Manlaknis STBM: Pedoman Pelaksanaan Teknis STBM
Manlaknis STBM: Pedoman Pelaksanaan Teknis STBM
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Manlaknis�STBM
Sanitasi�Total�Berbasis�Masyarakat
PEDOMAN
PELAKSANAAN
TEKNIS STBM
Tahun 2012
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................................................... ii
Daftar Gambar................................................................................................................................. iii
Daftar Tabel..................................................................................................................................... iv
Bab I - Pendahuluan......................................................................................................................... 1
Latar Belakang......................................................................................................................................... 1
Penutup........................................................................................................................................... 44
Lampiran.......................................................................................................................................... 45
1. Panduan Pelaksanaan Verifikasi.................................................................................................. 45
2. Peningkatan Kapasitas STBM di Daerah....................................................................................... 52
Daftar Gambar
Gambar
Daftar Tabel
Gambar
LATAR BELAKANG jamban sehat (target MDGs 7.C) tergolong pada tar-
get yang membutuhkan perhatian khusus, karena
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait
kecepatan peningkatan akses tidak sesuai dengan
permasalahan air minum, higiene dan sanitasi
harapan. Dari target akses sebesar 55,6% pada ta-
masih sangat besar. Hasil Risert Kesehatan Dasar
hun 2015 untuk pedesaan, akses masyarakat pada
2010 menunjukknan penduduk yang melakukan
jamban keluarga yang sehat pada tahun 2009 baru
BAB numpang di tetangga sebesar 6,7%, menn-
sebesar 34%. Terdapat kesenjangan sebesar 21%
gunakan jamban tidak sehat 25% dan 17,7% BAB
dalam sisa waktu 3 tahun (2009-2015).
disembarang tempat (Definisi JMP).
Untuk mencapai sasaran sanitasi MDGs terse-
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS)
but, harus ditemukan cara meningkatkan pencapai-
di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat
annya akses sanitasi baik di perdesaan maupun di
mencuci tangan dilakukan: (i) setelah buang air
perkotaan. Di sisi lain dengan anggaran pemerintah
besar 12%; (ii) setelah membersihkan tinja bayi
yang terbatas maka perlu dilakukan cara-cara yang
dan balita 9%; (iii) sebelum makan 14%; (iv)
lebih efektif dan inovatif.
sebelum memberi makan bayi 7%; dan (v) sebe-
lum menyiapkan makanan 6%. Studi BHS lainnya Salah satu upaya mengatasi permasalahan
terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kemente-
tangga menunjukkan 99,20% telah merebus air rian Kesehatan Republik Indonesia telah mengem-
untuk keperluan air minum, akan tetapi 47,50% bangkan dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total
dari air tersebut masih mengandung Eschericia Berbasis Masyarakat (STBM) dengan dikeluarkan-
coli. nya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008, yang
Implikasinya, diare, yang merupakan penyakit
menjadikan STBM sebagai Program Nasional dan
berbasis lingkungan menjadi penyebab nomor
merupakan salah satu sasaran utama dalam RPJMN
satu kematian bayi di Indonesia, yaitu 42% dari
2010 – 2014, yang menargetkan bahwa pada akhir
total angka kematian bayi usia 0-11 bulan. Di In-
tahun 2014, tidak akan ada lagi masyarakat Indone-
donesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap
sia yang melakukan praktik buang air besar semba-
tahun atau sejumlah 460 balita setiap harinya
rangan (BABS).
(Riset Kesehatan Dasar 2010).
Mengacu pada Undang-Undang nomor 32 ta-
Dari sudut pandang ekonomi, studi WSP
hun 2004 tentang Otonomi Daerah dan dijelaskan
menunjukkan bahwa Indonesia mengalami keru-
dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007
gian sebesar $6,3 miliar ( Rp. 56,7 trillun ) perta-
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
hun akibat buruknya kondisi sanitasi dan higiene.
Pusat, Provinsi dan Kabupaten, bahwa sanitasi
Hal iIni setara dengan 2,3% dari produk domestik
bruto. menjadi urusan Pemerintah Kabupaten (Lam-
piran Peraturan Pemerintah nomor 38, tahun
Hasil studi WHO (2007), intervensi melalui 2007 bidang Kesehatan).
modifikasi lingkungan dapat menurunkan risiko
penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi Pemerintah Indonesia mempertegas komit-
lingkungan tersebut mencakup penyediaan air mennya dalam pembangunan sanitasi, den-
bersih menurunkan risiko 25%, pemanfaatan gan memasukkan pendekatan STBM, menjadi
jamban menurunkan risiko 32%, pengolahan air bagian dari Rencana Tindak Percepatan Pen-
minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko capaian Sasaran Program Pro Rakyat yang dia-
sebesar 39% dan cuci tangan pakai sabun menu- manatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3,
runkan risiko sebesar 45%.
tahun 2010, tentang Program Pembangunan
Laporan kemajuan Millennium Development yang Berkeadilan dimana pelaksanaannya dia-
Goals (MDGs) yang dikeluarkan oleh Bappenas wasi langsung oleh Unit Kerja Presiden bidang
pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa pen- Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
ingkatan akses masyarakat pedesaan terhadap (UKP4).
Gambar 1.1
Pencapaian target MDGs bidang sanitasi di Indonesia
Sumber data : Riskesdas 2010
Upaya lain dari Pemerintah adalah dengan Terkait hal tersebut di atas, Kementerian Kes-
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terh- ehatan mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan STBM
adap layanan air minum dan sanitasi yang me- (Manlak STBM) yang disusun dengan tujuan mem-
madai melalui kerjasama pendanaan dengan berikan pemahaman secara utuh kepada semua
pihak lain, seperti lembaga donor, lembaga pelaku STBM mulai dari tingkat Nasional sampai
swadaya masyarakat (LSM), swasta (investasi ke tingkat Desa/kelurahan. Pedoman ini dijadikan
langsung maupun Corporate Social Responsibil- acuan dalam pelaksanaan pendekatan STBM bagi
ity) dan masyarakat. para pengambil keputusan dan pengelola kegiatan
di berbagai tingkatan, agar program ini dapat ber-
Prinsip pendekatan STBM adalah keterpad- jalan secara efektif dan efisien.
uan antara komponen peningkatan kebutuhan
(demand), perbaikan penyediaan (supply) sani- Pedoman Pelaksanaan ini dikembangkan ber-
tasi dan penciptaan lingkungan yang mendu- dasarkan pembelajaran dan pengalaman di banyak
kung, namun pelaksanaannya perlu dipertim- kabupaten yang telah melaksanakan STBM dalam
bangkan komponen pendukung lainnya seperti pembangunan sanitasi di wilayah perdesaan. Na-
strategi pembiayaan, metoda pemantauan dan mun demikian, prinsip-prinsip pedoman ini dapat
pengelolaan pengetahuan/informasi sebagai menjadi acuan untuk pembangunan sanitasi di
media pembelajaran. wilayah perkotaan.
b. Peningkatan
Kebutuhan
dan Permintaan
Sanitasi
Komponen peningkatan
kebutuhan sanitasi meru-
pakan upaya sistematis un-
tuk mendapatkan peruba-
han perilaku yang higienis
dan saniter, berupa :
• Pemicuan perubahan
Gambar 3.1.
Komponen sanitasi total perilaku;
• Promosi dan kampanye perubahan perilaku
Ketiga komponen sanitasi total tersebut menja- higiene dan sanitasi secara langsung;
di landasan strategi pelaksanaan untuk pencapaian • Penyampaian pesan melalui media massa
5 (lima) pilar STBM. dan media komunikasi lainnya;
• Mengembangkan komitmen masyarakat da-
a. Penciptaan Lingkungan yang lam perubahan perilaku;
Kondusif • Memfasilitasi terbentuknya komite/tim ker-
ja masyarakat;
Komponen ini mencakup advokasi kepada para • Mengembangkan mekanisme peng hargaan
pemimpin Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pe- terhadap masyarakat/institusi melalui me-
mangku kepentingan dalam membangun komitmen kanisme kompetisi dan benchmark kinerja
bersama untuk melembagakan kegiatan pendeka- daerah.
tan STBM yang diharapkan akan menghasilkan:
Kabupaten melalui fungsi Pokja AMPL, beker- 3. Koordinasi tingkat Kabupaten melalui Pokja
jasama dengan tim fasilitator provinsi melaksana- AMPL / lembaga koordinasi yang sudah ada.
kan pelatihan untuk memahami berbagai bidang Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penang-
yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan STBM gung jawab kegiatan STBM menyampaikan
yang diikuti oleh para pelaksanaan kegiatan sani- laporan kemajuan yang telah dicapai keforum
tasi di daerah antara lain lembaga pemerintah AMPL dan Bupati.
yang berkompeten, swasta, LSM lokal, organisasi
4. Koordinasi tingkat Kecamatan dilaksanakan
massa dan sanitarian yang bertugas di wilayah
melalui mekanisme forum koordinasi kecama-
kabupaten. Advokasi diselenggarakan dengan
tan. Kepala Puskesmas sebagai penanggung
sasaran para pengambil keputusan dan pengelola
jawab kegiatan STBM melaporkan kemajuan
proyek sanitasi atau yang memungkinkan untuk
hasil kegiatan ke forum koordinasi yang dip-
dilakukan sinergi. Pemantauan kemajuan pelak-
impin oleh Camat dan Kepala Pukesmas.
sanaan dan penyebarluasan informasi dilaksana-
kan dengan memanfaatkan sistim yang sudah 5. Koordinasi tingkat Desa/kelurahan melalui
ada dan mengacu pada kebutuhan informasi oleh komite yang dibentuk oleh masyarakat dan
provinsi dan pusat serta prinsip-prinsip pendeka- melaporkan hasil kemajuan yang telah dicapai
tan STBM. keperangkat desa yang dipimpin oleh kepala
Desa, Lembaga Desa dan ke Puskesmas den-
Kecamatan/desa/kelurahan/masyarakat akan
gan menggunakan sistem yang ada.
Mitra / pelaku
Kementerian Pokja AMPL/Sekretariat STBM
STBM
Gubernur
Bupati/Walikota
Camat
Kepala Desa/kelurahan
Komite masyarakat
Komite masyarakat
Gambar 3.4
Diagram Mekanisme dan Koordinasi Pengelolaan STBM
• Melalui tim STBM dapat dikenalkan perilaku masyarakat bertahap STBM (lihat
berbagai opsi sarana sanitasi yang ter- Bab V).
jangkau oleh masyarakat miskin, seh-
saha peningkatan teknologi dan supply san-
• U
ingga dapat disadari bahwa penyedi-
itasi layak bagi masyarakat. Untuk memasti-
aan sarana sanitasi tidak harus dengan
kan masyarakat telah berubah perilakunya
biaya yang mahal. Usaha peningkatan
dan berkesinambungan untuk menjadi lebih
kebutuhan bagi masyarakat dilakukan
baik, perlu diupayakan adanya peningkatan
oleh tim STBM desa/kelurahan/sekolah
teknologi yang digunakan sesuai dengan
(melalui pengembangan opsi teknologi
tangga sanitasi (seperti yang digambarkan
dan pelatihan teknisi). Pemilihan opsi
dalam katalog pilihan sarana sanitasi). Hal ini
teknologi perlu didukung oleh ICC yang
harus diikuti dengan ketersediaan akses ke
dikembangkan dari penelitian pasar dit-
supply teknologi yang lebih baik.
ingkat propinsi. Setiap opsi harus dijelas-
kan keunggulan, kelemahan dan perawa- • P
eraturan desa/kelurahan tentang perilaku
tannya termasuk informasi penyalurnya yg. disepakati dan sanksi pada orang yg me-
mudah dijangkau (lokal ataukah harus langgar peraturan tersebut. (contohnya retri-
dikirim dari daerah lain pemilihan opsi busi sampah, peraturan larangan OD atau
sepenuhnya diserahkan ke masyarakat, buang sampah ke parit, kewajiban memban-
Dalam upaya meningkatkan akses terh- gun WC sehat dalam ijin mendirikan bangu-
adap segmen pasar yang kemampuan- nan).
nya bbervariasi, perlu dilengkapi dengan • Pemantauan berkala dan terus menerus
alternative pendanaan seperti melalui oleh tim STBM desa/kelurahan dan kecama-
mikro kredit/koperasi, pembelian dan tan untuk memastikan bahwa masyarakat
pengantaran material dalam partai besar, tidak kembali ke perilaku yang lama. Jika
cicilan dan penundaan pembayaran .. teridentifikasi masyarakat kembali pada pe-
• Pemantauan akses rumah tangga , den- rilaku lama, , masyarakat perlu diinformasi-
gan menggunakan pembedaan antara kan bahwa mereka dapat kehilangan status
sanitasi sehat dan tidak sehat (improved masyarakat ODF.
dan unimproved) disesuaikan dengan
definisi JMP yang digunakan untuk pe-
mantauan target nasional. Tim STBM 3. Pengelolaan Pengetahuan
masyarakat akan menerima arahan un- • Identifikasi dan dokumentasi pembelajaran
tuk melaksanakan mekanisme ini pada dari penerapan program di desa/kelurahan
kunjungan tindak lanjut pasca pemicuan. oleh tim STBM desa/kelurahan. Pendoku-
Tim STBM masyarakat akan menjaga mentasian kegiatan antara lain dapat berupa
dan secara regular memutakhirkan data laporan kegiatan, foto-foto dan wawancara
akses rumah tangga dalam berbagai ben- dengan pengguna. Dokumen ini disimpan di
tuk yang transparan dan tersedia secara lokasi dan dapat diakses oleh semua pihak
publik, seperti pemetaan sosial dengan dan terbaharui secara berkala.
legenda yang disepakati, dengan atau
• Pendistribusian informasi melalui papan
tanpa catatan tertulis.
pengumuman desa/kelurahan, pertemuan
• Verifikasi perubahan perilaku sesuai in- warga, acara keagamaan, sekolah.
dikator untuk proses perubahaan peri-
• Studi banding antar dusun/RW di dalam
laku oleh tim STBM kecamatan maupun
desa/kelurahan untuk pembelajaran.
anggota tim STBM dari desa yang lain.
Deklarasi keberhasilan pelaksanaan
pilar-pilar STBM sesuai dengan standar
verifikasi nasional dan visi perubahan
Gambar 5.1.
Kerangka pemantauan dan evaluasi STBM
Adapun rangkaian pelaksanaan pemantauan 3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau up-
program STBM seperti pada gambar 5.2 tentang aya lain oleh masyarakat untuk mencegah
alur pikir tata laksana pemantauan dan pelapo- kejadian BAB di sembarang tempat
ran dari masyarakat hingga tingkat pusat. (pada 4. Ada mekanisme pemantauan umum yang
halaman berikutnya) dibuat masyarakat untuk mencapai 100%
5.2.1. Desa/kelurahan melaksanakan KK mempunyai jamban sehat
STBM 5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk da-
Parameter bahwa suatu desa/kelurahan pat mencapai Total Sanitasi
dikatakan telah melaksanakan STBM adalah: Tercapainya kondisi semua masyarakat telah BAB
1. Minimal telah ada intervensi melalui ke jamban sehat, dapat disebut bahwa masyarakat
pemicuan di salah satu dusun dalam tersebut telah mencapai SBS (stop buang air besar
desa/kelurahan tersebut. sembarangan) . SBS merupakan konteks dalam ba-
hasa Indonesia untuk ODF (Open Defecation Free).
2. Ada masyarakat yang bertanggung jawab Suatu komunitas dapat dikatakan SBS dijelaskan
untuk melanjutkan aksi intervensi STBM lebih lanjut pada Panduan Pemantauan dan Evalu-
seperti disebutkan pada poin pertama, asi STBM.
baik individu (natural leader) ataupun
bentuk komite.
Verifikasi pencapaian status ODF
3. Sebagai respon dari aksi intervensi
STBM, masyarakat menyusun suatu ren- Verifikasi terhadap pencapaian status ODF oleh
cana aksi kegiatan dalam rangka men- satu komunitas dilakukan berdasarkan kriteria ODF
capai komitmen-komitmen perubahan pada pedoman aspek manajemen. Evaluasi status
perilaku pilar-pilar STBM, yang telah ODF satu komunitas oleh tim verifikasi kecamatan
disepakati bersama; misal: mencapai dengan menggunakan format yang tersedia dalam
status SBS. panduan pemantauan STBM. Adapun proses veri-
fikasi status ODF di satu komunitas adalah sebagai
berikut:
1. Komunitas bersangkutan dapat melaku- mencapai ke-lima pilar STBM, dapat dikatakan bah-
kan pengajuan permohonan untuk div- wa masyarakat sebagai komunitas/ Desa/kelurahan
erifikasi kepada Puskesmas atau kantor STBM.
kecamatan terdekat apabila mereka telah
Verifikasi pencapaian status STBM
siap untuk mendeklarasikan mereka telah
bebas buang air besar sembarang tem- Secara prinsip menyerupai proses verifikasi pen-
pat. capaian ODF yang hanya pilar pertama saja; namun
untuk pencapaian Desa/kelurahan STBM persyara-
2. Tim verifikasi kecamatan melakukan kun-
tannya adalah mencapai total kelima pilar dalam
jungan mendadak ke komunitas yang
STBM. Adapun proses verifikasi status Komunitas/
akan diverifikasi. Tim akan mengamati
Desa/kelurahan STBM adalah sebagai berikut:
kondisi dan perilaku di masyarakat, dan
mewawancara keluarga-keluarga yang 1. Masyarakat bersangkutan dapat mengaju-
berubah perilakunya di komunitas atau kan permohonan untuk diverifikasi kepada
desa bersangkutan. Pada hari itu juga, tim Puskesmas atau kantor kecamatan terdekat
verifikasi melaporkan hasil verifikasi ke- apabila mereka telah siap untuk mende-
pada masyarakat di komunitas tersebut. klarasikan pencapaian kelima pilar STBM.
3. Bila satu komunitas dianggap telah lolos 2. Tim verifikasi kecamatan melakukan kun-
verifikasi, akan diumumkan dan diresmi- jungan lapang ke komunitas atau desa/
kan secara simbolis (misal: papan deklara- kelurahan yang akan diverifikasi. Tim
si berlogo Puskesmas atau Kecamatan); akan mengamati kondisi dan perilaku di
Bila ada bentuk-bentuk penghargaan se- masyarakat, dan mewawancara keluarga-
baiknya diwujudkan dalam penghargaan keluarga yang berubah perilakunya di ko-
untuk mendapatkan prioritas program munitas atau desa/kelurahan bersangkutan.
pembangunan lainnya. Pada hari itu juga bila memungkinakan se-
baiknya tim verifikasi melaporkan hasil veri-
4. Karena suatu hal verifikasi tidak dapat
fikasi kepada masyarakat tersebut.
diberikan, alasannya perlu disampaikan
kepada masyarakat. Mereka dapat men- 3. Bila satu komunitas atau desa/kelurahan di-
gajukan ulangan untuk diverifikasi pada anggap telah lolos verifikasi, akan diumum-
waktu yang disepakati bersama saat pe- kan dan diresmikan secara simbolis (misal:
nyampaian hasil verifikasi. papan deklarasi berlogo Puskesmas atau Ke-
camatan); Bila ada bentuk-bentuk penghar-
Demikian halnya dengan deklarasi kecamatan
gaan sebaiknya diwujudkan dalam penghar-
dan kabupaten yang ODF, secara proses mengi-
gaan untuk mendapatkan prioritas program
kuti langkah yang sama seperti verifikasi status
pembangunan lainnya.
ODF di komunitas. Evaluasi deklarasi kecamatan
yang ODF akan dilakukan oleh tim verifikasi kabu- 4. Karena suatu hal verifikasi tidak dapat
paten, sementara deklarasi kabupaten yang ODF diberikan, alasannya perlu disampaikan ke-
akan dilakukan oleh tim evaluasi provinsi atau pada masyarakat. Mereka dapat mengaju-
bahkan tim nasional. kan ulangan untuk diverifikasi pada waktu
yang disepakati bersama saat penyampaian
hasil verifikasi.
5.2.3. Desa/kelurahan mencapai status
Demikian halnya dengan deklarasi kecamatan
STBM (Desa/kelurahan STBM)
dan kabupaten yang telah dapat mencapai kelima
Mengacu kepada pola pikir di atas, maka da- pilar STBM, secara proses mengikuti langkah yang
pat diuraikan indikator capaian seperti pada sama seperti verifikasi komunitas/ desa/kelurahan
tabel 5.1. STBM. Evaluasi deklarasi kecamatan yang STBM
akan dilakukan oleh tim verifikasi kabupaten, se-
Tercapainya kondisi suatu masyarakat telah mentara deklarasi kabupaten yang STBM akan di-
Tabel 5.2.
Indikator pemantauan kinerja
Tabel 5.3.
Pembagian peran dalam pemantauan dan evaluasi
Penutup
Masalah yang terkait dengan air minum, higiene dan sanitasi masih menjadi tantangan besar
di Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi acuan untuk mengatasi
permasalahan secara nasional.
Dengan adanya Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini, diharapkan
para pemangku kepentingan dapat melaksanakan program dengan baik sehingga berkontribusi
terhadap penurunan secara signifikan angka kejadian diare dan penyakit berbasis lingkungan,
serta pencapaian target RPJMN dan MDGs nomor 7.
Semoga apa yang menjadi harapan di atas dapat terwujud dengan baik. Kepada semua pihak
yang telah memberikan sumbangsihnya, baik gagasan pemikiran dan kontribusi lainnya, diucap-
kan banyak.
Terima kasih.
• Unimproved facilities/Jamban tidak layak Proses verifikasi dilakukan oleh Tim Verifika-
termasuk WC umum (public or shared si, yang anggotanya berjumlah 3-5 orang atau
facilities), WC siram/leher angsayang lebih, sesuai kebutuhan. Tim verifikasi Desa di-
dibuang langsung ke saluran terbuka, tunjuk dan ditetapkan oleh Pemerintah Tingkat
WC cubluk tanpa tutup, WC ember, WC Kecamatan. Tim verifikasi Kecamatan ditunjuk/
gantung atau WC yang langsung dibuang ditetapkan oleh Pemerintah Tingkat Kabupa-
ke saluran air, atau BABS di tempat ter- ten/Kota.
buka, kebun/hutan atau saluran air
Mengapa perlu dilakukan proses verifikasi ?
Proses verifikasi perlu dilakukan
untuk memastikan terjadinya peruba-
han perilaku masyarakat di desa/
kelurahan. Proses ini dilakukan sebe-
lum melakukan deklarasi desa STBM,
ataupun deklarasi desa Stop Buang
air besar Sembarangan (SBS).
Apa itu proses verifikasi?
Proses verifikasi adalah serangka-
ian kegiatan penilaian yang dilakukan oleh tim
verifikasi terhadap pernyataan bahwa telah
terjadi perubahan perilaku.
Batasan verifikasi pernyataan deklarasi, apa-
bila :
• Perubahan perilaku yang dimaksud ada-
lah seperti yang tergambar dalam dia-
gram disamping.
Proses verifikasi hanya dilakukan: • Untuk pilar 1 Stop Buang air besar Sem-
barangan (SBS), harus dilakukan ke 100%
• Jika ada desa yang menyatakan dirinya rumah yang ada di desa tersebut
telah mencapai desa STBM, atau desa
SBS (contoh: melalui surat/lisan/elek- • Untuk pilar 2-5 STBM, sampel bisa diam-
tronik dari Kepala Desa ke Pemerintah bil 30% dari jumlah rumah.
Kecamatan ditembuskan ke Puskemas)
Catatan:
• Monitoring berkala untuk memastikan
1 (satu) rumah bisa berisi lebih dari 1 KK.
status desa STBM, atau status desa SBS
Persyaratan minimum setidaknya 100%
(minimum sekali setiap dua tahun)
masyarakat memiliki akses dan menggunakan
jamban (WC).
Pilar 2-5:
1. Konsolidasi Tim Verifikasi (penyiapan • Lolos verifikasi bila semua kriteria
lembar penilaian, penyamaan persepsi dipenuhi (semua jawaban adalah ya)
tentang isi lembar penilaian, pembagi- • Buat berita acara verifikasi yang di tan-
an wilayah dan jadwal, penentuan jum- datangani oleh ketua Tim Verifikasi
lah sampel secara acak untuk pilar 2-5)
4. Laporkan kembali ke masyarakat hal-
2. Pelaksanaan verifikasi. Semua anggota hal berikut:
tim melaksanakan kunjungan rumah
• Jelaskan kriteria penilaian
(sesuai sampel) untuk melakukan pe-
nilaian dan wawancara • Jelaskan hasil yang didapat
• Jelaskan langkah selanjutnya (apakah
3. Penentuan hasil verifikasi menunda deklarasi, ataukah ���������
m��������
elanjut-
• Buat rekapitulasi hasil penilaian semua kan deklarasi)
anggota tim verifikasi
sebelum memberi
makan bayi
setelah
membersihkan
kotoran bayi
sebelum
menyiapkan
makanan
Merebus air
(mendidih 1-3 menit)
Menyaring air
Sodis (matahari)
Disinfeksi (misal
dengan kaporit)
2 Air minum yang telah Ya Jelas. Tidak boleh tanpa
diolah disimpan di tutup karena serangga
dalam wadah yang dan kotoran bisa masuk
tertutup dengan kuat/
rapat
3 Makanan yang tersaji Ya Jelas. Tidak boleh tanpa
tertutup tutup karena serangga
dan kotoran bisa masuk
4 Wadah minum Ya Observasi
dibersihkan secara
rutin (setidaknya
seminggu sekali)
Menimbun sampah di
dalam lubang
Mengubah sampah
menjadi kompos
Digunakan kembali
(jika memungkinkan)
Cara lain
- Limbah dibuang
pada lubang resapan
(tertutup atau terisi oleh
batu)
- Limbah dimanfaatkan
untuk tanaman
- Limbah dibuang di
saluran got/drainase
yang ada (namun tidak
tergenang)
Catatan:
Tempat umum, sekolah, dan ternak, tidak diverifikasi dalam lampiran ini, namun keterangan
promosi perubahan perilaku di tempat umum, sekolah dan ternak terdapat didalam paket
modul promosi STBM.
Panduan Verifikasi Desa Sanitasi Total Panduan ini diharapkan dapat digunakan
Berbasis Masyarakat (STBM) dan Desa acuan dalam perencanaan, pelaksanaan pro-
Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) ses verifikasi, serta kegiatan pemantauan pa-
memuat penjelasan mekanisme verifikasi ska deklarasi sebagai upaya kesinambungan
dan ketentuan lain yang diperlukan dalam kondisi STBM maupun SBS.
proses verifikasi desa STBM maupun desa
Panduan ini dapat digunakan oleh semua
SBS.
pihak yang akan melakukan verifikasi desa
STBM dan Desa SBS.