Anda di halaman 1dari 4

Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Nomor : UM.008/9/20/DJPL - 12
Tanggal : 16 FEBRUARI 2012

BAB VII
PENGUKURAN KAPAL

PENGUKURAN KAPAL STANDAR KAPAL NON KONVENSI BERBENDERA


INDONESIA BERBENDERA INDONESIA
Sesuai dengan dokumen Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VII
Pasal 125
(1) Pengukuran kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia dilaksanakan sesuai dengan
syarat dan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VII Bagian A Seksi 1.
(2) Pengukuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Ahli Ukur Kapal.

Pasal 126
Ahli Ukur kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat (2), harus memenuhi
persyaratan:
1) Lulus dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan pengukuran kapal;
2) Telah menjalani praktek pengukuran dan dinyatakan cakap serta terampil
melaksanakan pengukuran kapal metode pengukuran Internasional oleh ahli ukur
pembimbing;
3) Memperoleh pengukuhan dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Pasal 127
(1) Pengukuran kapal yang berukuran panjang kurang dari 24 (duapuluh empat) meter
Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VII Bagian A Seksi 1 klausul
1.1.5.
(2) Kapal yang berukuran panjang kurang dari 24 (duapuluh empat) meter, atas permintaan
pemilik dapat diukur sesuai dengan metode pengukuran Konvensi Internasional tentang
pengukuran kapal 1969 (TMS ’69).

METODE PENGUKURAN
Pasal 128
Tonase Kotor dan Tonase Bersih dari kapal yang telah diukur sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat (1) dihitung dan ditetapkan dengan
menggunakan syarat dan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab VII, Bagian B, Seksi 3.

DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 1
PENGAMBILAN UKURAN DAN TINGKAT AKURASI
Pasal 129
1) Semua ukuran yang digunakan untuk menentukan volume ruangan yang akan
dimasukkan dalam perhitungan Tonase Kotor dan Tonase Bersih harus diukur dengan
mengabaikan adanya lapisan-lapisan atau hal-hal lain serupa itu hingga ke sisi sebelah
dalam kulit plat dinding pada kapal-kapal yang terbuat dari logam atau fibreglass dan
hingga kepermukaan kulit luar, pada kapal-kapal yang terbuat dari bahan-bahan lain.
2) Ukuran yang diambil searah membujur terhadap kapal disebut panjang, dan yang
diambil searah melintang kapal disebut lebar, tanpa mengindahkan bentuk dari ruangan
yang diukur.
Pasal 130
Akurasi, pembulatan angka, penetapan tonase kotor dan tonase bersih dari hasil pengukuran
terhadap kapal dengan panjang kurang dari 24 meter merujuk Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VII Seksi 4.

DAFTAR UKUR DAN SURAT UKUR


Pasal 131
1) Perhitungan dan penetapan Tonase Kotor serta Tonase Bersih dari kapal yang telah
diukur, dilakukan dengan menggunakan Daftar Ukur.
2) Daftar ukur Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VII Bagian C
Seksi 6
3) Daftar Ukur sebagaimana dimaksud ayat (2) ditanda tangani oleh Ahli Ukur Kapal yang
melakukan pengukuran.
4) Bentuk, isi dan susunan daftar ukur sebagaimana tercantum dalam Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab VII Appendix 4.
Pasal 132
1) Surat ukur diterbitkan hanya untuk kapal yang berukuran Tonase Kotor (GT) 7 atau
lebih
2) Bentuk, isi dan susunan Surat Ukur untuk kapal yang berukuran panjang kurang dari 24
(dua puluh empat) meter, yang diukur sesuai dengan ketentuan Pasal 129 ayat (1),
diterbitkan menggunakan format seperti contoh dalam Standar Kapal Non Konvensi
Bab VII Appendix 4 dan 5.
Pasal 133
(1) Surat Ukur Non Konvensi diterbitkan oleh Syahbandar/Adpel/Ka. UPP di setiap
pelabuhan yang mempunyai kode pengukuran.
(2) Surat Ukur diterbitkan sesuai dengan Daftar Ukur yang telah diperiksa dan disahkan
oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(3) Dalam hal penerbitan Surat Ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) belum dapat
dilaksanakan, dapat diterbitkan Surat Ukur Sementara.
(4) Surat Ukur Sementara bagi kapal-kapal yang diukur di luar negeri diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(5) Surat Ukur dan Surat Ukur Sementara sebagaimana dlmaksud dalam ayat (2) dan (3)
diberi nomor dan tanggal penerbitan yang sama dengan nomor Daftar Ukur.

DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 2
KODE PENGUKURAN DAN TANDA SELAR
Pasal 134
Pelabuhan yang berwenang melakukan pengukuran dan Kode Pengukuran ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Pasal 135
Kapal yang telah memperoleh Surat Ukur harus dipasang Tanda Selar, tata cara pemasangan,
ukuran huruf dan angka merujuk kepada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
IndonesiaBab VII bagian D Seksi 9.
Pasal 136
Tata cara pengukuran
(1) Tata cara pengukuran kapal merujuk dalam Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
IndonesiaBab VII Bagian E Seksi 10
(2) Pelaksanaan pengukuran kapal dapat dilakukan sejak kapal dalam proses pembangunan.

Pasal 137
(1) Dalam hal pengukuran tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada ahli ukur kapal di
pelabuhan tempat kapal berada, pengukuran dapat dilaksanakan oleh Ahli Ukur Kapal
dari pelabuhan terdekat atau dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
(2) Pemilik kapal dapat mengajukan permohonan bantuan Ahli Ukur kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Laut atau oleh Pejabat yang berwenang di pelabuhan tempat
kapal berada kepada pelabuhan lain yang terdekat.
(3) Surat Ukur untuk kapal sebagaimana dimaksud ayat (1), diterbitkan di pelabuhan
tempat kapal berada atau di pelabuhan yang memberi bantuan Ahli Ukur kapal apabila
pelabuhan tempat kapal berada tidak mempunyai Kode pengukuran.

Pasal 138
(1) Permohonan pengukuran kapal dapat diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut atau pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal di pelabuhan tempat kapal
berada.

(2) Berdasarkan hasil pengukuran, Ahli Ukur Kapal menyusun Daftar Ukur dan
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut paling lambat 1 (satu) bulan
sejak pengukuran selesai dilakukan.

(3) Pengesahan atau penolakan Daftar Ukur diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Laut selambat-lambatnya dalam waktu tidak lebih dari 5 (lima) hari kerja
setelah Daftar Ukur diterima.

(4) Berdasarkan pengesahan Daftar Ukur oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, pejabat
pemegang fungsi keselamatan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menerbitkan
Surat Ukur dan harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

(5) Surat Ukur sebagaimana dimaksud ayat (4) diserahkan kepada pemilik setelah
pemasangan Tanda Selar dilaksanakan.

DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 3
Pasal 139
Masa berlaku sertifikat

(1) Surat Ukur tetap mempunyai masa berlaku tidak terbatas.


(2) Surat Ukur sementara mempunyai masa berlaku tidak lebih dari 2 bulan dan tidak dapat
diperpanjang.

Pasal 140
Yang membatalkan surat ukur

(1) Kapal Berganti nama


(2) Hasil pengukuran tidak sesuai dengan keadaan kapal yang sebenarnya.
(3) Diperoleh secara tidak sah dan atau digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya.

Pasal 141
Penggantian Surat Ukur

(1) Surat Ukur Baru untuk kapal yang ganti nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140
ayat (1) dapat diterbitkan dengan mengambil data dari Surat Ukur lama beserta
lampiran berita acara ganti nama kapal.

(2) Surat ukur Baru untuk kapal seperti disebut ayat (1), dapat diterbitkan setelah kapal
melaksanakan pengukuran ulang dan penyusunan daftar ukur baru.

Pasal 142

Penerbitan Surat Ukur oleh Pejabat Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri untuk kapal
yang dibangun atau ganti bendera di Iuar negeri dapat dilakukan, berdasarkan pemberitahuan
dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Pasal 143

(1) Salinan Surat Ukur dapat diterbitkan sebagai pengganti Surat Ukur yang rusak, hilang
atau musnah.
(2) Permohonan pernerbitan salinan Surat Ukur sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diajukan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut atau pejabat pemegang fungsi
keselamatan kapal yang telah menerbitkan Surat Ukur tersebut.
(3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilengkapi dengan surat
keterangan tentang hilang atau musnah dari Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
dengan menunjukkan Surat Ukur yang rusak.

DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 4

Anda mungkin juga menyukai