b. Kelangkaan
Kelangkaan adalah Keadaan timpang antara kebutuhan manusia tidak terbatas, dihadapkan pada sarana
atau alat yang terbatas. Kelangkaan sumber daya ekonomi meliputi kelangkaan sumber daya alam, sumber
daya manusia, sumber daya modal dan sumber daya kewirausahaan.
Cara mengatasi kelangkaan sumber daya :
1. Menentukan prioritas pemanfaatan sumber daya sehingga masyarakat masih dapat menikmatinya
2. Peduli terhadap kerusakan lingkungan akibat adanya ulah manusia yang cenderung serakah
3. Disiplin dalam menggunakan sumber daya sehemat mungkin
4. Eksplorasi dan penemuan yang dilakukan untuk memperoleh sumber daya yang baru yang belum
diketahui
5. Memanfaatkan sumber daya ekonomi secara selektif, dengan mempertimbangkan kelestariannya, agar
anak cucu kita dapat menikmatinya.
6. Meningkatkan kemampuan sumber daya Indonesia untuk menguasai teknologi
7. Pemanfaatan kembali dan daur ulang barang-barang yang tidak dipakai lagi oleh produsen atau
konsumen
c. Biaya Peluang
Biaya Peluang/Biaya Implisit/Ongkos Alternatif (Opportunity Cost) adalah sejumlah barang atau
pendapatan yang harus dikorbankan agar sejumlah barang yang lain dapat diproduksi/digunakan, atau
kesempatan untuk memperoleh sesuatu yang hilang karena telah memilih alternatif lain. Jadi Ongkos
alternatif sejumlah barang X adalah sejumlah barang Y yang harus dikorbankan agar sejumlah barang X dapat
diproduksikan.
Biaya Eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar biaya input atau biaya atas
penggunaan faktor produksi, Misalnya Biaya gaji atau biaya tenaga kerja, biaya sewa, biaya listrik dan air,
biaya bahan baku, biaya penjualan, biaya aministrasi dan sebagainya
Biaya Sesungguhnya/Biaya Kesempatan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dan biaya yang
tidak mengharuskan perusahaan untuk membayar biaya-biaya input, sehingga biaya sesungguhnya
merupakan penjumlahan antara biaya implisit dengan biaya eksplisit
Biaya Sesungguhnya = Biaya Implisit + Biaya Eksplisit
Laba-Rugi Akuntansi atau Keuntungan Akuntansi (Accounting Profit) adalah selisih antara seluruh
pendapatan perusahaan (jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil penjualan
output) dengan seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan (biaya usaha dan biaya di luar usaha yang
merupakan biaya eksplisit).
Laba-Rugi Ekonomi atau Keuntungan Ekonomi (Economic Profit) adalah selisih antara pendapatan total
(pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha) dengan biaya sesungguhnya (biaya implisit dan biaya
eksplisit)
Contoh 1 :
Seorang lulusan SMA diterima di UGM. Yang bersangkutan juga sudah diterima untuk bekerja penuh waktu (full
2
time) di Toko A dengan gaji Rp 3.000.000,00 per bulan, di pabrik B dengan gaji Rp 3.250.000,00 per bulan, dan di
kantor C dengan gaji Rp 3.500.000,00 per bulan. Jika yang bersangkutan memutuskan untuk kuliah dan bukan
bekerja, maka biaya oportunitasnya sebesar Rp 3.500.000,00 perbulan
Contoh 2 :
Perusahaan melakukan pengambilan keputusan mengganti atau tetap memakai mesin yang sekarang digunakan.
Jika biaya operasi mesin lama Rp 100.000,00 perbulan, sedangkan biaya operasi mesin baru Rp 75.000,00
perbulan, maka penghematan biaya Rp 25.000,00 perbulan tersebut merupakan biaya peluang atau biaya
kesempatan bagi alternatif biaya menggunakan mesin lama.
Contoh 3 :
Tn. Amir seorang karyawan perusahaan swasta di kota "Y" memperoleh gaji Rp 3.000.000,00 per bulan. Karena
ingin memiliki usaha sendiri dia berhenti dari perusahaan tempat bekerja dan mendirikan industri batu bata.
Pendapatan dari industri batu bata 1 bulan Rp 5.000.000,00, beli bahan Rp 1.500.000,00, upah karyawan Rp
2.000.000,00 dan biaya lain-lain Rp 750.000,00. Berdasarkan contoh tersebut maka dapat ditentukan hal-hal
berikut ini :
a. Biaya peluang / Biaya implicit sebesar Rp 3.000.000,00
b. Biaya eksplisit = Rp 1.500.000,00 + Rp 2.000.000,00 + Rp 750.000,00
= Rp 4.250.000,00
c. Biaya sesungguhnya = Rp 3.000.000,00 + Rp 4.250.000,00
= Rp 7.250.000,00
d. Laba-Rugi akuntansi = Rp 5.000.000,00 – Rp 4.250.000,00
Laba Akuntansi = Rp 750.000,00
e. Laba-Rugi ekonomi = Rp 5.000.000,00 – Rp 7.250.000,00
Rugi Ekonomi = Rp 2.250.000,00
Pasar Output
1 b Penjualan barang dan jasa
3
2 a. Uang hasil penjualan
RTP RTK
5
4
1 a. Faktor Produksi
Pasar Input(F.P)
Keterangan :
1. Aliran arus barang
a. RTK menawarkan Faktor produksi kepada RTP
b. RTP Menghasilkan barang / jasa untuk dijual kepada RTK
2. Aliran arus uang
a. Uang hasil penjualan barang / jasa
b. Uang untuk membeli atau membayar faktor produksi (sewa, upah, bunga dan laba)
3. Pasar hasil produksi / Pasar output
4. Pasar Faktor Produksi / Pasar Input
5. Hubungan antara RTP dengan RTK
2. Arus Kegiatan Ekonomi antara RTK, RTP, Pemerintah dan masyarakat luar negeri
Hubungan antara pelaku ekonomi dinyatakan dalam arus barang dan arus uang yang bertemu di pasar.
Hubungan-hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut.
Utilitas Ordinal atau Kegunaan Ordinal adalah kepuasan yang diperoleh seorang konsumen dari penggunaan
sebuah produk yang diukur dengan suatu sekala relatif. Dan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi.
Ciri-ciri Pendekatan Ordinal:
1. Analisis kepuasan bersifat subjektif
2. Konsumen mempunyai pendapat tertentu yang berbeda-beda.
3. Kepuasaan maksimum dari barang-barang yang dikonsumsi selalu diusahakan konsumen.
4. Kepuasan konsumen atas suatu barang hanya dapat dibandingkan
5. Kepuasan konsumen tidak perlu diukur dan cukup untuk diketahui
6. Pola preferensi konsumen akan barang-barang konsumsi dinyatakan dalam peta/kurva indeferensi.
7. Kurva indeferensi yang semakin jauh dari titik nol menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
5. Syarat mutlak Nilai a = Ujudnya angka saja (harus +) Nilai a = Ujudnya angka saja (boleh +/–)
fungsi Nilai b = Yang ada hurufnya ( harus –) Nilai b = Yang ada hurufnya ( harus +)
6. Cara menentukan P−P 1 Q−Q1 P−P 1 Q−Q 1
persamaan fungsi = =
P2 −P1 Q 2 −Q 1 P2 −P1 Q2 −Q 1
7. Grafiknya Melereng dari kiri atas ke kanan bawah Melereng dari kiri bawah ke kanan atas
b. Keseimbangan Pasar
Keseimbangan pasar (Price Equillibrium) adalah harga yang terjadi apabila jumlah barang yang diminta sama
dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Rumus keseimbangan pasar adalah sebagai berikut.
Pd = Ps atau Qd = Qs
1. Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar
Pajak (Tax) yang dikenakan atas penjualan selalu menambah harga barang yang ditawarkan, sehingga
hanya mempengaruhi fungsi penawaran, sedang fungsi permintaannya tetap.
Sehingga Rumusnya :
Pd = Ps + t
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan dan elastisitas harga penawaran
No. Elastisitas harga permintaan No. Elastisitas harga penawaran
1. Tersedianya barang substitusi 1. Jenis produk yang dihasilkan
2. Pokok tidaknya suatu barang terhadap 2. Sifat perubahan biaya produksi
kebutuhan manusia
3. Proporsi (persentase) kenaikan harga 3. Banyak sedikitnya barang yang
terhadap pendapatan konsumen diperdagangkan
4. Jangka waktu 4. Jangka waktu
d. Cara lain yang lebih praktis menentukan besarnya elastisitas, tanpa mencari turunan Q atau Q’ :
a. Jika persamaan Fungsi menunjukkan P = a – bQ (fungsi permintaan) dan P = a + bQ (fungsi penawaran)
maka rumus elastisitas :
P
E=
P-a
b. Jika persamaan Fungsi menunjukkan Q = a – bP (fungsi permintaan) dan Q = a + bP (fungsi penawaran),
maka rumus Elastisitasnya :
bP
E=
Q
c. Jika persamaan fungsi menunjukkan P = aQ 2 +bQ + c maka rumus elastisitasnya :
e. Garfik Elastisitas
Inelastis sempurna
Inelastis
Uniter
Elastis
Elastis sempurna
ΔQ Y Keterangan :
E= x Q = Jumlah barang yang diminta
ΔY Q Y = Pendapatan konsumen
8
c. Pendapatan Perkapita
Pendapatan Perkapita adalah Pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk dalam suatu Negara selama
kurun waktu 1 tahun, atau ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk.
Pendapatan per kapita suatu negara dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau dinyatakan dalam
dollar Amerika Serikat, sehingga dapat membandingkan dengan negara lain, terutama negara-negara sekitar
yang dekat, misalnya ASEAN dan G-20
Pendapatan perkapita dapat dihitung sebagai berikut :
2. Jenis-jenis inflasi
a. Inflasi ringan, inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan perekonomian suatu Negara
dan masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan)
b. Inflasi sedang, inflasi atnara 10% - 30% per tahun (Belum membahayakan, tetapi sudah menurunkan
kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap)
c. Inflasi berat, inflasi antara 30% - 100% per tahun (Sudah mengacaukan perekonomian karena orang
cenderung enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang)
11
d. Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, inflasi di atas 100% per tahun (Mengacaukan kegiatan perekonomian
suatu Negara dan sulit untuk dikendalikan / diatasi)
b. Indeks Harga
1. Pengertian Angka Indeks (Indeks Harga)
Angka indeks merupakan suatu ukuran statistik yang menunjukkan perubahan suatu variabel atau
sekumpulan variabel yang berhubungan satu sama lain pada waktu atau tempat yang sama atau
berlainan. Angka indeks adalah angka relatif yang diyatakan dalam persentase. Biasanya untuk
kesederhanaan bentuk persentase bisa dihilangkan.
Ada tiga kemungkinan dalam perhitungan indeks harga, yaitu :
a. Jika Indeks harga > 1 atau 100%, berarti harga mengalami kenaikan
b. Jika Indeks harga < 1 atau 100%, berarti harga mengalami penurunan
c. Jika Indeks harga = 1 atau 100%, berarti harga tetap (tidak naik dan tidak turun)
Indeks harga yang diterima petani (It) atau Index of Prices Received by Farmers, yaitu indeks harga
yang berhubungan dengan pengorbanan (harga pokok) yang telah dikorbankan dengan hasil diterima
petani, atau indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi
petani. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) atau Index of Prices Paid by Farmers, yaitu indeks harga
yang meliputi pembelian/biaya konsumsi dan pembelanjaan untuk biaya produksi pertaniannya atau
indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik itu
kebutuhan untuk konsumsi sehari-hari maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari
perhitungan indeks harga yang diterima petani dan dibayar petani, maka dapat ditentukan Nilai Tukar
Petani. Nilai Tukar Petani (NTP) atau Farmers Term of Trade merupakan angka perbandingan antara
indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam
persentase. NTP merupakan salah satu indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi
NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani.
3) Metode Paasche
Angka indeks Paasche adalah angka indeks yang tertimbang dengan faktor penimbang kuantitas
tahun n (tahun yang dihitung angka indeksnya) atau Qn
Rumus: Dimana:
IP = Angka Indeks Paasche
Pn = Harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Qn = Kuantitas tahun yang dihitung angka
indeksnya
b. Fungsi Uang
Fungsi uang dibagi menjadi dua macam, yaitu fungsi asli dan fungsi turunan
1. Fungsi asli atau fungsi primer, meliputi : Sebagai alat tukar umum (medium of exchange dan Sebagai
satuan hitung (unit of account)
2. Fungsi turunan atau fungsi sekunder, meliputi : Sebagai alat pembayaran (means of payment), Sebagai
standar pembayaran utang (standar of defered payment), Penimbun kekayaan, Sebagai alat
pembentukan modal dan pemindahan modal (transfer of value), dan Sebagai ukuran harga atau
pengukur nilai (standard of value)
MV=PT Dan M1 V1 + M2 V2 = P T
Dimana
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
M1 = Jumlah uang kartal yang beredar
M2 – Jumlah uang Giral yang beredar
V = velocity of circulation (kecepatan peredaran uang)
P = price (tingkat harga rata-rata barang)
T= trade (jumlah barang yang diperdagangkan)
e. Bank
1. Pengertian Bank
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Fungsi Bank
Berdasarkan pasal 3 UU No. 7 tahun 1992 Jo UU No. 10 tahun 1998, fungsi utama perbankan di Indonesia
dalam melakukan kegiatannya adalah :
a. Menghimpun dana (Funding) dalam bentuk : Simpanan Giro (Demand Deposit), Simpanan Tabungan
(Saving Deposit), dan Simpanan deposito (Time Deposit),
b. Menyalurkan dana (Lending) atau menjual dana yang dihimpun dari masyarakat, dalam bentuk :
Kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit
profesi
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya
f. Produk Perbankan
Sesuai dengan pengertian bank, maka produk perbankan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kredit Pasif (Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan) yang berupa hal berikut ini :
Giro,Deposito berjangka, Sertifikat deposito, Tabungan dan Surat berharga
b. Kredit aktif (Menyalurkan kepada masyarakat atau melayani pemberian kredit kepada masyarakat, baik
kredit jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang), diantaranya : Kredit Rekening Koran (R/K),
Kredit Reimburs (Letter of Credit), Kredit aksep, Kredit documenter,dan Kredit dengan jaminan surat-
surat berharga,
c. Memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, baik lalu lintas pembayaran dalam negeri dan
pembayaran intenasional
14
g. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter atau politik moneter adalah kebijakan yang meliputi langkah-langkah pemerintah yang
dilaksanakan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi (merubah) penawaran uang (jumlah
uang yang beredar) dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga, dengan maksud untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat.
Kebijakan moneter dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Kebijakan Moneter Ekspansif (Easy Money Policy / politik uang longgar) adalah kebijakan untuk
meningkatkan permintaan agregat sehingga dapat menaikkan pendapatan nasional atau produksi
nasional dan berakibat terjadi kenaikan harga-harga (inflasi). Permintaan Agregat (Aggregate Demand
: AD) adalah permintaan keseluruhan atau jumlah barang dan jasa yang akan dibeli oleh konsumen,
perusahaan, dan pemerintah dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga, jumlah pendapatan
tertentu dan variable-variabel tertentu lainnya.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif (Tight Money Policy / Politik uang ketat) adalah kebijakan untuk
meningkatkan penawaran agregat sehingga dapat menambah produksi barang/jasa nasional dan
berakibat terjadi penurunan harga-harga (deflasi). Penawaran Agregat (Aggregate Supply : AS) adalah
pendapatan nasional riil (nilai barang dan jasa atau output) yang akan diproduksikan/diciptakan/dijual
oleh perusahaan pada berbagai tingkat harga, pada kapasitas produksi tertentu dan dengan biaya-
biaya tertentu. Penawaran agregat merupakan Pendapatan Nasional (Y)
Jumlah Pengangguran
Tingkat Pengangguran = x 100%
Jumlah Angkatan Kerja
Pengangguran yang terjadi pada suatu negara, disebabkan oleh beberapa jenis,diantaranya :
1. Pengangguran Ketidakcakapan adalah pengangguran yang terjadi karena seseorang mempunyai cacat fisik
atau jasmani, sehingga dalam dunia perusahaan mereka sulit untuk diterima menjadi pekerja/karyawan.
2. Pengangguran Musiman adalah pengangguran yang biasa terjadi pada sektor pertanian, misalnya pada
musim paceklik. Pada musim ini banyak pekerja atau petani yang menganggur, karena musimnya yang tidak
menguntungkan bagi petani.
2. Pengangguran Friksional (peralihan) adalah pengangguran yang terjadi karena penawaran tenaga kerja lebih
banyak dari pada permintaan tenaga kerja atau tenaga kerja yang sudah bekerja tetapi menginginkan pindah
pekerjaan lain, sehingga belum mendapatkan tempat pekerjaan yang baru. Kelebihan tersebut menimbulkan
adanya pengangguran.
3. Pengangguran karena upah terlalu tinggi artinya pengangguran yang terjadi karena para pekerja atau pencari
kerja menginginkan adanya upah atau gaji terlalu tinggi, sehingga para pengusaha tidak mampu untuk
memenuhi keinginan tersebut, sehingga menimbulkan adanya pengangguran.
4. Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang terjadi karena terdapat kelebihan faktor produksi,
khususnya faktor produksi tenaga kerja. Bila suatu perusahaan atau pengusaha terjadi kelebihan semacam
ini, maka akan terdapat pengangguran faktor produksi tersebut, sehingga menimbulkan adanya
pengangguran.
5. Pengangguran Voluntary adalah pengangguran karena seseorang secara sukarela tidak mau bekerja.
6. Pengangguran Tehnologi adalah pengangguran karena adanya pergantian tenaga manusia dengan tenaga
mesin
7. Pengangguran Siklis atau Konjungtur adalah pengangguran yang disebabkan oleh kondisi perekonomian yang
sedang mengalami resesi atau kelesuan dalam perekonomian suatu negara, sehingga banyak perusahan
mengalami kebangkrutan.
Dampak Pengangguran:
1. Segi Ekonomi:
a. Produk Domestik Bruto mengalami penurunan
b. Pendapatan Nasional turun
c. Menghambat investasi
d. Daya beli masyarakat turun
e. Menimbulkan kelesuan usaha
f. Meningkatnya kemiskinan
2. Segi Sosial:
a. Perasaan rendah diri (hilang atau turunnya kepercayaan diri)
b. Gangguan keamanan
c. Biaya sosial tinggi
d. Keretakan rumah tangga
Semakin tinggi tabungan pemerintah atau Negara maka akan dapat meningkatkan investasi atau penanaman
modal untuk usaha sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lancar atau dengan kata lain APBN
menunjukkan surplus. Dan Keseimbangan primer adalah total penerimaan atau pendapatan Negara dikurangi belanja
dalam APBN tanpa menghitung pembayaran bunga utang. Jika berada dalam kondisi defisit, penerimaan negara
tidak bisa menutup pengeluaran sehingga membayar bunga utang sudah menggunakan pokok utang baru.
APBD
1. Pengertian APBD
Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga dapat
diartikan sebagai suatu rencana kerja pemerintah daerah, yang mencakup seluruh penerimaan dan
pengeluaran daerah selama satu tahun yang dinyatakan dalam satuan uang dan yang disetujui oleh DPRD.
2. Fungsi dan Tujuan APBD
Fungsi dan tujuan APBD sama dengan fungsi dan tujuan APBN, hanya perbedaannya ruang lingkup APBD
terbatas pada wilayah daerah dan pelaksanaannya diserahkan kepada kepala daerah sesuai dengan semangat
otonomi daerah.
PAJAK PENGHASILAN
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan (subyek pajak) atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Sedangkan penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun
Menurut Lembaga Pemungutnya atau Cara Pemungutannya, pajak dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Pen-jualan
atas Barang Mewah, (PPn.BM) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
a. Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok
17
b. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air tanah, Pajak
Sarang Burung Walet, PBB Pedesaan dan Perkotaan, dan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan atau
Bangunan (BPHTB)
Besarnya Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan PKP (Penghasilan Kena Pajak) dan PKP = Penghasilan
persih pertahun – Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Berdasarkan Pasal 7 UU Nomor 36 tahun 2008, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, dan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), tertanggal
22 Juni 2016, yaitu:
1) Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) pertahun atau Rp
4.500.000,00 perbulan
2) Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) pertahun
atau Rp 375.000,00 perbulan
3) Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebesar Rp
54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) pertahun atau Rp 4.500.000,00 perbulan, dan
4) Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga sebesar
Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) pertahun atau Rp 375.000,00 perbulan
Ketentuan atau Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016
Tarif Pajak Penghasilan
1) Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam negeri adalah :
Tarif Pajak
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Ber NPWP Tidak ber NPWP
1. Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5% 6%
2. Di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan 15 % 18 %
Rp 250.000.000,00
3. Di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan 25 % 30 %
Rp 500.000.000,00
4. Di atas Rp 500.000.000,00 30 % 36 %
Keterangan :
Bagi wajib pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dikenakan tarif 20% lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 17
Contoh 1 :
Penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi, Jumlah Penghasilan Kena Pajak
Rp 600.000.000,00. Maka Pajak Penghasilan yang terutang:
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00
30% x Rp 100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 (+)
Jumlah Pajak terutang = Rp125.000.000,00
b. Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan (Balance of Trade) adalah selisih antara nilai ekspor dan nilai impor barang. Neraca
perdagangan Indonesia umumnya mengalami surplus, yang berarti nilai ekspor lebih besar dari nilai impor.
Dalam neraca perdagangan akan dapat mempengaruhi kurs valuta asing, yaitu :
1. Neraca Perdagangan aktif/surplus, menunjukkan nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor,
sehingga kurs valuta asing mengalami penurunan atau mata uang dalam negeri mengalami apresiasi
2. Neraca Perdagangan pasif/defisit, menunjukkan nilai ekspor lebih kecil dari pada nilai impor, sehingga
kurs valuta asing mengalami kenaikan atau mata uang dalam negeri mengalami depresiasi
PERDAGANGAN BEBAS
22
Perdagangan bebas (Free Trade) adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas
antarnegara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alas an bahwa
perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi dalam memproduksi barang di mana
suatu negara memiliki keunggulan komparatif.
ACFTA adalah suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan Cina. Kerangka
kerjasama kesepakatan ini ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia, 4 November 2002, dan ditujukan bagi
pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010, tepatnya 1 Januari 2010. Setelah
pembentukannya ini ia menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar sedunia dalam ukuran jumlah penduduk
dan ketiga terbesar dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa dan NAFTA.
Perjanjian ACFTA ini telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan KEPPRES No.48 tahun 2004 dan
mulai diberlakukan pada tanggal 1 januari 2010. Namun yang jadi kendala utama pelaksanaan berlakunya
perjanjian ACFTA di Indonesia, bahwa ternyata banyak pihak yang meminta agar waktu berlakunya perjanjian ini
agar direnegoisasi kembali oleh pemerintah, yang menurut prediksi para pelaku bisnis dan pemerhati ekonomi
Indonesia akan dapat merontokkan ketahanan ekonomi nasional dari serbuan produk China yang masuk ke
Indonesia. Adapun yang perlu diperhatikan selanjutnya oleh pemerintah Indonesia dalam merenegosi-asikan
kembali ACFTA dalam lingkup pos-pos tertentu yang dianggap belum siap menghadapi pelaksanaan ACFTA di
Indonesia, maka pemerintah dalam pengertian paham monisme yang dianut pada UU No. 24 tahun 2004,
khususnya Pasal 4 ayat (2) dapat mengarahkan kepada kesamaan kedudukan dan saling menguntungkan
antarnegara peserta. Namun kendalanya adalah UU ini hanya berlaku di Indonesia, maka tugas pemerintah yang
paling berat adalah meyakinkan negara sesama anggota ASEAN agar mendukung rencana yang diusung
pemerintah Indonesia mengenai ketidak siapan beberapa post yang belum siap sepenuhnya menghadapi akibat
dari pelaksanaan perdagangan bebas ACFTA di Indonesia.
Tujuan atau manfaat Kebijakan Perdagangan Internasional, baik negara yang menganut kebijakan
perdagangan proteksionis maupun yang menganut kebijakan perdagangan bebas, pada umumnya melakukan
kebijakan perdagangan internasional dengan tujuan:
1. Mengendalikan Ekspor dan Impor
2. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
3. Menyehatkan Neraca Pembayaran
15. Unsur manajemen, fungsi manajemen dan Analisis SWOT dalam Manajemen sekolah
a. Unsur-unsur Manajemen
Unsur manajemen (tools of manajemen) tersebut terdapat 6 unsur, yaitu
1. Man (Tenaga Kerja Manusia)
2. Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
3. Mathodes (Cara kerja atau sistem kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan)
4. Materials (Bahan-bahan yang diperlukan)
5. Machines (Mesin-mesin yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
6. Market (Pasar atau pemasaran sebagai tempat untuk memperjualbelikan hasil produksi)
b. Tingkatan Manajemen
Menurut tingkatannya manajemen dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan yang dapat digambarkan sebagai berikut
1) Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan kegiatan
dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah Direktur,
Wakil Direktur, Presiden Direktur, General Manager, CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan
CFO (Chief Financial Officer).
2) Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini
pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer
menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3) Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan
manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat
dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor,
manajer departemen, atau mandor (foreman).
2. Organizing (Pengorganisasian) adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengatur manusia atau
karyawan atau pegawai.
Pengorganisasian bermanfaat untuk:
1. memungkinkan pembagian tugas sesuai dengan keadaan perusahaan;
2. menciptakan spesialisasi dalam melaksanakan tugas;
3. anggota organisasi mengetahui tugas-tugas yang akan dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan.
3. Actuating (Penggerakan) adalah kegiatan yang berhubungan dengan memotivasi atau memberi
24
semangat kepada karyawan atau pegawai
Manfaat Actuating (Penggerakkan): menggerakkan bawahan untuk bekerja mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Controlling (Pengawasan) adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengendalikan atau mengawasi
setiap pekerjaan serta melakukan tindakan koreksi.
Manfaat Controlling (Pengawasan):
1. mencegah supaya tidak terjadi kesalahan.
2. perencanaan akan sesuai dengan rencana,
3. mencegah adanya kesalahan,
4. menciptakan kondisi agar karyawan bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan,
5. mengadakan koreksi terhadap kegagalan yang timbul, dan
6. memberi jalan keluar atas suatu kesalahan.
d. Analisis SWOT
Analisis SWOT dalam manajemen sekolah yang termasuk Strenght (kekuatan) :
1) Lulusan yang dihasilkan berkualitas.
2) Lokasi sekolah yang strategis.
3) Tenaga pendidik yang professional.
4) Sarana dan prasarana memadai
5) Ketertiban dan kedisiplinan tinggi
6) citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan berbagai
pihak yang berkepentingan
Contoh :
Koperasi Bahagia akhir tahun 2014 memeroleh SHU Rp 20.000.000,00 dialokasikan untuk jasa pinjaman 15%,
jasa penjualan 20%, dan jasa modal 25% sebagai berikut:
Simpanan pokok Rp 10.000.000,00
Simpanan wajib Rp 40.000.000,00
Simpanan sukarela Rp 50.000.000,00
26
Penjualan Rp 80.000.000,00
Piutang anggota Rp 20.000.000,00
Tuan Surya seorang anggota koperasi mempunyai data sebagai berikut: Simpanan
pokok Rp 200.000,00
Simpanan wajib Rp 240.000,00
Jumlah pembelian di koperasi Rp 1.000.000,00
Jumlah pinjaman di koperasi Rp 2.000.000,00
Berdasarkan data di atas, hitunglah SHU yang diperoleh Tuan Surya!
18. Akuntansi sebagai system Informasi, Persamaan akuntansi dan Mekanisme debit dan
kredit
DEFINISI AKUNTANSI
Akuntansi sering disebut sebagai ”Bahasa Bisnis” atau ”Bahasa Pengambilan Keputusan” , karena semakin
kita dapat memahami dan menguasai ilmu akuntansi, maka akan semakin baik pulan untuk menangani dunia
usaha, dan dapat menangani berbagai aspek keuangan suatu perusahaan. Akuntansi adalah sebagai suatu
proses pencatatan, penggolongan/pengklasifikasian, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan dari
transaksi keuangan suatu organisasi untuk pengambilan keputusan bagi para pemakai informasi keuangan
tersebut.
Informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan memiliki Kegunaan yaitu :
1. sebagai alat perencanaan, pengendalian kegiatan perusahaan dan dasar pembuatan keputusan bagi pimpinan
2. sebagai laporan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak di luar perusahaan.
Sedangkan Pihak-pihak yang memerlukan informasi akuntansi antara lain :
a. Pihak intern atau Pimpinan perusahaan (Manajer)
b. Pihak ekstern perusahaan, terdiri dari :
1. Investor atau calon investor
2. Karyawan
3. Pemberi Pinjaman (Bank)
4. Pemasok atau Kreditur lainnya
5. Pelanggan
6. Pemerintah
7. Masyarakat
PERSAMAAN AKUNTANSI
1. Prinsip Keseimbangan antara Aktiva dan Pasiva.
Setiap transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan, dicatat dengan menggunakan sistem berpasangan dan
menggunakan prinsip keseimbangan antara aktiva dengan pasiva, artinya jumlah kekayaan harus sesuai
dengan hak atas kekayaan perusahaan tersebut, sehingga persamaan akuntansinya adalah :
AKTIVA = PASIVA
Pasiva dibagi menjadi dua, yaitu hak dari para kreditur (Kewajiban) dan Hak dari Pemilik perusahaan
(Ekuitas), sehingga harta bisa berasal dari pemilik perusahaan yang disebut modal dan bias juga berasal dari
pinjaman (dari luar perusahaa) yang disebut Kewajiban / Utang. Jadi Persamaan akuntansinya berubah
menjadi :
ASET/AKTIVA = LIABILITAS/KEWAJIBAN + EKUITAS atau HARTA = UTANG + MODAL
Sedangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi besarnya modal suatu perusahaan dalam pencatatan persamaan
akuntansi, antara lain :
a. Adanya laba atau rugi perusahaan, Laba akan menambah modal dan Rugi akan mengurangi modal
b. Adanya pendapatan yang diterima perusahaan, akan menambah modal
c. Adanya beban yang dikeluarkan perusahaan, akan mengurangi modal
d. Adanya pengambilan untuk keperluan pribadi (Prive), akan mengurangi modal
e. Adanya investasi tambahan dari pemilik atau dari sumbangan (donasi), akan menambah modal
Jadi berdasarkan analisis pengaruh transaksi keuangan ke dalam suatu rekening atau perkiraan, maka
dengan pertolongan bentuk rekening huruf T yang sederhana, cara mendebit atau mengkredit adalah sebagai
berikut :
+ - - + - +
D Pendapatan K D Beban K
- + + -
Langkah-langkah posting (buku besar bentuk saldo tunggal) secara nyata tampak pada ilustrasi berikut
ini.
JURNAL UMUM Hal . 1
Tgl. Keterangan Ref. Debit Kredit
2014
Juli 2 Perlengkapan kantor 104 Rp 500.000 00
Utang usaha 201 Rp 500.000 00
Mencatat pembelian perlengkapan
4
1 Perlengkapan kantor No. 104
2 Saldo
3
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit
D/K Jumlah
2014
Juli 2 JU.1 Rp 500.000 00 D Rp 500.000 00
2 4
3
Utang usaha No. 201
Saldo
1 Tgl Keterangan Ref Debit Kredit
D/K Jumlah
2014
Juli 2 JU.1 Rp 500.000 00 K Rp 500.000 00
b. KERTAS KERJA
Neraca lajur atau kertas kerja adalah suatu kertas berkolom-kolom atau berlajur-lajur yang direncanakan
secara khusus untuk menghimpun semua data akuntansi yang dibutuhkan pada saat perusahaan akan
menyusun laporan keuangan dengan cara yang sistematis. Kertas kerja yang biasa digunakan adalah kertas
kerja dengan bentuk 10 kolom, yakni kolom Neraca Saldo, Ayat Penyesuaian, Neraca saldo disesuaikan, Rugi-
Laba dan Neraca.
Bentuk neraca lajur yang lazim digunakan dalam praktik suatu perusahaan adalah bentuk 10 kolom, yaitu :
Perusahaan ………………………..
Kertas Kerja
Per 31 Desember 20…..
Nama NS AP NSD L/R Neraca
Akun/Perkiraan D K D K D K D K D K
Akun
Akun
Akun Aku utang
Pendap
Beban harta Akun
atan
modal
25. Jurnal Penutup, Posting akhir dan Neraca Saldo Setelah Penutupan
a. JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup adalah ayat jurnal untuk mengenolkan saldo perkiraan sementara, jika perusahaan ingin
mengetahui laba atau rugi usaha selama satu periode. Sumber penyusunan ayat jurnal penutup berasal dari
kertas kerja kolom rugi–laba.
Prosedur penyusunan jurnal penutup dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
Menutup akun Jurnal Penutup
1. Akun Pendapatan Pendapatan Rp xxx
Ikhtisar L/R Rp xxx
2. Akun Beban Ikhtisar L/R Rp xxx
Beban-beban Rp xxx
3. Akun Ikhtisar L/R
a. Jika diperoleh laba Ikhtisar L/R Rp xxx
Laba diperoleh apabila Ikhtisar L/R K > D Modal pemilik Rp xxx
b. Jika diderita rugi Modal pemilik Rp xxx
Rugi diderita apabila Ikhtisar L/R D > K Ikhtisar L/R Rp xxx
4. Akun Pengambilan prive Modal pemilik Rp xxx
Prive pemilik Rp xxx