurva keseimbangan perusahaan pada pasar monopolistis sama dengan kurva pada pasar monopoli,
hanya dalam pasar monopolistis kurva permintaan (D), AR dan MR lebih elastis atau sangat elastis. Semakin
banyak perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis, maka semakin elastis atau datar kurva
permintaannya
2. Pasar Monopoli
KEBAIKAN KEBURUKAN
1. Industri-industri yang berkembang banyak 1. Timbul ketidakadilan karena keuntungan
yang bersifat monopoli banyak dinikmati oleh produsen
2. Mendorong untuk adanya inovasi baru 2. Tidak efisiensinya biaya produksi, karena
agar tetap terjaga monopolinya perusahaan monopoli tidak memanfaatkan
secara penuh penghematan ongkos produksi
atau sering disebut timbulnya pemborosan.
3. Tidak akan mungkin timbul 3. Konsumen merasa berat karena harus
perusahaan-perusahaan yang kecil membeli barang dengan harga sangat tinggi
sehingga perusahaan monopoli akan oleh perusahaan monopoli
semakin besar
4. Adanya unsure eksploitasi terhadap konsumen
dan pemilik faktor-faktor produksi
4. Pasar Monopolistis
KEBAIKAN KEBURUKAN
1. Konsumen memiliki banyak pilihan 1. Tidak efisiennya produksi karena
barang produsen tidak berproduks i dengan
biaya rata-rat a (AC) yang minimum.
2. Produsen dapat menentukan harga sendiri- 2. Terlalu banyak perusahaan kecil
sendiri dalam satu pasar karena tidak ada
persaingan.
3. Masing-masing monopolistik mempunyai 3. Konsumen masih harus membayar harga
keuntungan sendiri-sendiri karena produk yang lebih tinggi dari biaya
memiliki pasar (konsumen) sendiri- sendiri produksi untuk menghasilkan produk
tersebut, atau Plebih besar dari MC
25
2. Pasar Tenaga Kerja (Sumber Daya Manusia) adalah pasar yang menghubungkan penjual dan pembeli tenaga
kerja untuk melakukan transaksi perdagangan. Tenaga kerja akan memperoleh upah/gaji
Upah uang / upah nominal adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai
pembayaran atas tenaga fisik atau non fisik yang digunakan dalam proses produksi. Atau Upah nominal adalah
nilai dalam bentuk uang yang diterima pekerja sebagai imbalan melakukan suatu pekerjaan
Upah Riil adalah tingkat upah para pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-
barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. Atau Upah Riil adalah
kemampuan upah yang diterima pekerja untuk membeli barang dan jasa. Upah riil ditentukan berdasarkan pada
tingkat harga yang berlaku pada tahun dasar.
Teori upah / gaji :
a. Menurut David Ricardo (Teori Upah Alami), Besarnya upah buruh sama dengan biaya hidup minimum buruh
besar keluarganya
b. Menurut J.S. Mill (teori Dana Upah), Besranya upah akan ditentukan oleh dana upah yang tersedia dan
jumlah buruh.
c. Menurut Von Thunen (Teori Upah Ethis), Besarnya upah akan bergantung pada besarnya biaya pemeliharaan
hidup dan besarnya produktivitas kerja buruh
d. Menurut Karl Mark (Teori Upah Lebih), Tenaga kerha memiliki nilai tukar dan nilai pakai bagi pengusaha.
Pengusaha harus membayar nilai tukarnya untuk mendapatkan nilai pakainya. Kelebihan nilai pakai atas nilai
tukar ini disebut nilali lebih.
3. Pasar Modal (Sumber Daya Modal) adalah pasar yang menghubungkan antara penjual dan pembeli modal uang
untuk melakukan transaksi perdagangan. Pemilik modal akan menerima pendapatan berupa bunga modal
Teori bunga modal :
a. Menurut J.B. say (Teori Produktivitas)
Bung amodal merupakan kontra prestasi karena modal itu dapat menghasilkan suatu produk/barang.
b. Menurut Nassau W. Senior (teori Abstinence / penghematan)
Bung amodal merupakan balas jasa kepada pemiliknya karena ia telah melakukan penghematan (tidak
berkonsumsi) membentuk modal
c. Menurut Von Bohn Bawerk (Teori Agio / Time Preference)
Bunga modal ini berdasarkan pada nilai uang. Nilai uang akan senantiasa turun . maka bunga modal ini
dimaksudkan agar nilai uang yang dikembalikan tetap sama dengan nilai uang tersebut pada saat dipinjamkan
4. Kewirausahaan / pengusaha. Pengusaha akan memperileh balas jasa berupa keuntungan / laba.
Teori Laba Pengusaha :
1) Menurut J.B. Say. Laba pengusaha akan ditentukan oleh keahlian dalam memimpin perusanaan dan resiko
yang akan ditanggungnya
2) Menurut J. Schumpeter. Laba pengusaha merupakan balsa jasa karen a kemampuan pengusaha dalam
mengadakan kombinasi baru dalam proses produksinya :
a. Penggunaan teknik produksi yang baru
b. Penemuan bahan dasar yang baru
c. Pembukaan daerah pemasaran yang baru
d. Penggunaan manajemen yang baru
e. Penggunaan teknik pemasaran yang baru
O. KEGAGALAN PASAR
Dalam mekanisme pasar terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan yaitu :
KEBAIKAN MEKANISME PASAR KELEMAHAN MEKANISME PASAR
1. Pasar dapat memberi informasi yang 1. Kebebasan yang tidak terbatas menindas
lebih tepat golongan-golongan tertentu
2. Pasar memberi perangsang untuk 2. Kegiatan ekonomi sangat tidak stabil
mengembangkan kegiatan usaha keadaannya
3. Pasar memberi perangsang untuk 3. Sistem pasar / liberal dapat menimbulkan
memperoleh keahlian modern monopoli
4. Pasar menggalakkan penggunaan barang 4. Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan
dan faktor produksi secara efisien beberapa jenis barang secara efisien
5. Pasar memberikan kebebasan yang 5. Kegiatan konsumen dan produsen mungkin
tinggi kepada masyarakat untuk melakukan menimbulkan Eksternalitas yang merugikan
kegiatan ekonomi
Sedangkan Kegagalan Pasar adalah ketidakmampuan dari suatu perekonomian pasar untuk berfungsi secara efisien
26
dan menimbulkan keteguhan dalam kegiatan dan pertumbuhan ekonomi. Kegagalan ini mendorong pemerintah
untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Untuk itu pemerintah perlu adanya campur tangan dalam meningkatkan
kegiatan ekonomi, diantaranya :
1. Menjamin agar kesamaan hak untuk setiap individu tetap wujud
dan penindasan dapat dihindarkan
2. Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami
perkembangan yang teratur dan stabil serta mengurangi imperfect information atau informasi pasar yang tidak
sumpurna
3. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahan-
perusahaan besar yang dapat mempengaruhi pasar agar mereka tidak menjalankan praktik-praktik monopoli yang
merugikan
4. Menyediakan ”Barang Bersama / Barang Publik”, yaitu
barang yang penggunaannya dilakukan secara bersama. Jalan raya, siaran radio dan televisi, kegiatan dan bantuan
polisi, jasa pengamat cuaca, yang penggunaannya dilakukan secara kolektif oleh masyarakat untuk mempertinggi
kesejahteraan sosial masyarakat, atau juga disebut sebagai Barang Altruisme, yakni barang yang dapat
digunakan untuk kepentingan orang banyak.
5. Mengawasi agar ”eksternalitas” kegiatan ekonomi yang
merugikan masyarakat dihindari atau dikurangi masalahnya. Eksternalitas adalah akibat sampingan (baik atau
buruk) yang ditimbulkan oleh kegiatan mengkonsumsi atau memproduksi
27
BAB IV
PENDAPATAN NASIONAL, INDEKS HARGA DAN INFLASI
KOMPETENSI INDIKATOR
2. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang Mendeskripsikan ekonomi mikro dan ekonomi
ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB), Produk makro atau masalah yang dihadapi pemerintah di
Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan bidang ekonomi.
Nasional (PN), inflasi konsumsi dan investasi, Mendeskripsikan konsep PDB, PDB harga berlaku,
uang dan Perbankan. PDB harga konstan, pendapatan nasional, atau
pendapatan perkapita
Mendeskripsikan indeks harga atau inflasi
berdasarkan data atau grafik
3. Metode Pendapatan atau Pendekatan Pendapatan (Income Approach) adalah dengan menjumlahkan
pendapatan yang diterima oleh faktor produksi, yang terdiri dari sewa (rent), upah dan gaji (wage and
salary), bunga (interest), dan laba (profit).
Rumus : PN = r + w + i + p
Pendapatan Nasional Bruto (PNB atau GNP) Riil atau Produk Domestik Bruto (PDB atau GDP) Riil dihitung
dengan rumus :
Indeks Harga t o
PNB Riil t n = x PNB Nominal tn
Indeks Harga t n PNB Riil tn = PNB Riil pada tahun n
Contoh :
Negara “Ngalengka” memproduksi kain dan jagung yang dipublikasikan dalam data makro ekonomi. Table berikut
mendeskripsikan data kain dalam satuan meter, jagung dalam satuan kilogram dan harga dalam rupiah.
Tahun 2014 Tahun 2015
Macam
Kuantitas Harg Kuantitas Harga
barang
a
Kain 500 2.000 900 3.000
Jagung 2.000 1.000 3.000 2.000
O D
% Penduduk
Kriteria nilai Indeks Gini atau Koefisien Gini sebagai berikut :
a. Kurang dari 0,4 atau 40%, tingkat ketimpangannya rendah
b. Antara 0,4 (40%) sampai dengan 0,5 (50%), tingkat ketimpangannya sedang
c. Lebih besar dari 0,5 atau 50%, tingkat ketimpangannya tinggi
Untuk mengukur pemerataan pendapatan suatu negara, Bank Dunia membagi penduduk menjadi 3 (tiga) kelompok,
yaitu :
1. Kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah
2. Kelompok 40% penduduk berpendapatan menengah
3. Kelompok 40% penduduk berpendapatan tinggi
Ketidakmerataan sebaran pendapatan suatu negara ditentukan besarnya persentase pendapatan yang dinikmati
kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kurang dari 12%, disebut tingkat ketidakmerataan
pendapatan Tinggi
2. 12% sampai 17%, disebut tingkat ketidakmerataan
pendapatan Sedang
3. Lebih dari 17%, disebut tingkat ketidakmerataan pendapatan
Rendah
E. PENDAPATAN PERKAPITA.
Pendapatan Perkapita adalah Pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk dalam suatu Negara selama kurun
waktu 1 tahun, atau ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk.
Pendapatan perkapita dapat dihitung sebagai berikut :
PDB per kapita = GNP atau PNB tahun t
Atau PNB per kapita =
GDP atau PDB tahun t Jumlah Penduduk tahun t
TinggiPenduduk
Jumlah rendahnya tahun
PDB tatau PNB dan Pendapatan perkapita suatu Negara oleh Bank Dunia dikelompokkan ke
dalam 4 kelompok berdasarkan pendapatan perkapita, yaitu :
a. Kelompok Negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu Negara-negara yang memiliki PNB
perkapita sekitar $ 1.035 atau kurang
b. Kelompok Negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income economies), yaitu Negara-negara
yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 1.036 sampai dengan $ 4.085
c. Kelompok Negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income economies), yaitu Negara-negara
yang mempunyai PNB perkapita sekitar $ 4.086 sampai dengan $ 12.615
d. Kelompok Negara berpendapatan tinggi (hight income economies), yaitu Negara-negara yang mempunyai
PNB perkapita sekitar $ 12.616 atau lebih
Pendapatan per kapita suatu negara dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau dalam dolar Amerika
Serikat. Dengan cara demikian kita dapat membandingkan pendapatan per kapita suatu negara dengan negara lain,
terutama negara-negara sekitar yang berdekatan, misalnya Indonesia di antara negara-negara ASEAN. Perbandingan
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kedudukan negara yang bersangkutan di antara negara-negara lain.
Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, pendapatan perkapita Indonesia sangat jauh dibandingkan Malaysia
dan Singapura. Malaysia tiga kali lipat di atas Indonesia, Sementara Singapura, lebih dari 11 kali lipat. "Pendapatan per
kapita Indonesia pada tahun 2014 sebesar US$ 4.700. Sedangkan Malaysia US$ 13.000 dan Singapura US$ 55.000
per tahun."
Berikut adalah daftar 10 negara terkaya di dunia berdasarkan PDB per kapita yang dilansir Bank Dunia tahun
2014:
No. Negara PDB Perkapita 2013
1. Luxsemburg US $ 111.162
2. Norwegia US $ 100.819
3. Qatar US $ 93.352
31
4. Macau SAR (Tiongkok) US $ 91.376
5. Swiss US $ 80.528
6. Australia US $ 67.468
7. Denmark US $ 58.930
8. Swedia US $ 58.164
9. Singapura US $ 55.182
10 Amerika Serikat US $ 53.143
sumber:VIVAnews.com
F. INDEKS HARGA
1. Pengertian Angka Indeks (Indeks Harga)
Angka indeks merupakan suatu ukuran statistik yang menunjukkan perubahan suatu variabel atau
sekumpulan variabel yang berhubungan satu sama lain pada waktu atau tempat yang sama atau
berlainan. Angka indeks adalah angka relatif yang diyatakan dalam persentase. Biasanya untuk
kesederhanaan bentuk persentase bisa dihilangkan.
Ada tiga kemungkinan dalam perhitungan indeks harga, yaitu :
a. Jika Indeks harga > 1 atau 100%, berarti harga mengalami kenaikan
b. Jika Indeks harga < 1 atau 100%, berarti harga mengalami penurunan
c. Jika Indeks harga = 1 atau 100%, berarti harga tetap (tidak naik dan tidak turun)
Contoh:
Bila harga barang tahun 2014 Rp, 8000,00 per kilogram, kemudian pad tahun 2015 menjadi Rp. 10.000,00 per
kilogram, maka indeks harga barang tersebut pada tahun 2015 adalah sebagai berikut.
10 .000
x 100 %=125 %
Indeks Harga 2015 = 8 .000
Jadi harga barang pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 25%.
G. INFLASI
1. Inflasi dan Laju inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum (price level) cenderung naik. Dan Inflasi
Inersial adalah laju inflasi yang diharapkan (Expected)akan terjadi dan mendasari kontrak atau perjanjian
informal.
Laju inflasi adalah kenaikan atau penurunan inflasi dari periode ke periode atau dari tahun ke tahun.
Untuk menentukan laju infasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Indeks Harga Periode ini - Indeks Harga Periode lalu
x 100%
Laju Inflasi = Indeks Harga Periode Lalu
2. Jenis-jenis inflasi
a. Inflasi ringan, inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan perekonomian suatu Negara dan
masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan)
b. Inflasi sedang, inflasi atnara 10% - 30% per tahun (Belum membahayakan, tetapi sudah menurunkan
kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap)
c. Inflasi berat, inflasi antara 30% - 100% per tahun (Sudah mengacaukan perekonomian karena orang cenderung
enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang)
d. Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, inflasi di atas 100% per tahun (Mengacaukan kegiatan perekonomian
suatu Negara dan sulit untuk dikendalikan / diatasi)
3. Sebab-sebab timbulnya inflasi.
1. Kenaikan permintaan melebihi penawaran atau di atas kemampuan berproduksi (Demand Pull Inflation)
2. Kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation)
3. Meningkatnya jumlah uang yang berdar dalam masyarakat
4. Berkurangnya jumlah barang di pasaran
5. Inflasi dari luar negeri (imported inflation)
6. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
4. Cara Mengatasi Inflasi.
a. Kebijakan Moneter artinya mempengaruhi atau mengurangi jumlah uang yang beredar (Kebijakan
Moneter Kontraktif)
a. Politik diskonto atau suku bunga (Discount Policy), menaikkan suku bunga
b. Politik pasar terbuka (Open market policy), menjual surat-surat berharga
c. Politik pagu kredit atau pembatasan kredit (Plafon credit policy), membatasi pemberian pinjaman
d. Politik cadangan kas atau giro wajib minimum (cash ratio poticy), menaikkan cadangan kas
e. Politik uang ketat (Tight money policy), mengurangi jumlah uang yang beredar
b. Kebijakan Fiskal artinya kebijakan mengatur pendapatan dan pengeluaran negara (APBN) atau
Kebijakan fiskal kontraktif
1) Mengurangi pengeluaran negara
2) Penghematan pengeluaran pemerintah (disesuaikan dengan rencana)
3) Pengurangan utang luar negeri
4) Menaikkan atau mengefektifkan pajak
c. Kebijakan non moneter dan non fiskal
1) Peningkatan produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran
2) Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi
3) Pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum
5. Deflasi
Deflasi merupakan suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum mengalami penurunan. Keadaan harga
barang dapat mengalami kenaikan dan penurunan, dimana ternyata dari hasil perhitungan diketahui bahwa
sebagian besar barang mengalami penurunan harga dan sebagian yang lain mengalami kenaikan, maka terjadi
deflasi.
6. Dampak inflasi terhadap perekonomian
a. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya minat
menabung.
b. Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang, karena harga barang mengalami
kenaikan.
c. Jika terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran, karena pemerintah
berusaha untuk menekan harga.
d. Masyarakat akan cenderung untuk menyimpan barang daripada menyimpan uang.
e. Nilai mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.
Pihak yang diuntungkan dan dirugikan dengan inflasi :
Pihak yang Untung Pihak yang Rugi
1. Eksportir atau Penjual 1. Importir atau pembeli
2. Debitur / pihak yang memiliki utang 2. Kreditur / pihak yang memiliki piutang
3. Speklulan / berani berspekulasi 3. Berpenghasilan tetap
4. Berpenghasilan tinggi/besar 4. Berpenghasilan rendah / miskin
7. Kurva Phillips
Kurva Phillips adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
34
Sifat umum dari kurva Phillips adalah pada mulanya penurunannya adalah sangat curam, tetapi semakin lama ia
semakin bertambah landai :
a. Apabila tingkat pengangguran sangat rendah, tingkat upah semakin cepat kenaikannya. Atau semakin
rendah pengangguran, maka semakin tinggi tingkat inflasi.
b. Apabila tingkat pengangguran relative tinggi, kenaikan upah relative lambat berlakunya. Atausemakin
tinggi pengangguran, maka semakin rendah tingkat inflasi.
7 Keterangan :
kanan bawah
2. Makin banyak pengangguran, makin
3 rendah tingkat inflasi
3. Makin sedikit pengangguran, makin
SPC
tinggi tingkat inflasi
1
4. SPC = Short Run Phillips Curve (Kurva
Phillips Jangka Pendek
0 2 3 5 10
Tingkat Pengangguran (%)
F2
Tingkat Inflasi (%)
F1
AD2
Fo
AD1
ADo
0 Yo
Tingkat Pengangguran (%)
Berkaitan dengan hubungan antara inflasi dengan pengangguran, maka Laju inflasi dapat dirumuskan :
Laju Inflasi = Tingkat Kenaikan Upah – Tingkat Kenaikan Produktivitas
35
BAB VI
UANG, BANK DAN OJK
KOMPETENSI INDIKATOR
2. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi, Mendeskripsikan konsep dan teori uang,
Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik perbankan, atau kebijakan pemerintah di
Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Nasional (PN), bidang moneter.
inflasi konsumsi dan investasi, uang dan Perbankan.
A. UANG
1. Pengertian Uang
Uang, yaitu: alat untuk mempermudah pertukaran. (Money was made to facility business transaction), yang secara
umum dapat diterima di dalam bentuk pembelian barang-barang atau jasa-jasa serta untuk pembayaran utang.
Alat pertukaran yang dapat disebut sebagai uang, harus memiliki syarat-syarat (kriteria) sebagai berikut:
a. Digemari atau diterima oleh umum (acceptability)
b. Mudah disimpan dan dipindahtangankan (Portability)
c. Tahan lama dan tidak lekas rusak (durability)
d. Dapat dibagi-bagi dan tidak mengurangi nilainya (devisibility)
e. Mempunyai nilai yang stabil atau tetap (stability of value)
f. Jumlahnya memenuhi kebutuhan (uniformity)
2. Fungsi Uang
Fungsi uang dibagi menjadi dua macam, yaitu fungsi asli dan fungsi turunan
a. Fungsi asli atau fungsi primer, meliputi : Sebagai alat tukar umum (medium of exchange dan Sebagai satuan
hitung (unit of account)
b. Fungsi turunan atau fungsi sekunder, meliputi : Sebagai alat pembayaran (means of payment), Sebagai standar
pembayaran utang (standar of defered payment), Penimbun kekayaan, Sebagai alat pembentukan modal dan
pemindahan modal (transfer of value), dan Sebagai ukuran harga atau pengukur nilai (standard of value)
3. Ciri-ciri uang
Uang rupiah memiliki ciri-ciri khusus dan umum agar uang tersebut tidak dipalsukan dan bisa dikenali sebagai uang
asli.
Adapun ciri-ciri uang rupiah dibedakan menjadi ciri umum dan ciri khusus, yaitu sebagai berikut.
a. Ciri-Ciri Umum Uang
Ciri umum Rupiah kertas sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit memuat:
1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;
2) frasa ”Negara Kesatuan Republik Indonesia”;
3) sebutan pecahan dalam angka dan huruf sebagai nilai nominalnya;
4) tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia;
5) nomor seri pecahan;
6) teks ”DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN
NILAI …”; dan
7) tahun emisi dan tahun cetak.
Ciri umum Rupiah logam sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit memuat:
1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;
2) frasa ”Republik Indonesia”;
3) sebutan pecahan dalam angka sebagai nilai nominalnya; dan
4) tahun emisi.
b. Ciri-Ciri Khusus Uang
Setiap pecahan Rupiah selain memiliki cirri umum juga memiliki ciri khusus sebagai pengaman yang
terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak. Dan bersifat terbuka, semi tertutup, dan tertutup.
4. Jenis-jenis uang
a. Berdasarkan bahan (material), uang dibedakan menjadi ; Uang logam dan Uang kertas merupakan uang
fiduaciry (uang kepercayaan)
b. Berdasarkan Lembaga atau badan pembuatnya, uang dibedakan menjadi : Uang kartal (uang kertas dan
uang logam) dan Uang giral (cek, giro, atau surat perintah pembayaran lainnya/telegrafic transfer)
c. Berdasarkan Nilainya, Uang dibedakan menjadi : Uang bernilai penuh (full bodied money) dan Uang yang
tidak bernilai tidak penuh (representative full bodied money ) atau Uang bertanda (Token money) ,
d. Berdasarkan Kawasan / Daerah berlakunya, uang dibedakan menjadi : Uang domestic dan Uang
Internasional
Dimana
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
M1 = Jumlah uang kartal yang beredar
M2 – Jumlah uang Giral yang beredar
V = velocity of circulation (kecepatan peredaran uang)
P = price (tingkat harga rata-rata barang)
T= trade (jumlah barang yang diperdagangkan)
Keterangan:
M =jumlah uang yang beredar
Vy= kelajuan/kecepatan peredaran uang
Y =pendapatan nasional (PDB atauPNB)
7. Nilai Uang
a. Nilai nominal nilai yang berdasarkan pada tulisan yang tertera pada uang.
b. Nilai intrinsik yaitu nilai yang berdasarkan pada bahan yang digunakan untuk membuat uang.
c. Nilai Internal, nilai yang diukur dengan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan sejumlah barang dan jasa.
d. Nilai Eksternal yaitu nilai yang diukur dengan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan sejumlah mata uang
luar negeri atau uang asing.
Berkaitan dengan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia, penggunaan uang rupiah dalam kegiatan
perekonomian diatur pada Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 2011, yaitu sebagai berikut.
a. Rupiah wajib digunakan dalam:
1) setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
2) penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
3) transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Kewajiban tersebut tidak berlaku bagi:
1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
3) transaksi perdagangan internasional;
4) simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau
5) transaksi pembiayaan internasional.
Karena melihat peran uang yang sangat penting, uang harus dikelola dan dibuat sedemikian rupa agar sulit
ditiru atau dipalsukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Di sinilah peran otoritas yang profesional sangat
diperlukan untuk menentukan ciri, desain, dan bahan baku Rupiah.
Kejahatan terhadap Mata Uang, terutama pemalsuan uang, dewasa ini semakin merajalela dalam skala yang
besar dan sangat merisaukan, terutama dalam hal dampak yang ditimbulkan oleh kejahatan pemalsuan uang yang
dapat mengancam kondisi moneter dan perekonomian nasional. Pemalsuan uang dewasa ini ternyata juga
menimbulkan kejahatan lainnya seperti terorisme, kejahatan politik, pencucian uang (money laundring), pembalakan
kayu secara liar (illegal logging), dan perdagangan orang (human trafficking), baik yang dilakukan secara
perseorangan, terorganisasi, maupun yang dilakukan lintas negara. Bahkan, modus dan bentuk kejahata
terhadap Mata Uang semakin berkembang.
Dengan mempertimbangkan dasar pemikiran tersebut, perlu diatur macam dan harga Mata Uang, termasuk
sanksi dalam suatu undang-undang karena hal itu merupakan suatu kebutuhan yang mendasar.
Berdasarkan Pasal 23 sampai dengan 27 UU Nomor 7 Tahun 2011, diatur tentang larangan dalam mata uang
rupiah, di antaranya sebagai berikut.
a. Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai
pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi
keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas
keaslian Rupiah
b. Ketentuan tersebut dikecualikan untuk pembayaran atau untuk penyelesaian kewajiban dalam valuta asing yang
telah diperjanjikan secara tertulis.
c. Setiap orang dilarang meniru Rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan/atau promosi dengan memberi kata
spesimen.
d. Setiap orang dilarang menyebarkan atau mengedarkan Rupiah Tiruan.
e. Setiap orang dilarang memalsu Rupiah.
f. Setiap orang dilarang menyimpan secara fisik dengan cara apa pun yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu.
g. Setiap orang dilarang mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah
Palsu.
h. Setiap orang dilarang membawa atau memasukkan Rupiah Palsu ke dalam dan/atau ke luar Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
i. Setiap orang dilarang mengimpor atau mengekspor Rupiah Palsu.
j. Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau
mendistribusikan mesin, peralatan, alat cetak, pelat cetak, atau alat lain yang digunakan atau dimaksudkan untuk
membuat Rupiah Palsu.
k. Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau
mendistribusikan bahan baku Rupiah yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah Palsu.
B. BANK
40
1. Pengertian Bank
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam menjalankan fungsinya bank harus memperhatikan :
a. Likuiditas artinya kemampuan bank untuk melunasi kewajiban sewaktu-waktu atau saat jatuh tempo atau
dapat melunasinya dalam jangka pendek
b. Solvabilitas artinya kemampuan bank untuk memenuhi seluruh kewajibannya bila bank tersebut bubar, atau
dapat melunasinya dalam jangka pendek maupun jangka panjang
c. Rentabilitas artinya kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan atau laba agar dapat terjaga
kontinuitasnya.
d. Soliditas artinya Kemampuan bank untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat, sehingga menunjukkan
bahwa bank tersebut dalam kondisi sehat
2. Fungsi Bank
Berdasarkan pasal 3 UU No. 7 tahun 1992 Jo UU No. 10 tahun 1998, fungsi utama perbankan di Indonesia dalam
melakukan kegiatannya adalah :
a. Menghimpun dana (Funding) dalam bentuk : Simpanan Giro (Demand Deposit), Simpanan Tabungan
(Saving Deposit), dan Simpanan deposito (Time Deposit),
b. Menyalurkan dana (Lending) atau menjual dana yang dihimpun dari masyarakat, dalam bentuk : Kredit
investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit profesi
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya
3. Jenis Bank
a. Dilihat dari Segi Fungsi
1) Bank umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b . Dilihat dari Segi Kepemilikan
1) Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendiriannya maupun modal bank ini
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungannya dimiliki oleh pemerintah pula.
Contoh bank milik pemerintah adalah Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).
2) Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional, sehingga keuntungannya menjadi milik swasta pula. Contoh bank milik
swasta nasional antara lain Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Mega, Bank Danamon, Bank
Bumi Putra, Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, dan Bank Universal.
3) Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi. Contoh bank milik koperasi adalah Bank Umum Koperasi Indonesia
(Bukopin).
4) Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, atau seluruh sahamnya dimiliki
oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank milik asing antara lain ABN AMRO Bank, American
Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Hongkong Bank,
dan Deutsche Bank.
5) Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional dan secara mayoritas sahamnya dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank
campuran adalah Bank Finconesia, Bank Merincorp, Bank PDFCI, Bank Sakura Swadarma, Ing
Bank, Inter Pacifik Bank, dan Mitsubishi Buana Bank.
c. Dilihat dari Segi Status
1) Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar
negeri, travellers cheque, dan pembayaran L/C. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ditentukan
oleh Bank Indonesia.
2) Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi yang berhubungan dengan
luar negeri.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat) Hampir semua bank yang ada di Indonesia
berdasarkan prinsip kerja konvensional. Bank konvensional mendapatkan keuntungan dengan cara
menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito.
Harga untuk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga. Sedangkan
penetapan keuntungan untuk jasa bank lainnya ditetapkan biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam). Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan
bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianut. Bank syariah tidak melaksanakan sistem
bunga, sedangkan bank konvensional dengan sistem bunga. Bagi bank syariah penentuan harga
atau pencarian keuntungan didasarkan pada prinsip bagi hasil.
5. Bank Umum
Bank umum merupakan yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
41
Kegiatan usaha bank umum antara lain :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan dan lainnya
2. Memberikan kredit dan menerbitkan surat pengakuan utang
3. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah
5. Menempatkan dan meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan sarana komunikasi
seperti surat maupun dengan wesel, cek, atau sarana lainnya
6. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga
7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga
8. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
9. Melakukan penempatan dana kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek
10. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat
11. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain dengan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Selain kegiatan di atas, bank umum dapat pula melakukan kegiatan berikut :
1. Kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
2. Kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti : sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
3. Kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku
7. Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatannya dengan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembayaran kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah Islam.
Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung
unsur:
d. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang
sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-
meminjam yang mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi
pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);
e. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-
untungan;
f. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak
dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
g. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
h. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
1. Pengertian
Bank sentral di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia. Menurut UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen bebas dari campur tangan pemerintah
dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut.
3. Wewenang LPS
1. menetapkan dan memungut premi penjaminan
2. menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama
kali menjadi peserta
3. melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
4. mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank,
laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank
5. melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data
tersebut pada angka 4
6. menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim
7. menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk
bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu
8. melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang
penjaminan simpanan
9. menjatuhkan sanksi administrative
4. Kepesertaan LPS
1. Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara
Republik Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan
2. Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum
(termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan
dalam wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat, baik bank konvensional maupun bank
berdasarkan prinsip syariah
3. Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang
melakukan kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam Penjaminan
5. Simpanan yang dijamin LPS
1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah
3. Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari
masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain
4. Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal
pencabutan izin usaha Bank, diantaranya :
a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen
bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip syariah;
b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen
bunga;
c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto yang tercatat
pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki komponen diskonto
5. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah
hasil penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik rekening tunggal
maupun rekening gabungan (joint account)
6. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang
diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorata dengan
jumlah pemilik rekening
7. Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening
gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal.
8. Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara
tertulis diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut diperhitungkan
sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan
9. Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah
pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar
6. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank
45
1. seluruhnya, sejak tanggal 22 September 2005 sampai dengan
21 Maret 2006
2. paling tinggi sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah),
sejak tanggal 22 Maret 2006 sampai dengan 21 September 2006
3. paling tinggi sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah),
sejak tanggal 22 September 2006 sampai dengan 21 Maret 2007
4. paling tinggi sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
sejak tanggal 22 Maret 2007
5. paling tinggi sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah),
sejak tanggal 13 Oktober 2008
7. Klaim Penjaminan.
1. LPS mengumumkan tanggal pengajuan klaim atas Simpanan
yang layak dibayar pada sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian yang berperedaran luas
2. Pengumuman tanggal pengajuan klaim dilakukan secara
bertahap berdasarkan hasil rekonsiliasi dan verifikasi yang telah diselesaikan, dengan ketentuan:
a. Pengumuman tahap pertama dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah rekonsiliasi dan verifikasi
dimulai;
b. Pengumuman tahap terakhir dilakukan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak izin
usaha bank dicabut.
3. Pengumuman tersebut juga memuat syarat dan tata cara
pengajuan klaim atas simpanan yang layak dibayar.
4. Klaim atas Simpanan yang dijamin diajukan oleh Nasabah
Penyimpan kepada LPS sesuai pengumuman.
5. Pengajuan klaim penjaminan wajib dilakukan nasabah
penyimpan paling lambat 5 (lima) tahun sejak izin usaha bank dicabut.
6. Dalam hal nasabah penyimpan tidak mengajukan klaim
penjaminan atas simpanannya, maka hak nasabah penyimpan untuk memperoleh pembayaran klaim dari LPS
menjadi hilang.
7. Nasabah penyimpan yang hilang haknya untuk memperoleh
pembayaran klaim penjaminan dari LPS diperlakukan sama dengan nasabah penyimpan yang simpanannya
tidak dijamin, dan diselesaikan berdasarkan mekanisme likuidasi.
E. LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB) ATAU INDUSTRI KEUANGAN NON BANK (IKNB)
1. Pengertian LKBB atau INKB
Sebagaimana bank, Lembaga Keuangan bukan bank ini juga berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur dana dari
dan ke masyarakat, maksudnya adalah untuk menunjang pengembangan pasar uang dan pasar modal serta
membantu permodalan perusahaan perusahaan. LKBB didrikan atas dasar Surat Keputusan Menteri Keuangan
No. KEP-792/MK/IV/12/1970 tanggal 7 Desember 1970 tentang Lembaga Keuangan, yang telah diubah dan
titambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 562/KMK.011/1982 tanggal 1 September 1982
tentang Perubahan dan Tambahan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-38/MK/IV/1972 tanggal 18
Januari 1972. LKBB atau INKB adalah semua badan selain bank yang melakukan kegiatan di bidang keuangan
yang secara langsung ataupun tidak langsung menghimpun dana, terutama dengan jalan mengeluarkan kertas
berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan
3. Jenis LKBB
Menurut jenisnya, lembaga keuangan bukan bank dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Asuransi, adalah perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung membayar
sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga.
b. Dana Pensiun, adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun
c. Lembaga Pembiayaan, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana atau barang modal.
Lembaga Pembiayaan meliputi:
46
1. Perusahaan Pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna
Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.
Contoh :
- Perusahaan pembiayaan yang terutama membiayai kendaraan bermotor misalnya : PT Federal
International Finance (FIF), PT Bussan Auto Finance (BAF), PT Adira Dinamika Multi Finance
(ADMF), PT Astra Sedaya Finance (ACC), PT BCA Finance, PT Mega Central Finance (MCF), PT
Bima Multifinance, PT Trust Finance Indonesia, PT Bentara Sinergies Multifinance (BESS Finance).
- Perusahaan pembiayaan yang terutama membiayai mesin dan alat-alat berat misalnya : PT Chandra
Sakti Utama Leasing (CSUL Finance), PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF)
- Perusahaan pembiayaan yang terutama membiayai peralatan elektronik dan rumah tangga
misalnya : PT Adira Quantum Multifinance
2. Perusahaan Modal Ventura, adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu
tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan atau
pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha, dan
3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur. Contoh : PT Sarana Multigriya
Finansial (Persero), atau biasanya disingkat PT SMF (Persero) adalah satu-satunya Perusahaan
Pembiayaan Sekunder Perumahan yang didirikan di Indonesia.
d. Lembaga Keuangan lainnya, artinya Industri Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (Khusus) berisi beberapa
lembaga atau perusahaan yang dibentuk atau didirikan untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang bersifat
khusus, umumnya berkaitan dengan upaya mendukung program pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat.
Lembaga atau perusahaan jasa keuangan tersebut adalah:
1. Lembaga atau Perusahaan Penjaminan Kredit
2. Perusahaan Penjaminan Infrastruktur
3. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
4. Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan
5. Perusahaan Pegadaian
6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
7. Lembaga Keuangan Mikro
LKBB diharapkan dapat merangsang penyertaan modal swasta dan memperluas sumber-sumber pembiayaan bagi
kegiatan dunia usaha. LKBB dapat bertindak pula sebagai penggerak, perantara atau penanggung setiap pengeluaran
dan penukaran saham-saham, surat-surat utang, obligasi dan surat berharga lainnya.
3. Produk Perbankan
Sesuai dengan pengertian bank, maka produk perbankan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kredit Pasif (Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan) yang berupa hal berikut ini : Giro,Deposito
berjangka, Sertifikat deposito, Tabungan dan Surat berharga
b. Kredit aktif (Menyalurkan kepada masyarakat atau melayani pemberian kredit kepada masyarakat, baik kredit
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang), diantaranya : Kredit Rekening Koran (R/K), Kredit
Reimburs (Letter of Credit), Kredit aksep, Kredit documenter,dan Kredit dengan jaminan surat-surat berharga,
c. Memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, baik lalu lintas pembayaran dalam negeri dan pembayaran
intenasional
G. KREDIT
a. Pengertian
Kata kredit bersal dari bahasa latin Credere yang artinya kepercayaan. Dalam masyarakat kata tersebut sering
disamakan dengan pinjaman, artinya bila seseorang mendapat kredit berarti mendapat pinjaman. Dengan
demikian kredit dapat diartikan sebagai tiap-tiap perjanjian suatu jasa (prestasi) dan adanya balas jasa (kontra
prestasi) di masa yang akan datang.
Kredibilitas adalah layak atau tidaknya seseorang untuk memperoleh kredit. Kredibilitas tersebut harus memenuhi
lima syarat yang biasa dikenal dengan istilah 5C, yaitu sebagai berikut : Character, Capital, Capacity,
Collateral dan Condition of Economic.
b. Jenis-jenis Kredit.
Kredit yang masih diberlakukan sampai dengan saat ini diantaranya adalah :
1. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (BLBI, diantaranya : Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit kepada
Koperasi (KUD), Kredit kepada Bulog untuk pengadaan pangan dan gula, dan Kredit investasi yang
diberikan oleh bank-bank pembangunan dan LKBB
2. Kredit yang tidak ditunjang oleh Kredit Likuiditas Bank Indonesia, diantaranya : Kredit Usaha Kecil
(KUK), Kredit ekspor, Kredit Kepada Kontarktor Nasional, Kredit Produksi, Impor dan Penyaluran Pupuk
dan Obat Hama untuk BIMAS, Kredit Investasi Kecil (Kredit Modal Kerja Permanen), Kredit Investasi
(Kredit modal Kerja sampai dengan Rp 75.000.000,00), Kredit kepada Guru, Kredit Mahasiswa Indonesia
dan Kredit Asrama Mahasiswa
c. Kebaikan dan keburukan kredit.
Kredit mempunyai beberapa kebaikan, diantaranya sebagai berikut.
1. meningkatkan produktivitas
2. memperlancar konsumsi barang atau jasa
3. memperlancar tukar menukar atau perdagangan
4. memperlancar arus peredaran uang dan barang
Keburukan kredit antara lain sebagai berikut.
48
1. Produk yang dihasilkan akan mengalami kelebihan (over production), sehingga dapat menjatuhkan harga
barang.
2. Timbul spekulasi dalam perdagangan, sehingga membawa akibat yang tidak baik.
3. Dapat menimbulkan inflai (kenaikan harga barang), karena meningkatkan jumlah uang yang beredar.
4. Kredit konsumtif dapat mendorong masyarakat untuk hidup melebihi kemampuannya.
5. Kredit produktif memberi kesempatan kepada orang-orang atau badan mendirikan badan usaha untuk
mencoba-coba atau secara ekonomis tidak dapat dipertanggung jawabkan, sehinga mengakibatkan kegagalan
atau jatuh pailit.
3. Wewenang OJK
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan, OJK mempunyai wewenang:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan,
kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank; dan
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di
bidang jasa;
b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum
pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan
5. standar akuntansi bank;
49
c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati- hatian bank, meliputi:
1. manajemen risiko;
2. tata kelola bank;
3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan;
d. pemeriksaan bank.
Dalam Pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, disebutkan pengertian sistem
pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan
untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi. Adapun pengertian umum mengenai sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan
pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Dengan demikian, apabila kita berbicara mengenai
sistem pembayaran berarti kita berbicara tentang alat pembayaran, prosedur perbankan sehubungan dengan
pembayaran dan juga sistem transfer dana antarbank yang dipakai dalam proses pembayaran.
Bagaimanakah instrumen dalam sistem pembayaran?
Secara garis besar, sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem pembayaran tunai dan sistem
pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen
yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam
bentuk fisik uang kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrumen yang
digunakan berupa alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang
elektronik.
a. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai sudah dilakukan sejak ditemukannya uang sebagai alat pembayaran tunai.
Sistem pembayaran tunai biasanya terjadi di antara kedua belah pihak, baik individu, kelompok, lembaga,
maupun negara. Sistem pembayaran tunai sudah sering terjadi setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari,
seperti kamu membeli buku tulis di toko buku, ayahmu membeli keperluan kantor, dan ibumu membeli
kebutuhan harian di pasar.
2. Alat Pembayaran
Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal
dengan uang. Hingga saat ini, uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di
masyarakat. Selanjutnya, alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat
pembayaran nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya, cek dan bilyet
giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paper less seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran
memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).
Untuk memperlancar berkembangnya kegiatan ekonomi, pembayaran atas transaksi keuangan digunakan
suatu alat pembayaran, yang terdiri atas sebagai berikut.
a. Alat Pembayaran Tunai
Alat pembayaran tunai kita kenal dalam bentuk uang kertas dan uang logam. Berbagai jenis uang kertas dan
uang logam dikeluarkan oleh pemerintah dari tahun ke tahun, ada yang ditarik dari peredaran dan diganti
dengan bentuk atau model baru. Alat pembayaran tunai adalah alat pembayaran dengan memakai uang kartal
(uang kertas dan logam), yang terdiri atas uang dengan nilai nominal Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000,
Rp2000, Rp5000, Rp10000, Rp20000, Rp50000, dan Rp100000.
Alat pembayaran tunai berupa uang kartal tersebut masih berperan penting dalam lalu lintas pembayaran
dalam transaksi sehari-hari yang tentu saja bernilai kecil. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini,
pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding uang giral.
3) Kartu Debet
Kartu Debet adalah pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan,
dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan
55
pemegang kartu pada bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kartu debet, memiliki karakteristik sebagai berikut.
a) Kemudahan berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai
b) Dana untuk transaksi berasal dari rekening simpanan dan akan berkurang secara otomatis
c) Persyaratan kepemilikan harus memilki rekening simpanan di bank penerbit
4) Uang Elektronik
Uang Elektronik (electronic money) adalah uang yang digunakan dalam transaksi Internet dengan
cara elektronik . Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer (seperti internet dan
sistem penyimpanan harga digital). Electronic Funds Transfer (EFT) adalah sebuah contoh uang
elektronik.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/1/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik
(Electronic Money), Uang Elektronik harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yaitu :
a) diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit;
b) nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;
c) digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang
elektonik tersebut;
d) dan nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam
melakukan transaksi transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai. Uang elektronik sangat
applicable untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi, seperti: transportasi,
parkir, tol, fast food, dan sebagainya.
Perbedaan mendasar antara uang elektronik dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
adalah uang elektronik bersifat prabayar (prepaid) sedangkan APMK bersifat akses.
56
BAB IX
KETENAGAKERJAAN, PENGANGGURAN
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KOMPETENSI INDIKATOR
3. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan Mendeskripsikan ketenagakerjaan,
dampaknya terhadap pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
APBN dan APBD, perekonomian terbuka, ekonomi, pengangguran atau dampaknya
mengenal pasar modal. berdasarkan data atau grafik
A. KESEMPATAN KERJA
1. Dalam arti sempit, kesempatan kerja adalah banyak sedikitnya tenaga kerja yang mempunyai kesempatan untuk
bekerja.
2. Dalam arti luas, kesempatan kerja adalah banyak sedikitnya faktor-faktor produksi yang mungkin dapat ikut
dalam proses produksi.
Banyak sedikitnya tenaga kerja dan aktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi, sehingga mereka memiliki
kesempatan kerja akan berkaitan dengan hal-hal berikut ini : Angkatan kerja, Penduduk usia kerja, Bekerja, Jumlah
Jam Kerja, Jenis Pekerjaan / Jabatan,Lapangan Usaha / Lapangan Pekerjaan, Penduduk yang berkerja, Upah Buruh,
Upah pekerja dan kebutuhan fisik minimum, dan Produktivitas tenaga kerja.
Perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dinyatakan dalam Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), yang dapat dihitung dengan rumus :
Angkatan Kerja
TPAK = x 100%
Penduduk Berusia 15 – 64 tahun
B. PENGANGGURAN
Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu
usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja / mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja.
Tingkat pengangguran dihitung dengan rumus :
Jumlah Pengangguran
Tingkat Pengangguran = x 100%
Jumlah Angkatan Kerja
Pengangguran yang terjadi pada suatu negara, disebabkan oleh beberapa jenis,diantaranya :
1. Pengangguran Ketidakcakapan adalah pengangguran yang terjadi karena seseorang mempunyai cacat
fisik atau jasmani, sehingga dalam dunia perusahaan mereka sulit untuk diterima menjadi pekerja/karyawan.
2. Pengangguran Musiman adalah pengangguran yang biasa terjadi pada sektor pertanian, misalnya pada
musim paceklik. Pada musim ini banyak pekerja atau petani yang menganggur, karena musimnya yang tidak
menguntungkan bagi petani.
3. Pengangguran Friksional (peralihan) adalah pengangguran yang terjadi karena penawaran tenaga kerja lebih
banyak dari pada permintaan tenaga kerja atau tenaga kerja yang sudah bekerja tetapi menginginkan pindah
pekerjaan lain, sehingga belum mendapatkan tempat pekerjaan yang baru. Kelebihan tersebut menimbulkan
adanya pengangguran.
4. Pengangguran karena upah terlalu tinggi artinya pengangguran yang terjadi karena para pekerja atau pencari kerja
menginginkan adanya upah atau gaji terlalu tinggi, sehingga para pengusaha tidak mampu untuk memenuhi
keinginan tersebut, sehingga menimbulkan adanya pengangguran.
5. Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang terjadi karena terdapat kelebihan faktor produksi, khususnya
faktor produksi tenaga kerja. Bila suatu perusahaan atau pengusaha terjadi kelebihan semacam ini, maka akan
terdapat pengangguran faktor produksi tersebut, sehingga menimbulkan adanya pengangguran.
6. Pengangguran Voluntary adalah pengangguran karena seseorang secara sukarela tidak mau bekerja.
7. Pengangguran Tehnologi adalah pengangguran karena adanya pergantian tenaga manusia dengan tenaga mesin
C. CARA-CARA MENGATASI PENGANGGURAN
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah pengangguran merupakan masalah yang sangat buruk efeknya atau
dampaknya pada aktivitas perekonomian masyarakat, baik kegiatan produksi, distribusi maupun konsumsi. Dan oleh
sebab itu secara terus menerus usaha-usaha harus dilakukan untuk mengatasi pengangguran.
Adapun cara-cara untuk mengatasi pegangguran antara lain :
a. Memperluas kesempatan kerja, dengan membuka lapangan kerja baru, baik dibidang pertanian, bidang industri,
bidang perdagangan maupun bidang jasa.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga para lulusan sudah siap pakai untuk menjadi tenaga yang trampil.
c. Meningkatkan kualitas tenaga kerja, dengan memberikan pendidikan ketrampilan melalui pendidikan formal
dan non formal.
d. Memberikan kesempatan kerja ke luar negeri, melalui penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
e. Mendorong tumbuh berkembangnya usaha-usaha atau industri rumah tangga.
f. Memberikan peranan KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan sebab-sebab terjadinya pengangguran, maka cara mengatasinya dapat diuraikan sebagai berikut :
No. Jenis Pengangguran Cara Mengatasi Pengangguran
1. Ketidakcakapan Memberikan ketrampilan yang sesuai dengan konidi fisiknya
2. Musiman Pemberian informasi yang jelas tentang adanya lowongan kerja
57
pada bidang lain dan melatih seseorang pada masa menunggu
musim tertentu
3. Friksional Mengusahakan informasi yang lengkap tentang permintaan dan
penawaran tenaga kerja, sehingga mempermudah dalam
pengambilan keputusan
4. Upah terlalu tinggi Memberikan pemahaman tentang kondisi ekonomi suatu usaha
atau perusahaan, sehingga tidak terlalu menimbulkan tuntutan
5. Struktural Memindahkan tenaga kerja dari tempat yang tidak membutuhkan
ke tempat yang membutuhkan, meningkatkan mobilitas tenaga
kerja, dan mendirikan industri padat karya
6. Tehnologi Meningkatkan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja agar
memiliki pengetahuan sesuai yang diinginkan, serta
meningkatkan pengatahuan tentang perkembangan tehnologi
7. Siklis / Konjungtur Peningkatan daya beli masyarakat, mengadakan proyek umum
seperti membangun jalan, jembatan, irigasi dan kegiatan lainnya
ΔGNP
×100 %
Pertumbuhan Ekonomi tahun t = GNP to
dimana : Simbol ∆ : perubahan, yang diperoleh dari (GNP tahun ini – GNP tahun lalu)
GNPto : GNP sebelum berubah (GNP tahun lalu)
Contoh :
GNP tahun 2014 sebesar Rp 800,00 Trilyun dan GNP tahun 2015 sebesar Rp 900,00 trilyun, maka besarnya
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah :
900−800
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi tahun 2015 = 800 x 100% = 12,5%
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi negara
berkembang
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
2. Jumlah dan Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja
3. Barang-barang Modal dan Tingkat Tehnologi
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
5. Luas Pasar sebagai Sumber Pertumbuhan
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Pembangunan ekonomi antara lain :
1. Sumber-sumber ekonomi yang produktif
2. Pendapatan nasional atau produksi nasional
3. Tingkat konsumsi potensial
58
E. TEORI-TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikam yang telah lama dibahas oleh ahli-ahli ekonomi.
Beberapa faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi :
1. Tanah dan kekayaan alam
2. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
3. Barang-barang modal dan tehnologi
4. Manajemen
5. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
6. Sistem sosial dan sikap masyarakat
7. Luas pasar
Berikut ini diuraikan teori-teori pertumbuhan ekonomi dari pemikiran ekonomi, yaitu :
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Aliran Merkantilisme.
Pertumbuhan ekonomi atau perkembangan ekonomi suatu negara menurut kaum Merkantilis
ditentukan oleh peningkatan perdagangan internasional dan penambahan pemasaran hasil industri serta
surplus neraca perdagangan sehingga selalu meningkatkan ekspor barang hasil industri. Dan melarang ekspor
logam mulia (emas), sebab logam mulia atau emas menurut aliran merkantilisme merupakan tanda kekayaan
suatu negara.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Aliran Klasik
a. Adam Smith
Adam Smith mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul ”An Inquiry
Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” atau dengan ringkas The Wealth of Nations tahun
1776. Menurut Adam Smith, ada empat factor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : Jumlah
penduduk, Jumlah stok barang-barang modal, Luas tanah dan kekayaan alam, dan Tingkat tehnologi yang
digunakan serta adanya spesialisasi dan pembagian kerja internasional.
b. David Recardo
David Recardo mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul ”The
Principles of Political Economy and Taxation”. Menurut David Recardo pertumbuhan ekonomi suatu
Negara ditentukan oleh pertumbuhan penduduk. Dengan bertambahnya penduduk akan menambah tenaga
kerja dan akan membutuhkan tanah atau alam.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
a. Joseph Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi dan para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat perbaruan atau inovasi
dalam ekonomi, sehingga tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara terjadi jika para pengusaha terus
menerus mengadakan inovasi dan mampu pengadakan kombinasi baru atas investasinya atau proses
produksinya, diantaranya :
a. Penggunaan teknik produksi yang baru
b. Penemuan bahan dasar yang baru
c. Pembukaan daerah pemasaran yang baru
d. Penggunaan manajemen yang baru
e. Penggunaan teknik pemasaran yang baru,
b. Harrod – Domar
Dalam analisis teori pertumbuhan ekonomi Menurut Teori Harrod – Domar, bertujuan untuk menjelaskan
syarat yang harus dipenuhi supaya perekonomian dapat mencapai Pertumbuhan yang teguh (Steady
Growth) dalam jangka panjang. Asusmsi yang digunakan oleh Harrod-Domar dapat teori pertumbuhan
ekonomi ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
- Tahap awal perekonomian telah mencapai tingkat full employment
- Perekonomian terdiri dari sektor rumah tangga (konsumen) dan sektor perusahaan
(produsen)
- Fungsi tabungan dimulai dari titik nol, sehingga besarnya tabungan proporsional
dengan pendapatan
- Hasrat menabung batas (Marginal Propencity to save) besarnya tetap
Sehingga menurut Harrod – Domar pertumbuhan ekonomi yang teguh akan mencapai kapasitas penuh (full
capacity) dalam jangka panjang.
c. Sollow Swan
Menurut teori Sollow – Swan, ada 4 anggapan dasar dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi, yaitu :
- Tenaga kerja (Penduduk) tumbuh dengan laju tertenti
- Fungsi produksi Q = f (K,L) berlaku bagi setiap periode (K : Kapital, L : Labour)
- Adanya kecenderungan menabung dari masyarakat
- Semua tabungan masyarakat diinvestasikan
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Aliran Historis
a. Friederich List (1789 – 18456)
Menurut Friederich List perkembangan ekonomi ditinjau dari tehnik berproduksi sebagai sumber
penghidupan.Tahapan pertumbuhan ekonominya antara lain :Masa berburu atau mengembara, Masa
beternak atau bertani, Masa bertani dan kerajinan, Masa kerajinan Industri dan Perdagangan. Buku
hasil karyanya berjudul Das Nationale System der Politischen Oekonomie (1840).
b. Bruno Hildebrand (1812 – 1878)
Menurut Bruno Hildebrand, perkembangan ekonomi ditinjau dari cara pertukaran (tukar-menukar) yang
digunakan dalam masyarakat.Tahap pertumbuhan ekonominya : Masa Pertukaran dengan natura (barter),
Masa pertukaran dengan uang dan Masa pertukaran dengan kredit/giral.
59
Pendapatnya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Die National Ekonomie der gegenwart und Zukunfit
(1848).
c. Karl Bucher (1847 – 1930)
Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi ditinjau dari jarak antara produsen dengan konsumenTahap
pertumbuhan ekonominya antara lain : Rumah tangga tertutup, Rumah tangga kota, Rumah tangga
bangsa dan Rumah tangga dunia.
d. Werner Sombart (1863 – 1941)
Menurut Werner Sombart, perkembangan ekonomi ditinjau dari susunan organisasi dan idiologi
masyarakat.Tahapan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut : Zaman perekonomian tertutup, Zaman
perekonomian Kerajian dan pertukangan, Zaman perekonomian Kapitalis (Kapitalis purba, madya,
raya dan akhir)
Karyanya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Der Moderne Kapitalismus (1927),
e. W.W. Rostow
W.W. Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic Growth membagi pertumbuhan ekonomi
menjadi lima tahap atas dasar kemajuan tingkat teknologi.
Kelima tahap itu adalah : Masayarakat tradisional, Prasyarat lepas landas, Lepas landas, Gerakan
kearah kedewasaan dan tahap konsumsi tinggi.
1. Pengertian APBN
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (1), (2) dan (3), setiap tahun Presiden mengajukan RAPBN untuk dibahas
bersama DPR. Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) juga
dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat secara rinci tentang sumber-sumber penerimaan negara dan
alokasi pengeluarannya dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun.
Penyusunan APBN didasarkan asas berimbang dan dinamis, artinya di sektor penerimaan negara selalu
diusahakan peningkatannya dan di sektor pengeluarannya diusahakan penghematan rutin serta lebih mengarahkan
dana pembangunan kepada kegiatan yang menunjang peningkatan produksi nasional, yang mana besarnya
pengeluaran (belanja) seimbang dengan penerimaannya.
Secara rinci penyusunan APBN didasarkan :
a. Asas berimbang dan dinamis penerimaan-pengeluaran
b. Tabungan/Saving selalu meningkat
c. Peningkatan pendapatan pajak, secara : intensif dan ektensif
d. Prioritas pengeluaran rutin yang penting
e. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia secara maksimal.
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS (DIFISIT) ANGGARAN (A – B)
% defisit terhadap PDB
E. PEMBIAYAAN (I + II)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
1 . Perbankan Dalam Negeri
a. Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman
b. Saldo Anggaran Lebih
2. Nonperbankan Dalam Negeri
a. Hasil Pengelolaan Aset
b. Dana Investasi Pemerintah
i. Penerimaan Kembali Investasi
ii. Penyertaan Modal Negara
iii. Dana Bergulir
c. Cadangan Dana Pembiayaan untuk Pengembangan Pendidikan Nasional
d. Kewajiban Penjaminan
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
1 . Penarikan Pinjaman LN (bruto)
a. Pinjaman Program
b. Pinjaman Proyek
i. Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat
- Kementerian Negara/Lembaga
- Diterushibahkan (on-granting )
ii. Penerimaan Penerusan Pinjaman
2. Penerusan Pinjaman (SLA)
3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN
Semakin tinggi tabungan pemerintah atau Negara maka akan dapat meningkatkan investasi atau penanaman
modal untuk usaha sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lancar atau dengan kata lain APBN
menunjukkan surplus. Dan Keseimbangan primer adalah total penerimaan atau pendapatan Negara dikurangi belanja dalam
APBN tanpa menghitung pembayaran bunga utang. Jika berada dalam kondisi defisit, penerimaan negara tidak bisa
menutup pengeluaran sehingga membayar bunga utang sudah menggunakan pokok utang baru.
5. Mekanisme penyusunan APBN
Berdasarkan pasal 15 UU nomor 17 tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBN, dijelaskan proses
penyusunan APBN sebagai berikut :
(1) Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang
mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
(4) Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undangundang tentang APBN
dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja.
(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang, Pemerintah Pusat dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
Dengan APBN, dapat diketahui arah, tujuan, serta prioritas pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan.
Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, peningkatan sumber daya manusia akan
meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi. Pada gilirannya akan terbentuk tabungan masyarakat
sehingga meningkatkan investasi yang menyebabkan semakin banyak barang dan jasa yang tersedia bagi
masyarakat. Penyusunan APBN dapat juga mempengaruhi inflasi/deflasi yang akan terjadi dimasyarakat
1. Pengertian APBD
Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga dapat diartikan
sebagai suatu rencana kerja pemerintah daerah, yang mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran daerah selama
satu tahun yang dinyatakan dalam satuan uang dan yang disetujui oleh DPRD.
2. Fungsi dan Tujuan APBD
Fungsi dan tujuan APBD sama dengan fungsi dan tujuan APBN, hanya perbedaannya ruang lingkup APBD terbatas
pada wilayah daerah dan pelaksanaannya diserahkan kepada kepala daerah sesuai dengan semangat otonomi
daerah.
Dalam APBD akan tercermin pendapatan asli daerah (PAD) maupun pendapatan yang diperoleh dari pemerintah
pusat yang berupa dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
3. Sumber-sumber penerimaan daerah dan Jenis-jenis pengeluaran daerah
Berdasarkan pasal 16 UU nomor 17 tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBD, dijelaskan sebagai
berikut :
(1) APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah.
(2) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
(3) Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
(4) Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Sumber-sumber Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah dapat disajikan sebagai berikut :
Sumber-sumber Penerimaan Daerah atau Pendapatan Daerah
1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Pengelolaan Kekayaan Daerah (Laba Perusahaan Daerah)
d. Penerimaan lain-lain yang sah
3. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi hasil pajak (PBB desa dan kota, Cukai tembakau) dan bukan pajak (SDA
b. Dana Alokasi Umum (DAU) dari Pemerintah Pusat
64
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat
d. Dana Desa
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah (Dana BOS, Tunjangan Profesi Guru, Dana
Otonomi Khusus, Dana Insentif Daerah, Dana Bagi Hasil dari Provinsi dan Dana
Transfer lainnya)
Kebijakan Fiskal atau Kebijakan Anggaran adalah kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan pendapatan
dan pengeluaran Negara atau APBN, agar sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan pada gilirannya
akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Kebijakan Fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah pengeluaran negara sehingga
meningkatkan investasi dan menciptakan suatu kegiatan ekonomi dengan penggunaan tenaga kerja yang
tinggi/penuh tanpa inflasi dan selalu mengalami pertumbuhan yang memuaskan.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah penerimaan negara dengan
peningkatan pajak / mengefektifkan pajak atau mengurangi pengeluaran negara sehingga inflasi dapat teratasi.
65
D. PERPAJAKAN
1. Pengertian pajak
Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian dapat dsimpulkan bahwa pajak :
a. Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara
b. Bersifat memaksa
c. Berdasarkan Undang-undang
d. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung
e. Untuk penyelenggaraan negara dan kemakmuran rakyat
Dasar pemungutan pajak adalah UUD 1945 pasal 23A: “Pajak dan pengutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang.”
Besarnya Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan PKP (Penghasilan Kena Pajak) dan PKP =
Penghasilan persih pertahun – Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Secara terperinci besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dapat disajikan berikut ini :
No Status Jumlah
1 WP Tidak Kawin + 0 Tanggungan (TK/0) Rp 36.000.000,00
2 WP Tidak Kawin + 1 Tanggungan (TK/1) Rp 39.000.000,00
3 WP Tidak Kawin + 2 Tanggungan (TK/2) Rp 42.000.000,00
4 WP Tidak Kawin + 3 Tanggungan (TK/3) Rp 45.000.000,00
5 WP Kawin + 0 Tanggungan (K/0) Rp 39.000.000,00
6 WP Kawin + 1 Tanggungan (K/1) Rp 42.000.000,00
7 WP Kawin + 2 Tanggungan (K/2) Rp 45.000.000,00
8 WP Kawin + 3 Tanggungan (K/3) Rp 48.000.000,00
9 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 0 Tanggungan (K/I/0) Rp 75.000.000,00
10 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 1 Tanggungan (K/I/1) Rp 78.000.000,00
11 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 2 Tanggungan (K/I/2) Rp 81.000.000,00
12 WP Kawin + Penghasilan Istri digabung + 3 Tanggungan (K/I/3) Rp 84.000.000,00
Contoh 1 :
Penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi, Jumlah Penghasilan Kena Pajak
Rp600.000.000,00. Maka Pajak Penghasilan yang terutang:
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00
30% x Rp 100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 (+)
Jumlah Pajak terutang = Rp125.000.000,00
Contoh 2 :
Pak Chandra sebagai karyawan di sebuah Perusahaan, penghasilan neto setiap bulannya Rp
10.000.000,00. Pak Chandra sudah beristeri tidak bekerja dan mempunyai 4 anak.
Berapakah pajak terutang setiap bulannya ?
Jawab:
Penghasilan neto 12 bulan x Rp 10.000.000,00 = Rp 120.000.000,00
PTKP - wajib pajak Rp 36.000.000,00
- isteri Rp 3.000.000,00
- anak (maks 3)
3 x Rp 3.000.000,00 Rp 9.000.000,00 +
= Rp 48.000.000,00 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp 72.000.000,00
===============
Jadi, PPh terutang pertahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 22.000.000,00 = Rp 3.300.000,00 +
= Rp 5.800.000,00
=============
Pajak penghasilan perbulan = Rp 5.800.000,00 : 12 = Rp 483.333,33
a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah : 28% (dua puluh delapan persen) pada
tahun 2009 dan 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010 dengan
diskon 50% untuk penghasilan kena pajak kurang dari Rp 50 milyar
Contoh :
69
Koperasi Unit Desa “gonjang ganjing” bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun 2010 memiliki
penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp 500.000.000,- dan seluruh biaya-biaya yang berkaitan
dengan usaha (sesuai ketentuan perpajakan) sebesar Rp 425.000.000
Perhitungan pajak penghasilan sebagai berikut :
• Peredaran usaha/ penjualan : Rp 500.000.000
• Harga Pokok Penjualan : Rp 0–
• Laba usaha : Rp 500.000.000
• Beban usaha : Rp 425.000.000 –
• Penghasilan neto : Rp 75.000.000
• Penghasilan/beban luar usaha : Rp 0–
• Penghasilan Kena Pajak : Rp 75.000.000
============
Pajak Penghasilan = 25% x 50% x Rp 75.000.000 = Rp 9.375.000,00
Sehubungan dengan wajib pajak badan juga diatur oleh Pemerintah dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
a. Peredaran Bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet
atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya
b. Objek Pajaknya adalah Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan
peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, serta besarnya
Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)
c. Jenis usaha yang dikenakan atas peraturan ini diantaranya usaha dagang, industri, dan jasa,
seperti misalnya toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah
makan, salon, dan usaha lainnya.
d. Subjek Pajaknya adalah Orang pribadi dan Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), yang
menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar
dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.
Pengertian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau jasa kena
pajak di dalam daerah pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang pribadi, perusahaan, maupun pemerintah
yang mengkonsumsi barang kena pajak atau jasa kena pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang
dan jasa adalah barang kena pajak atau jasa kena pajak , kecuali ditentukan lain oleh UU PPN
Sedangkan Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM), menurut Pasal 8, adalah:
(1) Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serendah-rendahnya 10% (sepuluh persen) dan setinggi-
tingginya 200% (dua ratus persen).
(2) Ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen).
(3) Ketentuan mengenai kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dikenai Pajak Penjualan
atas Barang Mewah dengan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
(4) Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
d. Pajak Bumi dan Bangunan (UU nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah/PDRD Pasal 77 sampai dengan Pasal 81)
1. Pengertian
Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 pada bulan September 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Atas dasar tersebut pemerintah mengalihkan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan(PBB-P2) menjadi Pajak Daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Mulai tanggal 1 Januari 2014 PBB
Perdesaan dan Perkotaan merupakan Pajak Daerah Kabupaten/ Kota. Sedangkan untuk PBB Perkebunan,
Perhutanan, Pertambangan masih tetap merupakan Pajak Pusat.
Sedangkan Berdasarkan pasal 77 ayat 3 UU Nomor 28 tahun 2009 dijelaskan bahwa Objek Pajak
yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang:
1) digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;
2) digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
misalnya untuk kepentingan masjid, gereja, vihara, rumah sakit, pesantren/madrasah, panti asuhan,
museum, candi dan sebagainya
3) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
4) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang
dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
5) digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan
6) digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan. Misalnya untuk PBB, ASEAN, dan lain-lain
Contoh :
Tuan Fatah memiliki Objek pajak yang berkaitan dengan tanah dan bangunan : Tanah seluas 400 m 2 dengan
Nilai Jualnya Rp 500.000,00 per m2, Rumah seluas 300 m2 dengan Nilai jualnya Rp 600.000,00 per m2.
Hitunglah besarnya PBB yang terutang jika diketahui besarnya NJOPTKP Rp 10.000.000,00 dan tarif yang
dikenakan sebesar 0,1%.
Jawab :
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Tanah : 400 x Rp 500.000,00 = Rp 200.000.000,00
Bangunan : 300 x Rp 600.000,00 = Rp 180.000.000,00 +
= Rp 380.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak = Rp 10.000.000,00 –
NJOP untuk Penghitungan PBB = Rp 370.000.000,00
===============
PBB Terutang = 0,1% x Rp 370.000.000,00 = Rp 370.000,00
KOMPETENSI INDIKATOR
3. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya Mendeskripsikan perdagangan internasional
terhadap pembangunan ekonomi, APBN dan APBD, valuta asing, neraca pembayaran atau devisa
perekonomian terbuka, mengenal pasar modal.
A. PENDAGANGAN INTERNASIONAL.
Contoh :
Hari kerja per satuan output
Negara Dasar tukar dalam negeri
Rempah-rempah Permadani
Indonesia 400 kg/hari 200 unit/hari 1 perm = 2 kg rempah-rempah
Persia 200 kg/hari 800 unit/hari 1 perm = 0,25 kg rempah-rempah
Persia secara mutlak lebih efisien dalam produksi Permadani, sedangkan Indonesia secara mutlak lebih
efiesien dalam produksi Rempah-Rempah, sehingga Persia berspesialisasi pada produksi Permadani dan
Indonesia berspesialisasi pada produksi Rempah – Rempah.
Oleh karena itu, Indonesia akan mengekspor rempah-rempah ke Persia dan Persia akan mengekspor
permadani ke Indonesia.
Dari contoh tersebut Persia memiliki keunggulan mutlak untuk kedua jenis produk tersebut, tetapi
keuntungan tertingginya pada produksi permadani. Dan Indonesia memiliki kelemahan mutlak untuk
kedua jenis produk, tetapi kelemahan terkecilnya pada produk rempah-rempah. Jika kedua negara
mengadakan perdagangan, maka kedua negara tetap mendapatkan keuntungan , yakni :
1. Di Persia 1 unit permadani = 0,5 kg rempah-rempah, dan di Indonesia 1 unit permadani = 1,5 kg
rempah-rempah, jika kedua negara berdagang, maka Persia akan mendapatkan keuntungan 1 kg
rempah-rempah.
2. Di Indonesia 1 kg rempah-rempah = 2/3 unit permadani dan di Persia 1 kg rempah-rempah = 2 unit
permadani. Jika kedua negara berdagang, maka Indonesia akan mendapatkan keuntungan 1 1/3
permadani.
4. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya produksi perunit barang
produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri dapat menjual barangnya yang lebih murah dan bisa
bersaing dengan barang impor. Dampak kebijakan subsidi sebagai berikut :Harga barang di pasar tetap,
Produksi dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar tetap dan Impor barang turun.
5. Dumping
Dumping adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan diskriminasi harga, yakni produsen menjual barang
di luar negeri lebih murah dan pada di dalam negeri.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu :
- Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar dan pada luar negeri, sehingga kurva permintaan di
dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
- Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat membeli barang
dan luar negeri.
74
2. Politik Dagang Bebas (Free Trade)
Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas antar negara. Pihak-
pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan
memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi dalam memproduksi barang dimana suatu negara memiliki
keunggulan komparatif.
C. PEMBAYARAN INTERNASIONAL
1. Cara Pembayaran Internasional.
a. Kompensasi Pribadi atau Private Compensation.
Adalah cara pembayaran dengan mengalihkan penyelesaian utang piutang pada seorang penduduk dalam
satu negara dimana penduduk tersebut tinggal.
b. Pembayaran Tunai (Cash Payment) atau Pembayaran dimuka
adalah pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan uang tunai atau cek, dan pembayaran tersebut
dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan atau menunggu diterimanya kabar bahwa barang yang
telah dipesan dikapalkan oleh eksportir.
c. Pembayaran dengan Surat Wesel Dagang atau Commercial bill of exchange atau Commercial draft
atau Trade bill.
Adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara eksportir menarik surat wesel atas importir sejumlah
harga barang-barang beserta biaya-biaya pengirimannya. Yang dimaksud dengan wesel adalah surat
perintah pembayaran dari seseorang (penarik wesel) yang ditujukan kepada orang lain (yang kena tarik)
untuk membayar sejumlah uang tertentu (nilai nominal wesel) kepada seseorang yang ditunjuk dalam
surat wesel (pemegang wesel) pada tanggal yang sudah ditentukan (hari jatuh tempo).
Tujuan penggunaan devisa adalah untuk mengukur kemampuan suatu Negara dalam transaksi internasional melalui
cadangan devisa, makin besar kemampuan suatu Negara dalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan
internasional, makin kuat pula nilai mata uang Negara tersebut.
a. Membayar impor barang-barang dan jasa
b. Pembiayaan kedutaan-kedutaan, konsulat, atase (perwakilan di luar negeri)
c. Pembiayaan perjalanan dinas dan kunjungan pejabat ke luar negeri
d. Pengiriman kontingen kesenian/kebudayaan dan olah raga ke luar negeri
e. Membayar pokok hutang, cicilan hutang, dan bunga atas pinjaman luar negeri
f. Membantu negara lain yang kekurangan dana dan negara yang dilanda bencana alam
Pada dasarnya akuntansi berkembang dari sistem tata buku berpasangan (double entry system) yang
pertama kali diperkenalkan di Italia pada tahun 1494. Seorang ahli ilmu pasti berkebangsaan Italia, Lucas Paciolo
yang menerbitkan buku berjudul Summa de Aritmatica, Geometria, Proportioni et Proportionalita. Pada salah
satu bagian buku tersebut berisi tentang pengetahuan akuntansi dengan judul Tractatus de computis et
scriptorio. Oleh karena Lucas Paciolo merupakan orang pertama yang menulis pengetahuan akuntansi, maka para
penganutnya menamakannya Bapak Akuntansi (The father of Accounting).
Sekitar pertengahan abad ke 18 sampai abad ke 19, setelah terjadi revolusi industri, muncul perkembangan di
berbagai bidang, baik sosial, ekonomi, maupun perdagangan. Nah, dari kejadian tersebut akhirnya akuntansi tidak
hanya berkembang di Eropa, tetapi juga sampai di daratan Amerika yang terkenal dengan sistem Anglo Saxon.
A. DEFINISI AKUNTANSI
Akuntansi sering disebut sebagai ”Bahasa Bisnis” atau ”Bahasa Pengambilan Keputusan” , karena semakin kita
dapat memahami dan menguasai ilmu akuntansi, maka akan semakin baik pulan untuk menangani dunia usaha, dan
dapat menangani berbagai aspek keuangan suatu perusahaan
Menurut American Accounting Association (AAA) Lembaga yang paling bertanggung jawab atas
pengembangan akuntansi d Amerika Serikat, Accounting is the process of identifying, measuring, and
communicating economic information to permit information judgment and decision by users of the information.
(Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi, yang
memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan
informasi keuangan tersebut).
Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Akuntansi sebagai suatu seni
pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu, yang dinyatakan dalam uang, transaksi dan
peristiwa paling tidak mengenai karakter keuangan dan penafsiran hasilnya. Atau Akuntansi sebagai aktivitas jasa
yang berfungsi untuk menghasilkan informasi yang bersifat angka, terutama tentang finansial, dari suatu unit entitas
ekonomi, yang dimaksudkan untuk dapat berguna sebelum pengambilan keputusan ekonomi, dalam menentukan
pilihan yang dianggap memiliki dasar yang kuat dibandingkan jika mengambil pilihan yang lain.
Menurut Weygandt, Kimmel dan Kieso, Accounting is an information system that identifies, records, and
communicates the economic events of an organization to interested users.(Akuntansi adalah sebuah sistem
informasi yang meliputi identifikasi, pencatatan dan pengkomunikasian transaksi ekonomi dari sebuah organisasi
yang berguna untuk pemakai)
Dari pengertian akuntansi di atas dapat disimpulkan bahwa Akuntansi adalah sebagai suatu proses
pencatatan, penggolongan/pengklasifikasian, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan dari transaksi keuangan
suatu organisasi untuk pengambilan keputusan bagi para pemakai informasi keuangan tersebut.
Karakteristik kualitas Informasi akuntansi merupakan ciri khas yang membuat informasi akuntansi berguna bagi
pengguna atau pemakai informasi tersebut. Informasi akuntansi yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat
berikut ini :
1. Dapat dipahami (Undertandability), artinya laporan keuangan dpat dengan mudah untuk segera dipahami oleh
pemakai
2. Relevan (Relevance), artinya laporan keuangan harus sesuai dengan tujuan operasi perusahaan dan memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
3. Materialitas (Materiality), artinya Suatu laporan atau fakta dipandang material kalau kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan analisa keadaan lain sebagai bahan pertimbangan pelengkap.
4. Keandalan (Reliability), artinya informasi laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur ( Faithful
Representation).
5. Penyajian Jujur (Faithful Representation), artinya informasi akuntansi harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
6. Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form), artinya jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan
dengan jujur, maka transaksi perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan
hanya bentuk hukumnya.
80
7. Netralitas (Neutrality), artinya informasi akuntansi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
8. Pertimbangan Sehat (Prudence), artinya Informasi yang disajikan mengandung unsure kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian.
9. Kelengkapan (Completeness), artinya informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas
dan biaya.
10. Dapat Dibandingkan (Comparability), artinya Informasi akuntansi harus dapat dibandingkan dengan laporan
periode sebelumnya dan dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
C. PROSES AKUNTANSI
Informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan memiliki Kegunaan yaitu :
1. sebagai alat perencanaan, pengendalian kegiatan perusahaan dan dasar pembuatan keputusan bagi pimpinan
2. sebagai laporan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak di luar perusahaan.
Sedangkan Pihak-pihak yang memerlukan informasi akuntansi antara lain :
a. Pihak intern atau Pimpinan perusahaan (Manajer)
b. Pihak ekstern perusahaan, terdiri dari :
1. Investor atau calon investor
2. Karyawan
3. Pemberi Pinjaman (Bank)
4. Pemasok atau Kreditur lainnya
5. Pelanggan
6. Pemerintah
7. Masyarakat
Jabatan-jabatan dalam lapangan akuntansi dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang. Berdasarkan lingkup
kegiatan dan bidang garapannya, profesi akuntansi terdiri dari :
1. Akuntan Publik adalah akuntan yang kegiatannya memberikan jasa untuk kepentingan perusahaan dengan
sejumlah pembayaran tertentu, yang juga disebut akuntan ekstern
2. Akuntan Pemerintah adalah akuntan yang bekerja sebagai pemeriksa atau auditor untuk pemerintah atau Negara
3. Akuntan Pendidik adalah akuntan yang bekerja sebagai pengajar atau dosen di perguruan tinggi
4. Akuntan Intern atau akuntan Perusahaan adalah akuntan yang bekerja dalam perusahaan dan bertugas khusus di
bidang akuntansi intern untuk membantu pengelola perusahaan.
Etika Profesi Akuntan adalah kode etik seorang akuntansi yang diperlukan untuk mengatur perilaku anggotanya
dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika professional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut
dengan istilah Kode Etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan.
Prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia antara lain :
1. Tanggung jawab Profesi
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan.
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis
Penyelenggaraan pembukuan di Indonesia yang merupakan kewajiban bagi suatu perusahaan harus berpedoman pada
suatu dasar hokum atau kerangka dasar, yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kerangka dasar ini
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal.
Kerangka dasar SAK yang mendasari laporan keuangan membahas antara lain :
1. Tujuan laporan keuangan
2. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan
3. Definisi, pengakuan dan pengkuruan unsure-unsur yang membentuk laporankeuangan, dan
4. konsep modal serta pemeliharaan modal.
Tujuan penyusunan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1. komite penyusunan SAK dalam pelaksanaan tugasnya
2. penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam SAK
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, dan
4. para pemakai laopran keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan SAK
Secara umum konsep dasar akuntansi yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan yang
ditujukan bagi para pemakai informasi akuntansi diantaranya sebagai berikut :
1. Konsep Kesatuan Usaha (Bussines Entity), artinya laporan keuangan digunakan baik, oleh suatu organisasi atau
bagian dari organisasi yang berdiri sendiri maupun terpisah dari organisasi lain atau individu lain.
2. Konsep Pengukuran Uang atau Uang sebagai Alat Ukur (Money Measurement Concept), artinya uang merupakan
alat ukur umum dan paling tepat dalam aktivitas ekonomi dan menjadi dasar yang tepat pula bagi pengukuran
analisis akuntansi.
3. Konsep Kelangsungan Usaha (Going Concern), artinya laporan keuangan dibuat oleh suatu unit ekonomi yang
diasumsikan akan terus-menerus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan.
4. Konsep Dua Aspek Akuntansi / Berpasangan (Double entry Bookeeping), artinya aspek berhubungan dengan
penerimaan atas suatu manfaat tertentu dan aspek yang berhubungan dengan pemberian atas manfaat tersebut.
5. Konsep Harga Perolehan (Cost), artinya harta atau jasa yang dibeli atau diperoleh harus dicatat atas dasar
biaya yang sesungguhnya, yakni harga beli ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembelian harta
tersebut sampai harta tersebut siap untuk digunakan
6. Konsep Periode Akuntansi (Accounting Period), artinya Kegiatan atau akuntansi suatu perusahaan akan tetap ada
selama jangka waktu yang lama dan tidak ditentukan.
7. Konsep Pembandingan pengeluaran beban dengan penghasilan (Matching Concept), artinya Dalam laporan
keuangan, pengeluaran beban yang diakui dalam laporan laba rugi berlandaskan atas dasar hubungan langsung
antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.
82
8. Konsep Upaya dan Hasil (Effort and Accomplishment), artinya Secara konseptual, pendapatan timbul karena
biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya, artinya pendapatan sudah dapat diakui meskipun belum
terealisasi karena adanya pengeluaran atau upaya entitas dalam melakukan kegiatan produktifnya.
1. Unsur Neraca.
Neraca adalah laporan yang meunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode, posisi keuangan yang
dimaksud terdiri atas Aktiva (Harta), Kewajiban (Utang) dan Ekuitas (Modal). Pos-pos ini didefinisikan sebagai
berikut :
a. Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharkan akan diperoleh perusahaan.
b. Kewajiban adalah utang perusahaan di masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi
c. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
2. Unsur Laporan Rugi – Laba
Laporan Rugi laba adalah laporan yang menunjukkan kinerja perusahaan, yakni tentang besarnya pendapatan
(penghasilan) dan beban pada akhir periode akuntansi.
Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut :
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
b. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Transaksi keuangan adalah kejadian-kejadian menyangkut organisasi yang diukur dengan sejumlah uang dan
dicatat dalam akuntansi. Transaksi keuangan merupakan sumber pencatatan akuntansi. Akibat dari suatu
transaksi langsung pengaruhnya dapat ditunjukkan dalam posisi keuangan (neraca) atau pencatatan ke dalam
persamaan akuntansi.
Dokumen sumber yang merupakan bukti pencatatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1 . bukti pencatatan intern atau transaksi internal, adalah bukti pencatatan yang dibuat perusahaan untuk
kepentingan perusahaan sendiri dan tidak berhubungan dengan pihak luar perusahaan, dan biasanya berbentuk
memo. Misalnya: penyusutan aktiva tetap, pemakaian perlengkapan, penggunaan bahan baku,
pengambilan barang, dan
2 . bukti pencatatan ekstern atau transaksi eksternal, adalah bukti pencatatan yang terjadi antara perusahaan
dengan pihak di luar perusahaan. Misalnya: faktur, nota, cek, kuitansi, dan sebagainya.
b . Akun nominal (laba/rugi) adalah akun yang pada akhir periode dilaporkan dalam laporan laba/rugi.
Akun ini meliputi akun pendapatan dan beban.
1) Akun pendapatan atau penghasilan
Pendapatan adalah hasil bruto yang diterima perusahaan dalam melakukan operasionalnya. Pendapatan dapat
digolongkan ke dalam pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha. Contoh pendapatan usaha
adalah pendapatan jasa, penjualan barang dagangan, sedangkan pendapatan di luar usaha seperti pendapatan
bunga, pendapatan dari laba penjualan aktiva tetap dan sebagainya
2) Akun beban
Beban adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dan yang harus diakui selama usaha untuk
memperoleh pendapatan. Beban dapat digolongkan menjadi beban usaha contohnya beban gaji, beban
sewa, beban listrik, beban air, beban perlengkapan, beban penyusutan gedung, dan beban di luar usaha
contohnya beban bunga, Rugi Penjualan aktiva dan sebagainya.
3. Kode Akun/Rekening
Pemberian nomor kode rekening dalam pencatatan transaksi keuangan sangat diperlukan. Adapun kegunaan
pemberian kode rekening antara lain:
a. menyediakan identifikasi ringkas,
b . mempermudah pencarian rekening yang diinginkan,
c. mempermudah pencatatan dan penyimpanan data,
d. mempermudah untuk melakukan proses selanjutnya.
Penyusunan nomor kode rekening tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan unit usaha (perusahaan) yang
bersangkutan. Pemberian nomor kode rekening dalam suatu perusahaan dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu
sebagai berikut.
1) Sistem Numerial (Numerical)
Sistem numerial adalah pemberian nomor kode rekening dengan menggunakan angka.
2) Sistem Desimal
Sistem decimal adalah pemberian kode rekening dengan menggunakan dasar angka sepuluh digit, yaitu angka 0
sampai dengan 9.
3) Sistem Mnemonic
Sistem mnemonic adalah pemberian kode dengan menggunakan huruf.
4) Sistem Kombinasi huruf dan angka
Pada system ini setiap rekening atau perkiraan diberi kode dengan menggunakan huruf dan angka/nomor.
M. PERSAMAAN AKUNTANSI
AKTIVA = PASIVA
Pasiva dibagi menjadi dua, yaitu hak dari para kreditur (Kewajiban) dan Hak dari Pemilik perusahaan (Ekuitas),
sehingga harta bisa berasal dari pemilik perusahaan yang disebut modal dan bias juga berasal dari pinjaman (dari
luar perusahaa) yang disebut Kewajiban / Utang. Jadi Persamaan akuntansinya berubah menjadi :
ASET/AKTIVA = LIABILITAS/KEWAJIBAN +
atau HARTA = UTANG + MODAL
EKUITAS
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas
(usaha). Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan
aurs kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pemuatan
keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang mepiluti : Aset (harta), Liabilitas (Utang), Ekuitas (Modal), Pendapatan dan Beban termasuk keuntungan
dan kerugian, Kontribusi dari dan Distribusi kepada pemilik dalam kegiatannya sebagai pemilik, dan arus kas.
Sedangkan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, terdiri dari :
a. Asas Accrual Basic (Dasar Akrual)
Berdasarkan asas ini, perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali arus kas.
Menurut dasar ini, aktiva, kewajiban, ekuiti (modal), penghasilan, dan beban diakui pada saat kejadian.
Penyusunan laporan keuangan bukan didasarkan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, dan dicatat
serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.
b. Asas Cash Basic (Dasar Tunai)
Dasar tunai mempunyai maksud bahwa pendapatan dan biaya diakui pada saat penerimaan atau pengeluaran
uang kas. Pengggunaan dasar ini biasanya dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjual barang
secara angsuran, artinya pengakuan terhadap perubahan kekayaan didasarkan pada mutasi kas.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 1) Per 1 Juni 2012, Laporan keuangan lengkap
terdiri dari komponen-komponen berikut ini :
1. Laporan posisi keuangan (Neraca atau Balance Sheet) pada akhir periode adalah laporan yang menunjukkan
keadaan keuangan atau possisi keuangan suatu perusahaan pada akhir periode. Posisi keuangan yang dimaksud
terdiri atas jumlah aktiva, kewajiban dan modal. Penyusunan neraca harus diurutkan sesuai dengan tingkat
likuiditasnya atau tingkat kelancarannya. Rekening yang lancar harus didahulukan penyusunannya dan rekening
yang kurang lancar disusun di bawahnya.
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement) komprehensip selama periode adalah laporan yang menunjukkan
pendapatan dan beban dari suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi. Laporan laba-rugi perusahaan
disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian
secara wajar.
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Capital Statement) selama periode adalah laporan yang menunjukkan sebab-
sebab adanya perubahan modal, dari modal awal sampai dengan modal akhir periode.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) selama periode adalah laporan yang menunjukkan arus masuk dan
arus keluar tentang kas dan setara dengan kas. Kas merupakan uang tunai atau saldo kas dan rekening giro,
sedangkan setara kas merupakan investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan, dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komprehensip, yang disajikan ketika entitas menerapkan
kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 1) Per 1 Juli 2009, Laporan keuangan lengkap terdiri
dari komponen-komponen berikut ini :
1. Neraca (Balance Sheet)
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Capital Statement)
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
5. Catatan atas laporan keuangan
b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi
lain yang tidak termasuk setara kas
ARUS KAS MASUK ARUS KAS KELUAR
- Penjualan aktiiva jangka panjang (property, pabrik, - Pembelian aktiva jangka panjang (aktiva tetap,
tanah, bangunan, peralatan, aktiva tak berujud, aktiva tak berujud, dan aktiva jangka panjang lain
dsb) termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi
- Penjualan surat utang atau ekuitas perusahaan lain dan aktiva tetap yang dibangun sendiri)
(kecuali surat berharga yang diperlakukan sebagai - Pembelian surat utang dan ekuitas perusahaan lain
setara kas) (kecuali trading securities)
- Pengembalian dari pokok pinjaman kepada pihak - Pinjaman kepada pihak lain
ketiga
c. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan
ARUS KAS MASUK ARUS KAS KELUAR
- Hasil Dari pinjaman - Pelunasan pokok pinjaman
- Hasil dari penerbitan saham ekuitas - Pembelian kembali saham perusahaan sendiri
sendiri - Pembayaran deviden
- Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman,
wesel, hipotik dan pinjaman lainnya
Bukti pencatatan yang ada dalam suatu perusahaan antara lain : Faktur, Kuitansi, Cek, Nota kontan, Nota
Debit , Nota Kredit, dan Memo tersebut dianalisis untuk mengetahui rekening yang dicatat sebelah debit dan rekening
yang dicatat sebelah kredit.
Pencatatan transaksi ke sebelah debit dan kredit berarti menunjukkan adanya penambahan atau pengurangan
terhadap rekening atau perkiraan atau akun. Untuk lebih mengetahui analisis transaksi terhadap perubahan suatu
rekening, dapat disajikan daftar atau tabel berikut ini.
Akun/Rekening / Perkiraan Bertambah dicatat Berkurang dicatat Saldo normal
1. Aset/Aktiva atau Harta Debit Kredit Debit
2. Akumulasi penyusutan aktiva tetap Kredit Debit Kredit
3. Liabilitas/Kewajiban atau utang Kredit Debit Kredit
4. Modal atau Ekuitas Kredit Debit Kredit
5. Pengambilan prive pemilik Debit Kredit Debit
6. Pendapatan Kredit Debit Kredit
7. Beban atau biaya Debit Kredit Debit
Jadi berdasarkan analisis pengaruh transaksi keuangan ke dalam suatu rekening atau perkiraan, maka dengan
pertolongan bentuk rekening huruf T yang sederhana, cara mendebit atau mengkredit adalah sebagai berikut :
+ - - + - +
D Pendapatan K D Beban K
- + + -
P. JURNAL (JOURNAL)
Jurnal adalah pencatatan tentang pendebitan dan pengkreditan secara kronologis dari transaksi keuangan beserta
penjelasan yang diperlukan. Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum dibukukan ke dalam Buku
Besar, harus dicatat dahulud alam jurnal. Oleh karena itu jurnal sering disebut sebagai buku catatan pertama (Book of
Original Entry)
Contoh:
Perusahaan ABADI JAYA, Semarang milik Tuan Aqila melakukan transaksi yang terjadi dalam bulan Desember
2014 adalah sebagai berikut.
Desember 1 Tuan Aqila melakukan investasi tambahan melalui rekening di bank atas nama
perusahaan dan menyetor kas sebesar Rp150.000.000,00.
Desember 2 Dibayar sewa gedung untuk 1 tahun sebesar Rp 3.000.000,00 mulai bulan Desember 2014
sampai dengan November 2014.
Pada umumnya, bentuk buku besar yang digunakan terdiri atas empat macam.
a. Bentuk T Sederhana
Bentuk buku besar ini merupakan bentuk yang paling sederhana, di mana sebelah kiri menyatakan sisi
debit dan sisi kanan menyatakan sisi kredit.
D Nama Akun K
Setelah pencatatan transaksi pertama dalam jurnal, langkah selanjutnya melakukan pencatatan ke dalam buku
besar dengan jalan memindahkan kolom debit jurnal ke buku besar sebelah debit dan kolom kredit jurnal ke
buku besar sebelah kredit. Proses memindahkan catatan dari jurnal yang telah dibuat ke dalam buku besar
disebut dengan posting. Sebelum melakukan posting dari jurnal, terlebih dahulu apabila terdapat saldo awal sebelum
memulai kegiatan akuntansi, dilakukan pencatatan saldo-saldo akun buku besar pada awal periode ke akun buku besar
yang sesuai.
Proses pemindahan dari jurnal ke buku besar (posting) dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Tanggal jurnal dipindahkan pada kolom tanggal buku besar.
2. Halaman jurnal dipindahkan pada kolom ref buku besar dengan menuliskan JU. Misalnya JU.1 berarti posting
buku besar berasal dari jurnal umum halaman satu.
3. Jumlah pada jurnal dipindahkan ke buku besar sesuai dengan rekening yang bersangkutan. Jumlah debit
jurnal ditempatkan pada debit buku besar dan jumlah kredit jurnal ditempatkan pada kredit buku besar
4. Kolom ref jurnal diisi dengan nomor kode rekening buku besar yang digunakan.
Langkah-langkah posting (buku besar bentuk saldo tunggal) secara nyata tampak pada ilustrasi berikut ini.
JURNAL UMUM Hal . 1
Tgl. Keterangan Ref. Debit Kredit
2014
Juli 2 Perlengkapan kantor 104 Rp 500.000 0
Utang usaha 201 0 Rp 500.000 00
Mencatat pembelian perlengkapan
4
1 Perlengkapan kantor No. 104
2
3 Saldo
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit
D/K Jumlah
2014
Juli 2 JU. Rp 500.000 00 D Rp 500.000 00
1 2 4
3
Neraca Saldo atau daftar sisa adalah laporan tentang saldo-saldo semua perkiraan yang terdapat pada buku
besar. Jumlah angka yang terdapat dalam neraca sisa merupakan saldo normal tiap perkiraan buku besar, yakni :
1. Akun atau Rekening Aktiva / Harta bersaldo normal debit, tetapi untuk Rekening Akumulasi penyusutan aktiva
tetap bersaldo normal kredit
2. Akun atau Rekening Kewajiban / Utang bersaldo normal kredit
3. Akun atau Rekening Ekuitas / Modal bersaldo normal kredit, tetapi untuk rekening Prive bersaldo normal debit
4. Akun atau Rekening Pendapatan bersaldo normal kredit
5. Akun atau Rekening Beban bersaldo normal debit
Jurnal penyesuaian (Adjustment journal) adalah penyesuaian tentang catatan-catatan atau fakta yang sebenarnya
pada akhir periode. Jurnal penyesuaian disusun berdasarkan data dari neraca saldo dan data penyesuaian atau
keterangan penyesuaian akhir periode, sehingga tanggal penyusunan ayat jurnal penyesuaian (AJP) adalah akhir
periode, biasanya tanggal 31 Desember. Saldo-saldo di dalam neraca saldo yang memerlukan jurnal penyesuaian
antara lain sebagai berikut :
No Macam Penyesuaian Jurnal Penyesuaian
a. Pemakaian perlengkapan (Jumlah yang disesuai Beban perlengkapan Rp. xxx
kan adalah jumlah yang terpakai) Perlengkapan Rp. xxx
b. Piutang pendapatan/pendapatan yang masih harus Piutang …… Rp. xxx
diterima Pendapatan ….. Rp. xxx
c. Utang beban/beban yang masih harus dibayar Beban .… .. Rp. xxx
Utang .…… Rp. xxx
d. Utang pendapatan/pendapatan diterima di muka
88
1) Saat penerimaan dicatat sebagai Utang atau .... diterima di muka Rp. xxx
Kewajiban Pendapatan .… Rp. xxx
(jumlah Yang disesuaikan adalah jumlah
yang sudah terlampaui atau jumlah yang
sudah menjadi pendapatan atau jumlah yang
sudah kadaluarsa)
2) Saat penerimaan dicatat sebagai pendapatan Pendapatan .… Rp. xxx
(jumlah yang disesuaikan adalah jumlah .... diterima di muka Rp. xxx
yang belum terlampaui atau jumlah yang
belum menjadi pendapatan atau belum
kadaluarsa)
e. Beban dibayar di muka
1) Saat pembayaran dicatat sebagai harta Beban .… Rp. xxx
(jumlah Yang disesuaikan adalah jumlah .... dibayar di muka Rp. xxx
yang sudah terlampaui atau jumlah yang
sudah menjadi beban atau jumlah yang sudah
kadaluarsa)
2) Saat pembayaran dicatat sebagai beban .... dibayar di muka Rp. xxx
(jumlah Yang disesuaikan adalah jumlah yang Beban .… Rp. xxx
belum terlampaui atau jumlah yang belum
menjadi beban atau belum kadaluarsa)
f. Kerugian piutang/piutang yang tidak tertagih Beban kerugian piutang Rp. xxx
Cadangan kerugian piutang Rp. xxx
g. Penyusutan aktiva tetap Beban penyusutan .… Rp. xxx
Akumulasi penyusutan..… Rp. xxx
Neraca lajur atau kertas kerja adalah suatu kertas berkolom-kolom atau berlajur-lajur yang direncanakan secara
khusus untuk menghimpun semua data akuntansi yang dibutuhkan pada saat perusahaan akan menyusun laporan
keuangan dengan cara yang sistematis. Kertas kerja yang biasa digunakan adalah kertas kerja dengan bentuk 10
kolom, yakni kolom Neraca Saldo, Ayat Penyesuaian, Neraca saldo disesuaikan, Rugi-Laba dan Neraca.
Tujuan Penyusunan neraca lajur diantaranya :
a. Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan
b. Untuk menggolongkan dan meringkas informasi dari neraca saldo dan data penyesuaian, sehingga
merupakan persiapan sebelum disusun laporan keuangan yang formal
c. Untuk mempermudah menemukan kesalahan yang mungkin dilakukan dalam membuat jurnal
penyesuaian.
Bentuk neraca lajur yang lazim digunakan dalam praktik suatu perusahaan adalah bentuk 10 kolom, yaitu :
Perusahaan ………………………..
Kertas Kerja
Per 31 Desember 20…..
Nama NS AP NSD L/R Neraca
Akun/Perkiraan D K D K D K D K D K
Jurnal Penutup adalah ayat jurnal untuk mengenolkan saldo perkiraan sementara, jika perusahaan ingin mengetahui
laba atau rugi usaha selama satu periode. Sumber penyusunan ayat jurnal penutup berasal dari kertas kerja kolom
Laba–Rugi.
Prosedur penyusunan jurnal penutup dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
Menutup akun Jurnal Penutup
1. Akun Pendapatan Pendapatan Rp xxx
Ikhtisar L/R Rp xxx
2. Akun Beban Ikhtisar L/R Rp xxx
Beban-beban Rp xxx
3. Akun Ikhitsar L/R
a. Jika diperoleh laba, Ikhtisar L/R Rp xxx
Laba diperoleh apabila Ikhtisar L/R K > Modal pemilik Rp xxx
D
b. Jika diderita rugi, Modal pemilik Rp xxx
Rugi diderita apabila Ikhtisar L/R D > K Ikhtisar L/R Rp xxx
4. Akun Pengambilan prive Modal pemilik Rp xxx
Prive pemilik Rp xxx
Setelah dibuat ayat jurnal penutup dan postingnya, tahap berikutnya dalam siklus akuntansi adalah menyusun neraca
saldo setelah penutupan. Neraca Saldo Setelah Penutupan Buku adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo rekening
buku besar setelah perusahaan melakukan penutupan buku, tujuannya supaya aktiva/harta, kewajiban/utang dan modal
selalu dalam keadaan seimbang, sebelum perusahaan memulai pencatatan pada tahun atau periode berikutnya.
Jurnal Pembalik (Reversing Entry) adalah jurnal kebalikan dari jurnal penyesuaian yang dilakukan pada awal
periode berikutnya. Akan tetap tidak berarti semua jurnal penyesuaian dilakukan penyusunan jurnal pembalik.
Bentuk Jurnal penyesuaian yang dibuat jurnal pembalik sebagai berikut :
Jurnal penyesuaian
Bentuk Jurnal penyesuaian Jurnal pembalik yang dibuat
tentang
1. Utang beban Beban ........ Rp xxx Utang .......... Rp xxx
Utang ......... Rp xxx Beban .......... Rp
xxx
2. Piutang pendapatan Piutang ....... Rp xxx Pendapatan..... .... Rp xxx
Pendapatan ......... Rp xxx Piutang ......... Rp
xxx
3. Beban dibayar di muka ........ dibayar di muka Rp xxx Beban..... ..... Rp xxx
saat membayar dicatat Beban ......... Rp ......... dibayar di muka Rp
sebagai beban xxx xxx
4. Pendapatan diterima di Pendapatan ......... Rp xxx ......... diterima di muka Rp xxx
muka saat Menerima ...... diterima di muka Rp Pendapatan ......... Rp
dicatat sebagai xxx xxx
pendapatan
90
BAB XIV
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
KOMPETENSI INDIKATOR
5. Memahami penyusunan siklus akuntansi Mencatat jurnal khusus, buku besar utama, atau
perusahaan dagang dan penutupan siklus buku besar pembantu perusahaan dagang.
akuntansi perusahaan dagang. Menghitung harga pokok penjualan berdasarkan data
F. JURNAL KHUSUS
Jurnal khususadalah jurnal yang dirancang secara khusus untuk mencatat transaksi yang bersifat sama dan sering
terjadi atau berulang-ulang, dengan tujuan agara dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Jurnal khusus (Special Journal) yang biasa digunakan dalam akutansi perusahaan dagang ada 4 macam:
a. Jurnal Penerimaan Kas (JKM), untuk mencatat transaksi penerimaan kas.
92
b. Jurnal Pengeluaran Kas (JKK), untuk mencatat transaksi pengeluaran kas.
c. Jurnal Pembelian (JB), untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan dan aktiva lain secara kredit.
d. Jurnal penjualan (JP), untuk mencatat transaksi penjualan barang dagangan secara kredit.
Disamping keempat jurnal khusus tersebut, perusahaan dagang harus tetap mempuyai Jurnal Umum untuk mencatat
transaksi yang tidak dapat ditampung dalam jurnal khusus yang tersedia.
Pencatatan transaksi ke dalam jurnal khusus dapat dilakukan sebagai berikut :
Pencatatan
Jurnal Khusus
Akun didebit Akun dikredit
1. Jurnal penerimaan kas Kas dan Potongan Penjualan Penjualan, Piutang dagang,
Serba-serbi / rekening lain
(Pendapatan, Retur pembelian,
utang bank dan sebagainya)
2. Jurnal pengeluaran kas Pembelian, Utang dagang, Serba- Kas dan Potongan Pembelian
serbi / rekening lain (Beban,
Perlengkapan, Peralatan, retur
penjualan dsb)
3. Jurnal pembelian Pembelian, Serba-serbi / rekening Utang dagang
lain (Perlengkapan, Peralatan
dan aktiva lainnya)
4. Jurnal penjualan Piutang dagang Penjualan
5. Jurnal umum / memorial Utang dagang, Retur penjualan, Piutang dagang, Retur pembelian
dan Akun lain yang perlu didebit dan Akun lain yang perlu
dikredit
I. KERTAS KERJA PERUSAHAAN DAGANG UNTUK AKUN IKHTISAR R/L DAN AKUN HARGA POKOK
PENJUALAN
Salah satu dari jurnal penyesuaian adalah jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagangan. Untuk membuat
jurnal penyesuaian dapat menggunakan dua metode, yaitu metode ikhtisar laba/rugi dan metode harga pokok
penjualan, maka dalam pencatatannya dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Untuk Akun Ikhtisar Laba/Rugi
Jumlah akun ikhtisar laba/rugi pada kolom ayat penyesuaian harus dipindahkan ke kolom neraca saldo
disesuaikan dan kolom laba/rugi sebelah debit (tersendiri) dan sebelah kredit (tersendiri) sesuai dengan jumlahnya
masing–masing.
NS AP NSD L/R Neraca
Nama Perkiraan
D K D K D K D K D K
Ikhtisar laba/rugi – – Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx – –
Laporan keungan (financial statement) adalah hasil akhir dari akuntansi yang merupakan suatu ringkasan transaksi
keuangan. Laporan keuangan disajikan dengan maksud memberikan informasi mengenai posisi harta, utang, dan
modal yang terjadi dalam rumah tangga perusahaan dan membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan. Pada
umumnya laporan keuangan meliputi laporan laba/rugi, laporan perubahan modal, dan neraca.
Contoh : Jawab :
Diketahui data akuntansi per 31 Desember 2007 Persediaan barang dagangan (awal)Rp 15.000.000,00 (+)
sebagai berikut :
Pembelian Rp 75.000.000,00 (+)
Persediaan barang dagangan (awal)Rp 15.000.000,00
Retur pembelian dan PH Rp 1.500.000,00 (–)
Pembelian Rp 75.000.000,00
Potongan pembelian Rp 2.500.000,00 (–)
Retur pembelian dan PH Rp 1.500.000,00
Beban angkut pembelian Rp 1.000.000,00 (+)
L. JURNAL PENUTUP (CLOSING ENTRY)
Jurnal Penutup adalah ayat jurnal untuk mengenolkan saldo perkiraan sementara, jika perusahaan ingin mengetahui
laba atau rugi usaha selama satu periode. Sumber penyusunan ayat jurnal penutup berasal dari kertas kerja kolom
rugi–laba.
Prosedur penyusunan jurnal penutup dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
Menutup akun Jurnal Penutup
1. Pendapatan Pendapatan Rp xxx
Ikhtisar L/R Rp xxx
2. Beban Ikhtisar L/R Rp xxx
Beban-beban Rp xxx
3. a. Ikhtisar Laba Rugi jika diperoleh laba Ikhtisar L/R Rp xxx
Laba diperoleh apabila Ikhtisar L/R K > D Modal pemilik Rp xxx
b. Ikhtisar Laba Rugi jika diderita rugi Modal pemilik Rp xxx
Laba diperoleh apabila Ikhtisar L/R D > K Ikhtisar L/R Rp xxx
4. Pengambilan prive Modal pemilik Rp xxx
Prive pemilik Rp xxx
N. JURNAL PEMBALIK
Jurnal Pembalik (Reversing Entry) adalah jurnal kebalikan dari jurnal penyesuaian yang dilakukan pada awal
periode berikutnya. Akan tetap tidak berarti semua jurnal penyesuaian dilakukan penyusunan jurnal pembalik.
Bentuk Jurnal penyesuaian yang dibuat jurnal pembalik sebagai berikut
Jurnal penyesuaian tentang Bentuk Jurnal penyesuaian Jurnal pembalik yang dibuat
A. MANAJEMEN UMUM
8. Ricky W. Griffin
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ‘Manajemen adalah suatu seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu atau sebelumnya.’
b. Unsur-unsur Manajemen
Unsur manajemen (tools of manajemen) tersebut terdapat 6 unsur, yaitu
1. Man (Tenaga Kerja Manusia)
2. Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
3. Mathodes (Cara kerja atau sistem kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan)
97
4. Materials (Bahan-bahan yang diperlukan)
5. Machines (Mesin-mesin yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
6. Market (Pasar atau pemasaran sebagai tempat untuk memperjualbelikan hasil produksi)
c. Tingkatan Manajemen
Menurut tingkatannya manajemen dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional,
merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-
manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
2) Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di antara
manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3) Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan
kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen
adalah Direktur, Wakil Direktur, Presiden Direktur, General Manager, CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief
Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
d. Peran Manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh
manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1) Peran antar pribadi, yaitu melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini
meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2) Peran informasional, meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru
bicara.
3) Peran pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber
daya, dan perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah
berinteraksi dengan orang lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki
manajer, yaitu :
98
1. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang
dimilikinya secara bijaksana.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya.
Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok
manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
p. Manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikannya.
q. Manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif
yang dianggap paling baik.
r. Manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
a. Prinsip Manajemen
Prinsip Manajemen adalah suatu dalil umum yang dapat disimpulkan dari proses menggerakkan orang-orang dan
menggerakkan fasilitas-fasilitas, yang berlaku sebagai dasar petunjuk bagi seseorang dalam melakukan perbuatan-
perbuatan atau menjalankan tindakannya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
Satu-satunya yang membahas mengenai prinsip-prinsip manajemen adalah Henry Fayol terdapat 14 prinsip,
diantaranya : Pembagian Kerja (Disition of Labour), Kekuasaan (wewenang) dan tanggung jawab (Authority and
Responsibility), Disiplin (Dicipline), Kesatuan perintah (unity of command), Kesatuan Arah (Unity of Direction),
Kepentingan individu harus berada di bawah kepentingan umum ( Subordinate of individual interest to general
interest), Pembayaran upah yang adil (remuneration of personal), Pemusatan (Sentralisation), Rantai Skala atau Scalar
Chain (line of authority), Tata tertib (order), Keadilan (equity), Stabilitas pegawai (Stability 0f tenure of personal),
Inisiatif (initiative), dan Jiwa kesatuan (Esprits de corps)
b. Fungsi-Fungsi Manajemen.
D. BIDANG-BIDANG MANAJEMEN
a. Manajemen Produksi adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial seperti planning (perencanaan),
Organizing (Pengorganisasian), actuaiting (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan), terhadap sistem-sistem
produksi dengan tujuan agar produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
b. Manajemen Pemasaran(Marketing Management) adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan
penciptaan dan penyerahan barang atau jasa kepada konsumen atau masyarakat, agar dapat memperluas pasar bagi
kemajuan suatu perusahaan ataupun industri.
c. Manajemen Personalia atau Manajomen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah seni dan ilmu dalam
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam hal pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan terhadap sumber daya manusia secara terpadu untuk mencapai
tujuan organisasi.
d. Manajemen Keuangan adalah aktivitas dari pada fungsi manajemen untuk menyediakan segala kebutuhan
finansial yang berkaitan dengan operasional perusahaan dan organisasi.
e. Manajemen Admintstrasi/Akuntansi adalah cara mengajukan informasi mengenai administrasi atau akuntansi
sedemikian rupa sehingga dapat membantu manajemen dalam menentukan garis-garis kebijaksanaan dan
operasional sehari-hari dari pada suatu usaha.
E. BADAN USAHA.
a. Pengertian Badan Usaha.
Dari uraian di atas lebih lanjut pengertian badan usaha dengan perusahaan dapat dikemukakan di bawah ini :
1. Badan Usaha adalah suatu kesatuan yuridis ekonomis yang medirikan usaha untuk mencari keuntungan.
2. Perusahaan adalah suatu kesatuan teknis dan tempat proses untuk memproduksi barang dan jasa secara efektif
dan efisien.
Modal yang disebutkan dalam anggaran dasar Perseroan berdasarkan UU Nomor 40 tahun 2003 pasal 31,
32 dan 33 terdiri dari :
a. Modal Statuter yaitu modal yang tecantum dalam neraca PT dengan terdiri atas seluruh nilai nominal
dan merupakan modal dasar perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
b. Modal yang ditempatkan dan disetor penuh yaitu sebanyak minimal 25% dari modal statuter atau
modal dasar harus sudah terjual dan disetor ke kas Perseroan
Dalam PT ada tiga badan yang menentukan kelancaran jalannya kehidupan PT atau disebut juga sebagai
Organ Perseroan, yaitu :
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang dan/atau anggaran dasar. RUPS mempunyai kekuasaan tertinggi dalam PT. RUPS inilah
yang berhak memilih dan mengangkat serta menetapkan gaji Direksi maupun Dewan Komisaris.
b. Direksi (Direktur Utama) adalah Organ Perseroan yang benwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan , tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar. Direksi inilah yang memimpin dan bertanggungjawab atas jalannya PT.
c. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Dewan
Komisaris dipilih para pesero (biasanya pesero yang memiliki sero terbanyak).
b. Perusahaan Perseroan (PERSERO) atau Public State Company, adalah BUMN yang berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima
puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan. Contoh : PT. Telkom, PT. Pos Indonesia, PT. KAI, PT. Semen Gresik, PT.
BRI, PT. Bank Mandiri, PT Danareksa, PT. Sang Hyang Seri, PT. BNI, PT. Jasa Marga, PT. Wika
dan sebagainya.
Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah :
1) menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat;
2) mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Ciri-ciri Perusahaan Perseroan antana lain :
1) memupuk keuntungan (profitability)
2) sebagai badan hukum perdata (yang berbentuk PT)
3) hubungan usahanya diatur menurut hukum perdata
4) modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan negara yang dipisahkan (dimungkinkan
joint dengan swasta nasional/asing)
5) tidak memiliki fasilitas-fasilitas negara
6) dipimpin oleh seorang Direksi
7) status pegawainya sebagai pegawai perusahaan swasta
8) peranan pemerintah sebagai pemegang saham
Berdasarkan pasal 2 UU Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, dijelaskan maksud dan tujuan BUMN
adalah :
a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan
negara pada khususnya;
b. mengejar keuntungan;
c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan
koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.
7. Badan Usaha Perusahaan Daerah.
Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan, baik
yang didirikan oleh Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten / Kota. Perusahaan daerah
bergerak di bidang usaha umum yang menguasai hajat hidup orang banyak. Contoh : PDAM, PD Sari
Petojo Solo, PD Pasar Jaya Jakarta dan sebagainya.
A. PENGEMBANGAN KOPERASI
a. Pengertian
Seperti telah dijelaskan di muka bahwa dalam UU nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Bab I Pasal 1,
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.Dalam Bab III, Pasal 4, disebutkan fungsi dan peran koperasi, antana lain:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat dan manusia
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan
koperasi sebagai sokogurunya
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
Menurut Pasal 6 UU nornor 25 tahun 1992 Bab IV, disebutkan bahwa syarat pembentukan koperasi antara lain:
a. Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang
b. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi.
Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi.. Orang-orang pembentuk
koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.
Dengan keanggotaan koperasi yang terdiri dari orang seorang dan badan hukum koperasi, maka terdapat empat
tingkatan dalam organisasi koperasi, yaitu :
1. Koperasi Primer adalah koperasi yang beranggotakan mininal 20 orang dan daerah kerjanya berada pada tingkat
kecamatan atau tingkat Desa.
2. Koperasi Pusat adalah koperasi yang anggotanya minimal 5 koperasi primer dan daerah kerjanya tingkat
Kabupaten atau Kotamadya
3. Koperasi Gabungan adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat dan daerah kerjanya berada pada
tingkat Propinsi atau daerah yang dipersemakan.
4. Koperasi Induk adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 Koperasi Gabungan dan daerah kerjanya berada pada
tingkat nasional.
b. Prinsip Koperasi
a. Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi sebagai berikut :
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2) Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
3) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5) Kemandirian.
b. Dalam mengembangkan Koperasi, maka koperasi melaksnakan pula Prinsip Koperasi sebagai berikut.
- Pendidikan Koperasi
- Kerjasama antar Koperasi
c. Pengelolaan Koperasi.
Pengelolaan koperasi sebaiknya berpedoman pada tiga sehat, yakni sehat organisasi, sehat usaha dan sehat mental.
Dalam Bab VI Pasal 21 sampai dengan pasal 40 tentang Perangkat Organisasi menurut UU nomor 25 tahun 1992,
disebutkan bahwa Perangkat organisasi koperasi terdiri dari :
1. Rapat anggota.
Rapat anggota merupakan pemegang kekuassan tertinggi dalam Koperasi. Rapat anggota menetapkan :
a) Anggaran dasar
b) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi
c) Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas
d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan
e) Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya
f) Pembagian sisa hasil usaha
g) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi
2. Pengurus (Ketua, Sekretaris dan Bendahara)
Menurut Pasal 30 UU nomor 25 tahun 1992 tentang Pengurus, disebutkan bahwa :
a) Pengurus bertugas :
- mengelola koperasi dan usahanya
- mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggsuran pendapatan dan belanja koperasi
- menyelenggarakan Rapat Anggota
- mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
106
- menyelenggarakan pembukuan keuangan dn inventaris secara tertib
- memelihara daftar buku anggota dan pengurus
b) Pengurus berwenang
- mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan
- memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan
ketentuan dalam Anggaran Dasar
- melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung
jawabnya dan Keputusan Rapat Anggota
3. Pengawas
Dalam pasal 39 UU nomor 25 tahun 1992 tentang Pengawas, ditetapkan sebagai berikut :
a) Pengawas bertugas
- melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi
- membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya
b) Pengawas berwenang
- meneliti catatan yang ada pada Koperasi
- mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
c) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga (Dekopin)
Dalam anggaran dasar koperasi ditetapkan tentang pembagian sisa hasil usaha seperti berikut :
Berdasarkan data atau keterangan di atas saudara diminta menyusun pembagian Sisa Hasil Usaha
Jawab :
Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi
Sisa Hasil Usaha dari
Sisa Hasil Usaha dibagi untuk
Anggota Bukan Anggota Total
1. Bagian anggota :
1.1. Jasa Modal Rp. 3.750.000,00 Rp. 3.750.000,00
1.2. Jasa penjualan Rp. 3.750.000,00 Rp. 3.750.000,00
Rp. 7.500.000,00 Rp. 7.500.000,00
2. Cadangan koperasi Rp. 3.000.000,00 Rp.1.250.000,00 Rp. 4.250.000,00
3. Dana pengurus Rp. 1.500.000,00 Rp. 375.000,00 Rp. 1.875.000,00
4. Dana pendidikan Rp. 750.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 1.000.000,00
5. Dana pembangunan Daerah kerja Rp. 750.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 1.000.000,00
6. Dana pegawai / karyawan Rp. 750.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 1.000.000,00
7. Dana sosial Rp. 750.000,00 Rp. 125.000,00 Rp. 875.000,00
Rp.15.000.000,00 Rp.2.500.000,00 Rp.17.500.000,00
Contoh :
Anggota koperasi yaitu Anis membeli dari koperasi Rp.1.000.000,00 dan total pembelian anggota dari koperasi
Rp.10.000.000,00 serta jasa penjualan sebesar Rp. 3.750.000,00. Hitunglah bagian jasa penjualan yang diterima
Anis !
Jawab :
Rp . 1.000.000,00
Bagian anggota = Rp . 10.000.000,00 x Rp 3.750.000,00
= Rp.375.000,00
Jadi seorang angota koperasi akan memperoleh pembagian SHU sebagai berikut :
1. Memperoleh jasa simpanan atau jasa modal
2.
2. Memperoleh jasa simpanan atau jasa modal, dan jasa penjualan / jasa anggota
D. KEWIRAUSAHAAN.
a. Pengertian wirausaha dan manfaat Wirausaha.
Kewirausahaan berasal dari kata ’wira’ yang berarti berani, utama, teladan, berbudi luhur. Dan ’usaha’ yang
berarti upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jadi wirausaha dapat diartikan suatu keberanian untuk
berupaya memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian definisi Kewirausahaan dapat dikemukakan sebagai suatu keberanian untuk melakukan upaya-
upaya memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang, atas dasar kemampuan dan keberanian yang
dimilikinya dengan cara memanfaatkan segala potensi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya
maupun bagi orang lain.
b. Peranan Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Menurut J Schumpeter menekankan pentingnya peranan wirausahawan dalam kegiatan ekonomi suatu negara,
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena para pengusaha merupakan golongan yang akan
terus menerus membuat perbaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi
memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggikan efisiensi dalam memproduksi suatu barang, memperluas
pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, dan
mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi efisiensi.
c. Ciri-ciri wirausaha.
1. Mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dalam menjalankan usahanya, untuk mengejar keuntungan
yang merupakan imbalan dari karyanya
2. Mempunyai daya kreasi, imajinasi dan kemampuan yang sangat tinggi untuk menyesuaikan diri dengan
kaadaan.
3. Mempunyai semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
4. Selalu mengutamakan efisiensi dan penghematan biaya
5. Mempunyai kemampuan untuk menarik bawahan dan partner usaha yang mempunyai kemampuan tinggi
6. Mempunysi cara analisis yang tepat, sistematis dan metodologis
7. Tidak konsumtif, selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh, baik untuk memperluan usaha
yang sudah ada atau menanamkannya pada usaha-usaha yang baru
8. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menilai kesempatan yang ada, dalam membawa teknik-teknik
baru dalam mengorganiseasi usaha-usahanya secara efektif dan efisien.
Sedangkan Menurut pendapat Bygrave, ciri-ciri atau karakteristik wirausahawan dikenal dengan istilah 10 D,
diantaranya : Dream (Visi ke depan), Decisiveness (Keputusan dengan cepat), Doers (Melaksanakan keputusan),
Determination (Penentuan / Kebulatan tekad), Dedication (Pengabdian), Devotion (Mencintai pekerjaan), Details
(Dapat memerinci), Destiny (Bertanggung jawab atas nasib usahanya), Dollars (Kekayaan) dan Distribute
(Membagi-bagi)