Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh
INES HARDI PRATIWI
SN192032

PROGAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Masalah Utama
Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klienmengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupasuara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014)
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi
atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati, 2012).

2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramatisebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apasaja yang
sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedangtidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yangtidak
tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedangmenjawab
suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati:
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh oranglain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api ataudarah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan
sedangmemadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai darihasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,melihat
hantu dan monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadangbau
itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit

3. Penyebab Terjadinya Masalah


proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan faktor
presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk, 2014) :
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatanotak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesipada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan denganperilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitteryang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptordopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikalmenunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otakmanusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis,ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagiandepan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainananatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhirespon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realitaseperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yangmengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadapstressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapistressor.

4. Akibat Yang Ditimbulkan


Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan.
C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial :
menarik diri Faktor Predisposisi : Faktor Predipitasi :
- Biologis - Biologis
- Psikologis - Stres Lingkungan
- Sosial budaya - Sumber koping

(Nita, 2013)

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
b. Isolasi sosial menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
1) Data subjektif
Klien mengatakan mendenga rbunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata, klien mengatakan mencium bau dan mendengar suara tanpa stimulus
nyata
2) Data objektif
Klien berbicara dan tertawa sendiri, klien bersifat seperti mendengar/ melihat
sesuatu, klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
b. Isolasi social menarik diri
1) Data subjektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, klien menolak komunikasi
kadang hanya dijawab (ya/tidak)
2) Data objektif
Apatis, ekspresi sedih, menyendiri, menghindari orang lain, kontak mata
kurang dan menolak hubungan dengan orang lain

E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

F. Rencana Tindakan
1. Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum :
Selama perawatan diruangan, pasien tidak memperlihatkan perilaku kekerasan
Tujuan Khusus:
a. Dapat membina hubungan saling percaya
b. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang
sering dilakukan
c. Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK dengan cara :
Fisik
Social dan verbal
Spiritual
Minum obat teratur
d. Dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan cara mencegah PK yang sesuai
e. Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif dan sesuai
f. Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK
g. Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian
h. Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK
i. Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan
Intervensi :
TindakanPsikoterapi
Pasien :
a. BHSP
b. Ajarakan SP I :
1) Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang dilakukan
pasien serta akibat PK
2) Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul
bantal)
3) Masukkan dalam jadwal harian
c. Ajarkan SP II :
1) Diskusikan jadwal harian
2) Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial
3) Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
d. Ajarkan SP III :
1) Diskusikan jadwal harian
2) Latih cara spiritual untuk mencegah PK
3) Masukkan dalam jadawal kegiatan harian
e. Ajarkan SP IV :
1) Diskusikan jadwal harian
2) Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat secara
teratur
3) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
f. Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan
g. Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai
h. Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan harian
i. Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit

Keluarga :
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien PK
b. Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta proses
terjadinya
c. Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK
d. Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung
e. Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat

Tindakan psikofarmakologi
a. Berikan obat-obatan sesuai program pasien
b. Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum
c. Mengukur vital sign secara periodik
Tindakan manipulasi lingkungan
a. Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien
b. Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan mulai
meningkat
c. Lakukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan pengikatan/restrain atau
masukkan ruang isolasi bila perlu
d. Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita.

2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi


Tujuan Umum :
mampu mengontrol halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi, waktu, dan frekuensi halusinasi,
respon terhadap halusinasi, dan tindakan yang sudah dilakukan
c. Klien dapat menyebutkan dan mempraktekan cara mengntrol halusinasi yaitu
dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, terlibat/ melakukan
kegiatan, dan minum obat.
d. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
e. Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal
f. Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol
Intervensi :
Tindakan Psikoterapeutik
Klien :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
c. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya
d. Tanyakan keluhan yang dirasakan klien
e. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien tentang halusinasinya meliputi :
SP I :
a. Identifikasi  jenis halusinasi Klien
b. Identifikasi isi halusinasi Klien
c. Identifikasi waktu halusinasi Klien
d. Identifikasi frekuensi halusinasi Klien
e. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Identifikasi  respons Klien terhadap halusinasi
g. Ajarkan Klien menghardik halusinasi
h. Anjurkan Klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
SP II :
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
b. Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
c. Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III :
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
b. Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakukan Klien di rumah).
c. Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV :
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c. Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
d. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
e. Menganjurkan Klien mendemonstrasikan cara kontrol yang sudah diajarkan
f. Menganjurkan Klien memilih salah satu cara control halusinasi yang sesuai

Keluarga
a. Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien
b. Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami Klien
serta proses terjadinya
c. Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien halusinasi
d. Latih keluarga melakukan cara merawat Klien halusinasi secara langsung
e. Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat
Tindakan Psikofarmako
a. Berikan obat-obatan sesuai program Klien
b. Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum
c. Mengukur vital sign secara periodik

Tindakan Manipulasi Lingkungan


a. Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan
b. Libatkan Klien dalam TAK halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Direja. A. H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.

Kusumawati & Hartono. (2012) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Nita, F. (2013). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat.
Jakarta: SalembaMedika.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta:


Badan PPSDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai